KONSEP DIRI PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II DI KECAMATAN GETASAN TUGAS AKHIR - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Diri pada Pasien dengan Diabetes Melitus Tipe II di Kecamatan Getasan

KONSEP DIRI PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II DI KECAMATAN GETASAN TUGAS AKHIR

  DI SUSUN OLEH : KATRIN DORA FRANSZ 462013028 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

  KONSEP DIRI PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II DI KECAMATAN GETASAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana keperawatan DI SUSUN OLEH : KATRIN DORA FRANSZ 462013028 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

  

DAFTAR ISI

  PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR..............................i PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR............................ii HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................iii KATA PENGANTAR.................................................................................................iv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... vi ABSTRAK ................................................................................................................. vii Pendahuluan ................................................................................................................. 1 Metode Penelitian......................................................................................................... 2

  Jenis Penelitian..................................................................................................3 Sempel...............................................................................................................3 Teknik Pengumpulan Data................................................................................3 Analisa Data......................................................................................................3

  Hasil..............................................................................................................................3 In detitas Diri……………………………......…...............................................3 Citra Tubuh.......................................................................................................4 Peran dan Aktivitas Sosial............................................................................... 5 Harga Diri........................................................................................................ 6 Upaya Pengobatan............................................................................................7

  Pembahasan..................................................................................................................8 Penutup.......................................................................................................................14

  Kesimpulan......................................................................................................14 Ucapan Terimakasih........................................................................................15

  Daftar Pustaka............................................................................................................16 Lampiran.....................................................................................................................18

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Panduan wawancara ……………....………………………………......18 Lampiran 2. Informed Consent

  …………………………....……………………......20 Lampiran3. Surat Rekomendasi ijin penelitian KESBANGPOL Kab. Semarang.....21 Lampiran 4. Surat Rekomendasi ijin penelitian Dinkes Kab. Semarang ..................22

  

KONSEP DIRI PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS

TIPE II DI KECAMATAN GETASAN

Katrin Dora Fransz, Yulius Yusak Ranimpi, Rosiana Eva Rayanti

  

Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen

Satya Wacana

Email korespondensi: yulius.ranimpi@staff.uksw.edu

  

Abstrak

Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan

hiperglikemik yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas

insulin, yang menyebabkan komplikasi kronis, mikrovaskular, makrovaskular dan neoropati.

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan dan menganalisa konsep diri pada pasien DM

tipe II di Kecamatan Getasan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif

dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data melalui wawancara dan observasi.

Untuk analisa data peneliti menggunakan langkah-langkah reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan. Hasil penelitian yang diperoleh, konsep diri digambarkan dari: (1)

identitas diri yang meliputi status kesehatan dan peran dalam rumah tangga; (2) citra tubuh

yang meliputi aspek fisik, biologis, dan perilaku; (3) peran yang meliputi tanggung jawab

dalam keluarga, hubungan sosial dan keaktifan kegiatan sosial; (4) harga diri yang meliputi

dukungan dan penerimaan terhadap penyakit; dan (5) upaya pengobatan yang meliputi jenis

pengobatan, hasil pengobatan dan usaha antisipasi dalam rangka menjaga citra diri yang

positif. Kesimpulan : identitas diri, citra tubuh, peran dan aktifitas sosial, harga diri dan

upaya pengobatan saling berkaitan dalam menggambarkan konsep diri partisipan diabetes

melitus tipe II.

  Kata Kunci : Diabetes melitus, konsep diri

Abstract

  

Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disorder characterized by a hiperglikemic caused by a

decrease in the secretion of insulin or a decrease in insulin sensitivity, which led to chronic

complications, mikrovaskular, makrovaskular and neoropati. The purpose of this research

was to describe and analyze the concept on the DM type II patients in district Getasan. The

research method used is qualitative method with approach case studies. The technique of

data collection through interviews and observations. Data analysis for researchers using

data reduction steps, the presentation of the data and the withdrawal of the conclution.

Research results are obtained, the concept of self described from: (1) identity which includes

health status and role in the household; (2) body image that includes aspects

of physical, biological, and behavior; (3) the role that covers the responsibilities within the

family, social relationships and the liveliness of social events; (4) price includes self support

and acceptance of the disease; and (5) treatment efforts that include the type of

treatment, treatment results and anticipation of efforts in order to maintain a positive self-

image. Conclusion: identity, body image, the role and activities of social, esteem and

interrelated treatment effort in describing the concepts themselves participants in diabetes

mellitus type II. Keywords: Diabetes mellitus, self concept

  Pendahuluan

  Di era modernisasi saat ini, telah terjadi pergeseran pola penyakit yang diderita masyarakat dari penyakit infeksi dan kekurangan gizi ke arah penyakit degeneratif, yang salah satunya adalah diabetes melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemik yang di sebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin, yang

  (1) menyebabkan komplikasi kronis, mikrovaskular, makrovaskular dan neoropati.

  Jumlah penyandang DM di dunia terus mengalami peningkatan pada tahun 2011 mencapai 336 juta jiwa dan dipredisksikan pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 350 juta jiwa. International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0 juta jiwa pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta jiwa pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030. Berdasarkan penelitian pada tahun 2016 di Asia diperkirakan terdapat 89 juga penduduk menderita DM, sementara

  (2) untuk Asia Tenggara terdapat 119 juta jiwa yang menderita DM.

  World Health Organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah

  penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, berdasarkan kategori DM terdiagnosis terdapat 5 provinsi (15,2%) dengan prevalensi lebih dari 1,5%, sebanyak 15 provinsi (45,5%) dengan prevalensi 1%-1,5%, dan

  (3)

  sebanyak 13 provinsi (39,4%) dengan prevalensi kurang dari 1%. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, berdasarkan kategori penderita DM terdiagnosis oleh dokter terdapat 7 provinsi dengan prevalensi kurang dari 1%, sebanyak 20 provinsi dengan prevalensi 1% -2%, dan 6 provinsi dengan prevalensi lebih dari 2%. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 dan 2013 tersebut membuktikan adanya

  (4) peningkatan penderita DM setiap tahunya di Indonesia.

  Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2015, prevalensi penyakit DM di Jawa Tengah menduduki peringkat kedua pada ketegori penyakit tidak menular dengan presentase 18,33 %. Kabupaten Semarang terdapat 7.672 kasus DM, berdasarkan presentase tersebut DM masuk dalam prioritas utama pengendalian penyakit tidak menular (PTM) di Provinsi Jawa Tengah karena apabila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan PTM lanjutan seperti jantung, stroke, gagal ginjal,

  (5) dsb.

  Sakit berdampak pada konsep diri seseorang, termaksuk pada penderita diabetes melitus tipe II, klien yang mengalami perubahan konsep diri karena kondisi sakitnya mungkin tidak lagi mampu memenuhi harapan kelurganya, yang akhirnya akan menimbulkan ketegangan atau konflik. Akibatnya anggota keluarga akan mengubah interaksi mereka dengan klien sehingga klien akan merasa kehilangan fungsi sosialnya. Selain itu juga perubahan konsep diri terjadi pada penderita diabetes tipe II yang telah mengalami komplikasi, seperti kebutaan, penyakit

  (6) ginjal, gangrene (dan harus diamputasi), penyakit jantung dan stroke.

  Konsep diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri, mencakup bagaimana mereka melihat kekuatan dan kelemahan pada seluruh aspek kepribadiannya. Konsep diri terdapat 4 komponen yaitu indentitas, citra tubuh, harga diri dan peran diri. Identitas sering didapat dari observasi diri seseorang dan dari apa yang kita katakan tentang diri kita. Citra tubuh adalah bagian dari konsep diri yang mencakup sikap dan pengalaman yang berkaitan dengan tubuh, termaksuk pandangan tentang maskulinitas dan femenitas, kegagalan fisik, daya tahan, dan kapabilitas. Harga diri berasal dari sumber, yaitu diri sendiri dan orang lain. Harga diri bergantung pada kasih sayang dan penerimaan. Seseorang yang menghargai dirinya dan merasa dihargai oleh orang lain biasanya mempunyai harga diri yang tinggi sedangkan seseorag yang merasa tidak berharga dan menerima sedikit respek dari orang lain biasanya memiliki harga diri rendah. Peran membentuk pola perilaku yang diterima secara sosial yang berkaitan dengan fungsi seseorang individu dalam

  (7) berbagai kelompok sosial.

  Berdasarkan hasil studi di Puskesmas Guntur I, jumlah penderita diabetes melitus yang masih aktif menjalani pengobatan selama tahun 2013 adalah sebanyak 83 orang. Dari studi awal dengan 3 penderita diabetes, yang pertama menyatakan merasa fungsinya sebagai kepala rumah tangga terganggu dan tidak dapat bekerja seperti biasanya (gangguan pada fungsi peran). Kedua menyatakan kurang percaya diri dengan kondisinya saat ini (gangguan pada harga diri) dan yang ketiga

  (8)

  menyatakan hal yang sama dengan penderita yang pertama. Sebuah penelitian yang dilakukan tentang pengalaman klien diabetes melitus tipe II pasca amputasi mayor ekstremitas bawah diperoleh hasil hampir semua partisipan mengungkapkan pernyataan yang menggambarkan tentang adanya perubahan konsep diri yang dialami setelah amputasi mayor ekstremitas bawah seperti perubahan peran, citra

  (9) Berdasarkan paparan di atas maka masalah dan sekaligus tujuan penelitian ini adalah utuk mengetahui konsep diri pada pasien dengan diabetes melitus tipe II di Kecamatan Getasan.

  Metode Penelitian

  Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode Miles dan Hubermen yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan

  (10)

  dan verikasi. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber yang mana peneliti membandingkan dan mengoreksi keaslian informasi yang diperoleh melalui

  (10) sumber yang berbeda yaitu petugas puskesmas, kepala desa dan keluarga.

  Partisipan dalam penelitian ini sebanyak tiga orang dan telah memenuhi kriteria sebagai partisipan yaitu menderita penyakit DM tipe II dan telah mengalami perubahan fisik, berusia > 35 tahun serta sudah menderita sakit DM tipe II > 1 tahun. Lokasi penelitian bertempat di Desa Ngerawan dan Desa Ngelo, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Penelitian dilakukan dari bulan Maret – Juli 2017.

  Hasil

  Penelitian ini ditemukan komponen konsep diri yang sesuai dengan teori

  (7)

  yaitu identitas, citra tubuh, peran dan harga diri. Selain keempat komponen tersebut ditemukan juga satu komponen tambahan yaitu upaya pengobatan. Berikut adalah deskripsi dari setiap komponen yang dimaksud : a.

   Identitas Diri

  (1). Status kesehatan Tiga partisipan merupakan penderita diabetes melitus yang dibuktikan dengan hasil pemeriksaan dokter. Mereka sudah mengalami manifestasi klinis diabetes melitus, seperti peningkatan frekuensi buang air kecil, peningkatan kadar gula dalam darah, dan penurunan fungsi tubuh, seperti penglihatan kabur serta tubuh berkeringat dan terasa dingin. Berikut ungkapan partisipan :

  “…kalo malam kencing sampe 10-15 kali terus badannya keringatan, terus disuruh sama anak saya kontrol sama dokter, eh tau-tau kena gula ” (P1 : 14-16) “…ya kalo malam gitu kadang bisa 4 x (BAK)” (P2 : 15)

  “Kondisi saya kadang badan terasa panas, muntah, kaki kadang nyilu (nyeri), kadang pengennya minum terus minum kalo nda manis ya pake es. Kalo tidur ngga tenang panasrasanya itukan di bawa ke RS. Di RS di tanya keseharianya gimana saya ngomong apa adanya dulu saya itu peminum, pemakai, pergaulan bebas terus diberitahu sama dokter ini karena pengaruh dari keseharian kamu ” (P3 : 216-222)

  (2). Gender Partisipan dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki dua orang dan perempuan satu orang. Berdasarkan jenis kelamin tersebut mereka ingin menggambarkan identitas mereka dalam keluarga yaitu sebagai Suami/Bapak/Istri/Ibu yang tetap harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Berikut ungkapan partisipan :

  “…mulai sakit ya saya sudah cari kerjaan biar apa tu tetap olahraga gitu lo, jadi nda terus berhenti kerja atau gimana tu ngga ” (P1 : 201-203) “Ini baru cabe, Kalo ladang yang sana itu jagung. Soalnya bawah pupuknya itukan jauh jadi bapakkan pada di bilangin saudara-saudaranya, jangan terlalu berat bekerjanya. Ini semuanya dikerjakan sendiri, nda ada suruh-suruh orang. Kadang sama saya setiap pagi bawa pupuknya b uat nanam cabe” (P2 :375-381) “…tapi kita jugakan berusaha sebagai kepala keluarga kaya dulu lagi gitu aja” (P3 : 575- 577)

b. Citra tubuh

  (1). Aspek fisik dan aspek biologis Partisipan dalam penelitian ini mengalami perubahan pada tubuh mereka seperti penurunan berat badan, penglihatan kabur, kelemahan tubuh, serta gangguan saraf. Aspek biologis, dua partisipan mengalami peningkatan frekuensi buang air kecil dan satu partisipan mengalami gangguan pola tidur.

  Perubahan-perubahan tersebut merupakan gejala-gejala klinis yang dialami sebagai seorang yang menderita penyakit diabetes melitus. Berikut pernyataan partisipan:

  “Waktu dulu sebelum sakit itu sampe 66 kg. Sekarang 53 kg”. (P1 : 35,37) “Kalo fisiknya, dulukan misalkan angkat barang yang berat-berat itu masih kuat misalkan 50 kg/60 kg tapi sekarang sudah nda terlalu kuat, terus penurunan badan BB dulukan 65/67 sekarang paling 50/49 penuruan BB hamir 15 kg

  ” (P3 : 125-128) “Penglihatan tetap buram,pusing iya tapi yang pasti buram penglihatannya nda terlalu jelas ” (P3 :350-351) “…pas sakit perut itu ngga bisa tidur kadang tidur 2 jam bangun. Tidur lagi paling 2 jam bangun lagi ya kemarin gitu-gitu, tapi semalam tidur mulai jam 8 bangun 10 kencing tidur lagi bangun lagi setengah 2 jam 2 tidur lagi bangun setengah 5 tadi pagi terus jam 7 tidur lagi. Paling lama tidur ya 3 jam kaya gitu

  ” (P3 : 362-367)

  (2). Aspek perilaku Dari hasil penelitian diperoleh dua partisipan mengalami penurunan kemampuan berativitas dan bekerja. Berikut pernyataan partisipan :

  “masalahnya tidurnya agak kurang terus kerjaannya juga kurang” (P1 : 20,21)

  “aktivitas saya juga agak berkurang gitu lo. Kalo dulukan biasa, tapi kalo sekarang, paling sekali ke ladang, badan udah merasa capek gitulo ” (P2 :416-418) “…kaya dulu misalkan dibilang kerja keras di kuli bangunan atau mungkin di yang berat- berat gitukan bisa tapi kalo sekarang ngga bisa, masalahnya gini kita mau angkat berat saja kadang kaki saja di sini agak linu, mungkin perut juga kalo angkat berat kadang sakit juga. Kambuhnya ke perut gitu ” (P3 : 583-588)

c. Peran dan Aktivitas sosial

  (1). Tanggung jawab dalam keluarga Penelitian ini menunjukan bahwa ketiga partisipan tetap menjalankan perannya dalam keluarga, baik itu sebagai seorang kepala keluarga yang tugasnya menafkahi keluarga maupun sebagai seorang ibu rumah tangga yang tugasnya mengurus rumah dan membantu suami. Satu dari ketiga partisipan ini membantu menjalankan peran istrinya karena istrinya bekerja untuk membantu partisipan dalam memenuhi ekonomi keluarga serta aktif mengikuti kegiatan keluarga seperti perkumpulan keluarga. Berikut ungkapan partisipan :

  “dulukan sebelum kerja dibangunan sayakan jadi kondektur Salatiga-Magelang untuk nafkah untuk mencukupi keluarga saya habis itu pikiran saya angga bingun terus merantau di Sumatra terus ko ada kelainan penyakit gula terus saya pulang dari pada saya itu sakitnya semakin tambah semakin parah terus saya kerja apa adanya, terus dulu- dulunya sebelum kerja di bangunan saya sudah kerja di pabrik dulu, pabrik makanan sapi di situ itu kalo pikiran saya bikin baik juragan tetapi juragan ngga mau tau soalnya ada yang mencuri dikirain saya juga ikut mencuri terus saya di diamin sama bos, saya jadi ngga enak terus saya cari pekerjaan sendiri di bangunan” (P1:131-141) “Iya ngerumput (cari rumput), nanam-nanam (tanam) cabe” (P2: 478) “Kalo keuangan saya itu biasa-biasa saja cumakan paling mana yang adalah, kadang istri ku ada ya pake istriku mungkin ibuku ada ya pake ibuku, tapi yangsering itu ya saya yang nafkain namanya orang kepala rumah tangga walaupun itu gimana caranya cari uang tetap saya yang nafkahi” (P3: 83-88)

  (2). Hubungan sosial dan keaktifan kegiatan sosial Dua partisiapan memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan sosial sehingga memperoleh dukungan dalam menghadapi masalah ekonomi maupun penyakit yang diderita. Dukungan yang diberikan berupa bantuan pembangunan rumah dan saran pengobatan tradisional. Ketiga partisipan juga aktif dalam mengikuti kegiatan sosial seperti perkumpulan warga, gotong royong dan arisan, namun karena kondisi tubuh yang melemah satu partisipan mengurangi kegiatan sosialnya. Berikut pernyataan partisipan :

  “Kalo saya di desa Ngerawan sini itu sama tetangga nda ada masalah apa-apa” (P1: 108- 109) “...terus sama masyarakat setempat saya sudah tau ditanyain kalo mau di bantu apa itu misalnya bed ah rumah” (P1:142-143)

  “Ya kalo saya si misalnya ada tetangga misalnya kasih solusi gini suruh berobat atau gimana gitu saya juga semangat, semangat berobat, semangat bekerja atau gimana saya juga semangat” (P1 : 272-275) “Kalo masalah tetangga kadang nda tau menaukan yang mesti biasa-biasa ajakadang kasih dukungan udah minum ini belum, kaya obat herbal” (P3 : 115-117) “…biasa kalo nda itu main-main sama tetangga atau gimana gitu nanti ada pertemuan apa, penyuluhan apa itu ikut ” (P1 :241-242) “Tiap malam minggu minggukan ya kumpul, tiap senin pagi kumpul satu RT, selasa legi kumpul satu golongan gitu aktivitasnya

  ” (P2 : 108-110) “Lebih banyak yang dulu masalnya gini kita lihat dari kondisi badanlah misalnya kerja bakti itu tenaga udah kurang atau misalkan pertemuan dari bapak-bapak rutin itu palingkan nda menentu 1 bulan sekali yang pasti itu kerja bakti atau ada tetangga yang bangun rumah kadang bantu kalo dulu bisanya 1 minggu full paling sekarang ini dua hari, tiga hari liat dari kondisilah” (P3: 312-318)

d. Harga Diri

  (1). Penerimaan partisipan terhadap penyakit Ketiga partisipan menerima semua keadaan yang dialami, baik itu masalah ekonomi maupun kesehatan. Dua partisipan menganggap semua masalah yang tersebut adalah takdir dari Tuhan sedangkan satu partisipan merespon penerimaan tersebut dalam bentuk semangat untuk berobat dan berharap keluarganya tidak ada yang sakit gula lagi. Berikut pernyataan partisipan :

  “...jadi apa adanya ya saya terima mau gimana lagi biarpun rasain sakit ya terpaksa kerja misalnya saya ngga kerja gitukan susah juga wong ngga punya apa-a pa” (P1 : 398-400) “Ya ujianlah, orangkan harus ada ujian kalo nda ada ujian ngga semangat” (P2 : 352-353)

  “Gimanaya, terima apa adanya aja memang itu sudah takdirkan” (P3: 644-645)

  (2). Dukungan Keluarga dan Lingkungan Sosial Dalam menghadapi penyakit, ketiga partisipan memperoleh dukungan dari keluarga dan lingkungan sosial berupa pemberian perhatian, semangat dan kebebasan. Dukungan tersebut menjadi motivasi partisipan untuk sembuh dari penyakit. Berikut ungkapan partisipan :

  “Cuma situ (istri) tu nyuru misalnya saya itu mau makan yang kira-kira dilarang dokter, gitu dia sudah nyaranin nda usah minum manis terus minunnya banyak yang putih. Ya karena minumnya manis tapi sehari itu satu kali atau dua kali gitu dikasih saran jadi sayakan juga ikutan, sama kalo suruh makan nasi yang udah di remas terus dimasak lagi itu ngga boleh itu cepat gulanya” (P1: 216-222) “Ya mau di rumah ngga (tidak) perna katanya yo (ayo) ke ladang itu ngga pernah, ngga (tidak) pernah marah, ngga (tidak) pernah ribut sama suami saya itu, selama ini nda pernah” (P2: 212-214) “Dukungan ya cuma ini kasi tau kalo kerja nda usa yang berat-berat atau mungkin misalnya nda enak badan nda usa kerja yang penting pikiran senang dan nda terlalu banyak pikiran ya kaya gitu, istri juga kaya gitu” (P3: 205-28) e.

   Upaya pengobatan penyakit gula yaitu upaya pengobatan. Berdasarkan hasil penelitian usaha pengobatan dapat dilihat dari : (1)

  Jenis pengobatan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di peroleh hasil ke-3 partisipan semuanya melakukan pemeriksan serta memperoleh pengobatan medis di puskesmas dan RS namun 2 dari 3 partisipan tersebut sebelumnya pernah melakukan pengobatan tradisional. Berikut pernyataan partisipan :

  “Ia jamu, di beli di toko-toko. Engga itu untuk kecapean gitu, kalo gulakan taunya dipuskesmas sama di RS” (P1 : 50, 52-53) “Baru tau kalo ada gula ikut prolanis” (P2 : 11) “Dulu-dulunya iya tapi sekarang nda (obat tradisional)” (P3 : 432)

  (2). Hasil pengobatan Hasil pengobatan dalam penelitain ini yaitu dua partisipan memperoleh hasil yang baik yaitu kestabilan kadar gula, buang air kecil dan kolesterol, tidak pusing-pusing serta mersa tenang dengan adanya pengobatan tersebut sedangkan satu partisipan masih mengalami ketidak stabilan kadar gula. Berikut ungkapan partisipan :

  “Sekarang sudah stabil baik. Sekarng 210 mmHg” (P1 : 343, 345) “Ya agak tenang ya pas ikut itu prolanis jadi tu mestinya agak turun darahnya”(P2 :441- 442) “Normal, kalo TD itu normal cuman ya itu gulanya itu yang naik turun terus” (P3 : 633- 634)

  (3). Usaha antisipasi Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil walaupun ketiga partisipan mengalami perubahan-berubahan tersebut, partisipan tetap berusaha melakukan antispasi dalam menanggapi penyakitnya seperti pengaturan pola makan dan minum, melakukan aktivitas fisik atau berolahraga serta lebih berhati-hati dalam beraktivitas. Berikut pernyataan partisipan : “…cuma bicaranya dokter ngga boleh makan yang lemak-lemak atau gimana gitu.

  Makannya mintanya nasi jagung, rebusan kentang, terus kalo buah-buahan itu apel kalo pisang atau gimana itu ngga boleh ” (P1 : 38-41) “Biasa. jalan kaki” (P1 :74,76)

  “Eh, sekarang ya lebih ati-ati (hati-hati) ya, kalau mau apa gitu oh iya, saya ni udah kena gini gitu, jadi sekarang lebih itu tentunya, lebih ati ati (hati-hati) sendiri ” (P2 : 403-405) “…terus kita itu gini maksudnya menghindari apa yang harus tidak dimakan atau tidak di minum ” (P3 : 569-570)

  Pembahasan

Konsep diri merupakan pandangan dan penilaian individu terhadap semua yang dimiliki dari

dirinya. Dalam penelitian ini partisipan menilai konsep diri mereka

  melalui lima komponen yaitu: identitas diri, citra tubuh, peran dan aktifitas sosial, harga diri dan upaya pengobatan. Berikut penjelasan setiap komponen : 1.

   Identitas diri

  Identitas diri dapat diketahui dari individu itu sendiri dan dari penilaian orang lain tentang individu tersebut. Identitas diri merupakan sarana untuk memperlihatkan perbedaan setiap individu dengan tetap menjadi diri

  (7) sendiri yang utuh dan unik.

  Penelitian ini identitas partisipan diketahui dari diri sendiri karena mengalami dan merasakan perubahan tubuh yang terjadi serta diperoleh juga dari penilaian orang lain yakni dokter sebagai pemberi diagnosa. Konteks tersebut diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bawha identitas sering

  (7) didapat dari observasi diri dan dari apa yang kita katakan tentang diri kita.

  Partisipan menggambarkan identitasnya sebagai seorang penderita diabetes melitus tipe II dari perspektif status kesehatan, yang tentunya berbeda dari orang lain.

  Identitas diri juga dapat digambarkan melalui status dalam keluarga yang diwujudkan dengan peran (gender) yang dijalankan. Penelitian ini partisipan menempatkan identitas mereka dalam keluarga berdasarkan penilaian orang lain tentang peran dalam keluarga. Bagi partisipan laki-laki (memiliki istri dan anak) berkewajiban untuk menafkahi keluarganya, sehingga partisipan harus bekerja agar peran sebagai kepala keluarga diakui dan tugas menafkahi tersebut dapat terpenuhi. Sementara untuk partisipan perempuan (memiliki suami dan anak) berkewajiban untuk membantu suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga serta mengurus anak dan rumah agar peran sebagai istri dapat diakui.

  Peran yang dijalankan tersebut sesuai dengan pendapat bahwa laki- laki berperan sebagai suami/ayah serta kepala keluarga yang bertugas mencari nafkah untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga sementara perempuan berperan sebagai istri/ibu yang bertugas memberikan motivasi

  (11) dan semangat untuk kemajuan suami di dalam pekerjaannya.

2. Citra tubuh

  Citra tubuh merupakan salah satu bagian dari konsep diri yang mencakup sikap dan pengalaman yang berhubungan dengan tubuh termasuk pandangan tentang maskulintas dan feminitas, kegagalan fisik, daya tahan,

  (7)

  dan kemampuan. Penelitian ini citra tubuh dapat dilihat melalui perubahan fisik dan biologis, serta perubahan perilaku partisipan.

  Perubahan fisik yang dialami ketiga partisipan seperti penurunan barat badan yang cukup signifikan, penglihatan kabur, kelemahan tubuh dalam melakukan aktifitas, serta adanya gangguan saraf yang mengakibatkan nyeri pada tubuh. Sementara perubahan biologis, dua partisipan mengalami peningkatan frekuensi buang air kecil dan satu partisipan mengalami gangguan pola tidur.

  Perubahan fisik yang dialami membuat partisipan merasa sedih karena sebagian aktivitas mereka harus dikurangi karena kelemahan tubuh yang dialami namun partisipan tetap menerima semua perubahan tersebut dan tetap menjalankan aktivitas mereka sehari-hari. Dari pembahasan di atas membuktikan bahwa dalam menilai citra tubuh seseorang dapat dilihat dari perubahan fisik dan sikap ketika menanggapi perubahan tersebut.

  Berdasarkan penelitian yang yang dilakukan tentang hubungan antara stress dengan konsep diri pada penderita diabetes mellitus tipe II, ditemukan 19 orang atau 63,3% memiliki citra tubuh negatif dari 30 responden penderita diabetes melitus tipe II. Citra tubuh yang negatif tersebut dikarenakan manifestasi klinis yang dialami seperti penurunan berat badan, serta ulkus diabtikum yang sulit untuk sembuh sehingga mempengaruhi bentuk fisik dan

  (12) penampilannya.

  Perubahan fisik juga dapat mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku yang pada akhirnya akan mempengaruhi citra tubuh seseorang. Penelitian ini ketiga partisipan mengalami perubahan perilaku dalam beraktivitas dan bekerja. Sebelum menderita sakit, partisipan dapat melakukan kegiatan tersebut secara maksimal, namun karena adanya penurunan kondisi fisik maka perilaku tersebut tidak dapat dijalankan secara maksimal. Perubahan perilaku beraktivitas dan bekerja tersebut membuktikan adanya penurunan kemampuan yang berakibat pada citra tubuh.

  Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan aktivitas pada seseorang yaitu karena adanya perubahan fisik sehingga dapat berpengaruh terhadap citra tubuh. Penelitian tersebut dijelaskan bahwa hubungan perubahan fisik yang terjadi karena penyakit diabetes melitus dapat berpengaruh terhadap citra tubuh yang pada akhirnya akan mengganggu konsep diri, hal itu terjadi karena seseorang yang mengalami perubahan fisik akan merasa depresi dan berakhir pada harga diri rendah yang menjadikan

  (13) konsep diri yang negatif.

  Fisik merupakan penampilan luar dari tubuh kita yang dapat dilihat secara kasat mata sehingga, dengan mudah seseorang memandang atau menilai penampilan fisiknya sendiri. Semakin baik kondisi fisik maka semakin baik penilaian yang diberikan, begitu juga apabila terjadi perubahan pada fisik maka akan berpengaruh terhadap penilaian yang diberikan karena perubahan tersebut mempengaruhi berbagai aspek kehidupan salah satunya adalah peran dan aktivitas. Berdasarkan penilaian yang diberikan sesorang mampu untuk menentukan citra tubuhnya sendiri karena citra tubuh dapat diketahui dari penampilan fisik. Seseorang yang mengalami perubahan penampilan fisik dan fungsi tubuh cenderung akan memiliki citra tubuh yang

  (14) negatif.

3. Peran dan Aktivitas Sosial

  Peran membentuk pola perilaku yang diterima secara sosial yang berkaitan dengan fungsi seseorang individu dalam berbagai kelompok

  (7)

  sosial. Penelitian ini peran dilihat berdasarkan tanggung jawab dalam keluarga dan lingkungan sosial.

  Sebagai kepala keluarga dan seorang istri, partisipan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap keluarga mereka masing-masing. Tanggung jawab sebagai seorang suami yaitu mencari pekerjaan untuk menafkahi keluarga dan seorang istri yang tugasnya mengurus anak dan membantu suami. Dengan menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka, maka ketiga partisipan menggambarkan peran aktif mereka dalam keluarga

  Peran dalam lingkungan sosial yang dilakukan oleh partisipan adalah mengambil bagian dalam kegaitan sosial seperti mengikuti perkumpulan warga, gotong royong dan arisan. Hal tersebut membuat partsipan memiki dukungan yang diberikan dalam menyikapi persoalan ekonomi keluarga dan penyakit yang dialami. Dukungan yang diberikan berupa bantuan pembangunan rumah dan saran pengobatan tradisional, akan tetapi satu partisipan mengurangi frekuensi kegiatan sosialnya karena kondisi fisik yang mulai melemah yang disebabkan oleh gejala penyakit diabetes melitus yang dialami.

  Hasil tersebut sesuai dengan pandangan dari yang menyatakan bahwa perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh merupakan

  (15)

  penyebab pergeseran peran yang terjadi saat sehat-sakit. Dalam melakukan aktivitas fisik yang berat, perubahan tubuh dapat mempengaruhi aktivitas tersebut. Dalam penelitian ini, partisipan dalam mengikuti kegiatan yang memerlukan banyak energi seperti gotong royong membangun rumah tidak dapat dilakukan secara maksimal.

  Tidak maksimalnya peran sosial sebagai dampak dari kelemahan fisik partisipan, mengakibatkan penilaian negatif dari lingkungan sekitar. Penilaian sosial yang diberikan terhadap partisipan ini berdampak terhadap konsep diri partisipan dalam hal harga diri, yang mana diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Aspek utama dari harga diri adalah perolehan cinta, kasih, sayang, dan penghargaan dari orang lain. Individu memperoleh harga diri yang tinggi apabila memperoleh penerimaan dan pengakuan orang lain akan kemampuan menghadapi kehidupan dan mengontrol dirinya atau

  (16) sebaliknya.

  Hal yang serupa juga terjadi pada klien pasca stroke yang mana perubahan citra tubuh memberikan pengaruh yang signifikan terhadap semua tindakan dan perilaku sehingga berdampak pada harga diri klien. Berdasarkan perbandingan hasil dan teori di atas, peneliti menyimpulkan bahwa peran

  (17) seseorang dapat dipengaruhi oleh kondisi tubuh.

4. Harga diri

  Harga diri ditentukan oleh kasih sayang dan penerimaan dari diri sendiri maupun orang lain. Orang yang mampu menghargai dirinya dan merasa dihargai oleh lingkungannya akan mempunyai harga diri yang tinggi sedangkan orang yang merasa tidak berharga dan kurang diterima oleh

  (7) lingkungan biasanya akan memiliki harga diri yang rendah. Harga diri ketiga partisipan dalam penelitian ini dijelaskan melalui adanya respon positif terhadap penyakit serta dampaknya sebagai bentuk penerimaan partisipan terhadap kondisi kesehatan maupun perekonomian keluarga yang di alami. Respon positif tersebut berupa penerimaan bahwa penyakit yang dialami adalah takdir Tuhan serta mengingatkan partisipan akan pentingnya kesehatan sehingga perlu melakukan pengobatan agar memperoleh kesembuhan dan berharap keluarga juga tidak menderita penyakit yang sama. Hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti membuktikan bahwa penerimaan penyakit berperan dalam meningkatkan harga diri seseorang.

  Individu yang mengalami sakit kronis apabila memiliki penerimaan diri akan lebih tenang dalam menghadapi suatu permasalahan, mampu beradaptasi terhadap stres, beban yang dialami dapat menjadi lebih ringan

  (18) serta kekambuhan penyakit yang dialami dapat menurun.

  Dalam penelitian ini selain penerimaan partisipan terhadap penyakit, pemberian dukungan juga berpengaruh terhadap harga diri partisipan dimana dukungan tersebut dijadikan motivasi bagi partisipan dalam melakukan perannya sehingga peran yang diberikan dapat terlaksana. Hasil penelitian yang diperoleh adalah partisipan tetap berusaha untuk mengikuti berbagai aktifitas dan kegiatan baik itu dalam keluarga maupun dilingkungan walaupun dalam kondisi tidak sehat agar tetap diakui oleh keluarga dan lingkungan sosial. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berpendapat bahwa terlaksananya sebuah peran akan menciptakan pengakuan dari lingkungan. Pengakuan tersebut dapat meningkatkan harga diri seseorang karena harga diri tidak terlepas dari penerimaan dan pengakuan dari lingkungan. Pendapat peneliti di perkuat dengan teori yang menyatakan bahwa harga diri adalah hasil evaluasi yang dibuat dan dipertahankan oleh individu, yang diperoleh dari hasil interaksi individu dengan lingkungan, serta penerimaan,

  (19)

  penghargaan, dan perlakuan orang lain terhadap individu tersebut. Oleh karena itu, harga diri seseorang turut dipengaruhi oleh ada atau tidaknya dukungan yng diberikan oleh keluarga dan lingkungan sosial.

  Adanya hubungan antara dukungan keluarga dan lingkungan sosial dengan harga diri partisipan ini diperkuat dengan hasil penelitian lain yang pasien ulkus diabetikum di ruang rawat inap bagian penyakit dalam RSUP. Dr. M. Djamil Padang dari 34 responden dapat diketahui bahwa sebagian besar (79,4%) responden mendapatkan dukungan keluarga yang tinggi dan memiliki harga diri tinggi. Pendapat ini juga diperkuat dengan dengan pandangan yang mengatakan bahwa keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap harga diri. Semakin tinggi dukungan keluarga maka semakin baik harga diri anggota keluarga yang sakit, sebaliknya keluarga yang memberikan respon yang buruk terhadap angota keluarga yang sakit maka

  (20) akan memberi akibat pada harga diri yang buruk.

5. Upaya Pengobatan

  Sebagai penderita diabetes melitus, seseorang harus menjalani gaya hidup yang berbeda dengan orang lain. Perbedaan itu nampak dalam hal menjalani proses pengobatan dan, kehidupan yang harus dijalani dengan banyak aturan, seperti tetantang makanan dan aktifitas sebagai upaya pemeliharan kesehatan.

  Dari hasil penelitian yang diperoleh upaya pengobatan meliputi jenis pengobatan tradisional yang diperoleh dari lingkungan sosial. Selain itu pendekatan medis juga dilakukan dan diperoleh dari Puskesmas Getasan. Layanan kesehatan medis itu antara lain pemeriksaan kadar gula, edukasi pola makan dan aktifitas fisik serta terapi farmakologi. Partisipan dalam menjalani pengobatan juga memperhatikan hasil pengobatan yang didapat untuk menilai tingkat keberhasilan pengobatan sehingga dapat dijadikan patokan dalam melakukan usaha antisipasi dalam mencegah terjadinya kekambuhan.

  Perilaku pencarian pengobatan merupakan upaya yang dilakukan saat menderita penyakit atau kecelakaan mulai dari mengobati sendiri sampai mencari bantuan ahli. Beberapa respon pencarian pengobatan tersebut antara lain: pengobatan mandiri, pengobatan tradisional, mengonsumsi obat yang dibeli di apotik, melakukan pengobatan di layanan kesehatan baik milik

  (21) pemerintah maupun suasta (dokter praktek).

  Salah satu faktor penentu keberhasilan pengobatan yaitu kepatuhan ( 22) dalam melakukan pengobatan . Kepatuhan partisipan dalam melakukan pengobatan memperoleh hasil yang baik pada citra tubuh partisipan. Pada kadar gula. Pada aspek perilaku frekuensi buang air kecil menjadi normal, dan pada aspek fisik partisipan sudah tidak merasa pusing serta pada aspek emosional partisipan merasa tenang.

  Hasil pengobatan yang telah diperoleh membuat partisipan tetap terus berusaha dalam menjaga kondisi kesehatan agar terhindar dari kekambuhan. Bentuk usaha antisipasi yang dilakukan adalah gaya hidup sehat yakni makan dan minum yang teratur, olahraga dan berhati-hati dalam beraktifitas. Hasil tersebut sesuai dengan Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe II di Indonesia tahun 2011 menyatakan bahwa penatalaksanaan dan pengelolaan DM dititik beratkan pada 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu: edukasi, terapi

  (23) gizi medis, latihan jasmani dan intervensi farmakologis.

  Semakin baik kondisi tubuh yang diperoleh dari hasil pengobatan dan usaha antisipasi maka semakin baik konsep diri partisipan. Hal tersebut terjadi karena saat kondisi tubuh membaik maka citra tubuh partisipan yang sebelumnya menurun karena kelemahan tubuh akan kembali kuat sehingga partisipan dapat menjalankan peran dengan baik di lingkungan keluarga maupun sosial. Dengan terlaksananya peran partisipan maka penilaian lingkungan terhadap partisipan akan menjadi positif sehingga harga diri partisipan juga akan meningkat. Perubahan-perubahan yang dialami ini di jadikan koping yang membangun bagi partisipan sehingga menghasilkan konsep diri yang positif. Penjelasan tersebut didasarkan pada pendapat bahwa respon yang konsrtuktif (membangun) dapat menghasilkan respon yang

  (24) adaptif yaitu aktualisasi diri dan konsep diri yang positif.

  Kesimpulan

  Gambaran konsep diri pada penderita diabetes melitus tipe II di Puskesmas Getasan Kabupaten Semarang adalah: (1) identitas diri yang meliputi status kesehatan dan peran dalam rumah tangga; (2) citra tubuh yang meliputi aspek fisik, biologis, dan perilaku; (3) peran yang meliputi tanggung jawab dalam keluarga, hubungan sosial dan keaktifan kegiatan sosial; (4) harga diri yang meliputi dukungan dan penerimaan terhadap penyakit; dan (5) upaya pengobatan yang meliputi jenis pengobatan, hasil pengobatan dan usaha antisipasi dalam rangka menjaga citra diri yang positif.

  Citra tubuh partisipan dijelaskan melalui aspek fisik, seperti: penurunan berat badan, penglihatan yang kabur, kelemahan tubuh, serta gangguan saraf. Aspek biologis ditandai dengan terjadinya peningkatan frekuensi buang air kecil dangan gguan pola tidur. Aspek perilaku partisipan mengalami penurunan kemampuan berativitas dan bekerja. Dua partisipan tetap menjalankan peran dan aktivitas sosial mereka hanya saja satu partisipan mengalami penurunan aktivitas karena kelemahan tubuh yang disebabkan oleh penyakit yang dideritanya. Terkait penilai harga diri, ketiga partisipan mampu menerima kondisi kesehatan mereka secara positif serta tetap memperoleh dukungan dari keluarga dan lingkungan sosial. Upaya pengobatan yang dilakukan dengan metode parawatan medis dan tradisional membuahkan hasil yang baik yaitu terjadi peningkatan kualitas kesehatan tubuh sehingga partisipan tetap melakukan usaha antisipasi dalam bentuk pengolahan hidup sehat yaitu makan, minum dan olahraga yang teratur. Secara umum kelima indikator ini saling berkaitan dalam menggambarkan konsep diri partisipan.

  Ucapan Terimakasih 1.

  Puskesmas Getasan sebagai lahan penelitian 2. Ketiga partisipan yang sudah bersedia meluangkan waktu kepada peneliti dalam pengambilan data sehingga penelitian ini dapat terselesaikan

  • –6 3.

  • –384 5.
  • –9 7.
  • –85 12.
  • –10 13.
  • –42 14.
  • –7.

  Nizam WK, Hasneli Y. Faktor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh pasien diabetes melitus yang mengalami ulkus diabetikum. Jom Psik. 2014;1(2):1

  Saraswati R. Hubungan antara konsep diri dengan tingkat depresi penderita diabetes melitus di rumah sakit umum Ungaran. 2009;5(3):139

  Sofiana LI, Elita V, Utomo W. Hubungan antara Stres dengan Konsep Diri pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. J Ners Indones. 2012;2(2):1

  2015;16(1):72

  Purbasari D, Putri K. Pembagian Peran Dalam Rumah Tangga. J Penelit Hum.

  10. Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif. 2009. Alfabeta. Bandung 11.

  FI, et al. Pengalaman Klien Diabetes Melitus Tipe 2 Pasca Amputasi Mayor Ekstremitas Bawah. J Ilm Keperawatan. 2011;16, No.2(2):76111.

  Kecamatan Guntur Kabupaten Demak. Vol. 24. 2014 9. Agustin Y, Nurachmah E, Kariasa IM, Pertamina RS, Magister PS, Keperawatan

Dokumen yang terkait

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 16

PENGARUH REMUNERASI, BEBAN KERJA, DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PATI DAN JEPARA

0 0 13

LAPORAN SKRIPSI RANCANG BANGUN KONDENSOR PADA DESTILATOR BIOETANOL KAPASITAS 5 LITERJAM DENGAN SKALA UMKM BUDI RUBIANTO NIM. 201454102

2 4 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Profil Klinis dan Antropometrik serta Gaya Hidup Penderita Terdiagnosis Gout Arthritis dan/atau Diabetes Mellitus di Kota Tomohon

0 0 31

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, RETURN ON ASSET, RETURN ON EQUITY DAN NET PROFIT MARGIN TERHADAP PERATAAN LABA (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012 – 2016)

0 0 18

PROFIL KLINIS DAN ANTROPOMETRIK SERTA GAYA HIDUP PENDERITA TERDIAGNOSIS GOUT ARTHRITIS DANATAU DIABETES MELLITUS DI KOTA TOMOHON SKRIPSI

0 0 19

PENGARUH KOMITMEN PEGAWAI DAN BUDAYA KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN VARIABEL INTERVENING DISIPLIN KERJA

0 2 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Profil Klinis dan Antropometrik serta Gaya Hidup Penderita Terdiagnosis Gout Arthritis dan/atau Diabetes Mellitus di Kota Tomohon

0 0 44

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI ETIKA ATAS PENGGELAPAN PAJAK (Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang)

1 1 18

LAPORAN SKRIPSI TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN KONDENSOR PADA SISTEM DESTILASI UAP MINYAK ATSIRI DENGAN METODE ALIRAN SILANG (CROSS FLOW) BERBAHAN BAKU DAUN SERAI WANGI (CYMBOPOGON NARDUS)

0 0 17