Bulletin Warta NTT Hal.10

10

TRIWULAN I/TAHUN 2014

S

etelah sebelumnya
sempat tiada, kini Biro
Hubungan Masyarakat
Sekretariat Daerah
Provinsi NTT hadir kembali
dengan embanan tugas
baru sebagai “Juru Bicara
Gubernur (Pemerintah Daerah)”.
Sebelumnya, pelaksanaan
fungsi kehumasan (public
relations) Pemerintah Provinsi
NTT menyebar pada struktur
eseleon III Dinas Komunikasi
dan Informatika, Eselon IV Biro
Umum serta fungsi Perpustakaan

Sekretariat Daerah yang ada di
Biro Organisasi Setda Provinsi
NTT. Kini pelaksanaan fungsi
kehumasan tersebut disatukan
kembali dalam wadah sebuah
Biro yang dilegalkan dengan
Peraturan Daerah Nomor 9
Tahun 2013 sebagai salah satu
Biro di lingkungan Sekretariat
Daerah Provinsi Nusa Tenggara
Timur.
Ada begitu banyak
pertimbangan pembentukan
kembali Biro Humas sebagai
salah satu Unsur Staf Gubernur
antara lain mengingat belum
optimalnya “Fungsi Juru Bicara
Kepala Daerah.” Hal tersebut
menyebabkan banyak aktivitas
kepala daerah tidak terekspos

secara baik, termasuk upaya
klariikasi (counter) opini
publik tidak mendapat porsi
yang berimbang di tengah
masyarakat. Pemerintah sangat
menyadari akan pentingnya
peran media massa dalam
turut menyebarkan berbagai
informasi penyelenggaraan
pemerintahan dan
pembangunan di daerah. Akan
tetapi, Pemerintah Provinsi
NTT juga melihat sedikitnya
ruang informasi publik yang
diberikan media cetak
umumnya untuk sanggahan
berita minor yang rentan
salah kaprah. Tidak sedikit
pemberitaan media lokal yang
menempatkan posisi Gubernur


Kembalinya
Biro Humas

Setda Provinsi NTT
sebagai pihak yang patut
diserang. Dari perspektif bisnis,
strategis pemasaran seperti ini
dapatlah diterima, terutama
untuk mengejar target oplah.
Tendensi ini nampak lebih jelas
manakala penyelenggaraan
tugas pemerintahan yang
bersinggugan dengan kegiatan
politik tetapi menjadi tugas
Gubernur sebagai wakil
pemerintah pusat di daerah.
Tidak dapat dipungkiri
bahwa arus besar semangat
reformasi birokrasi dan

gelombang demokratisasi
pemerintahan menuntut
penyelenggaraan urusan

pemerintahan yang transparan
dan akuntabel. Pada sisi ini
setiap penyelengara negara
juga dituntut untuk tidak alergi
terhadap berbagai kritikan
bahkan yang bernada sinis
sekalipun. Pada titik singgung
inilah, Biro Humas diharapakan
dapat memberikan informasi
yang berimbang (cover both
side) tanpa harus menutupi
kekurangan ataupun kelemahan
yang masih dihadapi. Dengan
semakin tingginya kesadaran
masyarakat akan informasi,
pemberitaan dituntut untuk

lebih lebih obyektif dan dinamis
dengan menyajikan berbagai
aspirasi yang lebih menarik.