KAJIAN KELAYAKAN POTENSI INVESTASI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

  

KAJIAN KELAYAKAN POTENSI INVESTASI

RUMPUT LAUT DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PENYUSUN :

Dr. Chaterina A. Paulus, S.Pi.,M.Si (KETUA)

  

Dr. Ir. Fonny J. L. Risamasu, M.Si

Ir. Marthen R. Pellokila, M.Sc.,Ph.D

Dr. Lady Cindy Soewarlan, S.Pi.,M.Pi

Dr. Priyo Santoso, S.Pi.,MP

  

Ir. Jotham S. R. Ninef, M.Sc

Lumban Nauli L. Toruan, S.Pi.,M.Si

Kiik G. Sine, S.Pi.,M.Si

  Dicetak di : Kupang, 11 November 2017 Tata Letak : Aludin Al Ayubi, S.Pi.,M.Si Peta : Yusuf Fadjaryanto

  IDENTITAS DAN PENGESAHAN

  g. Alamat Kantor : Jl. Adisucipto, Penfui, Kupang

  Kupang, 11 November 2017 Ketua Peneliti,

  6. Jumlah biaya diajukan : Rp. 307.200.000 (Tiga Ratus Tujuh Juta Dua Ratus Ribu Rupiah)

  5. Sumber Pembiayaan : DPA Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Manggarai Barat, NTT

  : 120 hari kalender

  4. Jangka Waktu Penelitian

  3. Anggota Peneliti : 8 (delapan) orang

  Maulafa-Kota Kupang 85142, NTT j. No. HP/Telp-Fax : 081319985509/ 0380-881560

  h. Telepon/Faks/ e-mail : 0380-881560 / paulus.chaterina@gmail.com i. Alamat Rumah : Jl. Jeruk No.5 RT 019/RW 008, Kel. Oepura, Kec.

  : Kelautan dan Perikanan (FKP)/Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP)

  1. Judul Penelitian : Kajian Kelayakan Potensi Investasi Rumput Laut di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur

  f. Fakultas/Program Studi

  : Lektor

  e. Jabatan Fungsional

  d. Jabatan Struktural : Dosen

  c. NIDN/Golongan : 0019088405/ IIIc

  b. Jenis Kelamin : Perempuan

  a. Nama Lengkap : Dr. Chaterina A. Paulus, S.Pi, M.Si

  2. Ketua Peneliti :

  (Dr. Chaterina A. Paulus, S.Pi, M.Si) NIP. 198408192010122003

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan perlindunganNya sehingga kegiatan kajian dan penyusunan laporan Kajian Kelayakan Potensi Investasi Rumput laut di Kabupaten Manggarai Barat ini dapat diselesaikan dengan baik.

  Laporan ini menyajikan hasil kajian tentang kesesuaian dan daya dukung perairan untuk budidaya rumput laut, peluang investasi budidaya dan industri rumput, pola pengembangan budidaya dan industri rumput laut, dan arahan strategi pengembangan investasi budidaya dan industri rumput laut.

  Kegiatan kajian ini dapat terlaksana berkat kerjasama Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) kabupaten Manggarai Barat dengan Lembaga Penelitian Universitas Nusa Cendana, dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Manggarai Barat yang telah mempercayakan pelaksanaan kegiatan kajian ini kepada Lembaga Penelitian Universitas Nusa Cendana

  2. Rektor dan Ketua Lembaga Penelitian Universitas Nusa Cendana beserta staf yang telah memfasilitasi terselenggaranya kegiatan kajian ini.

  3. Tim peneliti Pusat Penelitian Perikanan dan Kelautan (PPPK) yang telah berpartisipasi dan bekerja keras dalam menyelenggarakan kajian sampai selesai.

  4. Semua pihak yang telah membantu pelaksanaan kajian mulai dari persiapan sampai dengan penyusunan laporan akhir.

  Semoga hasil kajian ini dapat bermanfaat bagi para pihak yang berkepentingan dalam mengembangkan investasi rumput laut di Kabupaten Manggarai Barat.

  Kupang, November 2017 Tim Peneliti

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... Hal

  IDENTITAS DAN PENGESAHAN ............................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................. iii DAFTAR TABEL .......................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix

  I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

  1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

  1.2 Tujuan .......................................................................................... 5

  1.3 Sasaran ........................................................................................ 6

  1.4 Luaran .......................................................................................... 6

  1.5 Dampak ........................................................................................ 6

  II. POTENSI DAN KONDISI PERAIRAN .................................................. 7

  2.1 Kondisi Perairan ........................................................................... 7

  2.2 Kondisi Pemanfaatan Ruang Pesisir dan Laut ............................. 9

  2.3 Kondisi Sosial dan Budaya .......................................................... 19

  2.4 Kondisi Ekonomi .......................................................................... 22

  2.5 Kondisi Usaha Perikanan ............................................................. 22

  2.6 Kondisi Usaha Budidaya Rumput Laut ........................................ 30

  2.7 Kondisi Pasca Panen Rumput Laut ............................................. 33

  III. KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT ................................................................. 41

  3.1 Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Rumput Laut .................... 41

  3.2 Daya Dukung Perairan untuk Budidaya Rumput Laut ................. 45

  IV. PELUANG INVESTASI BUDIDAYA DAN INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT .......................................................... 48

  4.1 Peluang Investasi Budidaya Rumput Laut ................................... 48

  4.2 Peluang Investasi Industri Pengolahan Rumput Laut .................. 57

  V. POLA PENGEMBANGAN BUDIDAYA DAN INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT .......................................................... 92

  5.1 Pola Pengembangan Budidaya Rumput Laut .............................. 92

  5.2 Pola Pengembangan Industri Pengolahan Rumput Laut ............. 94

  VI. ARAHAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA DAN INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT .......................................................... 98

  6.1 Arahan Pengembangan Budidaya Rumput Laut .......................... 98

  6.2 Arahan Pengembangan Industri Pengolahan Rumput Laut ......... 110

  

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 113

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 115

  

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

  2.1 Rencana Alokasi Ruang Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil (WP3K) Provinsi Nusa Tenggara Timur Bagian Kabupaten Manggarai Barat ........................................................ 12

  2.2 Jumlah pemeluk agama pada 4 (empat) kecamatan pantai di Kabupaten Manggarai Barat ........................................................ 23

  2.3 Kisaran umur nelayan pada 3 kecamatan pantai di Kabupaten Manggarai Barat ........................................................ 23

  2.4 Tingkat pendidikan nelayan pada ketiga desa kecamatan pantai di Kabupaten Manggarai Barat .......................................... 23

  2.5 Jumlah anggota keluarga dan biaya hidup nelayan pada ketiga desa kecamatan pantai di Kabupaten Manggarai Barat ............................................................................................. 24

  2.6 Jenis alat tangkap pada ketiga desa kecamatan pantai di Kabupaten Manggarai Barat ........................................................ 24

  2.7 Jumlah alat penangkapan ikan pada kecamatan pantai di Kabupaten Manggarai Barat sampai tahun 2015 ......................... 25

  2.8 Jumlah alat penangkapan ikan pada kecamatan pantai di Kabupaten Manggarai Barat ...................................................... 25

  2.9 Jumlah armada penangkapan ikan pada kecamatan pantai di Kabupaten Manggarai Barat tahun 2015 ................................ 25

  2.10 Status nelayan berdasarkan waktu operasi dan kepemilikan usaha pada ketiga desa kecamatan pantai di Kabupaten Manggarai Barat ........................................................................... 26

  2.11 Jumlah nelayan berdasarkan waktu operasi pada kecamatan pantai di Kabupaten Manggarai Barat tahun 2015 ............................................................................................. 27

  2.12 Produksi jenis ikan pelagis utama yang bernilai ekonomis penting di Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2015 ................... 27

  2.13 Produksi jenis ikan demersal yang bernilai ekonomis penting di Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2015 ................................ 28

  2.14 Produksi Kelompok Non-Ikan Utama yang Bernilai Ekonomi Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2015 .................................... 28

  2.15 Nilai produksi (pendapatan) ikan per trip pada 3 kecamatan pantai di Kabupaten Manggarai Barat .......................................... 28

  2.16 Daerah penangkapan pada ketiga desa kecamatan pantai di Kabupaten Manggarai Barat ........................................................ 29

  2.17 Musim penangkapan ikan pada ketiga desa kecamatan pantai di Kabupaten Manggarai Barat .......................................... 29

  2.18 Lokasi pemasaran hasil tangkapan ikan oleh para nelayan ketiga desa kecamatan pantai di Kabupaten Manggarai Barat ............................................................................................. 30

  2.19 Jumlah RTP/Rumah Tangga Perikanan budidaya rumput laut di Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2015 ....................... 30

  2.20 Jumlah penyerapan tenaga kerja (pembudidaya) dalam budidaya rumput laut di Kecamatan Boleng dan Macang Pacar Tahun 2015 ....................................................................... 31

  4.8 Prioritas lokasi industri pengolahan hasil rumput laut .................. 76

  4.20 Produksi dan nilai produksi ATC dan tepung agar-agar .............. 86

  4.19 Kebutuhan biaya tetap pabrik pengolahan ATC dan tepung agar-agar ...................................................................................... 86

  4.18 Kebutuhan biaya operasional pabrik pengolahan ATC dan SRC .............................................................................................. 85

  4.17 Kebutuhan investasi pabrik pengolahan rumput laut menjadi ATC dan SRC .............................................................................. 85

  4.16 Asumsi usaha pabrik pengolahan ATC dan SRC ........................ 85

  4.15 Arus cash flow pada usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Manggrai Barat .......................................................... 83

  4.14 Produksi dan nilai produksi pada usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Manggarai Barat .............................................. 82

  4.13 Perincian biaya tanaman selama pemeliharaan usaha budidaya rumput laut ................................................................... 81

  4.12 Perincian biaya investasi budidaya rumput laut yang dikeluarkan dalam melakukan usaha tersebut ............................. 81

  4.11 Asumsi-asumsi analisis fianansial pada usaha budidaya rumput laut Kabupaten Manggarai Barat .................................... 80

  4.10 Prakiraan lokasi pasar hasil olahan rumput laut .......................... 78

  4.9 Produksi komoditas rumput laut di Kabupaten Manggarai Barat tahun 2015 dan tahun 2016 ............................................... 78

  4.7 Estimasi segmentasi produk olahan rumput laut ......................... 62

  2.21 Luas areal budidaya rumput laut di Kabupaten Manggarai Barat ............................................................................................. 32

  4.6 Komposisi Kimia Euchema cottonii .............................................. 61

  4.5 Pasar hidrokoloid dari rumput laut: agar, alginat dan karaginan ..................................................................................... 59

  4.4 Komponen biaya investasi dan produksi kebun bibit rumput laut kultur jaringan ........................................................................ 56

  4.3 Potensi produksi dan kebutuhan pembudidaya di Kabupaten Manggarai Barat ........................................................................... 55

  4.2 Komponen biaya investasi dan produksi budidaya rumput laut metode lepas dasar ............................................................... 54

  4.1 Komponen biaya investasi dan produksi budidaya rumput laut metode longline ..................................................................... 51

  3.4 Jumlah unit budidaya rumput laut metode long line di Manggarai Barat ........................................................................... 47

  3.3 Tabel skor pada setiap variabel lingkungan lokasi ....................... 43

  3.2 Kriteria kesesuaian lingkungan lokasi budidaya rumput laut ....... 42

  3.1 Kisaran kualitas perairan lokasi kajian ......................................... 41

  2.24 Kualitas rumput laut kering E.cottonii dari Desa Terang .............. 38

  2.23 Jumlah (kg) jenis olahan rumput laut di Kabupaten Mabar Tahun 2015 .................................................................................. 33

  2.22 Produksi rumput laut jenis Euchema cottonii kecamatan Boleng dan Macang Pacar Tahun 2015 ....................................... 32

  4.21 Arus cash flow pabrik pengolahan ATC dan SRC ....................... 86

  4.22 Asumsi usaha pengolahan dodol rumput laut .............................. 87

  4.23 Kebutuhan biaya investasi, biaya tetap dan biaya operasional pembuatan dodol rumput laut ................................... 88

  4.24 Produksi dan nilai produksi dodol rumput laut ............................. 88

  4.25 Kebutuhan invetasi untuk pembibitan rumput laut menggunakan kultur jaringan ...................................................... 89

  4.26 Biaya operasional untuk kebun pembibitan rumput laut .............. 90

  4.27 Perhitungan proyeksi rugi laba, NPV, IRR, dan gross BCR usaha pembibitan rumput laut ...................................................... 90

  6.1 Prioritas lokasi industri pengolahan hasil rumput laut .................. 106

  3

  DAFTAR GAMBAR No Judul Hal

  4.2 Konstruksi longline budidaya rumput laut .................................... 50

  5.1 Peran koperasi dan alur niaga rumput laut kering ....................... 95

  4.9 Kontribusi setiap aktor dalam peluang investasi rumput laut di Kabupaten Manggarai Barat .................................................... 74

  4.8 Kontribusi setiap faktor dalam peluang investasi rumput laut di Kabupaten Manggarai Barat .................................................... 70

  4.7 Kontribusi setiap tujuan dalam peluang investasi rumput laut di Kabupaten Manggarai Barat .................................................... 68

  4.6 Manajemen budidaya laut ............................................................ 67

  4.5 Struktur hirarki peluang investasi rumput laut di Kabupaten Manggarai Barat ........................................................................... 66

  4.4 Rumput laut ekonomis penting ..................................................... 58

  4.3 Konstruksi budidaya lepas dasar rumput laut .............................. 53

  4.1 Spesies rumput laut yang layak untuk Investasi di Kabupaten Manggarai Barat ........................................................................... 48

  2.1 Rerata sebaran kondisi fisik perairan peisisir bagian utara (U) dan selatan (S) Kabupaten Manggarai Barat berdasarkan waktu ....................................................................... 7

  3.1 Peta kesesuaian lahan budidaya rumput laut di Manggarai Barat ............................................................................................. 46

  2.9 Bentuk cemaran fisik rumput laut kering ...................................... 38

  2.8 Metode budidaya rumput laut di Kabupaten Manggarai Barat : (a) Metode longline dan (b) Metode lepas dasar ....................... 31

  2.7 Jenis rumput laut yang dibudidayakan di Kabupaten Manggarai Barat : (a) Eucheuma spinosum dan (b) Eucheuma cottonii .................................................................. 31

  2.6 Peta Rencana Zonasi Taman Nasional Perairan Laut Sawu region Selat Sumba ...................................................................... 18

  2.5 Peta Zonasi Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat ........................................................................... 15

  2.4 Peta Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Nusa Tenggara Timur Bagian Kabupaten Manggarai Barat ........................................................................... 11

  2.3 Sebaran SPL (A, B, C), klorofil-a (D), salinitas (E), dan arus laut (F) pada sebagian wilayah perairan Sunda Kecil .................. 9

  2.2 Rerata sebaran kondisi kimia dan biologis perairan peisisir bagian utara (U) dan selatan (S) Kabupaten Manggarai Barat berdasarkan waktu ............................................................. 7

  5.2 Peran koperasi dan alur niaga industri ATC ................................ 96

  DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

  4

  3

  15. Peta tematik amonia (NH

  14. Peta teamti total suspensed solid (TSS) ...................................... 132

  13. Peta tematik oksigen terlarut (DO) ............................................... 131

  12. Peta tematik kadar garam (salinitas) ............................................ 130

  11. Peta tematik derajat keasaman (pH) ............................................ 129

  10. Peta tematik suhu ........................................................................ 128

  ) .............................................................. 127

  9. Peta tematik fosfat (PO

  1. Dokumentasi kegiatan awal ......................................................... 120

  ) ............................................................. 126

  3

  8. Peta temaitik nitrat (NO

  7. Peta tematik kecerahan ............................................................... 125

  6. Peta kesesuaian lahan budidaya rumput laut di Kabupaten Manggarai Barat ........................................................................... 124

  5. Peta RZWP3K di Kabupaten Mnggarai Barat .............................. 123

  4. Dokumentasi Kegiatan Focus Group Discusion (FGD) di Kota Kupang ................................................................................ 122

  3. Dokumentasi Kegiatan Focus Group Discusion (FGD) di Manggarai Barat ........................................................................... 121

  2. Dokumentasi pelaksanaan penelitian .......................................... 120

  ) ........................................................... 133

RINGKASAN EKSEKUTIF

  Kabupaten Manggarai Barat sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki potensi yang besar dalam pengembangan budidaya rumput laut. Luas wilayah Kabupaten Manggarai Barat sebesar 9.450

  2

  2

  km dengan luas wilayah laut sebesar 6.052,50 km atau 64,04% dari luas wilayah, sangat diharapkan untuk mampu menyediakan potensi sumber daya lahan baru yang efektif untuk dimanfaatkan bagi pengembangan budidaya rumput laut Indonesia. Melihat fakta tersebut maka perairan Kabupaten Manggarai Barat memiliki peluang investasi rumput laut yang sangat menjanjikan. Secara ekonomis peluang investasi komoditi rumput laut memiliki prospek untuk dikembangkan di masa mendatang, dimana saat ini budidaya rumput laut di Kabupaten Manggarai Barat masih diusahakan secara individu dan tradisional. Kondisi perairan kabupaten Manggarai Barat yang masih alami tentunya memiliki prospek pengembangan budidaya rumput laut secara besar- besaran dengan sentuhan teknologi tepat guna serta pengembangan potensi investasi pada sekor pengolahan hasil rumput laut. Sehungan denga hal tersebut maka Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu merasa perlu untuk melakukan kajian kelayakan potensi investasi rumput laut di Manggarai Barat

  Kajian kelayakan potensi investasi rumput laut di Kabupaten Manggarai Barat ini bertujuan untuk melakukan analisis komprehensif tentang prospek pengembangan budidaya rumput laut dan industri pengolahan hasil rumput laut di Kabupaten Manggarai Barat. Secara khusus tujuan kajian ini adalah: (1) memetakan kesesuaian dan daya dukung lingkungan bagi pengembangan budidaya rumput laut; (2) mengidentifikasi peluang investasi untuk pengembangan budidaya dan industri pengolahan rumput laut; (3) menyusun pola pengembangan investasi budidaya dan industri pengolahan rumput laut; (4) merumuskan arahan pengembangan investasi budidaya dan industri pengolahan rumput laut.

  Hasil kajian kelayakan potensi investasi rumput laut di kabupaten Manggarai Barat menunjukan bahwa : 1) Potensi lahan budidaya rumput laut di kabupaten Manggarai Barat berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan seluas 7.104,49 Ha, dimana area yang sangat layak seluas 1.260,64 Ha dan area yang layak seluas 5.843,84 Ha. Luas pemanfaatan lahan eksisting untuk budidaya rumput laut sekitar 123 Ha (1,73%), dengan peluang pemanfaatan lahan untuk budidaya rumput laut di kabupaten Manggarai Barat masih sangat tinggi yaitu sebesar 98,27%.

  2) Daya dukung lingkungan perairan kabupaten Manggarai Barat untuk pengembangan budidaya rumput laut, yaitu sebanyak 3.552 unit usaha budidaya rumput laut dengan metode tali rawai (longline). Luas lahan untuk setiap unit usaha budidaya rumput laut dengan metode tali rawai (longline) adalah 100 meter x 200 meter atau 2 hektar/unit. 3) Kapasitas produksi rumput laut kering (DES) sebanyak 12 ton/ha/tahun, dengan potensi produksi rumput laut di kabupaten Manggarai Barat untuk luasan efektif lahan budidaya perairan 7.104,38 ha adalah rumput laut basah sebesar 682.020,48 ton/tahun dan rumput laut kering: 85.252,56 ton/tahun. Kebutuhan pembudidaya (RTP) untuk menggarap luas lahan efektf untuk budidaya rumput laut yang tersedia di kabupaten Manggarai Barat adalah sebanyak 3552 RTP. 4) Peluang investasi pengambangan rumput laut di kabupaten Manggarai Barat adalah: (1) produk rumput laut kering, mencakup Rumput Laut Kering Asin

  (RLKA) dan Rumput Laut Kering Tawar (RLKT); (2) produk diversifikasi olahan rumput laut; (3) produk olahan rumput laut setengah jadi yang berupa

  Alkali Treated Cottonii (ATC) yang digunakan sebagai bahan baku untuk produk Semi Refined Carragenan (SRC) dan Refined Carragenan (RC).

  5) Analisis kelayakan investasi rumput laut di kabupaten Manggarai Barat dengan menggunakan kriteria Net Present Value (NPV), Internal Rate of

  Return (IRR), dan Gross Benfit Cost Ratio menunjukan bahwa usaha

  budidaya rumput laut, usaha diversifikasi olahan rumput laut dan usaha industri Alkali Treated Cottonii (ATC), dan usaha pembibitan rumput laut, layak secara finansial. 6) Pengembangan investasi budidaya rumput laut di kabupaten Manggarai

  Barat dapat dilakukan dengan beberapa pilihan pola kemitraan antara usaha kecil (pembudidaya) dengan pengusaha besar (industri), yaitu: (1) pola kemitraan inti-plasma; (2) pola kemitraan subkontrak; (3) pola kemitraan dagang umum. Pengembangan investasi industri rumput laut dapat dilakukan dengan pola kemitraan tripatit yang melibatkan investor (pengusaha), pemerintah daerah, dan pembudidaya dan koperasi. 7) Prioritas strategi investasi budidaya rumput laut di kabupaten Manggarai

  Barat meliputi : mengefektifkan peran Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) kabupaten Manggarai Barat dan lembaga terkait lainnya dalam pembinaan dan pengembangan, peningkatan produksi rumput laut yang berkualitas baik, pendampingan teknis dan non teknis kepada pembudidaya rumput laut, peningkatan kualitas SDM melalui bimbingan teknis dan pelatihan, peningkatan pemodalan usaha rumput laut, peningkatan akses pasar, pengadaan pola kerjasama kemitraan, penetapan kalender musim tanam, penggantian bibit baru secara rutin, permintakatan kesesuaian areal budidaya rumput laut, penataan kawasan lahan darat. Arahan strategi terkait pengembangan industri rumput laut di Kabupaten Manggarai Barat, meliputi: jaminan kuantitas dan kualitas produk bahan baku (raw material), perbaikan rantai pasok (supply chain) rumput laut, menyeimbangkan supply

  and demand rumput laut, dan optimalisasi pengembangan industri rumput laut.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Rumput laut atau seaweeds sangat populer dalam dunia perdagangan, dalam ilmu pengetahuan dikenal sebagai alga/algae. Alga atau ganggang terdiri atas empat kelas yaitu Rhodophyceae (ganggang merah), Phaeophyceae (ganggang coklat), Cholorophyceae (ganggang hijau), dan Cyanophyceae (ganggang hijau-biru). Rumput laut dikenal pertamakali di Cina kira-kira 2.700 SM. Pada masa tersebut, rumput laut digunakan untuk obat-obatan dan sayuran.Tahun 65SM bangsa Romawi menggunakan rumput laut sebagai bahan baku kosmetik, namun dari waktu kewaktu pengetahuan tentang rumput laut semakin berkembang. Spanyol, Perancis, dan Inggris menjadikan rumput laut sebagai bahan baku pembuatan gelas.

  Usaha rumput laut sekarang telah berkembang dengan pesat, hal ini disebabkan semakin meningkatnya permintaan pasar baik domestic maupun luar negeri terutamaakibat berkembangnya industri-industri yang berbasiskan bahan baku rumput laut. Permintaan rumput laut kering secara global padat ahun 2012m encapai 541.020 ton rumput laut kering jenis Euchema cottonii dan 95.760 ton rumput laut kering jenis Gracillaria verrucosa. Berdasarkan data yang ada baik produksi maupun ekspor rumput laut, Indonesia menempati urutan kedua setelah Filipina. Potensi pengembangan rumput laut di Indonesia mencapai 1,11 juta ha dengan produksi diperkirakan mencapai sebesar 167.937 MT pertahun. Total produksi rumput laut nasional saat ini telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Menurut data sementara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), produksi rumput laut nasional pada tahun 2014 mencapai 10,2 juta ton atau meningkat lebih dari tiga kali lipat dimana sebelumnya pada tahun 2010 hanya berkisar di angka 3,9 juta ton.

  Indonesia dengan panjang garis pantai sekitar 81.000 km diyakini memiliki potensi rumput laut yang sangat besar. Tercatat sedikitnya ada 555 jenis rumput laut di perairan Indonesia, diantaranya ada 55 jenis yang diketahui mempunyai nilai ekonomis tinggi seperti Eucheuma sp,Gracilaria sp dan

  

Gelidium. Jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan adalah Eucheuma sp

  dan Gracilaria sp. Di samping sebagai bahan untuk industri makanan seperti agar-agar, jelly food dan campuran makanan lainnya, rumput laut juga digunakan

  1 sebagai bahan baku industri kosmetik, farmasi, tekstil, kertas, keramik, fotografi dan insektisida. Mengingat manfaatnya yang sangat luas, maka komoditas rumput laut mempunyai peluang pasar yang bagus dengan potensi investasi dengan prospek keuntungan yang cukup besar.

  Rumputlaut (seaweed) merupakan salah satu komoditas potensial dan dapat dijadikan andalan bagi upaya pengembangan usaha skala kecil dan menengah yang sering disebut sebagai Usaha Kecil Menengah (UKM). Ini terjadi karena rumput laut sangat banyak manfaatnya, baik melalui pengolahan sederhana yang langsung dapat dikonsumsi maupun melalui pengolahan yang lebih kompleks, seperti produk farmasi, kosmetik, dan pangan, serta produk lainnya. Selain itu juga rumput laut merupakan salah satu komoditas ekspor yang menjadi sumber devisa bagi negara dan kegatan budidayanya merupakan sumber pendapatan bagi masyarakat khususnya nelayan/pembudidaya, dapat menyerap tenaga kerja serta mampu memanfaatkan lahan perairan pantai di kepulauan Indonesia yang sangat potensial. Beberapa negara yang membutuhkan pasokan rumput laut dan menjadi tujuan ekspor antara lain: China, Jepang dan Amerika Serikat. Permasalahannya adalah hingga kini Indonesia hanya merupakan pengekspor rumput laut dalam bentuk bahan mentah dengan nilai jual yang relative rendah. Sekarang ini sekitar 90% rumput laut yang dihasilkan diekspor dalam bentuk kering tanpa diolah dengan negara tujuan ekspor antara lain China, Filipina, Hongkong, Spanyol, Jepang, USA dan Denmark. Dari seluruh rumput laut yang diekspor, 80% adalah rumput laut dalam bentuk basah dan 20% dalam bentuk kering. Pengembangan investasi dalam bentuk industri pengolahan rumput laut yang mampu memberikan nilai tambah dan rantai nilai yang tinggi merupakan tantangan dalam meningkatkan kemakmuran masyarakat.

  Pengembangan investasi dan budidaya komoditi rumput laut sebagai fokus daripada salah satu produk atau komoditas unggulan sektor perikanan dan kelautan merupakan langkah strategis yang dipilih dengan pertimbangan bahwa :

  1. Pada tingkat pengembangan budidaya memiliki daya serap tenaga kerja yang tinggi, teknologi budidaya yang sederhana, masa tanam yang relatif pendek sekitar 45 hari (quick yield) dan biaya per unit produksi relatif sangat murah;

  2

  2. Pada tingkat pengolahan hasil rumput laut melalui pengembangan industri pengolahan rumput laut memerlukan dukungan sekor lain. Pada tingkat industri, dampak sosial dan ekonomi pengembangan industri pengolahan berbasis komoditas rumput laut juga sangat positif; paling tidak dapat dilihat dari beberapa alasan sebagai berikut:

  1. Industri pengolahan rumput laut memiliki keberlanjutan yang sangat baik dan didukung oleh ketersediaan pasokan bahan baku yang baik sehingga terhindar dari berbagai biaya kelangkaan bahan baku;

  2. Industri pengolahan rumput laut memiliki akses dan potensi pasar yang sangat luas, dikarenakan permintaan dan penggunaan hasil pengolahan rumput laut yang semakin luas sementara dari sisi penawaran tidak banyak negara dan daerah yang mampu menyediakan bahan baku rumput laut; dan Indonesia memiliki potensi yang tinggi dalam penyediaan bahan baku rumput laut;

  3. Industri pengolahan rumput laut ini juga dapat dilakukan oleh pelaku yang sama dengan pelaku budidaya rumput laut, karena dapat dikembangkan dengan skala rumah tangga maupun skala industri sehingga waktu tunggu panen selain digunakan untuk perawatan budidaya dapat juga digunakan untuk pengolahan rumput laut hasil budidayanya. Dengan demikian industri pengolahan rumput laut ini dapat dikembangkan di lingkungan masyarakat sehingga manfaat yang diterima masyarakat semakin besar dan nyata;

  4. Industri pengolahan rumput laut juga relatif tidak membutuhkan peralatan dengan investasi tinggi dan tidak juga membutuhkan keahlian khusus.

  Kebutuhan akan kualifikasi tinggi seperti pengukuran standar kadar tertentu dapat dibantu oleh tenaga pendamping atau petugas lapangan dari dinas terkait di daerah;

  5. Untuk pengembangan rumput laut Gracillaria dan Cottonii menjadi agar-agar dan keraginan membutuhkan peralatan yang sama dengan proses yang berbeda sehingga untuk pengolahan lebih lanjut menjadi makanan dan minuman berbasis rumput laut dapat dikembangkan kelembagaan yang melibatkan kelompok tani rumput laut dan industri kecil makanan dan minuman;

  6. Aktivitas penunjang budidaya rumput laut pada rantai nilai budidaya rumput laut adalah sebagai berikut :

  3

  4

  § Infrastruktur kebijakan dan kelembagaan meliputi kebijakan pembiayaan, kebijakan perwilayahan, pembentukan kelembagaan/asosiasi petani/koperasi petani rumput laut, pembentukan kemitraan antara petani rumput laut dengan pedagang besar/eksportir dan atau industri pengolahan serta kelembagaan standarisasi dan sertifikasi mutu;

  § Pengembangan teknologi mencakup teknologi bibit unggul, teknologi budidaya rumput laut, teknologi pasca panen, teknologi penyimpanan dan pengangkutan serta teknologi informasi yang berkaitan dengan persiapan prabudidaya, teknik budidaya, teknik penanganan pasca panen serta pemasaran dan layanan pelanggan;

  § Pengembangan sumber daya manusia mencakup penyuluhan dan pelatihan teknik budidaya, pelatihan teknologi pasca panen serta pembinaan mutu;

  § Sarana dan prasarana yang mencakup bantuan alat budidaya rumput laut dan bibit unggul, petugas pemantau lapangan dan bantuan alat penanganan pasca panen termasuk alat penyimpanan. Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai salah satu sentra produksi rumput laut di Indonesia telah memberikan kontribusi besar bagi total produksi rumput laut secara nasional. Potensi budidaya rumput laut di Provinsi Nusa Tenggara Timur terdapat dihampir semua Kabupaten/Kota kecuali Kabupaten Timor Tengah Selatan yang kecil peluangnya untuk budidaya rumput laut karena memiliki wilayah laut di sebelah selatan Pulau Timor atau berbatasan dengan Samudera Hindia. Adapun kabupaten-kabupaten yang budidaya rumput lautnya telah berkembang yaitu: Kabupaten Kupang, Sabu Raijua, Rote Ndao, Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Sumba Timur dan Kabupaten Manggarai Barat. Komunitas rumput laut unggulan yang dibudidaya adalah Echeuma Cottonii,

  

Eucheuma Sp, dan Alga Merah (red algae). Luas lahan potensial untuk budidaya

  rumput laut di Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 51.870 Ha atau 5% dari garis pantai, dengan potensi produksi sebesar.250.000 ton Kering/tahun. Walaupun potensi yang ada cukup besar namun lahan yang dimanfaatkan pada tahun 2010 baru seluas 5.205,70 Ha dengan produksi 1,7 juta ton rumput laut basah.

  Kabupaten Manggarai Barat sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang memiliki potensi yang besar dalam pengembangan budidaya rumput laut. Luas wilayah Kabupaten Manggarai Barat sebesar 9.450

  2

  2

  km dengan luas wilayah laut sebesar 6.052,50 km atau 64,04% dari luas wilayah, sangat diharapkan untuk mampu menyediakan potensi sumber daya lahan baru yang efektif untuk dimanfaatkan bagi pengembangan budidaya rumput laut Indonesia. Melihat fakta tersebut maka perairan Kabupaten Manggarai Barat memiliki peluang investasi rumput laut yang sangat menjanjikan. Secara ekonomis peluang investasi komoditi rumput laut memiliki prospek untuk dikembangkan di masa mendatang, dimana saat ini budidaya rumput laut di Kabupaten Manggarai Barat masih diusahakan/dibudidayakan secara perorangan. Kondisi perairan Manggarai Barat yang belum terkontaminasi oleh pencemaran tentunya memiliki prospek pengembangan budidaya rumput laut secara besar-besaran dengan sentuhan teknologi tepat guna serta pengembangan potensi investasi pada sekor pengolahan hasil rumput laut.

  Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu merasa perlu untuk melakukan suatu kajian atau studi kelayakan tentang pengembangan potensi investasi dan budidaya rumput laut Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur.

1.2 Tujuan

  Secara umum tujuan dari Kajian Kelayakan Potensi Investasi Rumput Laut Kabupaten Manggarai Barat adalah melakukan analisis komprehensif tentang prospek pengembangan budidaya rumput laut dan industri pengolahan hasil rumput laut di Kabupaten Manggarai Barat. Secara khusus tujuan kajian ini adalah:

  1. Memetakan kesesuaian dan daya dukung lingkungan bagi pengembangan budidaya rumput laut Kabupaten Manggarai Barat.

  2. Mengidentifikasi peluang investasi untuk pengembangan budidaya dan industri pengolahan rumput laut Kabupaten Manggarai Barat.

  3. Menyusun pola pengembangan investasi budidaya dan industri pengolahan rumput laut Kabupaten Manggarai Barat.

  4. Merumuskan arahan pengembangan investasi budidaya dan industri pengolahan rumput laut dalam jangka panjang maupun jangkamenengah.

  5

  1.3 Sasaran

  Adapun sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah:

  1. Terpetakannya kesesuaian pengembangan kawasan budidaya rumput laut Kabupaten Manggarai Barat.

  2. Tersedianya informasi potensi pengembanganinvestasi budidaya dan industri pengolahan rumput laut Kabupaten Manggarai Barat.

  3. Tersusunnya profil kawasan budidaya rumput laut yang dapat dijadikan acuan untuk pengembangan ekonomikawasan.

  1.4 Luaran (Output)

  Luaran yang diharapkan dari hasil kajian ini adalah analisis data dan informasi yang diperlukan dari lapangan (data primer) dan data dari instansi terkait serta sumber lain (data sekunder) yang dirumuskan dalam bentuk laporan hasil kajian yang sudah diekspose untuk dijadikan sebagai informasi peluang potensi investasi rumput laut bagi investor maupun calon investor.

  1.5 Dampak (Outcome)

  1. Terwujudnya peningkatan dan pengembangan investasi budidaya dan industri pengolahan rumput laut Kabupaten Manggarai Barat;

  2. Terwujudnya Kabupaten Manggarai Barat sebagai salah satu daerah sentra produksi rumput laut baik untuk usaha budidaya maupun untuk sektor industri pengolahan hasil rumput laut di Indonesia.

  6

II. POTENSI DAN KONDISI PERAIRAN

2.1 Kondisi Perairan Kab.Manggarai Barat

  2 Luas lautan Kab.Manggarai Barat sebesar 7.052,97 km (70,52%)

  (Statistik daerah Kabupaten Manggarai Barat, 2014). Variabilitas fisika, kimia, dan biologi pada perairan pesisir Kab. Mangarai Barat sangat dipengaruhi oleh perubahan musim akibat sistem muson. Meskipun terdapat perbedaan nilai antara bagian utara dan selatan, namun umumnya menunjukkan pola variabiltas musiman yang serupa (Gambar 2.1 dan Gambar 2.2).

Gambar 2.1. Rerata sebaran kondisi fisik perairan peisisir bagian utara (U) dan selatan (S) Kabupaten Manggarai Barat berdasarkan waktu

  (Sumber: www.ecmwf.com )

Gambar 2.2. Rerata sebaran kondisi kimia dan biologis perairan peisisir bagian utara (U) dan selatan (S) Kabupaten Manggarai Barat berdasarkan

  waktu (Sumber: ww.ecmwf.com) Sirkulasi angin di Manggarai Barat umumnya seperti di wilayah Indonesia lainnya yang ditentukan oleh perbedaan pola tekanan udara antara Australia dan

  Asia akibat peredaran matahari. Pada pola baratan, tekanan tinggi dari Asia akan

  7 mengalir ke Australia melalui Indonesia yang mengakibatkan musim hujan. Pola ini umumnya terjadi pada Bulan Oktober sampai Februari.

  Hal yang berlawanan terjadi pada pola angin timuran/tenggara, dimana tekanan tinggi berasal dari Australia yang menyebabkan musim kemarau. Rendahnya intensitas matahari ditambah iklim kering akibat pengaruh Australia menyebabkan suhu permukaan laut (SPL) menjadi rendah pada musim timur. Kondisi ini berbeda dengan musim barat. Pengaruh intensitas matahari, arah angin, dan kecepatan angin secara konstan akan mempengaruhi baik arah gelombang, periode gelombang, dan tinggi gelombang.

  Kandungan nitrat umumnya mencapai puncak tertinggi pada Bulan Januari dan Agustus. Pada Bulan Januari, diduga tingginya kandungan nitrat terjadi akibat aliran air dari daratan ke arah lautan akibat tingginya intensitas hujan selama musim baratan. Pada Bulan Agustus, pengaruh upwelling diduga merupakan penyebab tingginya kandungan nitrat pada musim timur/tenggara ini.

  Konsentrasi klorofil-a pada bagian utara Kab.Manggarai Barat umumnya meningkat pada musim baratan. Pengaruh musim hujan kemungkinan merupakan faktor utama meningkatnya klorofil-a di bagian utara. Pada bagian selatan, konsentrasi klorofil-a umumnya meningkat pada musim peralihan I sampai musim timuran/tenggara. Diduga akibat dampak upwelling menyebabkan meningkatnya konsentrasi ini. Dugaan ini didukung dengan kisaran SPL pada bagian selatan lebih tinggi daripada di bagian utara Kab. Manggarai Barat dan ditambah denga intensitas kecepatan angin yang lebih tinggi di bagian selatan. Rendahnya SPL ditambah tingginya kandungan klorofil-a umumnya merupakan indikator terjadinya upwelling.

  Hasil analisis pada Gambar A, B, dan C menunjukkan baik rerata SPL lebih rendah di selatan, kecepatan angin dan kandungan klorofil-a lebih tinggi di bagian selatan dibandingkan bagian utara Manggarai Barat. Hasil analisis ini sesuai dengan kajian Wang et al. (2015), dimana pada bagian selatan dicirikan dengan profil SPL yang rendah dan klorofil yang tinggi, sementara di bagian utara dicirikan dengan klorofil yang rendah serta arus yang medium.

  8

  9 Gambar 2.3. Sebaran SPL (A, B, C), klorofil-a (D), salinitas (E), dan arus laut

  (F) pada sebagian wilayah perairan Sunda Kecil (Wang et al., 2015)

2.2 Kondisi Pemanfaatan Ruang Pesisir dan Laut

  Alokasi pemanfaatan ruang perairan kabupaten Manggarai Barat telah diatur dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K) Provinsi NTT (Gambar 2.4, Tabel 2.1), yang terdiri atas beberapa kawasan perairan yaitu: a. Kawasan pemanfaatan umum, terdiri dari zona: (1), zona pelabuhan, yang meliputi pelabuhan besar, pelabuhan penyeberangan, dan pelabuhan rakyat.

  Luas zona pelabuhan sekitar 102,26 Ha; (2), zona perikanan budidaya yang diprioritaskan untuk sub zona budidaya laut, dengan komoditas utama rumput laut dan mutiara. Luas zona perikanan budidaya sekitar 3.180,95 Ha; (3), zona perikanan tangkap, terbagi atas empat sub zona, yaitu: pelagis, pelagis (setasea), pelagis dan demersal, dan pelagis dan demersal (setasea). Luas zona perikanan tangkap sekitar 1.244.644,50 Ha. Luas keseluruhan alokasi kawasan pemanfaatan umum sekitar 1.247.927,71 Ha.