I SLAND T UALC

Survei Penggunaan Telepon Genggam Pada…
Muhammad Rustam

SURVEI PENGGUNAAN TELEPON GENGGAM PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KECAMATAN
PULAU DULLAH UTARA, KOTA TUAL PROVINSI MALUKU
THE SURVEY OF MOBILE PHONE USE AT FISHERMEN COMMUNITY ON NORTH DULLAH ISLAND
TUAL CITY PROVINCE MALUKU
Muhammad Rustam
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Makassar
Jl. Prof. Abdurahman Basalama II No. 25 Makassar Telp. 0411-4660370 Fax.0411-4660084
Email: romo_rustam@yahoo.co.id
diterima: 8 Mei 2015 | direvisi: 22Mei 2015 | disetujui: 29 Mei 2015

ABSRACT
Cell phone or mobile phone is an electronic communications device that has same function with fixed-line
telephone. This mobile phone can be taken anywhere and doesn’t need to be connected to the telephone
network using a cable (wireless LAN). This study aims to describe the use of mobile phone, the average of
expanse, and the use of mobile phone base on the division of the village. This survey was conducted face to
face interviews with respondents using questionnaire. The selection of respondent in the household uses Kish
Grid. Respondent who use mobile phone in the last three months are 39 people (81,3%). Respondent who is
reported having a cell phone are 26 people (54,2%) with the detail users for smart phone are 16 people

(61,5%) while non-smart phone users are 10 people (38,5%). The highest use of mobile phone in the last
three months is in Ohotahit village, they are 15 people (93,8%) while the testimony of respondent who own
mobile phone in Tamedan are 10 people (62,5%). Mean for the average expanse every month is
Rp34.231,00. People hope that there will be a good, cheap, and affordable for network mobile phone or
telephone installation and internet networks prepared as ICT infrastructure.
Keywords: Use, Mobile phones, Fishermen Community

ABSTRAK
Telepon genggam atau handphone (HP) merupakan perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai
kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap.Mobile phone ini dapat dibawa ke
mana-mana (portabel mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel
(nirkabel, wireless). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penggunaan telepon genggam, ratarata pengeluaran, dan penggunaan telepon genggam berdasarkan pembagian desa. Survei ini dilakukan
dengan melakukan wawancara tatap muka dengan responden menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner).
Pemilihan responden dalam rumah tangga menggunakan Kish Grid. Responden yang menggunakan telepon
genggam dalam tiga bulan terakhir sebanyak 39 orang (81,3%). Responden yang menyatakan memiliki
telepon genggam sebanyak 26 orang (54,2%) dengan rincian pengguna telepon genggam smartphone
sebanyak 16 orang (61,5%), sedangkan pengguna telepon genggam nonsmartphone sebanyak 10 orang
(38,5%). Penggunaan telepon genggam tertinggi dalam tiga bulan terakhir tertingi di Desa Ohotahit
sebanyak 15 orang (93,8%), sedangkan pengakuan responden terkait kepemilikan telepon genggam tertinggi
di Desa Tamedan sebanyak 10 orang (62,5%). Mean untuk rata-rata pengeluaran komunikasi setiap bulan

yang dikeluarkan oleh responden Rp34.231,00. Masyarakat berharap agar ada pemasangan jaringan
Telepon/HP dan Jaringan Internet yang baik, murah dan terjangkau disiapkan seperti sarana dan prasarana
TIK.
Kata Kunci : Penggunaan, Telepon genggam, Masyarakat Nelayan

11

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 19 No.1 Juni 2015: 11-22

I.

Saat ini pemakaian telepon seluler di Indonesia
mengalami kemajuan yang sangat pesat, terutama
telepon
seluler
yang
memiliki
fasilitas
chatting/instant messaging yang terintegrasi.

Berdasarkan data statistik ITU (International
Telecommunication Union 2009), pada tahun 2002
pengguna telepon seluler di Indonesia mencapai
11,7 juta orang, lima tahun kemudian pengguna
telepon seluler di Indonesia mencapai 93 juta orang,
dan pada tahun 2009 mencapai 159 juta orang.
Pada saat ini telepon genggam bukan lagi
barang mewah, tetapi telah menjadi kebutuhan
primer bagi kebanyakan orang. Mengacu pada
survei salah satu perusahan terbesar yaitu nokia,
saat ini diperkirakan jumlah pengguna telepon
seluler di Indonesia telah mencapai lebih dari 120
juta orang (Holzinger 2010). Begitu juga ketika
Sony Ericson merilis bahwa jumlah pengguna
telepon genggam di Indonesia menempati peringkat
ke-6 dunia dengan pengguna telepon genggam lebih
dari 121 juta orang (Barker 2010).
Survei 2010 Greater Jakarta Transition to
Adulthood dengan jumlah responden 3.006,
mengungkapkan bahwa dari total responden

tersebut ada 85 persen responden memiliki telepon
selular. Kepemilikan telepon selular berhubungan
erat dengan tingkat pendidikan, 60 persen
responden yang berpendidikan sekolah dasar atau
kurang memiliki telepon seluler dibandingkan
dengan lebih 40 persen mereka yang mengenyam
pendidikan di perguruan tinggi. Diantara mereka
yang memiliki telepon seluler, sekitar 30 persen
mengakses internet lewat telepon tersebut
sekurang‐kurangnya seminggu sekali(Dwisetyani
2010).
Hampir semua kegiatan manusia saat ini
memang membutuhkan telepon genggam untuk
digunakan sebagai alat komunikasi yang paling
berguna dan efisien. Hanya saja, masyarakat
nekayan belum tentu menganggap bahwa
kepemilikan
tersebut
memang
merupakan

kebutuhan dasar manusia (kebutuhan primer) yang
harus dipenuhi. Berdasarkan pemaparan latar
belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian penggunaan telepon genggam pada

PENDAHULUAN

Komunikasi memang sangat diperlukan untuk
menjalin suatu interaksi dalam masyarakat. Syarat
terjadinya interaksi adalah adanya kontak sosial dan
komunikasi. Kontak tidak hanya terjadi secara
berhadapan langsung, kontak dapat terjadi melalui
perantara, perantara tersebut bisa melalui peralatan.
Berbagai macam peralatan komunikasi di Indonesia
saat ini berkembang semakin canggih dalam
kehidupan masyarakat dan tidak dapat dihindarkan.
Seperti bertambah banyaknya masyarakat yang
menggunakan media komunikasi berupa telepon
genggam. Telepon genggam pada awalnya
merupakan barang yang langka dan dianggap

mewah, serta hanya orang kalangan ekonomi atas
yang dapat memilikinya. Namun, seiring dengan
perkembangan zaman yang semakin maju, kini
telepeon genggam menjadi barang primer bahkan
sudah menjadi trend gaya hidup di masyarakat pada
saat ini.
Telepon genggam atau handphone (HP) adalah
perangkat
telekomunikasi
elektronik
yang
mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan
telepon konvensional saluran tetap, tetapi dapat
dibawa ke mana-mana (portabel mobile) dan tidak
perlu disambungkan dengan jaringan telepon
menggunakan kabel (nirkabel, wireless). Saat ini
Indonesia mempunyai dua jaringan telepon nirkabel
yaitu sistem GSM (Global System for Mobile
Telecomunications) dan sistem CDMA (Code
Division Multiple Access) (Irham, 2005). Fungsi

telepon genggam pada saat ini sudah mulai
bergeser. Dahulu telepon genggam hanya digunakan
untuk menelepon ataupun dengan menggunakan
SMS (Short Message Service) untuk menyampaikan
suatu pesan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan di
bidang teknologi yang semakin modern, kini
telepon genggam telah berkembang bukan hanya
sebagai alat untuk berkomunikasi. Adanya berbagai
fitur yang tersedia dalam telepon genggam, seperti
adanya kamera, musik MP3, internet, 3G dan
fasilitas-fasilitas
lainnya,
masyarakat
dapat
menggunakannya
bukan
sekedar
untuk
berkomunikasi.


12

Survei Penggunaan Telepon Genggam Pada…
Muhammad Rustam

masyarakat nelayan di Kecamatan Pulau Dullah
Utara Kota Tual Provinsi Maluku.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran penggunaan telepon genggam, total ratarata pengeluaran menggunakan telepon genggam
setiap bulan, jenis telepon genggam yang
digunakan, dan rata-rata pengeluaran untuk jenis
telepon genggam yang berdesa di Kecamatan Pulau
Dullah Utara Kota Tual Provinsi Maluku.

lingkungan laut dan pesisir. Atau mereka yang
menjadikan
perikanan
sebagai
mata
pencaharian mereka.

2. Segi cara hidup. Masyarakat nelayan adalah
masyarakat gotong royong. Kebutuhan gotong
royong dan tolong menolong terasa sangat
penting pada saat untuk mengatasi keadaan
yang menuntut pengeluaran biaya besar dan
pengerahan tenaga yang banyak, seperti saat
berlayar, membangun rumah atau tanggul
penahan gelombang di sekitar desa.
3. Segi keterampilan. Meskipun pekerjaan
nelayan adalah pekerjaan berat, pada umumnya
mereka
hanya
memiliki
keterampilan
sederhana. Kebanyakan mereka bekerja sebagai
nelayan adalah profesi yang diturunkan oleh
orang tua, bukan yang dipelajari secara
professional.
Selain itu, struktur sosial masyarakat nelayan
terdiri atas masyarakat yang heterogen dan

homogen. Masyarakat yang heterogen adalah
mereka yang bermukim di desa-desa yang mudah
dijangkau secara transportasi darat. Sedangkan,
masyarakat yang homogen adalah mereka yang
tinggal di desa nelayan terpencil dengan alat-alat
tangkap ikan yang sederhana yang digunakan setiap
harinua sehingga produktivitas kecil. (MJ 2011).
Selanjutnya, pendapatan masyarkat nelayan
bergantung
terhadap
pemanfaatan
potensi
sumberdaya perikanan yang terdapat di lautan.
Pendapatan masyarakat nelayan secara langsung
maupun tidak, akan sangat mempengaruhi kualitas
hidup mereka, karena pendapatan dari hasil melaut
merupakan sumber pemasukkan utama atau bahkan
satu-satunya bagi mereka, sehingga besar kecilnya
pendapatan akan sangat memberikan pengaruh
terhadap kehidupan mereka, terutama terhadap

kemampuan mereka dalam mengelola lingkungan
tempat hidup mereka (Hakim 2011).

A. Masyarakat Nelayan
Secara geografis, masyarakat nelayan adalah
masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di
kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara
wilayah darat dan laut. Sebagai suatu sistem,
masyarakat nelayan terdiri atas kategori-kategori
sosial yang membentuk kesatuan sosial. Mereka
juga memiliki sistem nilai dan simbol-simbol
kebudayaan sebagai referensi perilaku mereka
sehari-hari. Faktor kebudayaan inilah yang menjadi
pembeda antara masyarakat nelayan dengan
kelompok sosial lainnya. Sebagian besar masyarakat
pesisir, baik langsung maupun tidak langsung,
menggantungkan kelangsungan hidupnya dari
mengelola potensi sumberdaya kelautan.
Seperti juga masyarakat yang lain, masyarakat
nelayan menghadapi banyak masalah seperti politik,
sosial dan ekonomi yang kompleks. Sehingga dari
beragam masalah tersebut antara lain: 1)
kemiskinan, kesenjangan sosial dan tekanantekanan ekonomi yang datang setiap saat, 2)
keterbatasan akses modal, teknologi dan pasar
sehingga mempengaruhi dinamika usaha, 3)
kelemahan fungsi kelembagaan sosial ekonomi
yang ada, 4) kualitas sumber daya manusia (SDM)
yang rendah sebagai akibat keterbatasan akses
pendidikan, kesehatan dan pelayanan publik, 5)
degradasi sumberdaya lingkungan, baik di kawasan
pesisir, laut maupun di pulau-pulau kecil, 6) belum
kuatnya kebijakan yang berorientasi pada
kemaritiman sebagai pilar utama pembangunan
nasional (Kusnadi 2006).
Selanjutnya, menurut MJ (2011), ciri
masyarakat nelayan dapat dilihat dari berbagai segi
sebagai berikut:
1. Segi mata pencaharian. Nelayan adalah mereka
yang segala aktivitasnya berkaitan dengan

B.

Telepon Genggam

Menurut Hasibuan (2001) komunikasi ialah
suatu proses yang melibatkan usaha-usaha untuk
mengelompokkan memilih dan mengirimkan
lambang-lambang yang sedemikian rupa sehingga
membantu seorang pendengar atau penerima
mengamati dan menyusun kembali dalam
13

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 19 No.1 Juni 2015: 11-22

pikirannya arti atau makna yang terkandung dalam
pikiran pengirim. Selanjutnya, Koncaid dan
Scharmn (dalam Arviana 2011) menyatakan
komunikasi sebagai sebuah proses, artinya
komunikasi
merupakan
proses
berbagi/menggunakan sebuah informasi secara
bersama dan pertalian antara para peserta dalam
proses informasi secara bersama dan pertalian
antara para peserta dalam proses informasi tersebut
dinamakan komunikasi. Ciri adanya proses
komunikasi menurutnya adalah harus ada dua pihak
atau lebih, dan ada proses berbagi informasi
sehingga harus selektif dalam memilih alat
komunikasi dan memilih pola yang sesuai untuk
menggambarkan pikiran. Lebih jauh ia menyatakan
bahwa langkah-langkah dalam sebuah proses
komunikasi
adalah
menciptakan
informasi,
menyampaikan informasi tersebut, memperdalam
perhatian, menafsirkannya, memahaminya lalu
melaksanakan, serta timbulnya pengertian bersama.
Selanjutnya, Berlo (dalam Arviana 2011)
menyatakan komunikasi sebagai cara memengaruhi
orang lain, dimana unsur komunikasi menurutnya
adalah adanya source (sumber). Massage (pesan),
channel (saluran), receiver (penerima), dan effect
(akibat). Sedangkan dalam pasal 1 UU No. 36
Tahun
1999
(Arviana
2011)
pengertian
telekomunikasi
adalah
setiap
pemancaran,
pengiriman, dan atau penerimaan dari setiap
informasi dalam bentuk tanda, isyarat, tulisan,
gambar, suara, dan berbunyi melalui sistem kawat,
optik, radio, atau sisetm elektormagnetik lainnya.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat
disimpulkan bahwa telepon genggam adalah suatu
teknologi yang diciptakan oleh manusia. Tujuannya
adalah untuk mempermudah berkomunikasi
antarsesama. Selain untuk berkomunikasi, telepon
genggam juga bisa untuk menyampaikan.
Selain berfungsi untuk melakukan dan
menerima panggilan telepon, telepon genggam
umumnya juga mempunyai fungsi pengiriman dan
penerimaan pesan singkat (SMS). Ada pula
penyedia jasa telepon genggam di beberapa negara
yang menyediakan layanan generasi ketiga (3G)
dengan menambahkan jasa videophone, sebagai alat
pembayaran, maupun untuk televisi online di
telepon genggam mereka.

Sekarang telepon genggam menjadi gadget
yang multifungsi. Mengikuti perkembangan
teknologi digital, kini telepon genggam juga
dilengkapi dengan berbagai pilihan fitur, seperti
bisa menangkap siaran radio dan televisi, perangkat
lunak pemutar audio (mp3) dan video, kamera
digital, game, dan layanan internet (WAP,
GPRS,3G). Perkembangan teknologi telepon
genggam berkembang dengan cepat, sehingga
fungsi telepon genggam bukan sebagai fitur
komunikasi saja, dengan tambahan-tambahan fitur
seperti kamera digital, radio, LCD berwarna dengan
resolusi tinggi, telepon genggam menjadi perangkat
yang canggih dan pintar.
Telepon genggam merupakan alat komunikasi
wireless yaitu komunikasi bergerak tanpa kabel
yang disebut mobile device. Teknologi wireless ini
telah berkembang dengan pesat dalam satu dekade
terakhir ini. Prinsip dari komunikasi wireless ini
adalah penggunaan kanal radio yang terpisah untuk
berkomunikasi dengan cell site. Sejarah telepon
seluler merupakan gabungan dari teknologi radio
yang dikawinkan dengan teknologi komunikasi
telepon.
Dewasa ini, peranan telepon genggam sudah
menjadi sebuah kebutuhan primer sehari-hari,
berikut ini kategori telepon genggam berdasarkan
fungsi :
1. Telepon Genggam Bisnis
Telepon genggam jenis ini ditujukan untuk
orang yang menginginkan perangkat bisnis
dalam genggamannya, biasanya telepon
genggam yang telah memiliki kemampuan ini
tergolong pintar (smartphone). Berbagai
aplikasi bisnis terdapat da;am ponsel ini dan
dapat membuat pekerjaan kantor dapat dilihat
dan dikerjakan dalam sebuha telepon genggam.
2. Telepon Genggam Hiburan
Telepon genggam jenis ini merupakan telepon
genggam berjenis multimedia, dimana semua
aktivitas yang berhubungan dengan musik,
seni, foto, sosial, dan lainnya dapat diatas
dengan sebuah telepon genggam.
3. Telepon Genggam Fashion
Telepon genggam jenis ini lebih banyak
mengandalkan tampilannya, dan dapat
membuat pemiliknya sangat puas meskipun
14

Survei Penggunaan Telepon Genggam Pada…
Muhammad Rustam

dengan fitur yang terkesan seadanya. Sebuah
telepon genggam fashion dapat berharga
berkali-kali lipat dari harga telepon genggam
yang berharga lebih mahal dari harga sebuah
rumah.
4. Telepon Genggam Standar
Telepon genggam jenis ini diperuntukkan
untuk orang yang menginginkan telepon
genggam yang sederhana, fitur yang
disematkan dalam telepon genggam ini
merupakan fitur inti, tanpa teknologi baru.
Dari penjelasan di atas dapat memberikan
gambaran bahwa ada banyak macam dari telepon
genggam. Macamnya tersebut mulai dari yang
standar sampai yang canggih. Tiap-tiap macam
telepon genggam tersebut memiliki fungsi masingmasing.

Pemilihan responden dalam rumah tangga
menggunakan Kish Grid dengan ketentuan sebagai
berikut :
1. Daftarkan semua anggota keluarga dari yang
tertua hingga yang termuda dalam rumah
tangga tersebut,
2. Tarik garis horisontal dari nama terakhir dan
garis vertikal dari nomor urut rumah tangga,
3. Nomor yang terdapat pada perpotongan kedua
garis tersebut merupakan nomor responden
yang dipilih untuk wawancara,
4. Jika responden yang terpilih tidak ada, maka
pindah satu nomor diatasnya, jika tidak ada
juga maka pindah satu nomor di bawahnya.
Jika tidak ada juga, lakukan kunjungan
berikutnya setelah mengadakan perjanjian
untuk datang kembali.

II. METODOLOGI

Penelitian ini dilaksanakan selama 8 hari yaitu
tanggal 7 – 14 Mei 2015. Data primer dikumpulkan
berdasarkan hasil wawancara menggunakan
kuesioner, sedangkan data sekunder yang digunakan
adalah jumlah nelayan yang berada di Kecamatan
Pulau Dullah Utara Kota Tual Provinsi Maluku.
Data yang terkumpul kemudian diedit secara
manual dan kemudian diolah secara komputerisasi
melalui bantuan aplikasi SPSS. Out put data SPSS
menjadi sumber data utama untuk keperluan analisis
dan interpretasi data secara deskriptif.

Penelitian ini menggunakan metode survei.
Populasi penelitian adalah para penduduk berusia 9
– 65 tahun pada tingkat rumah tangga dan individu
di Kecamatan Pulau Dullah Utara Kota Tual
Provinsi Maluku. Survei ini dilakukan dengan
melakukan wawancara tatap muka dengan
responden
menggunakan
daftar
pertanyaan
(kuesioner).

Tabel 1.Karakteristik Responden
Table 1. Respondent Characteristics
Karakteristik Responden
(Respondent Characteristics)
Desa (Village)
Tamadean
Ohotahit
Ohoitel
Jenis Kelamin (Gender)
Laki-Laki
Perempuan
Pekerjaan (Job)
Wiraswasta
Nelayan
Pedagang / Buruh / Tukang
Ibu Rumah Tangga
Tidak Bekerja

N

15

%

16
16
16

33,33
33,33
33,33

19
29

39,58
60,42

1
16
1
29
1

2,08
33,33
2,08
60,42
2,08

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 19 No.1 Juni 2015: 11-22

Tabel 1.Lanjutan
Table 1. Continued
Karakteristik Responden
(Respondent Characteristics)
Pengeluaran Rumah Tanggal (Household Expenditure)
< Rp.500.000
Rp.500.000 – Rp.1.000.000
Rp.1.000.001 – Rp.2.000.000
Rp.2.000.001 – Rp.5.000.000
Mobilitas (Mobility)
Rendah
Sedang
Tinggi

N

%

1
35
11
1

0,48
16,80
5,28
0,48

10
35
3

20.83
72.92
6.25

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Karakteristik Responden

A.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan
Pulau Dullah Utara dengan pembagian 3 desa yaitu
Tamedan, Ohotahit, Ohoitel. Responden dalam
penelitian ini adalah masyarakat yang bemukim di
desa nelayan dengan karakteristik yang dapat
dilihat pada Tabel 1.
Responden penelitian ini lebih banyak
berjenis kelamin perempuan sebanyak 29 orang
(60,4%). Saat wawancara berlangsung, responden
yang paling banyak ditemui adalah ibu rumah
tangga sebanyak 29 orang (60,4%). Selanjutnya,
pendidikan responden yang terbanyak adalah
tamatan SMP 19 orang (39,6%). Menurut
pengakuan responden rata-rata pengeluaran
tertinggi yaitu 500 ribu – 1 juta sebanyak 35 orang
(72,9%). Terakhir, mobilitas responden terbanyak
adalah dengan mobilitas sedang sebanyak 35 orang
(72,9%).

Karakteristik Wilayah

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
Kabupaten Maluku Tenggara, jumlah penduduk
Kota Tual tahun 2014 yakni 64.032. Luas wilayah
Kota Tual ±19.088,29 km2. Wilayah Kota Tual
meliputi wilayah dataran ±352,29 km2 dan wilayah
perairan ±18.736 km2. Untuk wilayah dataran
terdiri dari kawasan terbangun dan kawasan belum
terbangun. Kota tual menurut astronomi terletak
antara 5° sampai 6,5° Lintang Selatan dan 131°
sampai 133,5° Bujur Timur. Adapun letak
geografis dibatasi antara lain oleh :
a. Sebelah Selatan : Kecamatan Kei Kecil,
Kabupaten Maluku Tenggara
b. Sebelah Utara: Laut Banda
c. Sebelah Timur: Kabupaten Maluku Tenggara,
Selat Nerong
d. Sebelah Barat : Laut Banda

C.

Selanjutnya, Kota Tual terdiri dari 66 pulau
dan meliputi tiga gugusan pulau yaitu gugus Pulaupulau Kur, gugus Pulau Tayando Tam, dan gugus
Pulau Dullah. Kota Tual terdiri dari 5 kecamatan
yaitu Pulau-pulau Kur, Kur Selatan, Tayando Tam,
Dullah Utara, dan Dullah Selatan. Jumlah
penduduk masing-masing kecamatan yaitu Pulaupulau Kur 2.295, Kur Selatan 3.079, Tayando Tam
5.975, Dullah Utara 16.040, dan Dullah Selatan
36.643.

Penggunaan Telepon Genggam

Responden yang menggunakan telepon
genggam dalam 3 bulan terakhir sebanyak 39
orang (81,3%). Responden yang menyatakan
memiliki telepon genggam sebanyak 26 orang
(54,2%) dengan rincian pengguna telepon
genggam smartphone sebanyak 16 orang (61,5%),
sedangkan pengguna telepon genggam nonsmartphone sebanyak 10 orang (38,5%).

16

Survei Penggunaan Telepon Genggam Pada…
Muhammad Rustam

Tabel 2.Analisa Frekuensi Penggunaan Telepon Genggam
Table 2. Frequency Analysis Using Mobile Phones
Karakteristik Responden
(Respondent Characteristics)
Menggunakan telepon genggamdalam 3 bulan terakhir
(Using a Mobile Phone in the Last 3 Month)
Ya
Tidak
Kepemilikan Telepon Genggam (Ownership of Mobile Phones)
Ya
Tidak
Pengguna Telepon Pintar (Smartphone User)
Ya
Tidak
Bukan Pengguna Telepon Pintar (Non-Smartphone User)
Ya
Tidak
Jenis Layanan (Type of Services)
Telkomsel
Dari kepemilikan tesebut diketahui bahwa,
responden memiliki satu telepon genggam saja
dengan satu kartu layanan yang aktif. Jenis layanan
yang paling banyak digunakan oleh penduduk di
Kecamatan Pulau Dullah Utara yaitu Telkomsel
sebanyak 26 orang (100%). Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel 2.
Mean untuk rata-rata pengeluaran komunikasi
setiap
bulan
yang
dikeluarkan
oleh
respondenRp34.231,00.
Perbandingan
untuk
pengguna smartphone dan nonsmartphone
menunjukkan hal yang berbeda. Untuk pengguna
nonsmartphone, total pengeluarannya adalah
Rp37.000,00. Sedangkan pengguna smartphone,
responden hanya menggunakannya untuk layanan
suara dan SMS saja sebesar Rp34.063,00.
Responden menyatakan kesulitan jika
menggunakan layanan data untuk mengakses
internet dengan alasan menelpon saja jaringan
putus-putus bagaimana mau menggunakan

N

%

39
16

70,91
29,09

26
22

54,17
45,83

16
10

61,54
38,46

10
16

38,46
61,54

26

100

internet.Untuk lebih jelas analisa deskriptif dengan
nilai mean, maksimum, dan minum untuk melihat
data penggunaan telepon genggam, dapat dilihat
pada tabel 3.
Pengeluaran uang untuk pulsa telepon seluler
sebesar 7% menempati urutan belanja ke-4 di
bawah uang pondokan, makan-minum, dan
transportasi. Nilai belanja pulsa masih jauh lebih
tinggi dibanding biaya internet (rata-rata Rp48.000
per bulan), kesehatan atau perawatan diri(Rp
67.300 per bulan), rekreasi (Rp 89.900 per bulan).
Pengeluaran untuk belanja buku justru posisi ke-2
dan alat tulis ke-1 dari urutan terendah. Bahkan,
dana beli buku masih lebih rendah dibanding
keperluan belanja (rata-rata Rp 63.350).
Penggunaan telepon genggam tertinggi dalam 3
bulan terakhir tertingi di Desa Ohotahit sebanyak
15 orang (93,8%), sedangkan kedua desa lainnya
menunjukkan perbdeaan yang tidak terlalu
signifikan Desa Tamedan sebanyak 14 orang

Tabel 3.Analis Deskriptif Penggunaan Telepon Genggam
Table 3. Descriptive Analyst of Use of Mobile Phone
Penggunaan Telepon Genggam
(Use of Mobile Phone)
Rata-rata pengeluaran komunikasi setiap bulan
Total Pengeluaran untuk pengguna non-smartphone
17

Mean

Max

34.231
37.000

15.000
30.000

Mean
50.000
50.000

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 19 No.1 Juni 2015: 11-22

Tabel 3.Lanjutan
Table 3. Continued
Penggunaan Telepon Genggam
(Use of Mobile Phone)
Total Pengeluaran untuk pengguna smartphone layanan
suara/SMS
Total pengeluaran untuk pengguna smartphone layanan data
(87,5%) dan Desa Ohoitel sebanyak 10 orang
(62,5%). Selanjutnya, pengakuan responden terkait
kepemilikan telepon genggam tertinggi di Desa
Tamedan sebanyak 10 orang (62,5%), sedangkan
kedua desa lainnya memiliki nilai yang sama
masing-masing sebanyak 8 orang (50%) memiliki
telepon genggam. Untuk lebih jelas analisis
pengkategorian analisis tersebut dapat dilihat pada
tabel 4.
Menurut masyarakat nelayan di Kecamatan
Pulau Dullah Utara Kota Tual Provinsi Maluku
telepon genggam sangat bermanfaat untuk
langsung mengontak para pelanggan di Tempat
Penjualan Ikan (TPI) sehingga dapat diketahui
perputaran harga ikan. Selain itu, telepon genggam
bisa difungsikan untuk menghubungi petugas jika
ada pengunjung anak-anak atau yang membuat
masalah. Masyarakat nelayan tersebut juga mulai
berpikir dampak jauh penggunaan telepon
genggam adalah meningkatkan efektivitas kerja
dan menambah penghasilan. Hanya saja saat ini
masalah infrastruktur menjadi momok besar
sehinggapembagunan ICT di Kecamatan Pulau
Dullah Utara Kota Tual Provinsi Maluku masih
sangat minim. Masyarakat juga mengeluhkan

Mean

Max

Mean

34.063

15.000

34.063

0

0

0

bahwa jaringan telepon genggam akan hilang jika
telah berada tidak jauh dari bibir pantai.
Sarana komunikasi telepon genggam digunakan
oleh masyarakat yang berada di Kecamatan Pulau
Dullah Utara Kota Tual Provinsi Maluku.
Masyarakat dapat menggunakan telepon genggam
untuk bertelekomunikasi dengan masyarakat
lainnya di luar pulau. Akan tetapi, penerimaan
sinyal telepon hanya bagus di beberapa lokasi saja,
bahkan ada yang harus menggunakan antena luar
agar dapat memperoleh sinyal telepon seluler
dengan baik. Selain itu, hanya beberapa operator
saja yang dapat digunakan untuk berkomunikasi
seperti Telkomsel dan XL.
Masyarakat
nelayan
memang
sering
menggunakan
telepon
genggam,
namun
kepemilikan dari telepon genggam tidak
menunjukkan adanya perbandingan yang sama.
Hal ini dikarenakan masyarakat tersebut tidak
menganggap bahwa telepon genggam adalah
sebuah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi.
Masyarakat nelayan di daerah tersebut menyatakan
untuk dilelang atau dijual kepada pendistibusi ikan
selanjutnya baik dalam layanan panggilan suara
atau melalui SMS.

Tabel 4.Analisis Crosstabulasi Penggunaan Telepon Genggam Berdasarkan Desa
Table 4. Crosstabulating Analysis of Use of Mobile Phone Based on Village
Penggunaan Telepon Genggam
(Use of Mobile Phone)
Menggunakan telepon genggam dalam 3 bulan
terakahir
Ya
Tidak
Kepemilikan telepon genggam
Ya
Tidak

Tamadean

Ohotahir

Ohoitel
n

n

%

n

%

14
2

87,50
12,50

15
1

93,75
6,25

10
6

62,50
37,50

10
6

62,50
37,50

8
8

50,00
50,00

8
8

50,00
50,00

18

%

Survei Penggunaan Telepon Genggam Pada…
Muhammad Rustam

bahwa penggunaan telepon genggam hanya untuk
menyampaikan banyaknya hasil tangkapan ikan
Kecenderungan persaingan tarif seluler
mengindikasikan bahwa persaingan antar operator
seluler semakin ketat,hingga saat ini di Indonesia
telah hadir 10 operator yaitu Telkom, Telkomsel,
Indosat, Excelcomindo (XL), Hutchison (3), Sinar
Mas Telecom, Sampoerna Telecommunication,
Bakrie Telecom (Esia), Mobile-8 (Fren), dan
Natrindo Telepon Selular (sebelumnya Lippo
Telecom). Walaupun ada persaingan antara
penyedia layanan tersebut, masyarakat nelayan di
Kecamatan
Pulau
Dullah
Utara
hanya
menggunakan layanan Telkomsel, itupun layanan
jaringan yang tidak stabil di wilayah kecamatan
tersebut.
Masyarakat
nelayan
memang
sering
menggunakan telepon genggam hanya saja untuk
memiliki bukanlah sebuah keharusan. Padahal,
sedandainya masyarakat nelayan tersebut dapat
memanfaatkan telepon genggam khususnya
smartphone akan dapat memberikan keuntungan.
Selain bertukar info kumpulan ikan, telepon seluler
juga dapat dimanfaatkan oleh nelayan untuk
menghubungi keluarganya di darat. Keluarga di
darat bisa diminta menyediakan keranjang
tambahan atau pemikul ikan, kalau hasil tangkapan
melimpah. Kegunaan lainnya, nelayan juga dapat
mengambil titik koordinat wilayah penangkapan
ikan yang dapat dibagikan kepada sesama nelayan.
Keterbatasan terhadap pemanfaatan telepon
genggam juga diteliti oleh Widiastuti (2010) yang
menyatakan bahwa terbatasnya pengetahuan
mengenai penggunaan telepon genggam agar
mereka lebih mengetahui komoditi pasar ikan
sehingga mereka tidak menemui dukungan sosial
antara sesama nelayan. Keterbatasan inilah jika
dapat diminimalisir akan sangat berguna bagi
masyarakat nelayan. Mereka dapat mempermudah
pengurusan peminjaman perahu dan pembagian
lokasi penangkaan ikan di laut.
Menurut
Dahlan
(2010)
kebangkitan
masyarakat
nelayan
berbasis
informatika
dipertimbangkan
oleh
para
pelaku
dan
penyelenggara pertelekomunikasian di Indonesia.
Pemerintah
(dalam
hal
ini
Departemen
Komunikasi dan Informatika), para operator

telekomunikasi, berbagai dinas terkait, masyarakat,
dan institusi keuangan harus bersama-sama
merancang sebuah program penyelenggaraan
telekomunikasi yang optimal. Program yang
dimaksud memang sudah termediasi melalui USO,
namun penyelenggaraannya di lapangan harus
sesuai dengan karakter dan kebutuhan masyarakat
pedesaan.Dengan kata lain, penyelenggaraan
telepon pedesaan harus mengandung dua hal
pokok:
a. Memboncengi sarana ICT dengan berbagai
layanan yang diprediksi dapat mengatasi
berberbagai
ketiadaaan
infrastruktural.
Ketiadaan infrastruktur di bidang pendidikan,
misalnya, harus dapat diantisipasi oleh para
penyelenggara
dengan
layanan
seperti
pendidikan jarak jauh, data base bahasa, dan
lain-lain. Demikian juga dalam bidang
infrastruktur lain seperti transportasi, kesehatan,
pemerintahan, dan lain-lain.
b. Meningkatkan perekonomian pedesaan berbasis
informasi, entah dengan menggabungkan
teknologi internet, fixed line, atau kerja sama
dengan
institusi
finansial
(untuk
mengembangkan layanan
finansial
dan
perbankan di daerah pedesaan). Hal ini
kelihatan
susah
diwujudkan.
Namun,
keberhasilan di beberapa daerah mesti diadopsi
oleh pemerintah, institusi finansial dan
perbankan, serta operator telepon.
Layanan jaringan telepon genggam ke semua
desa nelayan, hari ini dan di masa mendatang,
tidak cukup lagi sebatas pada fungsi call atau SMS.
Penciptaan berbagai layanan yang sesuai dengan
karakter dan kebutuhan masyarakat desa, atau
layanan yang mengatasi berbagai persoalan
infrastruktural dan membangkitkan pertumbuhan
ekonomi desa, merupakan syarat mutlak untuk
mendapatkan bangsa pasar yang besar di daerah.
Bangsa pasar inilah yang akan menjadi sumber
benefit bagi operator-operator telepon. Masyarakat
di daerah desan nelayan tidak dapat berkomunikasi
bukan karena mereka tidak mampu secara finansial
tetapi semata-mata karena mereka tidak memiliki
akses atau sarana. (Dahlan, 2010)
Pemerintah, dalam hal ini Departemen
Komunikasi dan Informatika, harus serius
19

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 19 No.1 Juni 2015: 11-22

memikirkan penyelenggaraan sarana informasi di
desa nelayan. Peran pemerintah adalah menyusun
regulasi, merencanakan program atau design
komunikasi dan informasi yang akurat, dan
mengembangkan mekanisme kerja sama di antara
berbagai departemen. Departemen Kesehatan,
Departemen Pendidikan, Departemen Percepatan
Pembangunan Desa Tertinggal, dapat dilibatkan di
sini karena penyelenggaraan telepon genggam di
pedesaan bermanfaat juga bagi penyelenggaraan
bidang-bidang
tersebut.
Dengan
program
penyelenggaraan sarana ICT yang menghadirkan
berbagai layanan lain, negara dapat merealisasikan
fungsi utama untuk melayani masyarakat,
meningkatkan kesejahteraan, dan mempertahankan
persatuan dan kesatuan bangsa seperti yang
diembankan oleh para founding fathers. (Hartono
2008)

telekomunikasi di Kota Tual dapat dilakukan
melalui satelit dengan menggunakan telepon
seluler dan jaringan internet seperti Hospot Kota di
Taman Kota Tual.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Arviana, V., 2011. Tinjauan Media-Media
Komunikasi Elektronik Sebagai Komponen
Teknologi Komunikasi. (Artikel) didapat di:
http://vinyarviana.blogspot.com/2011/04/tinja
uan-media-media-komunikasi.html

A.

UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan dan
kerjasamanya sehingga penelitian ini dapat
terlaksana dengan baik. Selanjutnya ucapan terima
kasih disampaikan kepada Pejabat di lingkungan
Penerintah Kota Tual Propinsi Maluku yang telah
memberikan rekomendasi dan kemudahan serta
dukungan kepada penulis dalam memperoleh data
dan untuk melakukan penelitian di Kecamatan
Pulau Dullah Utara.

DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian, dapat disimpulkan
bahwa telepon genggam dalam 3 bulan terakhir
telah banyak digunakan oleh masyarakat di
Kecamatan Pulau Dullah Utara Kota Tual Provinsi
Maluku, hanya saja untuk kepemilikan sangat
minim karena masyarakat nelayan di Kecamatan
Pulau Dullah menganggap punya telepon genggam
bukanlah sebuah keharusan. Total rata-rata
pengeluaran komunikasi setiap bulan yang
dikeluarkan oleh adalah Rp34.231,00. Jenis
telepon genggam yang paling banyak digunakan
adalah smartphone, tanpa menggunakan layanan
data seluler. Untuk pengguna nonsmartphone, total
pengeluarannya adalah Rp37.000,00. Sementara
itu rata-rata pengeluaran pengguna smartphone
pengguna layanan suara dan SMS adalah
Rp34.063,00.
B.

Barker. 2010. Impact Analysis In Public Policy
Research. United Stated: Sage publication,
Beverly Hills.
Dwisetyani, B., 2010. Evaluasi Kerentanan
Longsor Lahan Pada Masyarakat Nelayan di
Lereng Selatan gunung Meapi, Kecamatan
Pakem, Kabupaten Sleman. Daerah Istimewa
Yogyakarta. (Skripsi) Fakultas Ilmu Sosial
dan Ekonomi. Yogyakarta.
Hakim, A.A., 2011. Negara Hukum dan
Demokrasi Di Indonesia.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, Celeban Timur Yogyakarta.
Hartono, A., 2008. Telepon Seluler adalah
Lokomotif Pembagunan dan Perekonomian
Daerah. Peneliti The Blora Institude. Artikel
dapat
dilihat
https://inohartono.wordpress.com/2008/12/30/
telepon-seluler-adalah-lokomotifpembangunan-dan-perekonomian-daerah/

Saran

Masyarakat berharap agar ada pemasangan
jaringan baik jaringan Telepon/HP dan Jaringan
Internet disiapkan seperti sarana dan prasarana TIK
yang murah dan terjangkau. terutama di sekolahsekolah dan perlu disediakan fasilitas TIK sebagai
sarana pembelajaran sehingga kemampuan para
siswa lebih terampil. Akses informasi dan

Hasibuan., 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu
Pengantar. Bandung: CV Rosda Karya.
20

Survei Penggunaan Telepon Genggam Pada…
Muhammad Rustam

Holzinger. 2010. Case Study Research: Design and
Methods (Applied Social Research Methods).
New York: Teachers College Press.
Imran, H.A., 2013. Pola Penggunaan Media
Komunikasi. Jurnal SKM, Vol.17, No.1
Irham,
B.,
2005.
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam
Pembelian Telepon Seluler Makassar: Tesis
Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin
Kusnadi., 2006. Konflik Sosial Nelayan,
Kemiskinan, dan Perebutan Sumber Daya
Alam. Yogyakarta: LkiS.
Sidik, M. J., 2011. Indonesia Empat Besar
Pengguna Internet. Artikel dapat dilihat
http://www/antaranews.com/berita/275403/in
donesia-empat-besar-pengguna-internet
Rakhmat, J., 1991:134. Metode Penelitian
Komunikasi. Remaja Rosdakarya. CV.
Bandung.
Singarimbun, Masri, dan Sofian Effendi (editor).
1989. Metode Penelitian Survai. Edisi Revisi,
Jakarta: LP3ES.
Dahlan, M. A., 2010. Pemerataan Informasi,
Komunikasi dan Pembangunan. Pidato
Pengukuhan Guru Besar Tetap Ilmu
Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok.

21

Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan
Vol. 19 No.1 Juni 2015: 11-22

22

Dokumen yang terkait

ANALISIS DANA PIHAK KETIGA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE TRIWULAN I 2002 – TRIWULAN IV 2007

40 502 17

IMPROVING CLASS VIII C STUDENTS’ LISTENING COMPREHENSION ACHIEVEMENT BY USING STORYTELLING AT SMPN I MLANDINGAN SITUBONDO IN THE 2010/2011 ACADEMIC YEAR

8 135 12

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Uji Kualitas Mikrobiologi Minuman Olahan Berdasarkan Metode Nilai MPN Coliform di Lingkungan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Kelurahan Pahandut Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

1 2 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pengaruh variasi berat glukosa pada filtrat tomat (solanum lycopersicum (L) Commune) dan lama fermentasi acetobacter xylinum terhadap tingkat ketebalannata de tomato - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 2 9

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Penerapan metode eksperimen terhadap pokok bahasan bunyi untuk meningkatkan hasil belajar siswa mtsn 2 palangka raya kelas VIII semester II tahun ajaran 2013/2014 (studi eksperimen) - Digital Library IAIN Pala

0 0 10

CHAPTER I INTRODUCTION - The effectiveness of anagram on students’ vocabulary size at the eight grade of MTs islamiyah Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 10

SD NEGERI SUKAMUKTI I

0 0 52

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penerapan model Problem Based Instruction (PBI) terhadap pemahaman konsep dan hasil belajar siswa pokok bahasan tekanan Kelas VIII Semester II di SMPN Palangka Raya Tahun Ajaran 2015/2016 - Digital Library IAIN Pala

0 3 80