BAB 1 POP BK BAB 1 Panduan Operasional BK (Bimbingan dan Konseling) SMA

BIMBINGAN DAN KONSELING
DALAM PENDIDIKAN
BAHAN SOSIALIASI
PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAAN
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
2017

ISI POP BK
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMAHAMAN KARAKTERISTIK PESERTA
DIDIK
BAB 3 PERENCANAAN
PERENCANAAN PROGRAM
PROGRAM BIMBINGAN
BIMBINGAN DAN
DAN

BAB

KONSELING
KONSELING
BAB 4
4 PELAKSANAAN
PELAKSANAAN LAYANAN
LAYANAN BIMBINGAN
BIMBINGAN DAN
DAN
BAB
KONSELING
KONSELING

BAB 5 EVALUASI, PELAPORAN, DAN TINDAK
LANJUT
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. RASIONAL
B. LANDASAN PERUNDANG - UNDANGAN
C. HAKEKAT BIMBINGAN DAN KONSELING
D. TUJUAN PENYUSUNAN POP BK
E. PENGGUNA POP BK

A

RASIONAL

MAKNA PENDIDIKAN
PENDIDIKAN adalah usaha sadar dan
terencana
untuk
mewujudkan
suasana
belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan
yang
diperlukan
dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. (Bab I,
Pasal 1, UU RI No. 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas)

FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN
NASIONAL
Fungsi dan Tujuan Pendidikan:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak
serta
peradaban
bangsa
yang
bermartabat
dalam

rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. (Bab II,
Pasal 3, UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas).
= GAMBARAN MANUSIA INDONESIA YANG BERMUTU TINGGI DI MASA DEPAN

Sikap
Spiritual

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa

Sikap Sosial

berakhlak mulia, sehat, mandiri, dan
demokratis serta bertanggung jawab

Pengetahua

berilmu
n
Keterampila

6

B
LANDASAN
PERUNDANGUNDANGAN

Landasan PerundangUndangan
Antara Lain :
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005
Peraturan PemerintahRepublik Indonesia Nomor 74
Tahun 2008
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 27 Tahun 2008

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 64 tahun 2014
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 111 tahun 2014

PERMENDIKBUD 81A  111 TTG BK

Permendikbud No. 81A Tahun
2013 tentang Implementsi
Kurikululum, Lampiran IV, VIII.
Konsep dan Strategi Layanan
Bimbingan dan Konseling
DIPERBAIKI MENJADI
Permendikbud No. 111 Tahun
2014 tentang Bimbingan dan
Konseling pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah.

Pasal 12
Permendikbud No. 111/2014 ttg BK

(1) Pelaksanaan BK menggunakan Pedoman
Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah yang
tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini
(2) Pedoman BK sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) perlu diatur lebih rinci dalam bentuk
Panduan Operasional layanan Bimbingan dan
Konseling.

POP BK PADA SATUAN
PENDIDIKAN
Permendikbud No. 111 Tahun 2014
tentang Bimbingan dan Konseling
pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah
dasar


(BK-PDPM) menjadi

menyusun Panduan Operasional
Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling

C
HAKEKAT BIMBINGAN DAN
KONSELING

PARADIGMA BIMBINGAN DAN
KONSELING
DI INDONESIA
Paradigma bimbingan dan konseling yang
dikembangkan ABKIN (2007): peserta
didik dalam proses menjadi (on
becoming), yaitu berkembang ke arah
kematangan atau kemandirian yang
memerlukan bimbingan, karena kurang
memiliki pemahaman tentang dirinya,

lingkungannya, dan pengalaman dalam
menentukan arah kehidupannya.

PARADIGMA BIMBINGAN DAN
KONSELING
DI INDONESIA
Terdapat keniscayaan bahwa
proses perkembangan peserta
didik tidak selalu berlangsung
secara mulus atau bebas dari
masalah. Proses
perkembangan itu tidak selalu
berjalan dalam alur linier,
lurus, searah dengan potensi,
harapan, dan nilai-nilai yang

14

BIMBINGAN DAN KONSELING
DALAM PERMENDIKBUD NOMOR 111

TAHUN 2014



Bimbingan dan Konseling adalah upaya
sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan
serta terprogram yang dilakukan oleh
konselor atau guru Bimbingan dan Konseling
untuk memfasilitasi perkembangan peserta
didik/Konseli untuk mencapai kemandirian
dalam kehidupannya.



Konseli adalah penerima layanan Bimbingan
dan Konseling pada satuan pendidikan.

BIMBINGAN DAN KONSELING
DALAM PERMENDIKBUD NOMOR 111 TAHUN
2014


Konselor

adalah pendidik
profesional yang berkualifikasi
akademik minimal Sarjana
Pendidikan (S-1) dalam bidang
Bimbingan dan Konseling dan
telah lulus pendidikan profesi
guru Bimbingan dan
Konseling/ konselor.

BIMBINGAN DAN KONSELING
DALAM PERMENDIKBUD NOMOR 111 TAHUN
2014

Guru Bimbingan dan
Konseling adalah pendidik
yang berkualifikasi
akademik minimal Sarjana
Pendidikan (S-1) dalam
bidang Bimbingan dan
Konseling dan memiliki
kompetensi di bidang
Bimbingan dan Konseling.

17

KOMPONEN PENDIDIKAN DI
SEKOLAH

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

 Layanan BK pada satuan pendidikan
dilakukan oleh Guru BK atau Konselor
 Tanggung jawab penyelenggaraan
layanan BK pada satuan pendidikan
dilakukan oleh Guru BK atau Konselor
 Tanggung jawab pengelolaan program
layanan BK pada satuan pendidikan
dilakukan oleh Kepala Satuan
Pendidikan.
19

PENYELENGGARA LAYANAN BK
di SMA
LAMPIRAN PERMENDIKBUD NOMOR 111 TAHUN
2014

• Konselor atau guru bimbingan
dan konseling
• Setiap satuan pendidikan SMA
diangkat sejumlah konselor
atau guru bimbingan dan
konseling dengan rasio 1 :
(150-160)
20

PENYELENGGARA LAYANAN BK
di SMA
LAMPIRAN PERMENDIKBUD NOMOR 111 TAHUN
2014

“Jika Guru BK memiliki jumlah
siswa asuh lebih dari 160, maka
kelebihan jam kerjanya dihitung
dengan menambahkan setiap satu
rombel dihargai 2 (dua) jam
pembelajaran dengan minimal
jumlah siswa dikelasnya 32.”
21

PENYELENGGARA LAYANAN BK
di SMA
LAMPIRAN PERMENDIKBUD NOMOR 111 TAHUN
Setiap satuan pendidikan
SMA
2014

yang memiliki guru BK lebih dari
satu maka harus diangkat
koordinator bimbingan dan
konseling yang berlatar
belakang minimal Sarjana
Pendidikan (S-1) dalam bidang
bimbingan dan konseling dan
telah lulus pendidikan profesi
guru bimbingan dan
konseling/konselor; atau minimal
22

D
TUJUAN PENULISAN POP BK

POP BK PADA SATUAN
PENDIDIKAN
Permendikbud No. 111 Tahun 2014
tentang Bimbingan dan Konseling
pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah
dasar

(BK-PDPM) menjadi

menyusun Panduan Operasional
Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling

TUJUAN POP
BK
1. memandu guru bimbingan dan
konseling atau konselor dalam
memfasilitasi dan memperhatikan
ragam kemampuan, kebutuhan, dan
minat sesuai dengan karakteristik
peserta didik/konseli
2. memfasilitasi guru bimbingan dan
konseling atau konselor dalam
merencanakan, melaksanakan,
mengevaluasi, dan melakukan
tindak lanjut

TUJUAN POP BK
(LANJUTAN)
3. memberi acuan guru bimbingan dan
konseling
atau
konselor
dalam
mengembangkan
program
layanan
bimbingan dan konseling secara utuh dan
optimal dengan memperhatikan hasil
evaluasi dan daya dukung sarana dan
prasarana yang dimiliki
4. memfasilitasi memandu guru bimbingan
dan konseling atau konselor
dalam
menyelenggarakan
bimbingan
dan
konseling agar peserta didik/konseli
dapat mencapai perkembangan diri
secara
optimal,
mandiri,
sukses,
sejahtera
dan
bahagia
dalam
kehidupannya
5. memberi
acuan
bagi
pemangku
kepentingan penyelenggaraan bimbingan
dan konseling

E
PENGGUNA POP BK

PENGGUNA POP
BK
1
2
3
4

Guru bimbingan dan konseling atau konselor
menyelenggarakan kegiatan bimbingan dan
konseling berdasarkan panduan.
Kepala Sekolah mendukung dan memfasilitasi
penyelenggaraan
layanan
bimbingan
dan
konseling.
Kepala Dinas Pendidikan memberikan kebijakan
yang mendukung penyelenggaraan bimbingan
dan konseling di sekolah.
Pengawas pendidikan mensupervisi dan membina
penyelenggaraan bimbingan dan konseling
sebagai bagian dari program pendidikan di
sekolah.

PENGGUNA POP BK
(LANJUTAN)
5

6
7
8

Lembaga pendidikan yang menyiapkan guru
bimbingan dan konseling atau konselor
hendaknya mengembangkan kurikulum yang
memfasilitasi perkembangan kompetensi
lulusan, sesuai dengan standar kompetensi
lulusan (SKL) yang diharapkan
Organisasi profesi memberikan dukungan dalam
Pengembangan Keprofesian guru bimbingan
dan konseling atau konselor .
Komite Sekolah memberikan dukungan
penyelenggaraan layanan bimbingan dan
konseling di SMA.
PPPPTK Penjas dan BK menyelenggarakan
kegiatan pelatihan
dengan memperhatikan
panduan operasional

ANGGOTA KELOMPOK 1
1.

HASAN ABDUROKHMAN, M.Pd. SMAN 1 SUKABUMI
(085795454762)

2.

OTI WARNATI, S.PdI. SMAN 2 PURWAKARTA
(087779644463)

3.

IKA SARTIKA, M.Pd. SMAN 1 TAMBUN SELATAN
(081519235813)

4.

Dra. TURHENI KOMAR, M.Pd. SMAN 5 BEKASI (0818950475)

5.

Dra. SUSI DWI SUSANTI, M.Pd. SMAN 2 DEPOK
(08111496432)

30

TERIMAKASI
H
31