BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Sejarah dan Perkembangan Akuntansi Indonesia - Pengaruh Pengadopsian International Financialreporting Standards (Ifrs) Terhadap Laporan Keuangan perusahaan Lq-45 Yang Terdaftar Di Bei
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Sejarah dan Perkembangan Akuntansi Indonesia Sejarah akuntansi dimulai sejak manusia mengenal hitungan
uang dan menggunakan catatan. Pada abad XIV perhitungan laba rugi telah dilakukan pedagang-pedagang Genoa untuk mengetahui harta hasil pelayarannya yaitu dengan membandingkan harta akhir pelayaran dengan harta pada saat mereka berangkat. Perkembangan akuntansi juga ditandai pada tahun 1494 pada saat Lucas Pacioli ahli matematika, mengarang sebuah buku yang berjudul Summa de Aritmatica,
Geometrica, Proportioni et Propotionalita , di mana dalam suatu bab
berjudul Tractatus de Computies et Scriptoris membahas cara-cara pembukuan menurut catatan berpasangan (double book keeping).
Akuntansi di Indonesia berkembang setelah UU Tanam Paksa dihapuskan pada tahun 1870. Hal ini mengakibatkan munculnya para pengusaha swasta Belanda yang menanamkan modalnya di Indonesia, sehingga Indonesia menganut sistem kontinental / tata buku yang dipakai Belanda saat itu (Soemarso, 1992). Tata buku menyangkut kegiatan-kegiatan yang bersifat konstruktif dari proses pencatatan, peringkasan, penggolongan dan aktivitas lain yang bertujuan menciptakan informasi akuntansi berdasarkan pada data. Sejak tahun akuntansi yang dianut oleh Amerika yakni Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) dan pada tahun 2008 Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) mencanangkan untuk melakukan konvergensi standar akuntansi keuangan berbasis IFRS dalam 2 tahap yaitu dimulai dengan komitmen publik pada tahun 2008 dan menetapkan standar akuntansi keuangan untuk diterapkan oleh perusahaan sampai tahun 2011 sebagai tahap pertama dan selanjutnya tahun 2012 hingga 2014 menjadi tahap kedua untuk mengimplementasikan standar akuntansi keuangan berbasis IFRS sehingga pada tahun 2015 tidak ada beda material di dalam standar yang digunakan perusahaan.
Terdapat tiga tonggak sejarah pengembangan standar akuntansi Indonesia yakni : 1.
Pada periode 1973-1984, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah membentuk Komite Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia untuk menetapkan standar-standar akuntansi, yang kemudian dikenal dengan Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).
2. Pada periode 1984-1994, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 (PAI 1984).
3. Menjelang akhir 1994, Komite standar akuntansi memulai suatu revisi besar atas prinsip-prinsip akuntansi Indonesia dan melakukan tanggal 1 oktober 1994. Dalam perkembangannya standar akuntansi keuangan Indonesia terus direvisi secara berkesinambungan sebanyak 6 kali yakni revisi 1 oktober 1995, 1 juni 1996, 1 juni 1999, 1 april 2002, 1 oktober 2004, dan 1 september 2007 menghasilkan 35 pernyataan standar akuntansi keuangan, yang sebagian besar harmonis dengan IAS yang dikeluarkan oleh IASB. (IAI, September 2007).
Seiring dengan perkembangan standar akuntansi Indonesia sehingga menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan penyusunnya juga terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan. Fungsi awal dari badan pembentuk standar akuntansi adalah sebagai penyusun dan pengembang standar akuntansi keuangan hingga pada saat terbentuknya Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK) sebagai mitra DSAK dalam merumuskan arah dan pengembangan SAK di Indonesia diberikan hak otonomi untuk sekaligus mengesahkan PSAK dan ISAK berlandaskan prinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU) di Indonesia. Prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (merupakan padanan dari frasa generally accepted accounting
principles ) adalah suatu istilah teknis yang mencakup
konvensi aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk membatasi tertentu. Indonesia memiliki empat pilar standar akuntansi Indonesia (Dwi Martani : 2015)yaitu : 1.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik signifikan - SAK-ETAP. Standar Akuntansi Keuangan ETAP digunakan untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik tidak signifikan.
3. Standar AkuntansiSyari’ah – SAK Syariah 4.
Standar Akuntansi Pemerintahan – SAP.
Gambar 2.1 Proses Terbentuknya Badan Pembentuk Standar Akuntansi Indonesia1974 - 1994 1994 - 1998 Kongres IAI 1998 1973 Terbentuknya Dibentuknya Dewan Dewan Konsultatif
Diubah menjadi Panitia Komite Prinsip Standar Standar Akuntansi Komite Standar Penghimpunan Akuntansi
Akuntansi Akuntansi Keuangan Bahan-bahan Indonesia Keuangan (DKSAK) Keuangan
(PAI) (Komite SAK)
18 Oktober 2005 Komite Akuntansi Syariah (KAS)
Sumber : Ikatan Akuntan Indonesia. (2007) 2.1.2.
IFRS (International Financial Reporting Standards) International Financial Reporting Standards (IFRS)
merupakan suatu standar akuntansi yang dikembangkan oleh IASB dan menjadi standar global untuk penyiapan laporan keuangan perusahaan publik (dalam IFRS FAQs). Standar Akuntansi Internasional disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi
Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional (IFAC). International Accounting Standar Board (IASB) yang dahulu bernama International Accounting Standar Committee (IASC) merupakan lembaga independen untuk menyusun standar akuntansi (sejauh ini terdapat 28 IAS, 15 IFRS, 11 IFRIC, dan 6 SIC) dan berfokus melakukan konvergensi standar akuntansi di seluruh dunia. Pendekatan yang dilakukan IASB adalah menyediakan lebih banyak panduan dalam bentuk prinsip-prinsip umum dari pada sekedar aturan (Illiano, 2008). Pada bulan April 2001, IASB mengadopsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan.
Adapun karakteristik dari IFRS rtani : 2015) yaitu : a.
IFRS menggunakan “Principles Base “ : Lebih menekankan pada intepreatasi dan aplikasi atas standar
- sehingga harus berfokus pada spirit penerapan prinsip tersebut.
- evaluasi apakah presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi.
Standar membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan
- akuntansi.
Membutuhkan profesional judgment pada penerapan standar
b.
Menggunakan fair value dalam penilaian, jika tidak ada nilai pasar aktif harus melakukan penilaian sendiri (perlu kompetensi) atau c.
Mengharuskan pengungkapan (disclosure) yang lebih banyak baik kuantitaif maupun kualitatif.
d.
IFRS secara dinamis akan berubah mengikuti perkembangan lingkungan bisnis dan kebutuhan informasi para pengguna.
Dalam sitFRS FAQs menyatakan bahwa : Dengan mengadopsi IFRS suatu bisnis dapat menyajikan laporan keuangan berdasarkan basis yang sama dengan kompetitornya sehingga perbandingan laporan keuangan lebih mudah dilakukan. Lebih jauh, perusahaan-perusahaan dengan anak usahanya di berbagai negara yang harus menggunakan IFRS bisa menggunakan bahasa akuntansi yang sama. Perusahaan-perusahaan juga perlu beralih ke
IFRS jika mereka menjadi anak usaha dari suatu perusahaan di luar negeri yang wajib menggunakan IFRS, atau jika mereka memiliki investor asing yang harus menerapkan
IFRS. Perusahaan-perusahaan juga harus dapat memperoleh manfaat dengan menggunakan IFRS jika mereka ingin memperluas modal di luar negeri.
Tabel 2.1 DaftarIAS/IFRS/IFRIC/SIC No Judul IAS/IFRS/IFRIC/SIC List of International Accounting Standard (IAS) :1 IAS 1, Presentation of Financial Statements
2 IAS 2, Inventories
3 IAS 7, Cash Flow Statements
4 IAS 8, Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Error
5 IAS 10, Events After the Balance Sheet Date
6 IAS 11, Construction Contracts
7 IAS 12, Income Taxes
8 IAS 16, Property, Plant, and Equipment
9 IAS 17, Leases
10 IAS 18, Revenue
11 IAS 19, Employee Benefits
12 IAS 20, Accounting for Government Grants and Disclosure of
Government Assistance
13 IAS 21, The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates
14 IAS 23, Borrowing Costs
15 IAS 24, Related-Party Disclosures
18 IAS 28, Investments in Associates
19 IAS 29, Financial Reporting in Hyperinflationary Economies
20 IAS 32, Financial Instruments: Presentation
21 IAS 33, Earnings per Share
22 IAS 34, Interim Financial Reporting
23 IAS 36, Impairment of Assets
24 IAS 37, Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets
25 IAS 38, Intangible Assets
26 IAS 39, Financial Instruments: Recognition and Measurement
27 IAS 40, Investment Property
28 IAS 41, Agriculture
List of International Financial Reporting Standard (IFRS)
1 IFRS 1, First-time Adoption of International Financial Reporting
Standards
2 IFRS 2, Share-Based Payment
3 IFRS 3, Business Combinations
4 IFRS 4, Insurance Contracts
5 IFRS 5, Noncurrent Assets Held for Sale and Discontinued Operations
6 IFRS 6, Exploration for and Evaluation of Mineral Resources
7 IFRS 7, Financial Instruments: Disclosures
8 IFRS 8, Operating Segments
9 IFRS 9, Financial Instruments
10 IFRS 10, Consolidated Financial Statements
11 IFRS 11, Joint Arrangements
12 IFRS 12, Disclosure of Interests in Other Entities
13 IFRS 13, Fair Value Measurement
14 IFRS 14 Regulatory Deferral Accounts (efektif 1 Januari 2016)
IFRS 15 Revenue from Contracts with Customers (efektif 1 Januari
15
2017) List of International Financial Reporting Interpretations Commitee (IFRIC)
IFRIC 1 Changes in Existing Decommissioning, Restoration and similar
1
liabilities
IFRIC 2 Members’ Share in Co-operative Entities and Similar
2 Instruments
3 IFRIC 4 Determining whether an arrangement contains a Lease
IFRIC 5 Rights to Interests arising from Decommissioning, Restoration
4
and Environmental rehabilitation Funds
- –
IFRIC 6 Liabilities arising from Participating in a Specific Market
5 Water electrical and Electronic Equipment
6 IFRIC 7 Applying the Restatement Approach under IAS 29
7 IFRIC 10 Interim Financial Reporting and Impairment
8 IFRIC 12 Service Concession Arrangements
- – Special Purpose Entities
- – non Monetary Contribution by Ventures
- – Recovery of Revalued non Depreciable Assets
6 SIC 32 Intangible Assets
4. Referenced (konvergence) yaitu sebagai referensi, standar yang diterapkan hanya mengacu pada IFRS tertentu dengan bahasa dan
3. Piecemeal yaitu suatu negara hanya mengadopsi sebagian besar nomor IFRS yaitu nomor standar tertentu dan memilih paragraf tertentu saja.
2. Adopted yaitu program konvergensi PSAK ke IFRS telah dicanangkan IAI pada Desember 2008. Adopted maksudnya adalah mengadopsi IFRS namun disesuaikan dengan kondisi di negara tersebut.
1. Full Adoption yaitu suatu negara mengadopsi seluruh standar IFRS dan menerjemahkan IFRS sama persis ke dalam bahasa yang negara tersebut gunakan.
Menurut Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK), tingkat pengadopsian IFRS dapat dibedakan menjadi 5 tingkat:
Sumber: Roberts et al. (2005) Dwi Martani, 2015
Lease
5 SIC 27 Evaluating the Substance Transaction in the Legal Form of
4 SIC 21 Income Taxes
3 SIC 15 Operating Leases – Incentives
2 SIC 13 Jointly Controlled Interest
1 SIC 12 Consolidation
List of Standing Interpretation Commitee (SIC)
11 IFRIC 20 Stripping Costs in theProduction Phase of a Surface Mining
– Website Costs
2.1.3. Menuju Adopsi IFRS di Indonesia
5. Not adopted at all yaitu suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS.
Rencana peralihan kiblat akuntansi pelaporan keuangan Indonesia ke standar keuangan Internasional atau IFRS dikhawatirkan memunculkan suatu dilema bagi pelaku pasar modal apabila tidak adanya aturan penyesuaian baru yang dilakukan oleh semua otoritas lembaga keuangan termasuk Bapepam-LK, Bank Indonesia, dan Direktorat Jenderal Pajak (Ketua Bapepam-LK dalam Melihat kondisi tersebut, Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) menyatakan belum memiliki rencana untuk adopsi penuh IFRS, seperti dikutip seusai berbicara “Seminar Tantangan Pasar Modal Indonesia Dalam Menghadapi Integrasi Pasar Modal ASEAN Melalui Keterbukaan Informasi dan Penetapan IFRS (2013)” dibawah ini:
Kebijakan Indonesia adalah untuk tetap menggunakan prinsip- prinsip akuntansi yang diterima umum atau Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP) sendiri dan
melakukan konvergensi GAAP tersebut dengan IFRS secara bertahap dengan cara meminimalkan perbedaan signifikan antara kedua standar tersebut. Indonesia tidak memiliki suatu rencana pun atau skedul waktu untuk mengadopsi IFRS secara penuh. Di sisi lain, dalam acara yang sama, sebagaimana dikutip dari sitHans Hoogervorst (IASB
Chairman) mengatakan perlunya adopsi IFRS secara penuh seperti pada kutipan sambutannya berikut ini :
...sangat penting untuk memahami bahwa manfaat penuh penggunaan
IFRS hanya bisa dinikmati jika Anda mengadopsinya secara penuh. Untuk investor asing, akan menjadi sangat sulit bagi mereka membedakan perbedaan kecil dengan perbedaan yang besar. Jika suatu negara (juridiksi) tidak menyatakan bahwa negara tersebut telah mengadopsi
IFRS secara penuh, investor mungkin akan berfikir bahwa perbedaan yang muncul bisa jadi lebih besar dari yang sebenarnya terjadi. Jika Anda telah mampu mengatasi semua masalah saat mengadopsi 95% IFRS, yakinlah bahwa Anda masih harus menyelesaikan sisa 5%-nya. Jika tidak, Anda akan mengalami pening kepala akibat transisi tersebut tanpa mendapatkan manfaat penuh dari pengakuan internasional terhadap pencapaian Anda. (Prianto,Budi : 2013) Pernyataan DSAK-IAI yang mempertegas bahwa Indonesia berada pada tahap konvergensi terus menyusun program kerja DSAK sebagai berikut : 1.
Melanjutkan komitmen proses konvergensi IFRS; a.
Adopsi IFRSs terbaru; b. Revisi SAK berbasis IFRS per 1 Januari 2009 menjadi per 1
Januari 2014; c. Target Annual Improvements SAK berbasis IFRS per 1 Januari 2009 menjadi per 1 Januari 2014.
2. Penyusunan kajian atas isu akuntansi terkini; a.
Kajian penyusunan SAK Nirlaba; Mempertimbangkan kebutuhan SAK Nirlaba bagi entitas nirlaba di Indonesia dan melihat perbandingan SAK Nirlaba yang diterapkan di yurisdiksi lain b.
Kajian kebutuhan pilar akuntansi baru di Indonesia dengan mempertimbangkan kebutuhan entitas atas SAK selain dari SAK
Umum dan SAK ETAP yang saat ini berlaku dan melihat kebutuhan pedoman akuntansi bagi entitas mikro
3. Melanjutkan komitmen partisipasi aktif dalam forum regional dan global; a.
Aktif berpartisipasi dan berkontribusi dalam forum regional dan internasional termasuk ikut serta dalam forum: Asian-Oceanian Standard Setters Group (AOSSG); Emerging Economies Group (EEG); International Forum of Accounting Standard Setters (IFASS); World Standard Setters (WSS) b. Aktif mengangkat isu akuntansi Indonesia, untuk didiskusikan di forum regional dan internasional;
4. Melakukan kodifikasi penomoran PSAK dan konsistensi penggunaan istilah;
5. Memberikan komentar dan masukan untuk Exprosure Draft dan
Discussion Paper
IASB; Program konvergensi IFRS ini dilakukan melalui beberapa tahapan yakni tahap adopsi mulai 2008 sampai 2011 dengan persiapan akhir penyelesaian infrastruktur dan tahap implementasi pada 2012. Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK
- –IAI) telah menetapkan
roadmap. Pada tahun 2009, Indonesia belum mewajibkan perusahaan-
perusahaan listing di BEI menggunakan sepenuhnya IFRS, melainkan masih mengacu kepada standar akuntansi keuangan nasional atau sedangkan pada tahun 2012, Dewan Pengurus Nasional IAI bersama- sama dengan Dewan Konsultatif SAK dan DSAK merencanakan untuk menyusun/merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IAS/IFRS versi 1 Januari 2009.
Gambar 2.2 Roadmap IFRS di Indonesia FASE 1FASE 2 Efektif Efektif Efektif Efektif Efektif < 2010 2011 2012 2013 2014&2015
- 3 PSAK • 16 PSAK • 11 PSAK • 22 PSAK • 4 PSAK
- 9 Revisi >1 ISAK • 6 ISAK • 12 ISAK • 1 ISAK • 4 ISAK (2014)
- 9 P
- 1 PPSAK (2014)
- 1 PISAK • 1 PPSAK • 3 PPSAK • 2 PPSAK • Penyesuain SAK Sumber : Martani, Dwi (2015)
Berdasarkan IFRS FAQs, konvergensi PSAK ke IFRS memiliki manfaat sebagai berikut: Pertama, memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan standar akuntansi keuangan yang dikenal secara internasional. Kedua, meningkatkan arus investasi global melalui transparansi. Ketiga, mengurangi biaya SAK termasuk menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global. Keempat, menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan. Kelima, Meningkatkan kualitas laporan keuangan termasuk meningkatnya kredibilitas laporan dengan mengurangi
Tabel 2.2 SAK Konvergensi Tanggal Efektif Standar Akuntansi Keuangan Tahun 2007PSAK 13 (revisi 2007): Properti Investasi PSAK 16 (revisi 2007): Aset Tetap
1 Januari 2008 PSAK 30 (revisi 2007): Sewa
Tahun 2008
1 Januari 2009 PSAK 14 (revisi 2008): Persediaan
Tahun 2009
1 Januari 2010, PSAK 26 (revisi 2009): Biaya Pinjaman penerapan lebih dini di anjurkan
1 Januari 2011, SAK ETAP penerapan lebih dini di anjurkan
PSAK
PSAK 2 ( revisi 2009): Laporan Arus Kas PSAK 5 (Revisi 2009): Segmen Operasi PSAK 7 (revisi 2009): Pihak-pihak Berelasi PSAK 12 (Revisi 2009): Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama PSAK 25 (Revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan PSAK 56 (Revisi 2009) : Laba Per Saham PSAK 57 (Revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset
1 Januari 2011 Kontinjensi PSAK 58 (Revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan
ISAK
ISAK 7 (revisi 2009): Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus
ISAK 9: Perubahan atas Liabilitas Aktivitas Purnaoperasi, Restorasi, dan Liabilitas Serupa
ISAK 10: Program Loyalitas Pelanggan
ISAK 11: Distrubusi Aset Nonkas kepada Pemilik
ISAK 12: Pengendalian Bersama Entitas : Kontribusi Mengikuti PSAK Nonmoneter oleh Venturer nya
PPSAK
PPSAK 1: Pencabutan PSAK 32:Akuntansi Kehutanan, PSAK 35: Akuntansi pandapatan jasa telekomunikasi dan PSAK 37: Akuntansi penyelenggaraan jalan tol PPSAK 2: Pencabutan PSAK 41: Akuntansi Waran dan PSAK
43 Akuntansi Anjak Piutang PPSAK 3: Pencabutan PSAK 54: Akuntansi Rekstrukturisasi Utang Piutang Bermasalah
1 Januari 2010 PPSAK 4: Pencabutan PSAK 31:Akuntansi Perbankan, PSAK 42: Akuntansi Perusahaan Efek, dan PSAK 49: Akuntansi Reksa Dana PPSAK 5: Pencabutan ISAK 06 : Interpretasi atas paragraf 12 dan 16 PSAK 55 (1999) tentang Instrumen Derivatif Melekat pada Kontrak Dalam Mata Uang Asing.
Tahun 2010 PSAK
PSAK 10 (revisi 2010): Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing
1 Januari 2012, PSAK 19 (revisi 2010): Aset Takberwujud penerapan dini PSAK 22(revisi 2010): Kombinasi Bisnis diperbolehkan PSAK 23 (revisi 2010): Pendapatan PSAK 63 (revisi 2010) : Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi
ISAK
1 Januari 2012,
ISAK 13: Lindung Nilai Investasi Neto Kegiatan Usaha Luar penerapan dini Negeri diperbolehkan
ISAK 14: Aset tidak berwujud- Biaya Situs Web
1 Januari 2011
Tahun 2013
ISAK
ISAK 27 : Pengalihan Aset dari Pelanggan
ISAK 28 : Pengakhiran Liabilitas Keuangan dengan Instrumen
1 Januari 2014
Ekuitas
Penerapan dini
ISAK 29 : Biaya Pengupasan Lapisan Tanah Tahap Produksi diperkenankan
pada Tambang Terbuka PPSAK
1 Januari 2014 PPSAK 12 : Pencabutan PSAK 33 Penerapan dini diperkenankan
PSAK
PSAK 1 (Revisi 2013) : Penyajian Laporan Keuangan PSAK 3 (revisi 2010): Laporan Keuangan Interim (PH) PSAK 4 (Revisi 2013) : Laporan Keuangan Tersendiri PSAK 15 (Revisi 2013) : Investasi pada Entitas Asosiasi dan
Ventura Bersama
PSAK 18 (revisi 2011): Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya. PSAK 8 (revisi 2010): Peristiwa setelah Tanggal Neraca PSAK 46 (revisi 2013) : Pajak Penghasilan PSAK 48 (revisi 2014) : Penurunan Nilai Aset PSAK 50 (revisi 2014) : Instrumen Keuangan: Penyajian
1 Januari 2015 PSAK 55 (revisi 2014) : Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran
PSAK 24 (revisi 2013) : Imbalan Kerja PSAK 36 (revisi 2011) : Kontrak Konstruksi PSAK 60 (revisi 2014) : Pengungkapan Instrumen Keuangan PSAK 61 (revisi 2011) : Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah PSAK 65 (revisi 2013) : Laporan Keuangan Konsolidasian PSAK 66 (revisi 2013) : Pengaturan Bersama PSAK 67 (revisi 2013) : Pengungkapan Kepentingan dalam
Entitas Lain
PSAK 68 : Pengukuran Nilai Wajar
ED PSAK
ED PSAK 53 (revisi 2010): Pembayaran Berbasis Saham
ISAK
ISAK 16: Perjanjian Konsesi Jasa
ISAK 17: Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai Sumber : Dwi Martani (2015) 2.1.4.
Perubahan Laba Bersih dan Ekuitas
Adanya pengadopsian standar akuntansi keuangan berbasis
IFRS merupakan salah satu contoh perubahan prinsip akuntansi yang terjadi dikarenakan adanya ketidaksesuaian penggunaan prinsip akuntansi sebelumnya seperti penggunaan historical cost yang berganti
Adanya perubahan prinsip akuntansi tersebut tidak dilibatkan dalam penghitungan laba bersih karena pengaruhnya terkait dengan periode sebelumnya, namun diakui dengan melakukan penyesuaian
retrospektif terhadap laporan keuangan. Penyesuaian tersebut
membuat laporan keuangan tahun lalu konsisten dengan prinsip yang baru diadopsi. Perusahaan mencatat pengaruh kumulatif dari perubahan periode lalu sebagai penyesuaian terhadap laba ditahan pada awal tahun yang disajikan. Sehingga berdasarkan pendekatan retrospektif, perusahaan memasukkan kembali angka laba tahun lalu menurut metode yang baru diadopsi dan mempertahankan komparabilitas. Selain itu, Financial Accounting Standard Board (FASB) setuju dan telah mengidentifikasi beberapa transaksi yang harus dicatat secara langsung pada ekuitas pemegang saham, seperti halnya keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi atas sekuritas yang tersedia untuk dijual.
Keuntungan dan kerugian tersebut tidak dimasukkan dalam laba bersih, sehingga mengurangi volalitas laba bersih akibat fluktuasi nilai wajar.
Pos-pos terkait laporan laba rugi akan dimasukkan menurut konsep laba komprehensif. Laba komprehensif (comprehensive income) meliputi semua perubahan ekuitas selama satu periode kecuali perubahan akibat investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik.
Karena itu, laba komprehensif meliputi semua pendapatan dan keuntungan, beban dan kerugian yang dilaporkan dalam laba bersih, dimasukkan dalam laba bersih tetapi mempengaruhi ekuitas pemegang saham. Pos-pos yang melewati laporan laba-rugi ini disebut sebagai
laba komprehensif lainnya (other comprehensive income).
2.1.5. Indeks LQ-45
Indeks LQ 45 merupakan salah satu dari sebelas indeks harga saham yang diluncurkan pada Februari 1997 di Bursa Efek Indonesia.
Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal, khususnya saham. Adapun kesebelas indeks harga saham di BEI sebagai berikut :
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan semua perusahaan tercatat sebagai komponen perhitungan Indeks. Agar
IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu atau beberapa Perusahaan Tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham Perusahaan Tercatat tersebut yang dimiliki oleh publik (free float) relatif kecil sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham Perusahaan Tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG. IHSG adalah milik Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia tidak bertanggung jawab atas produk yang acuan (benchmark). Bursa Efek Indonesia juga tidak bertanggung jawab dalam bentuk apapun atas keputusan investasi yang dilakukan oleh siapapun Pihak yang menggunakan IHSG sebagai acuan (benchmark).
2. Indeks Sektoral Indeks Sektoral menggunakan semua perusahaan tercatat yang termasuk dalam masing-masing sektor. Sekarang ini ada 10 sektor yang ada di BEI yaitu sektor Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, Barang Konsumsi, Properti, Infrastruktur, Keuangan, Perdangangan dan Jasa, dan Manufatur.
3. Indeks LQ-45 Indeks LQ-45 merupakan indeks yang terdiri dari 45 saham perusahaan tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan.
4. Jakarta Islmic Index (JII) Indeks yang menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham- saham yang masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK) dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas.
5. Indeks Kompas100 Indeks yang terdiri dari 100 saham Perusahaan Tercatat yang dengan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan.
6. Indeks BISNIS-27 Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan harian Bisnis
Indonesia meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks BISNIS-27. Indeks yang terdiri dari 27 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan kriteria fundamental, teknikal atau likuiditas transaksi dan Akuntabilitas dan tata kelola perusahaan.
7. Indeks PEFINDO25 Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama
Indeks PEFINDO25. Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi bagi pemodal khususnya untuk saham-saham emiten kecil dan menengah (Small Medium Enterprises / SME). Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria seperti: Total Aset, tingkat pengembalian modal (Return on Equity / ROE) dan opini akuntan publik. Selain kriteria tersebut di atas, diperhatikan juga faktor likuiditas dan jumlah saham yang dimiliki publik.
8. Indeks SRI-KEHATI Indeks ini dibentuk atas kerja sama antara Bursa Efek
Indonesia dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia
Investment. Indeks ini diharapkan memberi tambahan informasi kepada investor yang ingin berinvestasi pada emiten-emiten yang memiliki kinerja sangat baik dalam mendorong usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan dan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik. Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteri- kriteria seperti: Total Aset, Price Earning Ratio (PER) dan Free
Float .
9. Indeks Papan Utama Menggunakan saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan Utama.
10. Indeks Papan Pengembangan Menggunakan saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan Pengembangan.
11. Indeks Individual Indeks harga saham masing-masing Perusahaan Tercatat.
Untuk membangun indeks dibutuhkan pertimbangan penting sehingga mampu mencerminkan sebagian total populasi (pergerakan saham). Pertimbangan tersebut meliputi sampel (The
Sample), pembobotan anggota sampel (Weighting Sample Members) dan prosedur perhitungan (Computational Procedure).
Indeks LQ-45 terdiri dari 45 emiten dengan rasio likuiditas (Liquid) penilaian atas likuiditas, seleksi atas emiten-emiten tersebut juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dengan ukuran utama likuiditas transaksi adalah nilai transaksi di pasar reguler. Selanjutnya untuk mempertajam kriteria likuiditasnya maka dimasukkanlah jumlah hari perdagangan dan frekuensi transaksi.
Sehingga kriteria suatu emiten untuk dapat masuk dalam perhitungan indeks LQ45 adalah mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut: 1.
Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan.
2. Aktivitas transaksi di pasar reguler yaitu nilai, volume dan frekuensi transaksi.
3. Jumlah hari perdagangan di pasar reguler, Emiten berada di TOP 95 % dari total rata
- – rata tahunan nilai transaksi saham di pasar reguler.
4. Kapitalisasi pasar pada periode waktu tertentu.
Emiten berada di TOP 90% dari rata
- – rata tahunan kapitalisasi pasar.
5. Selain mempertimbangkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar tersebut di atas, akan dilihat juga keadaan keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan tersebut.
Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja emiten-emiten yang masuk dalam penghitungan indeks LQ-45 penggantian akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus. Untuk menjamin kewajaran (fairness) pemilihan saham, BEI juga dapat meminta pendapat kepada komisi penasehat yang terdiri dari para ahli dari Bapepam-LK, Universitas dan profesional di bidang pasar modal yang independen.
Indeks LQ-45 diluncurkan pada bulan Februari 1997. Untuk mendapatkan data historikal yang cukup panjang, hari dasar yang digunakan adalah tanggal 13 Juli 1994, dengan nilai dasar sebesar 100. Selain nilai dasar, nilai pasar yang merupakan kumulatif jumlah saham tercatat dikali dengan harga pasar diperlukan untuk menghitung indeks LQ-45 dengan menggunakan formula :
LQ 45 = Sumber : Indonesia Stock Exchange, (2010) 2.1.6.
Teori Regulasi
Regulasi pada umumnya diasumsikan harus diperoleh oleh suatu industri tertentu dan dirancang serta dioperasikan terutama untuk keuntungannya sendiri. Terdapat dua kategori utama dalam regulasi suatu industri tertentu yaitu teori-teori kepentingan publik, dan
kelompok yang berkepentingan atau teori-teori tangkapan. Kedua
kategori tersebut menekankan pada adanya kepentingan dan hampir semua para ahli teori menyatakan bahwa regulasi terbentuk ternyata karena adanya konflik kepentingan dan terjadi sebagai reaksi terhadap
Melalui teori-teori kepentingan publik dari regulasi berpendapat bahwa regulasi diberikan jawaban atas permintaan publik akan perbaikan dari harga-harga pasar yang tidak efisien atau tidak adil, sehingga teori ini mampu memberikan perlindungan dan kebaikan masyarakat umum. Sementara itu, kelompok yang berkepentingan atau teori-teori tangkapan dari regulasi berpendapat bahwa regulasi diberikan sebagai jawaban atas permintaan dari kelompok dengan kepentingan khusus, dengan tujuan untuk memaksimalkan laba dari para anggotanya.
Adanya konflik kepentingan tersebut akan menimbulkan konsekuensi yang akan diterima pengguna. Berikut ini konsekuensi yang akan diterima pengguna laporan keuangan terhadap penerapan standar baru dalam pelaporan keuangan.
Tabel 2.3 Konsekuensi Ekonomi Pengguna Konsekuensi EkonomiPerusahaan / Korporasi Biaya penerbitan laporan keuangan
Perbedaan volalitas angka laporan keuangan
Manajemen Perilaku Manajemen Masyarakat Persepsi atas perusahaan Investor dan kreditor Keputusan keuangan
Sumber: Hendriksen (2005) 2.1.7. Teori Signal
Teori signal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi kepada publik (Wolk et al.,2001: 308). Informasi tersebut bisa berupa laporan keuangan, informasi kebijakan perusahaan maupun perusahaan. Teori signal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan signal-signal kepada pengguna laporan keuangan. Signal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik.
Signal dapat berupa promosi atau informasi lainnya yang menyatakan
bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lainnya (Machfoedz, 1999, dalam Wirawan, 2010). Penggunaan peraturan seperti IFRS yang meningkatkan kualitas pelaporan merupakan salah satu signal perusahaan untuk menarik investor atau pengguna lain.
2.1.8. Teori Kepemilikan (proprietary theory)
Menurut teori kepemilikian (proprietary theory), entitas adalah “agen, perwakilan, atau pengaturan dimana wirausahawan individual atau pemegang saham beroperasi”. Sudut pandang dari kelompok pemilik sebagai pusat kepentingan dicerminkan dalam cara- cara di mana catatan akuntansi disimpan dan laporan keuangan disusun. Tujuan utama dari teori kepemilikan adalah penentuan dan analisis dari “kekayaan bersih” (net worth) pemilik. Pengaruh dari teori kepemilikan dapat ditemukan dalam beberapa teknik dan terminologi akuntansi yang digunakan oleh korporasi yang kepemilikannya terbuka seperti halnya metode ekuitas akuntansi untuk investasi pada anak perusahaan yang tidak dikonsolidasikan merekomendasikan bahwa bagian perusahaan tersebut atas laba bersih anak perusahaan yang tidak dikonsolidasikan dimasukkan dalam laba bersih. Dengan demikian, praktik juga menggunakan konsep kepemilikan.
Teori kepemilikan dapat memiliki paling tidak dua bentuk, yang berbeda dalam hal siapa yang dimasukkan dalam kelompok pemilik. Dalam bentuk pertama, hanya pemegang saham biasa yang menjadi bagian dari kelompok pemilik sementara pemegang saham preferen dikeluarkan. Dengan demikian, dividen saham preferen dikurangkan ketika menghitung laba pemilik. Dalam bentuk kedua dari teori kepemilikan, baik saham biasa maupun saham preferen dimasukkan dalam ekuitas pemilik sehingga terfokus perhatian pada bagian ekuitas pemegang saham di neraca dan jumlah yang akan dikreditkan kepada semua pemegang saham di laporan laba rugi.
2.1.9. Penelitian Terdahulu
Telah banyak penelitian mengenai pengadopsian IFRS namun penelitian yang secara langsung berfokus pada suatu perusahaan yang terdapat dalam indeks saham suatu negara masih terbatas, adapun penelitian terdahulu adalah sebagai berikut :
Tabel 2.4 Peneliti Terdahulu No Nama Peneliti Judul Penelitian Tujuan Penelitian Hasil Penelitian- Transisi laba bersih lebih relevan dibandingkan ekuitas.
- Analisis penyesuaian individu menunjukkan lebih besar ketidaksesuaian antara GAAP Italia dan IFRS dalam penerapan akuntansi untuk aktiva tidak berwujud, pajak penghasilan dan penggabungan usaha
1 Cordazzo, (2013)
The impact of
IFRS on net income and equity: evidence from
Italian listed companies Menginvestigasi dampak adopsi IFRS terhadap laporan keuangan perusahaan terdaftar di bursa Italia
2 Situmorang (2011)
Transisi Menuju
IFRS Dan Dampaknya Terhadap Laporan
Keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Listing Di
BEI) Menguji apakah terdapat dampak yang signifikan transisi ke
IFRS terhadap financial statement (laporan keuangan) khususnya net profit, liquidity, gearing dan equity dengan melihat pengaruh yang significant dengan hubungannya pada penggunaan auditor
pada
perusahaanListing diBEI
IFRS memiliki dampak yang signifikan terhadap net profit perusahaan, ekuitas, rasio likuditas, gearing, dan membedakan pengaruh net profit, ekuitas, gearing, dan likuiditas pada perusahaan yang menggunakan KAP (ukuran auditor) big 4 dan non big 4
(2010) The Effect Of Degree
Convergence To
3 Wardhani,
Kerangka Konseptual Pengadopsian standar akuntansi internasional yaitu IFRS ke dalam standar akuntansi domestik bertujuan menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi, persyaratan akan item-item pengungkapan akan semakin tinggi sehingga nilai perusahaan akan semakin tinggi pula,
Sumber : Peneliti (2015) 2.2.
Saint- Gobain Group) Pengungkapan laporan keuangan lebih tinggi dan manajemen perusahaan menjadi lebih bertanggungjawab (accountable)
Menjelaskan dampak adopsi IFRS pada laporan keuangan perusahaan dan pada manajemenperusahaan. (Studi Kasus Pada Perusahaan
Accounting Standard on Firms
(2006) Impact of International
Indonesia memang perlu mengadopsi standar akuntansi yang berlaku global untuk dapat bersaing secara global menarik investor
Indonesia perlu mengadopsi IFRS atau tidak. (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Listing Di BEI)
International Financial Standards Melihat apakah
Akuntansi Keuangan Indonesia Menuju
(2009) Perkembangan Standar
Konvergensi ke IFRS dan sistem pemerintahan memiliki Dampak yang Positif terhadap kualitas laba
Untuk menganalisis dampak derajat konvergensi ke IFRS dan sistem pemerintahan ke conservatisme akuntansi: Studi kasus pada negara-negara Asia yaitu : Hongkong, India, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, dan Thailand dan Termasuk dalam perusahaan-perusahaan yang ada di CLSA CG
Watch.
Conservatsism: Evidence Of Asia.
IFRS and Governance System to Accounting
4 Gamayuni,
5 Petreski,
manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan perusahaan, laporan keuangan perusahaan menghasilkan informasi yang lebih relevan dan akurat, dan laporan keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan informasi yang valid untuk aktiva, hutang, ekuitas, pendapatan dan beban perusahaan (Petreski, 2006). Hung &
Subramanyan (2004) dalam Gamayuni (2009) menguji efek adopsi IFRS memberikan bukti bahwa total aktiva, total kewajiban, lebih tinggi yang menerapkan IAS. Sementara, Michela Cordazzo (2013) menguji efek adopsi IFRS memberikan bukti laba bersih dan ekuitas emiten Italia lebih tinggi dibandingkan dengan diterapkannya Italia GAAP.
Bagi para pengguna laporan keuangan terutama investor, dampak yang ditimbulkan terhadap laporan keuangan terkait laba bersih dan ekuitas emiten menjadi pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan untuk menginvestasikan modalnya dan mengharapkan return yang tinggi.
Gambar 2.3 Model Berpikir PenelitiSebelum IFRS (X) Sesudah IFRS (Y)
1. Laba Bersih (Y
1 )
1. Laba Bersih (X
1 )
Uji beda
2. Ekuitas (Y
2 )
2. Ekuitas (X
2 )
Sumber : Peneliti (2015)
2.3. Hipotesis
Titik fokus para pengguna laporan keuangan terutama para
stakeholder untuk mengetahui kondisi perusahaan dan berkembangtidaknya
investasi mereka terletak pada laporan keuangan dengan tampilan laba dan ekuitas yang dihasilkan perusahaan, sehingga menunjukkan pentingnya penyajian laporan keuangan yang berkualitas dengan menggunakan standar akuntansi keuangan yang tidak hanya diterima secara umum oleh satu negara tetapi juga dapat diakui dan diterima oleh negara lain. Oleh karena itu, suatu negara dituntut untuk menjadikan International Financial Reporting
Standards (IFRS) sebagai dasar penyajian laporan keuangan meskipun
terdapat kendala yang ditimbulkan dalam penyajian laporan keuangan. Salah satu kendalanya adalah fakta bahwa belum semua negara menerima konsep, “standar akuntansi dan pelaporan keuangan” versi IFRS dikarenakan konsekuensi ekonomi yang dikhawatirkan akan timbul akibat perubahan regulasi.
Berikut ini beberapa PSAK revisi 2013 dan 2014 yang berlaku efektif tahun 2015 secara prospektif dan berlaku efektif tahun 2011-2012 secara retrospektif oleh emiten indeks LQ-45, sehingga terdapat reklasifikasi akun yang menimbulkan perbedaan laba dan ekuitas di tahun 2011 dan 2012 antara sebelum dan sesudah pengadopsian standar akuntansi keuangan berbasis IFRS. Biaya Jasa Lalu
Tabel 2.5 Ikhtisar Perbedaan PSAK dan SAK Berbasis IFRS
Berlaku Efektif Tahun 2015 Secara Prospektif
Perihal SAK Berbasis IFRS PSAK Revisi 2013(efektif 1 Januari 2015 secara prospektif) Penyajian Laporan Keuangan PSAK No. 1 (revisi 2013) PSAK No. 1 (revisi 2009)Judul Laporan Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
Laporan Laba Rugi Komprehensif
Definisi Memberikan definisi Laba rugi, Pemilik, material, Penyesuaian Reklasifikasi, tidak praktis, Total penghasilan Komprehensif
Tidak memberikan definisi tersebut Komponen Laporan
- Laporan posisi keuangan
- Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
- Laporan perubahan ekuitas
- Laporan arus kas
- Catatan atas laporan keuangan
- Informasi kompr
- Laporan posisi keuangan
- Laporan laba rugi komprehensif
- Laporan perubahan ekuitas
- Laporan arus kas
- Catatan atas laporan keuangan
- Informasi komparatif minimum
- Informasi komparatif tambahan
- Biaya jasa lalu adalah perubahan nilai kini kewajiban imbalan pasti atas jasa pekerja pada periode-periode lalu, sebagai akibat dari amandemen program (pemberlakuan awal atau pembatalan, atau perubahan, program imbalan pasti) atau kurtailmen (penurunan signifikan yang dilakukan oleh entitas dalam hal jumlah pekerja
- Biaya jasa lalu adalah perubahan nilai kewajiban imbalan pasti atau jasa pekerja pada periode-periode lalu, yang berdampak terhadap periode berjalan akibat penerapan awal atau perubahan terhadap imbalan pascakerja atau imbalan
Keuangan