GAMBARAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI TIMBULNYA SEKS SEKUNDER DI KELAS VIII MTsN GONDANGREJO KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

  

GAMBARAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI

TIMBULNYA SEKS SEKUNDER DI KELAS VIII

MTsN GONDANGREJO KARANGANYAR

KARYA TULIS ILMIAH

  Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan

  Disusun Oleh

  

Aprilia Lusyi Wulandari

NIM B12 003

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

  

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

GAMBARAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI

TIMBULNYA SEKS SEKUNDER DI KELAS VIII

  

MTsN GONDANGREJO KARANGANYAR

  Diajukan Oleh :

  

Aprilia Lusyi Wulandari

NIM B12 003

  Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal Juli 2015

  Pembimbing

  

Ernawati, SST., M.Kes

NIK. 200886033

  HALAMAN PENGESAHAN GAMBARAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI TIMBULNYA SEKS SEKUNDER DI KELAS VIII MTsN GONDANGREJO KARANGANYAR Karya Tulis Ilmiah

  Diajukan Oleh :

  Aprilia Lusyi Wulandari NIM B12 003

  Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Akhir Program D III Kebidanan

  Pada tanggal Juli 2015 Penguji I Penguji II

  

Riadini Wahyu Utami, SST Ernawati, SST., M.Kes

NIK. 201189094 NIK. 200886033

  Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan Mengetahui,

  Ka.Prodi D III Kebidanan

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”Gambaran Sikap Remaja dalam Menghadapi Timbulnya Seks Sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar”.

  Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

  2. Ibu Retno Wulandari, SST, selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.

  3. Ibu Ernawati, SST., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.

  4. Bapak Drs H. Mulyono, M.M, Kepala Sekolah MTsN Gondangrejo Karanganyar yang telah memberi ijin kepada penulis untuk pengambilan data awal dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

  5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan.

  6. Seluruh responden Kelas VIII yang telah berpartisipasi dalam pengisian kuesioner dalam penulisan KaryaTulis Ilmiah ini.

  7. Semua teman-teman angkatan 2012 yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

  8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

  Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.

  Surakarta, Juni 2015 Penulis Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015 Aprilia Lusyi Wulandari B12 003

  

GAMBARAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI

TIMBULNYA SEKS SEKUNDER DI KELAS VIII

MTsN GONDANGREJO KARANGANYAR

  xiii + 44 halaman + 16 lampiran + 6 tabel + 2 gambar

  

ABSTRAK

Latar Belakang: Masa remaja merupakan masa di mana banyak terjadi perubahan

  fisik sebagai akibat mulai berfungsinya kelenjar endokrin yang menghasilkan berbagai hormon yang akan mempengaruhi pertumbuhan secara keseluruhan dan pertumbuhan organ seks. Kematangan seksual sekalipun bersifat biologis namun menentukan sekali sikap, yaitu faktor psikis anak terhadap diri sendiri dan konstitusi tubuhnya. Setelah peneliti melakukan wawancara dengan melakukan tanya jawab terhadap 10 siswa dan siswi tentang timbulnya seks sekunder didapatkan 6 siswa menanggapi negatif tentang perkembangan seks sekunder dan 4 siswa menanggapi dengan positif tentang perkembangan seks sekunder

  

Tujuan : Untuk mengetahui sikap remaja dalam menghadapi timbulnya seks

  sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar dalam sikap positif dan sikap negatif

  

Metode Penelitian : Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif.

  Penelitian ini dilakukan di MTsN Gondangrejo Karanganyar pada bulan Juni 2015. Sampel penelitian yaitu 30 siswa laki-laki dan 46 siswi perempuan. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Instrumen dalam penelitian yaitu kuesioner yang sebelumnya sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu sikap remaja dalam menghadapi timbulnya seks sekunder Teknik pengumpulan data dari primer dan data sekunder. Analisis data menggunakan analisis univariat.

  

Hasil Penelitian : sikap remaja perempuan dalam menghadapi timbulnya seks

  sekunder sikap positif sebanyak 16 responden (34,8%) dan sikap negatif sebanyak 30 responden (65,2%) dan sikap remaja laki-laki dalam menghadapi timbulnya seks sekunder sikap positif sebanyak 12 responden (40%) dan sikap negatif sebanyak 18 responden (60%).

  

Kesimpulan : Mayoritas Sikap Remaja perempuan dalam Menghadapi Timbulnya

  Seks Sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar sikap negatif dan sikap remaja perempuan sikap negative. Faktor penghambat yaitu informasi dan faktor pendorong lembaga pendidikan. Kata Kunci : sikap, seks sekunder

  MOTTO

1. Lebih baik bertempur dan kalah daripada tidak pernah sama sekali (Arthur

  Hughclough)

  2. Jadikanlah sabar dan sholatmu sebagai penolongmu sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (Al-Baqarah: 153)

  3. Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah (Thomas alva Edison)

  PERSEMBAHAN

  Dengan segala rendah hati Karya Tulis Ilmiah ini penulis memoersembahkan :

  1. Terimakasih dan syujud syukur kepada Allah SWT atas kesabaran dan kemudahan sehingga KTI ini bisa terselesaikan.

  2. Terimakasih untuk kedua orang tuaku, bapak Dalimin,ibu Sugiyanti, dan adikku tersayang Ramadhan Fadil Oktavian serta keluarga yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan dan cinta kasih yang tidak terhingga.

  3. Terimakasih kepada pembimbingku ibu Tresia Umarianti, SST.,M.kes yang telah sabar menjadi PA saya dan terimakasih untuk acc askeb.

  4. Terimakasih kepada pembimbingku ibu Anisaul Khoiryah, SST.,M.kes dan ibu Ernawati SST.,M.kes atas bimbingan dalam pembuatan proposal dan KTI.

  5. Terimakasih kepada teman-teman seperjuangan atas doa dan semangat yang kaliyan berikan

CURICULUM VITAE BIODATA

  Nama : Aprilia Lusyi Wulandari Tempat / Tanggal Lahir : Sragen 30 April 1994 Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Metep, RT 11 RW 04 Tenggak Sidoharjo Sragen

RIWAYAT PENDIDIKAN

  Lulus tahun 2006

  1. SD Negeri Tenggak 1 Sragen Lulus tahun 2009

  2. SMP Negeri 2 Sidoharjo Srgen Lulus tahun 2012

  3. SMK Negeri 1 Sragen

  4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2012

  

DAFTAR ISI

  Halaman

  

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

ABSTRAK ..................................................................................................... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii

CURICULUM VITAE .................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4 E. Keaslian Penelitian ...................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ............................................................................ 6

  1. Sikap ...................................................................................... 6

  2. Remaja .................................................................................. 12

  3. Seks Sekunder Remaja .......................................................... 14

  B. Kerangka Teori............................................................................. 24

  C. Kerangka Konsep ........................................................................ 25

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 26 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 26

  E. Definisi Operasional .................................................................... 28

  F. Instrumen Penelitian .................................................................... 29

  G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 32

  H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................ 33

  I. Etika Penelitian ............................................................................ 36 J. Jadwal Penelitian ......................................................................... 36

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 37 B. Hasil Penelitian ........................................................................... 37 C. Pembahasan ................................................................................. 39 D. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 42 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 43 B. Saran ............................................................................................ 44 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori .......................................................................... 25Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 26

  DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................... 29Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner untuk Remaja Laki-laki ............................... 30Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner untuk Remaja perempuan ........................... 30Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi ........................................................... 38Tabel 4.2. Sikap Remaja perempuan dalam Menghadapi

  Timbulnya Seks Sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar ................................................................................. 38

Tabel 4.3 Sikap Remaja laki-laki dalam Menghadapi Timbulnya

  Seks Sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar ................................................................................ 39

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 4. Surat Permohonan Uji Validitas dan Reabilitas Lampiran 5. Surat Balasan Uji Validitas dan Reabilitas Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 7. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 8. Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 9. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 10. Kuesioner Penelitian Lampiran 11. Data Tabulasi Hasil Validitas dan Reliabilitas Lampiran 12. Hasil Uji Validitas Lampiran 13. Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 14. Hasil Penelitian Lampiran 15. Dokumentasi Lampiran 16. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok remaja yaitu penduduk dalam rentang usia 10 – 19 tahun di Indonesia memiliki proporsi kurang lebih 1/5 dari jumlah seluruh penduduk. Sesuai dengan dengan proporsi remaja dunia di mana jumlah remaja

  diperkirakan 1,2 milyar atau sekitar 1/5 dari jumlah penduduk dunia Masa remaja merupakan masa pancaroba yang pesat, baik secara fisik, psikis dan sosial. Masuknya berbagai informasi yang bebas tidak melalui saringan yang benar menurut etika dan moral menyebabkan remaja rentan terhadap pengaruh yang merugikan (Depkes RI, 2007).

  Masa remaja merupakan masa di mana banyak terjadi perubahan fisik sebagai akibat mulai berfungsinya kelenjar endokrin yang menghasilkan berbagai hormon yang akan mempengaruhi pertumbuhan secara keseluruhan dan pertumbuhan organ seks pada khususnya. Dalam usaha mencari identitas diri seorang remaja sering membantah orang tuanya karena ia mulai mempunyai pendapat-pendapat sendiri, cita-cita serta nilai-nilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya. Sebenarnya mereka belum cukup mampu untuk berdiri sendiri oleh karena itu mereka sering terjerumus ke dalam kegiatan

  2 Kepekaan emosi biasanya meningkat, sehingga rangsangan sedikit saja sudah menimbulkan luapan emosi yang besar, misalnya menjadi mudah marah atau mudah menangis. Masa remaja didominasi oleh peran emosi, kepekaan emosi remaja yang meningkat biasanya akan mempengaruhi perilakunya (Depkes RI, 2007).

  Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya seorang individu dari masa anak-anak sampai dewasa, remaja mengalami permasalahan - permasalahan yang terus kerap datang. Tingkah laku itu bisa disebut juga sebagai kenakalan remaja. Secara psikologis, remaja adalah suatu usia di mana seseorang berpaling ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar dengan yang lainnya (Pasaribu, 2013).

  Kematangan seksual sekalipun bersifat biologis namun menentukan sekali sikap, yaitu faktor psikis anak terhadap diri sendiri dan konstitusi tubuhnya. Anak mulai menaruh minat besar terhadap keadaan dirinya. Hal ini dilakukan untuk memupuk harga diri dan eksistensi dirinya selaku remaja (Suryani dan Widyasih, 2010).

  Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 25 Oktober 2014 didapatkan jumlah siswa Kelas VIII MTsN Gondangrejo karanganyar sebanyak 303 siswa yang terdiri dari 117 siswa laki-laki dan 186 siswi perempuan. Setelah peneliti melakukan wawancara dengan melakukan tanya jawab terhadap 10 siswa dan siswi tentang timbulnya seks sekunder

  3 siswa tidak mengetahui tentang perkembangan seks sekunder. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik mengambil judul penelitian “Gambaran Sikap Remaja dalam Menghadapi Timbulnya Seks Sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar”.

  B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah Gambaran Sikap Remaja dalam Menghadapi Timbulnya Seks Sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar?”.

  C. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum Untuk mengetahui sikap remaja dalam menghadapi timbulnya seks sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar.

  2. Tujuan Khusus

  a. Mengetahui sikap remaja dalam menghadapi timbulnya seks sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar dalam sikap positif.

  b. Mengetahui sikap remaja dalam menghadapi timbulnya seks sekunder di Kelas VIII MTsN Gondangrejo Karanganyar dalam sikap negatif.

  c. Mengetahui faktor pengahmabat dan pendorong sikap remaja dalam menghadapi timbulnya seks sekunder

  4 D. Manfaat Penelitian

  1. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mengembangkan pengetahuan disiplin ilmu khususnya kesehatan reproduksi remaja.

  2. Bagi Peneliti Sebagai aplikasi ilmu yang diperoleh di bangku kuliah sebagai pengalaman nyata dalam melakukan penelitian.

  3. Bagi Institusi

  a. Pendidikan Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya atau dan sebagai bahan bacaan untuk peningkatan kualitas pendidikan kebidanan khususnya kesehatan reproduksi remaja.

  b. MTs N Gondanrejo Karanganyar Dapat digunakan sebagai masukan pada MTs N Gondanrejo Karanganyar dalam upaya menstimulasi sikap remaja tentang kesehatan reproduksi dan dapat digunakan sebagai acuan pembelajaran.

4. Bagi responden

  Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pengetahuan bagi siswa MTs N Gondangrejo Karanganyar khususnya tentang timbulnya seks sekunder pada remaja.

  5 E. Keaslian Penelitian

  1. Febriani (2012), dari STIKes Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan dengan judul ”Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Perkembangan Seks Sekunder Dengan Sikap Remaja Putri Dalam Menghadapi Perkembangan Seks Sekunder di SMP N 1 Bojong Kabupaten Pekalongan”. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif, dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan 56,5% siswi mempunyai pengetahuan cukup tentang seks sekunder dan 55,6% remaja mempunyai sikap kurang dalam menghadapi perkembangan seks sekunder. Hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji statistik chi square, diperoleh value 0,016 (< 0,05) berarti terdapat hubungan antara pengetahuan remaja putri tentang perkembangan seks sekunder dengan sikap remaja putri dalam menghadapi perkembangan seks sekunder.

2. Windari (2014), dari STIKes Kusuma Husada Surakarta, dengan judul

  “Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Perubahan Sekunder Masa Pubertas pada Siswi Kelas VIII di SMP N 4 Karanganyar”. Jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Sampel sebanyak 32 responden. Teknik pengambilan sampel dengan sample random sampling. Analisis data dengan menggunakan analisis univariat yang menghasilkan distribusi frekuensi. Hasil penelitian pengetahuan remaja putri sebanyak 8 responden (25%) tingkat pengetahuan baik, 16 responden (50%) tingkat pengetahuan cukup, dan 8 responden (25%) tingkat pengetahuan kurang.

  Persamaan penelitian ini dengan keaslian penelitian di atas yaitu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Sikap

  a. Pengertian Ahli psikolog Louis Thurstone (1928), Rensis Likert (1932) dan Charles Osgood menyatakan sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut Menurut Chave, Bogardus dan LaPierre (tokoh terkenal di bidang psikologi sosial dan psikologi kepribadian) mengemukakan sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu (Azwar, 2009).

  Menurut Notoatmodjo (2011), sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

  b. Sifat sikap Menurut Wawan dan Dewi (2011), sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif, yaitu:

1) Sikap positif yaitu kecenderungan tindakan adalah mendekati

2) Sikap negatif yaitu terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghidari, membenci tidak menyukai obyek tertentu.

c. Pembentukan Sikap

  Menurut Azwar (2009), dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah, yaitu : 1) Pengalaman Pribadi

  Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

  Tanggapan akan menjadi salah-satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Pembentukan kesan atau tanggapan terhadap objek merupakan proses komplek dalam diri individu yang melibatkan individu yang bersangkutan, situasi dimana tanggapan itu terbentuk, dan atribut atau ciri-ciri objektif yang dimiliki oleh stimulus. 2) Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting

  Orang lain di sekitar kita merupakan salah-satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, berarti khusus bagi kita (significant others), akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Di antara orang yang biasanya dianggap penting bagi individu adalah orang tua, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, isteri atau suami, dan lain-lain. Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

  3) Pengaruh Kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pemebntukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan heteroseksual. Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan berkelompok, maka sangat mungkin kita akan mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan individualisme yang mengutamakan kepentingan perorangan. 4) Media Massa

  Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain. kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberikan dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

  5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran- ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan makan tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.

  6) Pengaruh Faktor Emosional Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

d. Tingkatan sikap

  Menurut Notoatmodjo (2011), sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: 1) Menerima (receiving)

  Menerima, diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulasi yang diberikan (obyek).

  2) Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut. 3) Menghargai (Valuing)

  Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah salah satu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudara, dan sebagainya), untuk pergi menimbangkan anaknya ke Posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah salah satu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. 4) Bertanggung jawab (Responsible)

  Bertanggunng jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

e. Cara Pengukuran Sikap

  Menurut Azwar (2009), maka digunakan perhitungan sebagai berikut: Positif : Bila skor T responden > nilai rata-rata Negatif : Bilan skor T < nilai rata-rata

  Menurut Azwar (2009), faktor yang dianggap sangat berperan dalam mengarahkan sikap kepada bentuk yang dikehendaki yaitu faktor eksternal, yaitu faktor yan ada di luar individu yang dengan sengaja dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap manusia sehingga dengan sadar atau tidak sadar individu yang bersangkutan akan mengadopsi sikap tertentu. Faktor ini pada dasarnya berpijak pada suatu proses yang disebut persuasi untuk mengubah sikap.

  Persuasi merupakan usaha pengubahan sikap individu dengan memasukkan ide fikiran, pendapat dan bahkan fakta baru lewat pesan- pesan-pesan komunikatif. Pesan yang disampaikan dengan sengaja dimaksudkan untuk menimbulkan kontradiksi dan inkonsistensi diantara komponen sikap individu atau diantara sikap dan perilakunya sehingga mengganggu kestabilan sikap dan membuka peluang terjadinya perubahan yang diinginkan. Pendekatan tradisional dalam persuasi pada umumnya meliputi beberapa unsur yaitu sumber (source) sebagai komunikator yang membawa pesan (massage–

  (audience). Peran kesemua unsur dalam komunikasi persuasif ini ditelaah melalui studi dan riset sehingga melahirkan konsep dan teori mengenai strategi persuasi dalam usaha pengubahan sikap manusia.

2. Remaja

  a. Pengertian Remaja Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dimana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan perkembangan, baik fisik, mental maupun peran sosial (Ardhyantoro dan Kumalasari, 2010).

  Masa remaja merupakan salah periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologi, dan perubahan sosial (Notoatmodjo, 2007).

  b. Batasan Remaja Menurut Depkes RI (2007), masa remaja dibedakan dalam :

  : 10 – 13 tahun 1) Masa remaja awal 2) Masa remaja tengah : 14 – 16 tahun 3) Masa remaja akhir : 17 – 19 tahun

  Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang berarti menjadi matang, sedangkan remaja atau adolescence berasal dari kata adolescence yang berarti dewasa (Depkes RI, 2007).

c. Aspek perkembangan pada masa remaja

  Aspek perkembangan remaja meliputi: 1) Perkembangan fisk

  Menurut Notoatmodjo (2011), perkembangan fisik pada remaja adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan keterampilan motorik. Perubahan pada tubuh diatandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, serta kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Antara remaja putra dan putri kematangan seksual terjadi dalam usia yang agak berbeda. Kematangan seksual pada remaja pria biasanya terjadi pada usia 10 – 13,5 tahun sedangkan pada remaja putri terjadi apda usia 9 – 15 tahun. Bagi remaja laki-laki perubahan itu ditandai oleh perkembangan pada organ seksual, mulai tumbuhnya rambut kemaluan, perubahan suara, dan juga ejakulasi pertama melalui wer drem atau mimpi basah. Sedang pada remaja putri pubertas ditandai dengan menarche (haid pertama), perubahan pada dada (mammae). 2) Perkembangan kognitif

  Seorang remaja termotivasi memahami dunia kaena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka dimana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya.

  Menurut Notoatmodjo (2007), labilnya emosi erat kaitannya dengan perubahan hormon dalam tubuh. Sering terjadi letusan emosi dalam bentuk amarah, sensitif bahkan perbuatan nekat. Ketidakstabilan emosi menyebabkan mereka mempunyai rasa ingin tahu dan dorongan untuk mencari tahu. Pertumbuhan kemampuan intelektual pada remaja cenderung membuat mereka bersikap kritis, tersadar melalui perbuatan-perbuatan yang sifatnya eksperimen dan eksploratif.

3) Perkembangan kepribadian dan sosial

  Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik, sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain. Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Penc arian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup.

3. Seks Sekunder Remaja

  a. Pengertian Seks Sekunder remaja Menurut Sarwono (2007), seks sekunder yaitu tanda-tanda badaniah yang membedakan pria dan wanita.

  b. Penyebab yang dinamakan kelenjar eksokrin (ekso = luar) karena menyalurkan zat yang diproduksinya langsung ke luar tubuh. Di samping itu terdapat kelenjar-kelenjar endokrin (endo = dalam) yang mengeluarkan zat-zat yang tidak disalurkan ke luar tubuh, melainkan disalurkan ke dalam darah.

  Zat-zat yang diserap darah dari kelenjar-kelenjar endokrin dinamakan hormon, beberapa hormon-hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar bawah otak berpengaruh pada seksualita, yaitu:

1) Pada remaja laki-laki

  a) Hormon pertumbuhan yang mempengaruhi pertumbuhan badan terutama pada masa remaja. Hormon ini merangsang tulang-tulang panjang, antara lain tulang tangan dan kaki. Sehingga tulang bertambah panjang dan anak yang bersangkutan bertambah tinggi.

  b) Hormon perangsang pada pria yaitu hormon yang mempengaruhi testis (buah zakar). Pada remaja hormon perangsang pria ini merangsang testis sehingga testis memproduksi hormon testoteron dan androgen serta sel-sel benih laki-laki (spermatozoa). Hormon androgen dan testoteron yang sejak remaja menyebabkan tumbuhnya tanda- tanda kelaki-lakian pada orang yang bersangkutan seperti kumis, dan jenggot, jakun, otot yan kuat, suara yang berat, bulu kemaluan dan ketiak. Benih laki-laki (spermatozoa) diproduksi beratus-ratus juta setiap hari sampai orang yang bersangkutan

2) Pada remaja perempuan

a) Hormon progesteron bertugas untuk mematangkan dan mepersiapkan sel telur (ovum) sehingga siap untuk dibuahi.

  Jika sel telur telah dibuahi, progesteron inilah yang mengembangkan lanjut menjadi janin.

  b) Hormon pengendali pada wanita yang mempengaruhi indung telur (ovarium) untuk memproduksi sel-sel telur (ovum) dan hormon estrogen dan progesteron. Dalam kedaaan hamil hormon pengendali wanita ini juga berfungsi untuk mengatur haid menjadi berlebihan (karena wanita yang bersangkutan tidak haid) dan dibuang ke dalam air seni.

  c) Hormon estrogen yang mempengaruhi pertumbuhan sifat-sifat kewanitaan pada tubuh seorang remaja wanita (payudara membesar, pinggul membesar, suara halus). Hormon ini juga mengatur daur siklus haid. Hormon ini diproduksi antara usia awal remaja sampai usia berhentinya haid (lebih kurang 45 tahun).

  d) Sel telur sudah terkandung dalam jumlah banyak di dalam indung telur tetapi baru dimatangkan satu persatu sejak anak masuk usia remaja. Pada waktu tertentu biasanya setiap 28 hari sekali sel telur yang sudah matang dilepas dari indung telur dan ditangkap oleh saluran telur untuk selanjutnya dibuahi oleh spermatozoa datau dikeluarkan bersama-sama haid. c. Tanda-tanda Seks Sekunder pada Remaja Pertumbuhan tinggi remaja dipengaruhi tiga faktor yaitu: genetik

  (faktor keturunan), gizi dan variasi individu. Secara genetik orang tua yang tubuhnya tinggi, punya anak remaja yang juga tinggi. Faktor gizi juga sangat berpengaruh, remaja dengan status gizi yang baik akan tumbuh lebih tinggi dibanding dengan remaja yang dengan status gizi kurang (Depkes RI, 2007).

  Pada saat pubertas terjadi perubahan fisik yang bermakna sampai pubertas terakhir dan berhenti pada saat dewasa, keadaan ini terjadi pada semua remaja normal. Yang berbeda adalah awal mulainya. Mungkin ada remaja laki-laki yang sudah tumbuh kumis tipis, sementara yang lainnya belum. Seringkali perkembangan yang berbeda dengan sebayanya membuat remaja risau, akan tetapi bila tidak terlalu jauh dengan temannya masih bisa dianggap normal dan akan mengejar ketinggalan pertumbuhan tersebut. Harus diingat bahwa seorang anak berkembang pada saat yang berbeda dan dengan kecepatan yang berbeda pula (Depkes RI, 2007).

1) Pada Remaja laki-laki

  Menurut Narendra (2008), perubahan pada tubuh yang terjadi pada permulaan pubertas sebagai akibat pengaruh androgen testes dan adrenal atau estrogen ovarim disebut sebagai cirri sekunder, yaitu

a) Tumbuh rambut seksual yaitu :

  (2) Rambut muka (kira-kira 1 tahun kemudian : bibir atas, menyebar ke tengah pipi atas, di bawah bibir, dagu dan rambut dada.

b) Pertumbuhan Tulang

  Masa pubertas, sebuah testes biasanya mempunyai volume kurang dari 4 ml dan diameter tidak lebih dari 2,5 cm. dengan terjadinya proliferasi dan tubulus seminiferus (Narendra, 2002).

  Perubahan pada laki-laki 2 tahun lebih lambat mulainya, namun setelah itu bertambah tinggi 12 – 15 cm dalam tempo 1 tahun pada usia 13 tahun sampai menjelang 14 tahun. Pertumbuhan fisik perempuan dan laki-laki tidak sejalan dengan perkembangan emosionalnya. Seorang remaja yang badannya tinggi besar belum tentu mempunyai emosi yang matang, sebaliknya yang bertubuh biasa saja mempunyai emosi yang lebih matang (Depkes RI, 2007).

  Menurut Punsalan (2010), perubahan sekunder pada laki-laki, yaitu : (1) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang (2) Tangan dan kaki bertambah besar (3) Pundak dan dada bertambah besar dan membidang (4) Otot menguat dan tumbuh jakun (5) Tulang wajah memanjang dan membesar tidak tampak

  (6) Tumbuh rambut-rambut di ketiak sekitar muka dan sekitar kemaluan (7) Penis dan buah zakar membesar (8) Suara menjadi besar (10) Keringat bertambah banyak (11) kulit dan rambut mulai berminyak.

2) Pada remaja perempuan

  Anak perempuan mulai tumbuh pesat fisiknya pada usia 10 tahun dan paling cepat terjadi pada usia 12 tahun. Pertubuhan pesat umumnya pada usia 10-11 tahun. Perkembangan payudara merupakan tanda awal dari pubertas, di mana daerah puting susu dan sekitarnya mulai membesar, kemudian rambut pubis muncul. Pada sepertiga anak remaja, pertumbuhan rambut pubis terjadi sebelum tumbuhnya payudara rambut ketiak dan badan mulai tumbuh pada usia (12 – 13) tahun. Tumbuhnya rambut badan bervariasi luas. Pengeluaran sekret vagina terjadi pada usia 10 – 13 tahun. Keringat ketiak mulai diproduksi pada usia 12 – 13 tahun, karena berkembangnya kelenjar apokrin yang juga menyebabkan keringat ketiak mempunyai bau yang khas. Menstruasi terjadi pada usia 11 – 14 tahun. Pematangan seksual penuh remaja perempuan terjadi pada usia 16 tahun (Depkes RI, 2007).

  Menurut Punsalan (2010), perubahan sekunder pada perempuan, yaitu

a) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang

  c) Tumbuh bulu-bulu halus disekitar ketiak dan vagina

  d) Panggul mulai melebar

  e) Tangan dan kaki bertambah besar

  f) Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar

  g) Vagina mengeluarkan cairan

  h) Keringat bertambah banyak i) Kulit dan rambut mulai berminyak j) Pantat bertambah lebih besar. Menurut Depkes (2007), perubahan fisik remaja putri, yaitu

  a) Pinggul melebar

  b) Pertumbuhan rahim dan vagina

  c) Menstruasi awal

  d) Pertumbuhan rambut kelamin dan ketiak

  e) Payudara membesar

  f) Pertumbuhan lemak dan keringat (jerawat)

  g) Pertambahan berat badan dan tinggi badan

  d. Dampak Menurut Depkes RI (2007), dampak yang ditimbulkan dari perubahan seks sekunder pada remaja, yaitu:

1) Masa remaja awal: 10 – 13 tahun

  a) Cemas terhadap penampilan badan yang berdampak pada meningkatnya kesadaran diri (self consciousness)

b) Perubahan hormonal berdampak sebagai individu yang mudah

  c) Menyatakan kebebasan berdampak bereksperimen dalam berpakaian, berdandan trendi dan lain-lain.

  d) Perilaku memberontak membuat remaja sering konflik dengan lingkungan.

  e) Kawan lebih penting sehingga remaja berusaha menyesuaikan dengan mode teman sebaya.

  f) Perasaan memiliki terhadap teman sebaya berdampak punya gang/ kelompok sahabat, remaja tidak mau berbeda dengan teman sebaya.

  g) Sangat menuntut keadilan dari sisi pandang sendiri dengan membandingkan segala sesuatunya sebagai buruk/hitam atau baik/putih berdampak sulit bertoleransi dan sulit berkompromi. 2) Masa remaja tengah: 14 – 16 tahun

  1. Lebih mampu untuk berkompromi, berdampak tenang, sabar dan lebih toleran untuk menerima pendapat orang lain.

  2. Belajar berfikir independen dan memutuskan sendiri berdampak menolak mencampur tangan orang lain termasuk orang tua.

  3. Bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasa nyaman berdampak baju, gaya rambut, sikap dan pendapat berubah-ubah.

  4. Merasa perlu mengumpulkan pengalaman baru walaupun beresiko berdampak mulai bereksperimen dengan merokok,

  5. Tidak lagi terfokus pada diri sendiri berdampak lebih bersosialisasi dan tidak lagi pemalu.

  6. Membangun nilai, norma dan moralitas berdampak mempertanyakan kebenaran ide, norma yang dianut keluarga.

  7. Mulai membutuhkan lebih banyak teman dan solidaritas berdampak ingin banyak menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan teman-teman.

  8. Mulai membina hubungan dengan lawan jenis berdampak berpacaran tetapi tidak menjurus serius.

  9. Mampu berfikir secara abstrak mulai berhipotesa berdampak mulai peduli yang sebelumnya tidak terkesan dan ingin mendiskusikan atau berdebat.

3) Masa remaja akhir: 17 – 19 tahun

  a) Ideal berdampak cenderung menggeluti masalah sosial politik termasuk agama b) Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan diluar keluarga berdampak mulai belajar mengatasi stress yang dihadapi dan sulit diajak berkumpul dengan keluarga.

  c) Belajar mencapai kemandirian secara finansial maupun emosional berdampak kecemasan dan ketidak pastian masa depan yang dapat merusak keyakinan diri.

  d) Lebih mampu membuat hubungan yang stabil dengan lawan jenis berdampak mempunyai pasangan yang lebih serius dan e) Merasa sebagai orang dewasa berdampak cenderung mengemukakan pengalaman yang berbeda dengan orang tua.

  f) Hampir siap menjadi orang dewasa yang mandiri berdampak mulai nampak ingin meninggalkan rumah atau hidup sendiri.

F. Kerangka Teori

  Perubahan Seks Remaja

  Sikap Sekunder

  1. Pengertian

  1. Pengertian

  2. Penyebab

  2. Sifat sikap

  3. Tanda

  3. Pembentukan sikap

  4. Dampak

  4. Tingkatan sikap

  5. Cara pengukuran sikap

Gambar 2.2 Kerangka Teori

  Sumber: Depkes RI (2007), Kumalasari dan Andhiantoro (2010), Azwar (2009)

G. Kerangka Konsep Penelitian

  Positif Sikap remaja dalam menghadapi timbulnya seks sekunder

  Negatif Faktor yang mempengaruhi Sikap

  1. Pengalaman Pribadi

  2. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting

  3. Pengaruh Kebudayaan

  4. Media Massa

  5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

  6. Pengaruh Faktor Emosional Keterangan :

  : Variabel yang diteliti : Vaiabel yang tidak diteliti

Gambar 2.3. Kerangka Konsep

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Menurut Nursalam (2013), penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan) peristiwa-peristiwa yang penting yang terjadi pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada

  data faktual daripada penyimpulan. Penelitian kuantitatif adalah teknik yang digunakan untuk mengolah data yang berbentuk angka, baik sebagai hasil pengukuran maupun hasil konvensi (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini menggambarkan sikap remaja dalam menghadapi timbulnya seks sekunder di MTsN Gondangrejo Karanganyar.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

  1. Lokasi Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data selama kasus berlangsung (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilakukan di

  MTsN Gondangrejo Karanganyar.

  2. Waktu penelitian Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk memperoleh data penelitian yang dilaksanakan

  (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015.