SINTAKSIS BAHASA INDONESIA tahun II (1)

MAKALAH
PERBEDAAN KATA DAN KALIMAT
Makalah ini disusun berdasarkan tugas mata kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia II

Dosen Pembimbing :
Eddy Sugiri, M.Hum
Kelas A
Disusun oleh:
Gigih Wasis Saryono

121211131003

Achmad Elginda Duhudha

121211133061

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014


1

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan atas
kehadirat Allah SWT karena-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah
mata kuliah Morfologi Bahasa Indonesia II dengan topik proses perubahan
Morfemis.
Semoga makalah yang kami tuliskan dapat bermanfaat bagi kawan-kawan
mahasiswa sebagai bahan diskusi demi menambah wasasan dan pengetahuan
dalam berbahasa. Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad yang
sedianya meminjamkan tempat dan fasilitasnya karena telah membantu
terselesaikannya makalah ini
Saran dan kritik kami nantikan sebagai bahan dasar daya bangun dalam
penyempurnaan makalah kami. Tulisan serta bahasa yang belum mencapai
standard baku yang baik, materi kajian tidak berkualitas, maupun beberapa
sumber yang belum dapat kami jadikan referensi secara sepenuhnya. Semoga
dapat menjadi bahan koreksi dalam pembenahan makalah kami selanjutnya.
Besar harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kawan

mahasiswa semuanya. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surabaya, 21 September 2014

Penyusun

2

DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN JUDUL…………............................................ …..

i

KATA PENGANTAR.......................................................... …..

ii

DAFTAR ISI..............................................................................

iii


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………

1

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………..

1

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan …………………………..

2

BAB II ISI DAN PEMBAHASAN
2.1 Kata ……………………………………………………..

3

2.1.1. Akar Kata ………………………………………..


6

2.2.2. Jenis Kata ………………………………………..

6

2.2. KALIMAT
2.2.1 Penentuan Kalimat………………………………

8

2.2.2 Kalimat berklausa dan tidak berklausa …………

9

2.2.3 Kalimat berita …………………………………..

9


2.2.4 Kalimat Tanya ………………………………….

10

2.2.5 Kalimat Suruh ………………………………….

12

2.2.6 Kalimat Sederhana dan Kalimat Luas …………

14

2.2.7 Jenis Kalimat …………………………………..

15

2.2.8 Unsur Kalimat …………………………………

17


2.2.9 Klasifikasi Kalimat ……………………………

18

BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan…….........................................................................

25

DAFTAR PUSTAKA..................................................................

26

3

4

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sintaksis merupakan ilmu yang mempelajari seluk-beluk kalimat,
klausa dan frasa. Dalam Sintaksis pembicaraan atau pembahasaan pada
umumnya dilakukan secara analistis. Maksudnya, satuan bahasa dari yang
terbesar sampai yang terkecil, dibicarakan strukturnya, kategorinya,
jenisnya, dan maknanya. Suatu cara yang mema[ng harus dilakukan untuk
mengenalkan satuan-satuan sintaksis yaitu kalimat, klausa, dan frasa.
Kemudian dalam pembiacaraan tentang sintaksis, bidang yang menjadi
lahannya adalah unit bahasa berupa kalimat, klausa dan frase. Manusia
adalah bertutur sapa, berkisah, atau segala sesuatu yang dapat dikatakan
sebagai berbahasa, selalu memunculkan kalimat-kalimat yang dirangkai,
dijalin demikian rupa, sehingga berfungsi optimal bagi si penutur dalam
upaya mengembangkan akal budinya dan memelihara kerja sama dengan
orang lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan kata-kata di atas dapat kita ambil beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep kata serta jenisnya berdasarkan para ahli dan
contohnya?
2. Bagaimana pengertian kalimat serta jenisnya berdasarkan para ahli dan
contohnya


5

C. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan kami supaya mengetahui perbedaan kata serta kalimat dari
macam-macam jenis kata dan macam-macam jenis kalimat dalam bahasa
Indonesia tersebut sehingga kami dapat mempelajari untuk dapat
mengetahui bagaimana perbedaan kata dan kalimat yang ada dalam bahasa
Indonesia. Agar untuk menambah serta memperluas wawasan pengetahuan
kami tentang perbedaan kata dan kalimat sekaligus juga untuk
mengembangkan pemahaman dan kemampuan kami dalam mengetahui
serta menjadi pelajaran pada perbedaan kata dan kalimat tersebut. Untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia II

6

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.


KATA

Secara etimologi kata berasal dari bahasa Melayu yakni “ngapak khata”, selain
itu juga kata berasal dari bahasa Sansekerta “khata”. Secara etimologi tersebut
kata memiliki arti yaitu sebagai bahasa, konversi, cerita, atau dongeng. Kemudian
selain secara etimologi, kata juga memiliki definisi umum sebagai unit dari suatu
bahasa yang mempunyai arti tertentu.
Pengertian kata atau definisi kata secara sederhana adalah sekumpulan huruf
yang mempunyai arti. Namun menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)
memiliki cara tersendiri dalam mendefinisikan “kata”. Pertama, pengertian kata
adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan
kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Pengertian
kata juga sebanding dengan pengertian ujar atau bicara.
Kata adalah sederetan huruf yang diapit dua spasi dan memiliki arti. Menurut
Bloomfield dalam (Chaer, 1994:163), kata adalah satuan bebas terkecil. Contoh
kata, bunga, kumbang, dan hinggap. Jika dilihat dari segi bahasa, pengertian kata
adalah morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai
satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. Atau dengan
definisi lain, sebuah satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem

tunggal (misalnya handuk, gelas, gembira) atau gabungan morfem (misalnya
pendatang, membuat, mengambil).
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata sendiri memiliki beberapa
pengertian, hal ini berhubungan dengan asal istilah dan kegunaan, diantaranya:


Unit bahasa yang dapat berdiri sendiri yang terdiri dari satu atau lebih
morfem.



Morfem atau bisa diartikan sebagai kombinasi atas beberapa morfem.



Konversi



Elemen terkecil dalam sebuah bahasa yang diucapkan ataupun ditulis

untuk menunjukan perasaan dan emosi seseorang dalam berbahasa.

7

Menurut Crystal ( 1980 : 383 – 385 ), kata adalah satuan ujaran yang
mempunya pengenalan intuitif untuitif universal oleh penutur asli, baik dalam
bahasa lisan maupun dalam bahasa tulisan. Namun ada beberapa jesulitan untuk
sampai kepada pemakaian yang konsisten dari istilah itu dalam kaitannya dengan
kategori-kategori lain dari pemerian linguistik, dan dalam perbandingan bahasabahasa yang mempunyai tipe struktur yang berbeda. Masalah ini terutama
berhubungan dengan identifikasi dan definisi kata. Masalah ini mencakup, baik
ketentuan-ketentuan mengenai batas kata maupun mengenai status. Definisi kata
yang umum sebagai satuan makna atau gagasan tidak membantu karena
kesamaran konsep. Akibatnya, dibuat beberapa perbedaan teoritis.
Tiga makna utama kata biasanya dibedakan :
1. Kata adalah satuan yang dapat didefinisikan secara fisik yang dijumpai dalam
suatu rentang tulisan (yang dibatasi oleh spasi) atau bicara (dimana identifikasi
lebih sulit lagi, tetapi mungkin ada petunjuk-petunjuk fonologi untuk
mengidentifikasi batas-batas, seperti kesenyapan atau ciri-ciri jeda). Kata
dalam makna ini dirujuk sebagai kata otografis (untuk tulisan) atau kata
fonologis (untuk bicara). Istilah netral yang sering digunakan bagi keduanya
adalah bentuk kata (world form).
2. Ada suatu makna yang lebih abstrak, yang merujuk kepada faktor umum yang
mendasari himpunana bentuk yang sama, seperti walk, walks, walking, walked.
Satuan kata mendasar itu sering dirujuk sebagai suatu leksem. Leksem adalah
satuan kosaskata yang didaftarkan dalam kamus.
3. Hal ini mengharuskan penetapan bagi suatu satuan yang abstrak untuk
memperhatikan bagaimana kata-kata beroperasi dalam tata bahasa suatu
bahasa, dan kata, tanpa modifikasi, biasanya disiapkan untuk peran ini. Kata
adalah suatu satuan gramatikal dari jenis teoretis yang sama seperti morfem
dan kalimat (klausa dan sebagainya.) Terdiri atas kata, dan kata terdiri atas
morfem.
Beberapa kriteria telah disarankan bagi identifikasi kata dalam biacara.
kriteria pertama adalah bahsa kata merupakan satuan linguistic yang paling stabil

8

dibanding dengan semua satuan linguistik lainnya, dalam kaitannya dengan
struktur internalnya, yaitu bagian-bagian konstituen suatu kata kompleks
mempunyai sedikit kemungkinan untuk penyusun kembali, dibanding dengan
mobilitas posisional dari konstituen-konstituen kalimat dan struktur-struktur
gramatikal

lainnya.

Ktiteria

kedua

merujuk

kepada

kekohesifan

kata

(uninterruptibility), yaitu unsur-unsur baru (termasuk kesenyapan) yang biasanya
tidak dapat disisipkan ke dalamnya dalam bicara normal; berdasarkan kontras,
kesenyapan biasanya hadir pada batas-batas kata. Suatu criteria yang telah
mempengaruhi pandangan para linguis tentang kata sejak pertama kali disarankan
oleh Leonard Bloomfield adalah definisi kata sebagai suatu bentuk bebas
minimum, yaitu satuan terkecil yang dapat membentuk suatu ujaran lengkap. Atas
dasar ini, possibility adalah definisi kata sebagai suatu bentuk bebas minimum,
yaitu satuan terkecil yang dapat membentuk suatu ujaran lengkap. Atas dasar ini,
possibility adalah kata, begitu pula possible, tetapi -ity bukan kata. Tidak semua
satuan yang menyerupai kata memenuhi kriteria ini.
O’Grady dan Dobrovolsky (1989:91) menyatakan bahwa definisi kata
yang paling umum diterima oleh para linguis adalah bahwa kata merupakan suatu
bentuk bebas yang terkecil, yaitu suatu unsur yang dapat muncu tersendiri dalam
berbagai posisi dalam kalimat lebih lanjut mereka (1989:91) membagi semua kata
dalam suatu bahasa ke dalam dua kategori utama, yaitu, (1) kategori kata tertutup
(closed categories), yang mencakup kata-kata fungsi, dan (2) kategori kata
terbuka (open categories), yang meliputi kategori-kategori leksikal mayor, seperti
nomina (N), verba (V), adjektiva (Adj), dan adverbial (Adv). Kepada kategorikategori leksikal mayor inilah kata-kata baru dapat diatambahkan. Karena
masalah utama morfologi ialah bagaimana orang membentuk dan memahami kata
yang mereka belum pernah ditemukan sebelumnya, maka morfologi hanya
berurusan dengan kategori-kategori leksikal mayor.
Setiap kata yang menjadi anggota suatu kategori leksikal mayor tersebut
(lexical item), yang merupakan entri dalam leksikon. Entri untuk setiap butir
leksikal akan mencakup pengucapannya (fonologi), informasi tentang maknanya

9

(semantik), termasuk kategori leksikal apa dan dalam lingkungan sintaksis mana
kata itu dapat muncul (subkategorisasi).
2.1.1. Akar Kata
Akar Kata adalah suatu bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih lanjut,
apakah dalam kaitannya dengan morfologi derivasional maupun morfologi
inflesional. Akar kata adalah bagian suatu bentuk kata yang tersisa apabila semua
afiks infleksional dan derivasional dibuang. Akar kata adalah bagian mendasar
yang selalu hadir dalam suatu leksem.
2.1.2 Jenis Kata
Dalam kata juga dibagi menjadi beberapa jenis golongan, yaitu:
Kata juga memiliki jenis, jenis ini didasarkan terhadap bentuk suatu kata yang
akhirnya menjadi beberapa golongan, yakni:


Kata dasar adalah kata dasar pembentukan kata yang bisa menjadi kata
turunan maupun kata berimbuhan. Contoh: Makan, Tidur.



Kata ulang, merupakan kata dasar yang memiliki bentuk pengucapan dan
penulisan yang diulang. Contoh: Buah-buahan, lari-lari.



Kata turunan, merupakan kata yang dapat berimbuhan untuk memperjelas
maksud penggunaan. Contoh: Menggunakan.



Kata majemuk, merupakan gabungan beberapa kata untuk membentuk
makna yang baru. Contoh: Tangan kanan, buah bibir.

Untuk memudahkan penggunaan kata dijadikan sebuah kalimat, kata juga
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis kategori, yaitu:
1. Kata nomina yang artinya kata benda, nama orang, tempat. Kata ini juga
mengacu kepada suatu benda yang (kongkret atau abstrak). Kata benda
berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan.
Kata benda dapat diingkari dengan kata bukan, contohnya: bukan mimpi,
bukan gula.
2. Kata verba yang artinya kata kerja, kata yang menyatakan suatu tindakan.
Kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan, proses, dan keadaan yang

10

bukan merupakan sifat. Kata kerja pada umumnya berfungsi sebagai
predikat dalam kalimat.
Kata kerja dapat diikuti oleh gabungan kata dengan +KB/KS,
contohnya: menulis dengan cepat, membaca yang rajin.
Kemudian di bawah ini terdapat beberapa macam kata kerja:
-

Kata kerja (Verba) majemuk, contohnya: campur tangan, cuci mata

-

Kata kerja (Verba) bereduplikasi, contohnya: makan-makanan,
bernyanyi-nyanyi

-

Kata kerja (Verba)transitif, kata kerja ini wajib menggunakan objek
Contoh:

Kakak membaca buku
S

P

O

Adhik menulis surat
S
-

P

O

Kata kerja (Verba) intransitif, kata kerja ini tidak memerlukan objek

Contoh:

Adi sedang membaca
S

P

Ali menyapu
S

P

3. Kata abjektiva yang artinya kata sifat, kata yang digunakan untuk
menjelaskan kata benda. Kata yang menerangkan sifat, keadaan watak.
Kata sifat umumnya berfungsi sebagai predikat, objek, dan penjelas
subjek. Contoh: cantik jelita, gadis cantik, panas hati
4. Kata numeralia yang artinya kata bilangan, kata yang menunjukan urutan
ataupun jumlah. Contoh: dua anak cukup, cukup dua anak
5. Kata pronominal yang artinya, kata pengganti kata benda.
Contohnya: kami, ia, dan dia.
6. Kata preposisi yang atinya, kata yang menggunakan kata depan.
Contoh: Ke Jakarta, Di Surabaya

11

3.1 KALIMAT
Definisi kalimat menurut beberapa ahli:
Definisi Kalimat menurut Bloomfield (1993:170), kalimat adalah suatu bentuk
linguistis, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena
merupakan suatu konstruksi gramatikal.
Menurut Hockett (1958:199) menyatakan bahwa kalimat adalah suatu
konstitut atau bentuk yang bukan konstituen; suatu bentuk yang gramatikal yang
tidak termasuk ke dalam konstruksi gramatikal lain.
Menurut Lado (1968 : 27) menyatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil
dari ekspresi lengkap.
Menurut Keraf (1978 : 156), kalimat adalah satu bagian ujaran yang
didahului dan diikuti oleh kesenyapan, sedangkan intonasinya menunjukkan
bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap.
Menurut Ramlan (1981 : 6), kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi
oleh adanya jeda panjang yang disertai oleh nada akhir turun atau naik.
Menurut Parera (1982 :14) mengemukakan bahwa kalimat adalah sebuah
bentuk ketatabahasaan yang maksimal yang tidak merupakan bagian dari bentuk
ketatabahasaan lain yang lebih besar dan mempunyai ciri kesenyapan final yang
menunjukkan bentuk itu berakhir.
Selanjutnya menurut Kridalaksana dkk. (1984 : 224), kalimat adalah satuan
bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan
baik secara aktual maupun potensial terdiri atas klausa.
Terakhir menurut Samsuri (1985 : 53) menyatakan bahwa kalimat adalah
untaian yang berstruktur dari kata.
Kalimat juga dapat didefinisikan, yaitu satuan gramatik yang diakhiri dengan
jedah panjang, dan memiliki intonasi naik atau turun.
3.1.1

Penentuan Kalimat
Kalimat juga ada yang terdiri dari satu kata, contohnya Ah!, Astaga!, ada

juga yang terdiri dari dua kata, misalnya Selamat pagi, ia mahasiswa, dan ada
juga yang terdiri dari tiga kata, misalnya Ayah berangkat kerja, Ia sedang
membaca, dan ada juga yang terdiri dari empat, lima, enam kata, dan seterusnya.

12

Kemudian dari beberapa contoh kalimat di atas, sesungguhnya kalimat dapat
ditentukan dengan intonasinya bukan berarti banyak kata yang digunakan. Setiap
satuan kalimat dibatasi dengan adanya jeda panjang yang disertai nada akhir
turun, dan bisa juga naik.
3.1.2

Kalimat berklausa dan tidak berklausa
Kalimat berklausa adalah kalimat yang terdiri dari satuan yang berupa

klausa. Dalam tulisan ini klausa dijelaskan sebagai satuan gramatik yang terdiri
dari subyek dan predikat, disertai objek, pelengkap, dan keterangan atau tidak.
Dengan ringkas klausa adalah kelompok kata yang memiliki fungsi S (Subyek),
P(Predikat),

O(Obyek),

KET(Keterangan),

PEL(Pelengkap).

Tanda

yang

menandakan kurung bisa digunakan atau tidak, maksudnya boleh digunakan dan
juga boleh tidak digunakan.
Contoh kalimat berklausa:
-

Gigih menulis surat
S

P

O

Kalimat tak berklausa ialah kalimat yang tidak terdiri dari klausa
Misalnya:
-

Astaga !

-

Selamat Pagi !

-

Selamat Bekerja !

Akan tetapi, jika tidak terdiri dari klausa, kalimat judul termasuk golongan
kalimat tak berklausa. Misalnya:
-

Seorang Ustad dari Juwingan Surabaya.

-

Tantangan Ekonomi Asean Tahun 2015.

3.1.3 Kalimat berita
Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi. Kalimat berita berfungsi
untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain sehingga tanggapan yang
diharapkan berupa perhatian seperti tercermin pada pandangan mata yang

13

menunjukkan adanya perhatian. Kadang-kadang perhatian itu disertai anggukan,
kadang-kadang. Pula disertai ucapan ya.
Berikut kalimat berita dengan bentuk kata yang benar, misalnya:
-

Lorong goa itu sangat gelap.

-

Kampus B Unair banjir setelah hujan deras.

-

Menurut ramalan cuaca hari ini sangat panas sekali.

Engkau harus berangkat sekarang juga
Anda tak diizinkan membaca di sini
3.1.4 Kalimat Tanya
Kalimat Tanya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Kalimat ini memiliki
pola intonasi yang berbeda dengan pola intonasi kalimat berita. Perbedaannya
terutama terletak pada nada akhirnya. Pola intonasi kalimat berita bernada akhir
turun, sedangkan pola intonasi kalimat Tanya bernada akhir naik, di samping nada
suku terakhir pola intonasi kalimat berita, misalnya:
-

Apa kamu sudah mandi?

-

Di mana alamat rumah kamu?

-

Ibunya belum pulang?

-

Orang itu sudah makan?

-

Bagaimana kabar ayah kamu?

Kalimat Tanya golongan ini ditandai oleh adanya kata tanya yang bersifat
menggantikan kata atau kata-kata yang dinyatakan. Kata-kata tanya itu ialah apa.
siapa. mengapa. kenapa. bagaimana. bilamana. kapan. bila. dan berapa.
Apa
Kata tanya apa digunakan untuk menanyakan benda, tanda, tumbuhtumbuhan, dan hewan. Misalnya:
-

Bapak itu melihat apa?

-

Ibu guru itu mengajarkan apa?

-

Arsitek itu sedang merencanakan apa?

-

Apa yang diperiksa dokter hewan itu?

-

Nelayan itu membawa apa?

-

Ia menyaksikan pertandingan apa?

14

Siapa
Kata tanya siapa digunakan untuk menanyakan Tuhan, Malaikat dan manusia.
Misalnya:
-

Ini mobil siapa?

-

Yang menulis novel ini siapa?

-

Engkau mencari siapa?

-

Yang mencabut nyawa manusia siapa?

-

Siapa yang patut disembah?

-

Nama anak itu siapa?

Mengapa
Kata tanya mengapa digunakan untuk menanyakan perbuatan. Misalnya:
-

Mengapa banyak mahasiswa tidak mengikuti kuliah hari ini?

-

Mengapa kepala kantor itu marah?

-

Mengapa pegawai itu gelisah?

Kenapa
Kata tanya kenapa digunakan untuk menanyakan sebab seperti halnya kata tanya
mengapa. Misalnya:
-

Unjiannya bagaimana?

-

Bagaimana kecelakaan itu bisa terjadi?

-

Studi kaka saya bagaimana?

-

Bagaimana pencuri dapat memeanjat dinding setinggi itu?

Mana
Kata tanya mana diapakai untuk menanyakan tempat. Di mana menanyakan
tempat berada. Dari mana menanyakan tempat asal atau tempat yang ditinggalkan,
dan ke mana menanyakan tempat yang dituju. Misalnya:
-

Kakek pergi kemana?

-

Dari mana mahasiswa itu mendapat buku baru?

-

Buatan mana sepatu itu?

15

-

Mana ayahmu?

-

Kakakmu yang mana?

Bilamana, bila, dan kapan
Ketiga kata tanya itu digunakan untuk menanyakan waktu. Misalnya:
-

Bilamana karyawan itu akan menyelesaikan pekerjaannya?

-

Bila Ibu guru akan pulang?

-

Sejak kapan kapal terbang itu mengalami kerusakan?

Berapa
Kata tanya berapa digunakan untuk menanyakan jumlah dan bilangan. Yang
menanyakan jumlah. Misalnya:
-

Berapa harga majalah itu?

-

Ayam peternak itu berapa?

-

Berapa jumlah penduduk pulau Jawa?

Yang menanyakan bilangan, misalnya:
-

Sekarang jam berapa?

-

Nomor teleponmu berapa?

-

Sudah sampai halaman berapa engkau membaca buku itu?

3.1.5 Kalimat Suruh
Berdasarkan

fungsinya

dalam

hubungan

situasi,

kalimat

suruh

mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara.
Berdasarkan ciri formalnya. Kalimat ini memiliki pola intonasi yang berbeda
dengan pola intonasi kalimat berita dan kalimat Tanya
Di sini pola intonasi kalimat suruh itu ditandai dengan tanda /!/
Berdasarkan strukturnya kalimat suruh dapat digolongkan jadi empat
golongan yaitu:
Kalimat suruh yang sebenarnya
Kalimat persilahan
Kalimat ajakan
Kalimat larangan

16

Kalimat Suruh yang Sebenarnya
Kalimat suruh yang sebenarnya ditandai oleh pola intonasi suruh. Selain
dari pada itu. Apabila P-nya terdiri dari kata verbal itransitif bentuk kata verbal itu
tetap, hanya partikel lah dapat ditambahkan pada kata verbal itu menghaluskan
perintah. S-nya yang berupa persona ke 2 boleh dibuangkan boleh juga tidak.
Misalnya:
-

Bediri!

-

Datanglah engkau ke kantorku!

-

Diamlah engkau jangan ramai!

-

Pulanglah sekarang juga!

Kalimat Persilahan
Selain ditandai oleh pola intonasi suruh, kalimat persilahan di tandai juga
oleh menambahkan kata silahkan yang diletakkan di awal kalimat. S kalimat
boleh dibuangkan. Boleh juga tidak. Misalnya:
-

Silahkan Bapak istirahat di sini!

-

Silahkan datang ke kantorku!

-

Silahkan makan dulu!

-

Silahkan beristirahat!

Kalimat Ajakan
Sama halnya dengan kalimat persilahan dan kalimat suruh yang
sebenarnya, kalimat ajakan ini, berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi,
juga mengharapkan suatu tanggapan yang berupa tindakan, hanya perbedaannya
tindakan itu di sini bukan hanya dilakukan oleh orang yang diajak berbicara,
melainkan juga oleh orang yang berbicara atau penuturnya. Dengan kata lain
tindakan itu dilakukan oleh kita.
Di samping ditandai oleh pola intonasi suruh, kalimat ini ditandai juga
oleh adanya kata-kata ajakan, ialah kata mari dan ayo, yang diletakkan di awal
kalimat. Partikel lah dapat ditambahkan pada kedua kata itu menjadi marilah dan
ayolah. S kalimat boleh dibuangkan. Boleh juga tidak. Misalnya:
-

Ayo kita bermain petak umpet!

17

-

Mari kita makan bersama sekarang

-

Marilah belajar ke perpustakaan pusat

-

Ayo berdiri di depan!

Kalimat Larangan
Di samping ditandai oleh pola intonasi suruh. Kalimat larangan ditandai
juga oleh adanya kata jangan di awal kalimat. Partikel lah dapat ditambahkan
pada kata tersebut untuk memperhalus larangan. S kalimat boleh dibuangkan,
boleh juga tidak. Misalnya:
-

Jangan engkau membaca komik itu!

-

Jangan di bawa pulang majalah itu!

-

Janganlah engkau berangkat sendiri!

-

Jangan suka menyakiti hati orang!

3.1.6 Kalimat Sederhana dan Kalimat Luas
Kalimat yang terdiri dari satu klausa di sini disebut kalimat sederhana,
sedangkan kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih disebut kalimat luas.
Ada beberapa contoh kalimat sederhana, misalnya:
-

Mulanya ia hanya akan menghindari kemarahan Ibu Ratih

-

Akhirnya ia menjadi seorang yang dihormati bapak Seno

-

Pada kesempatan itu angkatan muda kita mengambil alih kantor
tersebut dari tangan Jepang.

-

Cerita ini benar-benar nyata

-

Dia mengeluarkan buku dari tas ranselnya

Beberapa contoh kalimat luas, misalnya:
-

Ia mengunci pintu rumahnya, lalu keluar menuju taman bermain

-

Rumah itu bagus, akan tetapi pekarangannya tidak terpelihara.

-

Ia mengakui bahwa ia jatuh cinta kepadaku

18

Kalimat Luas yang Setara
Dalam kalimat luas yang setara klausa yang satu tidak merupakan bagian
dari klausa lainnya; masing-masing berdiri sendiri-sendiri sebagai klausa yang
seara, yaitu sebagai kalausa inti semua. Klausa-klausa itu dihubungkan dengan
penghubung, yang di sini disebut penghubung yang setara. Penghubung yang
setara itu ialah : dan . dan lagi. Lagi pula. Serta. Lalu, kemudian, . atau, tetapi.
tapi. akan tetapi, sedang, sedangkan, namun, melainkan, sebaliknya, bahkan ,
malah, dan malahan. Penghubung lantas dan tapi pada umumnya digunakan
dalam bahsa Indonesia ragam santai.
Beberapa contoh, misalnya:
-

Orang itu kaya, lagi pula sangat baik

-

Badannya gendut, dan mukanya bulat

3.2.1 Jenis Kalimat
Banyak nama diberikan orang terhadap adanya jenis atau macam kalimat.
Dalam buku ini diikuti penamaan itu berdasarkan kriteria:
a. Berdasarkan kategori klausanya dibedakan adanya
1. Kalimat verbal, yakni kalimat yang predikatnya berupa verba atau
frase verbal. Contoh :
Rafly membersihkan kamar mandi.
2. Kalimat ajektifal, yakni kalimat yang predikatnya berupa verba
atau frase ajektifal. Contoh :
Kakanya baik, tetapi adiknya jahat.
3. Kalimat nominal, yakni kalimat yang predikatnya berupa nomina
atau frase nominal. Contoh :
Dia semangat bercerita di depan kelas
4. Kalimat preposisional, yakni kalimat yang predikatnya berupa
frase preposisional. Perlu dicatat kalimat jenis ini hanya digunakan
dalam bahasa ragam nonformal. Contoh:
Ayah pergi ke Jakarta.

19

5. Kalimat numerial, yakni kalimat yang predikatnya berupa
numeralia atau frase numeral. Perlu dicatat kalimat jenis ini hanya
digunakan dalam bahasa ragam nonformal. Contoh :
Simpanannya di Bank Mandiri lima juta rupiah.
6. Kalimat adverbial, yakni kalimat yang predikatnya berupa
adverbial atau frase adverbial. Contoh :
Dia tiba ketika kamu sedang tertidur.
3.2.2

Berdasarkan modusnya dibedakan adanya
1. Kalimat berita (deklaratif), yakni kalimat yang berisi pernyataan
belaka.Contoh :
Kemarin sore kampus B Universitas Airlangga kebanjiran.
2. Kalimat Tanya (interogatif), yakni kalimat yang berisi pertanyaan,
yang perlu diberi jawaban. Contoh :
Berapa harga sepeda itu?
3. Kalimat perintah (imperatif), yaitu kalimat yang berisi perintah,
dan perlu diberi reaksi berupa tindakan. Contoh :
Bukakan pintu itu!
4. Kalimat seruan (interjektif), yakni kalimat yang menyatakan
ungkapan perasaan.Contoh :
Aduh kakiku terjepit pintu.
5. Kalimat harapan (optatif), yakni kalimat yang menyatakan harapan
atau keinginan.
Semoga semester ini IPku meningkat.

3.3 Kalimat Berdasarkan Sifat, hubungan aktor-aksi
-

Kalimat aktif: kalimat yang subyeknya berperan sebagai pelaku.
Contoh: Saya menulis tugas.

-

Kalimat pasif : kalimat yang subyeknya berperan sebagai penderita.
Contoh: tugas ditulis saya.

20

3.4 Unsur Kalimat
3.4.1 Subjek
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping
unsur predikat.
Fungsi Subjek :
Fungsi subjek:
Membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat majemuk
-

Memperjelas makna

-

Menjadi pokok pikiran

-

Menegaskan (memfokuskan) makna

-

Memperjelas pikiran ungkapan

-

Membentuk kesatuan pikiran

3.4.2 Predikat
Predikat merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana, mengapa, atau
berapa.
Dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan.
Dapat disertai kata-kata aspek atau modalitas
Tidak didahului kata yang.
Didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni.
3.4.5 Objek
Objek adalah unsur kalimat yang dikenai perbuatan atau menderita akibat
perbuatan subjek.
- Langsung mengikuti predikat
- Dapat menjadi subjek kalimat pasif
- Tidak didahului kata depan atau preposisi
- Dapat didahului kata bahwa

21

3.4.6 Keterangan
Keterangan merupakan unsure kalimat yang memberikan informasi lebih
lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, member informasi
tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan.
3.5.1 Klasifikasi Kalimat
Menurut Cook (1969:40-41), kalimat dapat diklasifikasikan berdasarkan
kriteria-kriteria berikut:
1. Berdasarkan jumlah dan jenis klausa dalam basis, kalimat diklasifikasikan
sebagai kalimat sederhana, kalimat kompleks, dan kalimat majemuk. Ciri
ini digunakan oleh Pike (1967:442-443) dan Longcre (1964:130) untuk
memisahkan kalimat menjadi tipe yang terdiri dari banyak klausa, klausa
sederhana, dan non-klausa.
2. Berdasarkan struktur internal klausa utama, kalimat diklasifikasikan
sebagai kalimat sempurna atau kalimat taksempurna. Kalimat sempurna
biasa juga disebut kalimat mayor dan kalimat tak sempurna bisa juga
disebut kalimat minor. Kalimat minor termasuk kalimat kompletif dan
kalimat seru.
3. Berdasarkan jenis response yang diharapkan, kalimat diklasifikasikan
sebagai kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, dan kalimat perintah.
4. Berdasarkan sifat hubungan actor-aksi, kalimat diklasifikasikan sebagai
kalimat aktif dan kalimat pasif.
5. Berdasarkan ada tidaknya unsure negative dalam frasa verba, kalimat
digolongkan sebagai kalimat afirmatif dan kalimat menyangkal.
3.6 Kalimat Inti
Menurut Cook (1969: 41-42), kalimat inti mempunyai ciri sitingtif sebagai
berikut: (1) sederhana, (2) sempurna, (3) pernyataan, (4) aktif (5) afirmatif. Suatu
kalimat yang secara simultan memiliki kelima ciri distingtif ini adalah kalimat
inti; suatu kalimat yang tidak memiliki salah satu dari kelima ciri distingtif ini
adalah kalimat turunan. Contoh-contoh kalimat inti dapat diberikan sebagai
berikut:

22

Pemuda dapat memainkan peranan penting dalam pembinaan bahasa
Indonesia.
Pemuda memerlukan dukungan dan kerja sama berbagai pihak dan
segenap lapisan masyarakat.
Pemuda harus merupakan salah satu komponen di dalam keseluruhan
sistem pembinaan bahasa Indonesia.
Jiwa dan semangat kepeloporan pemuda dapat mendobrak gejala negatif
itu.
Kalimat Turunan seperti dikemukakan di atas, kalimat yang diturunkan
dari kalimat inti adalah kalimat turunan. Kalimat turunan mencakup (1) kalimat
kompleks, (2) kalimat majemuk, (3) kalimat menyangkal, (4) kalimat pertanyaan,
(5) kalimat imperatif, dan (6) kalimat pasif.
3.7 Kalimat Kompleks
Kalimat kompleks adalah kalimat turunan yang terbentuk dari suatu klausa
bebas dan satu atau lebih klausa terikat dengan pola intonasi akhir tertentu. Klausa
terikat boleh mendahului dan boleh pula mengikuti klausa bebas. Beberapa
contohnya dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Ayah sedang membaca surat kabar ketika ibu datang.
2. Ali tidak pergi ke sekolah karena ia sakit.
3. Meskipun ia sakit, ia pergi juga ke kantor
4. Ia selalu bekerja keras, sehingga ia berhasil dalam pekerjaannya.
5. Ketika ia pergi ke Jakarta, saya bertemu dengan teman-teman lama.
6. Cita-citamu pasti tercapai asal engkau berusaha sungguh-sungguh
7. Meskipun mereka selalu bekerja keras, hasilnya belum juga
memuaskan.
3.8 Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat turunan yang terbentuk dari dua atau
lebih klausa bebas yang dihubungkan dengan sebuah konektor dan dengan pola

23

intonasi akhir tertentu. Konektor yang biasa digunakan adalah dan, atau, tetapi,
serta, dan sebagainya. Beberapa contohnya dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Ayah membaca surat kabar, dan ibu menonton TV.
2. Saya membunuh engkau, atau engkau membunuh saya.
3. Pemuda itu ingin merantau ke negeri orang, tetapi orang tuanya
melarangnya.
4. Harta bendanya habis dalam peristiwa itu, serta keluarganya berantakan.
Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua
pola kalimat kalimat atau lebih.
Cara pembentukan kalimat majemuk:
Memperluas bagian-bagian kalimat tunggal
-

Anak itu membaca novel. (Kal Tunggal)

-

Anak yang menyapu di perpustakaan itu sedang membaca novel.

Menggabungkan dua atau lebih kalimat tunggal
-

Susi menulis surat dan Bapak membaca koran.

Jenis-jenis kalimat Majemuk
1. Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang bersifat
koordinatif sehingga tidak ada saling menerangkan. Jenis-jenis
kalimat majemuk setara:
Kalimat Majemuk Setara Gabungan
Menggunakan kata hubung dan, setara.
Kalimat Majemuk Setara Pilihan
Menggunakan kata hubung atau, baik… maupun
Kalimat Majemuk Setara Perlawanan
Menggunakan kata hubung tetapi, melainkan.
Kalimat Majemuk Setara Urutan
Menggunakan kata hubung lalu, lantas, kemudian.

24

Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk yang terdiri dari perluasan kalimat tunggal,
bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk kalimat baru yang
disebut anak kalimat.
Sedangkan kalimat asal (bagian tetap) disebut induk kalimat.
Kalimat Majemuk Bertingkat Keterangan Waktu ciri-ciri menggunakan kata
hubung ketika, waktu, saat, setelah, sebelum.
Contohnya: handi mandi ketika Risa makan
Kalimat Majemuk Bertingkat Keterangan Sebab ciri-ciri menggunakan kata
hubung sebab, karena.
Contohnya : Budi menangis sebab di rumah ibunya sakit
Kalimat Majemuk Bertingkat Keterangan hasil (akibat) ciri-ciri Menggunakan
kata hubung hingga, sehingga, akhirnya.
Contohnya Rani rajin belajar sehingga ia rangking satu dikelasnya
Kalimat Majemuk Bertingkat Keterangan syarat ciri-ciri Menggunakan kata
hubung jika, apabila, kalau, andaikata.
Contohnya : Dindo harus mencapai angka empat ratus lima puluh apabila ingin
lulus tes bahasa Inggris
Kalimat Majemuk Bertingkat Keterangan tujuan ciri-ciri Menggunakan kata
hubung agar, supaya, demi, untuk, guna.
Contohnya : Ayah bekerja keras membanting tulang demi menghidupi anak dan
istrinya.
Kalimat Majemuk Bertingkat Keterangan cara ciri-ciri Menggunakan kata hubung
dengan, dalam.
Contohnya: Ani serius dalam mengerjakan tugas kuliah.
Kalimat Majemuk Bertingkat Keterangan posesif ciri-ciri Menggunakan kata
hubung meskipun, walaupun, biarpun.
Contohnya: zaki tetap berangkat kerja, meskipun badannya panas
Kalimat Majemuk Bertingkat Keterangan nomina ciri-ciri Menggunakan kata
bahwa.
Contohnya: siswa itu telah dinyatakan lulus bahwa nilai rapornya mencapai nilai
amat baik.

25

3.9 Kalimat Menyangkal
Kalimat menyangkal adalah kalimat turunan yang dibentuk dari kalimat
inti dengan menggunakan unsure menyangkal (negatif) dalam frasa verba dan
pola intonasi akhir turun. Beberapa cotohnya dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Hadi tidak tinggal di Makassar.
2. John tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik
3. Mereka tidak suka makan daging
4. Ia tidak suka diganggu oleh orang lain
5. Ia tidak mencintai orang lain selain kekasihnya.
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsure inti
pembentukan kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah
satu atau lebih unsur-unsur tambahan (objek dan keterangan), asalkan unsurunsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru.
Contoh Kalimat Tunggal :
Ayah merokok
S

P

Adik minum susu
S

P

O

Ibu menyimpan uang di laci
S

P

O

K

3.10 Kalimat Imperatif
Kalimat imperatif adalah kalimat turunan yang dibentuk dari kalimat inti
dengan melesapkan subjek (orang kedua), menggunakan pola intonasi akhir yang
mendatar, serta menyatakan perintah atau permintaan. Contohnya:
1. Berangkatlah ke Jakarata!
2. Tunggulah Sebenetar!
3. Datanglah ke rumahku besok!

26

4. Tolonglah saya keluar dari kesulitan ini!
5. Hargailah orang tua dan gurumu!
3.11 Kalimat pasif
Kalimat pasif adalah kalimat turunan yang dibentuk dengan menggunakan
verba pasif, yaitu verba yang dibentuk dengan menambahkan awalan tertentu,
seperti awalan di-dalam bahasa Indonesia , pola intonasi akhir turun, dan dengan
ketentuan bahwa objek kalimat ingi menjadi subjek kalimat pasif. Contoh:
1. Potensi itu perlu dimanfaatkan sepenuhnya.
2. Gejala negative itu harus didobrak.
3. Penggunaan bahasa Indonesia harus ditingkatkan.
4. Pemuda harus dilibatkan secara aktif di dalam pembinaan bahasa nasional
kita.
5. Jiwa dan semangat kepeloporan pemuda perlu dimanfaatkan sepenuhnya
6. Peranan

lembaga

pendidikan

dan

organisasi

kepemudaan

perlu

ditingkatkan.
3.12 Analisis Kalimat
Dalam analisis sintaksis, petama-tama kita harus menetapkan jenis semua
kalimat dalam korpus dengan memisahkan himpunan kalimat inti dari himpunan
non-inti atau kalimat turunan. Kemudian kita berusaha memerikan kalimat
turunan dalam kaitannya dengan kalimat inti, dengan menggunakan kaidah-kaidah
tranformasi atau pajangan matriks memperlihatkan bagaimana kalimat non inti
diturunkan. Dengan cara ini, kalimat inti dan kalimat turunan dapat dikontraskan
sebagai berikut:
Kalimat Inti

Kalimat Turunan

Sederhana

Kompleks, Majemuk

Sempurna

Taksempurna

Pernyataan

Pertanyaan, Imperatif

Aktif

Pasif

Afirmatif

Negatif/Menyangkal

27

Analisis kalimat adalah pemisahan unsur-unsur yang membentuk kalimat
dengan criteria tertentu. Dalam analisis kalimat, yang perlu diperhatikan adalah
bahwa pemisahan unsur-unsur yang membangun kalimat itu hanya sampai pada
tingkat kata, sebab analisis kalimat termasuk itu hanya sampai pada tingkat kata,
sebab analisis kalimat termasuk tataran sintaksis, sedangkan sintaksis menelaah
hubungan gramatikal di luar batas kata, tetapi di dalam satuan yang kita sebut
kalimat.
Menurut Verhaar (1981:70), secara sistematis sintaksis terbagi atas tiga
tataran, yang secara hierarkis dapat disebutkan sebagai berikut: (1) fungsi (2)
kategori, dan (3) peran. Fungsi mencakup subjek, predikat, objek, dan sebagainya;
kategori mencakup subjek, predikat, objek, dan sebagainya; dan peran mencakup
pelaku, penderita, penerima, aktif, pasif ,dan sebagainya.
Fungsi-fungsi itu adalah tempat kosong (konstituen formal), tidak memiliki
bentuk atau pun makna, tetapi harus diisi oleh bentuk tertentu, yaitu kategori,
dengan makna tertentu, yaitu peran.
Dengan demikian, sesuai dengan tatarannya, kalimat dapat dianalisis atas
unsure-unsurnya berdasarkan: (1) fungsi sintaksisnya, (2) kategori atau kelas
katanya, dan (3) peran sintaksisnya. Tetapi, disamping itu, kalimat dapat juga
dianalisis atas dasar tata urutan (hierarki) proses terbentuknya kalimat tersebut
(analisis konstituen langsung)

28

BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kata
merupakan bentuk gabungan dari beberapa morfem atau bisa dikatakan satuan
terkecil dalam tataran sintaksis. Kata juga dibedakan menjadi beberapa jenis
golongan, seperti kata nomina, kata verba, kata ajektifal, kata preposisi, kata
numerlia, dan kata abverbial. Sedangkan kalimat merupakan satuan gramatika
yang diakhiri jeda panjang dan mempunyai intonasi naik atau turun.

29

DAFTAR PUSTAKA
Ba’dulu, Abdul Muis. 2005. Morfosintaksis. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
M Ramlan. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV KARYONO
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: PT
RINEKA CIPTA.
http://kangmoes.com/artikel-tips-trik-ide-menarik-kreatif.definisi/pengertiankata.html diases pada 18 September 2014 pada pukul 21.32.
http://www.onlinesyariah.com/2014/07/27/pengertian-kata-menurut-para-ahli/
diases pada 18 September 2014 pada pukul 21.33.

30

MAKALAH
SINTAKSIS BAHASA INDONESIA II
Makalah ini disusun berdasarkan tugas akhir mata kuliah Sintaksis Bahasa
Indonesia II

Dosen Pembimbing :
Eddy Sugiri, M.Hum
Kelas A
Disusun oleh:
Gigih Wasis Saryono

121211131003

Achmad Elginda Duhudha

121211133061

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA

31

2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Sistem Bahasa
Sistem bahasa mempunyai tiga buah subsistem yang terkait dalam dunia

konteks, yaitu subsistem leksikon, subsistem gramatika, dan subsistem fonologi.
Ketiga subsistem tersebut saling berhubungan dan membentuk konsep-konsep
yang berada dalam pikiran manusia dan berbentuk abstrak, sehingga perlu
mengempiriskannya melalui konsep pemaknaan.
Komponen atau subsistem leksikon merupakan wadah penampung makna
leksikal; sedangkan komponen gramatika merupakan wadah yang bertugas
mengolah komponen leksikon menjadi “kata” berdasarkan satuan-satuan
sintaksisnya; dan komponen bunyi merupakan realisasi fisis dari sebuah makna.
Perhatikan makna kata terbawa berikut:
1) Bukumu terbawa oleh saya kemarin
2) Barang-barang sebanyak itu terbawa juga oleh truk kecil itu.
Makna terbawa dalam kalimat (1) bermakna ‘tidak sengaja’, dan pada kalimat
(2) bermakna ‘dapat’. Perbedaan ini terjadi karena pengaruh dari konteksnya.
Selain konteks, terdapat unsur prosodi (tekanan, nada, dan durasi) yang
memberikan pengaruh terhadap pemaknaan. Seperti pada contoh di bawah ini:
a. # Kucing/makan tikus mati #
b. # Kucing makan/tikus mati #
c. # Kucing makan tikus/mati #
Kalimat (a) memiliki makna ‘ada tikus yang sudah mati dimakan kucing’.
Kalimat (b) memiliki makna ‘ada kucing makan sesuatu, dan ditempat lain ada
tikus mati’. Lalu kalimat (c) memiliki makna ‘setelah makan tikus, kucing itu lalu
mati’.

32

Inilah kenyataan bahwa dunia makna yang direalisasikan ke dalam bunyi akan
selalu berhubungan dengan ketiga subsistem dan faktor yang sudah disebut di
atas.
1.2.

Analisis Sintaksis
Dalam sejarah linguistik kita dapat mengikuti analisis-analisis sintaksis

sebagai berikut:
1.2.1. Linguistik Tradisional
Linguistik tradisonal ini berkembang sejak zaman Yunani yang dengan
tegas memisahkan kajian morfologi dan kajian sintaksis. Setiap kalimat memiliki
unsur yang disebut pokok kalimat.
Setiap kalimat linguistik tradisional memiliki unsur yang disebut pokok
kalimat, sebutan kalimat, pelengkap penderita, dan keterangan keadaan. Hal ini
bisa disebut dengan analisis kalimat berdasarkan “urutan kalimat menurut
jabatan”.
Perhatikan kalimat berikut ini untuk memahami satuan unsurnya:
Ali
Pk

anak mamat makan nasi
kpk

sk

pp

mentah
kk

Keterangan :
Pk

: pokok kalimat

Kpk

: keterangan pokok

Sk
Pp
Kk

: sebutan kalimat
: pelengkap penderita
: keterangan keadaan

kalimat
Mengenai kalimat majemuk linguistik tradisional menyatakan
bahwa kalimat majemuk adalah dua buah kalimat atau lebih yang
digabung menjadi sebuah kalimat. Hal ini tentunya menimbulkan banyak
pertanyaan yaitu mengenai konsep klausa bukan kalimat majemuk seperti
kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Pada akhirnya, sebuah analisis linguistik tradisional ini belym
dapat menerangkan struktur kalimat karena prosesnya dalam sebuah
paragraf belum menjadi tidak memiliki fungsi-fungsi kalimat secara

33

lengkap seperti yang dikenal dengan sebutan kalimat minor, kalimat
sampingan, dan kalimat lanjutan.

1.2.2. Linguistik Struktural
Pada proses analisis linguistik struktural yaitu menggunakan penggunaan
teknik yang biasa disebut dengan Immadiate Constituent Analysis (IC
Analysis). Seperti terlihat pada contoh:
Nenek membaca buku humor di kamar tidur
Kalimat tersebut mula-mula menjadi dua unsur langsung yaitu nenek dan
membaca buku humor di kamar tidur kemudian dibagi kembali sampai
membentuk unsure terkecil yaitu kamar dan tidur.
Analisis tersebut tampak jelas dalam bagan kotak di bawah ini:
Nenek

Membaca buku humor di kamar tidur
Membaca
Buku humor di kamar tidur
Buku humor
Di kamar tidur
Buku humor
di Kamar tidur
Kamar tidur

Salah satu aliran yang ada dalam linguistik struktural adalah aliran
tagmemik dimana aliran ini yang menggabungkan antara peran, fungsi,
kategori, dan kohesi dalam sintaksis.
Mengenai penentuan kategori kata, dalam linguistik struktural sangat
berpegang pada struktur atau posisi sebuah kata dalam suatu kontruksi
sehingga penentuan kategori dengan menerapkan criteria struktur ini juga
menimbulkan masalah.
1.2.3. Linguistik Generatif Transformasi
Linguistik generatif transformasi yang dikemukakan oleh Noam Chomsky
(1957, 1965), menyatakan bahwa setiap kalimat yang ada dan pernah dibuat
orang dapat dikembalikan pada pola kalimat dasarnya dan yang jumlahnya
terbatas. Prinsip lainnya adalah bahwa sebelum dilakukan dalam ujaran dalam
bentuk struktur luar (surface strcture) yang bersifat konkret, terlebih dahulu
kalimat itu disusun di dalam otak yang bersifat abstrak.

34

Perhatikan contoh berikut:
Anak itu mudah diajar
Struktur luar kalimat tersebut adalah sebagai berikut:

K
F
N
Keterangan:
K : kalimat

FN : frase nomina
FV : frase verba
N : nomina

Art : artikulus
A : ajektifa
V : Verba

Sebagai penutur tentunya kita akan mengira bahwa yang mengalami
sesuatu sebagai akibat dari “murid itu diajar” adalah dua pihak yang berlainan.
Sesungguhnya analisis struktur secara generatif ini tidak sampai merujuk
pada struktur dalam (yang ada dalam otak manusia) kiranya memang sangat
baik. Analisis seperti ini akan menjelaskan bentuk-bentuk sintaksis yang dapat
menjelaskan bentuk-bentuk sintaksis yang mempunyai potensi menjadi taksa.
1.2.4. Tata Bahasa Kasus
Terdapat dua kompenen menurut Fillmore (1968) untuk bisa
menganalisis tata bahasa kasus yaitu (1) modalitas (2) proposisi.
Komponen modalitas dapat berupa unsur negasi, kala, aspek, dan
adverbia. Sedangkan komponen proposisi terdiri dari sebuah verba disertai
dengan sejumlah kasus.
Simak bagan berikut:

35

k
v
m
p
n
k
e
a
o
r
e
a
ls
r
s
d
e
g
iu
b
u
p
a
m
a
s
l
o
s
a
is
t3
2
it
1
a
s
is
Yang dimaksud dengan kasus adalah hubungan antar verba dengan
nomina. Verba sama dengan predikat dimana ialah semua yang
menunjukkan hubungan, perbuatan, sifat, keanggotaan, dan sebagainya.
1.2.5. Tata Bahasa Relasional
Analisis model ini yaitu ditampilkan dengan adanya “relasi” di antara
elemen yang ada dalam sebuah klausa atau kalimat. Umpamanya klausa
berikut:
Ali memberi buku itu kepada saya
Klausa tersebut memiliki tiga buah nomina dan sebuah verba yang
masing-masing saling bergantung dan membawakan satu relasi. Nomina
Ali membawakan relasi “subjek dari” (relasi 1), nomina buku itu
membawakan relasi “objek langsung dari” (relasi 2), nomina saya
membawakan relasi “objek tak langsung dari” (relasi 3), sedangkan verba
beri membawakan relasi “predikat dari” (relasi P). kalimat di atas hanya
terdiri dari satu tataran, sebab merupakan kalimat inti.
1.2.6. Analisis Tema dan Rema
Setiap kalimat terdiri dari tema dan rema. Yang dimaksud dengan tema
adalah bagian kalimat yang memberi informasi tentang ‘apa yang
dibicarakan’; sedangkan rema adalah informasi tentang ‘apa yang
dikatakan tentang tema’. Jadi tema merupakan tumpuan pembicaraan.
Pedoman untuk menetukan tema adalah:

36




Terletak di awal kalimat
Batas antara tema dan rema adalah jeda potensial atau interjeksi seperti



tanda koma.
Tema ditentukan oleh satuan pembentuknya

1.2.7. Analisis Berdasarkan Gatra
Konsep gatra bertumpu pada analisis tema-rema atau mengakui
bahwa setiap kalimat terdiri dari gatra pangkal dan gatra sebutan (Fokker).
Analisis gatra ini memudahkan kita untuk memahami struktur kalimat.
Gatra ini bisa berupa kata bisa juga gabungan kata, seperti pada contoh:
Adik saya makan pisang kemarin.
Kata saya pada gatra pangkal adik saya, dan kata pisang dan
kemarin berlaku sebagai unsur atribut, untuk lebih paham perhatikan
bagan berikut:

k
d
a
is
p
e
i
y
s
m
k
a
g
rin
n
1.3.
Pendekatan dalam buku ini

Cara kerja dalam buku ini adalah pembentukan kata gramtikal tidak

dibicarakan secara detail, melainkan lebih kepada penggunaan “kata jadi”,
kata dari kelas tertutup.

BAB II
BEBERAPA KONSEP DASAR
2.1. Fungsi, Kategori, dan Peran Sintaksis
2.1.1. Fungsi sintaksis

37

Yang dimaksud dengan fungsi sintaksis adalah semacam “kotakkotak” atau “tempat – tempat” dalam struktur sintaksis yang didalamnya
akan disisikan kategori-kategori tertentu (verhaar 1978, Chaer 2007).
Kotak- kotak bernama subjek (S), predikat (P), objek (O), komplemen
(kom), dan keterangan (ket). Secara umum “kotak- kotak” fungsi itu dapat
dibagankan sebagai berikut, meskipun didalam praktik berbahasa
urutannya bisa tidak sama.
S

P

( O/komp)

(ket)

Dari bagan itu tampak bahwa secara formal fungsi S dan P harus
selalu ada dalam setiap klausa karaena keduanya saling “ berkaitan” dalam
hal ini bisa dikatakan, bahwa S adalah bagian dari klausa yang menandai
apa yang dinyatakan oleh pembicaraan; sedangkan P adalah bagian klausa
yang menandai apa yang dinyatakan oleh pembicaraan mengenai S
(Kridalaksana 2002).
Contoh:
1. Jalan licin berbahaya
S
P
Objek (O) adalah bagian dari verba yang menjadi predikat dalam
klausa itu. Kehadirannya sangat ditentukan oleh ketransitifan verba itu.
Artinya, kalau verbanya bersifat transitif maka objek itu akan muncul,
tetapi kalau verbanya tidak transitif (intransitif) maka objek itu tidak akan
ada.
Contoh:
a. Kakak menulis puisi
S
P
O
b. Nenek melirik kakak
S
P
O
c. Kakak berlari
S
P
d. Jalan licin berbahaya
S
P
Verba menulis klausa (a) dan verba melirik pada klausa (b) adalah
verba transitif; sedangkan verba berlari pada klausa (c) dan verba
berbahaya pada klausa (d) adalah verba intransitif.

38

Dalam hal ini perlu dikemukakan adanya dua macam objek, yaitu
objek afektif dan objek efektif. Objek afektif adalah objek yang bukan
merupakan hasil predikat. Misalnya:
1. Nenek membaca komik
S
P
O.afektif
2. Rudi menendang bola
S
P
O.afektif
Sebaliknya, objek efektif adalah objek yang merupakan hasil
perbuatan predikat. Misalnya:
a. Ibu menanak nasi
S
P
O.efektif
b. Nenek menulis surat
S
P
O.efektif
Objek efektif pada klausa (1) dan objek afektif bola pada klausa (2)
sebelum perbuatan verba membaca dan menendang berlansung sudah ada.
Padahal objek efektif nasi pada kalusa (a) sebelum verba menanak dan
menulis berlansung belum ada.
2.1.

2. Peran sintaksis
Chafe (1970) dan para pakar semantik generatif berpendapat
bahwa verba atau kata karja yang mengisi fungsi P merupakan pusat
semantik dari sebuah klausa (istilah yang mereka gunakan proposisi). Oleh
karena itu, verba ini menentukan hadir tidaknya fungsi- fungsi lain serta
tipe atau jenis dari kategori yang mengisi fungsi-fungsi lain itu.
Peran- peran yang dimiliki oleh pengisi fungsi P dalam bahasa
indonesia, selain peran “tindakan”, juga ada peran:

a. Proses, seperti P dalam klausa
1. Padi menguning di sawah

c. Keadaan, seperti P pada klausa

2. Rambut nenek mulai memutih

1. Jalan raya itu rusak berat
2. Suaminya kurus sekali

b. Kejadian, seperti P dalam klausa

d. Pemilikan, seperti P pada klausa

1. Hutan itu longsor

1. Bang Ali punya uang 100 ribu

2. Perahu itu tenggelam dihantam

2. Kami baru menerima hadiah itu

ombak

39

e. Identitas, seperti P pada klausa

f. Kuantitas, seperti P pada klausa

1. Suaminya sopir angkot

1. Hartanya melimpah

2. Ayahku pilot Garuda

2. Orang yang datang tidak sedikit

Peran- peran yang ada pada S atau O, antara lain:
a. Pelaku, yakni yang bertindak

1. Ka