BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis pengaruh Quick Ratio, Working Capital to Total Asset, Inventory Turnover, Operating Ratio, Time Interest Earned terhadap Return On Asset pada perusahaan manufaktur sektor Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek In

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Laporan Keuangan

  2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Pada umumnya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai “alat penguji” dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji, tetapi sebagai dasar untuk menemukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dari hasil analisis tersebut, pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil suatu keputusan.

  Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat memberikan informasi tentang keadaan suatu perusahaan sekaligus merupakan alat komunikasi antar data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Menurut Raharjo (2000:45),

  Laporan keuangan adalah laporan pertanggungjawaban manajer atau pimpinan perusahaan atas pengelolaan laporan perusahaan yang dipercayakan kepadanya oleh pihak-pihak diluar perusahaan seperti pemilik perusahaan (pemegang saham), pemerintah (instansi pajak), kreditor (Bank atau lembaga keuangan), dan pihak lain yang berkepentingan.

  7

  2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan menurut APB Statement No.4 digolongkan sebagai berikut:

2.1.2.1 Tujuan Khusus

  Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha dan perobahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan General Accepted Accounting Principle (GAAP).

  2.1.2.2 Tujuan umum Adapun tujuan umum dari laporan keuangan adalah sebagai berikut:

  2.1.2.2.1 Memberikan informasi yang terpecaya tentang sumber-sumber ekonomi dan kewajiban perusahaan dengan maksud: 2.1.2.2.1.1 Untuk menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan. 2.1.2.2.1.2 Untuk menunjukkan posisi keuangan dan investasinya. 2.1.2.2.1.3 Untuk menilai kemampuannya untuk menyelesaikan utang- utangnya. 2.1.2.2..1.4 Menunjukkan kemampuan sumber- sumber kekayaan yang ada untuk pertumbuhan perusahaan.

  2.1.2.2.2 Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba dengan maksud: 2.1.2.2.2.1 Memberikan gambaran tentang deviden yang diharapkan pemegang saham. 2.1.2.2.2.2 Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban kepada kreditur, supplier, pegawai, pajak, mengumpulkan dana untuk perluasan. 2.1.2.2.2.3 Memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan dalam pelaksanan fungsi perencanaan dan pengawasan. 2.1.2.2.2.4 Menunjukkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba dalam jangka panjang.

  2.1.2.2.3 Memeberikan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

  2.1.2.2.4 Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan harta dan kewajiban.

  2.1.2.2.5 Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai laporan keuangan.

2.1.2.3 Tujuan Kualitatif

2.1.2.3.2 Relevan

  Memilih informasi yang benar-benar dapat membantu pemakai laporan.

  2.1.2.2.2 Understandability Informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting tetapi juga harus informasi yang dimengerti para pemakainya.

2.1.2.2.3 Verifiability

  Hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama, dengan kata lain ukurannya harus ada.

  2.1.2.2.4 Netrality Laporan akuntansi itu harus netral terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. Informasi dimaksudkan untuk pihak umum bukan untuk pihak-pihak tertentu saja.

  2.1.2.2.5 Time-Liness

  Laporan akuntansi bermanfaat untuk pengambilan keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat.

  2.1.2.2.6 Comparability

  Laporan akuntansi harus dapat saling diperbandingkan artinya akuntansi harus memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu perusahaan maupun perusahaan lain.

  2.1.2.2.6.1 Completeness

  Informasi yang dilaporkan mencakup semua kebutuhan yang layak dari para pemakai.

  2.1.3 Pihak-Pihak yang Berkepentingan.

  Menurut Munawir (2004:2), Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan adalah:

  2.1.3.1 Pemilik Perusahan Bagi pemilik perusahaan laporan keungan sangat berguna untuk menilai sukses tidaknya manajer dalam memimpin perusahaannya dan kesuksesan seseorang manajer tersebut dinilai dengan laba yang diperoleh perusahaan karena hasil-hasil stabilitas serta kontinuitas atau kelangsungan perusahannya tergantung dari cara kerja atau efisiensi manajemennya, maka jika hasil-hasil yang dicapai oleh manajemennya tidak memuaskan maka para pemilik perusahaan dalam hal ini pemegang saham mungkin akan mengganti manajemennya atau bahkan menjual saham-sahamnya yang dimiliki tersebut. Keputusan untuk mengganti manajemen adalah untuk mempertahankan saham yang dimiliki atau menjual saham-sahamnya akan tergantung dari hasil analisis mereka terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Dengan kata lain laporan keuangan diperlukan oleh pemilik perusahaan diperlukan untuk menilai hasil-hasil yang akan dicapai di masa yang akan datang sehingga bisa menafsirkan bagian keuntungan yang akan diterima dan perkembangan harga saham

  2.1.3.2 Manajer atau Pemimpin Perusahaan Dalam mengetahui posisi keuangan perusahaannya periode lalu, manajer atau pemimpin perusahaan dapat menyusun rencana yang lebih baik dan memperbaiki sistem pengawasannya dan menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang lebih tepat untuk masa yang akan datang. Tetapi yang terpenting bagi manajemen adalah bahwa laporan keuangan tersebut merupakan alat untuk mempertanggungjawabkan kepada para pemilik perusahaan atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Pertanggungjawaban pemimpin perusahaan itu dituangkan dalam bentuk laporan keuangan hanyalah sampai pada penyajian secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha dalam suatu periode sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang di laksanakan secara konsisten.

  2.1.3.3 Investor (Penanam Modal Jangka Panjang) Investor sangat memerlukan laporan keuangan perusahaan dimana mereka ini penanam modalnya.

  Mereka ini berkepentingan terhadap prospek keuntungan di masa mendatang dan perkembangan perusahaan selanjutnya, untuk mengetahui jaminan investasinya dan untuk mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tersebut. Dari hasil analisis laporan tersebut para investor akan dapat menentukan langkah-langkah yang harus ditempuhnya. Para investor berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan dalam rangka penentuan kebijksanaan penanaman modalnya, apakah mempunyai prospek yang cukup baik dan akan diperoleh keuntungan atau “rate of return” yang cukup baik.

  2.1.3.4 Para Kreditur dan Bankers Sebelum mengambil keputusan untuk memberi atau menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan, perlu mengetahui terlebih dahulu posisi keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. Posisi atau keadaan keuangan perusahaan bagi pemberi kredit akan dapat diketahui melalui penganalisaan laporan keuangan perusahaan tersebut. Hal ini akan dilakukan baik oleh kreditur jangka pendek maupun kreditur jangka panjang. Kreditur jangka panjang selain ingin mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnnya dan beban-beban bunganya, juga untuk mengetahui apakah kredit yang akan diberikan itu cukup untuk mendapat jaminan dari perusahaan tersebut, yang digambarkan atau terlihat pada kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Sehingga mereka dalam mengadakan analisis laporan keuangan terbatas datanya, yaitu hanya atas dasar laporan-laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan tersebut.

  Hasil analisis yang diperoleh semata-mata untuk kepentingan dirinya sendiri atau pihak lain diluar perusahaan. Berhubung dengan itu analisa yang dilakukan oleh kreditur dan bankers adalah “analisis

  extern

  2.1.3.5 Pemerintah Pemerintah adalah suatu pihak dimana perusahaan berdomisili, pemerintah sangat berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan tersebut di samping untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan juga sangat diperlukan oleh Biro Pusat Statistik Dinas Perindustrian, perdagangan dan tenaga kerja untuk dasar perencanaan pemerintah.

  2.1.3.6 Karyawan Perusahaan Karyawan perusahaan biasanya juga mengetahui laporan keuangan perusahaan tersebut. Bagi karyawan laporan keuangan diperlukan guna menawar kontrak kerja berikutnya.

2.2 Keterbatasan Laporan Keuangan

  Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002:6) dikatakan bahwa, Keterbatasan laporan keuangan adalah:

  2.2.1 Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat bukan masa kini.

  Karena laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi apalagi untuk meramalkan masa depan atau menentukan nilai (harga) perusahaan saat itu.

  2.2.2 Laporan Keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu atau pihak khusus saja seperti untuk pihak yang akan membeli perusahaan.

  2.2.3 Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan.

  2.2.4 Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material.

  Demikian pula, penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh secara material terhadap kelayakan laporan keuangan.

  2.2.5 Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. Bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. Laba yang belum direalisasi tidak dicatat namun rugi kendatipun belum direalisasi tetapi sudah berlaku di pasar maka dapat dicatat, misalnya jika harga persediaan di pasar berada di bawah harga pokok maka perbedaan ini dicatat sebagai rugi namun jika harga pasar melebihi harga pokok tidak dicatat sebagai laba.

  2.2.6 Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas). Misalnya jika perusahaan memiliki kredit Rp. 1 milyar, artinya perusahaan memiliki dana yang dapat ditarik setiap saat sebesar jumlah itu. Namun jika itu belum ditarik maka kita tidak dibolehkan mencatatnya sebagai unsur kas di neraca.

  2.2.7 Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah- istilah teknis, dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.

  2.2.8 Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber- sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan. Metode penilaian persediaan boleh menggunakan metode LIFO (last in first out), FIFO (first in first out), Average yang hasilnya pasti berbeda. Demikian juga metode penyusutan: garis lurus, saldo menurun, Sum of Years Digit, dan sebagainya.

  2.2.9 Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan.

2.3 Komponen-komponen Laporan Keuangan

  Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002:1.3), “laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan tersebut.”

  2.3.1 Neraca atau laporan posisi keuangan (Balance Sheet) Defenisi neraca menurut Reeve, Warren dan Fees (2002:24) adalah “Laporan mengenai suatu daftar aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun.”

  Neraca terdiri dari 3 bagian yaitu: Aktiva, Hutang, dan Modal

  2.3.1.1 Aktiva Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002:13) aktiva adalah “Sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diperoleh.” Aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran- pengeluaran yang belum dialokasikan pada penghasilan yang akan datang serta aktiva yang tidak berwujud lainnya (intangible assets) misalnya Goodwil, hak paten dan sebagainya.

  Pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar.

  2.3.1.1.1 Aktiva Lancar Menurut Munawir (2004:14), “aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukar menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumsi dalam periode berikunya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan normal).

  Secara umum aktiva lancar, meliputi kas dan semua aktiva yang dalam jangka waktu singkat akan kembali lagi dalam bentuk kas. Dimana jangka waktunya tidak lebih dari satu tahun terhitung dari tanggal neraca. Penyajian pos-pos aktiva lancar di dalam neraca didasarkan pada urutan likuiditasnya, sehingga penyajiannya diliputi dari aktiva yang paling likuid sampai pada aktiva yang paling tidak likuid. Dari uraian diatas yang temasuk dalam kelompok aktiva yang likuid adalah sebagai berikut: 2.3.1.1.1.1 Kas atau uang tunai, yang meliputi uang kertas, cek dan segala sesuatu yang dapat disamakan dengan uang kas,

  2.3.1.1.1.2 Surat-surat berharga yang merupakan investasi jangka pendek, berupa saham, obligasi dan jenis-jenis surat berharga lainnya yang dapat dijual,

  2.3.1.1.1.3 Piutang wessel, tagihan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu perjanjian yang diatur dalam undang undang, 2.3.1.1.1.4 Piutang dagang, tagihan kepada pihak lain (kepada kreditur atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit,

  2.3.1.1.1.5 Persediaan, adalah persediaan yang berupa barang dagangan, barang setengah jadi, atau bahan mentah yang dimiliki perusahaan pada suatu saat tertentu,

  2.3.1.1.1.6 Penghasilan yang masih harus diterima, adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang timbul dari penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan tetapi saat penyesuaian neraca belum diterima pembayarannya,

  2.3.1.1.1.7 Biaya dibayar dimuka, adalah pembayaran dimuka yang telah dilakukan oleh perusahaan seperti pembayaran sewa dimuka, pembayaran premi asuransi dimuka dan lain sebagainya.

  2.3.1.1.2 Aktiva Tidak Lancar Menurut Munawir (2004:16), “aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan).”

  Sedangkan menurut Tunggal (1995:11), “aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai masa penggunaan yang relatif panjang, dalam arti tidak akan habis dipakai dalam satu siklus operasi perusahaan atau satu tahun dan tidak dengan segera dijadikan kas.”

  Yang termasuk dalam aktiva tidak lancar adalah sebagai berikut: 2.3.1.1.2.1 Investasi jangka panjang, dapat berupa surat-surat berharga seperti saham, obligasi, wessel jangka panjang, investasi dalam bentuk aktiva tetap berwujud (tanah, mesin- mesin) tetapi belum digunakan usaha sekarang, penyisihan dana untuk tujuan jangka panjang seperti dana pelunasan obligasi, dan pembelian saham sendiri dan lain sebagainya.

  2.3.1.1.2.2 Aktiva tetap berwujud, kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang fisiknya nampak (konkrit) dan digunakan dalam operasi yang bersifat permanen (aktiva tersebut mempunyai umur manfaat jangka panjang atau tidak habis dalam satu periode kegiatan perusahaan). Seperti bangunan kantor, pabrik, mesin, dan lain sebagainya.

  2.3.1.1.2.3 Aktiva tetap tak berwujud (intangible

  fixed asset ), merupakan kekayaan

  perusahan yang secara fisik tidak tampak tetapi merupakan milik perusahaan dan digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan.

  2.3.1.1.2.4 Beban yang ditangguhkan (deferred

  charges ), merupakan pengeluaran

  yang dibebankan perusahaan pada periode berikutnya.

  2.3.1.1.2.5 Aktiva lain-lain yang mana belum menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan yang belum dimasukkan dalam klasifikasi sebelumnya seperti gedung dalam proses, tanah dalam penyelesaian, piutang jangka panjang dan sebagainya.

  2.3.1.2 Kewajiban (Hutang) Menurut Munawir (2004:18), “hutang adalah Semua kewajiban keuangan perusahan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor.” Dari pengertian di atas maka hutang dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu:

  2.3.1.2.1 Hutang lancar (hutang jangka pendek) Hutang lancar adalah kewajiban dari perusahaan yang harus dibayarkan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.

  Hutang lancar terdiri atas: 2.3.1.2.1.1 Hutang dagang, adalah suatu bentuk hutang lancar yang tidak disertai dengan janji tertulis secara formal yang timbul akibat pembelian barang atau jasa secara kredit. 2.3.1.2.1.2 Hutang wessel, hutang yang disertai janji tertulis (diatur oleh undang- undang) yang dibuat oleh perusahaan untuk membayar sejumlah uang kepada atau perusahaan lain pada waktu yang telah ditetapkan dalam surat tersebut. 2.3.1.2.1.3 Hutang pajak, baik pajak perusahaan tersebut maupun pajak pendapatan karyawan yang belum disetorkan ke kas negara.

  2.3.1.2.1.4 Biaya yang masih harus dibayar, adalah hutang yang timbul karena jasa-jasa yang diterima oleh perusahaan dalam suatu periode tetapi belum dibayar.

  Misalnya, hutang gaji kepada pegawai, hutang bunga, hutang pajak, hutang sewa, dan lain-lain biaya yang masih harus dibayar.

  2.3.1.2.2 Hutang jangka panjang.

  Hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan dari perusahaan yang mana jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih jangka panjang lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca yang terdiri atas: 2.3.1.2.2.1 Hutang obligasi, adalah suatu janji tertulis untuk membayar pokok pinjaman pada saat jatuh tempo ditambah dengan bunga yang akan dibayar secara teratur pada waktu tertentu,

  2.3.1.2.2.2 Hutang hipotik yaitu hutang yang dijamin dengan aktiva tetap tertentu, 2.3.1.2.2.3 Pinjaman jangka panjang.

  2.3.1.3 Ekuitas (Modal) Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan, atau dapat diartikan sebagai selisih antara aktiva yang dimiliki perusahaan dengan seluruh hutang-hutang perusahaan. Terkadang dalam prakteknya klasifikasi dalam neraca seringkali membingungkan pembaca dengan nama reserve (cadangan) yang merupakan surplus, yang mana cadangan tersebut merupakan hak para pemilik perusahaan, sebagai contoh “cadangan untuk ekspansi” adalah merupakan pemisahan sebagian dari laba yang ditahan (retained

  earning ) yang mana dalam neraca akan masuk dalam klasifikasi modal (appropriated surplus).

  2.3.3 Laporan Laba Rugi (Income Satement) Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan dan biaya yang diperoleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Bentuk-bentuk laporan laba rugi terbagi atas dua yaitu:

  2.3.3.1 Bentuk single step, adalah dengan menggabungkan semua penghasilan menjadi suatu kelompok, sehingga untuk menghitung rugi laba bersih hanya memerlukan satu langkah yakni mengurangkan total biaya dengan total pendapatan.

  2.3.3.2 Bentuk multiple step, yakni pengelompokan yang lebih teliti sesuai prinsip yang digunakan secara umum.

  2.3.3.7 Pos luar biasa,

  2.3.4.3 Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait,

  2.3.4.2 Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas,

  2.3.4.1 Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan,

  2.3.4 Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode yang bersangkutan. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan:

  (IAI, 2002:1.14)

  2.3.3.8 Hak minoritas, 2.3.3.9 Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.

  2.3.3.6 Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan,

  Tujuan pokok laporan laba rugi adalah melaporkan kemampuan riil perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar.

  2.3.3.5 Beban pajak,

  2.3.3.4 Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas,

  2.3.3.3 Beban pinjaman,

  2.3.3.2 Laba rugi usaha,

  2.3.3.1 Pendapatan,

  Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut:

  2.3.4.4 Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik,

  2.3.4.5 Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahan, dan

  2.3.4.6 Rekonsiliasi antar nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan. (IAI, 2002:1.17)

  Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan.

  2.3.5 Laporan Arus Kas Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemapuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang. (IAI, 2002:2.1) Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future

  cash flow ) dari berbagai perusahaan.

  2.3.6 Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis.

  Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan.

  Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:

  2.3.6.1 Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting,

  2.3.6.2 Informasi yang diwajibkan dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas,

  2.3.6.3 Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar. (IAI, 2002:1.17)

2.4 Analisis Laporan Keuangan

  Menurut Soemarso (2005:21), “analisis laporan keuangan adalah menghubungkan angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan dengan angka lain atau menjelaskan perubahannya (trend).” Sedangkan menurut Harahap (1997:190),

  Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau mempunyai makna antara satu dengan yang lainnya baik antara data kuantitatif maupun data nonkuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa pemakai dari laporan keuangan terdiri dari pemakai internal perusahaan dan eksternal perusahaan.

  Pemakai internal seperti manajemen dalam menganalisa laporan keuangan dapat menilai perkembangan perubahan serta berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan yang akan datang. Sedangkan untuk pemakai eksternal, laporan keuangan tersebut dapat memberikan informasi bagi para pemilik perusahaan, kreditor, bursa saham, pemerintah tentang kondisi keuangan dari perusahaan tersebut. Oleh karena itu untuk menjawab adanya pertanyaan-pertanyaan dari pihak eksternal dan internal tersebut maka perlu dilakukan analisis terhadap laporan keuangan tersebut yang berfungsi untuk membandingkan atau mengidentifikasikan laporan keuangan tersebut terhadap pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut.

  2.4.1 Sifat-sifat Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan mempunyai sifat-sifat seperti:

  2.4.1.1 Fokus pelaporan adalah laporan laba rugi, neraca, arus kas, yang merupakan akumulasi transaksi dari keterjadian historis, dan penyebab terjadinya dalam suatu perusahaan,

  2.4.1.2 Prediksi, analisis harus mengkaji implikasi kejadian yang sudah berlalu terhadap dampak prospek perkembangan keuangan perusahaan dimasa yang akan datang,

  2.4.1.3 Dasar analisa adalah laporan keuangan yang memiliki sifat dan prinsip tersendiri sehingga hasil analisa sangat tergantung pada kualitas laporan ini. Penguasaan pada sifat akuntansi, prinsip akuntansi sangat diperlukan dalam menganalisa laporan keuangan.

  2.4.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan.

  Secara lengkap tujuan analisis laporan keuangan adalah:

  2.4.2.1 Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam, daripada yang terdapat dari laporan keuangan,

  2.4.2.2 Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan (implicit),

  2.4.2.3 Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan,

  2.4.2.4 Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan,

  2.4.2.5 Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat dilapangan seperti untuk prediksi dan peringkat (rating)

  2.4.2.6 Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan seperti:

  2.4.2.6.1 Dapat menilai prestasi perusahaan,

  2.4.2.6.2 Dapat memproyeksi keuangan perusahaan,

  2.4.2.6.3 Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu seperti posisi keuangan (asset, dan modal pada neraca), hasil usaha perusahaan (hasil dan biaya), likuiditas, solvabilitas, aktivitas, rentabilitas atau profibilitas, dan indikator pasar modal,

  2.4.2.6.4 Menilai perkembangan dari waktu ke waktu,

  2.4.2.6.5 Melihat komposisi struktur keuangan, arus dana

  2.4.2.7 Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam bisnis,

  2.4.2.8 Dapat membandingkan situasi perusahaan dan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.

  2.4.2.9 Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya,

  2.4.2.10 Dapat memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang.

  2.4.3 Prosedur Analisis Menurut Smith dan Skousen (2001:590),

  Prosedur analitis dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:

  2.4.3.1 Perbandingan dan pengukuran berdasarkan data keuangan yang berasal dari dua periode atau lebih Kategori ini meliputi laporan komparatif dari berbagai ratio dan trend untuk data pada sejumlah laporan yang berurutan, analisis perubahan pada neraca, perhitungan rugi laba, dan laporan perubahan posisi keuangan.

  2.4.3.2 Perbandingan dan pengukuran berdasarkan data keuangan hanya dari suatu periode fiskal Kategori ini mencakup penetapan hubungan neraca dengan perhitungan rugi laba periode berjalan dan penganalisaan laba dan kemampuan menghasilkan laba.

  2.4.4 Metode Analisis Secara umum metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:

  2.4.4.1 Metode Analisis Horizontal Adalah metode analisis yang dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa tahun (periode) sehingga dapat diketahui perkembangan dan kecenderungannya. Metode ini disebut juga dengan metode analisis dinamis karena metode ini bergerak dari tahun ketahun (periode).

  2.4.4.2 Metode Analisis Vertikal Adalah metode yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun (periode) yang sama, karena membandingkan antara pos-pos yang satu dengan pos-pos yang lainnya pada laporan keuangan yang sama.

  Metode ini disebut juga sebagai metode statis karena metode ini hanya membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun yang sama.

  2.4.5 Teknik analisis Teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut:

  2.4.5.1 Analisis perbandingan laporan keuangan,

  2.4.5.2 Analisis seri trend atau angka index,

  2.4.5.3 Laporan dengan persentase per komponen (common size

  statement ),

  2.4.5.4 Analisis sumber dan penggunaan modal kerja,

  2.4.5.4 Analisis sumber dan penggunaan dana,

  2.4.5.5 Analisis rasio,

  2.4.5.6 Analisis perubahan laba kotor

  2.4.5.7 Analisis Break-even Dari jenis analisis di atas, penulis akan mempersempit cakupan pembahasannya, yaitu hanya menyajikan analisis rasio dalam Penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan yaitu mengenai analisis rasio.

2.5 Analisis Rasio

  Menurut Harahap (1997:293), “rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan

  (berarti).” Analisis rasio adalah suatu cara untuk menganalisis laporan keuangan yang mengungkapkan hubungan matematik antara suatu jumlah dengan jumlah lainnya atau perbandingan antara satu pos dengan pos lainnya. Analisis rasio juga merupakan suatu alat analisis keuangan yang sangat populer dan banyak digunakan. Namun perannya sering disalah pahami dan sebagai konsekuensinya, kepentingan sering dilebih lebihkan.

  Kita harus ingat bahwa rasio merupakan alat untuk menyatakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari, dalam hal ini kondisi financial perusahan Analisis rasio sering kali digunakan dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Rasio ini berfungsi untuk menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Sehingga dengan melihat perbandingan tersebut dengan rasio lain maka dapat diambil penilaian dan kita dapat memperoleh informasi yang lebih cepat.

  2.5.1 Keunggulan Analisis rasio Analisis rasio mempunyai keunggulan-keunggulan yang membuat analisis tersebut banyak dipergunakan oleh banyak perusahaan ataupun perusahan jasa. Keunggulan tersebut adalah sebagai berikut:

  2.5.1.1 Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan,

  2.5.1.2 Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit,

  2.5.1.3 Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lainnya,

  2.5.1.4 Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model- model pengambilan keputusan dan model prediksi,

  2.5.1.5 Menstandarisir size perusahan,

  2.5.1.6 Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series

  2.5.1.7 Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.

  2.5.2 Keterbatasan Analisis Rasio Selain terdapat keunggulan dari analisis rasio ini maka terdapat juga beberapa keterbatasan yang harus disadari ketika menggunakannya sehingga kita tidak salah dalam penggunanya. Keterbatasan tersebut berupa hal-hal sebagai berikut:

  2.5.2.1 Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya,

  2.5.2.2 Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik analisisnya,

  2.5.2.3 Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai biasa atau subyektif,

  2.5.2.4 Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahan yang berbeda,

  2.5.2.5 Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio,

  2.5.2.6 Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan dalam menghitung rasio,

  2.5.2.7 Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar,

  2.5.2.8 Sulit jika data yang tersedia sinkron,

  2.5.2.9 Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karena itu jika dilakukan perbandingan dapat menimbulkan kesalahan.

  2.5.3 Jenis-jenis Rasio Secara umum rasio yang sering digunakan oleh perusahaan dalam menganalisa posisi keuangan perusahan adalah: Rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas. Namun sebenarnya masih banyak rasio yang dapat dilihat untuk menilai kondisi keuangan dari perusahaan seperti rasio leverage, rasio keuntungan, rasio aktivitas, dan lain sebagainya.

  2.5.4 Rasio Likuiditas Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendek. Rasio ini dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos pos aktiva lancar dan hutang lancar.

  Menurut Soemarso (2005:385), “rasio likuiditas adalah analisis laporan keuangan yang dapat mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo.” Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Secara umum untuk dapat menilai posisi keuangan jangka pendek (likuiditas) diberikan beberapa rasio yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa atau menginterpretasikan data laporan keuangan tersebut adalah sebagai berikut:

2.5.4.1 Current ratio (rasio lancar)

  Rasio lancar adalah analisis laporan keuangan yang angkanya dihitung dari aktiva lancar dibagi kewajiban lancar. Angka ini menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan melunasi kewajiban lancarnya dengan aktiva yang diharapkan dapat dicairkan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh temponya kewajiban.

  Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar maka semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.

  Apabila rasio lancar 1:1 atau 100%, ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada di atas 1 atau diatas 100%, artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang lancar.

  

Aktiva lancar

Current Ratio =

  

Hu tan g lancar

  2.5.4.2 Cash ratio (rasio kas)

  Rasio kas adalah perbandingan antara jumlah kas (termasuk yang disimpan di bank) dan surat berharga yang segera dapat diuangkan dengan jumlah hutang lancar.

  • + Kas Efek

  Cash ratio = Hu tan g lancar

  2.5.4.3 Acid Test Ratio (rasio cepat)

  Rasio cepat atau disebut dengan quick ratio adalah perbandingan antara aktiva lancar setelah dikurangi dengan persediaan dengan kewajiban lancar. Rasio cepat merupakan ukuran dalam menilai kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya tanpa memperhitungkan persediaan karena pesediaan merupakan harta yang tidak

  • tan +

  Aktiva Jumlah Hu lancar g lancar Aktiva tan −

  mudah atau membutuhkan waktu yang relatif lama untuk direalisisir menjadi uang kas walaupun sebenarnya persedian lebih likuid daripada piutang.

  Quick Ratio = Hu lancar g g piu efek kas

tan

2.5.4.4 Working Capital to Total Asset Ratio (Rasio modal kerja

  atas total harta) Rasio modal kerja atas total harta adalah perbandingan antara jumlah modal kerja bersih (jumlah aktiva lancar setelah dikurangi dengan kewajiban lancar) dengan seluruh aktiva perusahaan.

  Working capital to total asset ratio =

  2.5.5 Inventory Turnover Menurut Munawir (2004:77), “Inventory Turnover adalah merupakan rasio antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan rata-rata persediaan yang dimiliki oleh perusahaan”. Perputaran ini menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun (dijual atau diganti). Tingkat perputaran persediaan mengukur perusahaan dalam memutarkan barang dagangannya, dan menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk menunjang atau mengimbangi tingkat penjualan yang ditentukan. Penghitungan tingkat perputaran ini tidak hanya untuk barang dagangannya saja, tetapi dapat juga diterpakan dalam persediaan bahan mentah maupun persediaan barang dalam proses. Apabila harga pokok penjualan tidak diperoleh maka perputaran persediaan dapat dihitung dari penjulan.

  Inventory turnover adalah untuk mengukur efisiensi perusahaan

  dalam mengelola dan menjual persediaannya. Rasio ini menggambarkan kecepatan persediaan, sehingga besar rasio akan semakin baik. Sehingga tinggi perputaran rasio ini maka akan semakin baik waktu rata-rata antara penanaman modal dalam persediaan dengan transaksi penjualan. Hal tersebut menunjukkan semakin tinggi permintaan atau penjualan produk perusahaan serta semakin efisien kerja dari tim manajemen persediaan maka semakin tinggi laba yang akan diperoleh. Rumus Inventory

  Turnover yang digunakan: H arg a Pokok Penjualan

  Inventory Turnover = Ratarata Persediaan

  2.5.6 Return on Assets (ROA) Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas.

  Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini paling sering disoroti, karena mampu menunjukkan keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur kemampuan perusahaan manghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. Assets atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan, yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal asing yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan.

  Laba Return on Assets =

  Total Aktiva

  Sekitar tahun 1919, Du Pont Company menggunakan pendekatan khusus untuk analisis rasio agar dapat mengevaluasi efektivitas perusahaan. Salah satu variasi dari pendekatan Du Pont memiliki relevansi khusus untuk memahami pengembalian atas investasi perusahaan. Ketika margin laba bersih dikalikan dengan perputaran total aktiva, diperoleh pengembalian atas investasi, atau daya untuk menghasilkan laba (earning power) atas total aktiva. Baik margin laba bersih maupun rasio perputaran aktiva tidak dapat memberikan pengukuran yang memadai atas efektivitas keseluruhan jika berdiri sendiri. Margin laba bersih tidak dapat memperhitungkan penggunaan aktiva, sementara rasio perputaran total aktiva tidak memperhitungkan profitabilitas alam penjualan.

  Rasio pengembalian atas investasi, atau daya untuk menghasilkan laba, mengatasi kedua kelemahan tersebut. Peningkatan dalam daya untuk menghasilkan laba perusahaan akan terjadi jika terdapat peningkatan dalam perputaran aktiva, peningkatan dalam margin laba bersih, atau keduanya. Dua perusahaan dengan margin laba bersih dan perputaran total aktiva yang berbeda, dapat saja memiliki daya untuk menghasilkan laba yang sama.

  Misalnya perusahaan A, dengan margin laba bersih hanya 2 persen dan perputaran total aktiva 10, memiliki daya untuk menghasilkan laba yang sama yaitu 20, dengan perusahaan B yang memiliki margin laba bersih 20 persen dan rasio perputaran total aktiva 1.

  Bagi setiap perusahaan tersebut, setiap 100 dollar yang diinvestasikan dalam aktiva akan kembali 20 dollar laba setelah pajak per tahunnya.

  2.5.7 Operating Ratio Selisish antara net margin ratio (rasio laba bersih dengan penjualan) dengan 100% menunjukkan prosentase yang tersisa untuk menutup harga pokok penjualan dan biaya operasi, prosentase ini dinamakan “operating ratio” atau rasio antara (harga pokok penjualan + biaya operasi) dengan penjualan bersih.

  • Cost of Good Sold Biaya Operasi

  Operating Ratio = Net Sales

  mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan,

  Operating ratio

  sehingga rasio yang tinggi menunjukkan keadaan yang kurang baik karena berarti bahwa setiap penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan tersedia untuk laba kecil. Tetapi rasio yang tinggi mungkin tidak hanya disebabkan oleh factor intern yang dapat dikendalikan oleh management, tetapi juga factor ekstern, misalnya factor harga yang sulit dikendalikan oleh manajemen.

  2.5.8 Time Interest Earned

  Time Interest Earned adalah mengukur kemampuan perusahaan

  untuk memenuhi kewajiban dalam melunasi beban yang ditimbulkan karena dana dari pihak eksternal bukan pemilik dengan menggunakan dana dari laba usaha (EBIT). Rasio ini disebut juga rasio penutupan (Coverage Ratio), yaitu mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT), sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dalam pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman.

  Time Interest Earned = Earning Before Interest and Taxes ( EBIT ) Interest Ch arg e

  Sebagaimana di ketahui bahwa Time Interest Earned di tentukan dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan beban bunga, artinya bahwa dengan semakin tinggi nilai rasio ini, maka perusahaan memiliki kemampuan dalam membayar bunga- bunga atas segala hutang-hutangnya dengan menggunakan laba sebelum bunga dan pajak. Dengan nilai Time Interest Earned yang tinggi, maka perusahaan tidak akan mengalami kesulitan dalam mencari tambahan dana untuk kegiatan investasinya karena tingkat kemanan yang baik dari para kreditur yang digambarkan oleh tingginya kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atas hutangnya. Laba sebelum bunga dan pajak merupakan gambaran keuntungan perusahaan yang di dapatkan dari kegiatan operasi perusahaan. Dengan perolehan keuntungan yang besar maka perusahaan disamping dapat membayar beban bunganya, juga memperlihatkan kemampuan laba perusahaan yang kuat sehingga investor atau calon investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan.

  Perolehan TIE yang rendah mengindikasikan bahwa perusahaan belum mampu menunjukkan kemampuannya dalam menghasilkan laba usaha yang cukup. Hal ini perlu adanya pembenahan oleh pihak manajemen dalam meningkatkan hasil operasi perusahaan.

  Misalnya dengan meningkatkan produktivitas dari komoditi utama atau pangsa pasar perusahaan, yang kesemuanya dimungkinkan untuk mengarah pada perbaikan laba usaha. Sehingga tahun-tahun yang akan datang para pemegang saham khususnya, merasa lebih optimis dan loyal kepada perusahaan karena seharusnya mereka juga berhak mendapat pembagian hasil atas upaya investasi yang dilakukan. Seandainya penurunan nilai TIE berlangsung terus- menerus, dikhawatirkan perusahaan akan kehilangan kepercayaan dari para pemegang sahamnya, dan akhirnya berdampak juga pada kelangsungan hidup perusahaan.

  Pengaruh Likuiditas terhadap ROA

  2.6 Likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin tinggi Likuidtas suatu perusahaan berarti semakin kecil resiko kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Akibatnya resiko yang akan ditanggung pemegang saham juga semakin kecil. Nilai Likuidtas yang tinggi dari suatu perusahaan akan mengurangi ketidakpastian bagi investor, namun mengindikasikan adanya dana yang menganggur (idle cash) sehingga akan mengurangi tingkat profitabilitas perusahaan, akibatnya ROA juga semakin kecil. Dengan demikian diduga semakin besar nilai Likuiditas maka ROA semakin kecil .

  2.7 Pengaruh Inventory Turnover terhadap ROA Informasi mengenai tingkat perputaran persediaan dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan apakah suatu persediaan lambat dalam proses penjualan atau memakaiannya dalam kegiatan perusahaan. Inventory turnover menunjukkan berapa kali perputaran persediaan selama satu tahun.

  Semakin tinggi perputarannya menunjukkan perusahaan semakin efisien dalam menekan biaya atas persediaan tersebut. Dengan demikian sangat dimungkinkan bahwa hubungan antara Inventory turnover dengan ROA adalah positif. Semakin besar inventory turnover akan semakin baik karena berarti semakin efisien seluruh aktiva yang digunakan untuk menunjang kegiatan penjualan. ROA yang meningkat karena dipengaruhi oleh inventory turnover .

2.8 Penelitian Terdahulu

  Lubis (2004) melakukan penelitian dengan judul "Analisis Pengaruh Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan". Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh variabel-variabel current ratio, cash ratio, dan acid test ratio terhadap profitabilitas. Kesimpulan yang dihasilkan melalui pengujian secara serentak (uji-f) adalah current ratio, cash ratio, dan acid test ratio secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Pengujian secara parsial (Uji-t) menghasilkan kesimpulan bahwa hanya

  current ratio yang dapat mempengaruhi atau menjelaskan profitabilitas secara signifikan.

  Ari Anggarani (2010) dalam penelitiannya menguji pengaruh rasio likuiditas, aktivitas, profitabilitas, dan economic value added terhadap return saham pada saham Food and Beverages di Bursa Efek Indonsia.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

5 89 108

Analisis Pengaruh Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional terhadap Return on Asset Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011

3 85 86

Analisis pengaruh Quick Ratio, Working Capital to Total Asset, Inventory Turnover, Operating Ratio, Time Interest Earned terhadap Return On Asset pada perusahaan manufaktur sektor Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

5 60 115

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenen (Agency Theory) - Pengaruh karakteristik perusahaan terhadap voluntary disclosure perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 39

Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan - Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

0 1 8

Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis - Pengaruh Return On Asset, Debt to Equity Ratio, dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan LQ 45 yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 20

Pengaruh Modal Kerja, Perputaran Modal Kerja, Operating Asset Turnover dan Inventory Turnover terhadap Return On Equity (ROE) pada perusahaan Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2010-2013

0 0 9