LATAR BELAKANG SEJARAH ANTROPOLOGI INDONESIA

LATAR BELAKANG SEJARAH ANTROPOLOGI
Etnografi merupakan bagian-bagian dari Antropologi, yang telah lama dikerjakan
orang-orang dari berbagai bangsa. Sebagai contoh, telah ditemukannya tulisan-tulisan
Herodotus di dunia barat. Herodotus adalah seorang berkebangsaan Yunani, beliau
disebut sebagai bapak dari sejarah dan Etnografi. Penulisan pada masa itu masih bersifat
sangat subyektif dan mengandung sifat purbasangka dan etnosentrisme. Herodotus
berpendapat bahwa orang-orang Mesir, Libya, dan Persia itu belum beradab. Pepatah
mengatakan bahwa yang beradab itu hanya bangsanya sendiri, sedangkan bangsa lain
belum beradab. Herodotus memandang aneh kebiasaan-kebiasaan orang-orang asing
yang bukan termasuk bangsanya, maka dia mencatat adapt kebiasaan orang-orang
tersebut dan ingin mempelajarinya lebih dalam lagi.
Pada zaman Romawi, ditemukan juga catatan-catatan Etnografi dari Tacius dan
Caesar. caesar membuat catatan tentang bangsa Germania dan Galia. Catatan itu ia buat
ketika ia memimpin tentara ke Eropa Barat sampai Inggris. Perbedaan penulisan catatan
antara Caesar dengan Tacius terletak pada gaya penulisannya. Catatan Caesar ditulis
secara sistematis, sedangkan Tacius menulis dengan gaya yang lebih hidup, yang timbul
dari rasa marah akan kelemahan-kelemahan pemerintahan Roma. Tulisan-tulisan dua
perwira ini tidak menggambarkan satu susunan yang teratur.
Tulisan Etnografi juga ditemukan di bangsa Tionghoa dan bangsa India, karena
pada zaman itu, mereka juga sudah mengenal tulisan. Tetapi tulisan-tulisan yang
ditemukan tidak sebanyak yang ditemukan di Yunani dan Romawi. Hal itu disebabkan

karena bahan-bahan yang dikerjakan secara sistematis dan metodis umumnya terdapat di
Eropa. Tulisan Etnografi bangsa Tiongkok ditemukan pada zamann dinasti Han, yang
membahas mengenai bangsa Han Nu yang berada di batas Tiongkok sebelah Barat Daya.
Dari seorang Arab yang bernama Ibnu Batutah, kita juga bisa mendapati tulisan
Etnografi. Ia mengembara di daerah-daerah di Asia Tenggara, sehingga banyak
mengetahui negari-negeri tersebut.
Dan di saat Konstantinopel diduduki oleh Turki pada tahun 1453, Eropa Barat
tidak dapat berdagang lagi dengan dunia Timur melalui jalur tradisionil. Lalu mereka
mencari jalan baru dengan berpencar secara berkelompok. Ada kelompok yang melalui
Kutub Utar, ada yang melewati Afrika Selatan, adapula yang mencoba berlayar ke Barat.
Setiap kelompok diikuti oleh paderi-paderi katolik. Dari Paderi-paderi katolik-lah kita
mendapati etnografi dari berbagai bangsa dan suku bangsa.
Marcopolo ( Polo ) juga ikut menyumbang tulisan-tulisan Etnografi. Ia menyusun
kitab yang berjudul “Kitab tentang Kerajaan dan keajaiban di dunia Timur”, diterbitkan
tahun 1447. Polo dan keluarga mengembara di Asia selama 20 tahun, mereka tinggal di
Istana Khubilai Khan. Disinilah ia menemukan perbedaan-perbedaan kebiasaan dengan
dunia Barat. Misalnya, uang yang dibuat dari kertas dan diberi cap dan ditanda-tangani,
yang mempunyai bermacam-macam nilai. Dari catatannya, diketahui bahwa Marcopolo
pernah singgah di Indonesia. Polo berlayar dari pantai laut Tiongkok Selatan menuju
Pantai Jazirah Malaya kemudian menyusuri pantai pulau Sumatera menuju ke utara.

Singgah di sebekah pelabuhan Ferlec atau Perlak. Marcopolo menulis semua

pengalamannya itu saat ia dipenjara di Genoa, saat terjadi perang antara Venesia-Genoa.
Jadilah tulisan-tulisan tersebut menjadi Etnografi yang baik.
Penulisan-penulisan Etnografi pada waktu itu masih bersifat subyektif, dan
penilaian-penilaian yang digunakan dalam melihat kejadian amat dipengaruhi oleh
pikiran dan kepercayaan yang berlaku pada zaman itu. Sebagai contoh pada Abad
Pertengahan. Pandangan hidup pada Abad Pertengahan adalah Theosantris yaitu
kebudayaan yang berpusat pada gereja. Gereja mengatur masyarakat dengan ajaran
bahwa aturan social itu tidak dapat salah.
Sejak jatuhnya imperium Romawi, pengaruh gereja semakin besar, dan puncaknya
pada abad ke-13. filsafat gereja mendapat kebesaran dalm pekerjaan Thomas Aquinas.
Meski teori pada waktu itu bersifat spekulatif, yaitu ditujukan untuk memperkuat ajaran
yang diajukan oleh kitab suci dan tafsirannya, tetapi penyelidikan Etnologi mulai tumbug
dan maju.
Yang pertama melakukan adalah Yoseph Francis Lafitau, seorang padri dari orde
Jezuit bangsa Perancis, bekerja di Kanada sebagai missi agama. Ia menyelidiki tentang
berbagai persamaan antara kebiasaan, tatasusila orang-orang Indian dengan adapt-istiadat
bangsa dari zaman kuno di Eropa. Kemudian ia membaut sebuah buku yang berjudul
“Moeurs des souvages americains compares aux moeurs des premiers temps” (1724).

Bahan perbandingan yang dihunakan Lafitu hanya bangsa Indian yang hendak
dinasranikan.
Birkert Smith berpendapat bahwa ahli etnologi zaman modern adalah Jens Kreft,
guru besar akademi di Soro. Kitabnya berjudul “Sejarah pendek tentang lembaga-lenbaga
yang terpenting, adapt dan pandangan-pandangan orang liar” (1760). Buku itu kemudian
diterjamahkan kedalam bahasa Jerman, dengan nama “Dia Sitten der Wilden” (1766). Ia
menulis tentang 2 bangsa Indian, yaitu bangsa Lule dan bangsa Caingua di Amerika,
yang ia sangka kedua bangsa itu masih mempunyai kebudayaan yang sangat rendah.
Namun setelah kedua bangsa itu ia selidiki, ternyata kebudayaan bangsa-bangsa tersebut
tidak serendah yang ia sangka. Jens Kreft adalah orang yang pertama kali menulis buku
etnologi umum dengan memperhatikan tentang kehidupan ekonomi masyarakat, agama
dan kesenian.
Adolf Bastian adalah orang yang mendorong penelitian yang bersifat lebih ilmiah
dan sistematis, memberikan dasar pada kepada pandangan kesatuan dari kebudayaan.
Volkergedanken timbul dari Elementargedanken, pengaruh dari milleau geografis yang
menyebabkan keanekaragaman kebudayaan. Tiap-tiap kebudayaan akan berkembang
sesuai dasar dan lingkungannya.
Penyelidikan tentang Antropologi lebih pesat setelah diketahuinya hubungan
antara bahsa Sansekerta, bahasa Latin, Yunani dan Germania. Maka muncul penyelidikan
bersifat histories komparatif. Didirikan juga museum-museum dan lembaga-lembaga

etnologi. Museum-museum itu diantaranya:
 Museum Etnografi ( G.J. Thomson ) di Kopenhagen.
 Museum Etnologi di Hamburg 1850
 The Peabody Museum Of Archeolohy and Ethnology di Harvard 1866
 American Etnological society di New York 1842

 Etnological society of London di Inggris 1843
 The Bereau of American Ethnology tahun 1875
Pada abad 20 perkembangan penyelidikan etnologi semakin pesat, pusat penelitian
perkembangan etnologi dan antropologi sudah tersebar di Negara-negara Amerika
Serikat, Inggris, Afrika Selatan, Australia, Eropa Barat, Tengah dan Utara.
Di Indonesia penelitian perkembangan etnologi atau antropologi social yang
dikerjakan oleh universitas baru dimulai setelah Perang Dunia 2, dengan berdirinya
Lembaga Penyelidikan Bahasa dan Budaya ( Instituut voor Taal en Cultuur Onderzoek )
di Universitas Indonesia.
Mengenai sejarah pikiran-pikiran Antropologi sejak pertengahan abad 19, sejak
ilmu ini berdiri secara otonom dan dipelajari secara khusus.

SEJARAH PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI BUDAYA
 FASE PERTAMA ( Sebelum 1800 )

Sejak akhir abad ke-15, bangsa Eropa berlomba untuk menjelajahi suku-suka bangsa
pribumi Afrika, Asia, dan Amerika. Setelah melalui proses panjang, kira-kira 4 abad
lamanya, pengaruh Negara-negara Eropa Barat pun mulai menyebar di berbagai belahan
dunia. Sehingga banyak terdapat kumpulan buku yang berupa himpunan besar dari bahan
pengetahuan berupa diskripsi tentang keanekaragaman suku bangsa pribumi Afrika, Asia,
dan Amerika baik dari adapt istiadat, susunan masyarakat, maupun bahasa dan cirri-ciri
fisik. Hal itu menimbulkan ketertarikan bangsa Eropa, karena semua itu sangat berbeda
dengan keadaan bangsa Eropa. Bahan pengetahuan itu disebut bahan Etnografi, yaitu
diskripsi tentang bangsa-bangsa. Sejak abad 18, kalangan terpelajar Eropa Barat tertarik
untukmempelajari bahan-bahan Etnografi itu. Mereka menganggap bahan Etnografi itu
penuh dengan keanehan.
Dalam bangsa Eropa timbul 3 sikap yang bertentangan terhadap bangsa Asia, Afrika,
Oseania dan orang-orang Indian di Amerika, yaitu :
i.
Beberapa orang Eropa melihat sifat buruk bangsa tersebut . bangsa Eropa
menganggap mereka adalah manusia liar ( savages, primitive )
ii.
Beberapa orang Eropa melihat sifat baik bangsa tersebut . mereka beranggapan
masyarakat bangsa tersebut adalah masyarakat yang masih murni, belum tercemar oleh
keburukan-keburukan seperti halnya masyarakat Eropa saat itu.

iii.
Beberapa orang Eropa tertarik dengan adapt istiadat bangsa-bangsa tersebut,
yang mereka anggap aneh. Mereka mengumpulkan benda-benda kebudayaan bangsa
tersebut, menghimpunnya dan menempatkannya di mudeum, agar bias dilihat orang
banyak. Maka muncullah museum-museum pertama tentang kebudayaan bangsa-bangsa
luar Eropa.
Pada awal abad 19, muncul perhatian yang sangat besar terhadap etnografi tersebut.
Timbul usaha-usaha dari dunia ilmiah untuk mengintegrasikan himpunan pengetahuan
Etnografi menjadi satu.

 FASE KEDUA
Pertengahan abad 19, integrasi muncul. Bahan-bahan Etnografi disusun menjadi sebuah
karangan-karangan. Penyusunan bahan Etnografi tersebut bardasarkan cara berfikir
evolusi masyarakat, yaitu perkembangan masyarakat dan kenudayaan sangatlah lambat.
Di mulai dari tingkat terrendah melalui beberapa proses, yang akhirnya sampai di tingkat
tertinggi. Masyarakat yang masih ada di tingkat rendah dari kebudayaan manusia zaman
dahulu, mereka adalah salah satu contoh masyarakat primitive. Dan contoh untuk
masyarakat yang ada di tingkat tinggi adalah bangsa Eropa sendiri.
Sekitar tahun 1860 muncul karangan yang mengklasifikasikan aneka kebudayaan di
dunia ke dalam tingkat evolusi tertentu. Maka muncullah ilmu antropologi.

Dengan meneliti bangsa-bangsa di luar Eropa, dapat menambah pengetahuan tentang
sejarah penyebaran kebudayaan manusia. Antropologi merupakan ilmu yang tidak
mempunyai tujuan secara langsung bersifat praktis dan hanya dilakukan di kalangan
sarjana universitas.
Tujuan antropologi pada fase kedua ini adalah akademis, yaitu mempelajari masyarakat
dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkattingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
 FASE KETIGA
Dalam fase ketiga ini, olmu antropologi menjadi ilmu yang praktis, yang bertujuan
mampalajari masyarakat fan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna
kepentingan pemerintah kolonial dan guna mendapat pengertian tentang masyarakat masa
kini yang kompleks. Berikut panjalasannya :
Awal abad 20, negara-negara penjajah di Eropa berhasil memantapkan kekuasaannya di
daerah-daerah jajahannya di luar Eropa. Dalam hak ini, ilmu antropologi sangat penting
karena menyangkut juga tentang pentingnya dalam mempelajari kebudayaan bangsabangsa di luar Eropa, yang masih mempunyai masyarakat yang belum kompleks. Ilmu
antropologi nerkembang di negara-negara pemjajah, terutama Inggris. Bahkan
berkembang juga di negara Amerika Serikat, yang bukan merupakan negara kolonial.
 FASE KEEMPAT
Ilma Antropologi mengalami perkembangan yang sangat pesat, diantaranya pengetahuan
yang jauh lebih teliti fan metode-metode ilmiahnya yang semakin tajam. Perkembangan
ini menyebabkan :

1. Timbulnya antipati kolonialisme serelah Perang Dunia 2.
2. sekitar tahun 1930 bangsa primitive mulai hilang dan benar-benar hilang setelah Perang
Dunia 2.
Lapangan penelitian ilmu Antropologi berhasil berkembang dengan tujuan dan pokok
yang baru, dengan berlandaskan bahan etnologi dan metode ilmiah yang lalu. Pokok
tujuan yang baru itu ditinjau dan diteliti di dalam suatu simposium oleh 60 tokoh ahli
antropologi dari negara-negara di Amerika dan Eropa pada tahun 1951 . penekitian tifak

hanya tertuju pada penduduk pedesaan di luar Eripa, tetapi juga suku bangsa pedesaan di
Eropa, seperti bangsa Irlandis, Flam, Soami, dll. Ilmu Antropologi ada 2 tujuan, yaitu :
1. Tujuan akademis : mempelajari pengertian manusia beserta bentuk fisik, masyarakat dan
kebudayaannya.
2. Tujuan praktis : mempelajari manusia dalam berbagai masyarakat suku bangsa guna
membangun masyarakat suku bangsa tersebut.

ANTROPOLOGI MASA KINI
Di Amerika Serikat, ilmu Antropologi telah mengintegrasikan semua bahan dan
metode dari ilmu antropologi dalam fase pertama hingga ketiga, ditambah spesialisasispesilisasi yang dikembangkan untuk mencapai pengertian dasar dari berbagai bentuk
masyarakat dan budaya manusia saat ini. Fase keempat dari ilmu Antropologi telah
dikembangkan juga di berbagai universitas di Amerika.

Di Inggris dan Australia, sifat ilmu Antropologi berubah, karena sebagai dampak
dari hilangnya daerah-daerah jajahan Inggris. Sarjana antropologi bangsa Australia
mempelajari suku bangsa asli di Papua Nugini dan Kepulauan Melanesia untuk keperluan
pemerintah jajahannya. Metode-metode antropologi yang telah berkembang di Amerika
juga ikut berkembang di Inggris, terbukti dengan penelitian sarjana antropologi Inggris
mengenai dasar masyarakat dan kebudayaan manusia di daerah jajahan yang sudah
merdeka.
Di Eropa Tengah sifat antropologi fase yang kedua masih dilakukan. Yaitu yang
bertujuan untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran
kebudayaan manusia. Di Eropa Utara ilmu antropologi bersifat akademikal, yaitu
mempelajari manusia, bentuk fisik serta kebudayaannya. Di Uni Soviet ilmu antropologi
tidak terlalu dikenal karena Uni Soviet seakan-akan mengisolasi diridari dunia lain pada
tahun 1960.

DAFTAR PUSTAKA
Harsojo, Prof. 1982. Pengantar Antropologi. Bandung: Bina Cipta
http://www.untukku.com/artikel-untukku/sejarah-dan-perkembangan-antropologiuntukku.html
 http://wawan-junaidi.blogspot.com/2010/04/fase-fase-perkembangan-ilmuantropologi.html
 http://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi