PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA DI SMK MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH

REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA DI SMK MUHAMMADIYAH 1 SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan

Disusun oleh: ENGGAR LAILA R NIM : R 1111011 PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN TRANSFER FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA ENGGAR LAILA ROMADHONI R1111011

Telah Disetujui oleh Pembimbing untuk Diuji di Hadapan Tim Penguji

Pada Tanggal :

Pembimbing I

Pembimbing II

Sri Mulyani, S.Kep, Ns., M.Kes Sri Anggarini, S.SiT., M.Kes. NIP: 19670214993032001

NIP: 197706212010122001

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA ENGGAR LAILA ROMADHONI R1111011

Telah Dipertahankan dan Disetujui di Hadapan Tim Penguji KTI Mahasiswa D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran UNS

Pada Tanggal:

Pembimbing I

Pembimbing II

Sri Mulyani, S.Kep, Ns., M.Kes Sri Anggarini P. S.SiT., M.Kes. NIP: 19670214993032001

NIP: 19770621 201012 2 001

Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah

Erindra Budi C, S.Kep.Ns., M.Kes. NIP: 197802202005011001

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA ENGGAR LAILA ROMADHONI R1111011

Telah Dipertahankan dan Disetujui di Hadapan Tim Penguji KTI Mahasiswa D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran UNS

Pada Tanggal:

Pembimbing I

Pembimbing II

Sri Mulyani, S.Kep, Ns., M.Kes Sri Anggarini P. S.SiT., M.Kes. NIP: 19670214993032001

NIP: 19770621 201012 2 001

KetuaPenguji Sekretaris Penguji

Mujahidatul Musfiroh, S.Kep, Ns., Arista Adi N, S.Psi., MM. NIP.195104211980111002

NIP.198007022005011002

Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : ENGGAR LAILA ROMADHONI NIM : R1111011 Judul KTI

: PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKSUAL PRANIKAH REMAJA

Program Studi : Diploma IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran UNS Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya susn

adalah benar karya saya. Saya bertanggungjawab sepenuhnya apabila dikemudian hari terdapat tuntutan yang meragukan keaslian Karya Tulis Ilmiah yang saya susun. Dan apabila terbukti benar saya melakukan plagiatisme (praktik penjimplakan), maka saya siap menerima seluruh konsekuensi termasuk pencabutan status saya sebagai mahasiswa dan atau pembatalan ijazah oleh institusi apabila terdapat tuntutan yang dapat mengakibatkan rusaknya nama institusi di masyarakat.

Demikan surat keterangan ini saya buat tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun.

Surakatya, Agustus 2012

Enggar Laila Romadhoni

Sesungguhnya sesudah kemudahan itu ada kemudahan maka setelah selesai suatu urusan, segeralah menyelesaikan urusan yang lain dan kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap

(QS. Al Insyirah: 6-7)

Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka

(QS. AR. Ra’d: 11)

Awal dari ilmu pengetahuan adalah diam, lalu mendengarkan kemudian menyerap dan seterusnya mengamalkan dan menyebarluaskan

(Al-Ghazali)

Karya Tulis Ilmiah ini ku persembahkan:

1. Kepada ALLAH SWT, hanya pada-Mulah aku memohon dan berserah diri, meminta cahaya penerangan dan ketabahan dalam hidupku.

2. Untuk suamiku tercinta terima kasih atas kasih sayang, perhatian, dukungannya.

3. Untuk anakku tercinta “Qaiser Arfa Damia Haziq” yang selalu ku bawa saat menuntut ilmu sampai menjelang satu hari kelahirannya.

4. Untuk ibu tercinta terima kasih atas kasih sayang dan perhatian yang telah kau berikan, terima kasih atas cinta dan ketulusanmu.

5. Untuk Bapak tersayang, terima kasih atas kasih sayang dan perhatian yang telah diberikan padaku hingga saat ini, terima kasih atas kerja keras dan ketulusanmu dalam membesarkanku.

6. Untuk Kakak dan Adik-adikku terimakasih atas motivasi dan dukungannya untuk selalu tetap sabar dan semangat.

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga tugas penyusunan proposal penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan Seks Tentang Kesehatan Reproduksi terhadap Sikap Seksual pranikah Remaja.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2012. Perlu disadari bahwa penyusunan proposal ini tidak dapat selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada:

1. H. Tri Budi Wiryanto, dr, SpOG (K) selaku Ketua Program Studi D IV Kebidanan Universitas Sebelas Maret.

2. Erindra Budi Chandra, S.Kep.Ns.M.Kes. selaku Ketua Tim KTI D IV Kebidanan Universitas Sebelas Maret.

3. Sri Mulyani, S.Kep, Ns., M.Kes. selaku pembimbing utama yang selalu membimbing dan memberikan saran serta kritik yang membangun.

4. Sri Anggarini, S.SiT., M.Kes. selaku Pembimbing Pendamping yang selalu membimbing dan memberikan saran serta kritik yang membangun.

5. Wakidi, S.Pd., MM, selaku Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 1 Sragen yang telah berkenan memberikan ijin sebagai tempat penelitian.

6. Seluruh staf serta karyawan Prodi Kebidanan FK Universitas Sebelas Maret Surakarta 6. Seluruh staf serta karyawan Prodi Kebidanan FK Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, Juli 2012

Enggar Laila Romadhoni

Tabel 2.1 Karakteristik seks primer dan seks sekunder remaja ................

Tabel 3.1 Kisi-kisi skala sikap remaja terhadap seks bebas ......................

Tabel 3.2 Kisi-kisi skala sikap remaja terhadap seks bebas setelah uji

validitas .....................................................................................

Tabel 3.3 Distribusi Item Valid dan Gugur Skala Sikap ...........................

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Data .........................................................

Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas Tes Awal (Pre Test) ............................

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Tes Akahir (Pre Test) ..........................

Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Test Awal (Pre Test) Skala Sikap Pranikah

Remaja ....................................................................................... 43

Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Test Awal antara Kelompok

Intervensi dan kelompok Kontrol ..............................................

Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Test Akhir (Post Test) Skala Sikap .............

Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Test Awal antara Kelompok

Intervensi dan kelompok Kontrol .............................................

45 Tabel

4.8 Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Test Akhir antara Kelompok Intervensi dan kelompok Kontrol ............................

Gambar 2.1. Kerangka Konsep .................................................................

33

Gambar 3.1. Skema Desain Penelitian ......................................................

35

Gambar 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..........

40

Gambar 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur .......................

40

Gambar 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Informasi tentang

Kesehatan Reproduksi ..........................................................

41

Gambar 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi

tentang Kesehatan Reproduksi .............................................

42

Lampiran 1 Jadwal penelitian ...............................................................................

63

Lampiran 2 Surat Pernyataan menjadi Responden ................................................

64

Lampiran 3 Kuesioner ............................................................................................

65

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ....................................................

68

Lampiran 5 Hasil Penelitian ...................................................................................

70

Lampiran 6 Hasil Analisa Data ..............................................................................

74

Lampiran 7 Materi Pendidikan seks .......................................................................

85

Lampiran 8 Peijinan ...............................................................................................

91

Enggar Laila Romadhoni . R1111011. Pengaruh Pendidikan Seks Tentang Kesehatan Reproduksi Terhadap Sikap Seksual Pranikah Pada Remaja Kelas XI SMK Muhammadiyah 1 Sragen

Berdasar studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 13 april 2012 di SMK Muhammadiyah 1 Sragen, peneliti mendapatkan informasi dari bagian kesiswaan bahwa tahun 2000-2010 terdapat 18 siswa hamil dan terpaksa dikeluarkan dari sekolah, dan dari wawancara terhadap 17 siswa didapatkan hasil bahwa diantaranya 10 siswa mengaku telah berpacaran dan berciuman, 1 siswa diantaranya sudah melakukan hubungan seks, sedangkan yang lain mengaku belum pacaran. Selama ini pendidikan seks telah dilakukan di beberapa sekolah, namun jarang sekali yang memasukkan unsur nilai-nilai seksualitas di dalamnya. Tujuan Penelitian: Mengetahui pengaruh pendidikan seks tentang kesehatan reproduksi terhadap sikap seksual pranikah pada remaja Kelas XI SMK Muhammadiyah 1 Sragen. Metode Penelitian Jenis penelitian Quasi Experiment dengan rancangan desain Pretest-Posttest with Control Group Design. Sampling penelitian cluster random sampling. Sampel penelitian kelas XI A sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah 35 siswa dan kelas B sebagai kelompok kontrol dengan jumlah 35 siswa. Instrumen penelitian dengan menggunakan skala sikap. Analisa data menggunakan independence t test untuk taraf signifikansi 95%. Hasil penelelitin: Hasil uji t test diperoleh t hitung ((7,290) > t tabel (2,021) dan angka signifikan (0,000) < (0,05). Sehingga Ha diterima, Ho ditolak. Kesimpulan: Terdapat pengaruh pendidikan seks tentang kesehatan reproduksi terhadap sikap seksual pranikah pada remaja Kelas XI SMK Muhammadiyah 1 Sragen

Kata kunci: Pendidikan seks, kesehatan reproduksi, sikap seksual pra nikah

Enggar Laila Romadhoni . R1111011. Effect Of Sex Education About Reproductive Health On Premarital Sexual Attitude In Adolescent 11 th Grade Of SMK Muhammadiyah 1 Sragen

Based on preliminary studies conducted on April 13th 2012 at SMK Muhammadiyah 1 Sragen, researchers obtain information from the student that the years 2000-2010 there were 18 students pregnant and was forced out of school, and from interviews with 17 students showed that among 10 students admitted have been dating and kissing, a student of them already had sex, while others claimed not dating. During this sex education has been done in some schools, but they rarely include elements of the values of sexuality in it. Objective: To knowing the effect of sex education on reproductive health of premarital sexual attitude adolescent in 11 th grade of SMK Muhammadiyah 1 Sragen. Research method: This research is a Quasi Experiment, or apparent research with this study design used Posttest Pretest with Control Group Design. This research used 35 people for the intervention group and 30 people for the control group. Instrumen using attitude scale. Analysis of data used the independence t test for 95% significance level. Result: There was influence of sex education on reproductive health of premarital sexual attitude adolescent. T test of test results obtained t count ((7.290)> t table (2.021) and significant figures (0.000) <(0.05). Conclusion: There was influence of sex education on reproductive health of premarital sexual attitude adolescent in 11 th grade of SMK Muhammadiyah 1 Sragen.

Keyword: Sex education, reproductive health, premarital sexual attitude

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Remaja (adolescentia) adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial. Perilaku seks bebas di kalangan muda akhir- akhir ini banyak menjadi sorotan karena cenderung meningkat. Hal ini tentu saja menimbulkan masalah karena perilaku tersebut dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang ada di Indonesia.

Menurut Sarwono (2002), ada beberapa faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, diantaranya perubahan-perubahan hormonal yang dapat meningkatkan hasrat seksual remaja, penyebaran informasi yang salah misalnya dari buku-buku dan VCD porno, rasa ingintahu (curiousity) yang sangat besar, serta kurangnya pengetahuan yang didapat dari orang tua dikarenakan orang tua menganggap hal tersebut tabu untuk dibicarakan. Terdapat beberapa alasan lain yang menyebabkan remaja pada akhirnya melakukan seks bebas. Diantaranya adalah sebagai bukti cinta dan sangat mencintai pacar, dijanjikan akan menikah, rasa ingin tahu yang sangat tinggi tentang seksualitas, ingin mencoba, takut mengecewakan pacar, takut diputuskan pacar, serta kurangnya pengetahuan tentang seksualitas yang didapat dari keluarga dan sekolah. Umumnya remaja kurang menyadari akibat-akibat Menurut Sarwono (2002), ada beberapa faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, diantaranya perubahan-perubahan hormonal yang dapat meningkatkan hasrat seksual remaja, penyebaran informasi yang salah misalnya dari buku-buku dan VCD porno, rasa ingintahu (curiousity) yang sangat besar, serta kurangnya pengetahuan yang didapat dari orang tua dikarenakan orang tua menganggap hal tersebut tabu untuk dibicarakan. Terdapat beberapa alasan lain yang menyebabkan remaja pada akhirnya melakukan seks bebas. Diantaranya adalah sebagai bukti cinta dan sangat mencintai pacar, dijanjikan akan menikah, rasa ingin tahu yang sangat tinggi tentang seksualitas, ingin mencoba, takut mengecewakan pacar, takut diputuskan pacar, serta kurangnya pengetahuan tentang seksualitas yang didapat dari keluarga dan sekolah. Umumnya remaja kurang menyadari akibat-akibat

Angka aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta per tahun, sekitar 750.000 diantaranya dilakukan oleh remaja. WHO (World Health Organization) memperkirakan di seluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kejadian aborsi yang tidak aman (unsafe abortion), (95%) diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 78.000 (13%)dari total perempuan melakukan atau mendapatkan tindakan aborsi yang tidak aman berakhir dengan kematian (Safe Motherhood 2000, Cit. Soetjiningsih 2007: 143).

Kurangnya pemahaman tentang sikap seksual pada masa remaja sangat merugikan bagi remaja sendiri termasuk keluarganya. Dampak yang diakibatkan oleh sikap seksual remaja antara lain adalah timbulnya masalah psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah, dan agresi. Sementara akibat psikososial yang timbul akibat sikap seksual antara lain adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba- tiba berubah, misalnya pada kasus remaja yang hamil di luar nikah (Sarwono, 2002).

2012 di SMK Muhammadiyah 1 Sragen, peneliti mendapatkan informasi dari bagian kesiswaan bahwa tahun 2000-2010 terdapat 18 siswa hamil dan terpaksa dikeluarkan dari sekolah, dan dari wawancara terhadap 17 siswa didapatkan hasil bahwa diantaranya 10 siswa mengaku telah berpacaran dan berciuman, 1 siswa diantaranya sudah melakukan hubungan seks, sedangkan yang lain mengaku belum pacaran. Selama ini pendidikan seks telah dilakukan di beberapa sekolah, namun jarang sekali yang memasukkan unsur nilai-nilai seksualitas di dalamnya. Untuk itu penelitian ini dilakukan guna mengetahui sejauh mana pengaruh pendidikan seks terhadap perubahan sikap remaja mengenai seks bebas.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh pendidikan seks tentang kesehatan reproduksi terhadap sikap seksual pranikah pada remaja Kelas XI SMK Muhammadiyah 1 Sragen?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pendidikan seks tentang kesehatan reproduksi remaja terhadap sikap seksual pranikah pada remaja Kelas

XI SMK Muhammadiyah 1 Sragen.

Mengetahui sikap remaja terhadap pergaulan seks pranikah sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan seks. Dan melakukan analisa pengaruh pendidikan seks tentang kesehatan reproduksi terhadap sikap seksual pranikah remaja di SMK Muhammadiyah 1 Sragen.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoretis Memberi informasi ilmiah mengenai pengaruh pendidikan seks tentang kesehatan reproduksi terhadap sikap seksual pranikah remaja.

2. Manfaat Praktis Membantu memberikan sarana meningkatkan informasi mengenai sikap seks yang sehat dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi bagi siswa di sekolah tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pendidikan seks

Pendidikan seks menurut Suryabrata (1998), proses pendidikan yaitu proses dimana pendidik dengan sengaja dan penuh tanggung jawab memberikan pengaruh kepada anak didik, demi kebahagiaan anak didik. Proses ini terjadi dalam suatu situasi yang menyangkut banyak sekali hal, seperti pergaulan antara pendidik dan anak didik, tujuan yang akan dicapai, materi yang diberikan dalam proses itu, sarana yang dipakai, lingkungan yang menjadi ajang proses itu, dan sebagainya. Pendidikan seks adalah proses dimana fasilitator dengan sengaja dan penuh tanggung jawab memberikan pengaruh yang positif kepada peserta pendidikan seks, dengan tujuan agar peserta pendidikan seks dapat mengerti dan memahami materi-materi yang diberikan dalam pendidikan seks, yang mencakup tentang perubahan-perubahan yang terjadi ketika memasuki masa remaja (perubahan fisik, psikologis, dan sosial), latar belakang diperlukannya pendidikan seks bagi remaja, tantangan menuju kesejahteraan seksual remaja, organ-organ seksual pria dan wanita, fertilisasi (pembuahan), perkembangan janin, bentuk- bentuk perilaku seksual remaja, akibat-akibat yang dapat ditimbulkan dengan melakukan perilaku seks bebas, penyakit-penyakit menular Pendidikan seks menurut Suryabrata (1998), proses pendidikan yaitu proses dimana pendidik dengan sengaja dan penuh tanggung jawab memberikan pengaruh kepada anak didik, demi kebahagiaan anak didik. Proses ini terjadi dalam suatu situasi yang menyangkut banyak sekali hal, seperti pergaulan antara pendidik dan anak didik, tujuan yang akan dicapai, materi yang diberikan dalam proses itu, sarana yang dipakai, lingkungan yang menjadi ajang proses itu, dan sebagainya. Pendidikan seks adalah proses dimana fasilitator dengan sengaja dan penuh tanggung jawab memberikan pengaruh yang positif kepada peserta pendidikan seks, dengan tujuan agar peserta pendidikan seks dapat mengerti dan memahami materi-materi yang diberikan dalam pendidikan seks, yang mencakup tentang perubahan-perubahan yang terjadi ketika memasuki masa remaja (perubahan fisik, psikologis, dan sosial), latar belakang diperlukannya pendidikan seks bagi remaja, tantangan menuju kesejahteraan seksual remaja, organ-organ seksual pria dan wanita, fertilisasi (pembuahan), perkembangan janin, bentuk- bentuk perilaku seksual remaja, akibat-akibat yang dapat ditimbulkan dengan melakukan perilaku seks bebas, penyakit-penyakit menular

Raditya (2008) mengemukakan bahwa penyampaian materi pendidikan seks, sebaiknya diberikan oleh pendidik teman sebaya atau disebut dengan peer educator. Pendidik ini sudah mendapat bekal pelatihan yang cukup agar materi yang disampaikan dapat diterima oleh usia remaja. Dalam penelitian ini metode pendidikan seks yang diberikan adalah presentasi dan diskusi. Presentasi dilakukan oleh fasilitator yang dalam hal ini adalah peneliti sendiri, sedangkan metode diskusi dilakukan bersama antara fasilitator dengan peserta pendidikan seks.

Pendidikan seks adalah proses dimana fasilitator dengan sengaja dan penuh tanggung jawab memberikan pengaruh yang positif kepada peserta pendidikan seks, dengan tujuan agar peserta pendidikan seks dapat mengerti dan memahami materi-materi yang diberikan dalam pendidikan seks, yang mencakup tentang perubahan-perubahan yang terjadi ketika memasuki masa remaja (perubahan fisik, psikologis, dan sosial).

a. Pengertian sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmojo, 2003). Sikap adalah kondisi mental yang kompleks yang melibatkan keyakinan dan perasaan, serta disposisi untuk bertindak secara tertentu (free online dictionary). Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud disini adalah kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya respon (Azwar, 2007). Sikap juga dapat diartikan sebagai kecenderungan yang relatif stabil, dimiliki seseorang dalam bereaksi (baik reaksi positif maupun negatif) terhadap dirinya sendiri, orang lain, benda, situasi atau kondisi sekitarnya (Mappiere, 1999). Sikap tumbuh diawali dari pengetahuam yang dipersepsikan sebagai suatu hak yang baik (positif) maupun tidak baik (negatif), kemudian diterapkan ke dalam dirinya

b. Komponen sikap

Struktur sikap terdiri dari 3 komponen yang saling menunjang, yaitu (Azwar.S, 2007) :

1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif 1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif

2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Komponen sikap inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin bisa mengubah sikap seseorang. Komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

c. Tingkatan sikap

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan (Notoatmojo, 2003) :

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespon (respinding) 2) Merespon (respinding)

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

d. Sifat sikap

Sikap dapat pula bersikap positif dan dapat pula bersifat negatif (Azwar, 2007).

1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, menghargai objek tertentu.

2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.

e. Ciri-ciri sikap

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau

dipelajari sepanjang perkembangan hidup.

2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat- syarat tertentu.

hubungan tertentu terhadap suatu objek.

4) Objek sikap merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan suatu hal.

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. (Azwar, 2007).

f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap (Azwar, 2007) antara lain:

1) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

3) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4) Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan, tidaklah mengherankan jika pada akhirnya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6) Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

g. Cara pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat dinilai melalui pernyataan sikap berupa rangkaian kalimat yang menyatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap positif berisi kalimat yang bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap negatif berisi hal-hal yang tidak mendukung maupun kontra terhadap objek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang unfavourable.

Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favourable dan unfavourable dalam jumlah yang Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favourable dan unfavourable dalam jumlah yang

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmojo, 2003).

3. Sikap seksual pranikah remaja

Sikap seksual adalah respon seksual yang diberikan oleh seseorang setelah melihat, mendengar atau membaca informasi serta pemberitaan, gambar-gambar yang berbau porno dalam wujud suatu orientasi atau kecenderungan dalam bertindak. Sikap yang dimaksud adalah sikap remaja terhadap perilaku seksual pranikah (Bungin, 2001). Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat dan pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan pernyataan hipotesis kemudian dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoadmojo, 2003). Kuesioner mengacu pada skala likert dengan bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan terdiri dari jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju (Hidayat, 2007). Sikap dapat bersifat Sikap seksual adalah respon seksual yang diberikan oleh seseorang setelah melihat, mendengar atau membaca informasi serta pemberitaan, gambar-gambar yang berbau porno dalam wujud suatu orientasi atau kecenderungan dalam bertindak. Sikap yang dimaksud adalah sikap remaja terhadap perilaku seksual pranikah (Bungin, 2001). Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat dan pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan pernyataan hipotesis kemudian dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoadmojo, 2003). Kuesioner mengacu pada skala likert dengan bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan terdiri dari jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju (Hidayat, 2007). Sikap dapat bersifat

b. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,membenci, tidak menyukai objek tertentu. Menurut Thurstone, dkk (dalam Azwar, 2005), sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sedangkan menurut Berkowitz (dalam Azwar, 2005), sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Menurut Bird dan Keith (1994), premarital sex adalah salah satu bentuk sexual intercourse yang dilakukan oleh pasangan yang keduanya tidak terikat dalam pernikahan. Seks adalah bukan hanya hubungan intim, ekspresi dari seksualitas dapat terkait dengan banyak perilaku lain. Berikut ini adalah bentuk-bentuk sikap seksual dijelaskan oleh Dianawati A (2006) terdiri dari 2:

a. Hubungan seksual

Hubungan seksual yaitu masuknya penis ke dalam vagina. Bila terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan mani yang di dalamnya terdapat jutaan sperma) dengan posisi alat kelamin laki-laki berada dalam vagina memudahkan pertemuan sperma dan sel telur yang menyebabkan terjadinya pembuahan atau kehamilan. (Sarwono. 2002). Hubungan seksual biasa disebut senggama atau coitus.

Tentu saja hubungan seksual atau yang disebut bersetubuh yang benar menurut etika, moral dan agama adalah jika dilakukan Tentu saja hubungan seksual atau yang disebut bersetubuh yang benar menurut etika, moral dan agama adalah jika dilakukan

b. Selain hubungan seksual

1) Masturbasi

Adalah menyentuh, menggosok dan meraba bagian tubuh sendiri yang peka sehingga menimbulkan rasa menyenangkan untuk mendapat kepuasan seksual (orgasme) baik tanpa menggunakan alat maupun menggunakan alat.

Biasanya masturbasi dilakukan pada bagian tubuh yang sensitif, namun tidak sama pada masing-masing orang. Secara medis masturbasi tidak akan mengganggu kesehatan juga tidak menimbulkan risiko fisik. Pengaruh masturbasi biasanya bersifat psikologis seperti rasa bersalah, berdosa, dan rendah diri karena melakukan hal-hal yang tidak disetujui oleh agama dan nilai-nilai budaya sehingga jika sering dilakukan akan menyebabkan terganggunya konsentrasi pada remaja tertentu (Sarwono, 2002).

2) Onani

Onani mempunyai arti sama dengan masturbasi, namun istilah ini diperuntukkan bagi laki-laki. Istilah onani lainnya Onani mempunyai arti sama dengan masturbasi, namun istilah ini diperuntukkan bagi laki-laki. Istilah onani lainnya

3) Oral seks

Adalah melakukan rangsangan dengan mulut pada organ seks pasangannya. Pada pelaku laki-laki disebut cunnilingus, jika perempuan disebut fellatio.

4) Anal seks

Adalah hubungan seksual yang dilakukan dengan memasukkan penis ke anus atau dubur. Aktivitas seperti ini sangat berbahaya, karena anus mengandung banyak bakteri penyakit.

5) Petting

Petting adalah melakukan hubungan seksual dengan atau tanpa pakaian tetapi tanpa melakukan penetrasi penis ke dalam vagina, jadi sebatas digesekkan saja ke alat kelamin perempuan.

Ada pula yang mengatakan petting sebagai bercumbu berat. Biasanya dilakukan sebagai pemanasan sebelum melakukan hubungan seks. Walaupun tanpa melepaskan pakaian, petting tetap dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan karena sperma tetap bisa masuk ke dalam rahim, karena ketika terangsang perempuan akan mengeluarkan cairan yang mempermudah masuknya sperma ke dalam rahim, sedangkan sperma itu sendiri memiliki kekuatan untuk Ada pula yang mengatakan petting sebagai bercumbu berat. Biasanya dilakukan sebagai pemanasan sebelum melakukan hubungan seks. Walaupun tanpa melepaskan pakaian, petting tetap dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan karena sperma tetap bisa masuk ke dalam rahim, karena ketika terangsang perempuan akan mengeluarkan cairan yang mempermudah masuknya sperma ke dalam rahim, sedangkan sperma itu sendiri memiliki kekuatan untuk

c. Dampak Hubungan Seks Pranikah

Hubungan seks bebas tentu saja akan memiliki pengaruh buruk, baik bagi individu yang melakukannya maupun bagi pihak lain, apalagi jika sampai kepada melakukan hubungan seksual. Depkes RI (2001 dalam Sarwono, 2002) menyebutkan beberapa pengaruh buruk seks pranikah atau seks bebas itu, antara lain:

1) Bagi remaja

a) Remaja pria menjadi tidak perjaka dan remaja wanita

menjadi tidak perawan.

b) Menambah risiko tertularnya penyakit menular seksual

(PMS).

c) Remaja putri terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran kandungan yang tidak aman, infeksi organ reproduksi, anemia, kemandulan dan kematian karena perdarahan.

d) Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, rasa berdosa,

hilang harapan masa depan).

e) Kemungkinan hilangnya kesempatan untuk melanjutkan

pendidikan dan kesempatan kerja.

f) Melahirkan bayi yang kurang/tidak sehat.

a) Menimbulkan aib keluarga.

b) Menimbulkan beban ekonomi keluarga.

c) Pengaruh kejiwaan bagi anak yang dilahirkan akibat tekanan dari masyarakat di lingkungannya (ejekan).

3) Bagi masyarakat

a) Meningkatnya remaja putus sekolah sehingga kualitas

masyarakat menurun.

b) Meningkatnya angka kematian ibu dan bayi.

c) Menambah beban ekonomi masyarakat, sehingga derajat

kesehatan menurun. Hal-hal yang mendorong remaja melakukan seks bebas di antaranya: faktor mis-persepsi terhadap pacaran: bentuk penyaluran kasih sayang yang salah dalam pacaran, faktor religiusitas: kehidupan iman yang tidak baik, faktor kematangan biologis (Saroha Pinem, 2009).

4. Remaja

a. Pengertian

Remaja menurut World Health Organization (WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebutkan kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun (Kusmiran, 2011). Remaja adalah masa transisi antara anak-anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh Remaja menurut World Health Organization (WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebutkan kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun (Kusmiran, 2011). Remaja adalah masa transisi antara anak-anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh

Masa remaja atau adolesen merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa muda. Masa remaja adalah suatu bagian dari proses tumbuh kembang yang berkesinambungan sejak saat konsepsi sampai mencapai dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan besar dan cepat dalam proses pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial atau tingkah laku serta hormonal (Narendra, 2002).

Masa remaja adalah fase pertumbuhan dan perkembangan saat individu mencapai usia 10-19 tahun. Dalam rentang waktu ini terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi. Seiring dengan pertumbuhan fisik, remaja juga mengalami perubahan jiwa. Remaja menjadi individu yang sensitif, mudah menangis, mudah cemas, frustasi, tetapi juga mudah tertawa. Perubahan emosi menjadikan remaja sebagai individu yang agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan. Remaja mulai mampu berpikir abstrak, senang mengkritik, dan ingin mengetahui hal yang baru (Sarwono, 2002).

World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga kriteria yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20 World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja lebih bersifat konseptual, ada tiga kriteria yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi, dengan batasan usia antara 10-20

Individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

2)

Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3)

Terjadi peralihan dari ketergantungan social-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relative lebih mandiri (Sarwono, 2002).

b. Tahap perkembangan remaja

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan ada 3 tahap perkembangan remaja :

1) Remaja awal (early adolenscence) (13-14 tahun)

Remaja tahap ini masih terheran-heran akan perubahan pada tubuhnya sendiri dan dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu, mereka mengembangkan pikiran- pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Selain itu kendali terhadap “ego” berkurang menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan- kawan, ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri dengan menyukai teman yang punya sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu mereka berada pada kondisi kebingungan saat harus memilih (peka atau tidak peduli, optimis atau pesimis dan sebagainya). Remaja pria berusaha membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri saat kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan teman.

3) Remaja akhir (late adolenscence) (18-21 tahun)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu:

a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-funsgi intelek.

b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang- orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

c) Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah

lagi.

d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antar kepentingan diri-sendiri dengan orang lain.

masyarakat umum.(Saroha pinem, 2009)

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja Sejak di dalam kandungan seorang individu mengalami proses perubahan yang akan berlangsung seumur hidup. Aspek- aspek perubahan yang dialami oleh setiap individu meliputi fisik, kognitif maupun psikososialnya. Menurut pandangan Gunarsa dan Gunarsa (2007) ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan, yaitu :

1) Faktor endogen

Dalam pandangan ini dinyatakan bahwa perubahan fisik maupun psikis dipengaruhi oleh faktor internal yang bersifat herediter yaitu yang diturunkan oleh orang tuanya, misalnya : postur tubuh, bakat-minat, kecerdasan, kepribadian dan sebagainya.

2) Faktor eksogen

Dalam pandangan ini menyatakan bahwa perubahan dan perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor- faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor ini diantaranya berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

d. Ciri-ciri masa remaja

1) Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu peralihan dari

3) Masa remaja sebagai usia bermasalah.

4) Masa remaja sebagai masa mencari identitas.

5) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, karena masalah penyesuaian diri dengan situasi dirinya yang baru, karena setiap perubahan membutuhkan penyesuaian diri.

6) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.

7) Ciri-ciri kejiwaan remaja, tidak stabil, keadaan emosinya goncang, mudah condong kepada ekstrim, sering terdorong, bersemangat, peka, mudah tersinggung, dan perhatiannya terpusat pada dirinya. (Saroha pinem, 2009)

e. Perkembangan remaja

Menurut Prawirohardjo (2004) perkembangan yang terjadi pada masa remaja ada empat yaitu meliputi:

1) Perkembangan fisik

Perubahan dramatis dalam bentuk dan ciri-ciri fisik berhubungan dengan mulainya pubertas. Hormon estrogen membuat anak perempuan memiliki sifat kewanitaan setelah remaja. Hormon ini dapat merangsang pertumbuhan saluran susu di payudara sehingga payudara membesar. Juga merangsang pertumbuhan saluran telur, rongga rahim dan vagina sehingga membesar, tebal dan mengeluarkan cairan Perubahan dramatis dalam bentuk dan ciri-ciri fisik berhubungan dengan mulainya pubertas. Hormon estrogen membuat anak perempuan memiliki sifat kewanitaan setelah remaja. Hormon ini dapat merangsang pertumbuhan saluran susu di payudara sehingga payudara membesar. Juga merangsang pertumbuhan saluran telur, rongga rahim dan vagina sehingga membesar, tebal dan mengeluarkan cairan

Kematangan hormon seks (sex hormones) akan mengubah pola pertumbuhan seorang anak. Selain mempercepat pertumbuhan fisik, hormon seks juga mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tulang-tulang kerangka (skeleton). Yang dimaksud dengan perubahan fisik remaja yaitu terjadinya perubahan secara biologis yang ditandai dengan kematangan organ seks primer maupun organ seks sekunder, yang dipengaruhi oleh kematangan hormon seksual (saroha Pinem, 2009).

Perubahan hormonal erat kaitannya dengan perubahan di dalam otak yakni hypothalmus, suatu bagian organ otak yang bertugas untuk mengkoordinasi atau mengatur fungsi-fungsi seluruh sistem jaringan organ tubuh. Salah satu diantaranya, ialah merangsang hormon luteinizing hormone releasing hormone (LHRH) dan kelenjar pituitary (pituitary gland) untuk melepaskan hormon gonadotropin. Hormon ini merangsang gonades (testes dan ovaries) untuk memproduksi hormon seksual. Hormon seks pada remaja wanita disebut estrogen atau estradiol; sedangkan hormon remaja laki-laki disebut androgen Perubahan hormonal erat kaitannya dengan perubahan di dalam otak yakni hypothalmus, suatu bagian organ otak yang bertugas untuk mengkoordinasi atau mengatur fungsi-fungsi seluruh sistem jaringan organ tubuh. Salah satu diantaranya, ialah merangsang hormon luteinizing hormone releasing hormone (LHRH) dan kelenjar pituitary (pituitary gland) untuk melepaskan hormon gonadotropin. Hormon ini merangsang gonades (testes dan ovaries) untuk memproduksi hormon seksual. Hormon seks pada remaja wanita disebut estrogen atau estradiol; sedangkan hormon remaja laki-laki disebut androgen

Karakteristik seks primer dan seks sekunder remaja

Karakteristik

seksual

Laki-Laki Wanita

Seks Primer

Seks Sekunder

Testis Kelenjar prostat Penis Jakun Bentuk tubuh segitiga bidang Suara besar Kumis, jenggot, jambang, bulu dada Rambut kemaluan

Vagina Ovarium Uterus Kulit halus (licin) Bentuk tubuh seperti gitar Suara melengking tinggi Rambut kemaluan

2) Perkembangan intelektual

Tidak terdapat perubahan-perubahan dalam fungsi intelektual selama masa remaja. Kemampuan untuk mengerti masalah-masalah yang kompleks berkembang secara bertahap. Masa remaja adalah awal dari tahap pikiran formal operasional, yang dapat diartikan sebagai pemikiran yang melibatkan logika deduksi atau pengurangan. Tahap ini terjadi pada semua orang tanpa memandang pendidikan dan pengalaman mereka. Sebagian besar remaja mampu menyesuaikan diri tanpa mendapatkan kesulitan apa-apa. Tetapi selama masa penyesuaian remaja akan bersikap irasional, mudah tersinggung dan sulit dimengerti. Hal ini karena adanya konflik dalam

Perubahan fisik yang terjadi mengakibakan munculnya dorongan seksual. Pemuasan dorongan seksual masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, dan kurangnya pengetahuan yang benar tentang seksualitas. Pada masa ini mulai tumbuh ketertarikan pada lawan jenisnya dan keinginan untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan lawan jenisnya.

4) Perkembangan emosional

Masa remaja adalah masa stress emosional yang timbul dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas. Hal itu dipandang sebagai perkembangan proses psikososial yang terjadi seumur hidup. Tugas psikososial remaja adalah untuk tumbuh dari orang yang tergantung menjadi orang yang tidak tergantung, yang identitasnya memungkinkan mereka berhubungan dengan yang lainnya dengan gaya dewasa. Terjadinya masalah emosional tersebut berbeda-beda pada setiap remaja. Biasanya pada masa ini remaja mulai mencari jati diri, susah diatur, lebih mudah marah, cemas dan merasa bimbang. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke dewasa.

Pada masa remaja ini ada tiga tahap yaitu masa remaja awal, tengah dan akhir. Pada setiap tahap ada perkembangan dan perubahan yang Pada masa remaja ini ada tiga tahap yaitu masa remaja awal, tengah dan akhir. Pada setiap tahap ada perkembangan dan perubahan yang

5. Seksual Pranikah Remaja

Hubungan seksual adalah suatu hal yang sakral dan bertujuan untuk mengembangkan keturunan. Kenikmatan yang diperoleh dari hubungan tersebut merupakan karunia Tuhan kepada manusia dalam melaksanakan fungsinya meneruskan keturunan. Oleh karena itu hubungan seksual harus dilakukan dalam ikatan yang sah, dimana pasangan terikat komitmen dan tanggung jawab moral (Jernih, 2010). Seksual pranikah remaja adalah hubungan seksual yang dilakukan remaja sebelum menikah (BKKBN, 2007). Definisi yang dirumuskan oleh WHO, remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak- kanak menjadi dewasa, terjadi peralihan dari social ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2006). Perkembangan seorang remaja menurut Smith dan Anderson dalam Dhamayanti (2009) terbagi menjadi tiga tipe yaitu remaja dini (10-13 tahun), remaja pertengahan (14-16 tahun), remaja akhir (17-21 tahun). Aspek seksual pada remaja mempunyai kekhususan antara lain pengalaman berfantasi dan mimpi basah. Fantasi ini tidak hanya dialami oleh para remaja, tetapi ternyata masih sering Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak- kanak menjadi dewasa, terjadi peralihan dari social ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2006). Perkembangan seorang remaja menurut Smith dan Anderson dalam Dhamayanti (2009) terbagi menjadi tiga tipe yaitu remaja dini (10-13 tahun), remaja pertengahan (14-16 tahun), remaja akhir (17-21 tahun). Aspek seksual pada remaja mempunyai kekhususan antara lain pengalaman berfantasi dan mimpi basah. Fantasi ini tidak hanya dialami oleh para remaja, tetapi ternyata masih sering

a. waktu/ saat mengalami pubertas

b. kontol sosial kurang tepat (terlalu ketat atau terlalu longgar), kurangnya kontrol dari orang tua, remaja tidak tahu batas-batas mana yang boleh dan mana yang tidak boleh,

c. frekuensi pertemuan dengan pacarnya, hubungan antar mereka semakin romantis, adanya keinginan untuk menunjukkkan cinta pada pacarnya, penerimaan aktivitas seksual pacarnya.

Akibat terjadinya hubungan seksual pranikah bagi remaja menurut Chyntia (2003 dalam Yanti, 2011) yaitu:

a. Kehamilan

Hubungan seks satu kali saja bisa mengakibatkan kehamilan bila dilakukan pada masa subur/ masa ovulasi.

b. Aborsi tidak aman

Menggugurkan kandungan dengan cara aborsi tidak aman dapat mengakibatkan kematian.

Definisi penyakit kelamin menurut Sa’abah (2001 dalam Yanti, 2011), yaitu penyakit yang diakibatkan oleh infeksi diikuti peradangan dan ditularkan melalui hubungan seksual. Hubungan seks satu kali saja dapat menularkan penyakit bila dilakukan dengan orang yang tertular salah satu penyakit kelamin.

Seksual pranikah adalah suatu kegiatan seks yang dilakukan sebelum menikah. Dimana apabila dilakukan secara bebas dan berganti ganti pasangan dapat mengakibatkan dampak yang serius bagi remaja, baik dampak secara psikis, mental maupun dari segi kesehatan.

6. Kesehatan Reproduksi

a. Pengertian

Kesehatan adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang sejahtera dan bukan hanya ketiadaan penyakit dan lemah (Saroha Pinem, 2009). Reproduksi berasal dari kata re = kembali dan produksi = membuat atau menghasilkan, jadi reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup (Saroha Pinem, 2009). Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat jasmani, rohani, dan bukan hanya terlepas dari ketidakhadiran penyakit atau kecacatan semata, yang berhubungan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi (ICPD 1994, Cit. Notoatmodjo 2007). Menurut Sarwono (2002) remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa. Dari pengertian- Kesehatan adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang sejahtera dan bukan hanya ketiadaan penyakit dan lemah (Saroha Pinem, 2009). Reproduksi berasal dari kata re = kembali dan produksi = membuat atau menghasilkan, jadi reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup (Saroha Pinem, 2009). Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat jasmani, rohani, dan bukan hanya terlepas dari ketidakhadiran penyakit atau kecacatan semata, yang berhubungan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi (ICPD 1994, Cit. Notoatmodjo 2007). Menurut Sarwono (2002) remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa. Dari pengertian-

b. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kesehatan Reproduksi

1) Faktor sosial-ekonomi, dan demografi. Faktor ini berhubungan dengan kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan mengenai perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil.

2) Faktor budaya dan lingkungan, antara lain adalah praktik tradisional yang berdampak buruk terhadap kesehatan reproduksi, keyakinan banyak anak banyak rezeki, dan informasi yang membingungkan anak dan remaja mengenai fungsi dan proses reproduksi.

3) Faktor psikologis: keretakan orang tua akan memberikan dampak pada kehidupan remaja, depresi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharganya wanita di mata pria yang membeli kebebasan dengan materi.

4) Faktor biologis, antara lain cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi, dan sebagainya.

(Notoatmodjo, 2007).

Kesehatan reproduksi remaja penting sekali bagi kesehatan reproduksi dan masuk sebagai komponen kesehatan reproduksi karena masa remaja adalah masa yang khusus dan penting karena merupakan

juga masa pubertas, merupakan masa transisi unik ditandai dengan berbagai perubahan fisik, emosi dan psikis. Pada masa remaja terjadi perubahan organobiologik yang cepat dan tidak seimbang dengan perubahan mental emosional. Keadaan ini dapat membuat remaja bingung. Oleh karena itu perlu pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya sehingga remaja dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang sehat baik jasmani, mental, maupun psikososial. Dalam lingkungan social tertentu, sering terjadi perbedaan perlakuan terhadap remaja laki-laki dan perempuan. Bagi laki-laki masa remaja merupakan saat diperbolehnya kebebasan sementara pada remaja perempuan saat dimulainya segala bentuk pembatasan. Agar masalah kesehatan remaja dapat ditangani dengan tuntas, diperlukan kesadaran perlakuan terhadap remaja laki-laki maupun perempuan.

7. Pengaruh Pendidikan Seks tentang Kesehatan Reproduksi

Terhadap Sikap Seksual Pranikah Pada Remaja