UTS Etika Profesi BK Andriyana Sugiyanto
Nama
: Andriyana Sugiyanto
NIM
: 2285142345
Tugas
: UTS Etika dan Profesi Konselor
STANDAR ETIKA UNTUK KONSELOR SEKOLAH
(ETIKA PROFESIONAL BK)
A. Latar Belakang Masalah
The American Counselor Association (ASCA) adalah sebuah organisasi
profesional yang anggotanya memiliki persiapan yang unik dan khas, didasarkan pada
ilmu perilaku, dengan pelatihan keterampilan klinis disesuaikan dengan lingkungan
sekolah. Konselor sekolah membantu dalam pertumbuhan dan perkembangan setiap
individu dan menggunakan keterampilan yang sangat khusus untuk melindungi
kepentingan konseli dalam struktur sistem sekolah. Konselor sekolah berlandaskan
prinsip dasar berikut dari proses konseling dari mana tanggung jawab profesional
berasal.
Profesi adalah suatu hal yang harus dibarengi dengan keahlian dan etika. Meskipun
sudah ada aturan yang mengatur tentang kode etik profesi, namun seperti kita lihat saat
ini masih sangat banyak terjadi pelangaran-pelangaran ataupun penyalahgunaan profesi.
Adanya pelanggaran-pelanggaran ataupun penyalahgunaan profesi konselor di
sekolah menyebabkan citra konselor di sekolah saat ini masih belum bisa dikatakan baik.
Banyak hal yang melatar belakangi buruknya citra konselor di sekolah, mulai dari sikap
konselor dan tugas konselor yang memang kurang jelas dan disalah gunakan oleh pihak
sekolah itu sendiri. Konselor yang bertugas sebagai “polisi sekolah” dan menjadi momok
menakutkan bagi siswa-siswanya, terutama siswa-siswa yang sering melakukan
pelanggaran.
Adanya konselor yang berasal bukan dari lulusan bimbingan dan konseling
membuat kondisi BK di sekolah semakin memprihatinkan, dan adanya konselor sekolah
yang memang bukan dari lulusan BK namun kurang menjunjung tinggi kode etik
profesinya membuat keberadaan konselor kurang diperhitungkan dan dianggap tidak
penting bagi para siswanya sendiri. Karenanya penting bagi para konselor sekolah benarbenar memperjuangkan agar citranya menjadi positif dan dapat benar-benar bermanfaat
bagi para siswa dan seluruh warga sekolah sesuai dengan tugas sebenarnya sebagai
konselor. Dengan penegakan kode etik konselor diharapkan dapat memperbaiki kembali
citra buruk konselor yang ada selama ini.
Kasus nyata yang telah dijumpai di beberapa sekolah, yaitu misalnya di SMP 3
Kragilan dan SMP 2 Kragilan kabupaten Serang. Kedua sekolah ini mempercayakan
guru BK yang mendampingi siswa bukan berasal dari lulusan S1 bimbingan dan
konseling, melainkan dari dari lulusan agama dan psikologi.
Bukti-bukti tersebut menjelaskan bahwa masih banyak konselor sekolah yang
belum menegakkan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan kode etik konselor,
karenanya banyak terjadi malpraktik, mengalami penurunan mutu profesi, dan kurang
terjaganya standarisasi mutu profesional konselor di Indonesia.
B. Teori
1. Kode Etik Profesi Konselor
Etika adalah suatu sistem prinsip moral, etika suatu budaya. Aturan tentang
tindakan yang dianut berkenaan dengan perilaku suatu kelas, kelompok, atau
budaya tertentu.
Etika profesi bimbingan dan konseling adalah kaidah-kaidah perilaku yang
menjadi rujukan bagi konselor dalam melaksanakan tugas atau tanggung
jawabnya memberi layanan bimbingan dan konseling kepada konseli. Kaidahkaidah perilaku yang dimaksud menurut (ASCA, 2016) adalah:
a. Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan penghargaan sebagai
manusia, dan mendapatkan layanan konseling tanpa melihat suku bangsa,
agama, atau budaya.
b. Setiap orang atau individu memiliki hak untuk mengembangkan dan
mengarahkan dirinya.
c. Setiap orang memiliki hak untuk memilih dan bertanggung jawab terhadap
keputusan yang diambilnya.
d. Setiap konselor membantu perkembangan setiap konseli, melalui layanan
bimbingan dan konseling secara profesional.
e. Hubungan konselor dan konseli sebagai hubungan yang membantu yang
didasarkan kepada kode etik (etika profesi).
2. Dasar Kode Etik Bimbingan dan Konseling
a. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
b. Undang-Undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Pasal 28 ayat 1, 2, dan 3 tentang Standar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomer 27 tahun
2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor
e. Permendikbud Nomer 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Bimbingan dan
Konseling pada Sekolah Dasar dan Menengah
3. Kualifikasi Akademik Konselor
Konselor adalah tenaga pendidik profesional yang telah menyelesaikan
pendidikan akademik starta satu (S-1) program studi bimbingan dan konseling
dan program pendidikan pendidikan profesi konselor dari perguruan tinggi
penyelengara program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi.
Sedangkan bagi individu yang menerima pelayanan profesi bimbingan dan
konseling disebut konseli, dan pelayanan bimbingan dan konseling pada jalur
pendidikan formal dan nonformal diselengarakan oleh konselor (Permendiknas
Nomer 27 Tahun 2008).
Kualifikasi akademik konselor dalam satuan pendidikan pada jalur pendidikan
formal dan nonformal adalah:
a) Sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling
b) Berpendidikan profesi konselor
4. Kompetensi konselor
Dalam Permendiknas Nomer 27 Tahun 20008 dijelaskan beberapa kompetensi
yang dimiliki oleh seorang konselor, yaitu:
a) Kompetensi Pedagogik
Menguasai teori dan praksis pendidikan (bimbingan dan konseling)
b) Kompetensi Kepribadian
Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas
dan kebebasan memilih
c) Kompetensi Sosial
Mengimplementasikan kolaborasi antar profesi
d) Kompetensi Profesional
Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi,
kebutuhan, dan masalah konseli.
C. Solusi Yang Ditawarkan
Memperhatikan beberapa sifat yang harus dimiliki konselor, tidak berlebihan
jika Dauber dan Daubner (Gerald, 2011), menyarankan supaya konselor memiliki
bekal:
1. Pengetahuan tentang etika
2. Pengetahuan tentang pembuatan keputusan
3. Perlu kebijakan dan kebenaran (rigktness) dalam setiap keputusan yang
diberikan dan nilai kebijakan dan kebenaran yang hakiki adalah bersumber
dari agama.
Dengan kata lain, sangat kurang pantas apabila seorang konselor belum atau tidak
mengetahui kode etik profesinya.
Kode etik profesi yaitu serangkaian peraturan profesional yang harus
dipergunakan para anggota suatu profesi dalam melaksanakan praktek
profesionalnya. Aturan-aturan itu dapat diterima dan dipertanggungjawabkan oleh
semua anggota profesi harus tunduk pada aturan-aturan standar itu sebab bagi
yang melanggar akan diberikan sanksi atau hukuman oleh masyarakat organisasi
profesinya.
Kode etik suatu organisasi profesi secara spesifik harus menjelaskan kepada para
anggotanya mengenai prinsip-prinsip yang membatasi tingkah laku angotaanggotanya dan menjadi dasa bagi pengaduan-pengaduan etis yang dihadapi para
anggotanya. Karena itu kode etik biasanya memuat hubungan layanan,
kerahasiaan, tanggung jawab profesional, hubungan dengan profesi lain, evaluasi
dan interpretasi, pendidikan dan latihan, penelitian, publikasi dan penetapan atau
memecahkan isu etik (American Counseling Asosiation: 2016). Rancangan Kode
Etik Konselor Indonesia, memuat tentang:
1. Kualifikasi Konselor. Nilai, sikap, keterampilan dan pengetahuan, pengakuan
atas kewenangan sebagai konselor
2. Kegiatan profesional. Penyimpanan dan pengunaan informasi dan penaganan
konseli
3. Testing. Kewenangan konselor dalam pelaksanaan-pelaksanaan testing,
prosedur testing dan pemanfaatan hasil testing.
4. Riset. Prosedur riset pelaporan dan pemanfaatanya
5. Layanan individual. Hak konseli, kewajaban konselor terhadap koseli dan
atasnya.
6. Konsultasi dan hubungan dengan rekan atau ahli lain. Konsultasi antar
anggota, evaluasi pelayanan dan referal
7. Hubungan kelembagaan dan hak serta kewajiban konselor. Menetapkan
kewajiban seorang konselor yang bekerja dalam suatu lembaga konsultasi
serta dukungan dan perlindungan dari rekan-rekan profesi.
Selain itu perlu ada dukungan dalam pengembangan kompetensi konselor dari
lembaga pendidikan bagi calon konselor. Pemilihan calon mahasiswa adalah
tahap awal dalam proses penyiapan konselor. Kegiatan ini sangat penting dalam
menentukan pemerolehan calon konselor yang diharapkan. Komisi tugas, standar,
dan kualifikasi konselor, mengemukakan syarat-syarat pribadi yang harus
dimiliki oleh konselor sebagai berikut:
1.
Memiliki bakat skolastik yang memadai untuk mengikuti pendidikan tingkat
sarjana atau yang lebih tinggi.
2.
Memiliki bakat dan kemauan yang besar untuk bekerja sama dengan orang
lain.
3.
Memiliki kemampuan untuk bekerja dengan orang-orang dari berbagai latar
belakang.
4.
Memiliki kematangan pribadi dan sosial, meliputi kepekaan terhadap orang
lain, kebijaksanan, keajegan, rasa humor, bebas dari kecenderungan suka
menyendiri, mampu mengambil pelajaran dari kesalahan-kesalahan, dan
mampu menerima kritik, berpenampilan menyenangkan, sehat, suara
menyenangkan, memiliki daya tarik, dan bebas dari tingkah laku yang tidak
menyenangkan.
Jika kita menginginkan kinerja guru BK menjadi efektif, sudah selayaknya sistem
yang ada saat ini dibenahi segera, agar siswa di sekolah dapat mengembangkan
beberapa potensi ranah kehidupan intrapersonal seperti: memiliki konsep diri yg
positif, mampu mengatur diri, percaya diri, dan independen. Juga, siswa dapat
mengembangkan ranah kehidupan interpersonal sehingga mereka memiliki
kepedulian sosial, kemampuan menjalin dan mempertahankan hubungan, dan
mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Dalam ranah kehidupan
akademis, itu pun diharapkan berkembang sehingga siswa punya motivasi yang
tinggi dalam belajar, dan dapat berprestasi dalam kesehariannya.
DAFTAR PUSTAKA
ASCA. 2016. Ethical Standards for School Counselors. American School Counselor
Association
Geldard, K. & Geldard, D. 2011. Practical Counseling Skill: An Integrative Approach.
(terjemahan) Eva Hamdiah. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. (online), (unnes.ac.id/wpcontent/uploads/Permendiknas-no.-27-tahun-2008.pdf) diakses pada tanggal 10 maret
2017.
: Andriyana Sugiyanto
NIM
: 2285142345
Tugas
: UTS Etika dan Profesi Konselor
STANDAR ETIKA UNTUK KONSELOR SEKOLAH
(ETIKA PROFESIONAL BK)
A. Latar Belakang Masalah
The American Counselor Association (ASCA) adalah sebuah organisasi
profesional yang anggotanya memiliki persiapan yang unik dan khas, didasarkan pada
ilmu perilaku, dengan pelatihan keterampilan klinis disesuaikan dengan lingkungan
sekolah. Konselor sekolah membantu dalam pertumbuhan dan perkembangan setiap
individu dan menggunakan keterampilan yang sangat khusus untuk melindungi
kepentingan konseli dalam struktur sistem sekolah. Konselor sekolah berlandaskan
prinsip dasar berikut dari proses konseling dari mana tanggung jawab profesional
berasal.
Profesi adalah suatu hal yang harus dibarengi dengan keahlian dan etika. Meskipun
sudah ada aturan yang mengatur tentang kode etik profesi, namun seperti kita lihat saat
ini masih sangat banyak terjadi pelangaran-pelangaran ataupun penyalahgunaan profesi.
Adanya pelanggaran-pelanggaran ataupun penyalahgunaan profesi konselor di
sekolah menyebabkan citra konselor di sekolah saat ini masih belum bisa dikatakan baik.
Banyak hal yang melatar belakangi buruknya citra konselor di sekolah, mulai dari sikap
konselor dan tugas konselor yang memang kurang jelas dan disalah gunakan oleh pihak
sekolah itu sendiri. Konselor yang bertugas sebagai “polisi sekolah” dan menjadi momok
menakutkan bagi siswa-siswanya, terutama siswa-siswa yang sering melakukan
pelanggaran.
Adanya konselor yang berasal bukan dari lulusan bimbingan dan konseling
membuat kondisi BK di sekolah semakin memprihatinkan, dan adanya konselor sekolah
yang memang bukan dari lulusan BK namun kurang menjunjung tinggi kode etik
profesinya membuat keberadaan konselor kurang diperhitungkan dan dianggap tidak
penting bagi para siswanya sendiri. Karenanya penting bagi para konselor sekolah benarbenar memperjuangkan agar citranya menjadi positif dan dapat benar-benar bermanfaat
bagi para siswa dan seluruh warga sekolah sesuai dengan tugas sebenarnya sebagai
konselor. Dengan penegakan kode etik konselor diharapkan dapat memperbaiki kembali
citra buruk konselor yang ada selama ini.
Kasus nyata yang telah dijumpai di beberapa sekolah, yaitu misalnya di SMP 3
Kragilan dan SMP 2 Kragilan kabupaten Serang. Kedua sekolah ini mempercayakan
guru BK yang mendampingi siswa bukan berasal dari lulusan S1 bimbingan dan
konseling, melainkan dari dari lulusan agama dan psikologi.
Bukti-bukti tersebut menjelaskan bahwa masih banyak konselor sekolah yang
belum menegakkan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan kode etik konselor,
karenanya banyak terjadi malpraktik, mengalami penurunan mutu profesi, dan kurang
terjaganya standarisasi mutu profesional konselor di Indonesia.
B. Teori
1. Kode Etik Profesi Konselor
Etika adalah suatu sistem prinsip moral, etika suatu budaya. Aturan tentang
tindakan yang dianut berkenaan dengan perilaku suatu kelas, kelompok, atau
budaya tertentu.
Etika profesi bimbingan dan konseling adalah kaidah-kaidah perilaku yang
menjadi rujukan bagi konselor dalam melaksanakan tugas atau tanggung
jawabnya memberi layanan bimbingan dan konseling kepada konseli. Kaidahkaidah perilaku yang dimaksud menurut (ASCA, 2016) adalah:
a. Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan penghargaan sebagai
manusia, dan mendapatkan layanan konseling tanpa melihat suku bangsa,
agama, atau budaya.
b. Setiap orang atau individu memiliki hak untuk mengembangkan dan
mengarahkan dirinya.
c. Setiap orang memiliki hak untuk memilih dan bertanggung jawab terhadap
keputusan yang diambilnya.
d. Setiap konselor membantu perkembangan setiap konseli, melalui layanan
bimbingan dan konseling secara profesional.
e. Hubungan konselor dan konseli sebagai hubungan yang membantu yang
didasarkan kepada kode etik (etika profesi).
2. Dasar Kode Etik Bimbingan dan Konseling
a. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
b. Undang-Undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Pasal 28 ayat 1, 2, dan 3 tentang Standar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomer 27 tahun
2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor
e. Permendikbud Nomer 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Bimbingan dan
Konseling pada Sekolah Dasar dan Menengah
3. Kualifikasi Akademik Konselor
Konselor adalah tenaga pendidik profesional yang telah menyelesaikan
pendidikan akademik starta satu (S-1) program studi bimbingan dan konseling
dan program pendidikan pendidikan profesi konselor dari perguruan tinggi
penyelengara program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi.
Sedangkan bagi individu yang menerima pelayanan profesi bimbingan dan
konseling disebut konseli, dan pelayanan bimbingan dan konseling pada jalur
pendidikan formal dan nonformal diselengarakan oleh konselor (Permendiknas
Nomer 27 Tahun 2008).
Kualifikasi akademik konselor dalam satuan pendidikan pada jalur pendidikan
formal dan nonformal adalah:
a) Sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling
b) Berpendidikan profesi konselor
4. Kompetensi konselor
Dalam Permendiknas Nomer 27 Tahun 20008 dijelaskan beberapa kompetensi
yang dimiliki oleh seorang konselor, yaitu:
a) Kompetensi Pedagogik
Menguasai teori dan praksis pendidikan (bimbingan dan konseling)
b) Kompetensi Kepribadian
Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas
dan kebebasan memilih
c) Kompetensi Sosial
Mengimplementasikan kolaborasi antar profesi
d) Kompetensi Profesional
Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi,
kebutuhan, dan masalah konseli.
C. Solusi Yang Ditawarkan
Memperhatikan beberapa sifat yang harus dimiliki konselor, tidak berlebihan
jika Dauber dan Daubner (Gerald, 2011), menyarankan supaya konselor memiliki
bekal:
1. Pengetahuan tentang etika
2. Pengetahuan tentang pembuatan keputusan
3. Perlu kebijakan dan kebenaran (rigktness) dalam setiap keputusan yang
diberikan dan nilai kebijakan dan kebenaran yang hakiki adalah bersumber
dari agama.
Dengan kata lain, sangat kurang pantas apabila seorang konselor belum atau tidak
mengetahui kode etik profesinya.
Kode etik profesi yaitu serangkaian peraturan profesional yang harus
dipergunakan para anggota suatu profesi dalam melaksanakan praktek
profesionalnya. Aturan-aturan itu dapat diterima dan dipertanggungjawabkan oleh
semua anggota profesi harus tunduk pada aturan-aturan standar itu sebab bagi
yang melanggar akan diberikan sanksi atau hukuman oleh masyarakat organisasi
profesinya.
Kode etik suatu organisasi profesi secara spesifik harus menjelaskan kepada para
anggotanya mengenai prinsip-prinsip yang membatasi tingkah laku angotaanggotanya dan menjadi dasa bagi pengaduan-pengaduan etis yang dihadapi para
anggotanya. Karena itu kode etik biasanya memuat hubungan layanan,
kerahasiaan, tanggung jawab profesional, hubungan dengan profesi lain, evaluasi
dan interpretasi, pendidikan dan latihan, penelitian, publikasi dan penetapan atau
memecahkan isu etik (American Counseling Asosiation: 2016). Rancangan Kode
Etik Konselor Indonesia, memuat tentang:
1. Kualifikasi Konselor. Nilai, sikap, keterampilan dan pengetahuan, pengakuan
atas kewenangan sebagai konselor
2. Kegiatan profesional. Penyimpanan dan pengunaan informasi dan penaganan
konseli
3. Testing. Kewenangan konselor dalam pelaksanaan-pelaksanaan testing,
prosedur testing dan pemanfaatan hasil testing.
4. Riset. Prosedur riset pelaporan dan pemanfaatanya
5. Layanan individual. Hak konseli, kewajaban konselor terhadap koseli dan
atasnya.
6. Konsultasi dan hubungan dengan rekan atau ahli lain. Konsultasi antar
anggota, evaluasi pelayanan dan referal
7. Hubungan kelembagaan dan hak serta kewajiban konselor. Menetapkan
kewajiban seorang konselor yang bekerja dalam suatu lembaga konsultasi
serta dukungan dan perlindungan dari rekan-rekan profesi.
Selain itu perlu ada dukungan dalam pengembangan kompetensi konselor dari
lembaga pendidikan bagi calon konselor. Pemilihan calon mahasiswa adalah
tahap awal dalam proses penyiapan konselor. Kegiatan ini sangat penting dalam
menentukan pemerolehan calon konselor yang diharapkan. Komisi tugas, standar,
dan kualifikasi konselor, mengemukakan syarat-syarat pribadi yang harus
dimiliki oleh konselor sebagai berikut:
1.
Memiliki bakat skolastik yang memadai untuk mengikuti pendidikan tingkat
sarjana atau yang lebih tinggi.
2.
Memiliki bakat dan kemauan yang besar untuk bekerja sama dengan orang
lain.
3.
Memiliki kemampuan untuk bekerja dengan orang-orang dari berbagai latar
belakang.
4.
Memiliki kematangan pribadi dan sosial, meliputi kepekaan terhadap orang
lain, kebijaksanan, keajegan, rasa humor, bebas dari kecenderungan suka
menyendiri, mampu mengambil pelajaran dari kesalahan-kesalahan, dan
mampu menerima kritik, berpenampilan menyenangkan, sehat, suara
menyenangkan, memiliki daya tarik, dan bebas dari tingkah laku yang tidak
menyenangkan.
Jika kita menginginkan kinerja guru BK menjadi efektif, sudah selayaknya sistem
yang ada saat ini dibenahi segera, agar siswa di sekolah dapat mengembangkan
beberapa potensi ranah kehidupan intrapersonal seperti: memiliki konsep diri yg
positif, mampu mengatur diri, percaya diri, dan independen. Juga, siswa dapat
mengembangkan ranah kehidupan interpersonal sehingga mereka memiliki
kepedulian sosial, kemampuan menjalin dan mempertahankan hubungan, dan
mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Dalam ranah kehidupan
akademis, itu pun diharapkan berkembang sehingga siswa punya motivasi yang
tinggi dalam belajar, dan dapat berprestasi dalam kesehariannya.
DAFTAR PUSTAKA
ASCA. 2016. Ethical Standards for School Counselors. American School Counselor
Association
Geldard, K. & Geldard, D. 2011. Practical Counseling Skill: An Integrative Approach.
(terjemahan) Eva Hamdiah. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. (online), (unnes.ac.id/wpcontent/uploads/Permendiknas-no.-27-tahun-2008.pdf) diakses pada tanggal 10 maret
2017.