Penelitian Tindakan Konsep and Model

0

ACTION RESEARCH
(Model dan Langkah)

Dr. SOFYAN, M.Pd
sofyan_zaibaski@yahoo.co.id

A. Pengertian
Penelitian tindakan (PT) berawal dari adanya isu-isu praktis seperti keprihatinan
dan kebutuhan, yang muncul sebagai bagian rutin dari kegiatan 'di dunia nyata'
(Denscombe, 2000: 57). Awalnya, penelitian tindakan juga dilihat sebagai penelitian
khusus diarah-kan perubahan berbagai persoalan, dan ini juga telah tetap menjadi
bagian inti dari gagasan penelitian tindakan. Pemikiran di sini adalah penelitian yang
tidak hanya digu-nakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari masalah
yang timbul dalam praktik sehari-hari, tetapi sebenarnya berangkat untuk mengubah
hal-hal tentang bagai-mana melakukannya sebagai bagian dari proses penelitian, bukan
sebagai renu-ngan yang mengikuti kesimpulan dari penelitian.
Penelitian tindakan telah muncul dalam beberapa tahun terakhir sebagai metodologi yang signifikan untuk intervensi, perkembangan dan perubahan dalam masyarakat dan kelompok. Sekarang dipromosikan dan dilaksanakan oleh banyak lembaga
pembangunan internasional dan program universitas, serta organisasi masyarakat yang
tak terhitung jumlahnya lokal di seluruh dunia. PAR didasarkan pada pedagogi kritis

yang dikemukakan oleh Paulo Freire sebagai respon terhadap model pendidikan formal
tradisional di mana "guru" berdiri di depan dan "memberikan" informasi kepada "maha-

1

siswa" yang penerima pasif. Ini dikembangkan lebih lanjut dalam model "pendidikan
orang dewasa" di seluruh Amerika Latin.
Orlando Fals Borda (2008) sosiolog dan aktivis politik Kolombia, adalah salah
satu promotor utama "penelitian aksi partisipatif" (IAP dalam bahasa Spanyol) di
Amerika Latin. Diterbitkan "sejarah ganda pantai", buku yang membandingkan
"sejarah" resmi dan resmi "cerita" non pantai utara Kolombia.
Sebelum kita lebih jauh membahas penelitian tindakan (action research), berikut
ini akan disampaikan beberapa definidi tentang penelitian tindakan tersebut.
Menurut Mills (2003: 5), Penelitian Tindakan adalah suatu penelitian yang sistematis, apa saja yang dilaksanakan oleh para guru, penyelenggara pendidikan, guru
konseling/penasihat pendidikan, atau lainnya yang menaruh minat dan berkepentingan
dalam proses atau lingkungan belajar mengajar dengan tujuan mengumpulkan informasi
seputar cara kerja sekolah, cara mengajar guru, dan cara belajar siswa mereka. Keterangan ini dikumpulkan dengan tujuan untuk memperoleh pengertian yang mendalam,
mengembangkan praktik refleksi, mempengaruhi perubahan positif pada lingkung-an
sekolah (dan praktik bidang pendidikan umumnya), dan meningkatkan hasil belajar
siswa.

Menurut Alasan & Bradbury (2002), penelitian tindakan adalah suatu proses
penyelidikan interaktif yang menyeimbangkan tindakan pemecahan masalah diimplementasikan dalam konteks kolaborasi dengan data-didorong analisis kolaboratif atau
penelitian untuk memahami penyebab yang memungkinkan prediksi masa depan tentang perubahan pribadi dan organisasi.
Denscombe (2000: 57-58) mendefinisikan penelitian tindakan berdasarkan empat karakteristik berikut ini, bahwa penelitian tindakan:
1.

Praktis. Hal ini ditandai penyelesaian masalah-masalah yang mucul sehari-hari
biasanya di tempat kerja dan dalam pengaturan organisasi.

2.

Mengubah. Baik sebagai cara untuk berurusan dengan masalah-masalah praktis dan
sebagai sarana menemukan fenomena lebih lanjut, perubahan dianggap sebagai
bagian integral penelitian.

2

3.

Proses Siklus. Penelitian melibatkan umpan balik di mana temuan awal menghasilkan kemungkinan untuk perubahan yang kemudian diimplementasikan dan dievaluasi sebagai awal untuk penyelidikan lebih lanjut.


4.

Partisipasi. Praktisi adalah orang-orang penting dalam proses penelitian. Partisipasi
mereka aktif, bukan pasif.
Schmuck (1997, dalam Mertler, 2011: 22) mendefinisikan penelitian tindakan

sebagai satu upaya untuk “mempelajari situasi nyata sekolah dengan tujuan meningkatkan kualitas aksi dan hasil di dalamnya. Tujuannya juga adalah untuk meningkatkan
penilaian profesional kita sendiri dan memberikan wawasan tentang sarana yang lebih
baik dan efektif dalam mewujudkan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Sementara
itu McMillan (2004, dalam Mertler, 2011: 22), mendeskripsikan penelitian tindakan
sebagai penelitian yang difokuskan pada pemecahan permasalahan kelas atau sekolah
khusus, meningkatkan praktik, atau membantu mengambil keputusan si satu situs lokal.
Tujuan untama penelitian tindakan adalah untuk meningkatkan praktik secara langsung
di dalam satu atau beberapa kelas atau sekolah.
Dari beberapa definisi sebagaimana disampaikan di atas dapat disimpulkan, bahwa penelitian tindakan (dalam dunia pendidikan) merupakan penelitian yang dilakukan
oleh praktisi pembelajaran (guru mata pelajaran, guru konseling, kepala sekolah, dan
pengawas, dan lainnya) yang berusaha memecahkan persoalan dan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran atau proses pendidikan yang mereka hadapi dalam aktivitas
kegiatan sehari-hari.
1.


Karakteristik Penelitian Tindakan
Menurut Johnson (2008), Mertler dan Charles (2011), Mills (2011), dan Schmuck
(1997), hakikat penelitian tindakan tindakan, adalah:
a. PT merupakan sebuah proses yang meningkatkan pendidikan, secara umum, dengan cara memasukkan perubahan sebagai elemennya.
b. PT sebuah proses yang melibatkan kerja sama para pendidik untuk meningkatkan praktik pembelajaran mereka sendiri.
c. PT berciri persuatif dan otoritatif, karena dilakukan oleh guru untuk guru.
d. PT berciri kolaboratif (kerjasama antarguru).
e. PT berciri partisipatif, karena para pendidik merupakan anggota terpadu.

3

f. PT berciri praktis dan relevan dengan guru kelas, karena memungkinkan mereka mengakses langsung temuan penelitian.
g. PT mengembangkan refleksi kritis tentang pengajaran seseorang.
h. PT merupakan sebuah pendekatan yang terencana dan sistematis untuk memahami pembelajaran.
i. PT merupakan sebuah proses yang menuntt menguji gagasan tentang pendidikan.
j. PT merupakan proses bersiklus perencanaan, pengambilan tindakan, pengembangan, dan refleksi.
k. PT merupakan justifikasi bagi proses pembelajaran seseorang
Hal yang perlu dipahami tentang penelitian tindakan menurut Mertler (2011: 3334), adalah:
a. PT bukan hal yang lazim yang dilakukan guru ketika berpikir tentang pengajaran, karena PT itu lebih sistematis dan kolaboratif.

b. PT bukan sekedar pemecahan masalah, tetapi PT mencakup penetapan suatu
masalah, pengembangan sesuatu yang baru, dan refleksi kritis terhadap efektivitasnya.
c. PT tidak dilakukan “terhadap” atau “oleh” orang lain, tetapi PT dilakukan oleh
pendidik tertentu terhadap mereka sendiri yang bermitra dengan siswa dan
kolega.
d. PT bukan semata-mata implementasi jawaban yang sudah ditetapkan terlebih
dahulu pada pertanyaan pendidikan, PT mengeksplorasi, menemukan, dan bekerja untuk menemukan solusi kreatif bagi permasalahan pendidikan.
e. PT tidak bersifat kesimpulan pasti, hasil PT tidak benar ataupun salah, namun
lebih bersifat solusi sementara yang didasarkan kepada hasil observasi dan
pengumpulan data lainnya sekaligus yang membutuhkan pengawasan dan evaluasi agar bisa mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan.
f. PT bukan sebuah trend atau mode; pengajaran yang baik selalu melibatkan
pengkajian yang sistematis tentang proses pembelajaran berikut dampaknya
terhadap proses/hasil belajar siswa.

4

2.

Pentingnya Penelitian Tindakan
a. Menghubungkan Teori dengan Praktik

PT memberikan satu kemungkinan solusi untuk menjembatani kesenjangan antara penelitian professional dengan praktisi pendidikan dengan menciptakan
arus informasi dua arah (Mertler, 2011: 37). Hasil penemuan oleh peneliti dapat
digunakan untuk mematangkan praktik-praktik terbaik dan memahami peristiwa
yang berlangsung di kelas dengan lebih baik. Menurut Parsons & Brown (2002,
dalam Mertler, 2011: 37) menjelaskan arus informasi dua arah secara efektif
dengan menyatakan bahwa “keputusan pengajaran tidak hanya dibentuk oleh
teori dan penelitian, namun pada gilirannya membantu member bentuk dan arah
baru bagi teori penelitian pendidikan”.
b. Peningkatan Praktik Pendidikan
Fokus utama PT adalah peningkatan praktik di kelas. Ketika guru merefleksi
dan mengkritisi praktiknya sendiri, sesungguhnya guru menggunakan informasi
yang dikumpulkan dan fenomena yang diamatinya sebagai sarana untuk memfasilitasi pengambilan keputusan yang matang dan praktis (Parsons & Brown,
2002, dalam Mertler, 2011: 38). Refleksi yang terus menerus memberikan perolehan ilmu pengetahuan baru karena bersangkut-paut dengan proses pembelajaran. Refleksi sistematis dalam bentuk PT bisa memberikan stimulasi bagi
perybahan dan peningkatan praktik agar bisa menjadikannya cocok bagi individu yang menjadi mitra kerja.
c. Hubungan dengan Peningkatan Sekolah
PT dapat disusun dan difasilitasi sedemikian rupa sehingga mampu meningkatkan jenis-jenis perbaikan yang lebih sistematis, yaitu dengan cara kolaboratif.
Penelitian yang dirancang secara kolaboratif merupakan sebuah mekanisme ideal untuk mengajak para guru, penyelenggara pendidikan, dan staf pendukung
terlibat dalam penelitian sekolah yang sistematis dan swakarsa. Dengn kata lain,
PT kolaboratif dapat meningkatkan sekolah dan memberdayakan para pendidik.


5

d. Sebagai Sarana untuk Meningkatkan Pertumbuhan Profesional
PT dapat menjadikan sarana untuk memberdayakan para pendidik. Pemberdayaan guru memungkinkan para guru untuk memperlihatkan kepakaran, bakat,
dan kreativitas unik mereka ke dalam kelas, sehingga mereka dapat mengimplementasikan program-program pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan siswa mereka dengan sebaik-baiknya (Johnson, 2008, dalam Mertler,
2011: 40). Visi penelitian tindakan sebagai suatu proses siklus sesuai dengan
pencarian secara terus menerus dan pengembangan ide profesionalisme (Denscomber, 2007: 125). Poin-poin penting tentang siklus dalam penelitian tindakan
adalah (a) penelitian memberikan umpan balik secara langsung ke dalam praktek, dan (b) bahwa proses selalu berlangsung. Refleksi kritis dari peneliti tidak
hanya diarahkan pada identifikasi 'masalah' yang layak diselidiki dengan maksud
untuk meningkatkan praktek, tetapi juga melibatkan hasil evaluasi yang dapat
mendorong penelitian lebih lanjut. Adalah wajar untuk menunjukkan, bahwa ini
adalah sesuatu yang ideal dan nyata.
B. Model-model Penelitian Tindakan
Secara umum menurut Mills (2011, dalam Mertler, 2011: 23-24) model-model penelitian tindakan berawal dengan sebuah permasalahan atau tema utama. Model-model
tersebut meliputi observasi atau pengawasan terhadap praktik yang sudah berjalan,
diikuti oleh pengumpulan dan sintesis informasi dengan data. Terakhir, tindakan tertentu diambil yang kemudian berfungsi sebagai landasan bagi tahap penelitian tindakan
berikutnya.
Beberapa model tergolong sederhana rancangannya, sedangkan sebagian lain
tampak relatif kompleks, sebagaimana digambarkan dalam contoh-contoh berikut:
1.


Model Stringer (2007)
Model ini berwujud spiral interaktif, melukiskan penelitian tindakansebagai
“kerangka kerja sederhana namun ampuh” yang terdiri atas tiga langkah teratur:
‘melihat, berpikir, dan bertindak”. Sepanjang masing-masing tahap partisan mengamati, merefleksi, dan kemudian mengambil tindakan tertentu. Tindakan ini mengantarnya menuju tahap berikutnya.

6

Gambar 1. Penelitian tindakan Berwujud Spriral Interaktif Stringer (dalam Mertler, 2011:25).

2.

Model Kurt Lewin (Smith, 2007)
Dikenal sebagai pencipta term “penelitian tindakan”, mengambarkan sebuah spiral
penelitian tindakan, yang mencangkup penemuan fakta, perencanaan, pengambilan
tindakan, evaluasi, dan perbaikan rencana, sebelum bergerak menuju langkah aksi
kedua.

Gambar 2. Spiral Penelitian Tindakan Versi Lewin (dalam Mertler, 2011: 26)


3.

Model Calhoun (1994)

7

Model ini mengambarkan siklus penelitian tindakannya meski tidak tampak seperti
spiral, namun masih mempresentasikan sebuah proses yang dibangun seputar pandangan berputar atau bersiklus. Garis-garis tebal/tak terputus menunjukkan arah
utama siklus penelitian tindakan melalui tahap-tahapnya, dalam urutan angka, sementara garis-garis putus menunjukkan gerakan maju-mundur di dalam siklus
sebagai jaminan perbaikan atau klarifikasi informasi

Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan Model Calhoun (dalam Mertler, 2011: 27)

4.

Model Bachman (2001)
Model Spiral yang mengarah ke bawah menyatakan bahwa para partisan mengumpulkan informasi, merencanakan aksi, mengamati dan mengevaluasi aksi-aksi tersebut, dan kemudian merefleksikan serta merancang siklus spiral yang baru, yang didasarkan pada pandangan yang diperoleh dalam siklus sebelumnya.

8


Gambar 4. Spiral penelitian Tindakan Menurut Bachman (dalam Mertler, 2011: 28).

5.

Model Riel (2007)
Model penelitian tindakan dengan pemecahan masalah progresif, melalui model
penelitian tindakannya Riel membimbing partisan melalui empat tahap di dalam
siklus yaitu perencanaan, pengambilan aksi, pengumpulan bukti, dan refleksi.
Model ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 5. Model Penelitian Tindakan Menurut Riel (dalam Mertler, 2011: 29).

6.

Model Piggot-Irvine (2006)

9

Model yang masih tetap menggambarkan watak proses penelitian tindakan yang
berwatak spiral, spiral yang mengarah keatas, memperagakan langkah-langkah

perencanaan, pengambilan tindakan, dan refleksi.

Gambar 6. Model Penelitian Tindakan Piggot-Irvine (dalam Mertler, 2011: 30).

7.

Model Hendricks (2009)
Menurut model ini, yang ditempatkan dalam konteks berbasis-sekolah, Hendricks
memusatkan perhatian pada pengambilan tindakan, evaluasi, dan refleksi.

10

Gambar 7. Model Penelitian Tindakan Hendricks (dalam Mertler, 2011: 31).

Menurut Craig A.Metler dalam bukunya Penelitian Tindakan, Improving
Schools and Empowering Educators, menyatakan bahwa pilihan model penelitian tindakan mana yang sebaiknya dipilih tidaklah terlalu penting, Mertler memandang modelmodel tersebut pada dasarnya sebagai variasi dari teknik yang sama (seperti terlihat
pada kesamaan elemen-elemennya). Menurutnya lagi, secara umun proses penelitian
tindakan merupakan suatu prosedur yang terdiri dari empat tahap, keempat tahap tersebut yaitu: tahap perencanaan, tahap pengambilan tindakan, tahap pengembangan, dan
tahap refleksi. Mertler juga menjelaskan, bahwa berdasarkan hal ini dan dengan mengacu pada model-model penelitian tindakan yang telah dijelaskan, dapat dilihat bahwa
penelitian tindakan merupakan sebuah proses yang berputar dan berulang yang
lazimnya tidak berjalan linear (Johnson, 2008).
Meskipun demikian dalam beberapa makalah dan artikel tentang penelitian tindakan (penelitian tindakan) disebutkan bahwa Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok
atau dasar dari berbagai model penelitian tindakan, terutama penelitian tindakan kelas
(PTK). Dalam buku Metler sendiri dikemukakan bahwa Kurt Lewin merupakan orang
pertama yang mengenalkan istilah penelitian tindakan, konsep pokok penelitian tindakan menurut Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu: (1) perencanaan (plann-

11

ing); (2) tindakan (acting); (3) pengamatan (observing); dan (4) refleksi (reflecting).
Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus.
C. Langkah-langkah Penelitian Tindakan
Struktur Umum Proses Penelitian Tindakan
Proses bersiklus
tidak linear

Amati ...
lakukan ... amati ...
sesuaikan ...
lakukan lagi

Sembilan langkah
untuk memberikan
bimbingan
Penelitian
Tindakan
Langkah-langkah
bisa dilompati atau
diatur ulang, jika
perlu

Langkah-langkah penelitian
tindakan
Mengindentifikasi dan membatasi
tema
Mengumpulkan informasi
Meninjau pustaka terkait
Menyusun rencana penelitian
Mengimplementasikan rencana dan
mengumpulkan data
Menganalisa data
Menyusun rencana aksi
Berbagi dan menyampaikan hasil
penelitian
Meninjau ulang proses penelitian

Gambar 8. Struktur Penelitian Tindakan.

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa proses umum pelaksanaan penelitian tindakan terdiri dari 4 tahap, yaitu: 1) Tahap perencanaan; 2) Tahap pengambilan tindakan;
3) Tahap pengembangan; dan 4) Tahap refleksi. Membandingkan prosedur umum yang
terdiri dari empat tahap tersebut dengan 9 langkah-langkah penelitian tindakan, maka
dapat dijelaskan bahwa pada tahap perencanaan terdiri dari langkah 1, 2, 3 dan 4 yaitu:
1) Mengindentifikasi dan membatasi tema; 2) Mengumpulkan informasi; 3) Meninjau
pustaka terkait; dan 4) Menyusun rencana penelitian. Selanjutnya pada tahap pengambilan tindakan terdiri atas langkah 5 dan 6, yaitu: 1) Mengimplementasikan rencana;
dan 2) Mengumpulkan data dan Menganalisa data. Tahap pengembangan terdiri atas

12

langkah 7, yaitu: Menyusun rencana aksi. Sedangkan tahap terakhir yaitu tahap refleksi
terdiri atas langkah 8 dan 9, yaitu: 1) Berbagi dan menyampaikan hasil penelitian; dan
2) Meninjau ulang proses penelitian.

Gambar 9. Integrasi dua bagan organisasional untuk proses penelitian tindakan langkah demi langkah
(Mertler, 2011: 58).

Tujuan gambar di atas hanya untuk memperlihatkan hubungan antara kedua bagan yaitu tahap dan langkah dalam penelitian tindakan sehingga terangkum dalam sebuah proses penelitian tindakan. Nnamun, berlawanan dengan gambar di atas penelitian
tindakan bukanlah sebuah proses yang linear. Secara historis penelitian tindakan dipandang berwatak siklus. Artinya, meskipun penelitian tindakan memiliki awal yang jelas,

13

penelitian tindakan sebenarnya tidak memiliki titik akhir yang tegas, misalnya para guru
yang melakukan PTK merancang dan mengimplementasikan sebuah penelitian, mengumpulkan dan menganalisa data agar bisa memantau dan mengevaluasi efektivitas
penelitian, serta melakukan revisi dan perbaikan dalam penelitiannya demi implementasi ke depan, revisi dan perbaikan ini akan digunakan dalam mengimplementasikan
penelitian berikutnya, mungkin dengan siswa pada semester berikutnya atau tahun berikutnya, demikian secara terus menerus kegiatan penelitian ini dilakukan berdasar perbaikan dari hasil implementasi penelitian sebelumnya.
Kadang dapat kita lihat sebuah penelitian tindakan seperti tidak memiliki tujuan
yang pasti, guru sebagai peneliti dapat terus menjalani siklus-siklus implementasi, evaluasi, dan revisi berikutnya, dengan mengulang-ulang penelitian dari satu semester ke
semester berikutnya, atau dari satu tahun ke tahun berikutnya (Mertler& Charles, 2011).
Sementara itu, Parson dan Brown (2002) melukiskan proses ini sebagai sebuah proses
“pengamatan-bertindak-pengamatan-penyesuaian” dan kemudian mengulanginya lagi.
Proses penelitian tindakan dengan watak siklus dan spiralnya tertera pada gambar di
bawah ini:

14

Tahap 2
Pengambilan
tindakan
Siklus

Tahap 1
Tahap 3
Pengembangan

Perencanaan

Tahap 4
Refleksi

Tahap 2
Pengambilan
tindakan
Siklus

Tahap 1
Tahap 3
Pengembangan

Perencanaan

Tahap 4
Refleksi
Proses bersiklus penelitian tindakan terus berlanjut ...
Gambar 10. Proses Penelitian Tindakan (diadaptasi dari Mertler, 2011: 60).

Langkah 1: Identifikasi dan Pembatasan Tema
Penting untuk diingat bahwa tujuan dari semua kegiatan penelitian tindakan adalah keinginan untuk membuat segala sesuatu menjadi lebih baik, meningkatkan praktik
spesifik tertentu, atau memperbaiki sesuatu yang tidak berjalan sebagai mana mestinya
(Fraenkel & Wallen, 2003). Tujuan-tujuan tersebut harus dicamkan baik-baik ketika
mula-mula mengidentifikasi, dan berikutnya mempersempit tema penelitian. Studi
penelitian tindakan yang dirancang dan dilaksanakan oleh para guru kelas seyogyanya
mempertimbangkan hal-hal seperti misalnya tuntutan (atau batasan) waktu, pengum-

15

pulan data dan tingkat kecakapan analisis individu-individu yang melaksanakan penelitian, dan semua keterbatasan anggaran. Karena alasan-alasan inilah tema penelitian
tindakan lazimnya berfokus sempit (Fraenkel & Wallen, 2003).
Langkah 2: Pengumpulan Informasi
Pengumpulan informasi diperoleh dari diskusi antar guru dan penjajakan guru
terhadap permasalah pembelajaran yang dihadapi siswa. Siswa berjuang untuk menemukan sesuatu yang baik dalam proses pembelajaran yang diikutinya. Guru harus berdiskusi untuk menemukan dan memformulasikan informasi yang akan diangkat dalam
sebuah penelitian tindakan dan merumuskan refleksi yang akan dilakukan.
Langkah 3: Tinjauan Pustaka Terkait
Informasi yang diperoleh dalam langkah kedua selanjutnya dilengkapi dengan
studi atau tinjauan pustaka untuk memperkuat landasan penelitian tindakan yang akan
dilakukan. Tinjauan pustaka yang diperlukan adalah dengan menelaah hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan dan dipublikasikan tentang tema yang sama.
Langkah 4: Penyusunan Rencana Penelitian
Informasi yang sudah didiskusikan dengan dasar publikasi hasil penelitian serupa sebagai dasar memantapkan fokus proposal penelitian. Peneliti harus menga-jukan
pertanyaan yang bisa diteliti.
Langkah 5: Implementasi Rencana dan Pengumpulan Data
PT dilakukan dengan merancang penilaian berbasis-performa, yang mengkaji
tingkat kemampuan siswa dalam menghubungkan peristiwa-peristiwa historis.
Langkah 6: Analisis Data
Penelitian tindakan cukup jelas adalah strategi untuk penelitian sosial daripada
metode tertentu. Itu berkaitan dengan tujuan penelitian dan desain penelitian, tetapi
tidak menentukan apapun kendala untuk pengumpulan data yang mungkin diadopsi oleh
peneliti. Menurut (Susman dan Evered, 1978: 589, dalam Denscombe, 2007:123), Peneitian tindakan dapat menggunakan teknik yang berbeda untuk pengumpulan data.
Aksi peneliti dengan latar belakang di bidang psikologi cenderung memilih kuesioner
untuk tujuan tersebut. Sementara peneliti dengan latar belakang antropologi, psiko-

16

analisis atau sosio-teknis lebih cenderung untuk memilih observasi langsung dan/atau
wawancara mendalam. Pneliti dengan latar belakang ini juga dapat mengambil data dari
catatan, memo dan laporan bahwa sistem klien secara rutin menghasilkan.
Langkah 7: Penyusunan Rencana Aksi
Berbekal dengan temuan yang ada, peneliti selanjutnya menyusun rencana aksi
dengan melakukan pendekatan kepada kepala sekolah, teman sejawat, siswa untuk
melakukan revisi dan efektivitas tindakan.
Langkah 8: Berbagi dan Penyampaian Hasil Penelitian
Langkah ini merupakan proses penyampaian hasil penelitian kepada teman
sejawat, pengelola kurikulum, pengelola sekolah, dan siswa. Penyampaian hasil penelitian dilakukan dengan cara mempresentasikan secara terbuka hasil dan temuan dalam
penelitian tindakan.
Langkah 9: Peninjauan Proses Penelitian
Proses peninjauan dilakukan untuk memungkinkan penelitian serupa untuk
waktu berikutnya dengan memberikan manfaat yang lebih baik. Peninjauan dilakukan
pada semua apek langkah-langkah penelitian (metode ilmiah). Hal ini bertujuan agar
hasil penelitian benar-benar dapat dapat bermanfaat dan objektif, sehingga dapat
menghubungkan antara teori dan praktik di kelas.

DAFTAR RUJUKAN
Denscombe, Martyn. 2000. The Good research Guide for Small-Scale Research
Projects. Buckingham-Philadelphi: Open university Press.
Gall, Meredith D., Joyce P. Gall, dan Walter R. Borg. 2007. Educational Research.
Eighth Edition. University of Oregon: Pearson.
Mertler, Craig A. 2011. Action Research. California: SAGE Publications, Inc.
Mills, E. Geoffrey 2000. Action Research A Guide for The Teacher Researcher. Second
Edition.New Jersey: Merrill Prentice Hall.