Definisi cinta menurut islam dan

Definisi cinta menurut islam
Cinta menurut islam adalah kecondongan hati terhadap sesuatu. Ketika seseorang telah
jatuh cinta kepada orang lain, maka ia akan berbuat apa saja yang disukai oleh orang yang
ia cintai dan pantang untuk melakukan perbuatan yang ia murkai. jika tidak demikian maka akan
dipertanyakan kecintaanya tersebut.

Dalil qur’an dan hadis tentang cinta
ّ ِ‫ب َو ْالف‬
ََ ِ‫ت ِمنَ النّ َسا ِء َو ْالبَن‬
َ‫ث ۗ ٰ َذلِك‬
ِ ْ‫ض ِة َو ْال َخ ْي ِل ْال ُم َس ّو َم ِة َو ْالَ ْن َع ِام َو ْال َحر‬
ِ َ‫ير ْال ُمقَ ْنطَ َر ِة ِمنَ ال ّذه‬
ِ ‫اس حُبّ ال ّشهَ َوا‬
ِ ّ‫ُزيّنَ لِلن‬
ِ ‫ين َو ْالقَنَا ِط‬
ّ ‫ع ْال َحيَا ِة ال ّد ْنيَا ۖ َو‬
ُ ‫َمتَا‬
‫ب‬
ِ ‫اُ ِع ْن َدهُ ُحسْنُ ْال َمآ‬

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini,

yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia,
dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

َ َ ‫ع َن أَبي هُريرةَ أُراه رفَعه قَا‬
َ َ ‫حبِيب‬
‫سى‬
َ ‫ب‬
ْ ِ ‫حب‬
ْ ‫لأ‬
َ َ ‫ما ع‬
َ ‫ك هَوْنًا‬
ُ َ َ ُ َ
ِ
َْ َ
َ
َ
َ‫أ‬
ُ
َ ‫ض‬

َ
‫ن‬
‫غ‬
‫ب‬
‫أ‬
‫و‬
‫ا‬
‫م‬
‫ا‬
‫م‬
‫و‬
‫ي‬
‫ك‬
‫ض‬
‫ي‬
‫غ‬
‫ب‬
‫ن‬
‫و‬
‫ك‬

‫ي‬
‫ن‬
ِ
ِ
ْ ‫َسسسى أ‬
َ ‫ض بَغِي‬
ْ
َ
َ
َ
َ
َ
ْ
َ ‫ما ع‬
َ ‫ك هَوْنًا‬
َ
ً
ْ
َ
ْ

َ َ ‫حبِيب‬
‫رواه الترمذي‬- ‫ما‬
َ ‫ن‬
َ ‫يَكُو‬
َ ‫ما‬
ً ْ‫ك يَو‬
Rasûlullâh saw bersabda, Cintailah kekasihmu sewajarnya saja karena bisa saja suatu saat nanti ia
akan menjadi orang yang kamu benci. Bencilah sewajarnya karena bisa saja suatu saat nanti ia akan
menjadi kekasihmu. (HR. Al-Tirmidzi).

Sedangkan secara Islam, istilah pacaran sebenarnya tidak dikenal. Sementara istilah untuk
menjalin hubungan antara laki-laki dan perempuan pranikah, Islam hanya mengenal istilah
khitbah (meminang). Ketika seorang laki-laki menyukai seorang perempuan, maka ia bisa
mengkhitbahnya dengan maksud akan menikahinya dalam waktu dekat. Selama masa
meminang, keduanya harus tetap menjaga batasan-batasan pergaulan yang ditetapkan dalam
syari'at Islam, seperti tidak berdua-duaan, tidak menampakkan maupun membicarakan aurat,
tidak saling bersentuhan, mencium, memandang dengan nafsu, atau melakukan hal-hal lain
layaknya sudah menjadi suami-istri.

D. Hukum Pacaran Menurut Islam

Jika seseorang menyatakan cinta pada lawan jenisnya
yang
tidak
dimaksudkan untuk menikahinya saat itu atau dalam waktu
dekat,

apakah hukumnya haram? Tentu tidak, karena rasa cinta
adalah
ftrah
yang diberikan allah, sebagaimana dalam frman--ya berikut:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan--ya ialah Dia
menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung
dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan--ya di
antaramu
rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikan itu benarbenar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfkir. (S. Ar-Rum: 21)
Islam memperbolehkan untuk berpacaran selagi mentaati

kaidah-kaidah apa saja yang tidak di perbolehkan dalam Islam
itu sendiri. Jika kaidah-kaidah tersebut di langgar dan menjurus
pada perzinaan, maka haram hukumnya pacaran itu.
3. Dalam pacaran, terjadi saling memandang antara pria dan
wanita yang bukan mahram.
Hal ini diharamkan berdasarkan firman Allah ta’ala:

َ ‫ل لِلْمؤْمنِين يغُضوا م‬
َ ِ ‫م ذَل‬
ْ ُ‫ق‬
‫ك‬
َ ‫حفَظُوا فُ ُرو‬
ْ َ ‫م وَي‬
ُ َ َ ِ ُ
ْ ُ ‫جه‬
ْ ِ ‫صارِه‬
َ ْ ‫ن أب‬
ْ ِ
َ‫أ‬
َ

َ
َ
ْ ُ‫ وَق‬30) ‫ن‬
‫ات‬
‫صنَعُو َس‬
‫ي‬
‫ا‬
‫م‬
‫ب‬
‫ير‬
‫َب‬
‫خ‬
‫ه‬
‫الل‬
‫ن‬
‫إ‬
‫م‬
‫ه‬
‫ل‬
‫ى‬

‫ك‬
‫ز‬
ِ َ ‫من‬
ِ ْ ‫مؤ‬
َ
َ
ْ
ُ ْ ‫ل لِل‬
َ
ِ
ِ
َ
ْ
ْ
ٌ
ِ ُ
َ
َ
ْ
‫ن‬

ِ ‫ن‬
َ ‫ن فُ ُرو‬
ْ َ ‫ن وَي‬
ْ ‫ض‬
ُ ْ‫يَغ‬
َ ْ ‫ن أب‬
َ ُ‫ين زِينَتَه‬
َ ِ‫ن َول يُبْد‬
َ ُ‫جه‬
َ ‫حفَظ‬
َ ِ ‫صارِه‬
ْ ‫م‬
َ ‫ض‬
‫ين‬
ُ ِ‫ن ب‬
ِ ‫ما ظَهَ َر‬
ُ ‫ن عَلَى‬
ْ َ ‫منْهَا َولْي‬
ُ ‫خ‬
َ ‫إ ِ َل‬

َ ِ‫ن َو َل يُبْد‬
َ ِ‫جيُوبِه‬
َ ِ ‫مرِه‬
َ ْ ‫ضرِب‬
َ ‫زينتهن إ َل لِبعولَتِهن أَو آبائِهن أَو آباءِ بعولَتِهن أَو أَبنائِه‬
ُُ َ ْ َ ِ َ ْ َ ِ
ُُ ِ َ ََُ ِ
ْ‫ن أو‬
َ ِ َْ ْ َ ِ
َ ‫أَبناءِ بعولَتِهن أَو إخْوانِهن أَو بنِي إخْوانِهن أَو بنِي أَخَواتِه‬
َ ْ َ ِ َ ِ
َ ْ َ ِ َ ِ ْ َ ِ
ُُ َْ
ْ ‫ن أو‬
َ ِ َ
َ ‫ت أَيمانه‬
َ ‫نِسائِه‬
ْ ‫ين غَيْرِ أُولِي‬
ِ‫ال ِ ْربَة‬
َ ‫ما‬

َ ْ ‫ن أو‬
َ ِ‫ن أوِ التَابِع‬
َ ُ ُ َ ْ ‫ملَك َ ْس‬
َ ِ َ
َ
‫ات‬
ِ ‫م يَظْهَ ُروا عَلَى ع َوْ َر‬
ِ
َ ‫الر‬
ْ َ ‫ين ل‬
َ ِ ‫ْل الَذ‬
ِ ‫ال أوِ الطِف‬
ِ ‫ج‬
ِ ‫ن‬
َ ‫م‬
ِ‫ساء‬
َ ِ ‫الن‬
“Katakanlah kepada para lelaki yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandanganya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi
mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang

mereka perbuat. Katakanlah kepada para wanita yang
beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan
menjaga kemaluannya. Janganlah mereka menampakkan
perhiasannya kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.
Hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka,
dan janganlah menampakkan perhiasan mereka kecuali kepada
suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka,
atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka,
atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera
saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap wanita), atau anak-anak yang
belum mengerti tentang aurat wanita.” [QS An Nur: 30-31]
4. Pacaran menyebabkan hilangnya rasa malu seorang wanita
terhadap lelaki yang bukan mahramnya.
Hal ini berbeda jauh dengan keadaan wanita pada masa
kenabian dan pada masa awal-awal Islam di mana mereka itu
memiliki sifat malu dan menjaga kehormatan diri yang sangat
besar. Keadaan ini digambarkan di dalam hadits Abu Sa’id Al
Khudri radhiallahu ‘anhu:

َ َ ‫كَان النبي صلَى اللَه عَلَيه وسل‬
‫ن الْعَذ َْراءِ فِي‬
ِ ‫حيَا ًء‬
َ َ ‫م أشَ د‬
َ َ َ ِ ْ
ُ
َ ُ َِ َ
ْ ‫م‬
‫خدْرِهَا‬
ِ
“Nabi ‫ صلى ا عليه وسلم‬lebih pemalu daripada gadis perawan di
balik tirainya.” [HR Al Bukhari (3562) dan Muslim (2320)]

Definisi cinta menurut islam
Cinta menurut islam adalah kecenderungan watak pada sesuatu, karena sesuatu tersebut terasa
nikmat baginya. Semakin bertambah kenikmatan yang dirasakan, maka perasaan cinta semakin
mendalam jika meresakan kenikmatan yang sesuai dengannya maka ia pun mencintainya.

َ‫ت لِقَوْ ٍم يَتَفَ ّكرُون‬
َ َ‫َو ِم ْن آيَاتِ ِه أَ ْن خَ ل‬
ٍ ‫ق لَ ُك ْم ِم ْن أَ ْنفُ ِس ُك ْم أَ ْز َواجًا لِتَ ْس ُكنُوا إِلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َم َو ّدةً َو َرحْ َمةً ۚ إِ ّن فِي ٰ َذلِكَ َليَا‬

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

َ ‫ع‬
ُ ‫سو‬
َ ‫ل قَا‬
َ ‫خدْرِيِ قَا‬
‫ل اللَهِ صلى الله عليه‬
ُ ْ ‫سعِيد ٍ ال‬
ُ ‫ل َر‬
َ ‫َن أبِي‬
ْ
ْ
ْ
َ
ْ
‫ب‬
‫جنَةِ ك َسسالكَوْك َ ِس‬
َ ‫م فِي ال‬
َ َ ‫مت‬
َ ِ ‫وسسسلم إ‬
ْ ُ‫سسرفُه‬
ُ ‫ن ال‬
َ ُ ‫سسرى غ‬
َ ُ ‫ين لت‬
َ ِ ‫حسساب‬
َ
ُ ‫ن هَ سؤ َُلءِ فَي ُ َقسسا‬
ُ ‫ي فَي ُ َقسسا‬
ِ‫ل هَ سؤ َُلء‬
َ ‫ل‬
ْ ‫م‬
ِ ِ ‫ي أوْ الْغ َْرب‬
ِ ِ‫الطَال ِ ِع الشَ ْرق‬
َ ‫ج‬
)‫ل رواه أحمد‬
َ َ‫ن فِي اللَهِ ع َ َز و‬
َ ‫حابُو‬
َ َ ‫مت‬
ُ ْ ‫ال‬
Sesungguhnya orang-orang yang saling mencintai, kamar-kamarnya di surga nanti terlihat seperti
bintang yang muncul dari timur atau bintang barat yang berpijar. Lalu ada yang bertanya, “siapa
mereka itu?, “mereka itu adalah orang-orang yang mencintai karena Allâh ‘Azza wajalla. (HR. Ahmad).

A.

Pengertian Pacaran Menurut Islam

Istilah pacaran yang dilakukan oleh anak-anak muda
sekarang ini tidak ada dalam Islam. Yang ada dalam Islam ada
yang disebut “Khitbah” atau masa tunangan. Masa tunangan ini
adalah masa perkenalan, sehingga kalau misalnya setelah
khitbah putus, tidak akan mempunyai dampak seperti kalau
putus setelah nikah. Dalam masa pertunangan keduanya boleh
bertemu dan berbincang-bincang di tempat yang aman,
maksudnya ada orang ketiga meskipun tidak terlalu dekat
duduknya dengan mereka.

Hukum Pacaran dalam Islam
Tidak pernah dibenarkan adanya hubungan pacaran di dalam Islam. Justru sebaliknya,
Islam melarang adanya pacaran di antara mereka yang mukan muhrim karena dapat
menimbulkan berbagai fitnah dan dosa. Dalam Islam, pacaran adalah haram. Oleh
sebab itu, Islam mengatur hubungan antara lelaki dan perempuan dalam dua hal, yakni:


Hubungan Mahram

Yang dimaksud dengan hubungan mahram, seperti antara ayah dan anak
perempuannya, kakak laki-laki dengan adik perempuannya atau sebaliknya. Oleh
karena yang mahram berarti sah-sah saja untuk berduaan (dalam artian baik) dengan
lawan jenis.
Sebab, dalam Al-Qur’an surah An-Nisa ayat 23 disebutkan bahwa mahram (yang tidak
boleh dinikahi) daripada seorang laki-laki adalah ibu, nenek, saudara perempuan
(kandung maupun se-ayah), bibi (dari ibu maupun ayah), keponakan (dari saudara
kandung maupun sebapak), anak perempuan (anak kandung maupun tiri), ibu susu,
saudara sepersusuan, ibu mertua, dan menantu perempuan. Dalam hubungan yang
mahram, wanita boleh tidak memakai jilbab tapi bukan mempertontonkan auratnya.


Hubungan Non-mahram

Selain daripada mahram, artinya laki-laki dibolehkan untuk menikahi perempuan
tersebut. Namun, terdapat larangan baginya jika berdua-duaan, melihat langsung, atau
bersentuhan dengan perempuan yang bukan mahramnya. Untuk perempuan, harus
menggunakan jilbab dan menutup seluruh auratnya jika berada di sekitar laki-laki yang
bukan mahramnya tersebut.

Pacaran menurut arti pertama dan kedua jelas dilarang oleh agama
Islam, berdasarkan nash:
a. Allah berfrman:
)32 :‫َولَ تَ ْق َربُوا ال ّزنَا إِنّهُ َكانَ فَا ِح َشةً َو َسا َء َسبِيلً(اسسراء‬
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”
b. Hadits:

‫صلّى اُ َعلَ ْي ِه َو َسلّ َم يَقُو ُل لَ يَ ْخلُ َو ّن َر ُج ٌل بِا ْم َرأَ ٍة َولَ تُ َسافِ َر ّن ا ْم َرأَةٌ إِلّ َو َم َعهَا‬
َ ‫ي‬
ّ ِ‫ضي اُ َع ْنهُ أَنّهُ َس ِم َع النّب‬
ِ ‫س َر‬
ٍ ‫ع َِن ا ْب ِن َعبّا‬
)2391 :‫مسلم‬, 2784 :‫َمحْ َر ٌم(رواه البخاري‬
“Dari Ibnu Abbas ra. Ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw berkhutbah,
ia berkata: Jangan sekali-kali seorang laki-laki berkhalwat dengan seorang
perempuan kecuali beserta ada mahramnya, dan janganlah seorang
perempuan melakukan musafr kecuali beserta ada mahramnya” muttafaq
alaihi)