Kultur akar rambut Cinchona ledgeriana dan C. succirubra dalam kultur in vitro

Kultur akar rambut Cinchona ledgeriana dan C. succirubra dalam kultur in vitro

Hairy root culture of Cinchona ledgeriana and C. succirubra by in vitro culture

Nurita TORUAN-MATHIUS 1) , REFLINI 2) , NURHAIMI-HARIS 1) , JOKO-SANTOSO 3) & A. PRIANGANI-ROSWIEM 4)

1) Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor 16151, Indonesia

2) PT London Sumatera, Bahlias, Medan, Indonesia

3) Pusat Penelitian Teh dan Kina, Gambung, Bandung, Indonesia

Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor, Bogor, Indonesia

Summary

species. The fastest hairy roots growth were found in MS medium, while growth in others

Problems encountered in hairy root culture medium was poor. Hairy roots of C. ledgeriana of

C. ledgeriana and C. succirubra are low has vigor and growth better than hairy roots of percentage of transformation of explants by

C. succirubra. MS with the addition of 50 mg/L Agrobacterium rhizogenes and slow growth of

L-tryptophane and three times the concen- hairy root. The objective of this research was to

trations of vitamin is the best medium for hairy evaluate the potential of several

root growth and vigor. Hairy roots of strains for initiation hairy roots of

A. rhizogenes

C. succirubra and C. ledgeriana used in this and

C. succirubra

C. ledgeriana, and to obtain the best medium studies were confirmed that hairy roots for hairy root culture of Cinchona spesies. Axenic

contained TL and TR-DNA region of Ri plasmid shoot and leaves explants of eight-month-old of

with molecular weight 780 and 1600 bp. The C. ledgeriana and C. succirubra seedlings were

results showed that strain of A. rhizogenes, plant inoculated with

species, source of explant and composition of 15834, ATCC-8196, R-20001, 07-20001, A4, R-

A. rhizogenes strain ATCC-

medium affect the initiation, growth, development MAFFA, TISTR509, TISTR510 and LBA9457.

and vigor of hairy roots. Inoculated explants were cultured in solid MS

medium with the addition of 100 mg/L [ Key woords: Cinchona ledgeriana, Cinchona amphicylin. Subculture of the hairy root was

hairy root- culture, succirubra, performed by transferred of root pieces into fresh

Agrobacterium rhizogenes ] liquid basal medium MS, B5, White and Heller.

Hairy roots from the best of basal medium were

subcultured on the same medium with the addition of 50 and 100 mg/L L-tryptophane,

Ringkasan

three or five times concentration of MS vitamins.

The integration of T-DNA of

kultur akar rambut hairy root was confirmed with specific primer for

A. rhizogenes in

Masalah dalam

C. ledgeriana dan C. succirubra adalah TL and TR-DNA of plasmid by Polymerase Chain

rendahnya tingkat keberhasilan transformasi Reaction analysis. The results showed that only

eksplan dengan Agrobacterium rhizogenes dan A. rhizogenes strain LBA 9457 were effective for

pertumbuhannya yang lambat. Penelitian ini transformation of explants from both Cinchona

bertujuan untuk mengevaluasi potensi dari

Toruan-Mathius et al.

beberapa galur A. Rhizogenes untuk inisiasi, kina, sedangkan pada bagian lain seperti mendapatkan komposisi medium terbaik untuk

kayu, buah dan daun hanya ditemukan pertumbuhan akar rambut C. ledgeriana dan

dalam kadar yang relatif sedikit ( Musalam C. succirubra, serta konfirmasi terintegrasinya

et al ., 1980; Staba & Chung, 1981). Kurang TR dan TL-DNA Ri plasmid ke dalam jaringan

eksplan. Eksplan batang dan daun berasal dari lebih 35 macam alkaloid kuinolin telah kecambah

ditemukan pada tanaman kina, namun hanya C. succirubra berumur delapan bulan diinokulasi

aksenik

C. ledgeriana

dan

empat macam kuinolin utama yaitu kuinin, dengan A. rhizogenes galur 15834, 8196,

kuinidin, sinkonin dan sinkonidin (Urdang, R-20001, 07-20001, A4, R.MAFFA,TISTR 509,

TISTR 510 dan LBA 9457. Eksplan yang sudah Setiap jenis Cinchona mempunyai diinokulasi dikulturkan dalam medium MS padat.

kandungan alkaloid kuinolin yang berbeda. Subkultur dilakukan dengan cara mentransfer

C. ledgeriana diketahui memiliki kadar potongan ujung akar rambut ke dalam medium

kuinin yang tinggi (4 - 13 %), sedangkan cair MS, B5, White dan Heller. Akar rambut dari

C. succirubra memiliki kadar kuinin yang medium

kultur yang

terbaik

kemudian

disubkultur ke dalam medium yang sama dengan sangat rendah (0,8-1,4 %). Akan tetapi kadar penambahan 50 dan 100 mg/L L-triptofan dengan

sinkonidin C. succirubra lebih tinggi yaitu konsentrasi vitamin sebanyak tiga kali dan lima

3,2 - 5,1 % dari pada C. ledgeriana yang kali dari konsentrasi normal MS. Integrasi T-

hanya mengandung 0 - 3,4 % (Astika, DNA dalam akar rambut dikonfirmasi meng-

1975). Kuinin digunakan sebagai obat anti- gunakan Polymerase Chain Reaction dengan

malaria, sedangkan kuinidin selain diguna- primer spesifik untuk TL dan TR-DNA plasmid.

kan sebagai obat anti malaria juga dapat Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa hanya

digunakan sebagai obat untuk menormalkan A.rhizogenes galur

LB9457 yang efektif menginfeksi eksplan baik batang maupun daun

denyut jantung yang tidak teratur (cardiac dari kedua spesies kina. Induksi, pertumbuhan

arythmic ) (Verstrijden, 1975). Pada industri dan vigor akar rambut yang terbaik diperoleh dari

minuman ringan, kuinin biasanya digunakan medium MS dengan penambahan 50 mg/L L-

sebagai pemberi cita rasa (flavoring agent) triptofan dan tiga kali konsentrasi vitamin. Hasil

karena rasanya pahit (Anderson et al., 1986). konfirmasi akar rambut baik dari batang maupun

Prospek pasar kina dunia pada beberapa daun menggunakan PCR, menunjukkan bahwa

tahun terakhir ini menunjukkan kecenderu- TL dan TR-DNA dari Ri plasmid A. rhizogenes

ngan meningkat dengan pesat. Permintaan mampu menghasilkan pita-pita DNA dengan

alkaloid kuinolin di pasar dunia diperkirakan BM780 dan 1600 pb. Hasil yang diperoleh akan terus meningkat karena penggunaanya menunjukkan bahwa galur A. rhizogenes, spesies

tanaman, sumber eksplan dan komposisi medium yang semakin meluas di berbagai bidang berpengaruh terhadap inisiasi, pertumbuhan,

industri antara lain industri farmasi, industri perkembangan dan vigor akar rambut.

minuman, industri kosmetik dan industri biopestisida. Setiap tahun terjadi pening-

Pendahuluan

katan permintaan alkaloid kuinolin sebesar

20 persen. Pada tahun 2001 kebutuhan Tanaman kina telah lama dikenal

alkaloid kuinolin mencapai 175 ton dan di- sebagai penghasil metabolit sekunder, yaitu

perkirakan pada tahun 2005 mendatang akan alkaloid

meningkat menjadi 275 - 300 ton dengan ditemukan di dalam kulit batang tanaman

kuinolin. Kuinolin

banyak

nilai sekitar US $ 9.900.000 (SIL, 2000).

Kultur akar rambut Cinchona ledgeriana dan C. succirubra ....

Kendala yang dihadapi adalah diperlukan formasi Agrobacterium untuk menghasilkan waktu paling sedikit tujuh tahun untuk dapat

akar rambut.

memanen kulit batang dan produksi alkaloid Agrobacterium merupakan bakteri tanah tertinggi baru dapat diperoleh setelah

gram negatif yang termasuk pada kelompok tanaman berumur 20 tahun. Usaha-usaha

Rhizobiaceae, mempunyai kemampuan yang telah dilakukan untuk memproduksi

untuk mentransfer sebagian bahan genetik- alkaloid kuinolin antara lain dengan

nya (DNA) pada sel tanaman melalui memanfaatkan teknik kultur jaringan. Salah

pelukaan DNA yang ditransfer disebut satu keuntungan teknik kultur jaringan

dengan T-DNA merupakan potongan dibandingkan dengan cara konvensional

beberapa ratus kilo basa dari plasmid yang adalah kemampuan dalam menghasilkan

dikenal dengan Ri plasmid (root inducing senyawa kimia dalam waktu yang relatif

plasmid ) (Nilson & Olsson 1997). T-DNA singkat dan kemampuan untuk memproduksi

akan terintegrasi pada kromosom tanaman senyawa yang sukar diperoleh secara alami.

dan akan mengekspresikan gen-gen untuk Hal ini didasari oleh sifat totipotensi sel

mensintesis senyawa opin, di samping itu T- tanaman (Fowler, 1983).

DNA juga mengandung onkogen yaitu gen- Staba & Chung (1981) telah berhasil

gen yang berperan untuk menyandi hormon memproduksi kuinolin pada kultur daun

pertumbuhan auksin dan sitokinin. Apabila

C. ledgeriana . Sedangkan Mulder-Krieger onkogen terekspresi maka akan terjadi per- et al . (1982) juga berhasil mendapatkan

tumbuhan cepat dari sel. Ekspresi onkogen kuinin dari kalus C. pubeseens. Kuinin dan

pada plasmid Ri mencirikan pembentukan kuinidin juga berhasil diperoleh dari kultur

akar adventif secara besar-besaran pada akar C. ledgeriana (Anderson et al., 1982).

tempat yang diinfeksi dan dikenal dengan Scragg (1986) berhasil memperoleh kuinidin

‘hairy root’ (akar rambut) (Nilson & dari kalus C. ledgeriana. Sedangkan Hay

Olsson 1997).

(1986) mendapatkan kuinin dan kuinidin Pemanfaatan kultur akar rambut untuk pada kultur akar C. ledgerian. Produksi

menghasilkan senyawa metabolit sekunder alkaloid kina melalui kultur jaringan masih

telah banyak dilakukan, antara lain lobelin menunjukkan produksi yang rendah. Hal ini

dari Lobelia inflanta L. (Yonemitsu et al., diduga karena pertumbuhan sel yang lambat

1990), katarantin dan ajmalin dari Catha- dan diperlukannya sejumlah

ranthus roseus (Vazquez-Flota et al., 1994), pertumbuhan dengan konsentrasi yang tepat.

hormon

saponin dari Solanum aculeatissum (Ikenaga Rhodes et al. (1986) menerangkan bahwa

et al ., 1995), glukotropaeolin dari. banyak persenyawaan tidak ekonomis

Tropaeolum majus (Wielanek & Urbanek, diproduksi melalui kultur suspensi dan

1999), hiosiamin dan skopolamin dari tingkat heterogenitasnya juga tinggi. Kultur

Atropa belladonna (Kamada et al., 1986 & cenderung tidak stabil dari masa ke masa.

Aoki et al., 1997) dan Datura innoxia Adanya kendala-kendala yang dihadapi

(Boitel-Conti et al., 2000). Keuntungan tersebut telah membuka suatu pengem-

menggunakan kultur akar rambut di antara- bangan teknik baru untuk menghasilkan

nya relatif seragam, memiliki kestabilan senyawa metabolit sekunder yang lebih

genetik yang tinggi, dan dapat menggunakan tinggi, yakni dengan memanfaatkan trans-

medium tanpa penambahan zat pengatur

Toruan-Mathius et al.

tumbuh, di samping itu mudah dimanipulasi

C. succirubra dan C. ledgeriana, (ii) untuk meningkatkan produktivitasnya.

optimasi medium untuk pertumbuhan akar Kultur akar rambut pada tanaman kina

rambut dari percobaan (i), dan (iii) konfir- untuk memproduksi kuinolin juga telah

masi transfer T-DNA pada akar rambut dari dilakukan oleh Hamill et al. (1989) pada

percobaan (ii).

C. ledgeriana dengan A. rhizogenes galur LBA 9402 dan R1000, dan Geerling et al.

A. rhizogenes untuk induksi (1999) pada C. officinalis dengan galur LBA

Seleksi galur

akar rambut

9402. Namun produksi kuinolinnya masih rendah dan diperoleh dalam periode waktu

Eksplan C. ledgeriana dan C. succirubra lebih dari satu tahun. Hal ini disebabkan laju

yang digunakan untuk menginduksi ter- pertumbuhan akar rambut yang sangat

bentuknya akar rambut berasal dari lambat. Namun sistem produksi ini jauh

kecambah berumur delapan minggu yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan

dikulturkan secara in vitro dalam medium tanamannya yang baru dapat dipanen setelah

Murashige & Skoog (1962) padat tanpa zat berumur lebih dari tujuh tahun.

pengatur tumbuh. Kultur diinkubasi dalam Adanya kendala dalam kultur akar

ruang kultur pada suhu 25ºC, dengan rambut tanaman kina disebabkan belum

intensitas cahaya 16.000 luks selama ditemukan komposisi medium yang tepat

12 jam/hari.

untuk pertumbuhan akar rambut. Menurut Untuk efisiensi transformasi, eksplan Giri & Narasu (2000) medium tumbuh

berupa daun dan batang dari kecambah in memberikan pengaruh yang nyata terhadap

vitro, dilukai dengan cara ditusuk-tusuk induksi akar rambut dan produksi metabolit

dengan pisau steril dan dikokultivasi selama sekunder. Untuk memperoleh pertumbuhan

60 menit di dalam suspensi bakteri. Sebelum akar rambut yang optimal, kondisi kultur

digunakan bakteri dikulturkan selama 48 harus diatur pada tingkat optimum.

jam dalam medium YMB dan dikocok pada Penelitian ini bertujuan untuk (i)

mesin pengocok dengan kecepatan 100 rpm. menyeleksi beberapa galur A. rhizogenes

Populasi bakteri dalam medium diukur yang dapat menginokulasi C. succirubra dan

dengan spektrofotometer, yaitu sebanyak

10 sel/mL (OD 600 = 0,2). A. rhizogenes yang optimum untuk pertumbuhan akar

C. ledgeriana , (ii) mendapatkan medium

yang diuji adalah galur ATCC-15834, rambut C. succirubra dan C. ledgeriana, dan

ATCC- 8196, R20001, 07-20001, LBA9457, (iii) mendapatkan akar rambut tanaman kina

A4,R-MAFFA, TISTR509 dan TISTR510, yang telah terintegrasi T-DNA.

berasal dari koleksi laboratorium Mikro- biologi, LIPI, Cibinong.

Untuk menghilangkan bakteri yang

Bahan dan Metode

tersisa pada permukaan eksplan, eksplan dikulturkan pada medium dasar MS padat

Penelitian terdiri dari tiga tahapan dengan penambahan ampisilin 100 mg/L. percobaan, yaitu (i) menyeleksi galur

Eksplan dipindahkan beberapa kali pada

A. rhizogenes yang dapat menginduksi medium yang sama sampai bebas bakteri. pembentukan

Selanjutnya eksplan aksenik dipindah-

Kultur akar rambut Cinchona ledgeriana dan C. succirubra ....

kan pada medium dasar MS padat tanpa diamati, akar rambut di keluarkan dari dalam ampisilin. Kultur diinkubasi dalam ruang

kultur kemudian dimasukkan ke dalam gelap pada suhu 25ºC. Peubah yang diamati

cawan Petri berisi kertas saring yang adalah waktu inisiasi munculnya akar

berfungsi untuk mengeringkan akar rambut. rambut, persentase terbentuknya akar rambut

Akar rambut yang sudah agak kering pada masing-masing eksplan dan respons

dipindahkan ke dalam cawan Petri tanpa yang ditimbulkan oleh masing-masing galur

kertas saring yang di bawahnya diletakkan bakteri, jenis tanaman kina dan asal eksplan

kertas milimeter blok berukuran, untuk yang digunakan.

mengukur panjang akar rambut. Jumlah percabangan akar rambut dihitung ber-

Optimasi medium untuk pertumbuhan akar dasarkan percabangan utama. rambut

Konfirmasi transformasi TR dan T-DNA Untuk pertumbuhan akar rambut di-

plasmid dengan PCR gunakan

medium dasar MS

padat

(Murashige & Skoog, 1962), B5 (Gamborg Konfirmasi terjadinya integrasi T-DNA, et al ., 1968), White (White et al., 1985) dan

yaitu daerah TL dan TR-DNA dari Heller (Heller, 1953). Akar rambut dari

A. rhizogenes terhadap sel tanaman kina masing-masing medium kemudian dipotong

dilakukan dengan teknik Polymerase Chain ujungnya sepanjang ± 2 cm dan dikultur

Reaction (PCR). Untuk kontrol positif pada medium dasar yang sama dalam bentuk

digunakan DNA plasmid A. rhizogenes cair. Percobaan diulang sebanyak lima kali,

LB9457 dan untuk kontrol negatif diguna- dan tiap ulangan terdiri dari dua potong akar

kan DNA daun dan akar tanaman kina in rambut. Untuk mendapatkan pertumbuhan

vitro . Sedangkan DNA uji adalah DNA dari akar rambutyang lebih baik, akar rambut

C. succirubra dan yang berasal dari medium dasar terbaik

akar

rambut

C. ledgeriana .

dipotong ujung akarnya sepanjang ± 2 cm Isolasi DNA plasmid dilakukan dengan dan dikultur pada medium MS dengan

menggunakan modifikasi metode Sambrook

penambahan L-triptofan 50 mg/L (MS 50 L) et al. (1989). Galur A. rhizogenes LB9457 dan 100 mg/L (MS 100L) serta vitamin

dikultur pada medium YMB cair dan dengan konsentrasi tiga (MS3V) dan lima

diletakkan pada mesin pengocok dengan (MS5V) kali vitamin MS normal. Percobaan

kecepatan 100 rpm selama 48 jam. Kultur diulang sebanyak lima kali dan tiap ulangan

dituang ke dalam tabung Eppendorf 2 mL terdiri dari dua potong akar rambut.

dan disentrifugasi dengan kecepatan Kultur diletakkan pada mesin pengocok

10.000 rpm selama dua menit sehingga dengan kecepatan 100 rpm, dan diinkubasi

membentuk pelet. Pelet yang terbentuk selama tujuh minggu pada suhu 25 o C±2 o C dilarutkan dengan bufer TELT (50 mM Tris-

dan kelembaban nisbi udara 80 - 90%. Cl pH 7,5; 82 mM EDTA, 2,5 M LiCl, 0,4% Peubah yang diukur berupa panjang, jumlah

Triton X-100). Ke dalam campuran percabangan dan bobot basah akar rambut

ditambahkan 50 µL lisozim 10 mg/mL dan pada kultur akar rambut berumur tujuh

diinkubasi pada suhu 37ºC selama satu jam. minggu. Untuk pengukuran peubah yang

Setelah itu campuran dimasukkan ke

Toruan-Mathius et al.

dalam air mendidih selama 1-2 menit diikuti 72ºC selama 2,5 menit sampai 35 siklus dengan perendaman di dalam air es beberapa

reaksi.

saat. Selanjutnya ke dalam campuran Hasil PCR difraksinasi melalui gel ditambahkan 50 µ L SDS 10% dan dibolak-

elektroforesis dengan konsentrasi 0,8% balik sampai lisis dan terlihat berlendir.

agarose dan penambahan loading dye brom- Campuran disentrifugasi dengan kecepatan

phenolblue sebagai pemberat. Elektro- 10.000 rpm selama dua menit pada suhu

foresis dilakukan dengan kondisi arus ruang. Supernatan yang terbentuk di-

36 mA, 100 volt selama 60 menit. Sebagai pindahkan ke dalam tabung baru dan ke

marker digunakan DNA 1 kb lader. Hasil dalamnya ditambahkan 2-3 volume etanol

elektroforesis dilihat dengan menggunakan absolut dingin. Untuk memurnikan DNA, ke

UV luminar dan didokumentasi dengan dalam campuran ditambahkan 0,1 volume

menggunakan kamera dan film Polaroid Na asetat 3M dan disimpan pada suhu

–20 o C 665.

selama 30 menit. Selanjutnya campuran Primer TL berupa rol B1 sekuen (5’ disentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm

ATGGATCCCAAATTGCTATTCC CCCA selama dua menit sehingga membentuk pelet

CGA 3’) dan rolB2 sekuen (5' TTAGGCTT DNA. Pelet DNA dicuci dengan alkohol

CTTTCATTCGGGTTTAC TGCAGC 3’). 70% lalu dikeringkan dengan vakum dan

Sedangkan untuk TR1 sekuen (5’ GGA AA dilarutkan dengan akuabides steril. DNA

TTGTGGCTCGTTGTGGAC3’) dan TR2 yang diperoleh dapat digunakan untuk

sekuen (5’ AATCGTTCAGAGAGC GTCC pengujian dengan PCR.

GAAGTT 3’) (Ermayanti et al., 2000). Sedangkan peubah yang diamati adalah Isolasi DNA daun, batang dan akar rambut

pita DNA dari akar rambut yang mempunyai tanaman kina

bobot molekul yang sama dengan TR dan L-NA plasmid A. rhizogenes pada gel

Isolasi dilakukan dengan menggunakan elektroforesis hasil PCR. modifikasi metode CTAB (Orozco-Castillo

et al ., 1994). Hasil isolasi DNA plasmid

A. rhizogenes dan DNA daun, dan akar

Hasil dan Pembahasan

rambut tanaman kina dianalisis dengan PCR

berdasarkan modifikasi metode Aoki et al.

A. rhizogenes untuk induksi (1997). Pereaksi PCR berupa bufer TrisHCl

Seleksi galur

akar rambut

1 mM + dNTP 0,2 mM mix yang telah berisi MgCl 2 200 µM + primer TL dan TR

Hasil inokulasi eksplan menunjukkan

10 pmol + enzim Taq DNA Polymerase bahwa hanya galur LBA9457 yang mampu

1 unit. Volume reaksi untuk PCR adalah menginduksi pembentukan akar rambut

25 µL dengan penambahan 50 ng DNA dan

baik

pada

C. succirubra maupun

C. ledgeriana . Setelah kultur berumur tujuh gunakan Thermolyne Amplitron I dengan

H 2 O. Reaksi PCR dilakukan dengan meng-

minggu persentase eksplan yang mati dari kondisi denaturasi pada suhu 94ºC selama

hasil inokulasi dengan galur LBA9457 satu menit, annealing pada suhu 55ºC

adalah sebesar 30% (ulangan sebanyak 15 selama satu menit dan polimerasi pada suhu

kali), sedangkan pada eksplan yang di-

Kultur akar rambut Cinchona ledgeriana dan C. succirubra ....

inokulasi dengan galur ATCC-15834, rambut yang terbentuk dengan meng- ATCC-8196, R20001, 07-20001, LBA9457,

gunakan A. rhizogenes galur ATCC-8196. A4, R-MAFFA, TISTR509 dan TISTR510

Sedangkan galur ATCC-5835, A4RS dan sebesar 100%. Hasil ini menunjukkan

LBA9402 dapat dengan sukses menghasil- adanya perbedaan kemampuan

galur

kan akar rambut dengan frekuensi trans-

A. rhizogenes untuk menginokulasi sel formasi yang berbeda (Menze & Mollers, tanaman kina.

Owen & Smigocki (1988) menjelaskan Hamill et al. (1989) menginokulasikan bahwa kemampuan inokulasi Agrobacterium

dua galur A. rhizogenes pada C. ledgeriana, terhadap tanaman berbeda-beda dalam

yaitu LBA9402 dan R1000 pada tanaman efektivitas transfer T-DNAnya. Hal ini ber-

kina. Dari hasil tersebut dilaporkan bahwa hubungan dengan virulensi isolat Agro-

hanya galur LBA9402 yang dapat meng- bacterium yang dipakai dan kerentanan

induksi pembentukan akar rambut dan dalam kultivar tanaman. Winans (1992) juga

waktu lebih dari enam bulan. Geerling et al. mengungkapkan bahwa keberhasilan proses

(1999) juga melaporkan bahwa LBA 9402 inokulasi dan transfer T-DNA tergantung

yang diinokulasikan pada C. officinalis dari kompatibilitas antara kultivar dan isolat

sangat sulit untuk dapat menginduksi pem- Agrobacterium yang dipakai. Kompatibilitas

bentukan akar rambut. Hal tersebut kemung- ini

kinan karena tanaman kina merupakan Agrobacterium untuk menerima isyarat dari

ditunjukkan dengan

kemampuan

tanaman tahunan dan berkayu yang secara tanaman peka yang luka dan diikuti dengan

alami pertumbuhannya juga lambat. terinduksinya faktor virulensi yang diperlu- kan dalam proses inokulasi.

Respons Cinchona sp. setelah diinokulasikan Berdasarkan kompatibilitas gen ter-

A. rhizogenes sebut, tidak terbentuknya akar rambut kemungkinan karena tidak kompatibelnya

dengan

Respons awal Cinchona setelah diino- gen T-DNA A. rhizogenes terhadap kromo-

kulasikan dengan A. rhizogenes LBA 9457 som tanaman kina sehingga T-DNA tidak

selama tiga minggu memperlihatkan adanya terintegrasi pada sel genom tanaman kina.

pembentukan kalus dan pembentukan akar Pada tanaman tinggi terdapat suatu

pada tempat inokulasi. Akan tetapi hampir rangkaian DNA yang cukup besar yang

semua pembentukan akar rambut diawali de- tidak aktif menyandi protein. Apabila posisi

ngan pembentukan kalus. Selanjutnya pada T-DNA yang disisipkan tidak bersifat acak

permukaan kalus yang terbentuk tersebut dalam genom tanaman dan hanya ter-

terjadi pembentukan akar rambut. Pada eks- integrasi dalam DNA yang tidak aktif maka

plan daun, baik pada C. succirubra maupun tidak dapat diekspresikan oleh tanaman.

C. ledgeriana seluruh eksplan memper- Perbedaan kemampuan Agrobacterium

lihatkan respons awal berkalus pada tempat untuk menginduksi akar rambut juga

inokulasi. Sedangkan pada eksplan batang ditemukan, dari empat galur A. rhizogenes

memperlihatkan adanya respons awal yang diinokulasikan pada Brassica napus,

berkalus dan juga respons terbentuknya akar yaitu galur ATCC-8196, ATCC-5835, A4RS

secara langsung pada tempat inokulasi. dan LBA 9402, ternyata tidak ada akar

Persentase akar muncul secara langsung

Toruan-Mathius et al.

Kalus Kalus/callus akar/root akar

0 Kalus/callus akar/root

Respons/Response Respons/Response

Kalus Respons/Response akar

C. succirubra

C.ledgeriana

Respons/Response

C. ledgeriana

C. ledgeriana

C. succirubra

C.ledgeriana

C. ledgeriana

C. ledgeriana

Gambar 1. Respons C. succirubra dan C. Ledgeriana untuk membentuk kalus dan akar rambut (A) empat minggu dan (B) delapan minggu setelah inokulasi dengan A. Rhizogenes galur LBA 9457.

Figure 1. Response of C. succirubra and C.ledgeriana for callus and hairy roots formation (A) four- week and (B) eight-week after inoculation with

A. rhizogenes strain LBA 9457.

pada tempat inokulasi sekitar 5% untuk auksin dan sitokinin di dalam sel tanaman.

C. succirubra dan 2% untuk C. ledgeriana Ekspresi dari gen-gen ini membuat terjadi- (Gambar 1A & 1B).

nya perimbangan baru dari zat pengatur Pada respons awal eksplan membentuk

tumbuh internal yang akhirnya menyebab- kalus, tidak semua kalus dapat ber-

kan terjadinya induksi pembentukan akar diferensiasi menjadi akar rambut. Ada

rambut. Menurut Gelvin (1990) pembentu- beberapa eksplan yang hanya meng-

kan kalus yang terjadi pada permukaan ekspresikan kalus tanpa disertai dengan

eksplan sebelum munculnya akar rambut diferensiasi menjadi akar rambut. Dari

terjadi karena konsentrasi auksin dan seluruh eksplan yang diinokulasi hanya

sitokinin yang seimbang. sekitar 60% yang membentuk akar rambut.

Kalus-kalus yang tidak berdiferensiasi Keberhasilan dalam membentuk akar dari

menjadi akar rambut diduga karena tidak bagian eksplan yang diinokulasi merupakan

terintegrasinya TL-DNA pada sel-sel ter- suatu indikasi terjadinya proses transfer T-

sebut. Nillson & Olsson (1997) menjelas- DNA yang berasal dari plasmid Ri

kan bahwa TL-DNA membawa gen-gen rol,

A. rhizogenes pada genom sel tanaman kina. yaitu rolA, rolB, rolC dan rolD. Sedangkan Proses pembentukan akar rambut terjadi

Vilaine et al. (1987) dan Rhodes et al. karena di dalam T-DNA terdapat berbagai

(1994) menemukan bahwa rolA yang gen penyandi protein yang berperan dalam

pertama kali bertanggung jawab terhadap proses biosintesis zat pengatur tumbuh yaitu

pertumbuhan akar rambut pada tembakau,

Kultur akar rambut Cinchona ledgeriana dan C. succirubra ....

sedangkan rolB merupakan faktor utama yang tidak tumbuh tersebut lama kelamaan pembentukan akar rambut.

menjadi cokelat dan akhirnya mati. Hasil pengujian dengan melakukan

Setelah tiga bulan sebagian besar akar inokulasi pada daun dan batang dari

yang terbentuk hanya menunjukkan panjang

C. succirubra dan C. ledgeriana menunjuk- akar 6-8 mm. Persentase akar rambut dengan kan bahwa pada C. succirubra, persentase

panjang akar lebih dari 10 mm hanya sekitar pembentukan akar rambut pada eksplan

15%. Adanya perbedaan respons eksplan batang lebih tinggi dibandingkan dengan

tersebut kemungkinan karena eksplan ber- eksplan daun, yaitu sekitar 63%. Sedangkan

asal dari benih atau sumber eksplan yang pada C. ledgeriana persentase pembentukan

memiliki potensi genetik yang berbeda. akar rambut lebih tinggi pada eksplan daun,

Setelah diinokulasi selama tujuh minggu, yaitu sekitar 68% (Gambar 1A & 1B). Hasil

persentase C. ledgeriana dan C. succirubra tersebut menunjukkan bahwa adanya per-

yang terinduksi membentuk akar rambut bedaan kompetensi eksplan terhadap

berturut-turut sekitar 74% dan 63%. Hasil inokulasi Agrobacterium.

tersebut menunjukkan bahwa C. ledgeriana Menurut Potrykus (1991) ada beberapa

lebih rentan inokulasi LBA 9457 dibanding- faktor

yang menentukan kompetensi kan dengan C. Succirubra (Gambar 1). eksplan, antara lain spesies atau genotip asal

Stomp et al. (1990) juga menemukan adanya eksplan, jenis organ yang digunakan sebagai

perbedaan respons yang terjadi pada tiap- eksplan, tingkat perkembangan organ,

tiap jenis tanaman pinus setelah diinokulasi bahkan historis dari masing-masing eksplan

dengan Agrobacterium Menurut Hinchee yang digunakan. Bergmann et al. (1997)

et al . (1990) tiap spesies tanaman atau mengemukakan bahwa pada Pinus radiata,

bahkan tiap kultivar tanaman dalam spesies pucuk in vitro lebih rentan inokulasi

yang sama mempunyai tingkat kerentanan Agrobacterium dibandingkan dengan pucuk

terhadap Agrobacterium yang berbeda-beda. hasil penyemaian di rumah kaca.

Morfologi dan perpanjangan akar rambut kedua jenis tanaman kina juga mem- Inisiasi dan pertumbuhan akar rambut

perlihatkan adanya perbedaan. Perpanjangan tanaman kina

akar rambut C. ledgeriana lebih cepat dari pada akar rambut C. succirubra. Sedangkan

Pada sebagian besar eksplan (sebanyak dari morfologi akar rambut yang terbentuk, 60-63% yang terinduksi), kalus telah muncul

akar rambut C. succirubra memperlihatkan minggu ke dua setelah inokulasi. Sedangkan

percabangan akar yang lebih banyak dan akar rambut umumnya muncul minggu ke

akar lebih besar (Gambar 2). tiga setelah inokulasi. Pertumbuhan akar

rambut dari eksplan-eksplan tersebut sangat Optimasi medium untuk pertumbuhan akar beragam. Hal ini terlihat dari akar yang

rambut

terbentuk menghasilkan panjang akar yang berbeda-beda. Beberapa akar yang terbentuk

Akar rambut yang digunakan pada pada eksplan dapat terus tumbuh, akan tetapi

percobaan kedua merupakan akar rambut sebagian besar akar tidak mengalami per-

C. ledgeriana yang diperoleh pada tambahan panjang akar yang berarti. Akar

percobaan pertama. Akar yang dipilih adalah

Toruan-Mathius et al.

Gambar 2. Akar rambut C. succirubra, pada eksplan (a) batang, dan (b) daun. Akar rambut C. Ledgeriana pada eksplan (c) batang, dan (d) daun berumur empat bulan setelah

inokulasi dengan A. Rhizogenes LBA9457.

Figure 2. Hairy root of C. succirubra, from (a) shoot, and (b) leaf. Hairy roots of C. ledgeriana, from explants (c) shoot, and (d) leaves, four-month after inoculation with

A. rhizogenes strain LBA9457.

Gambar 3. Kultur akar rambut C. ledgeriana (a), dan C. succirubra (b) pada medium MS cair dengan penambahan 50 mg/L L-triptofan dan vitamin tiga kali konsentrasi MS, umur tiga bulan.

Figure 3. Hairy root culture of

C. ledgeriana (a), and C. succirubra in liquid MS with the addition of 50 mg/L L- tryptophane and vitamins with concentration three times of MS, three-month-old.

Kultur akar rambut Cinchona ledgeriana dan C. succirubra ....

akar yang tumbuh lebih cepat dan lebih akar rambut. Hal ini dilihat dari ukuran vigor. Setelah dikultur pada medium padat

panjang akar rambut, namun percabangan dan medium cair terlihat bahwa pertum-

akar tetap terbentuk (Gambar 3). buhan akar rambut lebih cepat pada medium

Terjadinya penghambatan pertum- cair dibandingkan dengan pertumbuhan pada

buhan akar rambut diduga karena komposisi medium padat. Demikian juga percabangan

auksin yang berlebihan. Hal tersebut akar lateral yang terbentuk lebih banyak.

terjadikarena L-triptofan akan diubah oleh Pertumbuhan akar rambut sangat lambat, hal

enzim triptofan 2-monooksidase dan amino tersebut dilihat dari panjang maksimum akar

hidrolase menjadi IAA (auksin). Auksin hanya sekitar 4 cm dengan percabangan

dapat menyebabkan pembelahan sel di lateral yang terbentuk setelah dikulturkan

dalam sel jaringan akar, tetapi juga dapat selama dua bulan (Gambar 2).

menyebabkan jaringan akar mengeluarkan Pertumbuhan akar rambut yang lebih

etilen yang merupakan penyebab langsung cepat pada medium cair kemungkinan

penghambatan. Menurut Gunawan & disebabkan oleh permukaan eksplan yang

Ermawati (1992) konsentrasi auksin yang kontak langsung dengan medium lebih luas

rendah dapat meningkatkan pertumbuhan, dan karena adanya pengocokan medium,

sebaliknya konsentrasi auksin yang tinggi menyebabkan penyerapan hara lebih efektif

dapat menghambat pertumbuhan. Wattimena serta senyawa-senyawa toksik atau senyawa

et al. (1992) menerangkan bahwa pada tahap penghambat yang mungkin terakumulasi di

awal pengaruh auksin adalah pembentukan sekitar jaringan akan mudah dipisahkan

sekumpulan akar-akar lateral, tetapi pada sehingga tidak merusak jaringan.

tahap selanjutnya tidak terjadi penambahan Variasi medium kultur yang digunakan

pembentukan akar. Hal ini menjelaskan memberikan pengaruh terhadap pertum-

bahwa adanya faktor selain auksin yang buhan akar rambut tanaman kina. Dilihat

diperlukan dan telah habis digunakan. dari ukuran panjang akar dan percabangan

Faktor tersebut mungkin terbentuk di dalam akar lateral yang terbentuk, pertumbuhan

ujung akar.

akar rambut lebih baik pada medium dasar Medium MS3V dan MS5V merupakan MS. Hal tersebut kemungkinan karena dari

medium dengan peningkatan konsentrasi empat medium dasar yang digunakan yaitu

vitamin medium dasar MS. Pada MS3V dan MS5V tersebut akar rambut memperlihatkan

Optimasi medium percabangan lateral yang lebih banyak dan terbentuk bulu-bulu akar pada ujung akar.

Akar rambut yang dikultur pada Akan tetapi percabangan akar tersebut medium dasar MS disubkulturkan pada

memiliki ukuran yang lebih pendek medium MS modifikasi. Akar rambut yang

dibandingkan dengan akar yang dikultur digunakan adalah klon akar yang tumbuh

pada medium MS tanpa modifikasi. lebih cepat dan lebih vigor. Ada empat

Hasil yang diperoleh menunjukkan medium MS modifikasi yang digunakan

bahwa pada medium MS50L rerata panjang yaitu MS50L, MS100L, MS3V dan MS5V.

akar dan jumlah cabang akar rambut ber- Penambahan

turut-turut adalah 1,7 cm dan 9,0 cabang. menunjukkan penghambatan pertumbuhan

prekursor

L-triptofan

Sedangkan pada medium MS100L rerata

Toruan-Mathius et al. ....

A 0.50 a b 4.00 2.00

Medium Medium

0.20 (g) 0.15

C 0.00

MS 0 MS 50 L

MS 3V MS MS 5V

10 0L

Medium

Gambar 4. Panjang (A), jumlah (B) dan bobot basah akar rambut (C) C. ledgeriana yang dikultur selama delapan minggu pada medium MS (MSo), MS + 50 mg/L L-triptofan (MS50L), MS + 100 mg/L L-triptofan (MS100L), MS + vitamin tiga kali MS (MS3V), dan MS + lima kali vitamin MS

(MS5V).

Figure 4. Length (A), numbers (B), and fresh weight of hairy root (C) C. ledgeriana cultured during

Eight weeks in MS (MSo), MS +50 mg/L L- tryiptophane (MS50L), MS +100 mg/L L-trytophane (MS100L), MS + vitamins, three times MS (MS3V), and five times (MS5V).

panjang akar adalah 0,3 cm dengan 11,0 kan sebagai kontrol, rerata panjang akar cabang. Rerata panjang akar dan jumlah

rambut adalah 3,8 cm dengan rerata jumlah cabang akar rambut yang dikultur pada

cabang adalah 6,0 cabang (Gambar 4 A&B). medium MS3V dan MS5V berturut-turut

Berdasarkan panjang akar dan jumlah 2,1 cm dengan 19,0 cabang dan 0,5 cm

cabang akar yang terbentuk, akar rambut dengan 11,0 cabang. Sedangkan pada

tanaman kina lebih baik dikulturkan pada medium MS tanpa modifikasi yang dijadi-

medium MS3V. Vitamin dalam medium MS

Toruan-Mathius et al.

Gambar 5. Fraksinasi DNA setelah PCR. (M) marka 1 kb ladder DNA. (1) Akar rambut C. succirubra dengan primer TR, (2) primer rol B, (3) daun C. succirubra dengan primer rol B, (4) akar rambut C. ledgeriana

rol B. dengan primer TR, (5) A.rhizogenes galur LBA 9457, (7) primer TR, (8) primer

Figure 5. DNA fractination after PCR. (M) 1 kb DNA ladder. (1) Hairy root of C. succirubra with TR primer, (2) primer rol B, (3) C. succirubra leaves with rol B primer, (4) hairy root C. ledgeriana with TR primer, (5) A. rhizogenes strain LBA 9457, (7) TR primer, (8) rol B

primer.

umumnya merupakan kelompok vitamin B. B5 memperlihatkan percabangan lateral dan Menurut George & Sherrington (1984).

rambut-rambut akar yang lebih banyak dari Vitamin B berfungsi mempercepat pem-

pada akar rambut yang dikultur pada belahan sel pada meristem akar dan juga

medium NN. Dibandingkan dengan bobot berperan sebagai koenzim dalam reaksi yang

basah akar, akar rambut yang dikulturkan

menghasilkan energi dan reaksi-reaksi

pada medium MS3V menunjukkan bobot

enzimatis. Beberapa vitamin dapat mening- akar yang lebih besar dari pada akar yang katkan pembentukan akar lateral. Ikenaga

dikulturkan pada medium MS5V, MS50L, et al. (1995) memperoleh pertumbuhan akar

S100L dan MS tanpa modifikasi (Gambar rambut Solanum aculeatis-simum lebih baik

4 C). Konfirmasi transformasi TR dan TL- pada medium B5 dengan 3% sukrosa

DNA plasmid dengan PCR

dibandingkan dengan medium Linsmaier & Fraksinasi hasil amplifikasi DNA mem- Skoog (LS). Sedangkan Yonemitsu et al.

perlihatkan bahwa semua sampel meng- (1990) menyatakan bahwa pertumbuhan

hasilkan pola pita yang sama dengan kontrol akar rambut Lobelia inflata L. Memper-

positif (plasmid), kecuali kontrol negatif lihatkan morfologi yang berbeda antara akar

(non transformasi) tidak menghasilkan pita rambut yang dikultur dalam medium 1/2

DNA. Dari pola pita yang terbentuk, kedua MS, MS dan B5 dengan medium NN. Kultur

bagian T-DNA dapat terintegrasi pada akar rambut pada medium 1/2 MS, MS dan

semua akar rambut. Bagian TL-DNA (rol B)

Kultur akar rambut Cinchona ledgeriana dan C. succirubra ....

muncul dengan bobot molekul 780 bp, pada akar rambut yang diperoleh. Pita TR

dan TL-DNA muncul pada gel elektroforesis bobot molekul 1600 bp (Gambar 5). Ri

sedangkan bagian TR-DNA muncul dengan

dengan bobot molekul DNA masing-masing plasmid yang terdapat pada A. rhizogenes

1600 pb dan 780 pb.

umumnya berukuran sekitar 140-235 kb dan ragmen DNA yang ditransfer ke dalam sel

Ucapan Terima Kasih

tanaman sekitar 14-42 kb yang merupakan daerah TR dan TL-DNA (Dow Kung et al.,

Penulis mengucapkan terima kasih 1993). Ermayanti et al. (2000) dan Subroto

kepada (i) Dewan Riset Nasional (DRN) dan et al. (2000) mendapatkan galur bakteri

lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ATCC-15834 yang diinokulasikan ke

yang telah membiayai penelitian ini melalui tanaman Azadirachta dan Solanum

proyek Riset kompetitif Riset Unggulan ningrum

menunjukkan hasil analisis PCR Terpadu (RUT) XI dengan surat perjanjian pada 780 bp untuk TL-DNA dan 1672 bp

No. 14.262/SK/RUT/2004; (ii). Labora-

untuk TR-DNA. Sedangkan Lodhi &

torium mikrobiologi, LIPI, Cibinong atas

Charlwood (1996) juga mendapatkan hasil izin menggunakan koleksi A. Rhizogenes. analisis PCR dari A. rhizogenes galur LBA 9402 pada 0,78 kb untuk TL-DNA.

Daftar Pustaka

Kesimpulan

Anderson, L.A., A.T. Keene & J.D. Philipson (1982). Alkaloid production by leaf organ,

Dari sembilan galur A. rhizogenes yang root organ and cell suspension culture of diinokulasikan, hanya galur LBA 9457 yang

86, 22- dapat menginduksi pembentukan akar

Cinchona ledgeriana. Plant Med.,

rambut pada C. succirubra dan C. ledge- riana . Hasil inokulasi tersebut terlihat

Anderson, L.A., J.D. Philipson & M.F.S.Robert

C. ledgeriana lebih rentan dibandingkan (1986). Aspect of alkaloid production by plant cells cultures. In P. Morris et al. (eds.)

dengan C. succirubra. Secara keseluruhan Secondary Metabolism in Plant Cells dari hasil yang diperoleh menunjukkan

Culture . Cambrige, Cambrige University bahwa pertumbuhan akar rambut tanaman

Press.

kina relatif lambat.

Berdasarkan panjang akar, jumlah Aoki, T, H. Matsumoto, Y. Asako, Y. Matsunaga

percabangan akar lateral dan bobot basah & K. Shimomura (1997). Variation of akar, pertumbuhan akar rambut lebih baik

alkaloid productivity among several clones of hairy roots and regenerated plants of

pada medium dasar MS dan medium

Atropa

belladonna transformed with

Agrobacterium rhizogenes 15834. Plant Cell dikultur pada medium dasar MS berbeda

modifikasi MS3V. Akar rambut yang

16, 282-286. secara fenotip dibandingkan dengan akar rambut yang dikultur pada medium MS3V.

Rep.,

Astika, W. (1975) . Klon QRC, asal usul dan Hasil uji konfirmasi transfer DNA, kedua

daya produksinya. Warta BPTK, 1 (2,3), 175 bagian TL dan TR-DNA dapat terintegrasi

Toruan-Mathius et al .

Bergman, B.A. J. Dukes & A.M. Stomp (1997). N. Ansori (Eds). Bioteknologi Pertanian 2. Infection

Bogor, PAU Institut Pertanian Bogor. Agrobacterium rhizogenes and long-term growth of detached hairy root in vitro. New

of Pinus

radiata with

Hamill, J.D., R.J. Robins & M.J.C. Rhodes Zealand J. Forestry Sci ., 27(1)11-22.

(1989). Alkaloid production by transformed root cultures of Cinchona ledgeriana. Planta

Boitel-Conti, M., J.V. Laberche, A.Lanove,

55, 354-358. C.Ducrocg & B.S. Sangwan-Norreel (2000). Influence of feeding precursors on tropane

Med.,

Hay, C.A., L.A. Anderson, M.F.Robert & alkaloid production during an abiotic stress

J.D. Phillipson (1986). In vitro cultures of in Datura innoxia transformed roots. Plant

Cinchona spesies. precursor feeding of Cell Tiss. & Org. Cult., 60 , 131-137.

C. ledgeriana root organ suspension cultures with L-tryptophan. Berlin, Springer-Verlag. Dow-Kung, S. & C.J. Arntzen (1993). Plant Biotechnology . Boston, Butterworths.

Heller, R. (1953). Recherches sur la nutrition minerale de tissues vegetanx cultivees in Fowler, M.W. (1983). Commercial application

vitro . Ann. Sci. Nat. Biol. Veg., 1, 1 – 11. and economics aspects of plant mass cell culture. In Mantel SH & Smith (eds.) Plant

Hinchee, M. A. W., C.A.Newell, D.V.Connor- Biotechnology Cambrige,

Armstrong, W.R.Deaton, University Press.

Cambrige

Ward, T.A.

S.S. Sato & R.J. Rozman (1990). Transformation and regeneration of non

Gamborg, O.L., R.A.Miller & K. Oyama (1968). Solanaceous crop plants, In J.P. Gustafson Nutrient requirement of suspension cultures

Manipulation in Plant of soybean root cell. Exp. Cell Res. 50, 151

(ed).

Gene

Improvement. New York, Plenum Press. p. – 158.

203- 212.

Geerlings, A., D. Hallard, A.M. Caballero, Ikenaga, T., T. Oyama & T. Muranaka (1995). I.L. Cardoso, R. van der Heijden &

Growth and steroidal saponin production in Verpoorte (1999). Alkaloid production by a

cultures of Solanum Cinchona officinalis ‘Ledgeriana’ hairy root aculeatissimum . Plant Cell Rep., 14, 413-

hairy

root

culture containing constitutive expression

constructs of tryptophan decarboxylase and strictosidine

Kamada, H., N. Okamura, M.Satake, H.Harada & Catharanthus roseus . Plant Cell Rep., 19,

K. Shimomura (1986). Alkaloid production 191-196.

by hairy root culture in Atropla belladonna. Plant Cell Rep., 5 , 239-242.

George, E.F. & P.D. Sherrington (1984). Plant Propagation by Tissue Culture. Handbook

Linsmaier, E.M. & F. Skoog (1965). Organic and Directory of Commercial Laboratories .

growth factor requirements of tobacco tissue England, Exegetics Ltd.

cultures. Physiol. Plant., 18, 100-127. Giri, A. & M.L.Narasu (2000). Transgenic hairy

Lodhi, A.H. & B.V. Charlwood (1996). root: recent trends and applications. Biotech.

Agrobacterium rhizogenes -mediated trans- Adv ., 18, 1-22.

formation of Rubia peregrine L. in vitro accumulation of Anthraquinones. Plant Cell

Gunawan L.W. & A. Ernawati (1992). Produk Tiss. & Org. Cult ., 46,103-108. metabolit sekunder. Dalam Harran, S. &

Kultur akar rambut Cinchona ledgeriana dan C. succirubra ....

Menze, A. & C. Moller (1999). Transformation cultures. Plant Cell Tiss. & Org. Cult., 38, of different Brassica napus cultivars with

143-151.

three different starins of Agrobacterium rhizogenes . In Proc. the 10 th Int. Rapeseed

Sambrook, J.E. & T. Frits & Maniatis (1989). Congress , Canberra, Australia.

Molecular Cloning . A Laboratory Manual. New York.

Murashige, T. & F. Skoog (1962). A revised medium for rapid growth and bioassay with

Scragg, A.H., P.Morris & J. Ailan (1986). The tobacco tissue culture. Physiol. Plant., 15,

effect of plant growth regulators and 473 – 497.

alkaloid formation in Cinchona ledgeriana callus culture. J. Plant Physiol., 124, 371-

Musalam, Y., Titik Sukasmono & Supria (1980).

Alkaloid kinina di dalam tanaman kina SIL. (2000). Peluang Pasar dan Perkembangan Cinchona ledgeriana . Warta BPTK , 6, 88-

Industri Kina Indonesia . Sinkona Indonesia 93.

Lestari.

Nillson, O. & O. Olsson (1997). Getting to the Staba, E.J. & A.C. Chung (1981). Quinine and root : the role of The Agrobacterium

Quinidine production by Cinchona leaf, root rhizogenes rol genes in the formation of

and unorganized cultures. Phytochem., 20 hairy roots. Physiol. Plant., 100, 463-473.

(11), 2495-2481.

Orozco-Castillo, C., K.J. Chalmers, R. Waugh & Stomp, A.M., C. Loopstra, W.S.Chilton, W. Powell (1994). Detection of genetic

R.R. Sederoff & L.W. Moore (1990). diversity and selective gene introgression in

Extended host range of Agrobacterium coffee using RAPD markers. Theor. Appl.

tumefasciens in the genus Pinus. Plant Genet.,

92, 1226- 1232. Owens, L.D. & A.C. Smigocki (1988).

87, 934-938.

Physiol.,

Subroto, M.A., D. Sudradjat, A. Djanakum & E. Transformation of soybean cell using mixed

Widayat (2000). Peningkatan efisiensi strains of Agrobacterium tumefasciens and

regenerasi akar rambut Solanum nigrum L. phenolic compounds. Plant Physiol., 88,

melalui induksi dengan hormon eksogen. 570- 573.

Dalam Pros. Seminar Hasil Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi II . p. 279-287.

Potrykus, I. (1990). Gene transfer to plants: Assessment of published approaches and

Urdang, G. (1945). The legend of Cinchona. The result. Ann. Rev. Plant. Phisiol. Plant. Mol.

Sientific Monthly , 61, 17-20. Biol.,

42, 205- 225. Vazquez-Flota, F., O.Moreno-Volenzuela, M.L.

Rhodes, M.J.C., M. Hilton, A.J. Parr, J.D. Hamill Miranda-Ham & J. Loyola-Vorgas V.M. & R.J. Robins (1986). Nicotine production

(1994). Catharanthine and ajmaciline by hairy roots cultures of Nicotiana rustica:

synthesis in Catharanthus roseous hairy root fermentation

culture. Plant Cell Tiss. & Org. Cult., 38, Biotechnol. Lett ., 8,415-420.

Rhodes, M. J.C., A.J. Parr, A. Giulietti & Verstrijden, U. (1975). Beberapa aspek kimia E.L.H. Aird (1994). Influence of exogenous

kinina dan kinidina. Warta BPTK 1, 109- hormones on the growth and secondary

metabolite formation in transformed root

Toruan-Mathius et al .

Vilaine, F., C. Charbonnier & F. Casse-Delbart regions of the root inducing plasmid

(1987). Further insight concerning the TL-

Agrobacterium rhizogenes . J. Bacteriol., 164

region of the Ri-plasmid of Agrobacterium

(1), 33-44.

rhizogenes strain A4 transfer of a 1.9 kb fragment is sufficient to induce transformed

Wielanek, M.

H. Urbanek (1999).

roots on tobacco leaf fragments. Mol.

Glucotropaeolin and myrosinase production

Gen.Genet ., 210, 111-115.

in hairy root cultures of Tropaeolum majus. Plant Cell Tiss. & Org. Cult.,

57, 39-45. Wattimena, G.A., L.W. Gunawan, N.A. Mattjik,

N.M.A. Wiendi & A. Ermawati (1992).

Winans, S. (1992). Two way chemical signaling

Bioteknologi Tanaman Laboratorium Kultur

Agrobacterium plant interactions. Microbiol.

Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.

Yonemitsu, H., K. Shimosmura, M.Satake, S. Mochida, M.Tanaka, T. Endo & A. Kaji

White, F.F., B.H. Taylor, G.A. Huffman, M.P. (1990). Lobeline production by hairy root

Gordon & E.W. Nester (1985). Molecular

culture of Lobelia inflata L. Plant Cell Rep.,

genetic analysis of the transferred DNA

9 , 307-310.