Interaksi Antar-Lokus Penyimpangan Nisbah Mendel
I nteraksi Antar-Lokus & Penyimpangan
Nisbah Mendel
• Dua lokus menentukan satu sifat
• I nteraksi ekspresi antar lokus
• Penyimpangan nisbah akibat pautan antara
lokus
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Modifikasi Perbandingan Mendel
• Fenotipe F2: 3:1 & 9:3:3:1, syarat:
– Dominan/ resesif
– 1 sifat oleh 1 ps gen
Bila tidak terpenuhi: nisbah mengalami modifikasi
Dominansi parsial ( tidak sempurna)
• Fenotipe keturunan: antara kedua tetua
• Contoh: Bunga pukul 4 (snapdragon)
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Perbandingan
fenotipe F2: 1:2:1
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Kodominansi
• Jika 2 alel dari gen tunggal bertanggungjawab terhadap
2 macam produk gen
• Contoh: Golongan darah MN (Karl Landsteiner & Philip
Levine)
– Dasar: glikoprotein (M &N) pd permukaan sel darah merah
– Lokus pada Kr.4
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Alel ganda ( multi alel)
• Dalam 1 lokus: lebih dari 2 alel (3 atau lebih)
• Hanya berlaku pada populasi, tidak berlaku pd
individu
• Contoh: Golongan darah ABO (Karl Landsteiner)
– Dasar: antigen pada permukaan sel darah merah
– Lokus pada Kr.9
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Pewarisan golongan darah dari tetua ke
keturunannya
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Antigen A dan B
• Kelompok karbohidrat terikat pada asam lemak
(lipid) dari membran sel darah merah
• Dasar spesifikasi antigen: gula terminal dari klp
karbohidrat
• Semua individu punya bahan H (3 molekul gula:
galaktosa, N-asetilglukosamin & fukosa) sbg
tempat menempel 1-2 gula terminal
• I A Æ enzim menempelkan N-asetilglukosamin ke H
• I B Æ enzim menempelkan galaktosa ke H
• I o Æ tidak dapat menempelkan gula ke H
• I A & I B Æ kodominan (dominan terhadap I o)
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Dasar biokimia
sistem ABO
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Fenotip Bombay
• 1952, wanita Bombay, tidak punya antigen A dan B Æ O
• Tetua: A & AB Æ anaknya tidak mungkin O (saudaranya tidak
ada O)
Mengapa O?
Mutasi resesif h Æ
mencegah terbentuknya
bahan H utuh, kurang
fukosa
Kurang fukosa Æ H tidak
dikenali enzim dari I A dan I B
Frekuensi h sangat kecil
HH, Hh Æ H utuh
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Antigen Rh
• Erythroblastosis fetalis (hemolytic disease of newborn/ HDN)
Æ anemia
• Tidak kompatibel secara imunologi antara fetus dan ibu
• Fetus Rh+ , ibu Rh- dan Bapak Rh+
• Jika darah fetus masuk ke darah ibu melalui tali pusat yang
putus pada saat lahir Æ sistem imun ibu mengenal antigen
Rh Æ antibodi
Mengandung brkt Æ antibodi tinggi Æ merusak sel darah
merah bayi saat lahir (melalui plasenta)
• Rh+ Æ antigen, Rh- Æ tidak ada antigen
• Rh faktor Æ 3 gen yang terpaut
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Alel letal
• Produk gen esensial untuk hidup Æ mutasi Æ tidak
berfungsi
• Heterozigot Æ hidup (ada 1 alel tipe liar) Æ alel letal resesif
Æ Homozigot resesif Æ mati
• Heterozigot Æ mati (1 alel tipe liar tidak cukup) Æ alel letal
dominan
• Homozigot Æ mati, heterozigot Æ fenotipe lain Î alel letal
resesif tetapi dominan thd fenotipe
– Contoh: Pada mencit mutasi Æ bulu kuning (tipe liar: abu-abu/ agouti)
• Huntington disease Æ alel letal dominan (H), dimulai lambat
(meninggal pada 40 th)
• Alel letal dominan Æ jarang. Alel tsb ada di populasi bila
ekspresinya terjadi setelah masa reproduksi
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Alel letal resesif pada
mencit
AY dominan thd A
AY Æ letal dlm homozigot
Æ alel letal resesif
Tidak pernah ada bulu
kuning homozigot
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
KOMBI NASI DUA PASANG GEN
• Perbandingan
fenotipe F2 dihibrid=
perkalian
perbandingan
monohibridnya
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
EPISTASIS
Ekspresi dari satu pasang gen menutupi atau memodifikasi
ekspresi dari pasangan gen lainnya
3 alternatif:
1. Alel resesif homosigot dari lokus 1 menutupi ekspresi alel
lain di lokus 2 (yang menutupi adalah lokus epistatik,
yang ditutupi: lokus hipostatik)
2. Alel tunggal dominan di lokus 1 mempengaruhi ekspresi
alel di lokus 2
3. Dua pasang gen berkomplementasi satu dengan lainnya
untuk mengekspresikan suatu fenotipe.
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Homosigot resesif di lokus 1 menutupi ekspresi alel di lokus 2
• Contoh fenotipe
Bombay: hh
menutupi ekspresi I A
dan I B
Hanya individu Hdapat membentuk
antigen A atau B
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
• Epistasis
Modifikasi perbandingan F2 dihibrid
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Contoh
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Dua lokus menentukan satu sifat
Nisbah dihibrid
Single
rrpp
Rose
RRpp
Rrpp
Pea
rrPP
rrPp
Walnut
RRPP
RRPp
RrPP
RrPp
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
F2 9:3:4
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
F2 12:3:1
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
F2: 9:7
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Interaksi Komplementasi
(9 : 7)
Prekursor
Enzim α
Alel A
Linamarin
HCN
Linamerase
Alel B
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
• I nteraksi gen Æ sifat/ fenotipe baru
F2: 9:6:1
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Warna mata Drosophila
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
GEN TERPAUT JENI S KELAMI N
X dan Y = tidak ada lokus homolog
Thomas H. Morgan:
Persilangan resiprok Drosophila melanogaster bermata
merah x putih Æ hasil (F1 & F2) berbeda
Lalat mata merah Æ tipe liar Æ alel W
Lalat mata putih Æ tipe mutan Æ alel w
♀m
x
♂p
P
♀p
x
♂m
½ ♀m, ½ ♂m
F1
½ ♀m, ½ ♂p
½ ♀m,
1/ 4♂p, 1/ 4♂m
F2
1/ 4
♀m, 1/ 4♀p
1/ 4♂p, 1/ 4♂m
Kesimpulan:
W dominan thd w Æ pada individu betina
Lokus warna mata di kr X, tidak di autosom
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Gen terpaut kromosom X
ÆX
W
ÆY
W
W
W
X
w
w
P
w
w
W
W
F1
W
X
w
w
X
w
W
X W
W
X
w
X
w
W
w
X
X w
♀mata merah =
W
W
W
W
w
w
W
F2
W
w
w
w
w
homo/ heterozigot
♂ mata merah =
hemizigot
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Pew arisan sifat terpaut kelamin pada manusia
Kelainan sifat Æ kromosom X
Bersifat resesif Æ terekspresi:
♀Æ homozigot
♂Æ heterozigot
Contoh: buta warna
cc
cY
CC
CY
Cc
Cc
CY
cY
Cc
C = normal
c = buta warna
Y = kromosom Y
Cc
CY
CY
Cc;CC
♀buta warna x ♂ normal:
- ♂ buta warna
- ♀ normal (carrier)
CY
CC; Cc CC; Cc
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Sifat ( penyakit) terpaut kelamin
Sifat
Ciri-ciri
Butawarna
-Tipe deutan
Tidak sensitif thd sinar hijau
-Tipe protan
Tidak sensitif thd sinar merah
Penyakit Fabri
Def. galaktosidase A; hati & ginjal rusak; kematian dini
Defisiensi G-6-PD
Def. glukosa-6-fosfat dehidrogenase
Hemofilia A
Def. pembeku darah; kurang faktor VI I I
Hemofilia B
Def. pembeku darah; kurang faktor I X
Hunter syndrome
Def. enzim iduronat sulfatase Æ gangguan sistem
penyimpanan mukopolisakarida; tuli & lemah mental
I chthyosis
Def. enzim steroid sulfatase; kulit kering bersisik
Lesch-Nyhan
syndrome
Def. enzim hipoxantin-guanin fosforibosil transferase (HGPRT)
Æ kemunduran motor syaraf & mental; kematian dini
Muscular dystrophy
(Duchenne type)
Def. protein distrofin; otot usak secara progresif, mental
terbelakang
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Barr Body
Murray L. Barr : sel syaraf kucing
• betina : body hitam
• Jantan : tidak ada
Terdapat juga di sel kelenjar ludah ( boccal mucosa) & fibroblast
ÎBarr body Æ badan kromatin kelamin: kromosom X yang tidak aktif
ÎTerdapat pada salah satu dari 2 kromosom X
Contoh :
Sindrom Klinefelter (47, XXY) Æ
♂, 1 barr body
♀ , tanpa barr body Æ steril Æ?
47, XXX Æ 2 barr body Æ ♀steril Æ?
48, XXXX Æ 3 barr body Æ ♀steril Æ?
Sindrom Turner (45, X) Æ
Jumlah barr body = N-1; N = jumlah kromosom X
I naktifasi kromosom X Æ fertil/ steril?
Kemungkinan:
1. I naktifasi tidak terjadi saat perkembangan reproduksi
2. Tidak semua bagian kromosom X mengalami inaktifasi Æ ekspresi
berlebihan
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Hipotesis Lyon
I naktifasi pada kromosom X yang mana? (dari ♂ atau ♀)
Mary Lyon & Liane Russell (1961):
• I naktifasi bersifat acak di sel somatik pada awal
perkembangan embrio
Æ Hipotesis Lyon
• Mencit ♀heterozigot berwarna belang putih-hitam:
– hitam besar dari gen pada X aktif
– putih dari gen pada X tidak aktif
XX
XX
XX
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
• Kucing
• 3 warna (putih, hitam, kuning): ♀, tidak pernah ♂ (kuningputih) Æ ?
– putih Æ tidak pada kromosom X
– hitam dan kuning Æ inaktifasi kromosom X
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Pew arisan sifat pada jenis kelamin tertentu
Ayam
Bulu leher & ekor
- ♂(jago) bulu panjang, sempit, meruncing
-♀(babon) bulu pendek, bulat
-sepasang alel autosom x hormon kelamin
-Tipe babon Æ alel H (dominan)
- ♀hh Æ bulu tipe babon
- ♂hh Æ bulu tipe jago
Æ ekspresi alel h terjadi pada ayam jantan
Ayam leghorn : hh Æ ♀ dan ♂ berbulu beda
Fenotipe
Genotipe
Betina
Jantan
HH
Berbulu babon
Berbulu babon
Hh
Berbulu babon
Berbulu babon
hh
Berbulu babon
Berbulu jago
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Kepala manusia
- botak & tidak botak
- botak Æ B
- ♂ : Bb Æ botak
-♀ : Bb Æ tidak botak
-♀BB Æ botak tapi tidak sejelas ♂
Æ saat muda tidak botak
Fenotipe
Genotipe
Perempuan
Laki-laki
BB
Botak
Botak
Bb
Tidak botak
Botak
bb
Tidak botak
Tidak botak
Contoh lain
-Tanduk domba
-Warna tertentu kulit pada sapi
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
DETERMI NASI JENI S KELAMI N PADA
ORGANI SME EUKARYOT
Hewan: 1 jenis kelamin (kecuali moluska)
Tumbuhan: hermaprodit & 1 jenis kelamin
Eukaryot unisel ( N. crassa, S. cerevisiae) Æ gen jenis kelamin
Dasar penentuan jenis kelamin:
Satu/ dua lokus
Jenis kromosom
Tingkat ploidi
Lingkungan
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Penentuan Jenis Berdasarkan Satu/ Dua Lokus
Contoh:
Ecballium elaterium , jagung, pepaya
E. Elaterium
3 alel: D(jantan) > + (hermaprodit) > d(betina)
D- = jantan; + + , + d = hermaprodit; dd = betina
DD tidak pernah ada
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Jagung
Jagung Æ > 1 lokus
2 lokus @ 2 alel (dominan-resesif)
ba (barren stalk)(jantan) < Ba (pistil/ tongkol)
ts (tassel seed)(jantan) < Ts (bulir)
sk (silkless)(betina) < Sk (pistil/ tongkol)
ba/ ba = tidak ada tongkol = sk/ sk
ts/ ts = tidak ada bulir
Ba/ -; Ts/ - = hermaprodit (tongkol + bulir)
ba/ ba; Ts/ - = tanpa tongkol, bulir normal
ba/ ba; ts/ ts = tongkol tidak di batang, bulir berubah menjadi
putik
Ba/ -; ts/ ts = ada tongkol, bulir menjadi putik
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Penentuan Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis
Kromosom
Model protenor ( tipe XX/ XO) Æ Edmund B. Wilson
• Serangga protenor betina: 14 kromosom (12 autosom; 2
kromosom X)
– Oogenesis Æ gamet betina: 6 autosom + 1 kr X
• Jantan: 13 kr (12 autosom; 1 kr X)
– Spermatogenesis Æ gamet jantan:
• 6 autosom, 0 kr X
• 6 autosom, 1 kr X
jantan (+ X)
betina
jantan (- X)
jantan
gamet betina
• Jenis kelamin: ada/ tidaknya kr X pada gamet jantan
yang membuahi gamet betina
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Model Lygaeus ( tipe XX/ XY)
L. turicus: 14 kromosom
• Betina: 12 A + 2 X
– gamet (6 A + X)
– kelamin homogametik
• Jantan: 12 A + X + Y
– gamet (6 A + X dan 6 A + Y)
– kelamin heterogametik
jantan (X)
betina
jantan (Y)
jantan
gamet betina
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Sistem penentuan jenis kelamin hew an
1.Homogametik betina = heterogametik jantan
I ndividu jantan : 2 jenis kromosom kelamin (XY atau XO)
I ndividu betina : 1 jenis kromosom kelamin (XX)
Contoh:
Manusia: Jantan (44A + XY); Betina (44A + XX)
Belalang: Jantan (16A + XO); Betina (16A + XX)
Melandrium album Æ Morgan Westergaard (1953)
Jantan : 8A + XY; Betina : 8A + XX
Ukuran Y > X
Y dominan terhadap X Æ Y penentu kejantanan
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
2. Heterogametik betina = homogametik jantan
I ndividu betina : 2 jenis kromosom kelamin
I ndividu jantan : 1 jenis kromosom kelamin
Contoh:
Unggas, reptil, ikan, kupu-kupu, Fragaria orientalis
Unggas
Jantan: ZZ; betina : ZW atau ZO
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Penentuan jenis kelamin pada
Drosophila melanogaster
Gagal segregasi pada anafase (I atau I I ) ( nondisjunction ):
gamet abnormal Æ (n+ 1) atau (n-1)
Jika bertemu dg gamet (n) pada zigot:
-I ndividu (2n+ 1) atau (2n-1) Æ aneuploid
Calvin Bridge (1916): Æ pada kromosom X
6A + XXY : betina normal Æ Y bukan penentu jantan
6A + XO : jantan steril Æ tidak adanya Y tidak
menyebabkan XO menjadi betina
Kromosom Y kekurangan faktor penentu jantan, tapi
mengandung informasi bagi fertilitas jantan karena individu
XO adalah jantan tapi steril
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
2X/ 2A dan 3X/ 3A Æ nisbah X/ A = 1 Æ betina fertil
3X/ 2A Æ X/ A = 1,5 Æ metafemale = betina super (lemah,
infertil)
XY/ 2A = Jantan normal; X/ 2A = jantan steril Æ
X/ A = ½ Æ jantan; Y = fertil; -Y = steril
XY/ 3A Æ X/ A = 1/ 3 Æ metamale (jantan super, infertil)
X/ A = ½ - 1 Æ interseks: morfologi abnormal, 2 alat
kelamin rudimenter, ukuran lebih besar
Nisbah Kr X thd ploidi autosom Æ jenis kelamin
Penentu kelamin betina Æ Kr X, jantan Æ autosom
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Penentuan jenis kelamin pada manusia
XX = betina
XY = jantan
Y = jantan
-Y= betina
44A + XXY Æ 47, XXY Æ sindrom klinefelter:
Alat kelamin jantan, bagian dalam perut jantan, testis tidak
berkembang, dada membesar
Fenotipe 48,XXXY = 48,XXYY = 49,XXXXY = 49,XXXYY =
47,XXY Æ semakin banyak X Æ semakin abnormal
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
44A + X Æ 45, X Æ sindrom Turner:
Alat kelamin betina, bagian dalam perut betina, ovarium
rudimenter, ukuran badan pendek
47,XXX Æ betina normal (kadang infertil), ciri sekunder
betina kurang berkembang
48,XXXX, 49,XXXXX Æ betina steril, gangguan mental
Î tambahan kr X Æ mengganggu perkembangan betina
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Penentuan Jenis Kelamin Berdasarkan
Tingkat Ploidi
diploid = betina
haploid = jantan
sel telur dibuahi = betina
sel telur tidak dibuahi = jantan
Contoh: lebah, semut
Lebah jantan = 16 kromosom
Lebah betina = 32 kromosom
Gametogenesis?
• Jantan Æ mitosis : n Æ n
• Betina Æ meiosis : 2n Æ n
• Lebah (semut) yang menghasilkan telur Æ ratu
Lebah betina?
• betina fertil Æ ratu
• betina steril Æ pekerja
Î makanan yang diterima saat larva
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Penentuan Jenis Kelamin Berdasarkan
Lingkungan
Cacing laut ( Bonellia viridis)
• Mempunyai semua gen jantan dan betina
• Betina = “probocis” panjang
• Jantan = kecil (sebesar protozoa), parasit saluran
reproduksi betina
• Reproduksi: telur terbuahiÆ air Æ larva, bila dekat cacing
dewasa, menempel probocis Æ cacing jantan
bila terbenam di pasir Æ cacing betina
I kan laut ( Labroidies dimidiatus)
• Hidup berkelompok: 1 Jantan, beberapa betina
• Bila jantan mati Æ betina paling kuat menjadi jantan fertil
(mencegah jantan dari kelompok lain)
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Nisbah Mendel
• Dua lokus menentukan satu sifat
• I nteraksi ekspresi antar lokus
• Penyimpangan nisbah akibat pautan antara
lokus
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Modifikasi Perbandingan Mendel
• Fenotipe F2: 3:1 & 9:3:3:1, syarat:
– Dominan/ resesif
– 1 sifat oleh 1 ps gen
Bila tidak terpenuhi: nisbah mengalami modifikasi
Dominansi parsial ( tidak sempurna)
• Fenotipe keturunan: antara kedua tetua
• Contoh: Bunga pukul 4 (snapdragon)
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Perbandingan
fenotipe F2: 1:2:1
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Kodominansi
• Jika 2 alel dari gen tunggal bertanggungjawab terhadap
2 macam produk gen
• Contoh: Golongan darah MN (Karl Landsteiner & Philip
Levine)
– Dasar: glikoprotein (M &N) pd permukaan sel darah merah
– Lokus pada Kr.4
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Alel ganda ( multi alel)
• Dalam 1 lokus: lebih dari 2 alel (3 atau lebih)
• Hanya berlaku pada populasi, tidak berlaku pd
individu
• Contoh: Golongan darah ABO (Karl Landsteiner)
– Dasar: antigen pada permukaan sel darah merah
– Lokus pada Kr.9
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Pewarisan golongan darah dari tetua ke
keturunannya
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Antigen A dan B
• Kelompok karbohidrat terikat pada asam lemak
(lipid) dari membran sel darah merah
• Dasar spesifikasi antigen: gula terminal dari klp
karbohidrat
• Semua individu punya bahan H (3 molekul gula:
galaktosa, N-asetilglukosamin & fukosa) sbg
tempat menempel 1-2 gula terminal
• I A Æ enzim menempelkan N-asetilglukosamin ke H
• I B Æ enzim menempelkan galaktosa ke H
• I o Æ tidak dapat menempelkan gula ke H
• I A & I B Æ kodominan (dominan terhadap I o)
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Dasar biokimia
sistem ABO
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Fenotip Bombay
• 1952, wanita Bombay, tidak punya antigen A dan B Æ O
• Tetua: A & AB Æ anaknya tidak mungkin O (saudaranya tidak
ada O)
Mengapa O?
Mutasi resesif h Æ
mencegah terbentuknya
bahan H utuh, kurang
fukosa
Kurang fukosa Æ H tidak
dikenali enzim dari I A dan I B
Frekuensi h sangat kecil
HH, Hh Æ H utuh
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Antigen Rh
• Erythroblastosis fetalis (hemolytic disease of newborn/ HDN)
Æ anemia
• Tidak kompatibel secara imunologi antara fetus dan ibu
• Fetus Rh+ , ibu Rh- dan Bapak Rh+
• Jika darah fetus masuk ke darah ibu melalui tali pusat yang
putus pada saat lahir Æ sistem imun ibu mengenal antigen
Rh Æ antibodi
Mengandung brkt Æ antibodi tinggi Æ merusak sel darah
merah bayi saat lahir (melalui plasenta)
• Rh+ Æ antigen, Rh- Æ tidak ada antigen
• Rh faktor Æ 3 gen yang terpaut
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Alel letal
• Produk gen esensial untuk hidup Æ mutasi Æ tidak
berfungsi
• Heterozigot Æ hidup (ada 1 alel tipe liar) Æ alel letal resesif
Æ Homozigot resesif Æ mati
• Heterozigot Æ mati (1 alel tipe liar tidak cukup) Æ alel letal
dominan
• Homozigot Æ mati, heterozigot Æ fenotipe lain Î alel letal
resesif tetapi dominan thd fenotipe
– Contoh: Pada mencit mutasi Æ bulu kuning (tipe liar: abu-abu/ agouti)
• Huntington disease Æ alel letal dominan (H), dimulai lambat
(meninggal pada 40 th)
• Alel letal dominan Æ jarang. Alel tsb ada di populasi bila
ekspresinya terjadi setelah masa reproduksi
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Alel letal resesif pada
mencit
AY dominan thd A
AY Æ letal dlm homozigot
Æ alel letal resesif
Tidak pernah ada bulu
kuning homozigot
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
KOMBI NASI DUA PASANG GEN
• Perbandingan
fenotipe F2 dihibrid=
perkalian
perbandingan
monohibridnya
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
EPISTASIS
Ekspresi dari satu pasang gen menutupi atau memodifikasi
ekspresi dari pasangan gen lainnya
3 alternatif:
1. Alel resesif homosigot dari lokus 1 menutupi ekspresi alel
lain di lokus 2 (yang menutupi adalah lokus epistatik,
yang ditutupi: lokus hipostatik)
2. Alel tunggal dominan di lokus 1 mempengaruhi ekspresi
alel di lokus 2
3. Dua pasang gen berkomplementasi satu dengan lainnya
untuk mengekspresikan suatu fenotipe.
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Homosigot resesif di lokus 1 menutupi ekspresi alel di lokus 2
• Contoh fenotipe
Bombay: hh
menutupi ekspresi I A
dan I B
Hanya individu Hdapat membentuk
antigen A atau B
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
• Epistasis
Modifikasi perbandingan F2 dihibrid
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Contoh
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Dua lokus menentukan satu sifat
Nisbah dihibrid
Single
rrpp
Rose
RRpp
Rrpp
Pea
rrPP
rrPp
Walnut
RRPP
RRPp
RrPP
RrPp
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
F2 9:3:4
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
F2 12:3:1
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
F2: 9:7
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Interaksi Komplementasi
(9 : 7)
Prekursor
Enzim α
Alel A
Linamarin
HCN
Linamerase
Alel B
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
• I nteraksi gen Æ sifat/ fenotipe baru
F2: 9:6:1
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Warna mata Drosophila
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
GEN TERPAUT JENI S KELAMI N
X dan Y = tidak ada lokus homolog
Thomas H. Morgan:
Persilangan resiprok Drosophila melanogaster bermata
merah x putih Æ hasil (F1 & F2) berbeda
Lalat mata merah Æ tipe liar Æ alel W
Lalat mata putih Æ tipe mutan Æ alel w
♀m
x
♂p
P
♀p
x
♂m
½ ♀m, ½ ♂m
F1
½ ♀m, ½ ♂p
½ ♀m,
1/ 4♂p, 1/ 4♂m
F2
1/ 4
♀m, 1/ 4♀p
1/ 4♂p, 1/ 4♂m
Kesimpulan:
W dominan thd w Æ pada individu betina
Lokus warna mata di kr X, tidak di autosom
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Gen terpaut kromosom X
ÆX
W
ÆY
W
W
W
X
w
w
P
w
w
W
W
F1
W
X
w
w
X
w
W
X W
W
X
w
X
w
W
w
X
X w
♀mata merah =
W
W
W
W
w
w
W
F2
W
w
w
w
w
homo/ heterozigot
♂ mata merah =
hemizigot
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Pew arisan sifat terpaut kelamin pada manusia
Kelainan sifat Æ kromosom X
Bersifat resesif Æ terekspresi:
♀Æ homozigot
♂Æ heterozigot
Contoh: buta warna
cc
cY
CC
CY
Cc
Cc
CY
cY
Cc
C = normal
c = buta warna
Y = kromosom Y
Cc
CY
CY
Cc;CC
♀buta warna x ♂ normal:
- ♂ buta warna
- ♀ normal (carrier)
CY
CC; Cc CC; Cc
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Sifat ( penyakit) terpaut kelamin
Sifat
Ciri-ciri
Butawarna
-Tipe deutan
Tidak sensitif thd sinar hijau
-Tipe protan
Tidak sensitif thd sinar merah
Penyakit Fabri
Def. galaktosidase A; hati & ginjal rusak; kematian dini
Defisiensi G-6-PD
Def. glukosa-6-fosfat dehidrogenase
Hemofilia A
Def. pembeku darah; kurang faktor VI I I
Hemofilia B
Def. pembeku darah; kurang faktor I X
Hunter syndrome
Def. enzim iduronat sulfatase Æ gangguan sistem
penyimpanan mukopolisakarida; tuli & lemah mental
I chthyosis
Def. enzim steroid sulfatase; kulit kering bersisik
Lesch-Nyhan
syndrome
Def. enzim hipoxantin-guanin fosforibosil transferase (HGPRT)
Æ kemunduran motor syaraf & mental; kematian dini
Muscular dystrophy
(Duchenne type)
Def. protein distrofin; otot usak secara progresif, mental
terbelakang
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Barr Body
Murray L. Barr : sel syaraf kucing
• betina : body hitam
• Jantan : tidak ada
Terdapat juga di sel kelenjar ludah ( boccal mucosa) & fibroblast
ÎBarr body Æ badan kromatin kelamin: kromosom X yang tidak aktif
ÎTerdapat pada salah satu dari 2 kromosom X
Contoh :
Sindrom Klinefelter (47, XXY) Æ
♂, 1 barr body
♀ , tanpa barr body Æ steril Æ?
47, XXX Æ 2 barr body Æ ♀steril Æ?
48, XXXX Æ 3 barr body Æ ♀steril Æ?
Sindrom Turner (45, X) Æ
Jumlah barr body = N-1; N = jumlah kromosom X
I naktifasi kromosom X Æ fertil/ steril?
Kemungkinan:
1. I naktifasi tidak terjadi saat perkembangan reproduksi
2. Tidak semua bagian kromosom X mengalami inaktifasi Æ ekspresi
berlebihan
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Hipotesis Lyon
I naktifasi pada kromosom X yang mana? (dari ♂ atau ♀)
Mary Lyon & Liane Russell (1961):
• I naktifasi bersifat acak di sel somatik pada awal
perkembangan embrio
Æ Hipotesis Lyon
• Mencit ♀heterozigot berwarna belang putih-hitam:
– hitam besar dari gen pada X aktif
– putih dari gen pada X tidak aktif
XX
XX
XX
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
• Kucing
• 3 warna (putih, hitam, kuning): ♀, tidak pernah ♂ (kuningputih) Æ ?
– putih Æ tidak pada kromosom X
– hitam dan kuning Æ inaktifasi kromosom X
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Pew arisan sifat pada jenis kelamin tertentu
Ayam
Bulu leher & ekor
- ♂(jago) bulu panjang, sempit, meruncing
-♀(babon) bulu pendek, bulat
-sepasang alel autosom x hormon kelamin
-Tipe babon Æ alel H (dominan)
- ♀hh Æ bulu tipe babon
- ♂hh Æ bulu tipe jago
Æ ekspresi alel h terjadi pada ayam jantan
Ayam leghorn : hh Æ ♀ dan ♂ berbulu beda
Fenotipe
Genotipe
Betina
Jantan
HH
Berbulu babon
Berbulu babon
Hh
Berbulu babon
Berbulu babon
hh
Berbulu babon
Berbulu jago
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Kepala manusia
- botak & tidak botak
- botak Æ B
- ♂ : Bb Æ botak
-♀ : Bb Æ tidak botak
-♀BB Æ botak tapi tidak sejelas ♂
Æ saat muda tidak botak
Fenotipe
Genotipe
Perempuan
Laki-laki
BB
Botak
Botak
Bb
Tidak botak
Botak
bb
Tidak botak
Tidak botak
Contoh lain
-Tanduk domba
-Warna tertentu kulit pada sapi
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
DETERMI NASI JENI S KELAMI N PADA
ORGANI SME EUKARYOT
Hewan: 1 jenis kelamin (kecuali moluska)
Tumbuhan: hermaprodit & 1 jenis kelamin
Eukaryot unisel ( N. crassa, S. cerevisiae) Æ gen jenis kelamin
Dasar penentuan jenis kelamin:
Satu/ dua lokus
Jenis kromosom
Tingkat ploidi
Lingkungan
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Penentuan Jenis Berdasarkan Satu/ Dua Lokus
Contoh:
Ecballium elaterium , jagung, pepaya
E. Elaterium
3 alel: D(jantan) > + (hermaprodit) > d(betina)
D- = jantan; + + , + d = hermaprodit; dd = betina
DD tidak pernah ada
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Jagung
Jagung Æ > 1 lokus
2 lokus @ 2 alel (dominan-resesif)
ba (barren stalk)(jantan) < Ba (pistil/ tongkol)
ts (tassel seed)(jantan) < Ts (bulir)
sk (silkless)(betina) < Sk (pistil/ tongkol)
ba/ ba = tidak ada tongkol = sk/ sk
ts/ ts = tidak ada bulir
Ba/ -; Ts/ - = hermaprodit (tongkol + bulir)
ba/ ba; Ts/ - = tanpa tongkol, bulir normal
ba/ ba; ts/ ts = tongkol tidak di batang, bulir berubah menjadi
putik
Ba/ -; ts/ ts = ada tongkol, bulir menjadi putik
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Penentuan Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis
Kromosom
Model protenor ( tipe XX/ XO) Æ Edmund B. Wilson
• Serangga protenor betina: 14 kromosom (12 autosom; 2
kromosom X)
– Oogenesis Æ gamet betina: 6 autosom + 1 kr X
• Jantan: 13 kr (12 autosom; 1 kr X)
– Spermatogenesis Æ gamet jantan:
• 6 autosom, 0 kr X
• 6 autosom, 1 kr X
jantan (+ X)
betina
jantan (- X)
jantan
gamet betina
• Jenis kelamin: ada/ tidaknya kr X pada gamet jantan
yang membuahi gamet betina
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Model Lygaeus ( tipe XX/ XY)
L. turicus: 14 kromosom
• Betina: 12 A + 2 X
– gamet (6 A + X)
– kelamin homogametik
• Jantan: 12 A + X + Y
– gamet (6 A + X dan 6 A + Y)
– kelamin heterogametik
jantan (X)
betina
jantan (Y)
jantan
gamet betina
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Sistem penentuan jenis kelamin hew an
1.Homogametik betina = heterogametik jantan
I ndividu jantan : 2 jenis kromosom kelamin (XY atau XO)
I ndividu betina : 1 jenis kromosom kelamin (XX)
Contoh:
Manusia: Jantan (44A + XY); Betina (44A + XX)
Belalang: Jantan (16A + XO); Betina (16A + XX)
Melandrium album Æ Morgan Westergaard (1953)
Jantan : 8A + XY; Betina : 8A + XX
Ukuran Y > X
Y dominan terhadap X Æ Y penentu kejantanan
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
2. Heterogametik betina = homogametik jantan
I ndividu betina : 2 jenis kromosom kelamin
I ndividu jantan : 1 jenis kromosom kelamin
Contoh:
Unggas, reptil, ikan, kupu-kupu, Fragaria orientalis
Unggas
Jantan: ZZ; betina : ZW atau ZO
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Penentuan jenis kelamin pada
Drosophila melanogaster
Gagal segregasi pada anafase (I atau I I ) ( nondisjunction ):
gamet abnormal Æ (n+ 1) atau (n-1)
Jika bertemu dg gamet (n) pada zigot:
-I ndividu (2n+ 1) atau (2n-1) Æ aneuploid
Calvin Bridge (1916): Æ pada kromosom X
6A + XXY : betina normal Æ Y bukan penentu jantan
6A + XO : jantan steril Æ tidak adanya Y tidak
menyebabkan XO menjadi betina
Kromosom Y kekurangan faktor penentu jantan, tapi
mengandung informasi bagi fertilitas jantan karena individu
XO adalah jantan tapi steril
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
2X/ 2A dan 3X/ 3A Æ nisbah X/ A = 1 Æ betina fertil
3X/ 2A Æ X/ A = 1,5 Æ metafemale = betina super (lemah,
infertil)
XY/ 2A = Jantan normal; X/ 2A = jantan steril Æ
X/ A = ½ Æ jantan; Y = fertil; -Y = steril
XY/ 3A Æ X/ A = 1/ 3 Æ metamale (jantan super, infertil)
X/ A = ½ - 1 Æ interseks: morfologi abnormal, 2 alat
kelamin rudimenter, ukuran lebih besar
Nisbah Kr X thd ploidi autosom Æ jenis kelamin
Penentu kelamin betina Æ Kr X, jantan Æ autosom
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Penentuan jenis kelamin pada manusia
XX = betina
XY = jantan
Y = jantan
-Y= betina
44A + XXY Æ 47, XXY Æ sindrom klinefelter:
Alat kelamin jantan, bagian dalam perut jantan, testis tidak
berkembang, dada membesar
Fenotipe 48,XXXY = 48,XXYY = 49,XXXXY = 49,XXXYY =
47,XXY Æ semakin banyak X Æ semakin abnormal
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
44A + X Æ 45, X Æ sindrom Turner:
Alat kelamin betina, bagian dalam perut betina, ovarium
rudimenter, ukuran badan pendek
47,XXX Æ betina normal (kadang infertil), ciri sekunder
betina kurang berkembang
48,XXXX, 49,XXXXX Æ betina steril, gangguan mental
Î tambahan kr X Æ mengganggu perkembangan betina
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Penentuan Jenis Kelamin Berdasarkan
Tingkat Ploidi
diploid = betina
haploid = jantan
sel telur dibuahi = betina
sel telur tidak dibuahi = jantan
Contoh: lebah, semut
Lebah jantan = 16 kromosom
Lebah betina = 32 kromosom
Gametogenesis?
• Jantan Æ mitosis : n Æ n
• Betina Æ meiosis : 2n Æ n
• Lebah (semut) yang menghasilkan telur Æ ratu
Lebah betina?
• betina fertil Æ ratu
• betina steril Æ pekerja
Î makanan yang diterima saat larva
Suharsono. Gendas Bio252. IPB
Penentuan Jenis Kelamin Berdasarkan
Lingkungan
Cacing laut ( Bonellia viridis)
• Mempunyai semua gen jantan dan betina
• Betina = “probocis” panjang
• Jantan = kecil (sebesar protozoa), parasit saluran
reproduksi betina
• Reproduksi: telur terbuahiÆ air Æ larva, bila dekat cacing
dewasa, menempel probocis Æ cacing jantan
bila terbenam di pasir Æ cacing betina
I kan laut ( Labroidies dimidiatus)
• Hidup berkelompok: 1 Jantan, beberapa betina
• Bila jantan mati Æ betina paling kuat menjadi jantan fertil
(mencegah jantan dari kelompok lain)
Suharsono. Gendas Bio252. IPB