Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

(1)

SKRIPSI

PENGARUH INVENTORY TURNOVER RATIO, ACCOUNT PAYABLE TOCOST OF GOODS SOLD RATIO, NET WORKING CAPITAL TO TOTAL ASSET

RATIO, DAN DEBT RATIO TERHADAP GROSS PROFIT MARGIN

Oleh:

MARIA FRANSISCA 110503227

PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan skripsi yang berjudul: “Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin, adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program Studi S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Maret 2015 Yang membuat pernyataan

NIM: 110503227 Maria Fransisca


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin”,

disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, semangat, nasehat, dan bantuan lain baik secara moril mauapun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Univesitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, M.A.F.I.S., Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak., selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si., Ak., CA., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Arifin Lubis, M.M., Ak., dan Bapak Syahrurrahman, S.E., Ak., M.Si., selaku Dosen Penguji dan Dosen Pembanding, yang telah memberikan saran dan arahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 6. Orangtua penulis yang terkasih, Ayahanda Drs. Budiman dan Ibunda Lucia

Angelie, S.E., yang telah menjadi motivator sehingga penulis tetap bersemangat mengerjakan skripsi ini. Terimakasih buat doa, pengertian, kesabaran, pengorbanan dan dukungannya.

7. Saudara penulis Felix Hadinata dan Daniel Surya Hadinata serta teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan dukungan, semangat maupun doa bagi penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penulisan karya ilmiah kedepan. Akhir kata semoga skripsi ini berguna bagi pembaca dan dapat dipergunakan untuk menambah pengetahuan dan bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.

Medan, 05 Maret 2015 Penulis,

NIM: 110503227 Maria Fransisca


(5)

ABSTRAK

PENGARUH INVENTORY TURNOVER RATIO, ACCOUNT PAYABLE TO COST OF GOODS SOLD RATIO, NET WORKING CAPITAL TO

TOTAL ASSET RATIO, DAN DEBT RATIO TERHADAP GROSS PROFIT MARGIN

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap gross profit margin pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI.

Penelitian ini merupakan jenis penilitian asosiatif kausal dengan dimana populasi penelitiannya adalah perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2013. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda dengan uji t dan uji F pada level signifikansi 5 % (α = 0,05) serta uji koefisien determinasi.

Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan dari 38 perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013 diperoleh 24 perusahaan. Data diperoleh melalui situs Bursa Efek Indonesia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel account payable to cost of goods sold ratio dan debt ratio berpengaruh signifikan terhadap gross profit margin sedangkan variabel net working capital to total asset ratio dan inventory turnover ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap gross profit margin. Secara simultan, inventory turnover ratio, account payable to cost of goods sold ratio, net working capital to total asset ratio, dan debt ratio berpengaruh signifkan terhadap gross profit margin.

Kata Kunci : Inventory turnover ratio, Account payable to cost of goods sold ratio, Net working capital to total asset ratio, Debt ratio, Gross profit margin.


(6)

ABSTRACT

EFFECT OF INVENTORY TURNOVER RATIO, ACCOUNTS PAYABLE TO COST OF GOODS SOLD RATIO, NET WORKING CAPITAL TO TOTAL

ASSETS RATIO, AND DEBT RATIO OF GROSS PROFIT MARGIN The purpose of this study was to determine whether the Inventory Turnover Ratio, Accounts Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Assets Ratio, and Debt Ratio influence simultaneously and partially on the gross profit margin in the consumer goods sector of manufacture companies listed on the Indonesia Stock Exchange .

This research is a type of associative causal research with research population are the consumer goods sector of manufacture companies listed on the Indonesia Stock Exchange during the period 2010-2013. Data analysis methods used in this research is quantitative method, the classical assumption test, as well as statistical analysis of multiple linear regression analysis with t test and F test at 5% significance level (α = 0.05) and the coefficient of determination test.

The sample selection is done by purposive sampling method and from 38 consumer goods sector of manufacture companies listed in Indonesia Stock Exchange 2010-2013 have acquired 24 companies. Data obtained through the Indonesia Stock Exchange website.

The results showed that partially accounts payable to the variable cost of goods sold ratio and debt ratio significantly influence the gross profit margin while the variable net working capital to total assets ratio and inventory turnover ratio does not significantly affect the gross profit margin. Simultaneously, inventory turnover ratio, accounts payable to cost of goods sold ratio, net working capital to total assets ratio, and the debt ratio to influence significantly the gross profit margin.

Keywords : Inventory turnover ratio, Account payable to cost of goods sold ratio, Net working capital to total asset ratio, Debt ratio, Gross profit margin.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN...i

KATA PENGANTAR...ii

ABSTRAK...iv

ABSTRACT...v

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR GAMBAR...x

DAFTAR LAMPIRAN...xi

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang...1

1.2. Perumusan Masalah...7

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian...7

1.3.1. Tujuan Penelitian...7

1.3.2. Manfaat Penelitian...8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...9

2.1. Tinjauan Pustaka...9

2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan...8

2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan...10

2.1.3. Analisis Rasio Keuangan...10

2.1.3.1.Jenis – Jenis Rasio Keuangan………...12

2.1.4. Gross Profit Margin...19

2.2. Hubungan antara Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat...20

2.2.1. Hubungan Inventory Turnover Ratio terhadap Gross Profit Margin...20


(8)

2.2.2. Hubungan Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio

terhadap Gross Profit Margin...21

2.2.3. Hubungan Net Working Capital to Total Asset Ratio terhadap Gross Profit Margin...22

2.2.4. Hubungan Debt Ratio terhadap Gross Profit Margin...22

2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu...23

2.4. Kerangka Konseptual...30

2.5. Hipotesis...32

BAB III METODE PENELITIAN...33

3.1. Jenis Penelitian...33

3.2. Batasan Operasional...33

3.3. Jenis dan Sumber Data...34

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian...34

3.5. Metode Pengumpulan Data...37

3.6. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...38

3.6.1. Variabel Independen...38

3.6.2. Variabel Dependen...39

3.7. Metode Analisis Data...40

3.8. Uji Asumsi Klasik...41

3.8.1. Uji Normalitas...41

3.8.2. Uji Multikolonieritas...42

3.8.3. Uji Heteroskedastisitas...42

3.8.4. Uji Autokorelasi...43

3.8.5. Pengujian Hipotesis...44

3.9. Tempat dan Waktu Penelitian...46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...47

4.1. Deskripsi Data Penelitian...47


(9)

4.3. Uji Asumsi Klasik...50

4.3.1. Uji Normalitas...50

4.3.2. Uji Multikolinearitas...53

4.3.3. Uji Heteroskedastisitas...55

4.3.4. Uji Autokorelasi...56

4.4. Analisis Regresi...58

4.4.1. Persamaan Regresi...58

4.4.2. Analisis Koefisien Determinasi...60

4.4.3. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)...61

4.4.4. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)...63

4.5. Interpretasi Hasil Penelitian...65

4.5.1. Inventory Turnover Ratio...65

4.5.2. Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio...66

4.5.3. Net Working Capital to Total Asset Ratio...67

4.5.4. Debt Ratio...68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...70

5.1 Kesimpulan...70

5.2 Keterbatasan Penelitian...71

5.3 Saran...71

DAFTAR PUSTAKA...73


(10)

DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu...27

TABEL 3.1 Populasi Penelitian...35

TABEL 3.2 Sampel Penelitian……...………...37

TABEL 3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...39

TABEL 3.4 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Durbin Watson...43

TABEL 3.5 Jadwal Penelitian...46

TABEL 4.1 Statistik Deskriptif...47

TABEL 4.2 Hasil Uji Normalitas...51

TABEL 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas...54

TABEL 4.4 Hasil Uji Autokorelasi...56

TABEL 4.5 Pengujian Durbin Watson...57

TABEL 4.6 Hasil Uji Autokorelasi...57

TABEL 4.7 Pengujian Durbin Watson...58

TABEL 4.8 Analisis Hasil Regresi...59

TABEL 4.9 Koefisien Determinasi (R2)...60

TABEL 4.10 Hasil Uji F...62


(11)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 Kerangka Konseptual...32

GAMBAR 4.1 Grafik Histogram...52

GAMBAR 4.2 Grafik Normal P-P Plot...53


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Jadwal Penelitian……….………..75

LAMPIRAN 2 Daftar Variabel Penelitian...76

LAMPIRAN 3 Hasil Pengolahan Data SPSS...80


(13)

ABSTRAK

PENGARUH INVENTORY TURNOVER RATIO, ACCOUNT PAYABLE TO COST OF GOODS SOLD RATIO, NET WORKING CAPITAL TO

TOTAL ASSET RATIO, DAN DEBT RATIO TERHADAP GROSS PROFIT MARGIN

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap gross profit margin pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI.

Penelitian ini merupakan jenis penilitian asosiatif kausal dengan dimana populasi penelitiannya adalah perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010-2013. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian asumsi klasik, serta analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda dengan uji t dan uji F pada level signifikansi 5 % (α = 0,05) serta uji koefisien determinasi.

Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan dari 38 perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013 diperoleh 24 perusahaan. Data diperoleh melalui situs Bursa Efek Indonesia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel account payable to cost of goods sold ratio dan debt ratio berpengaruh signifikan terhadap gross profit margin sedangkan variabel net working capital to total asset ratio dan inventory turnover ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap gross profit margin. Secara simultan, inventory turnover ratio, account payable to cost of goods sold ratio, net working capital to total asset ratio, dan debt ratio berpengaruh signifkan terhadap gross profit margin.

Kata Kunci : Inventory turnover ratio, Account payable to cost of goods sold ratio, Net working capital to total asset ratio, Debt ratio, Gross profit margin.


(14)

ABSTRACT

EFFECT OF INVENTORY TURNOVER RATIO, ACCOUNTS PAYABLE TO COST OF GOODS SOLD RATIO, NET WORKING CAPITAL TO TOTAL

ASSETS RATIO, AND DEBT RATIO OF GROSS PROFIT MARGIN The purpose of this study was to determine whether the Inventory Turnover Ratio, Accounts Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Assets Ratio, and Debt Ratio influence simultaneously and partially on the gross profit margin in the consumer goods sector of manufacture companies listed on the Indonesia Stock Exchange .

This research is a type of associative causal research with research population are the consumer goods sector of manufacture companies listed on the Indonesia Stock Exchange during the period 2010-2013. Data analysis methods used in this research is quantitative method, the classical assumption test, as well as statistical analysis of multiple linear regression analysis with t test and F test at 5% significance level (α = 0.05) and the coefficient of determination test.

The sample selection is done by purposive sampling method and from 38 consumer goods sector of manufacture companies listed in Indonesia Stock Exchange 2010-2013 have acquired 24 companies. Data obtained through the Indonesia Stock Exchange website.

The results showed that partially accounts payable to the variable cost of goods sold ratio and debt ratio significantly influence the gross profit margin while the variable net working capital to total assets ratio and inventory turnover ratio does not significantly affect the gross profit margin. Simultaneously, inventory turnover ratio, accounts payable to cost of goods sold ratio, net working capital to total assets ratio, and the debt ratio to influence significantly the gross profit margin.

Keywords : Inventory turnover ratio, Account payable to cost of goods sold ratio, Net working capital to total asset ratio, Debt ratio, Gross profit margin.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam mengukur seberapa sukses perusahaan tersebut, biasanya didasarkan pada seberapa banyak laba yang didapatkan perusahaan dan bagaimana perusahaan mempertahankan laba tersebut. Menurut Samsul (2006 : 129) bahwa tujuan jangka panjang perusahaan adalah memperoleh laba yang terus menerus dan selalu meningkat. Berdasarkan Financial Accounting Standards Board (FASB), Statement of Financial Accounting Concept No.1, menyatakan bahwa fokus utama laporan keuangan adalah laba, jadi informasi yang terdapat dalam laporan keuangan seharusnya mempuyai kemampuan untuk memprediksi laba di masa depan.

Menurut Meythi (2005) dalam Hapsari (2007) bahwa salah satu cara untuk memprediksi laba perusahaan adalah dengan menggunakan rasio keuangan. Laba adalah “Ringkasan hasil bersih aktivitas operasi usaha dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam islitah keuangan” (Subramanyam 2012 : 100). Banyaknya keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan dalam suatu periode operasional dapat dilihat dari nilai laba kotor perusahaan (gross profit margin).

Menurut penelitian Bashar dan Islam (2014 : 63) bahwa gross profit margin merupakan pengukuran langsung dalam profitabilitas dan gross profit margin mencerminkan kesehatan keuangan dari sebuah perusahaan. Demikian juga Kasmir (2008 : 309) menyatakan bahwa “Analisis laba kotor merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting bagi manajemen guna mengambil keputusan


(16)

sekarang dan yang akan datang”. Perhitungan ini adalah nilai yang merupakan perbandingan antara laba kotor perusahaan (penjualan dikurangi dengan harga pokok penjualan) dengan penjualan perusahaan.

Dalam memprediksi dan menghitung gross profit margin perusahaan terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi gross profit margin. Faktor-faktor tersebut seperti; persediaan, hutang, net working capital, dan struktur modal perusahaan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi gross profit margin adalah net working capital. Dalam mengukur seberapa besar net working capital maka dapat menggunakan rasio Net Working Capital to Total Asset (NWCTA). Modal Kerja (Net Working Capital) digunakan untuk menilai bagaimana kemampuan perusahaan dalam menghadapi liabilitas jangka pendek. NWCTA rasio yang menunjukkan hubungan antara modal kerja (aset lancar – liabilitas lancar) terhadap total aktiva. Perusahaan yang memiliki modal kerja yang besar akan menyebabkan rasio NWCTA besar pula, dan juga berarti kegiatan operasional perusahaan menjadi lancar sehingga pendapatan perusahaan meningkat dan juga akan meningkatkan laba perusahaan. Menurut Kasmir (2008 : 252) bahwa perusahaan berusaha untuk meningkatkan likuiditasnya, kemudian dengan terpenuhi modal kerja, secara tidak langsung akan meningkatnya likuiditas perusahaan tersebut dan juga dapat memaksimalkan perolehan labanya. Walaupun ada juga penelitian yang dilakukan Hapsari (2007) bahwa NWCTA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap gross profit margin adalah struktur modal, apakah perusahaan mendanai kegiatan usahanya lebih banyak


(17)

menggunakan utang atau ekuitas. Rasio yang digunakan untuk menghitung struktur modal perusahaan adalah rasio leverage. Salah satu rasio leverage yang digunakan adalah Debt Ratio. Menurut Arowoshegbe dan Idialu (2013 : 99) bahwa Debt Ratio mempengaruhi secara simultan terhadap Operating Profit Margin dan Net Profit Margin. Debt Ratio yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang bagus, dikarenakan total liabilitas yang rendah. Jika kinerja perusahaan bagus berarti laba perusahaan juga meningkat.

Dua faktor terakhir adalah persediaan dan hutang, dalam mengukur hutang dan persediaan tersebut dapat dilihat di rasio aktivitas. Rasio yang digunakan untuk mengukur persediaan perusahaan adalah dengan meggunakan inventory turnover ratio. Perusahaan harus memiliki persediaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, tetapi persediaan yang berlebihan dan tidak laku terjual maka akan menambah biaya dan beban oleh karena itu membuat laba perusahaan semakin berkurang. Dengan inventory turnover dapat menunjukkan hubungan antara barang yang dijual dan persediaan. Sehingga penting bagi perusahaan untuk menghitung dan memperhatikan perputaran persediaan yang dimiliki agar dapat mengambil keputusan yang tepat berkaitan dengan berapa banyak persediaan yang harus dimilikinya. Dari hasil perhitungan rasio perputaran persediaan yang tinggi tersebut mengartikan keadaan yang baik . Perputaran persediaan yang tinggi menunjukkan perusahaan tidak memerlukan waktu yang terlalu lama untuk menjual persediaannya dan mengubahnya menjadi penjualan yang menguntungkan, sehingga perusahaan dapat kembali menyediakan persediaan yang baru dan perusahaan tidak menumpuk banyak persediaan yang tidak terjual di gudangnya. Pada perusahaan manufaktur, waktu perputaran


(18)

persediaan merupakaan hal yang penting, terutama pada perusahaan manufaktur yang memproduksi produk-produk yang memiliki batas waktu penggunaan atau kadaluwarsanya.

Rasio aktivitas yang lain yang digunakan untuk mengukur utang adalah Account Payable Turnover atau juga bisa disebut dengan Creditor’s Velocity. Menurut penelitian (Leahy : 2012) bahwa Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio atau Account Payable Turnover dirancang untuk menujukkan efek pinjaman terhadap profitabilitas perusahaan. Rasio ini juga menunjukkan seberapa cepat perusahaan dalam membayar hutangnya kepada pemasok dan dengan rasio ini juga perusahaan dapat mengatur pengeluaran uang yang dilakukan selama satu periode. Rasio ini rendah menunjukkan bahwa perusahaan tidak menggunakan diskon pembelian yang ada dan meningkatkan beban pokok penjualan sehingga menyebabkan laba perusahaan berkurang. Sedangkan, jika rasio tinggi menunjukkan perusahaan tidak membayar hutangnya sehingga menyebabkan beban bunga dan hutang yang bertambah menyebabkan laba perusahaan berkurang.

Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah merupakan salah satu sektor dari perusahaan industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Peneliti memilih salah satu sektor dari perusahaan indutsri manufaktur dikarenakan kenaikan indeks sebesar 9% sejak awal tahun hingga Juli 2013. Perusahaan industri manufaktur terdiri dari tiga sektor yaitu; sektor indutsri dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang konsumsi. Penelitian ini menggunakan perusahaan yang terdapat di sektor industri barang konsumsi dikarenakan perusahaan yang bergerak di sektor industri barang konsumsi


(19)

sebanyak 31 emiten memiliki bobot 44% dari pembentukan indeks manufaktur, sementara aneka industri (40 emiten) dan industri dasar (44 emiten) masing-masing 27%. Perusahaan di sektor industri barang konsumsi dibagi atas beberapa sub sektor yaitu; sub sektor makanan dan minuman, sub sektor rokok, sub sektor farmasi, sub sektor kosmetik dan barang keperluan rumah tangga, dan sub sektor peralatan rumah tangga.

Penelitian yang dilakukan Bashar et.al (2014) yang berjudul “Determinants of Profitability in the Pharmaceutical Industry of Bangladesh” yang dimuat dalam jurnal internasional dan penelitian tersebut menjadi acuan replikasi untuk penelitian ini. Penelitian tersebut menguji hubungan antara Selling and General Administrative Expenses / Net Sales Ratio, Average Inventory / Cost of Goods Sold Ratio, Average Account Receivable / Net Sales Ratio, Average Account Payable / Cost of Goods Sold Ratio, Depreciation / Net Sales terhadap Gross Profit Margin. Hasil ini menunjukkan hanya Inventory / Cost of Goods Sold Ratio dan Account Payable / Cost of Goods Sold yang determinan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan farmasi di Bangladesh.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Leahy (2012) yang dimuat dalam American Journal of Health Science dengan judul “The Determinants of Profitability in the Pharmaceutical Industry”. Penelitian dilakukan untuk menguji hubungan Selling and General Administrative Expenses / Net Sales Ratio, Average Inventory / Cost of Goods Sold Ratio, Average Account Receivable / Net Sales Ratio, Average Account Payable / Cost of Goods Sold Ratio, Depreciation / Net Sales terhadap Gross Margin, Operating Margin, Berry Ratio. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada Gross Margin tidak terdapat


(20)

variabel yang mempengaruhi secara determinant terhadap profitabilitas perusahaan. Terhadap variabel dependen Operating Margin hanya Depreciation / Net Sales yang mempengaruhi secara mempengaruhi secara determinant terhadap profitabilitas perusahaan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa hanya Average Inventory / Cost of Goods Sold Ratio yang mempengaruhi secara determinant terhadap profitabilitas perusahaan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Wijaya (2014) yang berjudul “Pengaruh Inventory Turnover Ratio dan Debtors’ Turnover Ratio terhadap Gross Profit Margin: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian tersebut menguji apakah terdapat hubungan antara inventory turnover ratio, dan debtors’ turnover ratio terhadap gross profit margin. Hasil penelitian ini adalah menunjukkan bahwa variabel inventory turnover ratio dan debtors’ turnover ratio secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap gross profit margin pada tingkat signifikansi 95%. Namun secara parsial, hanya variabel debtors’ turnover ratio yang berpengaruh terhadap gross profit margin. Perbedaan antara penelitian yang dilakukan Bashar (2014) dan Leahy (2012) terdapat hasil yang berbeda dimana peneltian yang dilakukan oleh Leahy (2012) tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat variabel independen yang mempengaruhi secara determinant terhadap gross profit margin. Sedangkan peneletian dilakukan oleh Bashar (2014) menunjukkan bahwa Inventory / Cost of Goods Sold Ratio dan Account Payable / Cost of Goods Sold yang determinan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan farmasi di Bangladesh.

Berdasarkan perbedaan antara penelitian terdahulu dan fenomena yang ada, maka penelitian ini dilakukan untuk menelaah kembali pengaruh rasio – rasio


(21)

keuangan (invetory turnover ratio, account payable to cost of goods sold ratio, net working capital to total asset ratio dan debt ratio) terhadap gross profit margin pada perusahaan yang bergerak di sektor industri batang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka perumusan masalah dalam penelitian yaitu, apakah inventory turnover ratio, account payable to cost of goods sold ratio, net working capital to total asset ratio dan debt ratio berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap gross profit margin pada perusahaan yang bergerak di sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh inventory turnover ratio, account payable to cost of goods sold ratio, net working capital to total asset ratio dan debt ratio secara simultan dan parsial terhadap gross profit margin pada perusahaan yang bergerak di sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI.


(22)

1.3.2. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan bermanfaat untuk :

1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan dalam mengetahui pengaruh inventory turnover ratio, account payable to cost of goods sold ratio, net working capital to total asset ratio dan debt ratio secara simultan terhadap gross profit margin.

2. Bagi perusahaan, penelitian di diharapkan agar dijadikan sebagai pertimbangan bagi manejemen perusahaan dalam mengambil keputusan bisnis yang berhubungan dengan rasio keuangan dalam rangka memaksimumkan laba perusahaan untuk masa akan datang.

3. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam membuat keputusan investasi pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi untuk peneltian selanjutnya pada bidang analisi rasio laporan keuangan.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan

PSAK No.1 tahun 2012 menjelaskan bahwa :

Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi.

Kemudian terdapat juga pengertian laporan keuangan menurut Kasmir (2008 : 07) “Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu”. Berdasarkan pengertian PSAK No.1 tahun 2012 dan juga Kasmir bahwa laporan keuangan digunakan untuk memberikan informasi tentang kondisi keuangan perusahaan dan berguna dalam pengambilan keputusan bagi pengguna laporan keuangan pada suatu periode tertentu.

Komponen dalam laporan keuangan lengkap terdiri dari (PSAK No.1 tahun 2012):

a. Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode, b. Laporan laba rugi komprehensif selama periode, c. Laporan perubahan ekuitas selama periode, d. Laporan arus kas selama periode,


(24)

e. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain, dan

f. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut PSAK No.1 (2012) bahwa:

Tujuan laporan keuangan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

2.1.3. Analisis Rasio Keuangan

Fahmi (2006) menyatakan rasio keuangan atau financial ratio sangat penting gunanya untuk melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan . Menurut Raval (2006) dalam penelitian yang dilakukan Bashar dan Islam (2014) “A financial ratio can give a financial analyst and excellent picture of a company’s situation and the trends that are developing.” Analisis rasio adalah membandingkan antara (1) unsur-unsur neraca, (2) unsur-unsur laporan laba-rugi, (3) unsur-unsur neraca dan laporan laba – rugi, serta (4) rasio keuangan emiten yang satu dan rasio keuangan emiten yang lainnya (Samsul, 2006:143). Menurut Harahap (2011 : 297) “Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang


(25)

mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.” Oleh karena itu, rasio keuangan merupakan hal yang penting bagi perusahaan untuk mengukur kinerja perusahaan.

Rasio keuangan menggunakan informasi yang bersumber dari laporan keuangan perusahaan dan membantu dalam menginterpretasikan angka-angka yang terdapat laporan keuangan ke dalam kalimat yang dapat dimengerti mengenai kondisi yang terjadi dalam perusahaan (dalam Wijaya, 2014). Dengan mengipentrasikan angka-angka yang terdapat di dalam laporan keuangan dan membandingkan antara satu rasio dengan rasio lainnya sehingga mendapatkan informasi yang diiginkan dan dapat memberikan pendapat ataupun penilaian. Analisis dengan menggunakan rasio laporan keuangan dapat membantu pemakai laporan keuangan dalam mengambil keputusan yang tepat dan cepat.

Menurut Harahap (2011 : 298) analisis rasio ini memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya. Keunggulan tersebut adalah:

a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dan informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model preediksi (Z-score).


(26)

f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodeik atau “time series”. g. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa

yang akan datang.

2.1.3.1. Jenis – Jenis Rasio Keuangan

Terdapat banyak rasio yang dapat dihitung dengan laporan keuangan. Enekwe, Okwo, dan Ordu (2013 : 107) menyatakan: “The successful selection and use of appropriate financial ratio is one of the key elements of the firm’s financial strategy.” Secara umum rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok:

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Kasmir (2008 : 110) menyatakan bahwa “Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan.” Dengan rasio likuiditas pengguna laporan keuangan dapat melihat apakah perusahaan tersebut likuid atau illikuid, jika likuid berarti perusahaan mampu untuk memenuhi kewajibannya. Sedangkan illikuid berarti perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya.

Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Net Working Capital to Total Asset (NWCTA). NWCTA dapat dirumuskan sebagai berikut:


(27)

Rasio NWCTA menunjukkan jumlah likuiditas jangka pendek yang dimiliki perusahaan pada periode tertentu. Dalam praktiknya menurut Kasmir (2008:251) modal kerja perusahaan dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: modal kerja kotor (gross working capital) dan modal kerja bersih (net working capital). Penelitian ini menggunakan modal kerja bersih. Net working capital merupakan seluruh komponen dalam aktiva lancar dikurangi dengan seluruh total kewajiban lancar. Utang lancar meliputi utang dagang, utang wesel, utang bank jangka pendek, utang gaji, dan utang pajak, dan utang lancar lainnya.

Setiap perusahaan berusaha untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya guna meningkatkan likuiditasnya. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya dan akan menghadapi masalah likuiditas.

Terdapat hubungan yang erat antara penjualan dan modal kerja. Kenaikan pada volume penjualan maka investasi dalam persediaan dan piutang juga akan meningkat, ini berarti akan meningkatkan modal kerja.

Net Working Capital dipergunakan untuk menggambarkan kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancar. Rasio NWCTA yang rendah menunjukkan tingkat likuiditas yang rendah juga. Perusahaan yang sehat memiliki tingkat likuiditas yang tinggi.

2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)

Rasio ini juga berfungsi untuk meggambarkan bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya, apakah lebih banyak menggunakan hutang atau ekuitas. Pada umumnya perusahaan memperoleh pendanaan dari dua sumber yaitu dari modal sendiri dan modal pinjaman. Perusahaan dapat memilih salah satu dari


(28)

sumber tersebut atau kombinasi dari keduanya. Pada dasarnya kedua-duanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Perusahaan harus bisa menyeimbangkan dari kedua sumber dana tersebut agar dapat memaksimalkan kekurangan dan kelebihan masing-masing sumber dana. Menurut Harahap (2011 : 303) rasio ini dapat dibagi menjadi; Rasio Utang atas Modal (Debt to Equity Ratio), Rasio Pelunasan Utang (Debt Service Ratio), dan Rasio Utang atas Aktiva (Debt Ratio).

Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt Ratio. Debt ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rasio ini menunjukkan sejauhmana utang dapat ditutupi oleh aktiva atau juga bisa dibaca berapa bagian utang terhadap total aktiva. Semakin kecil rasio ini maka akan semakin aman (solvable) maka total aktiva juga harus besar. Sebaliknya apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan utang semakin banyak, maka akan semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya (Kasmir 2008 : 156). Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditor. Untuk menilai rasio ini faktor lain yang perlu diperhatikan adalah stabilitas laba perusahaan.


(29)

3. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)

Rasio Aktivitas menunjukkan seberapa efesiensinya perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya nya. Rasio ini juga dapat digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dalam mengukur tingkat efesiensi perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya nya harus disesuaikan dengan ukuran dan jenis perusahaan tersebut. Manajemen harus mengambil atau membuat keputusan dan kebijakan agar perusahaan dalam memaksimalkan tingkat penggunaan sumber daya yang ada.

Rasio aktivitas dapat diklasisifikasikan menjadi total perputaran operasi aset bersih, perputaran piutang (receivable turnover), jumlah hari penjualan dalam persediaan (days’ sales in receivable), perputaran persediaan (inventory turnover), jumlah hari penjualan dalam persediaan (days’ sales in inventory), perputaran modal kerja bersih (net working capital turnover), perputaran aset jangka panjang (fixed asset turnover), dan Average Account Payable / Cost of Goods Sold Ratio (Creditors’ Velocity).

Rasio aktivitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah perputaran persediaan (inventory turnover) dan average account payable / cost of goods sold ratio (creditors velocity):

a. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Rasio ini mengukur tingat efisiensi perusahaan dalam mengelola persediaan barang dagangan. Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005 : 217) bahwa inventory turnover adalah “memberitahu kita seberapa banyak persediaan berputar menjadi piutang melalui penjualan selama tahun terkait”. Persediaan termasuk dalam aset lancar, menurut PSAK 14 Persediaan adalah aset:


(30)

• Yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa

• Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau

• Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

Perusahaan harus bisa dalam mengatur persediaan (inventory control), karena persediaan tidak selalu ada setiap saat. Tidak adanya persediaan perusahaan akan dihadapkan dengan resiko bahwa perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan dapat terhentinya proses produksi dan larinya pelanggan. Sedangkan jika persediaan yang berlebihan akan menyebabkan pengeluaran perusahaan bertambah untuk biaya penyimpan persediaan tersebut, menyebabkan tinggi nya uang yang menganggur dan meningkatnya biaya tenaga kerja. Baik persediaan barang jadi (finished goods), persediaan barang dalam proses (work in process), maupun persediaan bahan mentah (raw material) perusahaan harus mengusahakan agar ketiga persediaan ini tetap dapat digunakan seefisien dan seefektif mungkin.

Rumus untuk menghitung inventory turnover menurut Van Horne dan Wachowicz (2005 : 221):

Semakin tinggi rasio perputaran persediaan menunjukkan perusahaan bekerja secara efisien dan likuid persediaan semakin baik, sedangkan jika rasio inventory turnover rendah menunjukkan terdapat persediaan yang berlebihan, yang berarti apakah persediaan tersebut tidak terjual dengan baik atau ada alasan


(31)

lain . Emekekwue (2005) mengatakan “stock turnover ratio seeks to identify the leght of time that stock is held as inventory before it is converted to cash”.

b. Average Account Payable / Cost of Goods Sold Ratio (Creditors’ Velicoty) Liabilitas atau utang menurut PSAK per 1 Juni 2012 adalah utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. Liabilitas dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu; liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang. Perbedaan antara kedua jenis liabilitas tersebut adalah pada jangka waktunya. Jatuh tempo untuk liabilitas jangka pendek adalah dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan dan sebaliknya jatuh tempo liabilitas jangka panjang adalah adalah lebih dari dua belas bulan setelah periode pelaporan.

Okwuosa (2005) dalam Enekwe (2013) mengatakan bahwa creditor’s velocity juga bisa disebut dengan creditor’s turnover. Rasio ini menunjukkan hubungan antara rata-rata utang usaha dengan harga pokok penjualan. Leahy (2012:38) mengatakan “bahwa rasio ini digunakan untuk menunjukkan efek pinjaman terhadap profitabilitas perusahaan”. Rasio ini juga mengukur bagaimana kemampuan perusahaan dalam menegosiasi aturan dalam pembelian. Hasil rasio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tidak menggunakan keuntungan yang diberikan dalam hal fasilitas kredit yang akan berdampak terhadap kerugian terhadap laba perusahaan yang disebabkan oleh bunga dari kredit yang dipinjam serta menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu untuk membayar kewajibannya. Sedangkan jika hasil rasio ini rendah menunjukkan bahwa


(32)

perusahaan tidak menggunakan diskon pembelian yang ada dan akan meningkatkan beban pokok penjualan dan akan mengurangi laba perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus mengatur agar rasio ini tidak boleh terlalu tinggi maupun terlalu rendah karena akan berdampak terhadap laba perusahaan. Rumus dari Creditor’s Velocity adalah:

4. Rasio Profitabilitas

Rasio Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Menurut Mary et.al (2012) dalam Bashar (2014) mengatakan bahwa rasio profitabilitas merupakan patokan dalam mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Manfaat yang diberikan oleh rasio profitabilitas juga dapat membantu perusahaan untuk mengukur tingkat efektvitas manajemen suatu perusahaan. Perusahaan yang sehat adalah perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi. Kondisi perusahaan yang tidak ber-laba, akan membuat perusahaan sulit untuk melakukan kegiatan operasinya baik sehari-hari maupun untuk perkembangan, serta akan sulit untuk memperoleh pinjaman dari kreditor maupun investasi dari luar.

Rasio profitabilitas dapat diklasifikasikan menjadi margin laba kotor (gross profit margin), margin laba bersih (net profit margin), return on investment, dan return on net work.

Rasio profitabilitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah margin laba kotor (gross profit margin).


(33)

Syahyunan (2013 : 94) menjelaskan bawah “gross profit margin digunakan untuk mengukur efesiensi pengendalian harga pokok (biaya produksi), mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005 : 222) dalam Wjiaya (2014) “memberitahu kita laba dari perusahaan yang berhubungan dengan penjualan, setelah kita mengurangi biaya untuk memproduksi barang yang dijual”. Rumus untuk menghitung gross profit margin adalah:

2.1.4. Gross Profit Margin

Menurut Bashar (2014 : 59) mengatakan “Gross Profit Margin is what is left after the costs of goods sold have been subtracted from net sales.” Gross profit margin merupakan hubungan antara laba kotor terhadap total penjualan. Laba kotor dapat dihitung dengan rumus total penjualan dikurangi dengan harga pokok penjualan.

Margin laba kotor berbeda dengan laba kotor, jika margin laba kotor adalah rasio antara laba kotor terhadap penjualan. Maka laba kotor merupakan laba yang diperoleh sebelum dikurangi biaya-biaya yang menjadi beban perusahaan. Adapun laba kotor merupakan laba yang pertama kali diperoleh oleh perusahaan. Faktor – faktor yang menentukan besarnya laba kotor adalah:

1. Faktor penjualan, ditentukan oleh besarnya: a. Harga jual

b. Jumlah barang yang dijual


(34)

a. Harga pokok rata - rata b. Jumlah barang yang dijual

Engel (1996) dalam Bashar (2014) mengatakan bahwa rasio gross profit margin merupakan alat ukur yang penting bagi perusahaan, karena rasio tersebut melihat pada arus kas masuk dan arus kas keluar yang utama dalam perusahaan. Rasio gross profit margin yang rendah menunjukkan bahwa laba perusahaan rendah yang disebabkan oleh harga pokok penjualan yang cukup tinggi dibandingkan dengan penjualannya. Sebaliknya, jika rasio margin laba kotor semakin tinggi maka penjualan relatif lebih tinggi dibanding harga pokok penjualan. Laba kotor yang tinggi juga menunjukkan bahwa perusahaan mampu untuk menutup biaya administrasi dan biaya penjualan, sehingga perusahaan akan dinilai baik dan akan meningkatkan daya tarik baik investor maupun kreditor untuk menanamkan modal maupun meminjamkan dana. Analisis margin laba kotor sering digunakan dalam perencanaan keuangan atau penganggaran, namun teknik ini juga dapat digunakan dalam analisis laporan keuangan.

2.2. Hubungan antara Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat 2.2.1. Hubungan Inventory Turnover Ratio terhadap Gross Profit Margin

Inventory Turnover Ratio merupakan salah satu rasio aktivitas. Menurut (Subramanyam 2012 : 43) menjelaskan bahwa dalam melakukan analisis profitabilitas rasio yang paling baik digunakan adalah pemanfaatan aset (asset utilization) atau juga disebut perputaran (turnover).


(35)

Rasio inventory turnover yang tinggi menandakan perputaran persediaan yang besar, yang berarti penjualan persediaan yang cepat terjadi dimana barang persediaan yang dimiliki perusahaan tidak tersimpan lama di gudang sejak dibeli atau diproduksi sampai persediaan tersebut terjual. Jika penjualan meningkat maka akan meningkatkan laba perusahaan juga. Jika laba perusahaan meningkat maka rasio gross profit margin juga meningkat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bashar (2014) menunjukkan bahwa inventory turnover ratio memiliki pengaruh terhadap gross profit margin. Hal tersebut sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Enekwe et.al (2013) yang menunjukkan bahwa hubungan yang signifkan terhadap gross profit margin. Berdasarkan pemikiran – pemikiran tersebut, dapat diturunkan hipotesis yaitu: Inventory turnover ratio berpengaruh signifikan terhadap gross profit margin.

2.2.2. Hubungan Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio terhadap Gross Profit Margin

Account payable to cost of goods sold ratio adalah salah satu rasio aktivitas. Rasio aktivitas menunjukkan seberapa efesiensinya perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya nya. Rasio ini menunjukkan hubungan antara rata-rata utang usaha dengan harga pokok penjualan.

Semakin besar account payable to cost of goods sold ratio maka menunjukkan bahwa tingkat utang yang tinggi yang akan menyebabkan laba perusahaan turun karena perusahaan tidak mampu membayar kewajiban tersebut serta beban bunga yang disebabkan kewajiban yang belum dibayar. Jika laba perusahaan turun maka rasio gross profit margin juga rendah. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bashar (2014) menunjukkan bahwa


(36)

account payable to cost of goods sold ratio memiliki pengaruh terhadap gross profit margin. Berdasarkan pemikiran – pemikiran tersebut, dapat diturunkan hipotesis yaitu: Account payable to cost of goods sold ratio berpengaruh signifikan terhadap gross profit margin.

2.2.3. Hubungan Net Working Capital to Total Asset Ratio terhadap Gross Profit Margin

Net working capital to total asset ratio merupakan salah satu dari rasio likuiditas. Kasmir (2008 : 110) menyatakan bahwa “Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan.”

Rasio net working capital to total asset yang tinggi menunjukkan net working capital yang tinggi. Net working capital merupakan selisih antara aset lancar dengan hutang lancar. Berarti modal kerja yang lancar menunjukkan bahwa kegiatan operasional perusahaan berjalan dengan lancar dan juga menunjukkan perusahaan mampu membayar hutang-hutangnya, dengan demikian pendapatan yang diperoleh juga meningkat. Jika pendapatan perusahaan meningkat secara tidak langsung laba juga meningkat maka rasio gross profit margin juga meningkat. Berdasarkan pemikiran – pemikiran tersebut, dapat diturunkan hipotesis yaitu: net working capital to total asset ratio berpengaruh signifikan terhadap gross profit margin.

2.2.4. Hubungan Debt Ratio terhadap Gross Profit Margin

Debt ratio merupakan salah satu rasio solvabilitas (leverage). Rasio ini menunjukkan sejauhmana utang dapat ditutupi oleh aktiva atau juga bisa dibaca berapa bagian utang terhadap total aktiva.


(37)

Semakin rendah debt ratio menunjukkan tingkat hutang yang rendah juga, berarti meunjukkan perusahaan mampu membayar hutang-hutangnya sehingga pendapatan perusahaan juga meningkat. Sedangkan jika debt ratio tinggi menunjukkan pendanaan dengan kewajiban semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dan membuat perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan operasionalnya dengan baik dan akan mengurangi laba. Jika laba perusahaan turun maka rasio gross profit margin juga rendah. Menurut penelitian yang dilakukan Arowoshegbe dan Idialu (2013 : 99) bahwa debt ratio mempengaruhi secara simultan terhadap operating profit margin dan net profit margin. Berdasarkan pemikiran – pemikiran tersebut, dapat diturunkan hipotesis yaitu:debt ratioberpengaruh signifikan terhadap gross profit margin.

2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya antara lain :

1. Penelitian Bashar dan Islam (2013), dengan penelitian yang berjudul ”Determinants of Profitability in the Pharmaceutical Industry of Bangladesh”. Data yang digunakan bersumber dari laporan keuangan tahunan 5 perusahaan farmasi yang dipilih untuk periode 5 tahun yaitu mulai tahun 2008 sampai 2012. Variabel bebas yang digunakan adalah Selling and General Administrative Expenses / Net Sales Ratio, Average Inventory / Cost of Goods Sold Ratio, Average Account Receivable / Net Sales Ratio, Average Account Payable / Cost of Goods Sold Ratio, Depreciation / Net Sales. Sedangkan profitabilitas diwakili oleh Gross Profit Margin. Hasil penelitian menunjukkan hanya Inventory / Cost of


(38)

Goods Sold Ratio dan Account Payable / Cost of Goods Sold yang determinan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan farmasi di Bangladesh.

2. Penelitian Leahy dan Taft (2012), dengan judul penelitian”The Determinants of Profitability in The Pharmaceutical Industry”. Sampel yang digunakan 21 perusahaan farmasi di Amerika pada tahun 2001 yang memiliki kode SIC (Standard Industrial Classification) 2834 yang menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki laba bersih lebih besar dari 50 juta US Dollar. Variabel bebas yang digunakan adalah Selling and General Administrative Expenses / Net Sales Ratio, Average Inventory / Cost of Goods Sold Ratio, Average Account Receivable / Net Sales Ratio, Average Account Payable / Cost of Goods Sold Ratio, Depreciation / Net Sales. Sedangkan profitabilitas diwakili oleh Gross Margin, Operating Margin, dan Berry Ratio. Hasil penelitian menunjukkan pada Gross Profit Margin tidak terdapat variabel bebas yang mempengaruhi secara determinan terhadap profitabilitas perusahaan. Pada Operating Margin hanya Depreciation / Net Sales yang mempengaruhi secara signifikan positif determinan. Sedangkan pada Berry Ratio hanya Average Inventory / Cost of Goods Sold Ratio yang mempengaruhi secara signifikan positif determinan. 3. Penelitian Enekwe, Okwo dan Ordu (2013), dengan penelitian yang

berjudul”Financial Ratio Analysis as a Determinant of Profitability in Nigerian Pharmaceutical Industry”. Data yang digunakan bersumber dari laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) tahunan 5 perusahaan farmasi yang dipilih untuk periode 11 tahun yaitu mulai tahun 2001 sampai


(39)

2011. Variabel bebas yang digunakan adalah Inventory Turnover Ratio, Debtors’ Turnover Ratio, Creditors’ Velocity Ratio, dan Total Asset Turnover Ratio. Sedangkan profitabilitas diwakili oleh Gross Profit Margin. Hasil penelitian secara simultan menunjukkan hubungan negatif antara semua variabel bebas dengan profitabilitas. Secara parsial, hanya variabel inventory turnover ratio yang memiliki hubungan signifikan terhadap profitabilitas.

4. Penelitian Wijaya (2014), dengan judul penelitian ”Pengaruh Inventory Turnover Ratio dan Debtors’ Turnover Ratio Terhadap Gross Profit Margin: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Sampel yang digunakan 13 perusahaan maunfaktur yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) selama tahun 2009 - 2012. Variabel bebas yang digunakan adalah Inventory Turnover Ratio (ITR) dan Debtors’ Turnover Ratio (DTR) dengan variabel dependennya Gross Profit Margin (GPM). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel ITR dan DTR secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap GPM pada tingkat signifikansi 95%. Namun secara parsial, hanya variabel DTR yang berpengaruh terhadap GPM

5. Penelitian Meriewaty dan Setyani (2005), dengan penelitian yang berjudul “Analisis Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Kinerja pada Perusahaan di Industri Food and Beverages yang Terdaftar di BEJ.” Variabel penelitiannya adalah current ratio, quick ratio, working capital to total assets, total debt to equity ratio, total debt to total capital assets, long term debt to equity ratio, total assets turnover, inventory turnover, average day’s


(40)

inventory, working capital turnover, gross profit margin, net profit margin, return on investment, dan return on equity terhadap earning after tax dan operating profit . Periode penelitian adalah tahun 1999 – 2003 pada perusahaan industri food and beverages yang terdaftar di BEJ. Hasilnya menunjukkan bahwa rasio total debt to total capital assets, total assets turnover, dan return on investment berpengaruh signifikan terhadap perubahan kinerja (untuk earning after tax). Sedangkan rasio keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan kinerja (untuk operating profit) adalah current ratio.

6. Penelitian Arowoshegbe dan Idialu (2013), dengan penelitian yang berjudul “Capital Structure and Profitability of Quoted Companies in Nigeria.” Variabel independen yang digunakan adalah debt ratio, total asset turnover ratio, current ratio, age, size, dan capital intensity terhadap net profit margin dan operating profit margin. Data yang digunakan bersumber dari laporan keuangan tahunan 60 perusahaan non keuangan di Nigeria yang dipilih untuk periode 15 tahun yaitu mulai tahun 1996 sampai 2010. Hasil penelitian menunjukkanbahwa operating profit margin memiliki hubungan yang signifikan terhadap enam variabel independen secara simultan. Sedangkan net profit margin memiliki hubungan yang signifikan terhadap enam variabel independen secara simultan, serta terdapat hubungan negatif yang signifikan antara profitabilitas dan struktur modal.


(41)

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Tedahulu

Nama Judul Variabel yang digunakan

Metode

Analisis Hasil Penelitian Bashar dan Islam (2013) Determinants of Profitability in the Pharmaceutica l Industry of Bangladesh

Selling and General Administrative Expenses / Net Sales Ratio, Average Inventory / Cost of Goods Sold Ratio, Average Account Receivable / Net Sales Ratio, Average Account Payable / Cost of Goods Sold Ratio,

Depreciation / Net Sales, dan Gross Profit Margin Analisis Regresi Linear Berganda dan model koefisien Pearson.

Inventory / Cost of Goods Sold Ratio dan Average Account Payable / Cost of Goods Sold Ratio memiliki determinan yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan farmasi di Bangladesh. Leahy dan Taft (2012) The Determinants of Profitability in The Pharmaceutica l Industry Selling and General Administrative Expenses / Net Sales Ratio, Average Inventory / Cost of Goods Sold Ratio, Average Account Receivable / Net Sales Ratio, Average Account Payable / Cost of Goods Sold Ratio, Depreciation / Regresi Linear Berganda Pada Gross Margin tidak terdapat variabel independen yang mempengaruhi secara determinant terhadap profitabilitas perusahaan. Pada Operating Margin hanya Depreciation/ Sales yang mempengaruhi secara positif signifikan


(42)

Net Sales. Gross Profit Margin, Operating Margin, Gross Margin, Operating Margin, dan Berry Ratio. determinant. Pada Berry Ratio hanya Average

Inventory / Cost of Goods Sold Ratio yang mempengaruhi secara positif signifikan determinant. Enekwe, Okwo dan Ordu (2013) Financial Ratio Analysis as a Determinant of Profitability in Nigerian Pharmaceutica l Industry Inventory turnover ratio, debtors’ turnover ratio, creditors’ velocity ratio, total asset turnover ratio, dan gross profit margin Regresi Linear Berganda Secara simultan menunjukkan hubungan negatif antara semua variabel bebas dengan profitabilitas dan secara parsial, hanya variabel inventory turnover ratio yang memiliki hubungan signifikan terhadap profitabilitas.


(43)

Wijaya (2014) Pengaruh Inventory Turnover Ratio Dan Debtors’ Turnover Ratio Terhadap Gross Profit Margin: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Inventory Turnover Ratio (ITR) dan Debtors’ Turnover Ratio (DTR), dan Gross Profit Margin (GPM) Regresi Linear Berganda

ITR dan DTR secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap GPM pada tingkat signifikansi 95%. Namun secara parsial, hanya variabel DTR yang berpengaruh terhadap GPM Meriewaty dan Setyani (2005) Analisis Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Kinerja pada Perusahaan di Industri Food and Beverages yang Terdaftar di BEJ Current ratio, quick ratio, working capital to total assets, total debt to equity ratio, total debt to total capital assets, long term debt to equity ratio, total assets turnover, inventory turnover, average day’s inventory, working capital turnover, gross profit margin, net profit margin, return on investment, return on equity. Earning after tax dan operating profit Regresi Linear Berganda Pada earning after tax; total debt to total capital assets, total assets turnover, dan return on investment berpengaruh signifikan terhadap perubahan kinerja. Pada operating profit hanya current ratio yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan kinerja.


(44)

Arowoshe gbe dan Idialu (2013) Capital Structure and Profitability of Quoted Companies in Nigeria Debt ratio, total asset turnover ratio, current ratio, age, size, dan capital intensity. Net profit margin dan operating profit margin Regresi Linear Berganda Operating profit margin memiliki hubungan yang signifikan terhadap enam variabel independen secara simultan. Net profit margin memiliki hubungan yang signifikan terhadap enam variabel independen secara simultan. Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara profitabilitas dan struktur modal.

Sumber : Data diolah peneliti, 2014

2.4. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual digunakan untuk memahami hubungan antara teori dan berbagai faktor yang diidentifikasi sebagai hal yang penting sehingga dapat menjelaskan hubungan antara teori dengan variabel yang akan diteliti.

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working


(45)

Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Gross Profit Margin (GPM).

Iventory Turnover Ratio digunakan untuk mengukur tingat efisiensi perusahaan dalam mengelola persediaan barang dagangan. Jika perputaran persediaan perusahaan meningkat maka dapat dikatakan bahwa persediaan perusahaan laku terjual dan berdampak pada meningkatnya penjualan. Penjualan yang dilakukan akan memberikan laba bagi perusahaan. Dengan demikian dapat diasumsikan jika Iventory Turnover Ratio menunjukkan angka yang tinggi, maka penjualan perusahaan akan menunjukkan angka yang tinggi pula. Penjualan yang tinggi tersebut akan menyebabkan Gross Profit Margin perusahaan mencapai titik yang tinggi.

Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio menunjukkan bahwa tingkat utang yang tinggi yang akan menyebabkan laba perusahaan turun karena perusahaan tidak mampu membayar kewajiban tersebut serta beban bunga yang disebabkan kewajiban yang belum dibayar. Jika laba perusahaan turun maka Gross Profit Margin juga rendah.

Net Working Capital to Total Asset Ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar terhadap jumlah aktiva. Jika rasio NWCTA ini tinggi disebabkan oleh Net Working Capital yang tinggi. Jika Net Working Capital tinggi berarti menunjukkan bahwa kegiatan operasional perusahaan berjalan dengan lancar dan juga menunjukkan perusahaan mampu membayar hutang-hutangnya, dengan demikian pendapatan yang diperoleh juga meningkat. Jika pendapatan perusahaan meningkat secara tidak langsung laba juga meningkat maka Gross Profit Margin juga meningkat.


(46)

Debt Ratio menunjukkan sejauhmana utang dapat ditutupi oleh aktiva atau juga bisa dibaca berapa bagian utang terhadap total aktiva. Debt Ratio yang kecil menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dalam keadaan sehat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seiring dengan Debt Ratio yang kecil maka Gross Profit Margin juga meningkat.

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan teoritis yang telah diuraikan di atas, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.5. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka hipotesis penelitian ini adalah; inventory turnover ratio, account payable to cost of goods sold ratio, net working capital to total asset ratio dan debt ratio berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap gross profit margin pada perusahaan yang bergerak di sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI.

Inventory Turnover Ratio (X1) Account Payable to Cost of

Goods Sold Ratio (X2) Net Working Capital to Total

Asset Ratio (X3) Debt Ratio (X4)

Gross Profit Margin


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal. Cooper dan Emory (1996:136) dalam Wijaya menyatakan bahwa penelitian asosiatif kausal adalah “penelitian yang berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi, atau’bertanggung jawab atas’ perubahan-perubahan dalam variabel lainnya.”

3.2. Batasan Operasional

Batasan-batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

a. Perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang secara konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010 – 2013.

b. Perusahaan yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di sektor industri barang konsumsi yang menyediakan informasi mengenai variabel-variabel yang akan diteliti selama periode 2010 – 2013 pada ringkasan kinerjanya yang diunduh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitpada saat penelitian ini dilakukan.

c. Rasio-rasio keuangan yang digunakan terbatas pada adalah inventory turnover ratio, account payable to cost of goods sold ratio, net working capital to total asset ratio, debt ratio, dan gross profit margin.


(48)

d. Dalam penelitian ini diasumsikan faktor-faktor lain (faktor makro) dianggap cateris paribus.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur dengan skala numerik (Kuncoro, 2003). Serta penelitian ini menggunakan jenis data sekunder. Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan setiap perusahaan dari tahun 2010 -2013. Sumber yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan sampel ang didapatkan melalui website Bursa Efek Indonesia (BEI)

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sarjono (2013:21) populasi adalah “seluruh karakteristik yang menjadi objek penelitian, di mana karakteristik tersebut berkaitan dengan seluruh kelompok orang, peristiwa, atau benda yang menjadi pusat perhatian bagi peneliti”. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) yang terdiri dari 38 perusahaan. Periode pengamatan dalam penelitian adalah 2010 – 2013.


(49)

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No. Kode

Emiten Nama Perusahaan

Kriteria

Sampel 1 2 3

1 ADES PT. Akasha Wira International Tbk √ √ √ Sampel 1 2 AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk √ √ √ Sampel 2 3 AQUA PT. Aqua Golden Mississippi Tbk X X X - 4 CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk √ √ √ Sampel 3

5 DAVO PT. Davomas Abadi Tbk √ X X -

6 DLTA PT. Delta Djakarta Tbk √ √ √ Sampel 4

7 ICBP PT. Indofood CBP Sukes Makmur

Tbk √ √ √ Sampel 5

8 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk √ √ √ Sampel 6 9 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ √ Sampel 7

10 MYOR PT. Mayora Indah Tbk √ √ √ Sampel 8

11 PSDN PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk √ X √ -

12 ROTI PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk √ √ √ Sampel 9

13 SKBM PT. Sekar Bumi Tbk X √ √ -

14 SKLT PT. Sekar Laut Tbk √ √ √ Sampel 10

15 STTP PT. Siantar Top Tbk √ √ √ Sampel 11

16 ULTJ PT. Ultra Jaya Milk Tbk √ √ √ Sampel 12

17 ALTO PT. Tri Banyan Tirta Tbk X X √ -

18 GGRM PT. Gudang Garam Tbk √ √ √ Sampel 13

19 HMSP PT. HM Sampoerna Tbk √ √ √ Sampel 14

20 RMBA PT. Bentoel Internasional Investama

Tbk √ √ X -

21 WIIM PT. Wismilak Inti Makmur Tbk X X √ -

22 DVLA PT. Darya Varia Laboratoria Tbk √ √ √ Sampel 15

23 INAF PT. Indofarma (Persero) Tbk √ √ X -

24 KAEF PT. Kimia Farma Tbk √ √ √ Sampel 16

25 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk √ √ √ Sampel 17

26 MERK PT. Merck Tbk √ √ √ Sampel 18

27 PYFA PT. Pyridam Farma Tbk √ √ √ Sampel 19

28 SCPI PT. Schering Plough Indonesia Tbk √ √ X - 29 SIDO PT. Industri Jamu & Farmasi Sido

Muncul Tbk X X √ -

30 SQBB PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia

Tbk √ X √ -

31 TSPC PT. Tempo Scan Pacific Tbk √ √ √ Sampel 20


(50)

Sarjono (2011:21) menyatakan sampel adalah bagian dari populasi yang dipercaya dapat mewakili karakteristik populasi secara keseluruhan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive sampling yaitu mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Perusahaan go public sektor industri bidang konsumsi yang terdaftar di BEI secara berturut-turut pada periode 2010-2013, dan tidak sedang berada pada proses delisting pada periode tersebut;

2. Perusahaan – perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi tersebut memiliki laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen yang telah dipublikasikan secara lengkap berturut-turut selama periode penelitian.

3. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama periode pengamatan.

Berdasarkan kriteria yang diuraikan di atas, maka diperoleh 24 sampel yang diperlihatkan dalam tabel di bawah ini:

No. Kode

Emiten Nama Perusahaan

Kriteria

Sampel 1 2 3

33 MRAT PT. Mustika Ratu Tbk √ √ X -

34 TCID PT. Mandom Indonesia Tbk √ √ √ Sampel 21 35 UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk √ √ √ Sampel 22 36 KDSI PT. Kedawung Setia Industrial Tbk √ √ √ Sampel 23 37 KICI PT. Kedaung Indah Can Tbk √ √ √ Sampel 24 38 LMPI PT. Langgeng Makmur Industri Tbk √ √ X -


(51)

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

No. Kode Emiten Nama Perusahaan

1 ADES PT. Akasha Wira International Tbk 2 AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 3 CEKA PT. Cahaya Kalbar Tbk

4 DLTA PT. Delta Djakarta Tbk

5 ICBP PT. Indofood CBP Sukes Makmur Tbk 6 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 7 MLBI PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 8 MYOR PT. Mayora Indah Tbk

9 ROTI PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk 10 SKLT PT. Sekar Laut Tbk

11 STTP PT. Siantar Top Tbk 12 ULTJ PT. Ultra Jaya Milk Tbk 13 GGRM PT. Gudang Garam Tbk 14 HMSP PT. HM Sampoerna Tbk

15 DVLA PT. Darya Varia Laboratoria Tbk 16 KAEF PT. Kimia Farma Tbk

17 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk

18 MERK PT. Merck Tbk

19 PYFA PT. Pyridam Farma Tbk 20 TSPC PT. Tempo Scan Pacific Tbk 21 TCID PT. Mandom Indonesia Tbk 22 UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk

23 KDSI PT. Kedawung Setia Industrial Tbk 24 KICI PT. Kedaung Indah Can Tbk

3.5. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode dokumentasi dengan cara mengumpulkan data sekunder berupa catatan-catatan, laporan keuangan maupun informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Kemudian pengumpulan data dilanjutkan dengan cara mengunduh ringkasan kinerja dari situs


(52)

3.6. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.6.1. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Inventory Turnover Ratio

Inventory turnover menurut Van Horne dan Wachowicz (2005 : 217) adalah “memberitahu kita seberapa banyak persediaan berputar menjadi piutang melalui penjualan selama tahun terkait”. Rumus untuk menghitung inventory turnover menurut Van Horne dan Wachowicz (2005 : 221):

2. Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio

Rasio ini menunjukkan hubungan antara rata-rata utang usaha dengan harga pokok penjualan. Leahy (2012:38) mengatakan “bahwa rasio ini digunakan untu menunjukkan efek pinjaman terhadap profitabilitas perusahaan”. Rasio ini juga bisa disebut dengan creditor’s velocity. Creditor’s velocity dapat dirumuskan:

3. Net Working Capital to Total Asset Ratio

Rasio NWCTA menunjukkan jumlah likuiditas jangka pendek yang dimiliki perusahaan pada periode tertentu. NWCTA dapat dirumuskan sebagai berikut:


(53)

4. Debt Ratio

Debt Ratio menunjukkan sejauhmana utang dapat ditutupi oleh aktiva atau juga bisa dibaca berapa bagian utang terhadap total aktiva, atau dapat dikatakan bahwa debt ratio adalah perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Debt ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:

3.6.2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah gross profit margin. Gross profit margin merupakan hubungan antara laba kotor terhadap total penjualan. Laba kotor dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Tabel 3.3

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel X/

Y Variabel Definisi Rumus Skala

X1

Inventory Turnover

Ratio

Inventory Turnover Ratio menunjukkan berapa cepat

perputaran persediaan dalam siklus produksi normal


(54)

X2 Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio Menunjukkan

hubungan antara rata-rata utang usaha dengan harga pokok penjualan. Rasio X3 Net Working Capital to Total Asset Ratio Menunjukkan jumlah likuiditas jangka pendek terhadap total aset yang dimiliki perusahaan pada periode tertentu

Rasio

X4 Debt Ratio

Perbandingan antara total hutang dengan total aktiva yang mencerminkan struktur modal perusahaan. Rasio Y Gross Profit Margin

Gross Profit Margin yaitu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba kotor

Rasio

3.7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah metode analisis statistik, yaitu model analisis regresi berganda. Dalam melakukan analisis data peneliti menggunakan program SPSS (Statistical Package Social Science) versi 22.00. Peneliti melakukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan hipotesis


(55)

3.8. Uji Asumsi Klasik

Model analisis regresi berganda disebut sebagai model yang baik jika memenuhi asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

3.8.1. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2006) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal adalah dengan melakukan uji Kolmogrov-Smirnov terhadap nilai signifikansi atau probabilitas > 0.05, menunjukkan data terdistribusi dengan normal. Sedngkan bila nilai signifiknasi atau probabilitas < 0.05 maka data tidak terdistribusi normal. Uji normalitas juga dapat dilakukan dengan melakukan analisis grafik histogram dan normal probability plot. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas menurut Ghozali (2006) sebagai berikut:

a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas dan

b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan / atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.


(56)

3.8.2. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen), Ghozali (2006). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Menurut Sarjono (2011) salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas dapat dlihat dari nilai VIF (variance – infliating factor), dasar dalam mengambil keputusan adalah:

a. Jika nilai VIF <10 maka tidak terjadi gejala multikolonieritas di antara variabel bebas,

b. Jika nilai VIF >10 maka terjadi gejala multikolonieritas di antara variabel bebas.

3.8.3. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2006) “uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain”. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel independen. Menurut Ghozali (2006) dasar analisis untuk menentukan ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.


(1)

LAMPIRAN IV

Tabel t dan Tabel F

Tabel t

d.f. TINGKAT SIGNIFIKANSI

satu sisi 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001 dua sisi 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002

1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052 63.65674 318.30884 2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712 3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070 5.84091 10.21453 4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318 5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343 6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763 7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529 8 0.70639 1.39682 1.85955 2.30600 2.89646 3.35539 4.50079 9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681 10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.14370 11 0.69745 1.36343 1.79588 2.20099 2.71808 3.10581 4.02470 12 0.69548 1.35622 1.78229 2.17881 2.68100 3.05454 3.92963 13 0.69383 1.35017 1.77093 2.16037 2.65031 3.01228 3.85198 14 0.69242 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 3.78739 15 0.69120 1.34061 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 3.73283 16 0.69013 1.33676 1.74588 2.11991 2.58349 2.92078 3.68615 17 0.68920 1.33338 1.73961 2.10982 2.56693 2.89823 3.64577 18 0.68836 1.33039 1.73406 2.10092 2.55238 2.87844 3.61048 19 0.68762 1.32773 1.72913 2.09302 2.53948 2.86093 3.57940 20 0.68695 1.32534 1.72472 2.08596 2.52798 2.84534 3.55181 21 0.68635 1.32319 1.72074 2.07961 2.51765 2.83136 3.52715 22 0.68581 1.32124 1.71714 2.07387 2.50832 2.81876 3.50499 23 0.68531 1.31946 1.71387 2.06866 2.49987 2.80734 3.48496 24 0.68485 1.31784 1.71088 2.06390 2.49216 2.79694 3.46678 25 0.68443 1.31635 1.70814 2.05954 2.48511 2.78744 3.45019 26 0.68404 1.31497 1.70562 2.05553 2.47863 2.77871 3.43500 27 0.68368 1.31370 1.70329 2.05183 2.47266 2.77068 3.42103 28 0.68335 1.31253 1.70113 2.04841 2.46714 2.76326 3.40816 29 0.68304 1.31143 1.69913 2.04523 2.46202 2.75639 3.39624 30 0.68276 1.31042 1.69726 2.04227 2.45726 2.75000 3.38518 31 0.68249 1.30946 1.69552 2.03951 2.45282 2.74404 3.37490 32 0.68223 1.30857 1.69389 2.03693 2.44868 2.73848 3.36531 33 0.68200 1.30774 1.69236 2.03452 2.44479 2.73328 3.35634 34 0.68177 1.30695 1.69092 2.03224 2.44115 2.72839 3.34793


(2)

d.f. TINGKAT SIGNIFIKANSI

satu sisi 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001 dua sisi 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002 35 0.68156 1.30621 1.68957 2.03011 2.43772 2.72381 3.34005 36 0.68137 1.30551 1.68830 2.02809 2.43449 2.71948 3.33262 37 0.68118 1.30485 1.68709 2.02619 2.43145 2.71541 3.32563 38 0.68100 1.30423 1.68595 2.02439 2.42857 2.71156 3.31903 39 0.68083 1.30364 1.68488 2.02269 2.42584 2.70791 3.31279 40 0.68067 1.30308 1.68385 2.02108 2.42326 2.70446 3.30688 41 0.68052 1.30254 1.68288 2.01954 2.42080 2.70118 3.30127 42 0.68038 1.30204 1.68195 2.01808 2.41847 2.69807 3.29595 43 0.68024 1.30155 1.68107 2.01669 2.41625 2.69510 3.29089 44 0.68011 1.30109 1.68023 2.01537 2.41413 2.69228 3.28607 45 0.67998 1.30065 1.67943 2.01410 2.41212 2.68959 3.28148 46 0.67986 1.30023 1.67866 2.01290 2.41019 2.68701 3.27710 47 0.67975 1.29982 1.67793 2.01174 2.40835 2.68456 3.27291 48 0.67964 1.29944 1.67722 2.01063 2.40658 2.68220 3.26891 49 0.67953 1.29907 1.67655 2.00958 2.40489 2.67995 3.26508 50 0.67943 1.29871 1.67591 2.00856 2.40327 2.67779 3.26141 51 0.67933 1.29837 1.67528 2.00758 2.40172 2.67572 3.25789 52 0.67924 1.29805 1.67469 2.00665 2.40022 2.67373 3.25451 53 0.67915 1.29773 1.67412 2.00575 2.39879 2.67182 3.25127 54 0.67906 1.29743 1.67356 2.00488 2.39741 2.66998 3.24815 55 0.67898 1.29713 1.67303 2.00404 2.39608 2.66822 3.24515 56 0.67890 1.29685 1.67252 2.00324 2.39480 2.66651 3.24226 57 0.67882 1.29658 1.67203 2.00247 2.39357 2.66487 3.23948 58 0.67874 1.29632 1.67155 2.00172 2.39238 2.66329 3.23680 59 0.67867 1.29607 1.67109 2.00100 2.39123 2.66176 3.23421 60 0.67860 1.29582 1.67065 2.00030 2.39012 2.66028 3.23171 61 0.67853 1.29558 1.67022 1.99962 2.38905 2.65886 3.22930 62 0.67847 1.29536 1.66980 1.99897 2.38801 2.65748 3.22696 63 0.67840 1.29513 1.66940 1.99834 2.38701 2.65615 3.22471 64 0.67834 1.29492 1.66901 1.99773 2.38604 2.65485 3.22253 65 0.67828 1.29471 1.66864 1.99714 2.38510 2.65360 3.22041 66 0.67823 1.29451 1.66827 1.99656 2.38419 2.65239 3.21837 67 0.67817 1.29432 1.66792 1.99601 2.38330 2.65122 3.21639 68 0.67811 1.29413 1.66757 1.99547 2.38245 2.65008 3.21446 69 0.67806 1.29394 1.66724 1.99495 2.38161 2.64898 3.21260 70 0.67801 1.29376 1.66691 1.99444 2.38081 2.64790 3.21079 71 0.67796 1.29359 1.66660 1.99394 2.38002 2.64686 3.20903 72 0.67791 1.29342 1.66629 1.99346 2.37926 2.64585 3.20733 73 0.67787 1.29326 1.66600 1.99300 2.37852 2.64487 3.20567


(3)

d.f. TINGKAT SIGNIFIKANSI

satu sisi 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001 dua sisi 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002 74 0.67782 1.29310 1.66571 1.99254 2.37780 2.64391 3.20406 75 0.67778 1.29294 1.66543 1.99210 2.37710 2.64298 3.20249 76 0.67773 1.29279 1.66515 1.99167 2.37642 2.64208 3.20096 77 0.67769 1.29264 1.66488 1.99125 2.37576 2.64120 3.19948 78 0.67765 1.29250 1.66462 1.99085 2.37511 2.64034 3.19804 79 0.67761 1.29236 1.66437 1.99045 2.37448 2.63950 3.19663 80 0.67757 1.29222 1.66412 1.99006 2.37387 2.63869 3.19526 81 0.67753 1.29209 1.66388 1.98969 2.37327 2.63790 3.19392 82 0.67749 1.29196 1.66365 1.98932 2.37269 2.63712 3.19262 83 0.67746 1.29183 1.66342 1.98896 2.37212 2.63637 3.19135 84 0.67742 1.29171 1.66320 1.98861 2.37156 2.63563 3.19011 85 0.67739 1.29159 1.66298 1.98827 2.37102 2.63491 3.18890 86 0.67735 1.29147 1.66277 1.98793 2.37049 2.63421 3.18772 87 0.67732 1.29136 1.66256 1.98761 2.36998 2.63353 3.18657 88 0.67729 1.29125 1.66235 1.98729 2.36947 2.63286 3.18544 89 0.67726 1.29114 1.66216 1.98698 2.36898 2.63220 3.18434 90 0.67723 1.29103 1.66196 1.98667 2.36850 2.63157 3.18327 91 0.67720 1.29092 1.66177 1.98638 2.36803 2.63094 3.18222 92 0.67717 1.29082 1.66159 1.98609 2.36757 2.63033 3.18119 93 0.67714 1.29072 1.66140 1.98580 2.36712 2.62973 3.18019 94 0.67711 1.29062 1.66123 1.98552 2.36667 2.62915 3.17921 95 0.67708 1.29053 1.66105 1.98525 2.36624 2.62858 3.17825 96 0.67705 1.29043 1.66088 1.98498 2.36582 2.62802 3.17731 97 0.67703 1.29034 1.66071 1.98472 2.36541 2.62747 3.17639 98 0.67700 1.29025 1.66055 1.98447 2.36500 2.62693 3.17549 99 0.67698 1.29016 1.66039 1.98422 2.36461 2.62641 3.17460 100 0.67695 1.29007 1.66023 1.98397 2.36422 2.62589 3.17374


(4)

Tabel F

Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilitas = 0,05

DF DF1

DF2 1 2 3 4 5 6

1 161 199 215 224 230 234

2 18,51 19,00 19,16 19,25 19,30 19,33 3 10,13 9,55 9,28 9,12 9,01 8,94 4 7,71 6,94 6,59 6,39 6,26 6,16 5 6,61 5,79 5,41 5,19 5,05 4,95 6 5,99 5,14 4,76 4,53 4,39 4,28 7 5,59 4,74 4,35 4,12 3,97 3,87 8 5,32 4,46 4,07 3,84 3,69 3,58 9 5,12 4,26 3,86 3,63 3,48 3,37 10 4,96 4,10 3,71 3,48 3,33 3,22 11 4,84 3,98 3,59 3,36 3,20 3,09 12 4,75 3,89 3,49 3,26 3,11 3,00 13 4,67 3,81 3,41 3,18 3,03 2,92 14 4,60 3,74 3,34 3,11 2,96 2,85 15 4,54 3,68 3,29 3,06 2,90 2,79 16 4,49 3,63 3,24 3,01 2,85 2,74 17 4,45 3,59 3,20 2,96 2,81 2,70 18 4,41 3,55 3,16 2,93 2,77 2,66 19 4,38 3,52 3,13 2,90 2,74 2,63 20 4,35 3,49 3,10 2,87 2,71 2,60 21 4,32 3,47 3,07 2,84 2,68 2,57 22 4,30 3,44 3,05 2,82 2,66 2,55 23 4,28 3,42 3,03 2,80 2,64 2,53 24 4,26 3,40 3,01 2,78 2,62 2,51 25 4,24 3,39 2,99 2,76 2,60 2,49 26 4,23 3,37 2,98 2,74 2,59 2,47 27 4,21 3,35 2,96 2,73 2,57 2,46 28 4,20 3,34 2,95 2,71 2,56 2,45 29 4,18 3,33 2,93 2,70 2,55 2,43 30 4,17 3,32 2,92 2,69 2,53 2,42 31 4,16 3,30 2,91 2,68 2,52 2,41 32 4,15 3,29 2,90 2,67 2,51 2,40 33 4,14 3,28 2,89 2,66 2,50 2,39 34 4,13 3,28 2,88 2,65 2,49 2,38 35 4,12 3,27 2,87 2,64 2,49 2,37 36 4,11 3,26 2,87 2,63 2,48 2,36 37 4,11 3,25 2,86 2,63 2,47 2,36


(5)

DF DF1

DF2 1 2 3 4 5 6

38 4,10 3,24 2,85 2,62 2,46 2,35 39 4,09 3,24 2,85 2,61 2,46 2,34 40 4,08 3,23 2,84 2,61 2,45 2,34 41 4,08 3,23 2,83 2,60 2,44 2,33 42 4,07 3,22 2,83 2,59 2,44 2,32 43 4,07 3,21 2,82 2,59 2,43 2,32 44 4,06 3,21 2,82 2,58 2,43 2,31 45 4,06 3,20 2,81 2,58 2,42 2,31 46 4,05 3,20 2,81 2,57 2,42 2,30 47 4,05 3,20 2,80 2,57 2,41 2,30 48 4,04 3,19 2,80 2,57 2,41 2,29 49 4,04 3,19 2,79 2,56 2,40 2,29 50 4,03 3,18 2,79 2,56 2,40 2,29 51 4,03 3,18 2,79 2,55 2,40 2,28 52 4,03 3,18 2,78 2,55 2,39 2,28

53 4,02 3,17 2,78 2,55 2,39 2,28

54 4,02 3,17 2,78 2,54 2,39 2,27

55 4,02 3,16 2,77 2,54 2,38 2,27

56 4,01 3,16 2,77 2,53 2,38 2,27

57 4,01 3,16 2,77 2,53 2,38 2,26

58 4,01 3,16 2,76 2,53 2,37 2,26

59 4,00 3,15 2,76 2,53 2,37 2,26

60 4,00 3,15 2,76 2,53 2,37 2,25

61 4,00 3,15 2,76 2,52 2,37 2,25

62 4,00 3,15 2,75 2,52 2,36 2,25

63 3,99 3,14 2,75 2,52 2,36 2,25

64 3,99 3,14 2,75 2,52 2,36 2,24

65 3,99 3,14 2,75 2,51 2,36 2,24

66 3,99 3,14 2,74 2,51 2,35 2,24

67 3,98 3,13 2,74 2,51 2,35 2,24

68 3,98 3,13 2,74 2,51 2,35 2,24

69 3,98 3,13 2,74 2,50 2,35 2,23

70 3,98 3,13 2,74 2,50 2,35 2,23

71 3,98 3,13 2,73 2,50 2,34 2,23

72 3,97 3,12 2,73 2,50 2,34 2,23

73 3,97 3,12 2,73 2,50 2,34 2,23

74 3,97 3,12 2,73 2,50 2,34 2,22

75 3,97 3,12 2,73 2,49 2,34 2,22

76 3,97 3,12 2,72 2,49 2,33 2,22


(6)

DF DF1

DF2 1 2 3 4 5 6

78 3,96 3,11 2,72 2,49 2,33 2,22

79 3,96 3,11 2,72 2,49 2,33 2,22

80 3,96 3,11 2,72 2,49 2,33 2,21

81 3,96 3,11 2,72 2,48 2,33 2,21

82 3,96 3,11 2,72 2,48 2,33 2,21

83 3,96 3,11 2,71 2,48 2,32 2,21

84 3,95 3,11 2,71 2,48 2,32 2,21

85 3,95 3,10 2,71 2,48 2,32 2,21

86 3,95 3,10 2,71 2,48 2,32 2,21

87 3,95 3,10 2,71 2,48 2,32 2,20

88 3,95 3,10 2,71 2,48 2,32 2,20

89 3,95 3,10 2,71 2,47 2,32 2,20

90 3,95 3,10 2,71 2,47 2,32 2,20


Dokumen yang terkait

Pengaruh Opini Audit, Debt To Total Asset Ratio, Earning Per Share, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 64 99

Analisis Hubungan Net Profit Margin dan Total Asset Turnover dengan Return on Asset pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan.

2 118 56

Analisis Pengaruh Debt To Total Asset Ratio Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Earning Per Share Pada Perusahaan Sektor Properti Dan Sektor Manufaktur Yang Go Public Di Bei

2 49 90

Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

1 7 108

Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

0 0 8

Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

1 2 2

Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan - Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

0 1 8

Pengaruh Inventory Turnover Ratio, Account Payable to Cost of Goods Sold Ratio, Net Working Capital to Total Asset Ratio, dan Debt Ratio Terhadap Gross Profit Margin

0 0 12