BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kadar Asam Urat dan Disabilitas Komunitas di Daerah Batu Gantung Dalam, Kelurahan Mangga Dua, Kecamatan Nusaniwe, Kota Am
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Wilayah Batu Gantung Dalam merupakan salah satu wilayah yang berada di Kelurahan Mangga Dua, Kecamatan Nusaniwe, Kotamadya Ambon. Wilayah Batu Gantung terdiri dari 4 RT dan 2 RW, dan merupakan salah satu wilayah kerja Puskesmas Urimessing. Saat peneliti melakukan penelitian, peneliti hanya mengambil data pada RT 001/RW 04, karena sebelumnya telah melakukan diskusi dengan key
informan.
4.2 Pelaksanaan Penelitian
Setelah Surat Izin Penelitian diberikan oleh FKIK ke Kesbangpol Provinsi Maluku, peneliti meneruskan surat izin penelitian kepada Dinas Kesehatan Kotamadya Ambon. Setelah izin penelitian diberikan, peneliti mengambil data keadaan puskesmas di Dinas Kesehatan Kotamadya dan di Puskesmas Kelurahan Mangga Dua. Setelah berdiskusi dengan key informan, peneliti didampingi key informan melakukan kunjungan ke tiap rumah di RT 001/RW 04 wilayah Batu Gantung Dalam. Peneliti melakukan penelitian selama kurun waktu dua bulan, sejak Februari sampai bulan April 2016.
Setelah semua data terkumpul, data diinput kedalam program Microsoft Excel
4.3 Hasil Penelitian
4.3.1 Karakteristik Demografi Responden
Data pada Tabel 4.1 memaparkan karakteristik demografi responden yang berju mlah 165 orang. Kisaran umur responden antara 15 s/d ≥75, dengan distribusi tertinggi pada umur 45-54 tahun. Dari segi pendidikan, responden terbanyak adalah dari lulusan SMA.
4.3.2 Keadaan Hiperurisemia Responden
Tabel 4.2 memaparkan profil kadar Asam Urat 165 responden yang berjumlah sebanyak 41 kategori, dengan kadar asam urat terendah 3,4mmHgsebanyak 1 individu dan kadar asam urat tertinggi adalah 13,8mmHg sebanyak 1 individu.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Tingkat1
8 SMP
23
14 SMA
57
35 Diploma
18
11 S1
52
32 S2
1 S3 Nilai Asam
SD
Urat Laki- laki ≤ 7,0
13
8 > 7,0
74
45 Nilai Asam Urat
Perempuan ≤ 6,0
25
15 > 6,0
53
14
Tidak Sekolah Tidak Tamat SD
Pendidikan, Nilai Asam Urat
23
VARIABEL KARAKTERISTIK FREKUENSI (N=165) (%)
Jenis Kelamin
Laki-Laki
87
53 Perempuan
78
47 Usia 15-24
5
3 25-34
14 35-44
1 Tingkat Pendidikan
26
16 45-54
50
30 55-64
35
21 65-74
24
15 ≥ 75
2
32
Tabel 4.2 Profil Kadar Asam Urat 165 responden9
13
40
1
1 38 12,1 1 39 12,8
12
37
1
20 33 9,8 1 34 10,2 4 35 10,3 1 36 10,8
2 28 9,1 2 29 9,2 3 30 9,4 5 31 9,6 5 32 9,7
27
NO. KADAR ASAM URAT FREKUENSI (N=165)
1 3,4 1 2 3,8 2 3 4,2 2 4 4,6 2 5 4,8 4 6 5,32
1 22 8,1 3 23 8,2 5 24 8,4 3 25 8,5 1 26 8,6
8
21
3
11 14 7,1 5 15 7,2 6 16 7,4 1 17 7,5 4 18 7,6 6 19 7,8 3 20 7,9
4 12 6,8 1 13 6,9
11 10 6,4 14 11 6,7
11 7 5,4 3 8 5,7 7 9 6,2
1
4.3.3 Hiperurisemia Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Dari total 165 responden, ada 127 individu yang mengalami hiperurisemia. Pada kelompok jenis kelamin laki-laki, kondisi hiperurisemia terbanyak ada pada kategori usia 45-54 tahun, sama halnya dengan kelompok perempuan.
Tabel 4.3 Nilai Asam Urat Berdasarkan Usia dan Jenis KelaminJENIS KELAMIN Perempuan
KATEGORI Laki-laki (N=87)
(N=78) USIA
≤ 7,0 > 7,0 % ≤ 6,0 > 6,0 % 15-24
4
2
1
1 25-34
1
9
6
2
11
8 35-44
1
11
7
5
10
9 45-54
3
27
18
7
12
12 55-64
7
16
14
3
9
7 65-74
1
6
4
7
10
10 ≥75
1
1
1
1 TOTAL
13
74
53
25
53
47 Grafik 4.1
Nilai Asam Urat Laki-laki dan Perempuan
12
10 t Ura
8 m
6 sa A (mmHg)
4 Grafik 4.1 menunjukkan perbedan nilai Asam Urat pada laki-laki dan perempuan. Terlihat bahwa semakin bertambah kategori usia responden, nilai Asam Urat semakin tinggi.
4.3.4 Hiperurisemia Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 4.4 Nilai Asam Urat Berdasarkan Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan Frekuensi (N=165) ≤7,0 >7,0 Total
9
1
6
7 SMP
4
10
14 SMA
15
Tidak Sekolah Tidak Tamat SD
24 Perguruan Tinggi
11
22
33 T o t a l
25
53
SD
Tingkat Pendidikan ≤ 6,0 > 6,0 Total
Laki-laki (N=87) Tidak Sekolah
9 SMA
Tidak Tamat SD SD
4
3
7 SMP
3
6
1
87 Perempuan (N=78)
32
33 Perguruan Tinggi
5
33
38 T o t a l
13
74
78 Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pada kelompok laki-laki kondisi hiperurisemia terbanyak ada pada kategori tingkat pendidikan Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 33 individu. Hal yang sama juga terjadi pada kelompok
4.3.5 Indeks HAQ-DI Individual
Jumlah individu dalam kategori nilai HAQ-DI menurut kategori 20 pertanyaan disabilitas terhadap 165 responden dipaparkan pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6
Tabel 4.5 Profil Nilai HAQ-DI Berdasarkan Skor Makimum, atas Jawaban 20 Pokok (8
Kategori) Pertanyaan HAQ-DI
KRITERIA FREKUENSI (N=165) HAQ-DIindividu dengan skor 46 0,0082 max 0 individu dengan skor
61 0,0041 max 1 individu dengan skor 40 0,0153 max 2 individu dengan skor
18 0,0347 max 3 TOTAL 165 0,02
Tabel 4.5 menunjukkan banyaknya individu yang menjawab 20 pokok (8 kategori) pertanyaan HAQ-DI dengan skor maksimal masing-masing: skor nol(0) untuk keadaan normal, yakni tidak ada kesulitan apapun, skor satu (1) mewakili keadaan dimana responden memiliki beberapa atau sebagian kesulitan, skor dua (2) mewakili keadaan responden yang memiliki kesulitan yang tinggi, dan skor tiga (3) menunjukkan bahwa responden sama sekali tidak mampu (disable). Data pada tabel di atas menerangkan ada 46 individu dari total 165 responden yang mampu melakukan semua (20 pokok) aktivitas tanpa kesulitan sama sekali. Namun, ada 18 individu yang pada aktivitas tertentu (dari
Tabel 4.6 memaparkan profil nilai HAQ-DI individual dari 165 responden.Dari data tersebut diperoleh jumlah kategori HAQ-DI sebanyak 33 kategori, dengan kategori terendah yakni HAQ-DI 0 sebanyak 45 individu, sedangkan HAQ-DI tertinggi, yakni 2,55 sebanyak 1 individu.
Tabel 4.6 Profil Nilai HAQ-DI Individual 165 Responden No. Kategori HAQ-DI Jumlah individu1
45 2 0,05 4 3 0,1
12 4 0,15 14 5 0,2
5 6 0,25 15 7 0,3
5 8 0,35 5 9 0,4 6 10 0,45 3 11 0,5 6 12 0,55 4 13 0,6 7 14 0,65 3 15 0,7 6 16 0,75 2 17 0,8 2 18 0,85 2 19 0,95
1
20
1
1 21 1,05 1 22 1,1 2 23 1,2 1 24 1,35 1 25 1,4
2
Tabel 4.7 Profil Nilai HAQ-DI Menurut Kadar Asam Urat Berdasarkan Skor Maksimum, atas
Jawaban 20 Pokok (8 Kategori) Pertanyaan HAQ-DI
SKOR FREKUENSI (N=165) HAQ-DI JK MAX ≤7,0 >7,0 TOTAL ≤7,0 >7,0 TOTAL HAQ-DI11
5
16
1
2
30 32 0,15 0,23 0,19 L
(N=87)
2
25 25 0,65 0,32
3
14 14 0,14 0,07
SKOR MAX ≤6,0 >6,0 TOTAL ≤6,0 >6,0 TOTAL HAQ-DI
P
19
11
30 (N=78)
1
2
27 29 0,15 0,20 0,18
2
2
13 15 0,65 0,62 0,64
3
2
2 4 0,78 1,05 0,91
Tabel 4.7 memperlihatkan banyaknya individu yang menjawab 20 pokok pertanyaan (8 kategori) dengan skor tertinggi berdasarkan kadar asam urat.Pada kelompok laki-laki ada 14 individu hiperurisemia yang menjawab dengan skor maksimum tiga (3), artinya mereka tidak mampu melakukan beberapa aktivitas tertentu (dari 20 pokok aktivitas yang ditanyakan). Sedangkan pada kelompok perempuan, hanya ada 4 individu hiperurisemia yang menjawab dengan skor maksimum tiga (3). Pada kelompok hiperurisemia laki-laki, jawaban terbanyak ada pada skor maksimum satu (1), yakni ada 30 individu.
Artinya 30 individu ini mampu melakukan aktivitas namun agak kesulitan.hal yang sama terjadi pada kelompok hiperurisemia perempuan. Jawaban
4.3.6 Disabilitas Fisik Responden Berdasarkan Kategori dan Pokok
Disabilitas Fungsional Tabel 4.8 menunjukkan hasil perhitungan HAQ-DI per pokok pertanyaan berdasarkan 8 kategori fungsional. Nilai HAQ-DI tertinggi yakni 0,96 ada padakategori Aktivitas Lain pada pokok melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel atau bekerja di halaman rumah, dan kategori berjalan pada pokok naik lima anak tangga sendiri dengan nilai HAQ-DI 0,87.
4.3.7 Disabilitas Fisik Responden Berdasarkan Kadar Asam Urat Darah
Tabel 4.9 memaparkan, dari total 87 responden laki-laki ada 74 individu hiperurisemia dengan nilai HAQ-DI 0,59. Sedangkan pada kelompokperempuan, ada 53 individu hiperurisemia dari total 78 responden.
Tabel 4.8 HAQ-DI Responden Berdasarkan Kategori dan Pokok Disabilitas Fungsional
(N=165)
HAQ-DI KATEGORI POKOK Pokok KategoriBerpakaian, termasuk mengikat Berpakaian
tali sepatu dan mengkancing 0,19
dan0,18 sendiri Berdandan
Keramas/mencuci rambut sendiri 0,17
Berdiri langsung dari kursi 0,66 dengan sendiri Berdiri
0,48
Bangun dari tempat tidur sendiri 0,31
Makan menggunakan sendokdan memasukkan ke mulut 0,10
dengan sendiriMakan Mengangkat secangkir/gelas 0,16
0,15 penuh ke mulut dengan sendiri menuangkan air dari cerek ke 0,22 dalam gelas dengan sendiri Berjalan di luar ruangan di
0,53 lantai/tanah datar dengan sendiri Berjalan
0,70
naik lima anak tangga sendiri 0,87
mandi dan mengeringkan badan 0,12 sendiri Kebersihan0,18
mengambil gayung mandi sendiri 0,13
keluar/masuk toilet/kamar mandi 0,29
mengambil dan menurunkan mencapai barang dari atas kepala seberat 0,44atau 2,5 Kg 0,62
mengjangkau membungkuk ke bawah0,79 mengambil pakaian di lantai
mencangkul di halaman rumah 0,12
membuka toples yang0,24
Cengkraman sebelumnya tertutup 0,16
menghidupkan dan mematikan 0,10 kran air menjalankan tugas dan0,47 berbelanja ke toko/kios
pergi berkebun 0,71
Aktivitas lain0,71 melakukan pekerjaan rumah
seperti menyapu, mengepel atau 0,96
Tabel 4.9 Nilai HAQ-DI Berdasarkan Kadar Asam UratKATEGORI JENIS KADAR FREKUENSI HAQ-DI KELAMIN AU
13 0,02 ≤ 7,0
Laki-laki > 7,0 74 0,59
Sub Total 87 0,30 ≤ 6,0 25 0,13
Perempuan > 6,0 53 0,29
Sub Total 78 0,21 Total 165 0,26
4.3.8 Disabilitas Fisik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Tabel 4.10 HAQ-DI Responden Berdasarkan Usia dan Jenis kelamin Menggunakan Uji TukeyFREKUENSI HAQ-DI PER KATEGORI HAQ-DI (N=165) KATEGORI USIA USIA
L P L P
15-24
1 4 0,03 0,03 25-34
12 11 0,13 0,12 0,13 35-44
8 19 0,30 0,12 0,17 45-54
30 19 0,37 0,29 0,34 55-64
18 17 0,7 0,35 0,53 65-74
17 7 0,87 0,46 0,75 > 75
1 1 0,7 0,35 TOTAL
87 78 0,50 0,24 0,37 adalah kategori usia 15-24 tahun. Hal ini dapat terlihat juga pada grafik di bawah ini.
Grafik 4.2 Nilai HAQ-DI Berdasarkan Usia Grafik 4.3 Nilai HAQ-DI Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
2
- -DI
1 Q HA
1 Nilai
4.3.9 Disabilitas Fisik Responden Berdasarkan Tingkatan Pendidikan
Terakhir Tabel 4.11 Nilai HAQ-DI Berdasarkan Tingkat Pendidikan Menggunakan Uji Tukey TINGKAT FREKUENSI HAQ-DI PENDIDIKAN (N=165)SD 15 0,78 SMP 23 0,37 SMA 56 0,25 Perguruan Tinggi 71 0,38
TOTAL 165 0,37
Tabel 4.11 menunjukkan hasil perhitungan nilai HAQ-DI berdasarkan tingkat pendidikan responden dengan menggunakan uji Tukey pada SPSS 17.Data menunjukkan bahwa nilai HAQ-DI tertinggi yakni 0,78 ada pada kategori tingkat pendidikan SD dan nilah HAQ-DI terendah ada pada kategori tingkat pendidikan SMA. Hal ini dapat dilihat denagn lebih jelas pada grafik di bawah ini.
Grafik 4.4
Nilai HAQ-DI Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.12 HAQ-DI per Kadar Asam Urat Berdasarkan Tingkat PendidikanTINGKAT PENDIDI KAN ≤6,0 >6,0 TOTAL ≤6,0 >6,0 TOTAL
5
16 31 0,02 0,26 0,14 Pergurua n Tinggi
15
8 11 0,2 0,32 0,26 SMA
3
3 5 0,73 0,20 0,46 SMP
2
SD
Tidak Tamat SD
Tidak Sekolah
(N= 78)
JK TINGKAT PENDIDI KAN FREKUENSI (N=165) HAQ-DI ≤7,0 >7,0 TOTAL ≤7,0 >7,0 TOTAL
32 40 0,04 0,57 0,30 P
8
22 26 0,48 0,24 Pergurua n Tinggi
4
11 12 0,50 0,25 SMA
1
9 9 1,02 0,51 SMP
Tamat SD SD
Sekolah Tidak
87) Tidak
L (N=
26 31 0,17 0,32 0,24
4.3.10 Perbandingan Disabilitas Fisik Responden Berdasarkan Kadar Asam Urat Darah Tabel 4.13 HAQ-DI Berdasarkan Kadar Asam Urat KRITERIA JENIS NILAI ASAM FREKUENSI HAQ-DI KELAMIN URAT (mmHg)
13 0,02 ≤ 7,0
Laki-laki 0,30
> 7,0 74 0,59 25 0,13 ≤ 6,0
Perempuan 0,21
> 6,0 53 0,29 Total 165 0,26
Tabel 4.13 menunjukkan pada kelompok laki-laki, nilai HAQ-DI tertinggi dan terbanyak ada pada responden dengan kondisi hiperurisemia. Padaperempuan, juga terlihat hal yang sama bahwa nilai HAQ —DI tertinggi dengan frekuensi terbanyak ada pada kelompok dengan hiperurisemia.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Karakteristik Demografi Responden
Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa responden yang paling banyak mengalami hiperurisemia adalah laki-laki (45%) dibandingkan dengan perempuan (32%). Hal ini pun disebut oleh Ioannou dan Boyke dalam Lohr,
4.4.2 Hiperurisemia Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa kondisi hiperurisemia terbanyak pada laki-laki daripada perempuan, dan jumlah terbanyak ada pada kelompok usia 45-54 tahun. Mengutip dari Price dan Wilson, Rini, 2017, dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kadar asam urat akan meningkat seiring bertambahnya usia.
4.4.3 Hiperurisemia Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Keadaan hiperurisemia pada laki-laki dan perempuan terbanyak ada pada tingkat pendidikan perguruan tinggi, laki-laki 33 individu dan perempuan 22 individu, dan terendah ada pada kategori tingkat pendidikan SD.
4.4.4 Disabilitas Fisik Responden Berdasarkan Kategori dan Pokok
Disabilitas FungsionalHasil penelitian berdasarkan 8 kategori fungsional memperoleh hasil nilai HAQ-DI tertinggi terlihat pada kategori Aktivitas lain yaitu pada pokok melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel atau bekerja di halaman (HAQ-DI=0,96) dan Kategori berjalan pada pokok naik lima anak
4.4.5 Disabilitas Fisik Responden Berdasarkan Kadar Asam Urat Darah
Berdasarkan analisis, nilai HAQ-DI tertinggi dan terbanyak adalah 0,59 pada laki-laki dengan hiperurisemia (n=74).
4.4.6 Disabilitas Fisik Responden Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Dari analisis yang dilakukan pada kelompok laki-laki, nilai HAQ-DI total terendah ada pada kategori 15-24 tahun
4.4.7 Disabilitas Fisik Responden Berdasarkan Tingkatan Pendidikan
TerakhirSetelah menganalisis data, nilai HAQ-DI tertinggi ada pada kelompok dengan tingkat pendidikan SD 0,78 (n=15) dan terendah ada pada kelompok dengan tingkat pendidikan SMA 0,25 (n=56). Hal ini menunjukkan bahwa individu dengan kategori pendidikan yang lebih rendah cenderung memiliki tingkat disabilitas yang tinggi. Temuan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan di Amerika oleh Leonard (2004), yang menemukan bahwa mereka yang tidak berpendidikan tinggi secara signifikan memiliki disabilits fungsional yang lebih tinggi.
4.4.8 Perbandingan Disabilitas Fisik Responden Berdasarkan Kadar
Asam Urat DarahHasil perhitungan nilai HAQ-DI responden dengan nilai asam urat serum adalah 0,59 sedangkan kelompok laki-laki yang memiliki nilai asam urat ≤7,0mg/dL memiliki nilai HAQ-DI 0,02. Hasil ini didukung oleh penelitian (Heiner
et al, 2010) yang melaporkan bahwa resiko disabilitas kerja secara signifikan
meningkat pada mereka dengan konsentrasi asam urat paling tinggi dibandingkan dengan mereka yang memiliki konsentrasi asam urat rendah. Terkait dengan artritis, pada konsentrasi asam urat mencapai 6,8mg/dL terjadi pembentukan Kristal dan akan memicu reaksi inflamasi di persendian (Terkeltaub, 2012).