BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Kebijakan Dividen - Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas dan Invesment Oportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar Di LQ45

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Kebijakan Dividen

  Dividen adalah pembayaran dari perusahaan kepada pemegang saham atas keuntungan yang diperolehnya. Menurut Ross et al. (2003:606) dividen adalah suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan kepada para pemiliknya baik dalam bentuk kas maupun saham. Dividen dikatakan juga komponen pendapatan dari return investasi dari saham. Besar kecilnya dividen akan sangat bergantung pada besar kecilnya laba yang diperoleh serta proporsi laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham.

  Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang (Martono dan Harjito, 2001: 253). Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan megurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana internal, sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana internal akan semakin besar (Rosdini, 2009).

  Kebijakan dividen optimal menurut Brigham dan Houston (2005: 66) yaitu kebijakan dividen yang dapat menciptakan keseimbangan antara saat ini dengan pertumbuhan pada masa mendatang yang laba yang ditahan dan deviden yang dibagikan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

  Besar kecilnya deviden sangat tergantung pada besar kecilnya laba yang diperoleh dan proporsi laba yang dibagikan dalam bentuk deviden atau dividend payout ratio (Sartono, 2010:292)

  Menurut Warsono (2003:272), terdapat beberapa jenis dividen yang dapat dibayarkan kepada pemegang saham yaitu :

  1. Dividen Tunai (Cash Dividend) Dividen tunai merupakan jenis dividen yang umum digunakan oleh banyak perusahaan. Dividen tunai diterima oleh pemegang saham biasa melalui cek atau terakadang para pemegang saham menginvestasikan kembali dividen yang diperoleh ke dalam saham biasa perusahaan.

  2. Dividen Saham (Stock Dividend) Dividen saham merupakan dividen yang dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk lembar saham tambahan dan tidak berbentuk uang tunai

  3. Dividen Kekayaan (Property Divdend)

  Property Dividend adalah dividen yang diberikan kepada para

  pemegang saham dalam bentuk aset fisik, aset tersebut biasanya berupa produk yang dihasilkan perusahaan.

  Dari berbagai jenis dividen diatas cash dividend merupakan jenis dividen yang paling umum dan banyak digunakan oleh perusahaan.

  (2005:66) diantaranya adalah : 1.

  Teori Ketidakrelevanan Dividen Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Dijelaskan bahwa pendukung utama teori ketidakrelevanan ini adalah Miller dan Modiglani, mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan tergantung pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan laba yang ditahan.

  2. Teori Bird in the Hand Teori ini menyatakan bahwa nilai perusahaan akan dimaksimumkan oleh rasio pembayarn dividen yang tinggi karena investor menganggap bahwa dividen lebih kecil risikonya dibandingankan keuntungan modal (capital gain)

  3. Teori Preferensi Pajak Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagaian dividen yang rendah daripada yang tinggi sehingga investor lebih suka perusahaan menahan laba daripada memberi dividen yaitu : a.

  Keuntungan modal (capital gain) dikenakan tarif pajak lebih rendah daripada pendapatan dividen. Untuk itu, investor yang memiliki sebagian besar saham mungkin lebih suka perusahaan

  Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikkan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya tinggi.

  b.

  Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai sahamnya terjual, sehingga ada efek nilai waktu.

  c.

  Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang. Selain teori diatas ada terdapat beberapa teori lain mengenai kebijakan dividen yaitu : a.

  Signalling hypothesis ( Hipotesis Kandungan Informasi ) Teori yang menyatakan bahwa investor menggap perubahan dividen sebagai isyarat dari prakiraan manajemen atas laba. Modigliani-Miller yang menyatakan bahwa kenaikan deviden merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen meramalkan suatu penghasilan yang baik dimasa yang akan datang.

  b.

  Clientele effect (Pengaruh Klientele) Pengaruh ini merupakan kecenderungan suatu perusahan untuk menarik sekelompok investor yang menyukai kebijakan dividennya.

  Clientle/kelompok dari pemegang saham yang berbeda, menyukai kebijakan dividen yang berbeda pula.

  Residual Dividend Policy Kebijakan ini menyatakan perusahaan membayarkan deviden hanya jika terdapat kelebihan dana atas laba perusahaan yang digunakan untuk membiayai proyek yang telah direncanakan. Dasar dari kebijakan ini adalah bahwa investor lebih menyukai perusahaan menahan dan menginvestasikan kembali laba daripada membagikannya dalam bentuk dividen apabila laba yang diinvestasikan kembali tersebut dapat menghasilkan return yang lebih tinggi daripada return rata rata yang dapat dihasilkan investor dari investasi lain dengan risiko yang sebanding.

  Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen menurut Syahyunan (2013:267) yaitu :

  1. Posisi Solvabilitas Perusahaan Apabila perusahaan dalam kondisi solvabilitasnya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modal perusahaan.

  2. Posisi Likuiditas Perusahaan Perusahaan membayarkan dividen berarti harus bisa menyediakan uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. Bagi perusahaan yang kondisi likuiditasnya kurang baik, biasanya dividend payout rationya kecil, sebab sebagian laba digunakan untuk menambah likuiditas.

  Kebutuhan Untuk Melunasi Hutang Hutang-hutang harus segera dibayar pada saat jatuh tempo, dan untuk membayar hutang hutang tersebut harus disediakan dana.

  Semakin banyak hutang yang harus dibayar, semakin besar dana yang harus disediakan sehingga akan mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham.

  4. Rencana Perluasan Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan, semakin pesat perluasan yang dilakukan.

  Konsekuensinya semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai perluasan tersebut.

  5. Kesempatan Investasi Semakin terbuka kesempatan investasi, semakin kecil dividen yang dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang baik, maka dananya lebih banyak digunakan untuk membayar dividen.

  6. Stabilitas Dividen Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang cukup besar untuk berjaga-jaga.

7. Pengawasan Terhadap Perusahaan

  Perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinan akan masuk investor baru dan ini tentunya akan mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan. Jika dibelanjai dari hutang resikonya cukup besar. Oleh karena itu perusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar pengendalian tetap berada ditangannya.

  Menurut Syahyunan (2013:268) ada beberapa macam bentuk kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan yaitu :

  1. Kebijakan dividen yang stabil Yaitu dividen akan diberikan secara tetap per lembarnya untuk jangka waktu tertentu walaupun laba yang diperoleh perusahhaan berfluktuasi.

  2. Kebijakan dividen meningkat Yaitu perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil.

  3. Kebijakan dividen dengan rasio konstan Pemberian dividen dengan kebijakan ini mengikuti besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Dasar yng digunakan sering disebut

  dividend payout ratio Kebijakan pemberian dividen regular yang ditambah ekstra Pemberian dividen dilakukan dengan menentukan pembayaran dividen per lembar saham yang dibagikan kecil. Kemudian ditambahkan dengan ekstra dividen bila keuntungan perusahaan mencapai jumlah tertentu.

2.1.2 Teori Keagenan ( Agency Theory )

  Pemegang saham, kreditor dan manajemen adalah pihak-pihak yang mempunyai kepentingan masing-masing dalam perusahaan.

  Penyatuan kepentingan semua pihak tersebut seringkali menimbulkan masalah-masalah yang dalam bidang keuangan dibahas melalui agency

  

theory . Agency theory merupakan teori yang mengatur hubungan antara

  pemegang saham (principal) dengan manajer (agent). Pemegang saham memberikan wewenang kepada manajer untuk menjalankan bisnis perusahaan demi kepentingan principal. Dengan demikian, setiap keputusan manajer adalah keputusan yang bertujuan untuk memaksimalkan sumber daya perusahaan. Apabila manajer mementingkan kepentingan individunya daripada pemegang saham maka perusahaan akan dirugikan. Keadaan inilah yang memunculkan konflik keagenan antara manajer dengan pemilik perusahaan. Agency problem muncul juga dapat diakibatkan oleh perusahaan yang menghasilkan free cash flow yang besar, ketika free cash flow tersedia, manajer disinyalir akan menghamburkan

  free cash flow tersebut sehingga terjadi inefisiensi dalam perusahaan. teori keagenan yang menjelaskan bahwa kepentingan manajemen dan pemegang saham seringkali bertentangan, sehingga bisa terjadi konflik diantara keduanya. Hal tersebut disebabkan manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer tersebut, karena pengeluaran tersebut akan menambah cost perusahaan yang menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan dan penurunan dividen yang akan diterima. Salah satu cara untuk mengurangi terjadinya konflik keagenan adalah adanya kebijakan dividen.

2.1.3 Free Cash Flow

  Menurut Ross et al. (2003:606) Free cash flow (aliran kas bebas) merupakan kas lebih perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan lagi untuk modal kerja atau investasi pada aset tetap. Free cash flow berasal dari arus kas yang berasal dari kegiatan operasi perusahaan (Rosdini, 2009). Free cash

  

flow adalah aliran kas yang merupakan sisa dari pendanaan seluruh proyek

yang menghasilkan net present value (NPV) positif (Hanafi, 2004:12).

  White et al. (2003) dalam Rosdini (2009) mendefinisikan free cash

flow sebagai aliran kas diskresioner yang tersedia bagi perusahaan. Free

cash flow dapat digunakan untuk penggunaan diskresioner seperti akuisisi

  dan pembelanjaan modal dengan orientasi pertumbuhan pembayaran hutang, dan pembayaran kepada pemegang saham baik dalam bentuk perusahaan, maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk ekspansi perusahaan, pembayaran hutang dan dividen.

  Jika free cash flow suatu perusahaan meningkat maka perusahaan akan meningkatkan dividen (Hanafi, 2004:371).

  Free cash flow ini juga sering menjadi pemicu timbulnya

  perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Manajer lebih menginginkan kas tersebut diinvestasikan kembali pada aset-aset perusahaan untuk meningkatkan insentif yang diterima dan meningkatkan omzet penjualan, sedangkan pemegang saham lebih menginginkan kas tersebut dibagikan sebagai dividen. Free cash flow lebih baik dibagikan ke pemegang saham, bukannya ditahan dengan cara seperti ini maka akan dapat memaksimumian kemakmuran pemegang saham (Hanafi, 2004:12).

  Semakin kuat posisi kas perusahaan semakin besar kemampuan perusahaan untuk pembayaran deviden kepada pemegang saham. Semakin banyak free cash flow yang dimiliki perusahaan maka dividen yang dibayar juga semakin tinggi (Islamiyah, 2012). Jensen (1986) dalam Rosdini (2009) mendefinisikan mengenai free cash flow menyatakan bahwa tekanan pasar akan mendorong manajer untuk mendistribusikan

  free cash flow kepada pemegang saham.

2.1.4 Profitabilitas

  Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, disamping hal- ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu produk.

  Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh laba. Laba perusahaan tersebut akan menjadi acuan dalam pembayaran dividennya. Besarnya tingkat laba akan mempengaruhi besarnya tingkat pembayaran dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Menurut Sartono (2010:112) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Bagi pimpinan perusahaan profitabilitas dijadikan sebagai tolak ukur untuk mengetahui keberhasilan perusahaannya dan bagi investor profitabilitas dapat dijadikan sebagai sinyal dalam berinvestasi pada perusahaan.

  Perusahaan yang mampu mengelola asetnya secara efektif dan efisien cenderung menghasilkan kinerja keuangan yang baik. Hal ini direalisasikan dengan adanya laba yang tinggi. Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan ROA. Return on asset (ROA) menunjukkan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan (Sartono, 2010). . Investor akan menyukai nilai ROA yang tinggi, karena perusahaan dengan nilai ROA yang tinggi mampu menghasilkan tingkat keuntungan lebih besar (Andriyani, 2008).

   Invesment Opportunity Set (IOS) Investment Opportunity Set menurut Myers (1977) dalam Natalia

  (2013) merupakan kombinasi antara aktiva yang dimiliki dan pilihan investasi dimasa yang akan datang dengan NPV positif. Menurut Gaver dan Gaver (1993) dalam Andriyani (2008) IOS merupakan nilai perusahaan yang besarnya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen dimasa yang akan datang, yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan

  return yang lebih besar.

  Menurut Sari (2010) Investment Opportunity Set (IOS) adalah kesempatan investasi yang merupakan pilihan investasi di masa yang akan datang dan mencerminkan adanya pertumbuhan aktiva dan ekuitas. IOS tidak hanya menunjuk pada peluang investasi tradisional, tetapi juga pilihan pembelanjaan lainnya seperti periklanan, yang akan digunakan di masa depan untuk menjamin keberhasilan perusahaan. Semakin besar kesempatan investasi maka dividen yang bisa dibagikan akan semakin sedikit (Hanafi, 2004:375). Menurut Sartono (2010:281) pembayaran dividen yang semakin besar akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk investasi sehingga akan menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan dan selanjutnya akan menurunkan harga saham.

  IOS adalah suatu variabel yang tidak dapat diobeservasi secara langsung. Karena itu IOS dapat diukur dengan menggunakan proksi- proksi yang dinilai dapat menggambarkan kesempatan investasi yang pertumbuhan perusahaan dengan nilai IOS yang telah digunakan oleh para peneliti seperti Gaver dan Gaver (1993), Jones dan Sharna (2001) dan Kallapur dan Trombley (2001) secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan faktor-faktor yang digunakan dalam mengukur nilai-nilai IOS tersebut. Klasifikasi IOS tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Proksi berdasarkan harga, proksi ini percaya pada gagasan bahwa prospek yang tumbuh dari suatu perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Proksi berdasarkan anggapan yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham . Perusahaan yang tumbuh akan mempunyai nilai pasar yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan aktiva riilnya (assets

  in place ). Rasio-rasio yang berkaitan dengan proksi pasar adalah market to book value of equity, market to bookvalue of asset, Tobin.s Q, earnings to price ratios, ratio of property, plant, andequipment to firm value, ratio of depreciation to firm value.

  2. Proksi berdasarkan investasi, proksi ini percaya pada gagasan bahwa satu level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara posistif pada nilai

  IOS suatu perusahaan. Kegiatan investasi ini diharapakan dapat memberikan peluang investasi di masa berikutnya yang semakin besar pada perusahaan yang bersangkutan. Rasio yang berkaitan dengan proksi investasi adalah the ratio of R&D to assets, the ratio of R&D to

  

of capital expenditure to bookvalue of assets, investment to sales ratio.

  3. Proksi berdasarkan varian, proksi ini percaya pada gagasan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Rasio dalam proksi tersebut

  

adalah variance of returns, assetbetas, the variance of asset deflated sales.

  Dalam peneltian ini proksi yang digunakan adalah proksi berdasarkan harga dengan rasio market to book value of equity (MBVE) Rasio ini mencerminkan bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa depan dari return yang diharapkan dari ekuitasnya.

  Berdasarkan penelitian Kallapur dan Trembley (1999) dalam Fajar (2010), variabel tersebut merupakan proksi yang paling valid digunakan. Selain itu variabel yang paling banyak digunakan oleh peneliti di bidang keuangan.

2.2 Penelitian Terdahulu

  Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam penelitian ini adalah: Rosdini (2009), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Free terhadap Dividen Payout Ratio

  

Cash Flow ”. Variabel dependen yang

  digunakan adalah kebijakan dividen (DPR) dan variabel independennya adalah free cash flow. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur periode 2000-2002 dan hasil penelitian ini menunjukann

  payout ratio

  Arilaha (2009), penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh Free Cash

  Flow , Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage

  terhadap Kebijakan Dividen” penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2004-2007. Variabel dependennya adalah kebijakan dividen (DPR) dan variabel independen pada penelitiajn ini yaitu free cash flow, profitabilitas, likuiditas, leverage. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur dan hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa

  free cash flow , likuiditas dan leverage tidak berpengaruh signifikan

  terhadap kebijakan dividen sedangkan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

  Haryetti dan Ekayanti (2012), dengan judul penelitian “Pengaruh Profitabilitas, Invesment Opportunity Set dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI”. Variabel dependen penelitian ini yatu kebijakan dividen dan variabel independennya adalah profitabilitas, invesment opportunity set, pertumbuhan perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen sedangkan

  invesment opportunity set tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

  Islamiyah (2012), penelitin ini berjudul “ Pengaruh Free Cash flow, Profitabilitas,Likuiditas, Leverage dan Growth terhadap Kebijakan Dividen p ada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI” periode dependennya adalah kebijakan dividen dan variabel independennya adalah

  

free cash flow, profitabilitas, likuditas, leverage,growth. Hasil penelitian ini

  menunjukkan bahwa free cash flow, profitabilitas, likuiditas, leverage dan

  

growth tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap kebijakan

dividen.

  Parsian dan Koloukhi (2013), dalam penelitiannya yang berjudul

  

“A Study on the Effect of Free Cash Flow and Profitability current ratio

on Dividend Payout Ratio: Evidence from Tehran Stock Exchange”

, periode penelitian ini dimulai dari tahun 2005-2010. Variabel dependen

  yang digunakan adalah kebijakan dividen (DPR) dan variabel independennya adalah leverage ratio, free cash flow, growth opportunity,

  

systematic risk,profitability current ratio,frirm size. Hasil penelitian ini

  menunjukkan bahwa free cash flow, profitability current ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividen payout ratio.

  Rizqi et al. (2013), dalam penelitiannya yang berju dul “ Effect of

  

Managerial Ownership, Financial Leverage, Profitability, Firm Size,

Invesment Opportunity Set on Dividend Policy and Firm Value”,

  penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang go-public periode 2006-2011. Variabel dependennya adalah dividen policy (DPR) dan firm value dan variabel independennya adalah managerial ownership,

financial leverage, profitability, firm size, invesment opportunity set.

  Penelitian ini menyimpulkan bahwa profitability, firm size, financial

  invesment opportunity set dan managerial ownership berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

  Natalia (2013), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Profitabilitas dan Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Periode penelitian 2008- 2010. Variabel dependen penelitian yatu kebijakan dividen dan variabel independennya adalah profitabilitas dan kesempatan investasi. Penelitian ini menunjukkan profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen sedangkan variabel kesempatan investasi berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

  No Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian

  Metode Analisis Hasil Penelitian

  1 Rosdini (2009) Pengaruh Free Cash Flow terhadap Dividend payout ratio

  Variabel dependen:

dividend payout

ratio Variabel

independen:

free cash flow

  Analisis Regresi Linier Sederhana

  Free cash flow berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio

  2 Arilaha (2009) Pengaruh Free Cash Flow , Profitabilitas, Likuiditas dan Leverage terhadap Kebijakan Dividen Variabel dependen : Kebijakan dividen Variabel

independen :

  Analisis Regresi Linier Berganda

  Free cash flow,leverage dan likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebjakan dividen dan profitabilitas

  • -Free cash flow

  • -Likuiditas

  • -Leverage
berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen

  3. Haryetti dan Ekayanti (2012)

  Pengaruh Profitabilitas, Invesment Opportunity Set dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di BEI Variabel dependen : Kebijakan dividen Variabel

independen :

  IOS berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan dividen

  • -Profitabilitas

  • -Invesment

    opportunity set

  • -Pertumbuhan

    perusahaan

    Analisis Regresi Linier Berganda Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen dan

  4 Islamiyah (2012) Pengaruh Free Cash flow , Profitabilitas,L ikuiditas, Leverage dan Growth terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Variabel dependen : Kebijakan dividen Variabel

independen :

  Analisis Regresi Linier Berganda

  Free cash flow profitabilitas, likuiditas,lever age,growth tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen

  • -Free cash flow

  • -Likuiditas

  • -Leverage
  • -Growth

  5 Parsian dan Koloukhi (2013)

  A Study on the Effect of Free Cash Flow and Profitability current ratio on Dividend Payout Ratio: Evidence from Tehran Stock Exchange

  Variabel dependen :

Dividen payout

ratio Variabel

independen :

  • -Free cash flow

  • -Profitability

  

current ratio

Analisis Regresi Linier Berganda

  Free cash flow, profitability current ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap dividen payout ratio

6 Rizqi et

  • -Dividen policy

  • -Managerial

    ownership
  • -Financial leverage
  • -Profitability

  • -Firm size
  • -Invesment

    opportunity set

  • >

    -Profitabilitas

  • -Kesempatan

    investasi Analisis Regresi Linier Berganda Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen , kesempatan investasi berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan dividen

  Para pemegang saham menginvestasikan dananya pada suatu perusahaan memiliki harapan untuk mendapatkan return. Return tersebut berupa pendapatan dividen. Dalam hal ini perusahaan dihadapkan pada kebijakan dividen. Kebijakan dividen ini dapat dipengaruhi oleh free cash

  flow, invesment opportunity set dan profitabilitas.

  al (2013) Effect of Managerial Ownership, Financial Leverage, Profitability, Firm Size, Invesment Opportunity Set on Dividend Policy and Firm Value

  Variabel dependen :

  Variabel

independen :

  Path Coefficient Analysis

  Profitability, financial leverage, firm size tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen, invesment opportunity set, managerial ownership berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen

  7 Natalia (2013) Pengaruh Profitabilitas dan Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

  Variabel dependen : Kebijakan dividen Variabel

independen :

2.3 Kerangka Konseptual

  pembayaran dividen adalah arus kas keluar, jika free cash flow suatu perusahaan meningkat maka hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen juga semakin meningkat hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hanafi (2004:317) yaitu jika arus kas meningkat maka dividen juga akan meningkat begitupun sebaliknya. Suatu perusahaan yang memiliki aliran kas bebas yang tinggi akan memiliki kinerja yang baik. Dengan dibagikannya free cash flow kepada pemegang saham maka akan mengurangi agency problem. Maka dari hal ini free cash

  flow dapat mempengaruhi kebijakan dividen.

  Keuntungan perusahaan merupakan faktor utama yang menjadi bahan pertimbangan dalam pembagian dividen. Profitabilitas akan mempengaruhi jumlah dividen yang akan dibayarkan karena profitabilitas merupakan kemampuan dalam menghasilkan laba sedangkan dividen adalah bagian dari laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham (Pradana dan Sanjaya, 2014). Maka dari itu jika profitabilitas suatu perusahaan meningkat maka jumlah dividen yang dibagikan juga akan meningkat (Hanafi, 2004:375) dan hal ini juga didukung oleh penelitian Arilaha (2009) dan Natalia (2013) yaitu profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.

  Investment opportunity set ini merupakan nilai kesempatan

  investasi dan merupakan pilihan untuk membuat investasi dimasa yang dihubungkan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, jika tingkat pertumbuhan perusahaan tinggi maka perusahaan akan membagikan dividen yang kecil. Hal ini dikarenakan laba yang didapatkan perusahaan akan digunakan sebagai dana internal untuk keperluan investasi.

  Pihak manajemen akan cenderung lebih memilih investasi baru daripada membayar dividen yang tinggi jika kondisi perusahaan sangat baik, karena perusahaan yang memiliki kinerja yang baik akan meningkatkan ekspansi dan mengembangkan perusahaan dengan berinvestasi yang dapat menghasilkan keuntungan besar bagi perusahaan maka dari itu semakin besar kesempatan investasi maka dividen yang akan dibagikan semakin sedikit (Hanafi, 2004:375). Maka dari hal ini

invesment opportunity set dapat mempengaruhi kebijakan dividen.

  Berdasarkan uraian diatas maka dapat disusun gambar kerangka konseptual pada peneliti an ini yang berjudul “Pengaruh free cash flow, profitabilitas dan invesment opportunity set terhadap kebijakan dividen.

  Free Cash Flow Profitabilitas Kebijakan Dividen

  Invesment Opportunity Set

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Berdasarkan kerangka konseptual dan teori yang mendasari dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu free cash flow, profitabilitas dan

  

invesment opportunity set berpengaruh signifikan terhadap kebijakan

dividen.

Dokumen yang terkait

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pemasaran - Pengaruh Strategi Green Cosmetic terhadap Loyalitas Konsumen Sariayu Martha Tilaar (Studi Kasus pada Mahasiswi Ekonomi dan Bisnis USU)

0 1 19

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Strategi Green Cosmetic terhadap Loyalitas Konsumen Sariayu Martha Tilaar (Studi Kasus pada Mahasiswi Ekonomi dan Bisnis USU)

0 0 10

2.1. Penelitian Terdahulu - Analisis Produksi Padi di Kabupaten Aceh Utara

0 1 13

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Profitabilitas 2.1.1.1. Pengertian Profitabilitas - Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 2 8

BAB II TINJAUAN TENTANG PERKAWINAN POLIGAMI A. Pengertian Perkawinan Poligami. - Pembatalan Perkawinan Karena Tidak Adanya Izin Poligami(Studi kasiis Putusan nomor 255/PdtG/2012/PA.Mdn)

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pembatalan Perkawinan Karena Tidak Adanya Izin Poligami(Studi kasiis Putusan nomor 255/PdtG/2012/PA.Mdn)

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desentralisasi Asimetris dan Otonomi Khusus - Analisis Pengaruh Dana Otonomi Khusus Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (Ipm) Provinsi Aceh

1 0 15

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengaruh Dana Otonomi Khusus Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (Ipm) Provinsi Aceh

0 9 10

Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas dan Invesment Oportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan yang Terdaftar Di LQ45

0 1 14