Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional Terhadap Kinerja Pegawai Badan Investasi dan Promosi Aceh
Latar Belakang Penelitian
Kinerja pegawai telah menjadi pusat perhatian dari berbagai kalangan baik pemerintah maupun perusahaan atau organisasi secara umum. Perhatian yang begitu besar terhadap masalah kinerja dapat dipahami karena menyangkut efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya manusia dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi. Bagaimanapun juga, usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai merupakan suatu hal yang harus dilakukan oleh setiap pimpinan organisasi termasuk instansi pemerintah. Berbagai upaya dilakukan dengan tujuan setiap pegawai dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan apabila pegawai tidak dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, adalah suatu hal yang mustahil tujuan instansi dapat dicapai. Sedangkan peningkatan kinerja akan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pekerjaan oleh pegawai yang pada akhirnya akan menguntungkan instansi tempat mereka bekerja.
Mengingat begitu pentingnya kinerja pegawai dalam mendukung kegiatan operasional instansi, maka setiap pimpinan instansi pemerintah dituntut
untuk dapat meningkatkan kinerja pegawainya. Berbagai upaya dapat dilakukan
untuk meningkatkan kinerja pegawai mulai dari pendidikan dan pelatihan, pemberian kompensasi, hingga adanya penghargaan bagi prestasi kerja yang dicapai. Namun demikian, kinerja pegawai tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut, akan tetapi secara teoritis juga dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat sikap yang sering diterapkan oleh seorang pimpinan ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya. Faktor kepemimpinan memainkan peran penting dalam upaya peningkatan kinerja baik pada tingkat kelompok maupun pada tingkat organisasi. Karena kinerja tidak hanya menyoroti pada sudut tenaga pelaksana yang pada umumnya bersifat teknis, akan tetapi juga dari kelompok kerja dan manajerial. Kepemimpinan yang baik diharapkan mampu meningkatkan kinerja pegawai seperti yang diharapkan baik oleh karyawan maupun organisasi yang bersangkutan.
Gaya kepemimpinan yang diperankan oleh seorang pimpinan dapat dikatagorikan dalam gaya
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional Terhadap
Kinerja Pegawai Badan Investasi dan Promosi Aceh
Muhardi, SE 1 , Muhammad Ridha Siregar, SE, MM 1) 2 Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekah Aceh
2)
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional terhadap kinerja pegawai Badan Investasi dan Promosi Aceh. Sampel penelitian sebanyak 60 orang pegawai instansi tersebut yang diambil dengan metode sensus. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan peralatan statistik regresi linier berganda. Penelitian menemukan bahwa kepemimpinan yang terdiri dari gaya kepemimpinan transformasional dan gaya kepemimpinan transaksional berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai Badan Investasi dan Promosi Aceh. Hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional dengan kinerja pegawai Badan Investasi dan Promosi Aceh termasuk katagori erat dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,656. Hasil pengujian statistik menunjukkan nilai F hitung > F tabel dan nilai t hitung masing-masing variabel > t tabel sehingga hipotesis penelitian dapat diterima yang berarti bahwa secara simultan dan parsial gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Investasi dan Promosi Aceh. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah kinerja pegawai Badan Investasi dan Promosi Aceh terkait dengan gaya kepemimpinan yang diperankan oleh pimpinan instansi tersebut terutama gaya kepemimpinan transformasional. Karena itu sebaiknya pimpinan instansi tersebut dapat lebih mengedepankan gaya kepemimpinan transformasional dalam menjalankan kepemimpinannya di masa mendatang.
Kata Kunci: Kinerja Pegawai, Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan Transaksional.
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS
Volume 1 Nomor 1 Juni 2013, Halaman 99-117
kepimpinan transformasional
pada instansi tersebut masih belum optimal. Hal kepemimpinan
dan
gaya
ini dikarenakan adanya kebiasaan-kebiasaan transformasional
transaksional.
Pemimpin
buruk seperti halnya kebiasaan duduk-duduk di meninspirasi para pengikut untuk melampaui
kantin pada jam kantor, kebiasaan datang dan kepentingan-pribadi mereka dan yang mampu
pulang kantor sesuka hati dan kebiasaan- membawa dampak mendalam dan luar biasa pada
kebiasaan kurang baik lainnya termasuk para pengikut. Tipe pemimpin ini mengilhami
kurangnya perhatian terhadap pencapaian target para pengikut untuk melampaui kepentingan
pekerjaan. Selain itu dari sisi mental aparatur mereka sendiri demi perbaikan organisasi, dan
birokrasi, masih saja ditemukan adanya tradisi- yang mampu memberikan dampak mencolok dan
tradisi dan kebiasaan dalam memberikan luar biasa pada diri pengikutnya. pemimpin
pelayanan yang bersifat lebih senang dilayani dari transformasional mencurahkan perhatian pada
pada melayani. Kondisi semacam ini sangat hal-hal dan kebutuhan pengembangan diri
organisasi dalam masing-masing pengikut; mereka mengubah
mempengaruhi
kinerja
memberikan pelayanan kepada masyarakat. kesadaran para pengikut akan persoalan-persoalan
Gaya kepemimpinan yang diperankan oleh dengan membantu mereka memandang masalah
kepala Badan Investasi dan Promosi Aceh tidak lama dengan cara-cara baru; dan mereka mampu
selalu sama. Dalam kondisi tertentu gaya menggairahkan, membangkitkan, dan mengilhami
kepemimpinan yang diperankan oleh pimpinan pada pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra
instansi tersebut dapat dikatagorikan sebagai gaya demi tercapai sasaran kelompok.
kepemimpinan transformasional. Hal ini ditandai Selanjutnya pemimpin transaksional adalah
adanya sikap pimpinan dengan karakteristik pemimpin yang memandu atau memotivasi para
inspirasi seperti mengkomunikasikan harapannya pengikut mereka menuju ke sasaran yang
kepada pegawai berkaitan dengan kinerja instansi, ditetapkan dengan memperjelas persyaratan peran
intelegensia pegawai dan dan tugas. Model kepemimpinan transaksional
mendorong
mengutamakan rasionalitas mereka dalam bekerja, berfokus pada transaksi pribadi, antara
serta selalu berhati-hati dalam pemecahan setiap manajemen dan karyawan.
masalah yang dihadapi. Selain itu, indikasi adanya Kepemimpinan
gaya kepemimpinan transformasional yang transformasional tidak boleh dipandang sebagai
transaksional
dan
diperankan oleh pimpinan instansi juga dapat pendekatan yang berlawanan dengan pendekatan
dilihat dari kemauan pimpinan tersebut untuk penyelesaian
memberikan perhatian kepada setiap pegawai, transformasional dibangun sebagai tambahan atas
pekerjaan.
Kepemimpinan
adanya sikap emphaty, mau memberikan kepemimpinan
transaksional-kepemimpinan pengarahan kepada pegawai tentang cara terbaik tersebut menghasilkan tingkat upaya dan kinerja
dalam melaksanakan tugas. Bahkan tidak jarang bawahan melampaui apa yang akan terjadi dengan
pimpinan instansi tersebut juga mau memberikan pendekatan transaksional saja. Lebih dari itu,
nasehat kepada pegawai baik berkaitan dengan kepemimpinan transformasional bersifat lebih dari
pelaksanaan pekerjaan, maupun berkaitan dengan sekedar kharisma.
masalah keluarga.
Badan Investasi dan Promosi Aceh Kendatipun dalam situasi-situasi tertentu, sebagai salah satu instansi pemerintah di Kota
pimpinan Badan Investasi dan Promosi Aceh Banda Aceh dalam menjalankan kegiatan
gaya kepemimpinan operasionalnya memiliki 65 orang pegawai yang
memperlihatkan
transformasional seperti diuraikan di atas, namun bekerja pada berbagai bidang tugas mulai dari
terkadang pimpinan instansi tersebut juga kepala Badan, sekretariat, program dan Pelaporan,
kepempimpinan Promosi, Perizinan dan Pengembangan Investasi.
memperlihatkan
gaya
transaksional. Tidak jarang pimpinan instansi Komposisi pegawai yang ada memperlihatkan
tersebut menggunakan penghargaan kontingensi bahwa dalam memberikan pelayanan di bidang
untuk memotivasi pegawainya dalam bekerja, investasi dan promosi sudah memiliki sumber
seperti adanya pemberian janji berkaitan dengan daya manusia yang cukup memadai. Namun
kompensasi yang akan diberikan kepada pegawai- sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Badan
pegawai tertentu jika pegawai tersebut berhasil Investasi
mencapai target, termasuk berkaitan dengan karir penyelenggara pelayanan perizinan investasi dan
dan Promosi
Aceh
sebagai
pegawai. Selain itu terkadang pimpinan juga kegiatan promosi Aceh dalam pencapaian visi,
melihat dan mencari penyimpangan pelaksanaan misi dan tujuan organisasi masih mengalami
pekerjaan oleh bawahannya, dan ketika berbagai permasalahan yang muncul. Kenyataan
penyimpangan tersebut ditemukan baru dilakukan menunjukkan bahwa pemanfaatan kualitas SDM
tindakan perbaikan. Bahkan dalam hal bidang-
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional Terhadap Kinerja Pegawai Badan Investasi dan Promosi Aceh
Muhardi, SE & M. Ridha Siregar, SE. MM bidang pekerjaan tertentu, pimpinan juga
Kedudukan kepemimpinan dalam suatu menyerahkan sepenuhnya kepada bawahan dan
organisasi atau perusahaan amat penting dalam terkesan lepas tanggung jawab ketika terjadi
usaha mencapai tujuan organisasi atau perusahaan kesalahan dalam bidang pekerjaan tersebut.
yang bersangkutan. Berhasil atau gagalnya suatu Kesemua ini merupakan bagian dari karakteristik
perusahaan dalam mengembang misinya untuk pemimpin transaksional yang juga dimiliki oleh
mencapai tujuan, sebagian besar ditentukan oleh Kepala Badan Investasi dan Promosi Aceh.
mutu kepemimpinan yang dijalankan oleh orang- Hasil pengamatan peneliti mengindikasikan
orang yang diserahi tugas-tugas kepemimpinan bahwa tidak semua pegawai Badan Investasi dan
dalam organisasi yang bersangkutan tersebut. Promosi Aceh memiliki kinerja sesuai dengan
Merry dan Liana yang dikutip oleh Bahagia yang diharapkan. Sebagaimana dijelaskan
(2004:35 ) mengatakan, “kepemimpinan adalah sebelumnya secara teoritis kinerja pegawai dapat
suatu interaksi antar anggota suatu kelompok, dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan. Karena itu,
pemimpin merupakan agen perubahan, orang kinerja pegawai Badan Investasi dan Promosi
yang perilakunya akan lebih mempengaruhi orang Aceh tentunya juga dikaitkan dengan gaya
lain daripada perilaku orang lain yang kepemimpinan transformasional dan transaksional
mempengaruhi mereka”. Seorang pemimpin yang diperankan oleh pimpinan instansi tersebut.
sangat dibutuhkan dalam penetapan tujuan Kajian ini bertujuan menguji pengaruh pengaruh
organisasi, mengalokasikan sumber daya yang gaya kepemimpinan transformasional dan
dimiliki oleh suatu organisasi, mengkoordinasikan kepemimpinan transaksional terhadap kinerja
perubahan yang terjadi serta menentukan apa pegawai Badan Investasi dan Promosi Aceh.
yang harus dilakukan bila terjadi kegagalan.
Menurut Rivai
(2003:2) mengatakan,
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
“kepemimpinan merupakan suatu proses dalam
Kepemimpinan
menentukan tujuan organisasi, untuk memperbaiki Kepemimpinan
kelompok dan budaya, selain itu juga Ensiklopedia
(leadership)
menurut
mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa- diartikan sebagai hubungan yang erat antara
Umum-Kanisius
peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan seorang dan kelompok manusia karena ada
aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran, kepentingan yang sama. Hubungan itu ditandai
memelihara hubungan kerja sama dan kerja oleh tingkah laku yang tertuju dan terbimbing
kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari pemimpin dan yang dipimpin. Jadi dalam
dari orang-orang di luar kelompok atau kepemimpinan, tentu akan melibatkan unsur
Pelaksanaan kepemimpinannya pemimpin (influencer) yakni orang yang akan
organisasi”.
buhkan kepercayaan mempengaruhi tingkah laku pengkikutnya
cenderung
menum
partisipasi, loyalitas, dan internal motivasi para (influencee) dalam situasi tertentu.
bawahan dengan cara persuasif. Hal ini semua Sedangkan Gibson, et. al (2002:201)
akan diperoleh karena kecakapan, kemampuan, mendefinisikan
kepemimpinan
sebagai
dan perilakunya.
kemampuan di dalam mempengaruhi sekelompok
Hasibuan (2003:170) orang untuk bersama-sama mencapai tujuan.
Selanjutnya
menyataka n, ”kepemimpinan adalah cara seorang Pengertian yang senada juga dikemukan oleh
pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar Chowdhury (2003:205) bahwa “Exercising
mau bekerja sama dan bekerja secara produktif leadership inevitably involves having influence.
untuk mencapai tujuan”. Sedangkan menurut One cannot lead without influencing other”.
Robbins (2003:213), “Kepemimpinan adalah Sumber dari pengaruh bisa berupa pengaruh
mempengaruhi suatu formal yang telah ditetapkan secara organisasional
kemampuan
untuk
kelompok k earah tercapainya tujuan ”. sehingga
Kepemimpinan selalu melibatkan pemimpin mempengaruhi orang lain semata-mata karena
dan orang yang dipimpin. Tanpa adanya orang kedudukan
yang dipimpin (pengikut) tidak akan ada kepemimpinan merupakan suatu proses dimana
di tingkat
manajerial.
Jadi
kepemimpinan. Hal yang sangat penting dalam seseorang mempengaruhi kebiasaan orang lain ke
kemampuan untuk arah penyelesaian tujuan yang spesifik yang
kepemimpinan
adalah
mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan mengarah kepada teaching organization untuk
kepemimpinan untuk mempengaruhi orang lain dapat melatih dan mengembangkan knowledge,
untuk mencapai tujuan kepemimpinan selalu skill , dan attitude setiap individu dalam
melibatkan pemimpin, pengikut, serta tujuan yang organisasi.
hendak dicapai.
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS
Volume 1 Nomor 1 Juni 2013, Halaman 99-117
Kepemimpinan dan Pelayanan Publik
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kepemimpinan menjadi salah satu faktor
Tangkilisan (2005:75) mengatakan bahwa kunci dalam kehidupan organisasi, termasuk pada
organisasi publik dikatakan efektif apabila dalam sektor publik. Thoha (2003) menyatakan bahwa
realita pelaksanaannya birokrasi dapat berfungsi suatu organisasi akan berhasil atau bahkan gagal
melayani sesuai dengan kebutuhan masyarakat sebagian
(client), artinya tidak ada hambatan (sekat) yang kepemimpinan. Begitu pentingnya masalah
besar ditentukan
oleh
faktor
terjadi dalam pelayanan tersebut, cepat dan tepat kepemimpinan ini, menjadikan pemimpin selalu
dalam memerikan pelayanan, serta mampu menjadi fokus evaluasi mengenai penyebab
memecahkan fenomena yang menonjol akibat keberhasilan atau kegagalan organisasi.
adanya perubahan sosial yang sangat cepat dari Perkembangan konsep kepemimpinan sampai
faktor eksternal.
organisasi publik tersebut transformasional (transformational leadership)
pada apa yang disebut sebagai kepemimpinan
Efektivitas
merupakan produk dari sebuah sistem yang salah yang dipelopori oleh Bernard M. Bass sebagai
sistem (unsur) adalah sumber daya manusia kelanjutan studi dari J.M. Burn pada tahun 1978.
aparatur. Sebagai bagian dari suatu sistem, Kepemimpinan transformasional didasarkan pada
meningkatnya profesionalitas sumber daya perubahan nilai, keyakinan yang dipromosikan
manusia aparatur tidaklah otomatis kinerja oleh
organisasi publik akan meningkat. Sehingga pengikut/pegawainya (Luthan, 2005:125). Simic
manakala sumber daya manusia aparatur telah (2008:201) dengan mengutip pendapat Stoner
profesional, namun tidak didukung oleh sub-sub menyatakan bahwa pemimpin transformasional
seperti kelembagaan, mendorong para pegawai untuk mengerjakan
sistem
lainnya
ketalaksanaan, sarana dan prasarana yang lebih dari apa yang dapat dikerjakan,
memadai, niscaya kinerja organisasi publik yang meningkatkan perasaan bahwa apa yang
bersangkutan tidak akan bisa mencapai tingkat dikerjakan adalah penting dan bernilai, dan
kerja yang optimal. Meskipun demikian, sumber menjadikan pegawai sampai pada prinsip bahwa
daya manusia yang profesional menjadi faktor kepentingan organisasi yang utama.
diterminan dan sekaligus menjadikan sub sistem Lebih lanjut Simic (2002:203) dengan
lain menjadi baik, dan pada akhirnya kinerja mengutip pendapat Galpin menegaskan enam ciri
organisasi publik menjadi baik pula. Berarti kepemimpinan transformasional, dua diantaranya
kesuksesan suatu organisasi sangat tergantung yang terkait erat dengan manajemen sumber daya
pada kinerja sumber daya manusianya yaitu para manusia adalah
menghargai orang lain pegawai dalam berbagai strata suatu piramida (appreciation of others ) dan pengakuan
organisasi, yang pada dasarnya para pegawai (recognition).
tersebut bekerja membutuhkan pemimpin yang mengandung makna komunikasi dua arah yang
memimpin mereka dalam bekerja. Karena itu, juga mencerminkan prinsip mendengarkan
kepemimpinan sebagai bagian dari sub sistem pegawai.
sumber daya manusia sangat menentukan pemberian penghargaan, misalnya ucapan terima
Sedangkan
recognation berarti
berjalannya keseluruhan sub-sub sistem yang kasih kepada pegawai baik dalam kondisi sendiri
terintegratif dan saling berkaitan menjadi sistem (langsung kepada pegawai yang bersangkutan)
yang mampu menggerakkan roda organisasi maupun dalam suatu forum. Terkait dengan
secara efektif dan efisien.
prinsip tersebut dalam rangka meningkatkan Tanpa kepemimpinan yang baik, akan sulit semangat pegawai, perlu diperhatikan apa yang
bagi organisasi publik untuk mencapai tujuannya, disarankan oleh Kenneth Blanchard bahwa
yaitu memenuhi tuntutan pelaksanaan tugas dan pemimpin yang baik adalah pemimpin yang
fungsinya yang strategis dalam pelayanan publik. berusaha ’memergoki’ bawahan pada saat mereka
Menurut Goleman (2002:251), tugas pemimpin berprestasi dan kemudian memberikan pujian
adalah menciptakan pada apa yang disebutnya secara tulus, bukan yang berusaha ’memergoki’
sebagai resonansi (resonance) yaitu suasana bawahan pada saat berbuat kesalahan dan
positif yang mampu membuat seluruh sumber menghukumnya.
daya manusia dalam organisasi terus mengikatkan didasarkan pada kombinasi karakteristik personal,
Efektifitas
kepemimpinan
diri (committed) dan menyumbangkan yang keahlian manajerial, perilaku, dan situasi.
terbaik bagi organisasi. Schein (2002:125) Dalam perspektif pelayanan publik, pemimpin
menyatakan bahwa pemimpin mempunyai harus mampu membawa organisasi publik
pengaruh yang besar terhadap keberhasilan memberikan pelayanan prima. Karena pada
organisasi dalam menghadapi tantangan yang hakekatnya dibentuknya organisasi publik adalah
muncul.
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional Terhadap Kinerja Pegawai Badan Investasi dan Promosi Aceh
Muhardi, SE & M. Ridha Siregar, SE. MM Tuntutan akan kualitas dan kinerja
persiapan diri jika mekanisme, metode, dan kepemimpinan
teknik yang bersifat substansial maupun pemerintahan mengemuka dan terus meningkat
dalam
penyelenggaraan
perundangan yang telah menjadi patron seorang pemimpin dan calon
peraturan
melatarbelakanginya.
pemimpin di dalam membawa perubahan dalam
3. Membantu koordinasi intern dari unit-unit organisasi, serta memotivasi anggotanya untuk
organisasi yang berbedabeda, khususnya mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan
selama nasa pertumbuhan dan perubahan. menjadi basis dalam manajemen sumber daya
Kepemimpinan dapat meredam serta menjadi manusia yang diharapkan tidak saja pada aspek
pemisah bagi kelompok-kelompok yang operasional yaitu dalam pembentukan kualitas
berkomflik dalam organisasi. Tugas dan kehidupan kerja tetapi juga pada aspek stratejik
fungsi organisasi publik tidaklah ringan, yang mendasari terbentuknya kondisi kehidupan
karena keberhasilan layanan sangat ditentukan kerja tersebut.
oleh kualitas kerjanya. Inilah tugas berat dari Berdasarkan uraian di atas menunjukkan
organisasi publik, karena itu dibutuhkan bahwa kepemimpinan mempunyai peranan yang
seorang pimpinan yang mampu mengatasi besar untuk memaksimalkan organisasi bekerja
gejolak atau konflik internal sehingga tidak dalam memberikan pelayanan yang berkualitas.
mengganggu kinerja serta prestasi organisasi Dalam kaitan ini, pengalaman dari negara-negara
publik.
di Asia menunjukkan bahwa kepemimpinan
4. Memainkan peranan dalam mempertahankan pemerintahan
susunan anggota yang stabil dengan cara Keberhasilan Malaysia dan Singapura menjadi
pemenuhan kebutuhan anggota secara negara yang mampu memberikan pelayanan
memuaskan. Untuk mensukseskan organisasi publik yang berkualitas terutama karena faktor
publik dalam menjalankan tugas dan kepemimpinan.
fungsinya, pimpinan dan stafnya perlu Untuk menjelaskan hubungan antara faktor
memikirkan kesejahteraan karyawan, baik kepemimpinan dan kualitas pelayanan publik,
kebutuhan fisik, spritual, maupun kepuasan- dapat dikemukakan pendapat Katz dan Kahn
kepuasan lain yang menjadi ukuran karyawan dalam Richard M. Steer (Tangkilisan, 2005:78),
sendiri. Jika kondisi ini terpenuhi, tidaklah bahwa kualitas kepemimpinan dalam berbagai
sukar bagi organisasi publik untuk bentuk memperlihatkan
mengemban tugas yang diberikan kepadanya. organisasi yang mampu mencapai tujuan dan yang
perbedaan
antara
Dalam mewujudkan pelayanan prima, seorang tidak. Dikatakan bahwa kepemimpinan dapat
pemimpin harus berani melakukan perubahan. mengisi beberapa fungsi penting yang diperlukan
diperlukan kepemimpinan bagi organisasi untuk mencapai tujuannya, seperti
Karena
itu
transformasional yaitu kepemimpinan yang berikut ini :
mampu sebagai agen perubahan. Berbagai
1. Dalam fungsi mengisi kekosongan akibat perubahan mungkin mendapatkan tantangan dan ketidaklengkapan atau ketidaksempurnaan
hambatan, baik dari dalam maupun luar organisasi desain organisasi. Ada banyak hal dalam
namun seorang pemimpin transformasional harus aktivitas organisasi publik yang tidak diatur
berani menghadapi kompleksitas, ambiguitas, dan dalam peraturan perundangan sebagai dasar
ketidakpastian tersebut dengan menyiapkan pembentukan organisasi publik. Karena itu
strategi terbaik. Perubahan-perubahan yang dapat tugas pemimpin adalah mewakili organisasi
dilakukan seorang pemimpin untuk meningkatkan publik dalam
kualitas pelayanan publik, antara lain : menyangkut tugas dan fungsi pokok birokrasi
1. Memangkas berbagai birokrasi yang sudah publik. Tugas-tugas lain, baik internal
tidak relevan.
2. Menerapkan contestability (membandingkan perundangan yang ada, menjadi tanggung
maupun eksternal, yang belum diatur dalam
pelayanan yang dilakukan unit organisasinya jawab pimpinan.
dengan organisasi lain untuk melihat efisiensi
2. Membangun mempertahankan
dan efektivitasnya) bahkan mengembangkan organisasi dalam lingkungan yang bergolak,
stabilitas
kontrak dengan sektor swasta (jika hal ini dengan
merupakan jalan terefektif dan terefisien yang penyesuaian dan adaptasi yang segera pada
memungkinkan
dilakukan
harus ditempuh).
kondisi lingkungannyang bergolak atau yang
3. Menggunakan berbagai teknologi baru untuk sedang berubah. Dalam menindaklanjuti
meningkatkan kualitas pelayanan publik. aktivitas layanan, sudah menjadi tugas
4. Mengembangkan kebijakan publik yang pimpinan dan para stafnya untuk melakukan
berorientasi pada pelanggan (customer focus).
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS
Volume 1 Nomor 1 Juni 2013, Halaman 99-117
Tuntutan akan perbaikan atas kondisi memahami kepemimpinan dapat dipertautkan pelayanan publik dewasa ini semakin besar dan
dengan situasi tertentu. Thoha (2006:64) menjadi agenda utama dalam kehidupan
menyatakan ada dua hal yang biasanya dilakukan berbangsa dan bernegara. Seorang pemimpin
oleh pemimpin terhadap bawahan atau harus mampu melakukan perubahan-perubahan
pengikutnya yaitu perilaku mengarahkan dan menuju perbaikan secara sistematis dan terukur.
perilaku mendukung.
Namun demikian berbagai upaya reformasi yang Perilaku mengarahkan dapat dirumuskan sifatnya leb ih ’internal’ tersebut juga harus
sebagai sejauh mana seseorang pemimpin dibarengi dengan suatu penngembangan strategi
melibatkan diri dalam komunikasi satu arah. yang bersifat eksternal. Strategi ini diarahkan
Bentuk pengarahan dalam komunikasi satu arah pada pengembangan ’citra baik’ organisasi dan
ini antara lain menetapkan peranan yang pelayanan yang diberikan oleh organisasi publik.
seharusnya dilakukan pengikut, memberitahukan pengikut tentang apa yang seharusnya bisa
Gaya Kepemimpinan
dikerjakan, di mana melakukan hal tersebut, Gaya kepemimpinan merupakan norma
bagaimana melakukannya dan melakukan perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat
pengawasan secara ketat kepada pengikutnya. orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku
Sedangkan perilaku mendukung adalah sejauh orang lain seperti yang ia lihat. Dalam hal ini
mana seseorang pemimpin melibatkan diri dalam usaha menyelaraskan persepsi diantara orang yang
komunikasi dua arah, misalnya mendengar, akan mempengaruhi perilaku dan orang yang
dan dorongan, perilakunya akan dipengaruhi menjadi amat
menyediakan
dukungan
memudahkan interaksi, dan melibatkan para penting kedudukannya (Thoha, 2006:49). Dalam
pengikut dalam pengambilan keputusan (Thoha, menjalankan kepemimpinannya seorang pimpinan
2006:64-65).
biasanya menggunakan gaya kepemimpinan yang Sikap serta gaya kepemimpinan memiliki dianggap
pengaruh yang sangat besar terhadap organisasi bawahannya agar memperlihatkan perilaku yang
bahkan terhadap produktivitas dan keinovatifan sesuai dengan tujuan organisasi.
Kepemimpinan juga dapat Dalam Path-Goal Theory Robins (2003:263)
karyawan.
digambarkan dalam garis kontinum mulai dari menyatakan, gaya kepemimpinan digolongkan
inisiatif (initiating) sampai pada kepemimpinan menjadi empat tipe yaitu: kepemimpinan direktif,
pertimbangan (considerating). Struktur inisiatif kepemimpinan yang mendukung, kepemimpinan
menggambarkan bahwa pimpinan mengatur dan partisipatif serta kepemimpinan yang berorientasi
menentukan pola organisasi, saluran komunikasi, pada prestasi. Dalam kepemimpinan yang direktif
struktur peran dalam pencapaian tujuan pemimpin memberi kesempatan kepada bawahan
cara pelaksanaannya. untuk mengetahui apa yang menjadi harapan
organisasi,
dan
Pertimbangan menggambarkan hubungan yang pemimpinnya dan memberikan arahan mengenai
hangat antara atasan dan bawahan, adanya sikap cara melaksanakan suatu tugas. Gaya ini
saling percaya, kekeluargaan, dan penghargaan mengandung arti bahwa pimpinan berorientasi
terhadap gagasan yang datang dari bawahan. pada hasil. Dalam kepemimpinan yang
Setiap tipe gaya kepemimpinan memiliki mendukung pemimpin bersikap ramah dan
pengaruh terhadap diri karyawan dalam menunjukkan kepedulian akan kebutuhan
melaksanakan pekerjaan yang dibebankan. bawahan. Pemimpin berusaha untuk mendekatkan
Perilaku pemimpin memiliki peran yang diri serta menyenangkan perasaan bawahannya.
sangat besar dalam setiap perusahaan karena gaya Dalam kepemimpinan partisipatif pemimpin
yang dimiliki oleh seorang pemimpin dapat berusaha mendapatkan masukan-masukan serta
memberikan dampak yang positif atau negatif saran dari bawahan dalam pengambilan keputusan
karyawan dalam sedangkan
terhadap
kenyamanan
melaksanakan pekerjaan yang pada akhirnya berorientasi pada prestasi pemimpin menetapkan
dapat mempengaruhi kinerja karyawan. tujuan-tujuan yang bersifat menantang dan pemimpin mengharapkan agar bawahan berusaha
Gaya Kepemimpinan Transformasional
mencapai tujuan tersebut seoptimal mungkin. Robbins (2008: 472) menyatakan, pemimpin Efektifitas
pemimpin yang diperankan oleh seseorang pemimpin tergantung
meninspirasi para pengikut untuk melampaui pada situasi atau kondisi pengikut atau bawahan.
kepentingan-pribadi mereka dan yang mampu Hal
membawa dampak mendalam dan luar biasa pada kepemimpinan
ini mendorong
para pengikut. Tipe pemimpin ini mengilhami
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional Terhadap Kinerja Pegawai Badan Investasi dan Promosi Aceh
Muhardi, SE & M. Ridha Siregar, SE. MM para pengikut untuk melampaui kepentingan
keseluruhan menunjukkan bahwa dibandingkan mereka sendiri demi perbaikan organisasi, dan
dengan kepemimpinan transaksional kepemim yang mampu memberikan dampak mencolok dan
pinan transformasional lebih erat dengan luar biasa pada diri pengikutnya.
rendahnya tingkat pengunduran diri, tingginya Menurut Andrea dan Richard yang dikutip
produktifivitas dan kepuasan karyawan yang lebih oleh
473) menyatakan, hal-hal dan kebutuhan pengembangan diri
transformasional mencurahkan perhatian pada
Robbins
karakteristik pemimpin transformasional sebagai masing-masing pengikut; mereka mengubah
berikut:
kesadaran para pengikut akan persoalan-persoalan
1. Kharisma: memberikan visi dan rasa atas dengan membantu mereka memandang masalah
misi, menanamkan kebangaan, meraih lama dengan cara-cara baru; dan mereka mampu
penghormatan dan kepercayaan. menggairahkan, membangkitkan, dan mengilhami
Mengkomunikasikan harapan pada pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra
2. Inspirasi:
menggunakan simbol untuk demi tercapai sasaran kelompok.
tinggi,
menfokuskan pada usaha, menggambarkan Kepemimpinan
maksud penting secara sederhana. transformasional tidak boleh dipandang sebagai
transaksional
dan
Intelektual: mendorong pendekatan yang berlawanan dengan pendekatan
3. Stimulasi
intelegensia, rasionalitas, dan pemecahan penyelesaian
masalah secara hati-hati. transformasional dibangun sebagai tambahan atas
pekerjaan.
Kepemimpinan
individual: memberikan kepemimpinan
4. Pertimbangan
transaksional-kepemimpinan perhatian pribadi, melayani karyawan secara tersebut menghasilkan tingkat upaya dan kinerja
pribadi, melatih dan menasehati. bawahan melampaui apa yang akan terjadi dengan pendekatan transaksional saja. Lebih dari itu,
Gaya Kepemimpinan Transaksional
kepemimpinan transformasional bersifat lebih dari Robbins (2008: 472) menyatakan sekedar kharisma.
pemimpin transaksional adalah pemimpin yang Sopiah (2008: 122) menyatakan, kepemim
memandu atau memotivasi para pengikut mereka pinan
menuju ke sasaran yang ditetapkan dengan pemimpin yang simbolis. Pesan-pesan mengenai
memperjelas persyaratan peran dan tugas. Sopiah visi dan memberikan inspirasi, komunikasi non-
(2008:121) menyatakan, model kepemimpinan verbal, daya tarik terhadap nilai-nilai ideologos,
transaksional berfokus pada transaksi pribadi, stimulasi intelektual terhadap para pengikut oleh
dan karyawan. Dua pemimpin, penampilan kepercayaan diri sendiri
antara manajemen
karakteristik yang melandasi kepemimpinan dan untuk kinerja yang melampauai panggilan
transaksional adalah:
1. Para pemimpin menggunakan penghargaan dapat menginginkan para pengikut agar
tugas. Pemimpin yang semata-mata kharismatik
kontingensi untuk memotivasi para karyawan. mengadopsi pandangan dunia kharismatik dan
2. Para pemimpin melaksanakan tindakan tidak
korektif hanya ketika para bawahan gagal transformasional akan berupaya menanamkan ke
beranjak lebih
jauh;
pemimpin
mencapai tujuan kinerja. dalam diri pengikut kemampuan mempertanyakan
Selanjutnya Robbins (2008: 473) tidak hanya pandangan yang sudah mapan
menyatakan, karakteristik pemimpin transaksional melainkan juga pandangan yang ditetapkan oleh
sebagai berikut:
sang pemimpin.
1. Imbalan kontingen : Kontrak pertukaran Bukti
imbalan atas upaya, menjanjikan imbalan atas kepemimpinan
kinerja baik, mengakui pencapaian. berbagai transaksional luar biasa mengesankan.
transformasional
terhadap
2. Manajemen berdasarkan pengecualian (aktif): Misalnya, sejumlah penelitian terhadap para
melihat dan mencari penyimpangan dari perwira militer Amerika Serikat, Kanada, dan
aturan dan standar, menempuh tindakan Jerman menemukan, pada semua tingkat, bahwa
perbaikan.
pemimpin transformasional dinilai lebih efektif
3. Manajemen berdasarkan pengecualian (pasif): daripada transaksional. Dan pada manajer di
mengintervensi hanya jika standar tidak Federal Express yang dinilai oleh pengikut
dipenuhi.
mereka memperlihatkan kepemimpinan yang
4. Laissez-Faire : melepas tanggung jawab, lebih transformasional ternyata dinilai oleh
mengindari pembuatan keputusan. penyelia langsung mereka berprestasi lebih tinggi dan dapat dipromosikan. Ringkasnya, bukti
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS
Volume 1 Nomor 1 Juni 2013, Halaman 99-117
Kinerja Pegawai
(culture), kesukaan (preference), imbalan dan Sedarmayanti (2007:259) menyatakan, kinerja
pengakuan (reward and recognitions). terjemahan dari “performance”, berarti: (1) Perbuatan, pelaksanaan pekerjaan, prestasi kerja,
Keterkaitan Kinerja Pegawai Dengan Kinerja
pelaksanaan pekerjaan yang berdaya guna; (2)
Instansi
Pencapaian/prestasi seseorang berkenaan dengan Keberhasilan suatu instansi pemerintah dalam tugas yang diberikan kepadanya; (3) Hasil kerja
meningkatkan kinerjanya sangat ditentukan oleh seorang pekerja, sebuah proses manajemen atau
sejauhmana setiap pegawai dalam instansi suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil
tersebut dapat melaksanakan tugas mereka dengan kerja tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya
pegawai dalam secara konkrit dan dapat diukur (dibandingkan
baik.
Ketidakmampuan
menyelesaikan tugas mereka tidak hanya dengan standar yang telah ditentukan); dan (4)
berdampak pada rendahnya produktivitas kerja, Hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
akan tetapi juga berdampak buruk pada sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai
pencapaian tujuan instansi secara keseluruhan. dengan wewenang dan tanggung jawab masing-
Karena itu, peningkatan kinerja pegawai sangat masing dalam rangka upaya mencapai tujuan
penting artinya bagi peningkatan kinerja instansi. organisasi bersangkutan secara legal, tidak
Semakin baik kinerja pegawai yang bekerja dalam melanggar hukum dan sesuai moral maupun etika.
instansi tertentu, akan semakin tercapai tujuan Sedangkan Malthis dan Jackson (2006:79)
organisasi. Sebaliknya semakin rendah kinerja menyatakan, “kinerja pada dasarnya adalah apa
pegawai, maka kinerja instansi juga akan rendah. yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan.
Kendatipun suatu instansi memiliki peralatan Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi
kerja yang baik, namun apabila tidak didukung seberapa banyak mereka memberikan kontribusi
oleh pegawai yang mampu menyelesaikan tugas kepada organisasi yang antara lain termasuk: (1)
sesuai dengan yang diharapkan, maka upaya Kuantitas output, (2) Kualitas output, (3) Jangka
untuk meningkatkan kinerja instansi akan waktu output, (4) Kehadiran di tempat kerja, dan
mengalami kendala. Sebagaimana pendapat (5) Sikap Kooperatif.
Sedarmayanti (2007:263) yang menyatakan Benardin dan Russel yang dikutip oleh
“tercapainya tujuan organisasi/perusahaan hanya Sedarmayanti
dimungkinkan karena upaya para pelaku yang Performance is defined as the record of outcomes
menyatakan,
terdapat pada organisasi/perusahaan tersebut. produced on a specific job function or activity
Dalam hal ini terdapat hubungan yang erat antara during a specific time periode . (kinerja
kinerja perorangan dengan kinerja lembaga atau didefinisikan sebagai catatan mengenai outcome
kinerja perusahaan. Dengan kata lain, bila kinerja yang dihasilkan dari suatu aktivitas tertentu,
seseorang baik, maka kemungkinan besar kinerja selama kurun waktu tertentu pula).
perusahaan juga baik”. Pendapat lain juga Berdasarkan pendapat-pendapat di atas
dikemukakan oleh Prawirosentono yang dikutip jelaslah bahwa kinerja pegawai pada dasarnya
oleh Tampubolon (2007:26) menyatakan bahwa adalah kemampuan kerja pegawai tersebut dalam
kinerja individual (individual performance ) bekerja yang dapat dilihat dari ukuran kuantitatif
lembaga (institutional maupun ukuran kualitatif. Dalam ukuran
dengan
kinerja
performance ) atau kinerja organisasi (corporate kuantitatif kinerja yang baik dapat dilihat dari
performance ) terdapat hubungan yang erat. peningkatan output yang dihasilkan, efektifitas
Dengan perkataan lain, bila kinerja individual dan efisiensi pelaksanaan tugas dan ukuran
performance) baik, maka kuantitatif lainnya. Selanjutnya dalam ukuran
(individual
kemungkinan besar kinerja organisasi (corporate kualitatif, kinerja yang baik terlihat dari adanya
performance ) juga baik. Kinerja seorang peningkatan kualitas hasil pekerjaan.
karyawan baik apabila ia memiliki keahlian (skill) Pendapat lain tentang kinerja seperti
yang tinggi, bersedia bekerja karena gaji atau dikemukakan oleh Baso (2003:35 ) “kinerja
diberi upah sesuai dengan perjanjian dan sebagai kemampuan yang dapat diukur dan
mempunyai harapan (expectation) masa depan terstandarisasi.” Keberhasilan suatu kinerja akan
yang lebih baik.
sangat tergantung dan ditentukan oleh beberapa Kinerja suatu instansi sangat tergantung pada aspek dalam melaksanakan pekerjaan antara lain
tingggi rendahnya kinerja pegawai instansi kejelasan peran (role clarity), tingkat kompetensi
tersebut. Apabila pegawai yang bekerja pada (competencies), keadaan lingkungan (enviroment)
instansi tersebut berkinerja rendah, maka kinerja dan faktor lainnya seperti nilai (value), budaya
instansi secara keseluruhan juga akan rendah.
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional Terhadap Kinerja Pegawai Badan Investasi dan Promosi Aceh
Muhardi, SE & M. Ridha Siregar, SE. MM Demikian pula sebaliknya, semakin baik kinerja
berdasarkan hasil, mungkin tepat jika pegawai, akan semakin baik pula kinerja instansi.
organisasi tidak peduli bagaimana hasil dicapai, tetapi tidak tepat untuk setiap
Kriteria dan Jenis Informasi yang Digunakan
pekerjaan. Kriteria ini sering dikritik karena
Dalam Menilai Kinerja Pegawai
meninggalkan aspek kritis pekerjaan yang Pengukuran kinerja pegawai tidak hanya
penting, seperti kualitas yang mungkin sulit dilakukan secara kuantitatif. Hal ini didasarkan
dikualifikasikan.
pada alasan bahwa penilaian kinerja yang Penilaian kinerja karyawan tidak selalu didasarkan pada ukuran kuantitatif memiliki
didasarkan pada ukuran kuantitatif. Hal ini kelemahan. Karena ketika tinggi rendahnya
disebabkan, penilaian kinerja berdasarkan hasil kinerja pegawai didasarkan pada kuantitas output
(output) juga memiliki kelemahan, seperti yang dihasilkan dapat berdampak buruk pada
rendahnya kualitas hasil dan kurangnya rasa perilaku pegawai ditempat kerja, seperti adanya
kebersamaan pegawai dalam melaksanakan kecenderungan untuk tidak peduli terhadap rekan
pekerjaan. Penilaian kinerja yang didasarkan kerja, rendahnya kualitas output yang dihasilkan
output akan membuat pegawai berlomba-lomba dan lain sebagainya. Karena itu penilaian kinerja
mencapai hasil terbanyak, dan pada akhirnya akan pegawai juga didasarkan pada ukuran kualitatif
kurang rasa kebersamaan dalam bekerja. Karena yang melihat baik buruknya kinerja seorang
itu, dikembangkan kriteria-kriteria penilaian pegawai didasarkan pada sifat, sikap dan perilaku
kinerja yang dianggap dapat mampu dijadikan pegawai di tempat kerja.
tolok ukur penilaian kinerja.
Dalam kriteria baik buruknya kinerja yang Mengacu pada pendapat yang disampaikan mengacu pada kualitatif, data atau informasi yang
oleh para ahli di atas, untuk menilai kinerja diterima oleh para manajer tentang seberapa baik
pegawai dapat dilakukan melalui tiga pendekatan para karyawan bekerja dapat terdiri dari tiga jenis
yaitu kriteria sifat dan karakteristik karyawan, yang berbeda yaitu: (1) Informasi berdasarkan
kriteria perilaku dan kriteria berdasarkan hasil. ciri-ciri, seperti kepribadian yang menyenangkan,
Kriteria berdasarkan sifat dan karakteristik pribadi inisiatif, atau
kreativitas, (2) Informasi menjadikan loyalitas, keandalan, kemampuan berdasarkan tingkah laku menfokuskan pada
berkomunikasi dan keterampilan memimpin. perilaku yang spesifik yang mengarah pada
Berdasarkan kriteria tersebut jelaslah bahwa keberhasilan di pekerjaan, dan (3) Informasi
pegawai yang memiliki loyalitas lebih tinggi berdasarkan hasil, mempertimbangkan apa yang
terhadap instansi tempat dia bekerja dinilai telah dilakukan karyawan atau apa yang telah
memiliki kinerja yang lebih baik bila dicapai karyawan (Malthis dan Jackson, 2002:
dibandingkan dengan pegawai yang kurang loyal. 79).
Karena pada dasarnya pegawai dengan loyalitas Hampir sama dengan pendapat di atas,
yang tinggi lebih cenderung untuk bekerja lebih Sedarmayanti (2007:270) menyatakan terdapat 3
tekun bila dibandingkan dengan pegawai yang (tiga) jenis kriteria kinerja, sebagai berikut:
memiliki loyalitas rendah. Demikian pula halnya
1. Kriteria berdasarkan sifat memusatkan pada dengan keandalan dan kemampuan dalam bekerja. karakteristik pribadi karyawan. Loyalitas,
Semakin tinggi handal seorang pegawai dalam keandalan, kemampuan berkomunikasi dan
melaksanakan pekerjaan dan semakin tinggi keterampilan memimpin merupakan sifat
kemampuannya dalam bekerja, maka semakin yang sering dinilai selama proses penilaian.
tinggi pula kinerja pegawai yang bersangkutan. Jenis kriteria ini memusatkan diri pada
Sebaliknya pegawai yang memiliki kemampuan bagaimana seseorang, bukan apa yang
kerja yang rendah juga dinilai memiliki kinerja dicapai/tidak dicapai seseorang dalam
yang lebih rendah pula.
pekerjaannya. Dalam kaitannya dengan penilaian kinerja
2. Kriteria berdasarkan perilaku terfokus pada Pegawai Negeri Sipil Utomo dan Deden bagaimana pekerjaan dilaksanakan. Kriteria
Hermawan (2007) menyatakan, dalam rangka ini penting bagi pekerjaan yang membutuhkan
untuk menjamin adanya obyektivitas dalam hubungan antar pribadi.
pembinaan PNS berdasarkan pada Sistem Karier
3. Dengan semakin ditekankannya produktivitas dan Sistem Prestasi Kerja, maka pemerintah dan daya saing internasional, kriteria
menerapkan sistem penilaian prestasi kerja atas berdasarkan hasil semakin populer. Kriteria
pelaksanaan tugas dan kewajiban PNS sehari-hari. ini terfokus pada apa yang telah
Hasil penilaian tersebut dituangkan dalam satu dicapai/dihasilkan
daftar yang dibuat setiap akhir tahun yang disebut sesuatu
daripada
bagaimana
dicapai/dihasilkan.
kriteria
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3).
JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS
Volume 1 Nomor 1 Juni 2013, Halaman 99-117
Daftar tersebut merupakan implementasi dari UU
3. Tanggung Jawab
No. 8/1974 jo UU No. 43/1999 pasal 20 tentang Ialah kesanggupan seorang PNS untuk Pokok-pokok Kepegawaian, yang berbunyi:
menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan “Untuk lebih menjamin obyektivitas dalam
kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat mempertimbangkan pengangkatan dalam jabatan
pada waktunya serta berani memikul resiko dan kenaikan pangkat diadakan penilaian prestasi
atas keputusan yang diambilnya atau tindakan kerja”
yang dilakukannya.
Sistem Penilaian Prestasi Kerja Menurut
4. Ketaatan
Sistem DP3 sebagai tolok ukur penilaian kinerja Ialah kesanggupan seorang PNS untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) menegaskan bahwa
mentaati segala peraturan perundang- instrumen pengukuran kinerja merupakan alat
undangan dan peraturan kedinasan yang yang dipakai untuk mengukur kinerja individu
berlaku, mentaati perintah kedinasan yang seseorang pegawai meliputi sebagai berikut
diberikan oleh atasan yang berwenang serta (Sedarmayanti, 2007:377):
kesanggupan untuk tidak melanggar larangan
1. Prestasi kerja: hasil kerja pegawai dalam
yang ditentukan.
menjalankan tugas, baik secara kualitas
5. Kejujuran
maupun kuantitas kerja. Ialah ketulusan hati seorang PNS dalam
2. Keahlian: tingkat kemampuan teknis yang melaksanakan tugas dan kemampuan untuk dimiliki oleh pegawai dalam menjalankan
tidak menyalahgunakan wewenang yang tugas yang dibebankan kepadanya. Keahlian
diberikan kepadanya.
ini bisa dalam bentuk kerja sama, komunikasi,
6. Kerja sama
inisiatif dan lain-lain. Ialah kemampuan seorang PNS untuk bekerja
3. Perilaku: sikap dan tingkah laku pegawai bersama-sama dengan orang lain dalam yang melekat pada dirinya dan dibawa dalam
menyelesaikan sesuatu tugas yang ditentukan, melaksanakan tugas-tugasnya. Pengertian
sehingga mencapai daya guna dan hasil guna perilaku di sini juga mencakup kejujuran,
yang sebesar-besarnya.
tanggung jawab dan disiplin.
7. Prakarsa
4. Kepemimpinan:
Ialah kemampuan seorang PNS untuk kemampuan manajerial dan seni dalam
merupakan
aspek
mengambil keputusan, langkah-langkah atau memberikan pengaruh kepada orang lain
sesuatu tindakan yang untuk mengkoordinasikan pekerjaan secara
melaksanakan
diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tepat dan cepat, termasuk pengambilan
tanpa menunggu perintah dari atasan. keputusan dan penentuan prioritas.
8. Kepemimpinan
Selanjutnya Utomo dan Deden Hermawan Ialah kemampuan seorang PNS untuk (2007) menyatakan, unsur-unsur dari penilaian
meyakinkan orang lain sehingga dapat pelaksanaan pekerjaan seorang pegawai sipil
maksimal untuk sesuai dengan Daftar Penilaian Pelaksanaan
dikerahkan
secara
melaksanakan tugas pokoknya. Penilaian Pekerjaan (DP3) ialah “... kesetiaan, prestasi
unsur kepemimpinan hanya dikenakan bagi kerja, tanggung jawab, ketaatan, kejujuran, kerja
PNS yang berpangkat Pengatur Muda sama, prakarsa dan kepemimpinan”.
golongan ruang II/a ke atas yang memangku
1. Kesetiaan
suatu jabatan.
Ialah tekad dan kesanggupan mentaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap
ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung
Kinerja Pegawai
jawab. Tekad dan kesanggupan tersebut harus Dalam model perilaku organisasi, output dibuktikan dalam sikap dan tingkah laku
perilaku yang timbul dengan adanya perilaku sehari-hari
individu, perilaku kelompok, dan perilaku sistem melaksanakan tugas.
adalah prestasi kerja, kepuasan kerja dan absensi,
2. Prestasi Kerja salah satu model dalam perilaku ini adalah Ialah suatu hasil kerja yang secara nyata dapat
prestasi kerja yang dipengaruhi oleh adanya dicapai
kepemimpinan. Bahagia (2004:137) mengatakan melaksanakan tugas yang dibebankan
bahwa kepemimpinan organisasi yang baik tidak kepadanya. Prestasi kerja tersebut akan
hanya mampu menciptakan kepuasan kerja. Akan dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan,
tetapi pimpinan yang memberikan perhatian yang pengalaman, dan kesungguhan PNS yang
baik dan seimbang terhadap tugas maupun bersangkutan.
terhadap pegawai atau mengubah perilaku
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional Terhadap Kinerja Pegawai Badan Investasi dan Promosi Aceh
Muhardi, SE & M. Ridha Siregar, SE. MM bawahan sehingga menciptakan prestasi kerja dan
karyawan lini depan jasa. Hal ini disebabkan oleh rasa puas dalam bekerja. Hal ini sesuai dengan