PPN ARTHA BHAKTI 2010.pptx

KETENTUAN TERBARU

UNDANG-UNDANG PAJAK PERTAMBAHAN

  

PENJUALAN BARANG MEWAH

NOMOR 42/2009

POKOK-POKOK PERUBAHAN UU PPN

PASAL YANG DIUBAH DAN ATAU DI TAMBAH

  Pasal 1 : Definisi Pasal 9 : Pengkreditan Pajak Masukan Pasal 1A : Pengertian Penyerahan & bukan Penyerahan Pasal 11 : Saat terutang PPN Pasal 3A : Pengukuhan PKP & pengusaha kecil Pasal 12 : Tempat terutang PPN Pasal 4 : Objek PPN Pasal 13 : Faktur Pajak Pasal 4A : Non BKP & Non JKP Pasal 15A : Saat Penyetoran dan Pelaporan PPN Pasal 5 : PPn BM Pasal 16B : Fasilitas PPN Pasal 5A : Retur Barang dan Jasa Pasal 16D : Penyerahan aktiva Pasal 7 : Tarif PPN Pasal 16E : Restitusi Turis Asing Pasal 8 : Tarif PPn BM Pasal 16F : Tanggung Renteng PPN

POKOK-POKOK PERUBAHAN UU PPN

  7. RETUR PPN ATAS PENYERAHAN JKP (Pasal 5A)

  2. OBJEK PPN (Pasal 4)

  

3. PENYERAHAN AKTIVA YG TUJUAN SEMULA TDK UTK DIPERJUALBELIKAN (Pasal 16D)

  5. NON BKP & NON JKP (Pasal 4A)

  1. DEFINISI (Pasal 1)

  14. SAAT PENYETORAN DAN PELAPORAN PPN (Pasal 15A)

  11. PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN (Pasal 9 (2a) & (14))

  4. PENGERTIAN PENYERAHAN BKP DAN BUKAN PENYERAHAN BKP (Pasal 1A)

6. PENGUSAHA KENA PAJAK

  8. KRITERIA & TARIF PPnBM (Pasal 8)

  12. PEMUSATAN TEMPAT PPN TERUTANG (Pasal 12 (2))

  16. TANGGUNG RENTENG (Pasal 16F)

  15. FASILITAS PERPAJAKAN (Pasal 16B)

  10. DEEMED PAJAK MASUKAN (Pasal 9 (7), (7a), (7b))

  13. FAKTUR PAJAK (Pasal 13)

  9. RESTITUSI (Pasal 9 (4b), (4c) & Pasal 16E)

  PENGERTIAN UMUM PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PPN ADALAH PAJAK ATAS KONSUMSI BARANG ATAU JASA DI DALAM DAERAH PABEAN OLEH

  ORANG PRIBADI; ATAU OLEH -

  • BADAN;

  CIRI KHAS PPN FAKTUR PAJAK MERUPAKAN BUKTI PUNGUTAN PPN

  1.PENGENAAN PPN DILAKSANAKAN BERDASARKAN SISTEM FAKTUR

  2.SETIAP TERJADINYA PENYERAHAN BKP / JKP, WAJIB DIBUATKAN FAKTUR PAJAK FAKTUR PAJAK BAGI PENJUAL MERUPAKAN BUKTI PAJAK KELUARAN FAKTUR PAJAK BAGI PEMBELI MERUPAKAN BUKTI PAJAK MASUKAN

  DEFINISI

  I

PASAL 1 ANGKA 13 Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang

  

merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun

yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan

terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan

usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan

nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi,

dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,

organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi

lainnya , lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk

kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

PASAL 1 ANGKA 17 Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain yang dipakai

  

sebagai dasar untuk menghitung pajak

yang terutang.

PASAL 1 ANGKA 19 Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang

  

diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan

Jasa Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena

Pajak Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai

yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan harga yang

dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar

atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan

Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena Pajak

Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak

Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

PASAL 1 ANGKA 23 Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak

  

yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak

yang melakukan penyerahan Barang Kena

Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak.

  OBJEK PAJAK

  I

OBJEK PAJAK

  Ps. 4 PPN DIKENAKAN ATAS PENYERAHAN BKP ATAU JKP DI DALAM DAERAH PABEAN

  OLEH PENGUSAHA; (BAIK PENGUSAHA YANG TELAH DIKUKUHKAN MENJADI PKP, MAUPUN PENGUSAHA YANG SEHARUSNYA DIKUKUHKAN MENJADI PKP TETAPI BELUM DIKUKUHKAN)

  IMPOR BKP; PEMANFAATAN BKP TIDAK BERWUJUD ATAU JKP DARI LUAR DAERAH PABEAN DI DALAM DAERAH PABEAN ;

  EKSPOR BKP BERWUJUD OLEH PKP. EKSPOR BKP TIDAK BERWUJUD OLEH PKP.

  PPN DIKENAKAN ATAS PENYERAHAN BARANG DAN JASA APABILA SYARAT SUATU PENYERAHAN UNTUK DAPAT DIKENAKAN PPN Penjelasan Ps. 4 huruf a dan c.

  BARANG BERWUJUD DAN JASA YG DISERAHKAN ADALAH BKP ATAU JKP; BARANG TIDAK BERWUJUD YANG DISERAHKAN ADALAH BKP TIDAK BERWUJUD; PENYERAHAN DILAKUKAN DI DALAM DAERAH PABEAN; PENYERAHAN DILAKUKAN DALAM RANGKA KEGIATAN USAHA ATAU

PEKERJAAN PENGUSAHA

  PENYERAHAN BKP I

  TERMASUK DALAM PENGERTIAN PENYERAHAN BKP Ps. 1 A ayat (1)

  ADALAH :

PENYERAHAN HAK ATAS BKP KARENA SUATU

PERJANJIAN, MIS : JUAL BELI, TUKAR MENUKAR, JUAL BELI DENGAN

ANGSURAN

  

PENGALIHAN BKP OLEH KARENA SUATU PERJANJIAN

SEWA BELI, ATAU PERJANJIAN LEASING DGN HAK OPSI

PENYERAHAN BKP KEPADA PEDAGANG PERANTARA

PEMAKAIAN SENDIRI & PEMBERIAN CUMA-CUMA ATAS BKP, SEPERTI PEMBERIAN CONTOH

(KOMISIONER), ATAU MELALUI JURU LELANG

KEPADA RELASI ATAU PEMBELI

BARANG UNTUK PROMOSI

SEMULA TIDAK UNTUK DIPERJUAL BELIKAN YG MASIH

TERSISA PADA SAAT PEMBUBARAN PERUSAHAAN,

PERSEDIAAN BKP & AKTIVA YG MENURUT TUJUAN

SEPANJANG PPN ATAS PEROLEHAN AKTIVA TSB.

  

MENURUT KETENTUAN DAPAT DIKREDITKAN

PENYERAHAN BKP DARI PUSAT KE CABANG ATAU

SEBALIKNYA & PENYERAHAN BKP ANTAR CABANG

PENYERAHAN BKP SECARA KONSINYASI TIDAK TERMASUK DALAM PENGERTIAN PENYERAHAN BKP Ps.1 A ayat (2)

  

PENYERAHAN BKP KEPADA MAKELAR SEBAGAIMANA DIMAKSUD DLM KUHD

( PEDAGANG PERANTARA YANG DIANGKAT OLEH PRESIDEN ATAU OLEH PEJABAT YANG BERWENANG,

UNTUK MENYELENGGARAKAN PERUSAHAAN ATAU MELAKUKAN PEKERJAAN DENGAN

MENDAPAT UPAH ATAU PROVISI ATAS AMANAT DAN ATAS NAMA ORANG LAIN YANG

DENGAN MEREKA TIDAK TERDAPAT HUBUNGAN KERJA)

  PENYERAHAN BKP UNTUK JAMINAN UTANG PIUTANG

PENYERAHAN BKP DARI PUSAT KE CABANG ATAU SEBALIKNYA &

PENYERAHAN ANTAR CABANG, DALAM HAL PKP TELAH MEMPEROLEH

  IJIN PEMUSATAN TEMPAT PAJAK TERUTANG DARI DIREKTUR JENDERAL PAJAK ADALAH : PENGALIHAN BARANG KENA PAJAK DALAM RANGKA PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PEMEKARAN, PEMECAHAN, DAN PENGAMBILALIHAN USAHA DENGAN SYARAT PHK YANG MELAKUKAN PENGALIHAN DAN YANG MENERIMA PENGALIHAN USAHA ADALAH PENGUSAHA KENA PAJAK PERSEDIAAN BKP & AKTIVA YG MENURUT TUJUAN SEMULA TIDAK UNTUK DIPERJUAL BELIKAN YG MASIH TERSISA PADA SAAT PEMBUBARAN PERUSAHAAN, DAN YANG PAJAK MASUKAN ATAS PERSEDIAAN BKP & AKTIVA YANG TERSISA PADA SAAT PEMBUBARAN PERUSAHAAN

EXISTING Persediaan BKP dan aktiva yang masih tersisa pada

saat pembubaran, termasuk dalam pengertian penyerahan, namun terbatas pada aktiva yang PPN pada saat perolehannya telah dibayar dan dapat dikreditkan. (

Pasal 1A ayat (1) huruf e) PERUBAHAN Persediaan BKP dan seluruh aktiva yang masih

  

(UU 42/2009) tersisa pada saat pembubaran, termasuk dalam

pengertian penyerahan (

Pasal 1A ayat (1) huruf

  e), kecuali atas aktiva yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha, serta penyerahan aktiva berupa sedan dan station wagon. (

  Pasal 1A ayat (2) huruf e)

Alasan Diperlakukan sama dengan Pemakaian Sendiri yang

Perubahan terutang PPN, kecuali untuk BKP yang PM-nya tidak NON BKP DAN NON JKP I

JENIS BARANG YANG TIDAK

  Ps. 4 A ayat (1) dan (2) BARANG-BARANG KEBUTUHAN POKOK YANG SANGAT DIBUTUHKAN OLEH RAKYAT BANYAK,

  SEPERTI BERAS & GABAH, JAGUNG, SAGU, KEDELAI, GARAM BAIK YG BERYODIUM MAUPUN YG TIDAK BERYODIUM, DAGING, TELUR, SUSU, BUAH-BUAHAN, SAYUR-SAYURAN MAKANAN DAN MINUMAN YG DISAJIKAN DI HOTEL,

  RUMAH MAKAN, WARUNG DAN SEJENISNYA (UNTUK MENGHINDARI PAJAK BERGANDA, KARENA SUDAH MERUPAKAN OBYEK PAJAK DAERAH) BARANG HASIL PERTAMBANGAN ATAU HASIL PENGEBORAN YANG DIAMBIL LANGSUNG DARI SUMBERNYA SEPERTI MINYAK MENTAH, GAS BUMI, PASIR DAN KERIKIL, BIJI BESI/TIMAH/EMAS JENIS BARANG YANG TIDAK DIKENAKAN PPN DIDASARKAN ATAS KELOMPOK BARANG SBB : JASA DI BIDANG PELAYANAN KESEHATAN MEDIK, SEPERTI DOKTER UMUM , DOKTER SPESIALIS JASA DI BIDANG PENYIARAN YANG BUKAN BERSIFAT IKLAN JASA DI BIDANG PELAYANAN SOSIAL, SEPERTI PANTI ASUHAN, JASA PEMAKAMAN JASA DI BIDANG PENGIRIMAN SURAT DENGAN PERANGKO JASA DI BIDANG KEUANGAN, ASURANSI, DAN SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI JASA DI BIDANG KEAGAMAAN, SEPERTI PEMBERIAN KHOTBAH, ATAU DAKWAH JASA DI BIDANG PENDIDIKAN JASA DI BIDANG KESENIAN DAN HIBURAN YANG TELAH DIKENAKAN PAJAK TONTONAN JASA DI BIDANG TENAGA KERJA, SEPERTI JASA PENYELENGGARAAN LATIHAN BAGI TENAGA KERJA JASA DI BIDANG ANGKUTAN UMUM DI DARAT DAN DI AIR JENIS JASA YANG TIDAK DIKENAKAN PPN

  Ps. 4 A ayat (3) JASA DI BIDANG PERHOTELAN, SEPERTI PERSEWAAN KAMAR DI HOTEL, MOTEL, LOSMEN DAN HOSTEL JASA YANG DISEDIAKAN OLEH PEMERINTAH DALAM RANGKA MENJALANKAN PEMERINTAHAN SECARA UMUM JASA TELEPON UMUM DGN MENGGUNAKAN UANG LOGAM EXISTING Dibebaskan dari pengenaan PPN, melalui Peraturan Pemerintah tentang BKP Strategis PERUBAHAN

  (UU 42/2009) Tidak dikenakan PPN (Psl 4A (2) huruf b) Alasan Perubahan

  Sesuai usul/permintaan DPR, yaitu dalam rangka pemenuhan gizi rakyat Indonesia dengan harga yang terjangkau.

  

DAGING, TELUR, SUSU, SAYURAN, DAN

BUAH-BUAHAN

Pembatasan diatur dalam penjelasan

BARANG HASIL PERTAMBANGAN

  

(YANG TELAH DIKENAKAN PAJAK DAERAH)

Dikenakan PPN, kecuali pasir dan kerikil (Psl 4A EXISTING (2) huruf a) Tidak dikenakan PPN (disesuaikan dengan Undang-Undang PDRD), yaitu asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata, bentonit, dolomit, felspar PERUBAHAN (feldspar), garam batu (halite), grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit,

  (UU 42/2009) magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk, tanah serap (fullers earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit. (Psl 4A (2) huruf a) Kegiatan pengambilan barang-barang tersebut Alasan merupakan objek pajak daerah, yaitu Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (Pasal 57 UU

  Perubahan

28 Tahun 2009 ayat (1) huruf a – jj)

JASA KEUANGAN

  EXISTING PPN tidak dikenakan atas jasa perbankan. (Psl 4A (3) huruf d) PPN tidak dikenakan atas jasa keuangan, berupa: 1. jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau

  PERUBAHAN bentuk lain yang dipersamakan dengan itu; (UU 42/2009) 2. jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada pihak lain dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya; 3. jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa:

  

a) sewa guna usaha dengan hak opsi;

  b) anjak piutang;

  c) usaha kartu kredit; dan/atau

  d) pembiayaan konsumen; 4. jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai,

termasuk gadai syariah dan fidusia; dan

5. jasa penjaminan. (Psl 4A (3) huruf d)

  

Alasan Untuk memberikan perlakuan yang sama, jasa keuangan yang

Perubahan dilakukan oleh siapapun termasuk perbankan syariah

ditetapkan sebagai bukan Jasa Kena Pajak yang atas penyerahannya tidak dikenakan PPN.

JASA-JASA TERTENTU

  PPN dikenakan atas:

  1. Jasa di bidang penyediaan tempat parkir;

  2. Jasa telepon umum dengan menggunakan EXISTING uang logam;

  3. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos; 4. Jasa boga/katering.

  PERUBAHAN Menjadi tidak dikenakan PPN. (UU 42/2009) (Psl 4A (3) huruf n – q)

   Menghindari pengenaan pajak berganda terhadap suatu objek yang sama yang sudah dikenai pajak daerah, yaitu jasa boga atau katering dan jasa di bidang Alasan penyediaan tempat parkir. Perubahan

   Pengguna jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam dan jasa pengiriman uang dengan wesel pos umumnya adalah masyarakat kecil.

  

BARANG DAN JASA YANG TIDAK DIKENAKAN PPN

SEBELUMNYA DITETAPKAN DALAM PERATURAN

PEMERINTAH EXISTING

  Jenis barang dan jasa yang tidak dikenakan PPN ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP 144 Tahun 2000)

  PERUBAHAN (UU 42/2009) Jenis barang dan jasa yang tidak dikenakan PPN ditetapkan langsung di dalam penjelasan Undang- Undang (Pasal 4A)

  Alasan Perubahan Untuk lebih memberikan kepastian hukum tentang jenis barang dan jasa yang tidak dikenakan PPN.

  PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

  PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN Ps. 9 ayat (2), (2a), (2b), (3), (4) PM DIKREDITKAN DG PK UNTUK MASA PAJAK YG SAMA

  Ps. 9 (2) PK > PM PK < PM SELISIH DIBAYAR

  SELISIH DAPAT DIMINTA KEMBALI PADA AKHIR TAHUN BUKU OLEH PKP ATAU DIKOMPENSASI Ps. 9 (3)

  KE MASA PAJAK BERIKUTNYA Ps. 9 (4) DAN (4a)

DALAM HAL BELUM ADA PK DALAM SUATU MASA PAJAK, PAJAK

MASUKAN TETAP DAPAT DIKREDITKAN

  

Ps. 9 ayat (2a)

HARUS MENGGUNAKAN FAKTUR PAJAK SEBAGAIMANA PERMOHONAN PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PAJAK MASUKAN Ps. 9 ayat (4b), (4c), (4d), (4e)

  a. PKP YG EKSPOR BKP BERWUJUD

DAPAT DIAJUKAN

  b. PKP YG MELAKUKAN PENY. BKP DAN/ JKP SETIAP MASA PAJAK KPD PEMUNGUT PPN Ps. 9 (4b) d. PKP YG EKSPOR BKP TDK BERWUJUD c. PKP YG MELAKUKAN PENY. BKP DAN/ JKP YG PPNNYA TDK DIPUNGUT

  e. PKP YG EKSPOR JKP f. PKP DALAM TAHAP BELUM BERPRODUKSI KRITERIA PKP BERISIKO RENDAH YAITU

  Ps. 9 (4b) HRF a s.d. e DILAKUKAN DG PENGEMBALIAN KELEBIHAN PJK SESUAI PASAL 17C AYAT (1) KUP Ps. 9 (4c) DIATUR DGN PMK DJP DAPAT MLKUKAN PEMERIKSAAN

  Ps. 9 (4d) DAN MENERBITKAN SKP SETELAH PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK Ps. 9 (4e)

PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN DLM SUATU MASA PAJAK DALAM HAL

  PKP MELAKUKAN PENYERAHAN YANG TERUTANG PAJAK DAN PENYERAHAN YANG TIDAK TERUTANG PAJAK Ps. 9 ayat (5), (6)

TERUTANG PAJAK

  TIDAK TERUTANG PAJAK PM = TIDAK DPT DIKREDITKAN PM DAPAT DIKETAHUI DG PASTI DARI PEMBUKUAN

  PM TIDAK DAPAT DIKETAHUI DENGAN PASTI PM YG TERKAIT DG PENYERAHAN YANG TERUTANG PPN DAPAT DIKREDITKAN PM YG DAPAT DIKREDITKAN DIHITUNG DG PEDOMAN YG DITETAPKAN OLEH MENTERI KEUANGAN DLM HAL PENYERAHAN

CONTOH PENGKREDITAN PM DLM SUATU MASA PAJAK DLM HAL PKP

  

MELAKUKAN PENYERAHAN YG TERUTANG PAJAK DAN PENYERAHAN YG TIDAK

TERUTANG PAJAK

Ps. 9 ayat (5)

  DALAM HAL PENYERAHAN TERUTANG PAJAK, PM DAPAT DIKETAHUI DENGAN PASTI DARI PEMBUKUAN PKP

PM YG DPT DIKREDITKAN ADALAH PM YG

PKP MELAKUKAN BEBERAPA MACAM PENYERAHAN : CONTOH : BERKENAAN DG PENYERAHAN YG TERUTANG PPN

a. PENYERAHAN TERUTANG PPN = Rp. 25.000.000

  b. PENYERAHAN TDK DIKENAKAN PPN = Rp. 3.000.000 PAJAK KELUARAN = Rp. 2.500.000 PAJAK MASUKAN YG DIBAYAR ATAS PEROLEHAN :

  c. PENYERAHAN DIBEBASKAN DARI PPN = Rp. 5.000.000 BKP/JKP TERUTANG PPN = Rp. 1.500.000 PM YG DPT DIKREDITKAN DGN PK Rp. 2.500.000 HANYA SEBESAR Rp. BKP/JKP DIBEBASKAN DARI PPN = Rp. 500.000 BKP/JKP TDK DIKENAKAN PPN = Rp. 500.000

CONTOH PENGKREDITAN PM DLM SUATU MASA PAJAK DLM HAL PKP

  TIDAK TERUTANG PAJAK Penjelasan Ps. 9 ayat (6) DALAM HAL PENYERAHAN TERUTANG PAJAK, PM TIDAK DAPAT DIKETAHUI DENGAN PASTI PM YG DAPAT DIKREDITKAN DIHITUNG DG PEDOMAN YG DITETAPKAN OLEH MENTERI KEUANGAN

  CONTOH : PKP MELAKUKAN DUA MACAM PENYERAHAN : a. PENYERAHAN TERUTANG PPN = Rp. 35.000.000 PAJAK KELUARAN = Rp. 3.500.000 b. PENYERAHAN TDK TERUTANG PPN = Rp. 15.000.000 PM YG DIBAYAR ATAS PEROLEHAN BKP/JKP YG BERKAITAN DENGAN SELURUH

  PENYERAHAN = Rp. 2.500.000, SEDANGKAN PM ATAS PENYERAHAN YG TERUTANG PPN TIDAK DIKETAHUI DGN PASTI.

PM SEBESAR Rp. 2.500.000 TDK SELURUHNYA DPT DIKREDITKAN DG PK SEBESAR

Rp. 3.500.000

BESARNYA PM YG DPT DIKREDITKAN DIHITUNG DG PEDOMAN YG DITETAPKAN

PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI PKP YANG

  DIKENAKAN PPh DENGAN MENGGUNAKAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO Ps. 9 ayat (7)

  PENGUSAHA YG DIKENAKAN PPh PM DIHITUNG DENGAN MENGGUNAKAN PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PM YG DITETAPKAN OLEH MENKEU DENGAN MENGGUNAKAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO

PM TIDAK DAPAT DIKREDITKAN

  Ps. 9 ayat (8)

PENGELUARAN

PEMANFAATAN BKP TDK BERWUJUD ATAU PEMANFAATAN JKP DARI LUAR DAERAH PABEAN SEBELUM PENGUSAHA DIKUKUHKAN SEBAGAI PKP

  PEROLEHAN BKP/JKP YG PM-NYA TDK DILAPORKAN DLM SPT MASA PPN YG DIKETEMUKAN PADA WAKTU DILAKUKAN PEMERIKSAAN PEROLEHAN BKP/JKP YG PM-NYA DITAGIH DG PENERBITAN KETETAPAN PAJAK PEMANFAATAN BKP TDK BERWUJUD ATAU PEMANFAATAN JKP DARI LUAR DAERAH PABEAN YG FAKTUR PAJAKNYA TDK MEMENUHI KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DLM PASAL 13 (6) PEROLEHAN BKP/JKP YANG FAKTUR PAJAKNYA TIDAK MEMENUHI KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DLM PASAL 13 (5) PEROLEHAN BKP/JKP YG TDK MEMPUNYAI HUBUNGAN LANGSUNG DG KEGIATAN USAHA PEROLEHAN & PEMELIHARAAN KENDARAAN BERMOTOR SEDAN DAN STATION WAGON, KECUALI MERUPAKAN BARANG DAGANGAN ATAU DISEWAKAN PEROLEHAN BKP/JKP SEBELUM PENGUSAHA DIKUKUHKAN SEBAGAI PKP UNTUK : ATAS SELAMBAT-LAMBATNYA TIGA BULAN SETELAH BERAKHIRNYA MASA PAJAK PM YANG DAPAT DIKREDITKAN TETAPI BELUM DIKREDITKAN DG PK PADA MASA PAJAK YG SAMA

  Ps. 9 ayat (9) DAPAT DIKREDITKAN PADA MASA PAJAK BERIKUTNYA APABILA JANGKA WAKTU TSB. DILAMPAUI PENGKREDITAN PM DAPAT DILAKUKAN SEPANJANG PM TSB. BELUM DIBEBANKAN SBG BIAYA ATAU BELUM DIKAPITALISASIKAN DGN HARGA PEROLEHAN BKP/JKP YBS.

  & BELUM DILAKUKAN PEMERIKSAAN

  PM OLEH PKP YG MENERIMA PENGALIHAN DLM RANGKA PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PEMEKARAN, PEMECAHAN, DAN PENGAMBILALIHAN USAHA Ps. 9 ayat (14) DAPAT DIKREDITKAN

  SEPANJANG FP-NYA DITERIMA SETELAH PENGALIHAN PM TERSEBUT BELUM DIBEBANKAN SEBAGAI BIAYA ATAU DIKAPITALISASI

  PERATURAN PELAKSANAAN UU 42/2009

  ● PMK 38/PMK.03/2010 Ps. 13 (8)

  Ps. 9 (7) ●

  ● PMK 80/PMK.03/2010

  PMK 39/PMK.03/2010 Ps. 16 C

  Ps. 12 (2) ●

  ● PER 19/PJ./2010

  ● PER 4/PJ./2010 Ps. 12 (1)

  PER 8/PJ./2010 Ps.11 (4)

  Ps. 9 (4d) PMK 74/PMK.03/2010

  ● PER 13/PJ./2010

  ● PMK 71/PMK.03/2010

  PMK 75/PMK.03/2010 Ps. 8A

  Ps. 5A ●

  ● PMK 65/PMK.03/2010

  PER 10/PJ./2010 Ps.13 (6)

  Ps. 13 (8) ●

  KETENTUAN FORMAL

PERATURAN PELAKSANAAN UU

42/2009

  Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-38/PMK.03/2010 PERPEL PASAL 13 (8) UU 42/2009

  Tentang Tata Cara Pembuatan Dan Tata Cara Pembetulan Atau Penggantian Faktur Pajak KEWAJIBAN MEMBUAT FAKTUR PAJAK Ps. 13 ayat (1), (1a). (2) APABILA PEMBAYARAN PKP WAJIB MEMBUAT

  DITERIMA SEBELUM FAKTUR PAJAK UNTUK

PENYERAHAN BKP/JKP

  SETIAP : PENYERAHAN BKP/ JKP FAKTUR PAJAK DIBUAT EKSPOR BKP

  PADA SAAT EKSPOR JKP PEMBAYARAN Ps. 13 ayat (1)

  Ps. 13 ayat (1a)

APABILA PEMBAYARAN

MENYIMPANG DARI FAKTUR PAJAK DIBUAT KETENTUAN TSB SAAT TERMIN PADA SAAT .

  PEMBAYARAN TERMIN

BAGIAN TAHAP

Ps. 13 ayat (1a)

  

PEKERJAAN

PKP DAPAT MEMBUAT SATU FAKTUR PAJAK (FAKTUR PAJAK GABUNGAN) MELIPUTI SELURUH PENYERAHAN YG DILAKUKAN KEPADA PEMBELI

FAKTUR PAJAK STANDAR

  Ps. 13 ayat (5) HARUS DICANTUMKAN PALING SEDIKIT : NAMA, ALAMAT, NPW YANG MENYERAHKAN BKP/JKP NAMA, ALAMAT, NPWP PEMBELI BKP / PENERIMA JKP

  JENIS BARANG/JASA, JUMLAH HARGA JUAL ATAU PENGGANTIAN & POTONGAN HARGA PPN YG DIPUNGUT PPn BM YG DIPUNGUT

  KODE, NO. SERI & TGL. PEMBUATAN FAKTUR PAJAK NAMA, JABATAN & TANDA TANGAN YG BERHAK MENANDATANGANI FAKTUR PAJAK FAKTUR PAJAK HARUS DIISI DENGAN LENGKAP, JELAS, DAN BENAR BAIK

  FORMAL MAUPUN MATERIIL & DITANDATANGANI OLEH PEJABAT YANG DITUNJUK

1. Dasar Hukum

Pasal 13 ayat (8) UU PPN Ayat (8) Tata cara pembuatan Faktur Pajak dan

  tata cara pembetulan atau penggantian Faktur Pajak, diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

2. Muatan Pasal

  

Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur

  • Pajak untuk setiap :

  penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana

  • – dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a atau huruf f dan/atau Pasal 16D UU PPN ; penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana
  • – dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c UU PPN ; ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud – sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g UU PPN ; dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud
  • – dalam Pasal 4 ayat (1) huruf h UU PPN .

2. Muatan Pasal

  Faktur Pajak harus dibuat pada:

  • saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
    • – penyerahan Jasa Kena Pajak; saat penerimaan pembayaran dalam hal
    • – penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak; saat penerimaan pembayaran termin dalam hal
    • – penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan
    • – Peraturan Menteri Keuangan tersendiri.

  Faktur Pajak gabungan harus dibuat paling lama pada

2. Muatan Pasal

  Pengusaha Kena Pajak dapat membuat 1

  • (satu) Faktur Pajak meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak yang sama selama 1 (satu) bulan kalender Faktur Pajak sebagaimana dimaksud diatas
  • disebut dengan Faktur Pajak gabungan

2. Muatan Pasal

  • Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan

  Pajak paling sedikit memuat keterangan tentang:

  • – Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak; Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang – Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak; Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian,
  • – dan potongan harga; Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
  • – Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
  • – Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
  • – Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur – Pajak.

  DJP dapat menetapkan dokumen tertentu yang

  • kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak Faktur Persyaratan dan keterangan yang harus dipenuhi
  • dalam dokumen tertentu diatur dengan Peraturan

2. Muatan Pasal

  Faktur Pajak memenuhi persyaratan formal

  • apabila diisi sevara lengkap, jelas, dan benar sesuai Pasal 4 PKP yang membuat Faktur Pajak yang tidak
  • memenuhi persyaratan formal, dikenai sanksi sesuai UU KUP PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak yang
  • tidak memenuhi persyaratan formal merupakan Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan

2. Muatan Pasal

  Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak

  • disesuaikan dengan kepentingan PKP dan dalam hal diperlukan dapat ditambahkan keterangan lain selain keterangan dimaksud

Pasal 13 ayat (5) UU PPN Pengadaan formulir Faktur Pajak dilakukan

  • oleh PKP

2. Muatan Pasal

  

Faktur Penjualan yang memuat

keterangan sesuai dengan ketentuan

dalam Pasal 4 ayat (1) dan

pengisiannya sesuai dengan tata cara

pengisian keterangan sebagaimana

diatur dalam Peraturan Dirjen Pajak,

dipersamakan dengan Faktur Pajak

2. Muatan Pasal

  •  Atas Faktur Pajak yang cacat, rusak, salah dalam

    pengisian, atau salah dalam penulisan, sehingga tidak memuat keterangan yang lengkap, jelas dan benar, Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak tersebut dapat menerbitkan Faktur Pajak pengganti
  •  Atas Faktur Pajak yang hilang, baik Pengusaha Kena

    Pajak yang menerbitkan maupun pihak yang menerima Faktur Pajak tersebut dapat membuat copy dari Faktur Pajak dan dibubuhi stempel dari kantor pelayanan pajak
  •  Dalam hal terdapat pembatalan transaksi penyerahan

    Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajak-nya telah diterbitkan, maka Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak

3. Ketentuan Pelaksanaan

  PER DIRJEN tentang:

  Tata cara pengisian keterangan pada Faktur Pajak Prosedur pemberitahuan dalam rangka pembuatan Faktur Pajak Tata cara pembatalan Faktur Pajak

  Catatan Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak Tata cara pembetulan atau penggantian Faktur Pajak

  • Dalam UU PPN sebelumnya diatur bahwa saat pembuatan, bentuk, ukuran, pengadaan, tata cara penyampaian, dan tata cara pembetulan FP ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak  Dalam UU PPN yang baru diatur bahwa tata cara pembuatan FP dan

4. Tanggal berlaku

  

Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku

pada tanggal 1 April 2010

  Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-13/PJ./2010 PERPEL PASAL 13 (8) UU 42/2009

  Bentuk, Tentang Ukuran, Prosedur Pemberitahuan dalam rangka Pembuatan, Tata Cara Pengisian Keterangan, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian, dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak

  Pengusaha Kena Pajak Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak :

FAKTUR PAJAK

  • dasar hukum
  • jangka waktu penerbitan FP
  • saat pembuatan FP
  • Pembeli Barang Kena Pajak/ Penerima Jasa Kena Pajak NPWP : Alamat : Nama :
    • pembetulan/penggantian & Faktur Penjualan FP cacat kewajiban pelaporan Nama : Alamat : NPWP : Harga Jual/Penggantian/Uang Aturan Peralihan sanksi pembatalan FP Urut No. Nama Barang Kena Pajak/ Jasa Kena Pajak Muka/Termin (Rp) Dasar Pengenaan Pajak Dikurangi Potongan Harga Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termin *) PPN = 10 % X Dasar Pengenaan Pajak Dikurangi Uang Muka yang telah diterima …………% Rp…………………. Rp…………………. …………% Rp…………………. Rp…………………. ………………tgl………….. Tarif DPP PPnBM Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Jumlah Rp…………………. …………% Rp…………………. Rp…………………. Nama …………% Rp…………………. Rp…………………. ……………………………..
    • 1. Dasar Hukum

        Pasal 9 Peraturan Menteri Keuangan Ketentuan lebih lanjut mengenai: Pasal 9

        a. bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak ;

        b. tata cara pengisian keterangan pada Faktur Pajak; c. prosedur pemberitahuan dalam rangka pembuatan Faktur Pajak; d. tata cara pembetulan atau penggantian Faktur Pajak; dan e. tata cara pembatalan Faktur Pajak, diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.

      2. Muatan Pasal

        

      Saat Pembuatan Faktur Pajak

      FP dibuat pada: 

        a. saat penyerahan BKP dan/atau JKP;

        b. saat penerimaan pembayaran dalam hal pembayaran terjadi sebelum terjadinya penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP; c. saat penerimaan pembayaran termijn dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau

        d. saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada Bendahara Pemerintah sebagai Pemungut PPN.

      • FP Gabungan harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan BKP dan/atau JKP

        KODE DAN NOMOR SERI FAKTUR PAJAK Kode Transaksi Kode Status Kode Cab. Th. Penerbitan Nomor Urut

        Kode FP Nomor Seri FP

        2. Muatan Pasal

        2. Muatan Pasal Kode Transaksi

        01 : Penyerahan kepada selain Pemungut PPN 02 : Penyerahan kepada Pemungut PPN Bendahara Pemerintah 03 : Penyerahan kepada Pemungut PPN lainnya 04 : Penyerahan dg DPP Nilai Lain selain kpd Pemungut PPN 05 : Penyerahan yg PM-nya di deemed (tdk digunakan sejak 1 April 2010) 06 : Penyerahan lainnya dan turis asing

      07 : Penyerahan dg PPN Tidak Dipungut, DTP, dan Kawasan Bebas/KEK

      08 : Penyerahan dg PPN Dibebaskan selain kpd Pemungut PPN 09 : Penyerahan Aktiva Ps. 16D selain kpd Pemungut PPN

      2. Muatan Pasal

      • PKP yang telah melakukan pemusatan PPN terutang yang:

         sistem penerbitan FP-nya belum online antara Kantor Pusat dan Kantor-kantor Cabang-nya; dan/atau  Kantor Pusat dan/atau Kantor-kantor Cabang-nya ada yang ditetapkan sebagai Penyelenggara Kawasan Berikat dan/atau ditetapkan sebagai Pengusaha Di Kawasan Berikat dan/atau mendapat fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor

        Kode Cabang pada Kode FP ditentukan sendiri secara berurutan, yaitu diisi dengan kode ’000’ untuk Kantor Pusat dan dimulai dari kode ’001’ untuk Kantor Cabang

      • bagi PKP yang:

         tidak melakukan pemusatan; atau  melakukan pemusatan selain PKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

        Kode Cabang pada Kode FP diisi dengan kode ’000’

        Kode Cabang Pada Faktur Pajak

      2. Muatan Pasal

      • PKP tidak diperbolehkan mengubah peruntukan Kode Cabang yang telah digunakan
      • Penambahan dan/atau pengurangan Kode Cabang dapat dilakukan oleh PKP
      • Dalam hal terjadi pengurangan Kode Cabang akibat adanya penutupan Kantor Cabang, maka PKP:

         harus menghentikan penggunaan Kode Cabang pada Kode FP atas Kantor Cabang yang ditutup; dan  tidak boleh menggunakan kembali Kode Cabang yang sudah dihentikan

        Kode Cabang Pada Faktur Pajak

      2. Muatan Pasal

        Nomor Urut Faktur Pajak

      • Nomor Urut FP dan tanggal FP harus dibuat

        secara berurutan, tanpa perlu dibedakan antara

        Kode Transaksi, Kode Status FP dan mata uang

        yang digunakan
      • Penerbitan FP dimulai dari Nomor Urut 00000001

        pada setiap awal tahun kalender mulai bulan

        Januari, kecuali bagi PKP yang baru dikukuhkan,

        Nomor Urut 00000001 dimulai sejak Masa Pajak

        PKP tersebut dikukuhkan
      • Apabila Nomor Urut FP telah mencapai Nomor

        Urut 99999999 sebelum awal tahun berikutnya,

        penomoran dimulai lagi dari Nomor Urut

        00000001

      2. Muatan Pasal

        Tandatangan dan Pejabat Penandatangan Faktur Pajak

      • PKP wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis nama pejabat

        yang berhak menandatangani FP disertai dengan contoh

        tandatangannya kepada Kepala KPP
      • PKP dapat menunjuk lebih dari 1 (satu) orang Pejabat untuk

        menandatangani FP
      • Dalam hal PKP Orang Pribadi yang tidak memiliki struktur organisasi,

        memberikan kuasa kepada pihak lain untuk menandatangani FP, maka

        PKP tersebut wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis nama

        kuasa yang berhak menandatangani FP disertai dengan contoh

        tandatangannya kepada Kepala KPP, dan menyertakan Surat Kuasa

        Khusus 

        Dalam hal terjadi perubahan pejabat atau kuasa yang berhak

        menandatangani FP, maka PKP wajib menyampaikan pemberitahuan

        secara tertulis atas perubahan tersebut kepada Kepala KPP
      • Dalam hal PKP melakukan pemusatan tempat pajak terutang, yang

        termasuk pejabat juga adalah pejabat di tempat-tempat kegiatan usaha

        yang dipusatkan, yang ditunjuk oleh Kantor Pusat untuk menandatangani

        FP yang diterbitkan oleh tempat pemusatan pajak terutang yang dicetak

        di tempat-tempat kegiatan usaha masing-masing

      2. Muatan Pasal

        Kewajiban Pelaporan Oleh PKP PKP wajib lapor kepada Kepala KPP dalam hal: PKP telah melakukan pemusatan PPN terutang yang: 

        

       sistem penerbitan FP-nya belum online antara Kantor Pusat dan Kantor-kantor

      Cabang-nya; dan/atau

       Kantor Pusat dan/atau Kantor-kantor Cabang-nya ada yang ditetapkan sebagai

      Penyelenggara Kawasan Berikat dan/atau ditetapkan sebagai Pengusaha Di Kawasan Berikat dan/atau mendapat fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor

      • PKP melakukan penambahan dan/atau pengurangan penggunaan Kode

        Cabang pada Kode FP
      • PKP melakukan penggunaan Nomor Urut FP dimulai lagi dari 00000001

        sebelum awal tahun berikutnya
      • Nama pejabat yang berhak menandatangani FP disertai dengan contoh

        tandatangannya
      • PKP Orang Pribadi tidak memiliki struktur organisasi yang memberikan

        kuasa kepada pihak lain untuk menandatangani FP Apabila terjadi perubahan pejabat atau kuasa yang berhak menandatangani  FP

        Jangka waktu pelaporan:

      • paling lama pada akhir bulan berikutnya

      2. Muatan Pasal

      • Faktur Pajak cacat apabila:

         FP yang tidak diisi secara lengkap, jelas, benar, dan/atau tidak ditandatangani  PKP tidak atau terlambat menyampaikan pemberitahuan penggunaan Kode Cabang  PKP menerbitkan FP dengan menggunakan Kode Cabang selain dari Kode Cabang yang telah ditetapkan  PKP melakukan kesalahan dalam pengisian Kode dan Nomor Seri  PKP pada awal tahun kalender bulan Januari, menerbitkan FP tidak dimulai dari Nomor Urut 00000001  PKP tidak atau terlambat menyampaikan pemberitahuan dalam hal sebelum Masa Pajak Januari tahun berikutnya PKP menerbitkan FP mulai dari Nomor Urut 00000001  PKP tidak atau terlambat menyampaikan pemberitahuan pejabat penandatangan FP

        Faktur Pajak Cacat

      • PPN yang tercantum dalam FP cacat merupakan Pajak Masukan

      2. Muatan Pasal

        Faktur Penjualan Sebagai Faktur Pajak

      • Faktur Penjualan dipersamakan dengan Faktur Pajak apabila:

        a. memuat keterangan sesuai dengan keterangan dalam FP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang PPN Tahun 1984 dan

        ; dan perubahannya

        b. pengisiannya sesuai dengan tata cara pengisian ; keterangan pada FP

      2. Muatan Pasal

        

      Pembetulan atau Penggantian, dan Pembatalan Faktur Pajak

      • FP yang cacat, rusak, salah dalam pengisian, atau salah dalam penulisan, sehingga tidak memuat keterangan yang lengkap, jelas, dan benar, PKP dapat menerbitkan FP pengganti
      • FP yang hilang, baik PKP yang menerbitkan maupun pihak yang menerima FP tersebut dapat membuat copy dari arsip FP
      • PKP yang menerbitkan FP harus melakukan pembatalan FP apabila terdapat pembatalan transaksi atas penyerahan yang FP-nya telah diterbitkan

      2. Muatan Pasal

        

      Pembetulan atau Penggantian, dan Pembatalan Faktur Pajak

      Penerbitan FP pengganti atau pembatalan FP dapat  dilakukan sepanjang PPN-nya belum dibiayakan;

      • PKP yang melakukan penerbitan FP pengganti dan/atau pembatalan FP harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN pada Masa Pajak dimana FP yang diganti atau dibatalkan tersebut dilaporkan; Pembeli BKP dan/atau Penerima JKP harus  melakukan pembetulan SPT Masa PPN pada Masa Pajak dimana FP yang diganti atau dibatalkan tersebut dilaporkan;

        sepanjang terhadap SPT Masa PPN dimana FP yang

        diganti atau dibatalkan tersebut dilaporkan belum

        dilakukan pemeriksaan

      2. Muatan Pasal

        Jangka Waktu Penerbitan Faktur Pajak

      • PKP yang menerbitkan FP setelah melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak saat FP seharusnya dibuat, dianggap tidak menerbitkan FP
      • PKP yang menerima FP tersebut tidak dapat mengkreditkan PPN yang tercantum di dalamnya

      2. Muatan Pasal

        Sanksi Administrasi

      PKP dikenakan sanksi administrasi sesuai dengan Pasal

      14 ayat (4) Undang-Undang KUP dalam hal:
      • menerbitkan FP yang tidak memuat keterangan dan/atau tidak mengisi secara lengkap, jelas, benar, dan/atau tidak ditandatangani oleh Pejabat atau Kuasa yang ditunjuk oleh PKP untuk menandatangani FP. Kecuali dalam hal FP tidak memuat:

         Nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP; atau

         Nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP, dan nama dan tandatangan yang berhak menandatangani FP untuk PKP pedagang eceran menerbitkan FP setelah melewati jangka waktu 3 (tiga)

      2. Muatan Pasal

        Aturan Peralihan

      • Atas penyerahan BKP dan/atau JKP yang dilakukan sebelum berlakunya Peraturan Dirjen Pajak ini, namun FP-nya belum diterbitkan, maka FP harus diterbitkan dengan menggunakan Kode dan Nomor Seri sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Dirjen Pajak ini
      • Atas perolehan BKP dan/atau JKP yang FP-nya diterbitkan sebelum berlakunya Peraturan Dirjen Pajak ini yang masih menggunakan Kode dan Nomor Seri FP yang lama, namun FP- nya diterima dan/atau dilaporkan oleh PKP Pembeli setelah berlakunya Peraturan Dirjen Pajak ini, maka PPN yang tercantum pada FP tetap dapat dikreditkan dengan PK sepanjang memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
      • Penerbitan FP pengganti atas FP yang telah diterbitkan sebelum Peraturan Dirjen Pajak ini berlaku, menggunakan Kode dan Nomor Seri FP yang ditetapkan dalam Peraturan Dirjen Pajak ini

      3. Tanggal berlaku

        Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku pada tanggal 1 April 2010

        Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per- 10/PJ./2010 PERPEL PASAL 13 (6) UU 42/2009

        Tentang Dokumen Tertentu Yang Kedudukannya Dipersamakan Dengan Faktur Pajak

      1. Dasar Hukum

      Pasal 13 ayat (6) UU PPN Ayat (6) Direktur Jenderal Pajak dapat

        menetapkan dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak DOKUMEN-DOKUMEN TERTENTU YG DIPERLAKUKAN SEBAGAI FAKTUR PAJAK DOKUMEN TERTENTU SEBAGAI FAKTUR PAJAK HARUS MEMUAT SEKURANG KURANGNYA :

      • - IDENTITAS YANG BERWENANG MENERBITKAN DOKUMEN; - NAMA & ALAMAT PENERIMA DOKUMEN; - NPWP DLM HAL PENERIMA DOKUMEN ADALAH WP DALAM NEGERI - JUMLAH SATUAN BARANG APABILA ADA;
        • - DPP; & JUMLAH PPN TERUTANG, KECUALI DLM HAL EKSPOR

        2. Muatan Pasal

          Dokumen-dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan  dengan Faktur Pajak adalah:

        a. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah disetujui

        pejabat DJBC dan dilampiri dengan invoice;

        b. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang

        dibuat/dikeluarkan oleh BULOG/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu;

          

        c. Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuat/dikeluarkan

        oleh PERTAMINA untuk penyerahan BBM dan atau bukan BBM;

          

        d. Tanda pembayaran atau kuitansi untuk penyerahan jasa

        telekomunikasi;

        e. Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery

        Bill, yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;

          

        f. Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk

        penyerahan jasa kepelabuhanan;

        2. Muatan Pasal

        g. Tanda pembayaran atau kuitansi listrik

          ;

          

        h. Invoice ekspor JKP dan/atau BKP Tidak Berwujud dan bukti

        pembayaran;

        i. Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan dilampiri dengan

        Surat Setoran Pajak, Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak

          (SSPCP) dan/atau bukti pungutan pajak oleh DJBC;

        j. Surat Setoran Pajak untuk pembayaran PPN atas

        pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah

          Pabean ;

        2. Muatan Pasal

        • Dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud dalam

          

        Pasal 1 huruf a sampai dengan h paling sedikit harus

        memuat:

        a. Nama, alamat dan NPWP yang melakukan ekspor