BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi 2.1.1. Definisi Persepsi - Studi Persepsi Remaja Terhadap Fungsi Dan Aktivitas Di Ruang Terbuka Publik (Studi Kasus Lapangan Merdeka, Medan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Persepsi

  2.1.1. Definisi Persepsi

  Menurut Walgito (2004), persepsi merupakan suatu metode dimana seseorang akan menyusun dan memahami suatu rangsangan yang diterimanya sehingga menghasilkan suatu makna tertentu. Rangsangan yang diterima seseorang akan direspon dengan cara yang berbeda - beda. Jenis rangsangan yang akan direspon terlebih dahulu oleh seseorang akan sangat bergantung pada minat dan ketertarikan orang tersebut.

  2.1.2. Proses Terjadinya Persepsi

  Manusia tidak menyerap segala rangsangan yang diberikan. Rangsangan tersebut akan diseleksi berdasarkan kemampuan beradaptasi serta pengalaman pribadi yang dimiliki oleh manusia. Manusia akan melengkapi kekurangan informasi yang mereka terima melalui visi, daya pikir serta logika mereka untuk memperoleh suatu keutuhan informasi yang jelas yang kemudian diinterpretasi. Hasil akhir dari seluruh proses tersebut berupa penjiwaan (Boedojo, dkk., 1986).

Gambar 2.1. Proses Terjadi Persepsi

  Sumber : Boedojo, dkk. (1986)

2.1.3. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

  Persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktor - faktor, yaitu (Miftah, 2003) : 1. Faktor internal, yang berasal dari dalam diri individu, berupa perasaan, pribadi, tingkah laku, ketertarikan, proses belajar, psikologi, kondisi jasmani, keinginan, kebutuhan.

2. Faktor eksternal, yang berasal dari luar diri individu, berupa asal usul, informasi, wawasan, trend serta kefamiliaran akan suatu objek.

2.1.4. Proses Persepsi Manusia Terhadap Lingkungannya

  Menurut Bell, dkk. (1978), komunikasi antara suatu objek dan manusia akan menimbulkan persepsi manusia terhadap objek tersebut. Jika hasil komunikasi antara manusia dengan objek tersebut masih berada dalam batas wajar, maka manusia akan berada dalam keadaan stabil. Namun, bila hasil komunikasi antara manusia dengan objek tersebut berada di luar batas kewajaran, maka manusia akan mengalami depresi dan harus berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Bila manusia tidak berhasil beradaptasi terhadap lingkungannya, maka manusia akan mengalami depresi berkelanjutan.

Gambar 2.2. Proses Persepsi Manusia Terhadap Lingkungannya

  Sumber : Bell, dkk. (1978)

2.2. Remaja

  2.2.1. Definisi Remaja

  Golinko (dalam Rice, 1990) mengemukakan bahwa "remaja" berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang artinya tumbuh dewasa. Masa remaja merupakan masa pergantian dari anak - anak menuju dewasa dimana remaja mengalami banyak transformasi fisik dan kejiwaan.

  2.2.2. Batas Usia Remaja Batas usia remaja yang dikemukan oleh para ahli sangatlah bervariasi.

  Menurut Sarwono (2003), remaja adalah seseorang yang berusia antara 13 - 19 tahun, sedangkan Whitherington (dalam Makmun, 2003) menyatakan bahwa remaja adalah seseorang yang berusia antara 12 - 18 tahun. Dari kedua pendapat tersebut, terlihat bahwa umumnya remaja merupakan seseorang yang berada dalam usia sekolah menengah dan kemudian ditarik kesimpulan bahwa batas usia remaja yang akan diteliti di dalam studi ini adalah seseorang yang berusia antara 12 - 19 tahun dimana pada rentang umur tersebut di Indonesia, umumnya seseorang berada dalam usia sekolah menengah pertama (SMP) hingga sekolah menengah atas (SMA).

  2.2.3. Perkembangan Remaja

  Menurut Makmun (2003), di dalam proses menuju kedewasaan, terdapat 2 tahap perkembangan remaja, yaitu :

  1. Remaja Awal (Early Adolescence), yang usianya berkisar antara 11 - 15 tahun merupakan tahapan dimana remaja cenderung memiliki banyak teman, sangat bergantung dan terpengaruh oleh teman sebaya, membutuhkan rasa aman, kasih sayang serta pengakuan diri, memiliki emosi yang masih labil dan belum terkendali dengan baik.

  2. Remaja Akhir (Late Adolescence), yang usianya berkisar antara 16 - 20 tahun merupakan tahapan dimana remaja sudah menunjukkan kemantapan mereka untuk menuju tahap kedewasaan, mulai memikirkan masa depan mereka baik dalam bidang pendidikan ataupun pekerjaan serta memiliki emosi yang stabil.

  2.2.4. Masalah - Masalah Remaja

  Menurut Kartono (2003), juvenile deliquency (kenakalan remaja) merupakan tindakan kriminal yang dilakukan oleh remaja sebagai akibat pengabaian sosial terhadap diri mereka. Remaja akan mengalami beberapa permasalahan dalam proses perkembangannya, berupa emosi yang tidak stabil, kecemasan yang berlebihan dikarenakan banyaknya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi secara maksimal, rasa ingin tahu yang tinggi, berjiwa petualang, keinginan mencoba hal - hal baru, menyenangi kegiatan berkelompok, serta senang berkhayal (Gunarsa, 1989)

  2.2.5. Minat - Minat Remaja

  Menurut Hurlock (1980), minat - minat yang timbul pada remaja, yaitu : 1. Minat rekreasi, dimana para remaja menyukai rekreasi - rekreasi yang bersifat ringan dan mengembangkan kreativitas, berupa olahraga, seni, pertunjukkan, bersantai, berinteraksi dengan teman - teman, berpergian, senang menyalurkan hobi, menonton film, mendengarkan musik dsb.

  2. Minat sosial, dimana para remaja menyukai ketenaran diri dan suka terlibat dalam berbagai aktivitas sosial berupa acara - acara, pertemuan - pertemuan kelompok, percakapan antar sesama teman.

  3. Minat pribadi, dimana para remaja sangat memperhatikan penampilan diri dari segi daya tarik, cara berpakaian, prestasi serta keinginan hidup mandiri.

  4. Minat pada pekerjaan, dimana umumnya para remaja pada jenjang pendidikan sekolah menengah ke atas mulai memikirkan masa depan mereka.

  5. Minat pada status sosial, dimana para remaja merasa senang dan bangga untuk memiliki status sosial yang lebih tinggi dari remaja - remaja lainnya baik dari segi status ekonomi, prestasi, kelompok pertemanan dsb.

2.3. Ruang Terbuka Publik

2.3.1. Definisi Ruang Terbuka Publik

  Ruang terbuka publik berasal dari bahasa latin "platea" yang berarti jalur yang diperluas seperti "square". Square merupakan suatu tempat dimana masyarakat dapat menyelenggarakan berbagai kegiatan berupa kegiatan kebudayaan, pelayanan umum, perdagangan, pertemuan dsb. (Krier, 1979).

2.3.2. Klasifikasi Ruang Terbuka Publik

  6. Lapangan bermain merupakan tempat bermain di perumahan atau di sekolah.

  11. Waterfront merupakan ruang terbuka di kawasan perkotaan yang berlokasi di sepanjang aliran air berupa tepi laut, pelabuhan, pantai, sungai dan danau.

  10. Found Spaces sering dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar berupa ruang kosong, ruang belum terbangun, ataupun ruang kosong yang akan dibangun.

  Pusat perbelanjaan di pusat kota yang dikelola oleh lembaga swasta.

  b.

  Atrium merupakan plaza atau jalur pejalan kaki di dalam ruangan yang disediakan oleh pihak swasta.

  9. Atrium / Pasar di dalam ruangan yang terbagi atas 2 jenis, yaitu : a.

  8. Jalur hijau dan jalur taman yang bersifat alami dan dimanfaatkan untuk keperluan rekreasi serta terhubung oleh jalur pejalan kaki dan jalur sepeda.

  7. Ruang komunitas merupakan ruang terbuka yang dilengkapi dengan fasilitas lapangan maupun taman yang umumnya berlokasi di area perumahan.

  Menurut Carr, dkk. (1992), jenis - jenis ruang terbuka publik, yaitu : 1. Taman publik yang terbagi menjadi 3 jenis, yaitu : a.

  Taman pusat kota merupakan taman yang berlokasi di pusat kota.

  4. Pasar yang dimanfaatkan oleh masyarakat umum untuk kegiatan berdagang dan kadang kala memanfaatkan jalan serta bersifat sementara.

  3. Lapangan memorial yang dibuat untuk memperingati peristiwa penting.

  2. Lapangan pusat kota (central square) yang digunakan untuk kegiatan - kegiatan formal seperti upacara peringatan hari nasional dan kegiatan - kegiatan informal seperti kegiatan sosial, rekreasi dsb.

  Taman nasional merupakan taman yang dikonservasi oleh pemerintah.

  d.

  Taman mini merupakan taman kecil yang dibatasi oleh bangunan gedung.

  c.

  Taman lingkungan merupakan taman yang berlokasi di area perumahan.

  b.

  5. Jalan merupakan ruang terbuka mencakup trotoar pejalan kaki, mal pejalan kaki, mal untuk transit, jalan - jalan kecil serta jalan - jalan lalu lintas.

2.3.3. Fungsi dan Aktivitas di Ruang Terbuka Publik

  Menurut Darmawan (2003), fungsi ruang terbuka publik, yaitu : 1. Sebagai pusat interaksi baik formal berupa upacara bendera, sholat pada Hari

  Idul Fitri dan peringatan - peringatan lainnya serta pusat interaksi informal berupa pertemuan individual ataupun kelompok, acara konser, demo dsb.

  2. Sebagai tempat pedagang kaki lima menjajakan makanan dan minuman, souvenir dsb.

  3. Sebagai paru - paru kota untuk penyegaran udara.

  Menurut Gehl (dalam Zhang dan Lawson, 2009), terdapat 3 klasifikasi aktivitas di ruang terbuka publik, yaitu :

  1. Aktivitas penting / aktivitas fungsional berupa kegiatan atau pergerakan rutin yang harus dilakukan dan tidak memperhatikan kondisi lingkungan fisik, con: bekerja, bersekolah, berbelanja, berjalan dsb. Adapun aktivitas penting ini umumnya ditandai dengan kegiatan berjalan dan berlangsung hampir sepanjang tahun dalam segala jenis situasi dan kondisi.

  2. Aktivitas pilihan / aktivitas rekreasi berupa segala jenis kegiatan yang muncul jika ada keinginan untuk melakukannya dan apabila waktu dan tempat memungkinkan untuk terjadinya aktivitas ini. Kemunculan aktivitas pilihan ini akan sangat bergantung pada kondisi lingkungan fisik dan terjadi dikarenakan tempat tersebut menarik seseorang untuk berhenti dan melakukan berbagai jenis aktivitas di tempat tersebut. Adapun jenis aktivitas pilihan ini merupakan jenis aktivitas yang paling berperan dalam mengevaluasi kualitas suatu tempat, dimana semakin banyaknya aktivitas pilihan yang muncul, maka tempat tersebut akan semakin terasa hidup, con: aktivitas berjalan santai, duduk, makan, bermain, berolahraga, dsb.

  3. Aktivitas Sosial berupa kegiatan sosial dan berkumpul yang melibatkan interaksi sosial dan kemunculannya umumnya dipicu karena terjadinya aktivitas penting ataupun aktivitas pilihan dan dapat pula berlangsung bersamaan dengan aktivitas penting dan aktivitas pilihan tersebut ataupun tidak, con: bertemu dengan teman, berdiskusi, berbincang - bincang, saling menyapa dsb.

  Menurut Project For Public Spaces (2000), beberapa faktor yang dapat dijadikan dasar evaluasi terhadap fungsi dan aktivitas di ruang terbuka publik, yaitu : 1.

  Karakteristik fungsi dan aktivitas di ruang terbuka publik, berupa : a.

  Kenyamanan.

  Ruang terbuka publik dikatakan nyaman apabila ruang terbuka publik tersebut bersih, aman, dan menyediakan tempat duduk yang memadai.

  b.

  Keamanan.

  Keamanan di ruang terbuka publik akan tercapai dengan adanya ketersediaan fasilitas lampu penerangan yang memadai. Penyediaan lampu penerangan yang memadai akan menurunkan rasa takut terhadap tindakan kriminal, meningkatkan jarak penglihatan yang jelas terhadap kemungkinan terjadinya tindakan kriminal serta meningkatkan pemakaian ruang terbuka publik pada saat malam hari. Ruang terbuka publik yang memiliki fasilitas - fasilitas yang rusak akan menurunkan rasa aman di ruang terbuka publik tersebut.

  c.

  Kebersihan.

  Ruang terbuka publik yang bersih akan memberikan rasa nyaman bagi remaja untuk beraktivitas di ruang terbuka publik, dimana para remaja umumnya menghindari kunjungan ke ruang terbuka publik yang kotor (Gearin dan Kahle, 2006).

  d.

  Kerindangan / kesejukan.

  Suasana rindang / sejuk dalam beraktivitas dapat diciptakan dengan menyediakan fasilitas vegetasi berupa pepohonan dan tanaman hijau.

  e.

  Menarik / Attraktif.

  Ruang terbuka publik yang menarik / attraktif mampu menciptakan pengalaman beraktivitas yang menyenangkan bagi para pemakainya dan ditunjukkan dengan adanya kehadiran banyak orang di ruang terbuka publik tersebut yang melakukan beragam jenis aktivitas. Selain itu, agar suatu ruang publik mampu menimbulkan daya tarik, maka ruang publik tersebut harus mampu mendorong orang untuk melakukan interaksi sosial dengan menyediakan area - area duduk untuk menikmati pemandangan dan suasana di sekitarnya, area untuk makan dan minum, tempat bermain, serta area untuk mengadakan acara. Gehl (1987) mengemukakan bahwa kehadiran orang - orang juga merupakan daya tarik bagi orang lainnnya, contohnya jika seseorang diberikan kesempatan untuk memilih, maka seseorang akan lebih memilih untuk berjalan - jalan dan berada di tempat yang ramai dibandingkan berada di tempat yang sepi. Hal ini dikarenakan akan lebih banyak yang dapat dilihat dan dinikmati oleh orang tersebut.

  f.

  Bernilai historis.

  Ruang publik dikatakan bernilai historis bila bangunan - bangunan dan tempat - tempat lokal di sekitarnya yang khas masih dipertahankan keberadaannya dan ruang terbuka publik tersebut masih mencerminkan karakter dan identitas lokal yang menciptakan keunikan tempat tersebut.

  g.

  Memiliki aktivitas yang menyenangkan.

  Ruang terbuka publik harus mampu mendorong terjadinya interaksi sosial. Selain itu, penyelengaraan acara juga akan membuat aktivitas di ruang terbuka publik tersebut terasa semakin menyenangkan.

  h.

  Kebebasan untuk beraktivitas.

  Ruang terbuka publik harus terbuka untuk umum, menyediakan beragam jenis aktivitas yang dapat diakses secara publik oleh siapa saja. i.

  Menyediakan banyak pilihan kegiatan.

  Banyaknya kegiatan yang berlangsung di suatu ruang terbuka publik terlihat dari keberagaman jenis aktivitas yang berlangsung dan semakin besarnya peluang untuk turut terlibat di dalam aktvitas tersebut. j.

  Keberadaannya yang penting.

  Kehadiran banyak orang di suatu ruang terbuka publik, maka keberadaan ruang terbuka publik tersebut akan menjadi semakin penting. Selain itu, pentingnya keberadaan suatu ruang terbuka publik juga dapat diukur melalui kerutinan dalam penyelengaraan acara. Menurut Montgomery (1998), keberadaan ruang terbuka publik akan menjadi penting apabila ada peluang terciptanya keberagaman aktivitas ekonomi, sosial serta budaya. k.

  Ramai.

  Ruang terbuka publik dikatakan ramai apabila lebih banyak dipakai secara berkelompok ketimbang dipakai oleh individu secara personal. Kehadiran banyak orang secara kontinu yang juga akan meningkatkan rasa aman dikarenakan semakin besarnya kemungkinan untuk dilihat dan diawasi oleh lebih banyak orang bilamana terjadi tindak kejahatan di ruang terbuka publik (Crowe, 2000). l.

  Berkesan.

  Ruang terbuka publik akan menjadi berkesan bagi para pemakainya bilamana di dalam ruang terbuka publik tersebut berlangsung beragam jenis aktivitas (Gehl, 1987). Selain itu, penyelengaraan acara tertentu juga akan menciptakan pengalaman dan kesan tertentu terhadap ruang terbuka publik tersebut (Pugalis, 2009). m.

  Suasana yang bersahabat.

  Orang akan merasa nyaman dan senang untuk beraktivitas apabila suasana di ruang terbuka publik tersebut bersahabat. Hal ini terlihat dari seringnya ruang terbuka publik tersebut dimanfaatkan sebagai tempat untuk bertemu dan bersosialisasi. n.

  Kenyamanan untuk berjalan kaki.

  Ruang terbuka publik harus memprioritaskan para pejalan kaki dan pengendara sepeda. Penempatan pepohonan dan tanaman di sepanjang jalur pejalan kaki dapat memberikan rasa sejuk, perlindungan dan menciptakan kualitas visual yang membuat pejalan kaki merasa nyaman untuk berjalan kaki. o.

  Mudah diakses.

  Ruang terbuka publik harus memiliki koneksi yang baik dengan area - area lain di sekitarnya. Pencapaian ke ruang publik tersebut juga harus dapat dilakukan dengan beragam moda transportasi mulai dari berjalan kaki, kenderaan umum hingga kenderaan pribadi. Selain itu, ruang terbuka publik ini tidak boleh terhalang dan harus mudah terlihat dari area - area di sekitarnya.

  2. Beberapa fasilitas yang umumnya terdapat pada ruang terbuka publik yang dapat turut mendukung terciptanya fungsi dan aktivitas yang baik, yaitu : a.

  Tempat duduk.

  Adapun salah satu jenis tempat duduk yang mampu memberikan kenyamanan merupakan jenis kursi yang dapat dipindah - pindah (moveable chairs). Dengan menyediakan jenis tempat duduk tersebut, orang dapat mengatur posisi kursi sesuai dengan keinginan mereka. Walaupun demikian, jenis tempat duduk tersebut kadang menimbulkan dampak buruk berupa kemungkinan terjadinya pencurian terhadap fasilitas tempat duduk tersebut. Namun, hal tersebut dapat dihindari bilamana fasilitas tersebut diposisikan di area - area yang dapat dipantau dengan mudah oleh staff pengelolanya. Selain itu, jenis tempat duduk lainnya yang juga dapat disediakan di ruang terbuka publik adalah jenis bangku.

Gambar 2.3. Kursi Yang Dapat Dipindah - Pindah (Moveable Chairs)

  Sumber : http://www.pps.org/reference/movable-seating/

Gambar 2.4. Bangku

  Sumber : http://www.pps.org/reference/movable-seating/ Umumnya tempat duduk harus diletakkan pada tempat - tempat yang tepat berupa tempat dimana orang - orang senang untuk duduk sambil mengamati aktivitas orang lain, tempat dimana orang sering melakukan aktivitas menunggu, tempat yang dekat dengan toko - toko makanan / minuman. Selain itu, tempat duduk tidak boleh diletakkan di tempat - tempat yang minim aktivitas. Berikut ini merupakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam meletakkan posisi tempat duduk di ruang terbuka publik, yaitu :  Tempat duduk diletakkan dekat dengan tempat sampah.  Tempat duduk tidak boleh diletakkan berhadapan secara langsung kecuali untuk keperluan bermain. Hal ini dikarenakan orang akan merasa kurang nyaman untuk duduk berhadapan dengan orang asing.

   Tempat duduk harus dibuat dari material yang awet dan tahan terhadap segala kondisi cuaca, bahaya karat dsb. Adapun jenis material yang dapat dipakai sebagai material untuk permukaan tempat duduk berupa material beton, kayu, besi, baja dan fiberglass. Namun, material yang paling baik untuk digunakan sebagai material tempat duduk adalah materila kayu dikarenakan lebih awet dan tidak mudah mengkonduksi panas dan dingin sehingga lebih nyaman untuk digunakan.

  b.

  Lampu penerangan.

  Lampu penerangan ditempatkan secara merata di ruang terbuka publik. Area - area tertentu yang agak terutup dan rawan akan tindakan kriminal, harus memiliki penerangan yang memadai terutama pada saat malam hari.

  c.

  Tanda penunjuk / signage.

  Tanda penunjuk diletakkan berdampingan dengan lampu penerangan, berada di tempat terbuka, tidak terhalang oleh pepohonan, mudah dilihat, tidak merusak arsitektur bangunan disekitarnya dan memberikan informasi jelas mengenai lokasi - lokasi serta berfungsi sebagai penunjuk arah.

  d.

  Tempat sampah.

  Tempat sampah yang disediakan mudah diangkut, mudah dijangkau, serta telah dilakukan pemisahan antara sampah organik dan sampah anorganik. e.

  Vegetasi Vegetasi yang disediakan berupa pepohonan dan tanaman untuk menciptakan keindahan, sebagai peneduh, serta untuk mengurangi polusi.

  f.

  Jalur pejalan kaki Penempatan pepohonan dan tanaman di sepanjang jalur pejalan kaki dapat memberikan rasa sejuk, perlindungan dan menciptakan kualitas visual yang membuat para pejalan kaki merasa nyaman untuk berjalan kaki. Jalur pejalan kaki sebaiknya dibuat dari materila yang kasar dan tidak licin berupa beton, bata, atau batu.

  g.

  Fasilitas lainnya berupa toilet umum, taman bermain, tempat parkir dsb.

  3. Selain itu, apabila dilihat dari segi pemakaian suatu ruang terbuka publik, faktor - faktor yang juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi dan aktivitas di ruang terbuka publik, yaitu : a.

  Waktu berkunjung.

  Apabila dilihat dari segi waktu berkunjung, ruang terbuka publik yang selama waktu operasionalnya selalu dikunjungi oleh orang - orang untuk melakukan aktivitas tertentu dapat menjadi salah satu indikator keberhasilan fungsi dan aktivitas di ruang terbuka publik tersebut.

  b.

  Lama berkunjung.

  Semakin lama seseorang berkunjung ke suatu ruang terbuka publik, maka menunjukkan bahwa seseorang tersebut semakin merasa nyaman untuk beraktivitas di ruang terbuka publik tersebut.

  c.

  Banyak kunjungan.

  Kerutinan dan keteraturan kunjungan seseorang dapat menjadi salah satu indikator keberhasilan fungsi dan aktivitas di ruang terbuka publik.

  d.

  Rekan berkunjung.

  Apabila dilihat dari segi rekan berkunjung, ruang terbuka publik yang dikunjungi oleh 2 orang secara bersama, bersama kelompok ataupun rombongan lebih baik dibandingkan ruang terbuka publik yang hanya dikunjungi sendiri. Apabila ruang terbuka publik lebih banyak dikunjungi oleh 2 orang secara bersama, bersama kelompok ataupun bersama rombongan, maka ruang terbuka publik tersebut dapat dikatakan sebagai ruang terbuka publik yang menyenangkan, mampu menyediakan banyak tempat dan ruang bagi orang - orang untuk dapat beraktivitas bersama dengan teman, keluarga dsb.

  e.

  Jenis - jenis aktivitas.

  Apabila dilihat dari segi jenis - jenis aktivitas, keberagaman jenis aktivitas yang berlangsung di suatu ruang terbuka publik dan besarnya peluang orang - orang untuk turut terlibat di dalam aktvitas tersebut dapat menjadi salah satu indikator keberhasilan fungsi dan aktivitas di ruang terbuka publik tersebut.

2.3.4. Aktivitas Remaja di Ruang Terbuka Publik

  Menurut Monks, dkk. (1996), pada masa remaja, kehidupan sosial akan berubah dari lingkungan keluarga menjadi kepada kelompok teman sebaya. Adapun kegiatan bersosialisasi dengan teman sebaya serta keberadaan teman sebaya sangatlah penting bagi remaja, sehingga dalam proses perkembangannya, remaja suka mengunjungi tempat yang mampu memberikan kesempatan bagi mereka untuk dapat bertemu dengan teman mereka dan memberikan kebebasan bagi mereka untuk beraktivitas (Duzenli et. al., 2010;. Fitzgerald et. al., 1995.).

  Adapun ruang - ruang terbuka publik yang umumnya disukai remaja adalah ruang terbuka publik yang berada di pusat kota. Aktivitas remaja yang umumnya berlangsung di dalam ruang - ruang terbuka publik ini meliputi aktivitas nongkrong, bertemu teman-teman, dan berolahraga (Duzenli et. al., 2010;.. Fitzgerald et. al., 1995). Remaja menyukai ruang terbuka publik yang suasananya ramai serta mampu menyediakan berbagai pilihan aktivitas. Selain itu, remaja juga menyukai ruang terbuka publik yang mampu memberikan peluang bagi mereka dapat bertemu dengan teman-teman mereka dalam suasana yang santai. Intinya, adalah semua aktivitas dapat dilakukan bersama dengan teman- teman dan tidak dengan orang tua (Vanderstede, 2011). Disamping itu, menurut Gearin dan Kahle (2006) bahwa asap, kotoran, limbah, gelandangan, dan preman merupakan beberapa faktor yang tidak disukai oleh remaja.

  Iso-Ahola dan Crowley (1991) mengemukakan bahwa remaja sangat memerlukan ruang bersama berupa ruang terbuka publik yang mampu memenuhi kebutuhan sosial mereka, berupa aktivitas rekreasi, olahraga, seni dan pertemuan. Keterlibatan para remaja di dalam aktivitas - aktivitas tersebut dapat menghindari remaja dari perilaku anti - sosial. Selain itu, berbagai aktivitas tersebut juga dapat mencegah remaja dari rasa bosan dan membuat mereka merasa nyaman. Garbarino (1980) menjelaskan salah satu alasan munculnya kenakalan remaja adalah dikarenakan kurangnya kesempatan dan kurangnya ruang yang cukup bagi para remaja untuk beraktivitas. Dengan demikian, remaja perlu mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri mereka dengan melakukan berbagai aktivitas yang disukai mereka di ruang - ruang terbuka publik (Monks, dkk., 1996).

Dokumen yang terkait

Persepsi Masyarakat Kota Terhadap Ruang Terbuka Publik di Kota Tebing Tinggi

9 79 100

Studi Persepsi Remaja Terhadap Fungsi Dan Aktivitas Di Ruang Terbuka Publik (Studi Kasus Lapangan Merdeka, Medan)

12 75 174

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERSEPSI 1. Definisi Persepsi - Gambaran Persepsi Guru Terhadap Blended Learning Pada SMK Tritech Informatika Medan

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruang Terbuka Publik 2.1.1. Pengertian Ruang Terbuka Publik - Persepsi Masyarakat Kota Terhadap Ruang Terbuka Publik di Kota Tebing Tinggi

1 1 12

Persepsi Masyarakat Kota Terhadap Ruang Terbuka Publik di Kota Tebing Tinggi

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Terbuka Hijau 2.1.1 Definisi Ruang Terbuka Hijau - Studi Ruang Terbuka Hijau Sebagai Wadah Aktivitas Sosial Mahasiswa. Studi Kasus Taman Biro Pusat Administrasi USU

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Definisi persepsi - Gambaran Persepsi Mahasiswa USU Terhadap Pola-Pola E-Learning

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Arsitektur, Lingkungan dan Perilaku 2.1.1. Hubungan Arsitektur, Lingkungan dan Perilaku - Physical Traces Pada Ruang Terbuka Publik (Studi Kasus: Lapangan Merdeka)

0 1 28

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Ruang Terbuka Publik 2.1.1. Definisi Ruang Terbuka Publik - Kajian Ruang Terbuka Publik Sebagai Generator Aktivitas Olahraga Di Bundaran Cemara Asri

1 1 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi - Persepsi Mutu Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Di Puskesmas Medan Tuntungan Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2014.

0 0 26