HARGA TRANSFER Makalah ini diajukan untu

HARGA TRANSFER
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah Manajemen Pajak
Dosen Pembina :

Juan Kasma,SE.,M.Ak
Oleh:
21111058 Nicky Prameswary
21111060 Rizki Sugiarti
21111064 Tresna Fatria
21111065 Nurrisa Ayuningtyas
21111073 Faisal Aris Munandar
21111076 Gendis Yulianda Pratiwi
21111085 Gartina Wulan Utami
21111090 Ina Raspati

PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
2014

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada allah subhanahu wa ta’ala atas segala
curahan rahmat, taufik, hidayah dan karunia-Nya, sehingga tugas pembuatan maklah ini
dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas
matakuliah Manajemen Pajak dengan judul materi “Harga Transfer”.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Juan Kasma,SE.,M.Ak selaku dosen pembina yang telah memberikan bimbingan,
petunjuk serta saran penyusunan makalah ini.
2. Keluarga besar penulis atas doa, cinta, restu, kasih sayang, dukungan, semangat,
nasehat dan perhatian yang diberikan kepada penulis baik secara moril maupun
materil sehingga penulis bisa seperti sekarang ini.
3. Semua rekan-rekan 3 Akuntansi 2 dan rekan rekan spesialisasi perpajakan yang
tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk kebersamaan dan
kerjasamanya.
4. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Bantuan,
saran, semangat dan dukungannya sangatlah berarti bagi penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan yang penulis buat masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi
perbaikan penulisan laporan dimasa yang akan datang.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas semua bantuan dan kerjasamanya.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya juga bagi semua pihak
umumnya.

Bandung, Maret 2014

Penulis

DAFTAR ISI
2

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
KATA PENGANTAR ..................................................................................................….2
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ........................................................................................................4
1.2

Identifikasi dan Rumusan Masalah


1.2.1

Rumusan Masalah .............................................................................................5

1.2.2

Tujuan .................................................................................................................5

1.3

Perusahaan Multinasional .......................................................................................6

1.4

Hubungan Istimewa ................................................................................................6

1.5

Harga Transfer


1.5.1 Pengertian Harga Transfer .................................................................................8
1.5.2 Tujuan Harga Transfer........................................................................................9
1.5.3 Metode Harga Transfer ....................................................................................11
1.6

Harga Transfer Ganda ...........................................................................................12

1.7

Isu-isu Internasional Dalam Harga Transfer .........................................................13

1.8

Perusahaa Multinasional dan Aspek Pajaknya ......................................................14

1.9

Perlakuan Harga Transfer Di Indonesia ................................................................16


1.10

Penangkal Harga Transfer .....................................................................................17

1.11

Advanced pricing Agreement (APA) ....................................................................17

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Contoh Kasus Harga Transfer Negoisasi..............................................................20
2.2

Contoh Kasus Harga Transfer Dasar Biaya .........................................................21

2.3

Contoh Kasus Harga Transfer atas Dasar Harga Pasar.........................................22

2.4


Contoh Kasus Perbandingan Harga Transfer dengan
Tidak Menggunakan Harga Transfer ...................................................................26

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................33

3

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu perusahaan yang organisasinya telah dibagi-bagi menjadi pusatpusat laba, transfer barang atau jasa antar pusat laba tersebut menimbulkan masalah
penentuan harga transfer, karena

masing-masing pusat laba diukur kinerjanya

berdasarkan laba, sehingga setiap transfer barang atau jasa antar pusat laba akan

berdampak terhadap laba masing - masing pihak yang terkait.
Perusahaan melakukan penetapan harga dengan berbagai cara. Pada
perusahaan-perusahaan kecil biasanya ditetapkan oleh manajemen puncak bukannya
oleh bagian pemasaran.Sedangkan pada perusahaan-perusahaan besar penetapan
harga biasanya ditangani oleh manajer divis dan lini produk.Bahkan disni manajemen
punjak juga menetapkan tujuan dan kebijakan umum penetapan harga serta serta
pemberian persetujuan atas ususlan harga dari manajemen dibawahnya.
Perusahaan yang melakukan pengembangan bisnisnya secara pesat, selalu
melakukan diversivikasi usahanya untuk memasuki berbagai pasar.Diversivikasi
merupakan sutu usaha manajemen puncak untuk menghadapi ketidakpastiaan yang
semakkin tinggi dalam lingkungan bisnis yang semakin kompleks. Semakin luas
proses diversivikasi yang dilakukan oleh manajemen puncak, semakin diperlukan
metode-metode untuk mengintegrasi unit-unit organisasi yang telah dibentuk. Harga
transfer merupakan salah satu alat untuk menciptakan mekanisme integrasi dalam
perusahaan yang mendiversisifikasi.

4

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
Masalah penentuan Harga Transfer dijumpai dalam perusahaan yang

organisasinya disusun menurut pusat – pusat laba, dan antara pusat laba yang dibentuk
terjadi transfer barang atau jasa. Latar belakang timbulnya masalah harga transfer
dapat dihubungkan dengan proses diferensiasi bisnis dan perluna integrasi dalam
organisasi yang telah melakukan diferensiasi bisnis.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Harga Transfer ?
2. Apa Tujuan Harga Transfer ?
3. Apa Dasar Hukum Harga Transfer dalam Perpajakan ?
4. Ada Berapakah Metode – Metode pada Harga Transfer ?

1.2.2 Maksud dan Tujuan
1) Untuk Mengetahui Definisi Harga Transfer
2) Untuk mengetahui Tujuan Harga Transfer
3) Untuk Mengetahui Metode – Metode Harga Transfer
4) Untuk Mengetahui Dasar Hukum Berkaitan dengan Harga Transfer

5


UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
1.3 PERUSAHAAN MULTINASIONAL
Perusahaan Multinasional (Multinational Corporation/MNC) adalah perusahaan
yang beroperasi melewati lintas batas antarnegara, yang terikat hubungan istimewa,
baik karena penyertaan modal saham, pengendalian manajemen atau penggunaan
teknologi; dapat berupa anak perusahaan, cabang perusahaan, agen, dan sebagainya
dengan berbagai motif.
Ada tiga motif utama berdirinya MNC :
 Bermotif memperluas usahanya dalam rangka mencari bahan baku (raw material
seeker) dan menjual produknya ke luar negeri. Bahkan, pemerintah tidak tahu
berapa banyak dan apa saja yang dihasilkan oleh perusahaan asing tersebut (seperti
PT Freeport (timah dan emas) di Irian Jaya, PT Caltex (minyak) di Riau, dan PT
Port Newman (minyak) di Batu Binjai NTB).
 Bermotif mencari pasar (market seeker). Setelah terpenuhinya pasar dalam negara
tersebut, perusahaan multinasional ini berusaha mencari pasar-pasar baru untuk
memasarkan produknya. Hal ini dapat memperluas jangkauan pemasaran barang
tersebut.
 Bermotif menimumkan biaya (cost minimazer), seperti keringanan pajak, tenaga
kerja murah, harga tanah murah, biaya pengolahan limbah dengan syarat ringan,
menghindari adanya batasan kuota di negaranya, dan pelayanan purnajual cepat.


1.4 HUBUNGAN ISTIMEWA
Terdapat

hubungan

istimewa

antara

induk

perusahaan

dengan

anak

perusahaannya atau cabang-cabangnya atau perwakilannya yang berada di dalam negeri


6

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
maupun di luar negeri, di Indonesia diatur dalam Pasal 18 ayat (3), (3a), dan (4) UU
PPh, yang menyatakan sebagai berikut:
(3) Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya
penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk
menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai
hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sesuai dengan kewajaran dan
kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa dengan
menggunakan metode perbandingan harga antara pihak yang independen, metode
harga penjualan kembali, metode biaya-plus, atau metode lainnya.
(3a) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan Wajib Pajak dan
bekerja sama dengan pihak otoritas pajak negara lain untuk menentukan harga
transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana
dimaksud dalam ayat (4), yang berlaku selama suatu periode tertentu dan
mengawasi pelaksanaannya serta melakukan renegosiasi setelah periode tertentu
tersebut berakhir.
(4) Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (3)sampai dengan ayat (3d),
Pasal 9 ayat (1) huruf f, dan Pasal 10 ayat (1) dianggap ada apabila:
a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling
rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan antara
Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen)
pada dua Wajib Pajak atau lebih; atau hubungan di antara dua Wajib Pajak atau
lebih yang disebut terakhir;
b. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak
berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung;
atau

7

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
c. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis
keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat.

1.5 HARGA TRANSFER
1.5.1 Pengertian Harga Transfer
Harga transfer sering juga disebut intracompany pricing, intercorporate
pricing,interdivisional pricing,atau internal pricing. Pengertian harga transfer dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu pengertian yang bersifat netrl dan pengertian yang bersifat
peyoratif. Pengertian Netral mengasumsikan bahwa harga transfer adalah murni
merupakan strategi dan taktik bisnis tanpa motif pengurangan beban pajak. Sedangkan
pengertian Peyoratif mengasumsikan harga transfer sebagai upaya untuk menghemat
beban pajak derngan taktik,antara lain menggeser laba ke Negara yang tariff pajaknya
rendah.
a. Pengertian Netral
Berikut merupakan pengertian harga transfer secara netral.
 Harga transfer adalah penentuan harga atau imbalan sehubungan dengan
penyerahan barang,jasa,atau pengalihan teknologi antar perusahaan yang
mempunyai hubungan istimewa (Dr, Gunadi, MSc., Ak.)
 Harga transfer adalah penentuan harga balas jasa suatu transaksi antar unit
dalam suatu perusahaan atau antar perusahaan dalam suatu grup (Sophar
Lumbantoruan).
 A transfer price is a price used to measure the value of goods or services
furnished by a profit center to other responsibility centers within a company
(Robert N. Anthony, Glenn A. Welsch, dan James S.Reece)

8

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
 Harga transfer adalah penentuan dari harga pertukaran pada saat unit unit bisnis
yang berbeda didalam suatu perusahaan bertukar produk atau jasa. Produk
produk tersebut mungkin merupakn produk akhir yang dapat dijual pada
pelanggan luar atau produk menengah yang merupakan kommponen produk
akhir (Edward J. Blocher, Kung H. Chen, dan Thomas W. lin).
b. Pengertian Peyoratif
 Transfer prices are the amount charged by one segment of an organization for a
product that it supplies to another segment of the same organization in
multinasional campanies, transfer prices are used to minimize worldwide
income taxes and import duties (Charles T.Horngren dan Gary L.Sunden).
 Harga transfer adalah suatu rekayasa manipulasi harga secara sistematis dengan
maksud mengurangi laba artificial, membuat seolah-olah perusahaan rugi,
menghindari pajak atau bea di suatu negara (Dr. Gunadi, m.Sc., Ak.).
 Harga transfer adalah suatu perbuatan pemberian harga faktur (invoice) pada
barang- barang (juga jasa-jasa) yang diserahkan antarbagian/cabang suatu
perusahaan multinasional (Prof.Dr.Rochmat Soemitro, S.H.).

1.5.2 Tujuan Harga Transfer
Dengan globalisasi bisnis, aspek internasional dari harga transfer menjadi
suatu perhatian yang lebih kritis, terutama dengan adanya isu-isu pajak. tujuan
internasional yang lain mencakup meminimalkan beban – beban pajak, pengendalian
devisa, dan berkenaan dengan risiko pengambilalihan oleh pemerintah asing. Fenomena
perusahaan multinasional dalam ekspansinya cenderung mengoperasikan usahanya
secara desentralisasi dan melaksanakan konsep cost revenue profit dan corporate profit

9

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
center concepts, yang dapat mengukur dan menilai kinerja dan motivasi setiap
divisi/unit yang bersangkutan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan . Untuk
mencapai tujuan tersebut antara lain digunakan sistem harga transfer . Transfer pricing
multinasional berhubungan dengan transaksi antardivisi dalam satu unit hukum (entitas)
atau antarentitas dalam satu kesatuan ekonomi yang meliputi berbagai wilayah
kedaulatan negara.
Tujuan yang ingin dicapai dalam harga transfer antara lain sebagai berikut:
1. Memaksimalkan penghasilan global
2. Mengamankan posisi kompetitif anak/ cabang perusahaan dan penetrasi pasar
3. Evaluasi kinerja anak/ cabang perusahaan mancanegara
4. Menghindarkan pengendalian devisa
5. Mengatrol kreditabel asosiasi
6. Mengurang resiko moneter
7. Mengatur cash flow anak/ cabang yang memadai
8. Membina hubungan baik dengan administrasi setempat
9. Mengurangi beban pengenaan pajak dan bea masuk
10.Mengurangi resiko pengambilalihan oleh pemerintah

10

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
1.5.3Metode Harga Transfer
Beberapa metode harga transfer yang sering digunakan oleh perusahaanperusahaan multinasional dan divisionalisasi/ departementasi dalam melakukan aktifitas
keuangannya adalah:
1. Harga Transfer Dasar Biaya (Cost-Based Transfer Pricing)
Perusahaan yang menggunakan metode transfer atas dasar biaya menetapkan harga
transfer atas biaya variabel dan tetap yang bisa dibagi dalam tiga pemilihan bentuk,
yaitu biaya penuh (full cost), biaya penuh ditambah mark-up (full cost plus markup),
dan gabungan antara biaya variabel dan tetap (variable cost plus fixed fee).
2. Harga Transfer atas Dasar Harga Pasar (Market Basis Transfer Pricing)
Apabila ada suatu pasar yang sempurna, metode transfer pricing atas dasar harga
pasar inilah merupakan ukuran yang paling memadai karena sifatnya yang
independen. Namun keterbatasan informasi pasar terkadang menjadi kendala dalam
mengunakan transfer pricing yang berdasarkan harga pasar.
3. Harga Transfer Negosiasi (Negotiated Transfer Prices)
Dalam ketiadaan harga, beberapa perusahaan memperkenankan divisi-divisi dalam
perusahaan yang berkepentingan dengan transfer pricing untuk menegosiasikan
harga transfer yang diinginkan. Harga transfer negosiasian mencerminkan prespektif
kontrolabilitas yang inheren dalam pusat-pusat pertanggungjawaban karena setiap
divisi yang berkepentingan tersebut pada akhirnya yang akan bertanggung jawab atas
harga transfer yang dinegosiasikan.

11

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
4. Penentuan Harga Berdasarkan Arbitrase
Pendekatan ini menekankan pada harga transfer berdasarkan interaksi kedua divisi
dan pada tingkat yang dianggap terbaik bagi kepentingan perusahaan tanpa adanya
pemaksaan oleh salah satu divisi mengenai keputusan akhir. Pendekatan ini
mengesampingkan tujuan konsep pusat pertanggungjawaban laba.

1.6 HARGA TRANSFER GANDA
Untuk memenuhi disparitas pertanggungjawaban dari dua divisi, dikenal juga
harga transfer ganda. Misalnya, divisi penerima dapat mempertimbangkan penerapan
harga transfer berdasarkan biaya diferensial. Sebaliknya, divisi yang melakukan transfer
dapat

mempertimbangkan

unsur laba

dalam

penentuan

harga

transfer dan

memungkinkan kinerja divisi.
Prosedur aplikasi pendekatan ini dapat berupa:
1. Pemakaian harga transfer berdasarkan harga pasar, negosiasi, atau arbitrase oleh
divisi yang melakukan transfer dalam menghitung penghasilan dari penyerahan
antar perusahaan.
2. Biaya variabel divisi yang melakukan transfer plus margin kontribusi atas beban
tetap, ditransfer kepada divisi penerima.
3. Total laba per divisi akan lebih besar daripada laba perusahaan, dan laba divisi
produksi akan dieliminasi dalam penysunan laporan keuangan.

12

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
1.7 ISU-ISU INTERNASIONAL DALAM HARGA TRANSFER
Penelitian akhir-akhir ini telah menemukan bahwa lebih dari 80% perusahaanperusahaan multinasional (MNC) melihat transfer pricing sebagai suatu isu pajak
internasional utama, dan lebih dari setengah dari perusahaan ini mengatakan bahwa isu
ini adalah isu yang paling penting. Sebagian besar negara sekarang menerima perjanjian
modal Organization of Economic Cooperation and Development (OECD), yang
menyatakan bahwa harga-harga transfer sebaiknya disesuaikan dengan menggunakan
standar arm’s-length, artinya pada suatu harga yang akan dicapai oleh pihak-pihak yang
independen. Sementara perjanjian model tersebut diterima secara luas, terdapat
perbedaan-perbedaan dalam cara negara-negara menerapkannya. Meskipun demikian,
terdapat dukungan yang kuat di seluruh dunia terhadap suatu pendekatan untuk
membatasi usaha-usaha oleh MNC untuk mengurangi kewajiban pajak dengan
menetapkan harga-harga transfer yang berbeda dengan arm’s-length standard tersebut.
(Edward J. Blocher, Kun H. Chen, dan Thomas W. Lin., 1999)
Arm’s-length Standard
Menurut Arm’s-length standard, harga-harga transfer seharusnya ditetapkan supaya
dapat mencerminkan harga yang akan disusun oleh pihak-pihak yang tidak terkait yang
bertindak secara bebas. Arm’s-length standard diterapkan dalam banyak cara, tetapi
metode yang paling banyak digunakan adalah sebagai berikut:
1. Comparable uncontrolled pricing method
Metode ini mengevaluasi kewajaran harga transfer dengan mengacu kepada tingkat
harga yang terjadi antara unit yang independen atau antara perusahaan multinasional
dengan unit yang independen. Secara teoritis metode ini termasuk yang paling baik,

13

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
namun dalam pelaksanaannya terdapat beberapa kendala, misalnya perbedaan kuantitas,
kualitas, kondisi, waktu penjualan, merek dagang, pangsa pasar, dan geografis pasar.
2. Resale pricing method
Metode ini ditetapkan untuk produk yang ditransfer ke anggota group lainnya untuk
dijual kembali. Kewajaran harga transfer didekati dengan pengurangan harga penjualan
kepada pihak independen dengan suatu mark up yang wajar (sebanyak laba dan biaya si
penjual).
3. Cost plus pricing method
Metode ini mendekati kewajaran harga transfer dengan menambahkan markup yang
wajar pada harga pokok pihak yang mentransfer. Pendekatan ini umumnya dipakai
dalam hal penyerahan barang setengah jadi (semifinished product) atau salah satu
anggota group sebagai subkontaktor dari yang lainnya.
4. Other method
Dalam keadaan tertentu, kombinasi ketiga metode diatas perlu diterapkan atau mungkin
menggunakan metode lain, misalnya alokasi laba yang diperoleh grup perusahaan
dalam transaksi tertentu, kalkulasi tingkat keuntungan yang pantas pada investasi wajib
pajak (Frederick D. S. Choi dan Genhard G. Mueller, 1985).

1.8 PERUSAHAAN MULTINASIONAL DAN ASPEK PAJAKNYA
Perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia dalam arti perusahaanperusahaan multinasional Indonesia yang mempunyai unit (anak perusahaan/ cabang/
perwakilan) di luar negeri maupun perusahaan-perusahaan multinasional di luar negeri
yang mempunyai unit (anak perusahaan/ cabang/ perwakilan) di Indonesia pada

14

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
umumnya akan senantiasa berusaha dengan instrumen harga transfer, mencapai salah
satu tujuannya memaksimalkan keuntungan dengan berupaya meminimalkan beban
pajaknya, terutama pajak penghasilan badan (corporation income tax).
Upaya yang dilakukan dengan pergeseran harga dari negara yang beban
pajaknya tinggi ke negara yang beban pajaknya rendah atau nihil. Selain itu, diadakan
pula perjanjian bilateral di bidang perpajakan, dengan maksud antara lain untuk
menghindarkan pengenaan pajak berganda, sehingga beban pajak dapat ditekan.
Gambar
Penentuan Harga Transfer Domestik dan Internasional

Sebagai contoh, pembebanan harga transfer yang rendah untuk anak perusahaan
asing mungkin akan mengurangi pembayaran bea cukai sebagai akibat dari batas-batas
internasional, atau mungkin membantu anak perusahaan untuk bersaing dalam pasar
asing dengan mempertahankan biaya anak perusahaan yang rendah. Di sisi lain,
membebankan suatu harga transfer yang tinggi mungkin membantu MNC mengurangi
laba pada negeri yang telah memperketat kendali pengiriman uang asing, atau mungkin
memberikan kemudahan bagi MNC memindahkan pendapatan dari suatu negara yang

15

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
memiliki tingkat pajak pendapatan yang tinggi ke suatu negara dengan tingkat pajak
rendah (tax haven country).

1.9 PERLAKUAN HARGA TRANSFER DI INDONESIA
Harga transfer dapat terjadi baik antarwajib pajak dalam negeri maupun antara
wajib pajak dalam negeri dengan pihak luar negeri. Terhadap transaksi antara wajib
pajak yang mempunyai hubungan istimewa, undang-undang perpajakan Indonesia
menganut asas material (substance over form rule). Hubungan istimewa tersebut dapat
mengakibatkan kekurangwajaran harga, biaya, atau imbalan lain yang direalisasikan
dalam suatu transaksi usaha.
Kekurangwajaran tersebut dapat terjadi pada:


harga penjualan



harga pembelian



alokasi biaya administrasi dan umum (biaya overhead)



pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham



pembayaran komisi, lisensi, waralaba, sewa, royalti, imbalan jasa manajemen,
imbalan jasa teknik, dan imbalan jasa lainnya

Contoh kasus kekurangwajaran perlakuan harga transfer di Indonesia
1. Harga Penjualan
PT.A memiliki 25% saham PT.B Atas barang penyerahan barang ke PT.B. PT.
A membebankan harga jual Rp.160,- per unit, berbeda dengan harga yang
diperhitungkan atas penyerahan barang yang sama kepada Pt.X (tidak ada
ubungan istimewa) yaitu Rp.200,-per unit

16

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

Perlakuan Perpajakan :
Dalam contoh tersebut , harga pasar sebanding (comparable uncontrolled price)
atas barang yang sama adalah yang dijual kepada PT.X yang tidak ada
hubungan istimewa . Dengan demikian harga yang wajar adalah Rp.200,- per
unit. Harga ini dipakai sebagai dasar perhitungan penghasilan dan/ atau
pengenaan pajak.
Jika PT.A adalah pengusaha kena pajak (PKP) , ia harus menyetor kekurangan
PPN-nya (dan PPnBM terutang)
Atas kekurangan tersebut dapat diterbitkan SKP dan PT.A tidak boleh
menerbtkan faktur pajak atas kekurangan tersebut, sehingga tidak merupakan
kredit pajak bagi PT.A

2. Harga Pembelian
H Ltd Hongkong memiliki 25% saham PT.B. PT.B mengimpor barang produksi
H Ltd dengan harga Rp3000,- per unit . Produk tersebut dijual kembali kepada
PT.Y (tidak memiliki hubungan istimewa) dengan harga Rp3500,- per unit

Perlakuan Perpajakan :
Pada contoh tersebut diatas, pertama-tama dicari harga pasar sebanding untuk
barang yang sama, sejenis atau serupa atas pembelian /impor dari pihak yang
tidak ada hubungan istimewa aau antar pihak-pihak yang tidak ada hubungan
istimewa (ama halnya dengan kasus harga penjualan) . Apabila ditemui
kesulitan ,maka pendekatan harga jual minus dapat diterapkan, yaitu dengan

17

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
mengurangkan laba kotor (mark up) yang wajar ditambah biaya lainnya yang
dikeluarkan wajib pajak
Dari harga jual barang kepada pihak yang tidak ada hubungan istimewa .
Apabila laba yang wajar diperoleh adalah Rp750,- maa harga wajar untuk
perpajakan atas pembelian barang dari H Ltd di hongkong adalah Rp2750,(3500 – 750) . Harga ini merupakan dasar perhitungan harga pokok PT.B dan
selisih Rp250,- antara pembayaran uang ke H Ltd di hongkong dengan harga
pokok yang seharusnya diperhitungkan dianggap sebagai pembayaran deviden
terselubung.
3. alokasi biaya administrasi dan umum (biaya overhead)
Pusat perusahaan (Head Office) diluar negeri dari BUT di Indnesia sering
mengalokasikan biaya administrasi dan umum (overhead cost)nkepada BUT
tersebut. Biaya yang di Alokasikan tersebut antara lain adalah :
a. Biaya training karyawan BUT di Indonesia yang diselenggarakan kantor
pusat diluar negeri;
b. Biaya Perjalanan dinas direksi kantor pusat tersebut masing – masing BUT;
c. Noaya Administrasi/Manajemen lainnya dari kantor pusat yang merupakan
biaya penyelenggaraan perusahaan;
d. Biaya riset dan pengembangan yang dikeluarkan kantor pusat
Perlakuan Perpajakan:
Alokasi biaya-biaya tersebut diatas diperbolehkan sepanjang sebanding dengan
manfaat yang diperoleh masing masing BUT dan bukan merupakan duplikasi
biaya. Biaya kantor Pusat yang boleh di alokasikan keada BUT tidak termasuk
bunga atas penggunaan dana kantor pusat, kecuali untuk jenis perbankan,dan

18

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
royalty/sewa atas harta kantor pusat. Dalam hal berlaku perjanjian penghindaran
pajak berganda maka pengalokasian biaya kantor pusat, kepada BUT adalah
seperti yang di atur dalam perjanjian tersebut. Kewajaran biaya training diatas
dapat diuji dengan membandingkan jumlah biaya training yang sama atau
sejenis,yang diselenggarakan oleh pihak pihak yang tidak mempunyai hubungan
istimewa . Untuk biaya lainnya, maka besarnya biaya yang dapat dialokasikan di
hitung berdasarkan factor-faktor tertentu yang dapat mencerminkan dengan baik
proporsi manfaat yang dierimanya, misalnya perbandingan dengan peredaran.

4. pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham
H Ltd hongkong memiliki 80% saham PT.c Dengan modal yang belum disetor
sebesar

Rp200.000.000,.

H

Ltd

juga

memberikan

pinjaman

sebesar

Rp500.000.000 dengan bunga 25% aau Rp125.000.000 setahun. Tingkat bunga
setempat yang berlaku adalah 20%.
Perlakuan Perjakan :
a) Penentuan kembali jumlah utang PT.C pinjaman sebesar Rp200.000.000
diaggap sebagai penyetoran modal terselubung, sehingga besar hutang PT.C
yang dapat diakui ada;ah sebesar Rp300.000.000 (Rp500.000.000 –
Rp200.000.000)
b) Perhitungan pajak penghasilan bagi PT.C pengurangan biaya bunga yang
dapat dibebankan adalah Rp60.0000.000 (20% x 300.000.000) yang berarti
koreksi positif penghasilan kena pajak. Selisih Rp65.000.000 (125.000.000 –
60.000.000) dianggap sebagai pembayaran deviden kelluar negeri yang

19

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
dikenakan pajak penghasilan pasal 26 sebesar 20% atau dianggap dengan
tarif sesuai dengan perjanjian penghindaran pajak yang berlaku
Keterangan
Pinjaman
Bunga

PT. C (WP) (juta)
500.000.000
125.000.000

PT.C (Fiskal) (Juta)
300.000.000
60.000.000

Penurunan Laba
Pengurangan PPh

(25% x 500.000.000)
125.000.000
31.250.000

(20% x 300.000.000)
60.000.000
15.000.000

(25% x 125.000.000)
(20% x 60.000.000)
Selisih PPh sebesar 16.250.000 (31.250.000 – 15.000.000)
Maka degan menggunakan Transfer Pricing Perusahaan dapat menghemat
beban pajak sebesar Rp16.250.000

20

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

Selain itu, ada pula indikator dari manipulasi harga transfer, yaitu antara lain:


SPT Tahunan PPh Badan melaporkan rugi dalam beberapa tahun berturut-turut



Peredaran usaha tinggi tapi laba yang diperoleh kecil



Transaksi hubungan istimewa yang cukup besar



Rugi yang tidak dapat dijelaskan

Untuk meminimalkan atau mengurangi praktik penghindaran pajak, Direktur
Jenderal Pajak mengeluarkan peraturan baru yang dituangkan dalam Peraturan Dirjen
Pajak No. PER-32/PJ/2011 tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha
dalam Transaksi antara Wajib Pajak dengan Pihak yang Mempunyai Hubungan
Istimewa sebagai perubahan atas PER-43/PJ/2010.

1.10 PENANGKAL HARGA TRANSFER
Ada beberapa prosedur yang dapat ditempuh untuk menanggulangi manuver
pajak melalui harga transfer sebagai berikut.


Menyingkap praktik bisnis antarperusahaan secara lengkap sehingga dapat
dievaluasi keinginan harga transfer.



Harmonisasi pemajakan internasional untuk meniadakan disparitas beban pajak.



Kerja sama internasional.



Advanced Pricing Agreement (APA)

1.11 ADVANCED PRICING AGREEMENT (APA)

21

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
Advanced Pricing Agreement (APA) adalah persetujuan di antara Internal
Revenue Service (IRS) dan perusahaan dengan menggunakan harga-harga transfer,
untuk menetapkan harga transfer yang disepakati. APA biasanya diperoleh sebelum
perusahaan terikat dalam transfer. Maksud dari program APA adalah memecahkan
masalah perselisihan harga transfer dengan cara tepat dan menghindari proses
pengadilan yang menghabiskan banyak biaya.
Kesepakatan yang dibuat dalam APA terjadi antara wajib pajak dengan otoritas
pajak, bisa terjadi dengan satu otoritas pajak dan juga dengan dua otoritas pajak dari
negara yang berbeda. Apabila APA dilakukan antara wajib pajak dengan otoritas pajak
dalam satu negara maka disebut unilateral APA, sedangkan apabila APA dibuat oleh
wajib pajak dengan dua atau lebih otoritas pajak dari negara yang berbeda maka disebut
multilateral APA.

Manfaat APA
Beberapa manfaat dari diselenggarankannya APA adalah sebagai berikut :


Memberikan kepastian kepada wajib pajak atas semua penghitungan mengenai
harga transaksi dengan menggunakan metode yang disetujui.



Memberikan kepastian terhadap kegiatan wajib pajak termasuk kepastian
mengenai kewajiban pajak yang berkaitan dengan harga transfer.



Mengurangi biaya dan waktu pada saat diaudit, karena selama periode APA
berlaku harga transaksi yang telah disepakati oleh wajib pajak dan otoritas
pajak.



Dapat mencegah praktik harga transfer yang tidak benar dan semata-mata hanya
untuk menghindari pajak.

22

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
Masalah dalam Penyelenggaraan APA
Hal yang harus dipertimbangkan dalam penyelenggaraan APA yaitu kemungkinan
adanya potensi kerugian, yaitu:


Pengorbanan waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan APA.



Wajib pajak harus mengungkapkan informasi yang mungkin merupakan rahasia
perusahaan kepada otoritas pajak.

Yang perlu diperhatikan, bahwa APA tidak menjamin wajib pajak untuk tidak
diaudit olehotoritas pajak. Masalah-masalah yang tidak tercakup dalam APA masih
dapat diaudit dalam kriteria audit yang biasa dilakukan. APA tidak berlaku retroaktif
sehingga masalah hargatransfer yang ada sebelum APA disepakati tidak dapat
diselesaikan dengan APA.
(Sumber Materi Dari Buku Erly Suandi Perencanaan Pajak)

23

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BAB II
PEMBAHASAN
2.1

Contoh Kasus Harga Transfer Negosiasi
PT. Batu Halak dengan dua divisi yang saling melakukan transaksi, yaitu

Divisi Penjual (A) dan Divisi pembeli (B). Divisi A bekerja dengan full capacity dan
menjual produknya ke pasar luar. Jika Divisi A tidak menjual kepada pasar luar/regular
atau, dijual ke divisi B, maka

Divisi A dapat menghemat biaya pemasaran dan

distribusi $ 700/unit.. Perusahaan bekerja selama 250 hari/tahun, dan informasi kedua
Divisi adalah berikut ini :

Divisi A
Unit terjual perhari
50 unit
Per tahuni 250 hari
12.500
Harga Jual $40
$ 500.000
Biaya manufaktur variabel
200.000
Biaya distribusi variabel
10.000
divisi
Biaya tetap/tahun
$ 120.000
dan setuju melakukan harga transfer negosiasi , dengan

Divisi B
40 unit
10.000
$ 400.000
Kedua
120.000
15.000
sepakat
$ 110.000
menjual produk dari Divisi A

ke produk B , maka Divisi tidak perlu mengeluarkan biaya pemasaran dan distribusi
variabel.
 Harga transfer Minimumnya $ 500.000 - $ 10.000 = $ 490.000 atau
per unitnya $490.000/ 12.500 = $ 39,20. Disini Divis A tidak meraih
laba atau rugi, namun Divisi B meraih laba = 40 x 10.000=$400.000.
 Harga maksimum adaah $ 50.000 atau per unit $50.000/12.500 =
$40/unit.
 Kedua divisi hendak merealiser harga transfer negosiasi yang sudah disepakati,
yaitu:

24

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
($ 40 + 39,20 )/2 = $ 39,60.
 Dengan adanya harga trsnsfer Negosiasi ini maka tambahan laba untuk
perusahaan adalah :
 Tambahan laba Divisi A = ( $ 39,60 -$ 39,20)x 40 unit = $ 16/unit atau pe rhari
10.000x $16 = $ 160.000.
 Tambahan laba Divisi B = ( $ 40 -$ 39,60) x 40 $ 16/unit.
 Tambahan laba untuk perusahaan ($ 40-39,20) 40 = 0,8 x $ 40 = $ 32./Unit.

2.2 Contoh Kasus Harga Transfer Dasar Biaya
 Contoh : Harga transfer dnegan Biaya Variabel.
Divisi A dan B adalah 2 divisi yang disentraliser dari PT. Doremi. Divisi A
memproduksi

kulit

yang digunakan dalam memproduksi sepatu oleh Divisi B.

Informasi kedua divisi untuk tahun 2006:
 Divisi A
Dapat menjual kulit ke pasar regular 1.000 gulung dengan harga $ 100/gulung.,
sedangkan ke divisi B sebesar 600 gulung dengan harga yang sama. Biaya variabel
untuk memproduksi kulit $ 50/gulung, biaya tetap $ 120.000/thn. Satu gulung kulit
menghasilkan satu pasang sepatu.
 Divisi B.
Jumlah produksi

600 pasang sepatu, karena

gulung kulit hanya dapat

menghasilkan 1 pasang sepatu. Divisi B menjual 600 sepatu dengan harga $ 250/unit.
Biaya variabel tambahan untuk memproduksi kulit menjadi sepatu sebesr 140/unit,
biaya tetap $180.000/tahun.

25

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
Jawaban
Divisi A:
 Penjualan ke pihak luar 1.000 x $ 100 =
 Penjualan ke Dibisi B

600 x

50

$ 100.000

= .

30.000
$ 130.000

 Biaya Overhead :
 $ 50 x 1.600

= $ 80.000

 BIaya tetap 120.000/12

10.000

 Laba kotor dengan

$

90.000
-------------

Harga Transfer Biaya Variabel

$

40.000

Divisi B.(Sepatu)
 Penjualan 600 pasang X $ 250

$ 150.000

 Harga Transfer variabel 600 x $ 50 =
 Biaya tambahan variabel 600 x $140
 Biaya tetap $180.000/12

15.000

 Laba kotor dengan biaya variabel
Dalam penetapan harga transfer

$ 30.000
84.000
$ 129.000
----------$ 21.000

2.3 Contoh Kasus Harga Transfer atas Dasar Harga Pasar
McDonald Ltd. memiliki bisnis utama restoran siap saji, disamping juga sebagai
produsen makanan kecil dan minuman dengan kualitas prima. Salah satu divisi yang
dimiliki dan sudah beroperasi adalah Dunkin Donald yang menjual makanan siap saji.
Selain menjual makanan Dunkin Donald juga menjual aneka minuman baik ringan
maupun semi keras. Salah satu jenis minuman yang dijual adalah bir klutuk. Dalam
kegiatan bisnisnya, McDonald Ltd. baru saja membeli divisi usaha baru yaitu
Plamongan Beverage yang menghasilakn bir klutuk. Dalam perjalanannya, Manajer
Divisi Bir Klutuk telah melobi Manajer Divisi Dunkin Donald untuk penjualan di

26

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
restoran siap saji Dunkin Donald. Manajer Divisi Dunkin Donal sepakat bahwa kualitas
bir klutuk Plamongan Beverage sebanding dengan kualitas aneka minuman bir yang
biasa mereka jual. Persoalannya adalah masalah harga.
Berikut ini adalah informasi tentang produk dan biaya untuk kedua divisi tersebut
periode bulan April 2007:

Divisi Plamongan Beverage
Kapasitas Produksi pabrik divisi bir klutuk per bulan.

10.000 liter

Biaya produksi variabel per liter bir klutuk.

$ 8.

Total biaya tetap per bulan

$ 70.000

Harga jual bir klutuk yang sudah beredar di pasar

$ 20. per botol
(asumsi tiap 1 liter
dikemas menjadi 2 botol)

Divisi Dunkin Donald
Harga pokok yang dipatok untuk minuman $ 18. per botol
jenis bir klutuk
Penjualan normal bir klutuk per bulan

2.000 liter

Berdasarkan data diatas, berapa harga transfer yang harus ditetapkan dan disepakati
oleh kedua divisi tersebut, jika digunakan market-based transfer pricing?.
Jawab:
Selama ini Plamongan Beverage telah menjual bir klutuk dengan harga pasar $
20 per botol. Sebenarnya tanpa membeli dari Plamongan Beverage, Dunkin Donald
dapat membeli bir klutuk dari pemasok luar dengan harga Rp 18. per botol. Namun
kenapa Dunkin Donald bersedia membeli bir klutuk tersebut dari Plamongan Beverage,

27

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
padahal harga dari pemasok lebih rendah dibanding dengan harga jual Plamongan
Beverage.
Dalam beberapa skema penetapan harga, transfer pricing akan diturunkan
sampai Rp 18. dan Dunkin Donald akan diarahkan untuk membeli dari Plamongan
Beverage sepanjang Plamongan Beverage bersedia menjual.
Harga pasar luar untuk bir jahe yang dihasilkan oleh Plamongan Beverage
adalah $ 20 per barel. Walaupun begitu, Dunkin Donald dapat membeli seluruh bir
jahe yang diinginkannya dari pemasok luar seharga $ 18 per barel. Mengapa Dunkin
Donald bersedia membeli dari Plamongan Beverage, padahal di pasar harganya lebih
rendah? Dalam beberapa skema, harga transfer akan diturunkan sampai $ 18, harga
pasar penjual luar, dan Dunkin Donald akan diarahkan untuk membeli dari Imperial
Beverage sepanjang Plamongan Beverage bersedia menjual.
Perspektif penjual:
Harga transfer ≥ biaya variabel per unit + (margin kontribusi total pada hilangnya
penjualan / jumlah unit yang ditransfer)
Perspektif pembeli:
Harga transfer ≤ biaya yang dibayarkan kepada pemasok luar.
Berdasarkan kasus di atas:
Devisi penjual, akan tertarik dalam proposal hanya jika:
Karena devisi penjual memiliki kapasitas menganggur, tidak ada kehilangan penjualan
reguler, karena biaya variabel per unit adalah 8, harga transfer terendah yang dapat
diterima divisi penjualan juga sebesar 8.
Perhitungan:

28

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
Harga transfer ≤ 8 + ( 0 / 2000) = 8
Devisi Pembeli, akan dapat membeli yang serupa dari suatu penjual luar seharga 18.
Oleh karena itu, devisi pembeli tidak akan bersedia membayar lebih dari 18 per unit.
Mengkombinasikan persyaratan-persyaratan divisi penjual maupun divisi pembeli,
jangkauan harga-harga transfer yang dapat diterima dalam situasi ini adalah:
8 ≤ harga transfer ≤ 18
Jika divisi Plamongan B menjual ke konsumen luar sebanyak 9.000 barel, dan pihak
divisi pembeli atau Dunkin Donald masih membutuhkan bir sebanyak 2.000 barel,
apakah harga transfer akan terjadi?
Jawab:
Harga transfer ≥ biaya variabel + ( margin kontribusi pada produk hilang / jumlah unit
yang ditransfer)
Harga transfer ≥ $ 8 + ( $ 20 - $ 8 ) 1000 / 2000
Harga transfer ≥ $ 8 + ( 12 / 2 )
Harga transfer ≥ $ 8 + $ 6
Harga transfer ≥ $ 14
Jadi kesimpulannya harga transfer yang terjadi:
$ 14 ≤ Harga transfer ≤ $ 18

2.4 Contoh Kasus Perbandingan Harga Transfer dengan Tidak
Menggunakan Harga Transfer

29

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
Xco, sebuah perusahaan manufaktur yang didirikan dan berkedudukan dinegara
A, menjual barang kepada perusahaan afiliasinya,Yco, yang didirikan dan
berkedudukan di negara B Xco dapat mengurangi beban pajak terutangnya dengan cara
melakukan transfer pricing yang dilakukan tersebut tersebut dapat mengurangi total
beban pajak dari grup perusahaan multinasional Xco dan Yco apabila :
1) Tarif pajak negara B lebih rendah dibandingkan degan negara A
2) Negara B adalah yang dikategorikan sebagai tax haven country (negara dengan
tarif pajak yang rendah dan memiliki kerahasiaan informasi)
3) Meskipun tarif pajak di negara B lebih tinggi dibandingkan dengan tarifpajak di
negara A, transfer pricing tetap bisadilakukan apabila Yco mengalami kerugian
atau dinegara B terdapat banyak celah ( Loophole) yang dapat dimanfaatkan.
Gambaran sederhana tentang praktik tranferpricing yang bertujuan untuk mengurangi
beban pajak yang terutang. Mengacu pada contoh sebelumnya , Xco ditahun2011
memiliki laporan laba rugi yang dapat dilihat pada tabel 1.1
Tabel 1.1 Laporan LabaRugi Perusahaan Xco ,2011
Uraian
Penjualan
Harga Pokok Penjualan
Laba Kotor
Biaya Operasi
Laba bersih SebelumPajak
Pajak (30%)

Jumlah
20.000.000
11.500.000
8.500.000
2.500.000
6.000.000
1.800.000

Uumlah penjualn sebesar 20.000.000 tersebut adalah penjualan kepada perusahaan
independen Zcorp,di negara C.Diatas transaksi tersebut Xcodapat memperoleh laba
bersihsebelumpajak sebesar 6.000.000 . Dengan tarif pajak sebesar 30%di negara
A,Xco dapat memperoleh laba bersih setelah pajak sebesar 4.200.000.

30

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
Dalam rangka memperkecil jumlah pajak terutang perusahaan XCo mendirikan
perusahaan YCo (Anak Perusahaan ) di Negara B yang dikategorikan sebagai Tax
Haven Country , yang Memiliki Tarif Pajak 10% . Perusahaan Yco berfungsi sebagai
invoicing center atau dengan kata lain Yco tidak melakukan fungsi apapun .

Skema Transfer pricing Perusahaan Xco dan Yco :
NEGARA A

XCO AFFILIASI

NEGARA B

INVOICE 14 JT

BARANG

INVOICE
NEGARA C
Z CORP
INDEPENDEN

31

YCO AFFILIASI

2O JT

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
Perusahaan XCO menjual produknya keaffiliasinya YCO yang berdomisili dinegara B
dengan harga sebesar 14 juta kemudian YCO menjual kepada pihak independen Zcorp,
yang berdomisili dinegara C sebesar 20 juta . walaupun demikian produk tersebut Pada
dasarnya dikirim langsung dari XCO kepada Zcorp .
LAPORAN LABA RUGI XCO PADA TAHUN 2011
URAIAN

JUMLAH

PENJUALAN

14.000.000

HARGA POKOK PENJUALAN

11.500.000

LABA KOTOR

2.500.000

BIAYAOPERASI

2.500.000

LABA BERSIH SEBELUM PAJAK

0

PAJAK (30%)

0

LABA BERSIH SETELAH PAJAK

0

LAPORAN LABA RUGI PERUSAHAAN YCO, 2011
URAIAN

JUMLAH

PENJUALAN

20.000.000

HARGA POKOK PENJUALAN

14.000.000

LABA KOTOR

6.000.000

BIAYAOPERASI

500.000

LABA BERSIH SEBELUM PAJAK

5.500.000

PAJAK (10%)

550.000

LABA BERSIH SETELAH PAJAK

4.950.000

LAPORAN LABA RUGI GROUP PERUSAHAAN DENGAN TRANSFER PRICING
URAIAN

XCO

YCO

LABA GROUP

PENJUALAN

14.000.000

20.000.000

20.000.000

32

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
HARGA POKOK 11.500.000
PENJUALAN

14.000.000

11.500.000

LABA KOTOR

2.500.000

6.000.000

8.500.000

BIAYA OPERASI

2.500.000

500.000

3.000.000

LABA
BERSIH 0
SEBELUM PAJAK

5.500.000

5.500.000

PAJAK

550.000

550.000

4.950.000

4.950.000

0

LABA
BERSIH 0
SETELAH PAJAK

Dengan adanya skema tersebut, jika XCO melakukan skema transfer pricing
dengan melakukan suatu transaksi affiliasi dengan YCO, laba bersih setelah pajak yang
didapatkan oleh group perusahaan multinasional tersebut (4.950.000) akan lebih besar
jika dibandingkan dengan tanpaskema transfer pricing (4.200.000). dalam hal ini group
perusahaan multinasional tersebut akan mendapatkan tambahan laba bersih setelah
pajak sebesar 750.000.
PERBANDINGAN LABA RUGI GROUP PERUSAHAAN XCO DAN YCO 2011
URAIAN

TANPA
PRICING

TRANSFER DENGAN
PRICING

PENJUALAN

20.000.000

20.000.000

HARGA
PENJUALAN

POKOK 11.500.000

11.500.000

LABA KOTOR

8.500.000

8.500.000

BIAYAOPERASI

2.500.000

3.000.000

LABA
BERSIH 6.000.000
SEBELUM PAJAK

5.500.000

PAJAK

550.000

1.800.000

LABA BERSIH SETELAH 4.200.000
PAJAK
JUMLAH
PENGHEMATAN PAJAK

33

4.950.000

750.000

TRANSFER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

Maka degan menggunakan Transfer Pricing Perusahaan dapat menghemat beban pajak
sebesar Rp750.000
Dalam ilustrasi tersebut, group perusahaan multinasional hanya akan membayar
sebesar 550.000 dengan adanya transfer pricing, bandingan dengan jumlah yang harus
dibayar sebelum adanya skema transfer pricing (1.800.000). Dengan demikian, skema
transfer pricing jelas akan sangat menguntungkan bagi group perusahaan multinasional
tersebut, yang ditunjukan dengan semakin kecilnya beban pajak yang pada akhirnya
memperbesar laba bersih setelah pajak.
Lalu bagaimana implikasi skema transfer pricing diatas bagi negara A ?
Negara A akan dirugikan sebesar (1.800.000), yangdihitung berdasarkan selisih
antara perolehan pajak sebelum adanya skema transfer pricing (1.800.000) dengan
perolehan pajak dengan adanya skema perolehan transfer pricing (0 , karena XCO tidak
memperoleh laba bersih sama sekali ). Oleh karena itu , tidak mengherankan jika skema
transfer pricing menjadi hal yang menarik perhatian otoritas pajak diberbagai negara.

34

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BAB III
KESIMPULAN
3.1

Kesimpulan
Transaksi transfer pricing adalah transaksi yang terjadi antara pihak – pihak

yang mempunyai hubungan istimewa, sehingga harga yang terjadi tidak bersifat arm’s
length. Implementasi transfer pricing cenderung dilakukan oleh perusahaan
multinasional dengan tujuan untuk penghindaran pajak.
Implikasi pajak yang signifikan dari transaksi transfer pricing adalah
berkurangnya atau hilangnya potensi penerimaan pajak yang seharusnya diperoleh .
Dan menurut kelompok kami dengan adanya transfer pricing bisa menghemat
dan meminimalkan beban pajak.

35

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA
Suandy, Erly. (2011). Perencanaan Pajak (Edisi 5). Jakarta: Salemba Empat
pajak.go.id/dmdocuments/UU-36-2008.pdf/
politik.kompasiana.com/2010/04/01/lika-liku-transfer-pricing-mengendus-penghindaran-pajakmelalui-manipulasi-transfer-pricing-107419.html/
Pohan, Chairil Anwar. (2003). Manajemen Perpajakan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Darrusalam, Dani Saptriadi, dkk. (2003). Transfer Pricing. Dani Darruasalam Tax Center

36

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

37