PENGOPTIMALAN INKUBATOR BISNIS SEBAGAI U (1)

PENGOPTIMALAN INKUBATOR BISNIS SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN
KUALITAS LAPORAN KEUANGAN UMKM SESUAI SAK ETAP DALAM
MENGHADAPI AEC 2015

ACCOUNTING WRITING COMPETITION
8THHASANUDDIN ACCOUNTING DAYS
IKATAN MAHASISWA AKUNTANSI FE-UH
2015
Disusun Oleh:
Fathoni Dwi Janarko

F0311051

Leni Pradasari

F0313049

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014


PENDAHULUAN
ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk
kerjasama negara-negara ASEAN yang di tetapkan pada KTT ke-9 di Bali, Indonesia
pada tahun 2003. Dalam kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), terdapat
roadmap dalam pilar ekonomi yaitu ASEAN Economic Community (AEC) blueprint
2015. Elemen pilar dari AEC blueprint 2015 memuat rencana aksi dan target waktu
hingga tahun 20151, yaitu :
1. Pasar tunggal dan basis produksi;
2. Kawasan berdaya saing tinggi;
3. Kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata;
4. Integrasi dengan perekonomian.
AEC 2015 menjadi tantangan bagi perekonomian Indonesia khususnya dalam
pilar satu dan dua. Salah satu yang perlu diperhatikan pemerintah Indonesia adalah
sektor UMKM yang merupakan basis perekonomian Indonesia. Usaha mikro kecil
dan menengah (UMKM) merupakan sektor usaha yang jumlahnya cukup besar dalam
perekonominan Indonesia. Pada tahun 2011 peran UMKM terhadap penciptaan PDB
nasional menurut harga berlaku tercatat sebesar Rp. 4.303,6 triliun atau 57,94 persen
dari total PDB nasional, mengalami perkembangan sebesar Rp. 837,2 triliun atau
24,15 persen dibanding tahun 2010. Kontribusi Usaha Mikro (UMi) tercatat sebesar

Rp. 2.579,4 triliun atau 34,73 persen dan UK sebesar Rp. 722,0 triliun atau 9,72
persen. Sedangkan UM tercatat sebesar Rp. 1.002,2 triliun atau 13,49 persen,
selebihnya sebesar Rp. 3.123,5 triliun atau 42,06 persen merupakan kontribusi UB 2.
Sedangkan menurut data BPS tahun 2012 jumlah UMKM 56.534.592 unit dengan
pertumbuhan sebesar 2,41%. Jika dilihat dari kontribusi UMKM terhadap PDB tahun
2012 sebesar 1.504.928,20 milyar dengan harga konstan atau pertumbuhan dari tahun
2011 sebesar 9,90%3.

1 Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian. 2013. Tinjauan persiaan Menuju ASEAN Economic Community (AEC) 2015.
2 Kementerian Koperasi dan UMKM Republik Indonesia. Statistik UMKM 2011. www.depkop.go.id
3 Badan Pusat Statistik. 2012. Perkembangan UMKM 1997-2012. www.bps.go.id

1

Data diatas menggambarkan kontribusi besar sektor UMKM untuk
perekonomian Indonesia. Akan tetapi masih ada beberapa permasalahan yang masih
menyelimuti UMKM di Indonesia. Salah satu kendala UMKM adalah dari segi
permodalan yang diakibatkan oleh penyaluran modal dari perbankan kepada UMKM.
Kelayakan usaha, aspek keuangan, aspek pemasaran dan aspek sumber daya manusia

(tenaga kerja) merupakan permasalahan UMKM yang dirasakan selama ini oleh
pihak Bank (Bank Indonesia, 2005). Untuk menghadapi persaingan global di pasar
tunggal AEC 2015 diperlukan suntikan modal berupa kredit usaha.
Dari beberapa permasalahan dan gagasan model diatas maka penulis
menyusun paper ini dengan judul “PENGOPTIMALAN INKUBATOR BISNIS
SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LAPORAN KEUANGAN
UMKM SESUAI SAK ETAP DALAM MENGHADAPI AEC 2015”. Diharapkan
dengan karya tulis ini gagasan penulis bisa menjadi sumbangan pemikiran mengenai
kebijakan pemerintah dalam menghadapai ekonomi global yang akan dihadapi
Indonesia.
TINJAUAN UMUM
ASEAN Economic Community
Menurut Erniningsih pilar utama AEC diibaratkan sebuah rumah tegas, maka
rumah tersebut tersusun atas empat pilar, yaitu Pasar tunggal dan basis produksi
sebagai Pilar pertama, Wilayah Ekonomi yang kompetitif sebagai pilar kedua,
Pengembangan Ekonomi yang adil sebagai pilar ketiga, dan Integrasi menuju pasar
global sebagai pilar keempat. Dua pondasi utamanya adalah pengembangan SDM
serta Penelitian dan Pengembangan.
Gambar 1. Pilar AEC


Sumber : Badan Standarisasi Nasional

2

Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Menurut UU no 20 tahun 2008, usaha mikro adalah usaha produktif milik
orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha
mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

ini. Kriteria usaha Mikro, Kecil

dan Menengah menurut UU no 20 tahun 2008 adalah sebagai berikut:
a.

Usaha Mikro:
1. Usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro.
2. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
atau


memiliki

hasil

penjualan

tahunan

paling

banyak

Rp

300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
b.

Usaha Kecil:
1. Usaha ekonomi poduktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung atau maupun tidak langsung dari usaha
besar yang memenuhi kriteria usaha kecil.
2. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai denganpaling banyak Rp2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah).

c.

Usaha Menengah
1. Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baiklangsung atau maupun tidak langsung dengan
usaha kecil atau usaha besar.


3

2. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha;

atau

memiliki

hasil

penjualan

tahunan

lebih

dari


Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Inkubator Bisnis
Secara umum, inkubator4 adalah organisasi yang menyediakan infrastruktur
dan pelayanan yang menaikkan nilai tambah suatu usaha. Inkubator bisnis akan
membawa ide dan konsep dari "technopreneurs" pada tahap pertama (awal) menjadi
rencana dan implementasi usaha. Secara operasional dalam rangka pengembangan
wirausaha baru yang tangguh dan unggul, Inkubator Bisnis memberikan bantuan
pendidikan, pelatihan dan magang yang didukung oleh fasilitas atau akses teknologi,
manajemen, pasar, modal, serta informasi secara umum maupun spesifik.
Inkubator

bisnis

merupakan

lembaga

yang


membina

dan

menetas

wirausahawan baru khususnya dalam pendekatan bisnis5. Tujuan pendirian inkubator
bisnis ini adalah6:
a. Mengembangkan usaha baru dan usaha kecil yang potensial menjadi
usaha mandiri, sehingga sukses dalam menghadapi persaingan lokal dan
internasional;
b. Mengembangkan

promosi

kewirausahaan

dengan


menyertakan

perusahaan-perusahaan swasta yang mempu memberikan kontribusi pada
sistem ekonomi pasar;
c. Sarana alih teknologi dan proses komersialisasi hasil-hasil penelitian
pengembangan bisnis dan teknologi dari para ahli dan perguruan tinggi;
d. Menciptakan peluang melalui pengembangan wirausaha baru;
4Tim Penelitian dan Pengembangan Biro Kredit. Bank Indonesia. 2007. Kajian Inkubator dalam
Pengembangan UMKM. http://www.bi.go.id
5Irfani dalam Novel. 2001. Inkubator Bisnis Sebagai Salah Satu Sarana Perwujud Misi Perguruan
Tinggi. Universitas Pancasila
6Panggabean, Riana. 2005. Profil Inkubator dalam Penciptaan Wirausahawan Baru. www.smecda.com

4

e. Aplikasi teknologi dibidang industri secara komersial melalui studi dan
kajian yang memakan waktu dan biaya relatif lebih murah.
SAK ETAP
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP) dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa

akuntabilitas publik adalah entitas yang memiliki dua kriteria yang menentukan
apakah suatu entitas tergolong entitas tanpa akuntabilitas publik (ETAP) yaitu:
1. Tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan. Suatu entitas dikatakan
memiliki akuntabilitas yang signifikan jika:
a. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran atau entitas dalam
proses pengajuan pernyataan pendaftaran pada otoritas pasar modal
(BAPEPAM-LK) atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di
pasar modal. Oleh sebab itu Bapepam sendiri telah mengeluarkan surat
edaran (SE) Bapepam-LK No. SE-06/BL/2010 tentang larangan
penggunaan SAK ETAP bagi lembaga pasar modal, termasuk emiten,
perusahaan publik, manajer investasi, sekuritas, asuransi, reksa dana,
dan kontrak investasi kolektif.
b. Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk
sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang
dan/atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana, dan bank investasi.
2. Tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose
financial statements) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal
adalah:
a. Pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha
b. Kreditur
c. Lembaga pemeringkat kredit
Laporan keuangan entitas meliputi (SAK ETAP, 2009:17):
1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan perubahan ekuitas yang juga menunjukkan:

5

a. Seluruh perubahan dalam ekuitas
b. Perubahan ekuitas selain perubahan yang timbul dari transaksi
dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik
4. Laporan arus kas
5. Catatan atas laporan keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi
yang signifikan dan informasi penjelasan lainnya.
PEMBAHASAN
Pengaruh SAK ETAP terhadap UMKM
SAK ETAP bertujuan untuk dapat mengakomodir kebutuhan entitas yang
tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan. Selain itu juga untuk membantu
membuat standar akuntansi yang dapat digunakan oleh UMKM karena sifatnya yang
lebih ringkas dan mudah digunakan dibandingkan dengan SAK Umum. Hal
terpenting dari implementasi SAK ETAP adalah pemahaman yang baik atas SAK
ETAP tersebut oleh UMKM tersebut.
Implementasi pencatatan akuntansi UMKM berbasis SAK ETAP memberi
manfaat bagi pihak-pihak pemakai laporan keuangan, manfaat tersebut antara lain
(Anna, 2011) : (1) Bagi kreditor (pemberi pinjaman) dengan implementasi pencatatan
akuntansi berbasis SAK ETAP UMKM dapat menyajikan laporan keuangannya
sendiri, hal tersebut untuk memenuhi persyaratan utama untuk mengajukan pinjaman
kredit kepada lembaga keuangan atau perbankan, para kreditur nantinya dapat
memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
(2) Pemilik UMKM dapat mengetahui laba, posisi keuangan, perubahan ekuitas
pemilik dan arus kas perusahaan lebih sederhana (3) UMKM dapat menghitung
besaran pajak secara akurat sesuai informasi akuntansi, (4) UMKM dapat diaudit oleh
Kantor Akuntan Publik.
Sedangkan Supriyani (2014) penerapan SAK ETAP ini juga memberikan
manfaat bagi UMKM antara lain:
1. UKM dapat menyusun laporan keuangan sendiri dan dapat diaudit serta
mendapat opini audit yang nantinya akan digunakan untuk memperoleh
pinjaman dana dari pihak eksternal (bank).

6

2. SAK-ETAP lebih sederhana dalam implementasinya dibanding PSAK-IFRS
(SAK-UMUM).
3. Meskipun lebih sederhana, namum SAK-ETAP ini tetap memberikan
informasi yang handal dalam penyajian laporan keuangan.
Dari pemaparan manfaat penerapan SAK ETAP tersebut diatas maka dapat
disimpulkan bahwa penerapan SAK ETAP ini akan memberikan dampak yang baik
kepada UMKM dalam memperoleh modal dari perbankan. Karena SAK ETAP dapat
menjadi jembatan yang baik antara UMKM dan perbankan dalam memperoleh
modal. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Bornheim dan Herbeck (1996)
menyebutkan faktor-faktor yang mampu mempengaruhi hubungan antara bank dan
pengusaha UMKM, antara lain: dari sisi perbankan yang berupa ketersediaan
informasi debitur, persaingan antar perbankan, dan biaya promosi produk, sedangkan
dari sisi pengusaha UMKM faktor yang mempengaruhi hubungan dengan perbankan
dapat berupa besarnya jaminan, akses terhadap kredit, dan cost of capital atas pilihan
untuk melakukan pinjaman yang terlihat dari besarnya bunga pinjaman yang berlaku.
Ketersediaan informasi debitur atau UMKM terhadap keuangan dan
kinerjanya dapat dilihat dari laporan keuangan yang dibuat oleh UMKM. Sehingga
penerapan SAK ETAP untuk UMKM ini akan mampu menarik minat maupun
kepercayaan pihak perbankan dalam memberikan kredit untuk UMKM. Hal ini
diperkuat dengan penelitan yang dilakukan oleh Baas dan Schrooten (2006) bahwa
salah satu teknik pemberian kredit yang paling banyak digunakan adalah financial
statement lending yang mendasarkan pemberian kreditnya atas informasi keuangan
dari debiturnya. Namun di sisi lain hal tersebut menjadi kendala tersendiri sebab
UMKM ternyata tidak mampu menyediakan informasi yang diperlukan oleh bank
tersebut. Cziráky et al. (2005) menyatakan bahwa penyebab rendahnya tingkat
penyaluran kredit UMKM adalah perbankan tidak memiliki cukup informasi dalam
melakukan penilaian kelayakan kredit. Kedua penelitian tersebut semakin
menguatkan bahwa laporan keuangan memiliki peran penting sebagai sarana
informasi bagi perbankan untuk menilai kelayakan pemberian kredit.

7

Implementasi Inkubator Bisnis pada UMKM
Jati et al. (2004) menyatakan bahwa pada saat ini kebanyakan UMKM masih
belum menyelenggarakan pembukuan akuntansi dan pelaporannya dengan baik.
Pelaksanaan pembukuan akuntansi untuk menyediakan laporan keuangan yang
informatif merupakan hal yang masih sulit bagi UMKM. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan pengetahuan dalam pembukuan akuntansi, rumitnya proses akuntansi,
dan anggapan bahwa laporan keuangan bukanlah hal yang penting bagi UMKM (Said
2009). Pembukuan akuntansi serta proses didalamnya untuk UMKM sudah diatur
dalam SAK ETAP yang telah dilaksanakan sejak tahun 2011
SAK ETAP bertujuan untuk dapat mengakomodir kebutuhan entitas yang
tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan. Selain itu juga untuk membantu
membuat standar akuntansi yang dapat digunakan oleh UMKM karena sifatnya yang
lebih ringkas dan mudah digunakan dibandingkan dengan SAK Umum. Hal
terpenting dari implementasi SAK ETAP adalah pemahaman yang baik atas SAK
ETAP tersebut oleh UMKM tersebut.
Pemahaman terkait SAK ETAP tersebut erat kaitannya dengan proses
pemberian informasi dan sosialisasi. Apabila pengusaha mendapatkan informasi dan
sosialisasi dengan baik, maka pemahaman mereka terkait SAK ETAP akan menjadi
lebih baik dan mendukung proses implementasi SAK ETAP di tahun 2011. Informasi
dan sosialisai inilah yang diperlukan oleh UMKM dalam mengadopsi SAK ETAP
dalam proses pencatatan akuntansi perusahaannya. Penelitian Rudiantoro dan Sylvia
Veronica Siregar (2012) yang menyatakan bahwa informasi dan sosialisai
berpengaruh positif terhadap pemahaman UMKM terhadap SAK ETAP. Salah satu
cara sosialisasi yang dapat dilakukan adalah dengan strategi inkubator bisnis.
Inkubator bisnis ini bertujuan untuk memberikan sosialisasi, serta pelatihan yang
instens dalam mendidik sumber daya manusia atau pengusaha dalam mengelola
bisnisnya, baik dari sisi manajemen maupun keuangan.
Secara garis besar, inkubator bisnis menerapkan 2 prinsip agar dapat berjalan
efektif yaitu :

8

1. Inkubator bisnis harus memberikan dampak positif pada pemberdayaan ekonomi
masyarakat.
2. Inkubator bisnis merupakan suatu model dinamis yang mampu mengikuti
perkembangan dan beroperasi secara efesien hingga mencapai kemandirian.
Dalam membangun inkubator untuk UMKM ini diperlukan pembangunan
fisik maupun non fisik. Untuk itu perlu adanya kerjasama antara pemerintah, swasta
dan akademisi. Pemerintah sebagai regulator menjadi salah satu landasan dalam
melaksanakan

inkubator

bisnis

untuk

UMKM. Salah

satu

instansi

yang

memungkinkan untuk malaksanakan inkubator untuk UMKM adalah perguruan
tinggi. Akan tetapi perguruan tinggi juga perlu dukungan dari swasta untuk mendanai
kegiatan inkubator bisnis ini melalui CSR perusahaannya.
Skema inkubator syariah untuk UMKM
SWASTA

PEMERINTAH

INKUBATOR BISNIS

UMKM

UNIVERSITAS

Sumber : Penulis
Dalam melaksanakan program inkubator bisnis ini UMKM akan melalui 3
tahapan yaitu tahap pra inkubasi, tahap inkubasi, dan tahap pasca inkubasi. Melalui
beberapa tahapan ini diharapkan UMKM akan mendapat pengetahuan, skill, dan
keterampilan dalam mengelola bisnisnya khususnya dalam membuat laporan
keuangan berdasarkan SAK ETAP.
1. Tahap pra inkubasi
Tahap pra inkubasi ini adalah tahap awal dimana pengusaha UMKM akan
diberikan pengetahuan secara umum mengenai pengelolaan bisnisnya termasuk
didalamnya adalah penyususnan laporan keuangan. Selain itu pemahaman
mengenai sifat dan jenis usaha yang dijalankan oleh pengusaha UMKM juga
perlu diperhatikan, karena hal ini akan menentukan juga strategi inkubasi. Hal ini

9

menyangkut mengenai perlakuan pencatatan laporan keuangan dan pengendalian
risiko bisnisnya.
2. Tahap inkubasi
Tahap ini adalah tahapan inti dalam proses inkubator bisnis untuk UMKM. Pada
tahap ini UMKM akan diperkenalkan dengan SAK ETAP yang menjadi fokus
utama program inkubator bisnis ini. Diharapkan dengan pengenalan ini
pengusaha UMKM dapat memahami tata cara penyusunan laporan keuangan
yang baik berdasarkan SAK ETAP. Setelah melalui proses pengenalan pengusaha
UMKM akan diberikan bimbingan praktik dalam membuat dan menyususn
laporan keuangan yang baik. Dengan pelatihan ini diharapkan skill dari
pengusaha UMKM dapat terbentuk dan dapat mengembangkannya.
3. Tahap pra inkubasi
Setelah pengusaha UMKM melalui tahap inkubasi maka saatnya pengusaha
mempratikkan ilmu yang diperoleh dari proses inkubatornya. Dalam hal ini
inkubator bisnis tidak secara langsung melapaskannya, akan ada pendampingan
untuk UMK dalam menyusun laporan keuangan mulai dari persiapan penilaian
asset sampai menyediakan laporan keuangan sesuai SAK ETAP.
Diharapkan melalui tiga tahap tersebut UMKM di Indonesia sudah secara
mandiri membuat laporan keuangannya sendiri sesuai SAK ETAP. Dengan laporan
keuangan tersebut dapat digunakan oleh UMKM dalam mendapatkan kredit baik dari
perbankan maupun dari pihak investor lain. Karena dengan adanya laporan keuangan
maka pihak kreditur akan dapat melihat kinerja dari UMKM.
Baas dan Schrooten (2006) menyatakan salah satu penyebab hampir di
seluruh dunia UMKM mengalami kesulitan dalam mendapatkan kredit perbankan
adalah adanya keterbatasan informasi bersifat Hard Information (yaitu laporan
keuangan) dengan kualitas yang sesuai dengan standar perbankan yang mampu
diberikan oleh UMKM. Kualitas laporan keuangan yang masih tergolong rendah
tersebut menjadi kendala bagi pihak perbankan untuk dapat mengandalkan informasi
keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut.

10

Metode sosialisasi yang diharapkan oleh para pengusaha UMKM terkait SAK
ETAP adalah dengan cara pelatihan yang berkelanjutan dengan pemberian modul
praktik kepada para pengusaha. Menurut mereka dengan cara ini dapat lebih mudah
untuk langsung dipraktekkan pada usaha mereka. Selama ini pelatihan akuntansi
ataupun sosialisasi yang ada lebih bersifat seminar sehari, sehingga hanya
memberikan teori namun kurang aspek prakteknya (Rudiantoro dan Sylvia Veronica
Siregar, 2012). Program inkubator bisnis ini merupakan strategi sosialisasi dan
pembelajaran UMKM terhadap SAK ETAP. Dengan adanya inkubator bisnis ini
diharapkan menjadi strategi dalam menghilangkan keterbatasan UMK di Indonesia
dalam memperoleh kredit dari perbankan sehingga UMKM di Indonesia akan mampu
bersaing dengan perusahaan lain dai pasar AEC 2015.
PENUTUP
Penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP merupakan salah satu
langkah yang dapat dilakukan oleh UMKM untuk memberikan informasi usahanya
sebagai salah satu pertimbangan perbankan maupun kreditor lainnya dalam
memberikan kredit usaha kepada UMKM. Dalam melaksanakan penyusunan laporan
keuangan tersebut diperlukan inkubator bisnis untuk memberikan pelatihan dan
pembimbingan kepada UMKM agar dapat UMKM dapat menyusun laporan
keuangannya sesuai SAK ETAP. Dalam proses inkubator bisnis UMKM akan melalui
3 tahapan utama yaitu pra inkubasi, inkubasi, dan pasca inkubasi yang diharapkan
dengan program tersebut UMKM dapat menyusun laporan keuangan yang berkualitas
dan dapat menjadi salah satu daya tarik kreditor dalam memberikan kredit sehingga
UMKM dapat bersaing di pasar AEC.
Saran yang diberikan oleh penulis yaitu untuk UMKM sudah saatnya untuk
membuka diri dalam mengadopsi SAK ETAP untuk memperoleh kredit yang lebih
mudah dari kreditor. Bagi pemerintah untuk memperhatikan pengembangan sarana
dan prasarana untuk pengembangan UMKM. Dan bagi universitas untuk membantu
UMKM dalam menyusun laporan keuangan melalui pelatihan.

11

Daftar Pustaka
Anna, Yane Devi. 2011. Analisis Penerapan Akuntansi dan Laporan Keuangan pada
Usaha Kecil dan Menengah Sentra Industri Kaos di Jawa Barat.
Institut Manajemen Telkom (IMT). Bandung
Baas, T. dan M. Schrooten. 2006. Relationship Banking and SMEs: A Theoretical
Analysis. Small Business Economics, 27.
Badan Pusat Statistik. 2012. Perkembangan UMKM 1997-2012. www.bps.go.id
Bornheim, S. and T.H. Herbeck. 1998. A Research Note on the Theory of SME: Bank
Relationship. Small Business Economic, 10, 327-331.
Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian. 2013. Tinjauan persiaan Menuju
ASEAN Economic Community (AEC) 2015.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 2013. Standar Akuntansi keuangan Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik. Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia.
Irfani dalam Novel. 2001. Inkubator Bisnis Sebagai Salah Satu Sarana Perwujud Misi
Perguruan Tinggi. Universitas Pancasila
Jati, H., B. Bala, dan O. Nisnoni. 2004. Menumbuhkan Kebiasaan Usaha Kecil
Menyusun Laporan Keuangan. Jurnal Bisnis dan Usahawan, II (8),
210-218.
Kementerian Koperasi dan UMKM Republik Indonesia. Statistik UMKM 2011.
www.depkop.go.id
Panggabean, Riana. 2005. Profil Inkubator dalam Penciptaan Wirausahawan Baru.
www.smecda.com
Rudiantoro, Rizki dan Sylvia Veronica Siregar. 2012. Kualitas Laporan Keuangan
UMKM Serta Prospek Implementasi SAK ETAP. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia Volume 9 - No. 1, Juni 2012.
Supriyani, Devi Mustika. 2014. Penerapan PSAK Di Indonesia Bagi UKM.
www.devimustikagunadarma.wordpress.com
Tim Penelitian dan Pengembangan Biro Kredit. Bank Indonesia. 2007. Kajian
Inkubator dalam Pengembangan UMKM. http://www.bi.go.id

12

CURRICULUM VITAE

FATHONI DWI JANARKO
085725489939
BENDOKARANG RT 03 RW XI GENTAN
BENDOSARI SUKOHARJO JAWA TENGAH
fathoni.051@gmail.com

1. Nama Lengkap

: FATHONI DWI JANARKO

2. Jenis Kelamin

: Laki-Laki

3. Tempat, Tanggal lahir

: Sukoharjo, 06 Januari 1993

4.

: Bendokarang RT 03 RW XI Gentan

Alamat

Bendosari Sukoharjo Jawa Tengah
Telepon Seluler

: 085725489939

Pos-el

: fathoni.051@gmail.com

5. Status Pendidikan
a. Jurusan

: Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sebelas Maret

b. Program Studi

: S1 Reguler

6. Riwayat Pendidikan
a. SD

: MI Gotong Royong Gentan

Tahun : 2005

b. SMP

: SMP Negeri 3 Sukoharjo

Tahun : 2008

c. SMA

: SMA Negeri 3 Sukoharjo

Tahun : 2011

7. Hobi / Minat

: Menulis, Organisasi, Sepak Bola

8. Organisasi
No.

Nama Organisasi

Level

Jabatan

Tahun

1

Kajian Ekonomi

Organisasi
Fakultas

Staff MoT

Kepengurusan
2012

2

Islam
Kajian Ekonomi

Fakultas

Manager of

2013

Islam

Treasury
1

3
4

Kajian Ekonomi

Fakultas

Manager

2014

Islam
Dewan

Fakultas

RnD
Anggota

2014

Mahasiswa
9. Karya yang pernah dibuat
N
o
1

Judul
ASMARA

Tingkat

(Area

Bisnis Nasional

Tahun
2013

Mahasiswa Syariah) : Peluang

Prestasi
Dibiayai
Dikti

Usaha Garage Sale Berbasis
Syariah di Lingkungan Kampus

2

UNS
(PKM K DIKTI)
Asuransi Pertanian Syariah : Regional

2013

Juara 1

2013

Finalis

2013

Finalis

Jaminan Optimalisasi Potensi
Pertanian

3

Sebagai

Upaya

Pemberdayaan Petani
(LKTEI)
Implementasi Proyek Berbasis Nasional
Lahan

MP3EI

Koridor

Ekonomi Kalimantan Melalui
Pembudidayaan

Tanaman

Jarak sebagai Solusi Ketahanan
Energi

Nasional

(Penerapan

Model Tata Niaga Hulu Hilir

4

dan Desa Mendiri Energi)
(LKTI)
Festival
UMKM
Nasional: Nasional
Program Peningkatan Kualitas
UMKM di Indonesia dalam
Menghadapi Asean Economic
Community

(AEC)

2015
2

(Penerapan

5

Model

Business

Cluster)
(LKTI)
Kebijakan Pajak Pertanian dan Nasional
Pembebanan

Pajak

2013

Finalis

2013

Finalis

2013

Finalis

2014

Finalis

Nasional

2014

Juara 1

Bisnis Nasional

2014

Juara 2

bagi

Importir Beras sebagai Upaya
Melindungi Pertanian dalam

6

Negeri
(LKTI)
Sharia Collaborative

Strategi Nasional

dan Business Cluster: Program
Peningkatan Kualitas UMKM
di Indonesia dalam Mendukung

7

Program MP3EI 2025
(LKTEI)
Kerjasama Asosiasi Asuransi Nasional
Syariah Indonesia (AAI) dan
Pendidikan Profesi Akuntansi
dalam Mewujudkan Akuntan

8

Asuransi

Syariah

Profesional
(ESSAY)
Sentralisasi

Akuntan

Publik

dalam

Anggaran

Sektor Nasional

Melaksanakan

Berbasis

Kinerja

Daerah

Melalui

Pemerintah
Model

yang

3P

(Perekrutan,

Pengembangan

Dan

Penempatan)
9

(Essay)
TOFU Emoticon

10

(Sharia Business Plan)
Difabel
Inkubator

3

Syariah: Menciptakan Difabel
Entrepreneur Indonesia Melalui
Peran

Perbankan

Syariah

11

(LKTEI)
Garasy (Garage Sale Syariah)

Nasional

2014

Finalis

12

(Sharia Business Plan)
Sharia Entrepreneur Solidarity : Nasional

2014

Finalis

2014

Juara 3

2014

Juara 3

2014

Finalis

Kerjasama

UMKM

antar

Negara Islam (OKI) dengan
Dinar – Dirham sebagai Alat
Tukar

Transaksi

dalam

Menghadapi Ekonomi Global
(Penerapan Model Tataniaga
Hulu-Hilir)
13

(LKTEI)
Penerapan
Pada

Good Governance Nasional

Lembaga

Mikro

Keuangan

Syariah

Meningkatkan

untuk
Kualitas

Pembiayaan Produktif sebagai
Upaya Pemberdayaan UMKM
dalam Menghadapi AEC 2015
14

(Essay)
Desa

Mandiri

Pemanfaatan
Pagar

Energi: Nasional

Potensi

Berbasis

Jarak

Agroindustri

Melalui Peran Koperasi dalam
Pengembangan

Energi

Terbarukan Indonesia
15

(Essay)
Penerapan

Total

Quality

Nasional

4

Management

dan

Governance

Sharia

pada Perbankan

Syariah dalam Meningkatkan
Market Share
16

(LKTEI)
Putri
Cempa
Community

Creative Nasional
(PC3)

2014

Finalis

2014

Finalis

2014

Finalis

:

Mengembangkan Jiwa Creative
Enterpreneur

di

Kalangan

Anak-anak di Sekitar Tempat
Pembuangan

Sampah

Akhir

Putri Cempa Mojosongo untuk
Mengoptimalkan Sumber Daya
Manusia

Indonesia

Menghadapi

dalam

Masyarakat

Ekonomi ASEAN
17

(LKTI)
Proyek Berbasis Lahan MP3EI Nasional
Koridor Ekonomi Kalimantan:
Pengembangan Jarak Sebagai
Energi Alternatif Terbarukan
Melalui Pembiayaan Syariah
(Penerapan Tata Niaga HuluHilir)

18

(LKTI)
Pengembangan

Desa

Wisata JAWA

Wirun Berbasis Budaya Dan
Kreatif
Pemerintah
Lembaga

Melalui

Peran

Daerah
Keuangan

dan

Syariah

Dalam Menghadapi AEC 2015
5

(LKTI)

6

CURRICULUM VITAE

LENI PRADASARI
085712531377
GRANTUNG RT 03 RW 05 KARANGMONCOL
PURBALINGGA JAWA TENGAH
pradasarileni@gmail.com
: LENI PRADASARI
: Perempuan
: Purbalingga, 19 Maret 1995
: Grantung RT 03 RW 05 Karangmoncol
Purbalingga Jawa Tengah
: 085712531377
: pradasarileni@gmail.com

1. Nama Lengkap
2. Jenis Kelamin
3. Tempat, Tanggal lahir
4. Alamat
Telepon Seluler
Pos-el
5. Status Pendidikan
a. Jurusan

: Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sebelas Maret
: S1 Reguler

b. Program Studi
6. Riwayat Pendidikan
a. SD
: SD Negeri 1 Grantung
b. SMP
: SMP Negeri 1 Karangmoncol
c. SMA
: SMA Negeri 1 Purbalingga
7. Hobi / Minat
: Menulis
8. Organisasi
No. Nama Organisasi
Level
Jabatan
Organisasi
1 KOPMA
Universitas
Anggota
2 Kajian Ekonomi
Fakultas
Magang
Islam
MoT
9. Karya yang pernah dibuat
N
Judul
o
1

Pengembangan

Desa

Tingkat
Wisata JAWA

Tahun : 2003
Tahun : 2006
Tahun : 2013
Tahun
Kepengurusan
2014
2014

Tahun
2014

Prestasi
Finalis

Wirun Berbasis Budaya Dan
Kreatif
Pemerintah

Melalui
Daerah

Peran
dan
7

Lembaga

Keuangan

Syariah

Dalam Menghadapi AEC 2015
(LKTI)

8