3 Pedoman Telaah LKKL ver 10 maret 2016 Reviu FINAL

Latar Belakang
Tahun 2015 merupakan tahun pertama disusunnya Laporan Keuangan Pemerintah
dengan menggunakan basis Akrual dari sebelumnya menggunakan basis kas
Menuju Akrual (Cash Toward Accrual). Perbedaan mendasar antara Laporan
Keuangan basis Akrual dengan basis Kas Menuju Akrual adalah dari Komponen
Laporan Keuangan yang harus disajikan/dilaporkan sebagai berikut:
No

Basis Kas Menuju Akrual

Basis Akrual

1

Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

2

Neraca


Neraca

3

Catatan atas Laporan Keuangan

Laporan Operasional (LO)

4

Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

5

Catatan atas Laporan Keuangan

Dengan basis akrual, maka keterkaitan antar Komponen Laporan Keuangan menjadi
sangat erat. Hampir setiap transaksi melibatkan penyajian di LRA, Neraca, LO dan
LPE. Jarang ditemukan transaksi yang hanya melibatkan satu komponen laporan

keuangan saja. Dengan demikian diperlukan telaah antar komponen laporan
keuangan untuk meyakini bahwa keterkaitan antar laporan tersebut telah disajikan
sesuai ketentuan.
Perubahan basis akuntansi perlu didukung oleh Kebijakan Akuntansi, Sistem
Akuntansi dan Aplikasi yang memadai, oleh karena itu Kementerian Keuangan
menerbitkan beberapa penyesuaian, baik dari sisi:
-

Kebijakan Akuntansi, antara lain:
-

diberlakukannya Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis Akrual;

-

terbitnya Buletin Teknis SAP berbasis akrual mulai dari Bultek 15-Bultek 19
dan Interpretasi SAP 04;

-


terbitnya Pernyataan SAP No.13 tentang Penyajian Laporan Keuangan
Badan Layanan Umum

1|Halaman

-

Sistem Akuntansi:
-

-

Terbitnya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) terkait Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan basis akrual, Bagan Akun Standar Akrual, jurnal
standar basis Akrual, pedoman penyusunan LKKL akrual, dll

Aplikasi:
-


Terbitnya Aplikasi Persediaan, SIMAK-BMN dan SAIBA yang berbasis
akrual

Dengan terbitnya peraturan-peraturan dan aplikasi basis akrual, mungkin ada
sebagian yang belum dipahami secara baik. Terutama penggunaan menu-menu
transaksi pada Aplikasi Persediaan dan SIMAK-BMN dan penggunaan Jurnal pada
Aplikasi SAIBA. Kesalahan penggunaan menu transaksi dan pemilihan jurnal dapat
mengakibatkan kesalahan dalam penyajian Laporan Keuangan. Apabila dilakukan
telaah laporan keuangan, kemungkinan kesalahan tersebut dapat terdeteksi dan
diperbaiki sebelum dikirim ke Unit Akuntansi level diatasnya.
Sistem akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan basis akrual masih sama
dengan basis kas menuju akrual, yaitu dengan sistem berjenjang dan adanya proses
rekonsiliasi (baik internal maupun eksternal) di tiap jenjang pelaporan keuangan
sebagai berikut:

2|Halaman

Jenjang penyusunan laporan keuangan dimulai dari level Satker (Unit Akuntansi
Kuasa Pengguna Anggaran – UAKPA) yang dikirim ke Unit Akuntansi level
diatasnya (Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah – UAPPA-W).

UAPPA-W pada prinsipnya menggabungkan seluruh laporan keuangan tingkat
Satker dibawahnya, kemudian mengirimkannya ke level akuntansi diatasnya (Unit
Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon 1 – UAPPA-E1).
UAPPA-E1 pada prinsipnya menggabungkan seluruh laporan keuangan tingkat
Wilayah dibawahnya ditambah Satker Kantor Pusat dan Satker BLU, kemudian
mengirimkannya ke level akuntansi diatasnya (Unit Akuntansi Pembantu
Anggaran– UAPA).
UAPA pada prinsipnya menggabungkan seluruh laporan keuangan tingkat Eselon 1
dibawahnya menjadi Laporan Keuangan Kementeran Negara/Lembaga (LKKL).
LKKL ini dikirim ke Kementerian Keuangan.
Oleh Kementerian Keuangan, seluruh LKKL ditambah Laporan Keuangan
Bendahara Umum Negara (LK-BUN) dikonsolidasi menjadi Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP). Setelah LKPP diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan
diserahkan ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai pertanggungjawaban
Pemerintah atas APBN.
Dari jenjang penyusunan laporan keuangan diatas, apabila terdapat kesalahan pada
level Satker, maka kesalahan tersebut akan terbawa terus hingga level LKPP, atau
dengan istilah lain Garbage In, Garbage Out !
Dengan hal-hal tersebut diatas, maka diperlukan adanya telaah laporan keuangan
pada tiap level/jenjang pelaporan keuangan agar kesalahan di level bawah

ditemukan sedini mungkin dan diperbaiki pada level serendah mungkin.

Hal diatas terbukti pada penyusunan LKKL akrual tahun 2015 unaudited yang masih
ditemukan beberapa kesalahan seperti:
-

Laporan keuangan disusun tidak dari seluruh satker (masih ada satker yang
belum terkompilasi)
Masih terdapat akun “belum diregister” pada neraca
Tidak samanya Laporan Keuangan dengan Laporan BMN
Terdapat setoran SSBP dengan menggunakan akun yang salah
Terdapat akun-akun BLU padahal KL tersebut tidak memiliki Satker BLU
Migrasi LKKL 2014 Audited ke Saldo Awal LKKL 2015 belum sempurna
dll

3|Halaman

Apakah telaah laporan keuangan?
Telaah Laporan Keuangan adalah suatu kegiatan memeriksa laporan keuangan oleh
penyusun laporan keuangan untuk meyakini keandalan laporan keuangan yang

disusunnya.
Berbeda dengan reviu laporan keuangan yang dilakukan oleh Aparat Pengawas
Internal Pemerintah (APIP) atau audit laporan keuangan yang dilakukan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan, telaah laporan keuangan dilakukan oleh penyusun laporan
keuangan. Telaah dilakukan untuk meyakini keandalan laporan keuangan yang
disusunnya sebelum disampaikan ke jenjang/unit akuntansi diatasnya.

Siapa yang menelaah?
Yang melakukan penelaahan terhadap laporan keuangan adalah seluruh penyusun
laporan keuangan, mulai dari level UAKPA, UAPPA-W, UAPPA-E1, UAPA, hingga
penyusun LKPP.
Pereviu laporan keuangan (APIP) dapat juga menggunakan telaah laporan
keuangan ini sebagai tambahan dalam melakukan reviu atas laporan keuangan.

Kapan dilakukan Telaah?
Telaah laporan keuangan dilakukan setiap laporan keuangan akan disampaikan ke
Pihak Lain (Unit Akuntansi diatasnya).
Hal ini berarti telaah laporan keuangan dilakukan triwulanan, semesteran, tahunan
unaudited dan tahunan audited.


Bagaimana menelaah Laporan Keuangan?
Telaah laporan keuangan dilakukan terhadap laporan keuangan yang telah selesai
disusun. Pada umumnya yang ditelaah adalah kewajaran nilai-nilai yang terdapat
pada laporan keuangan dan kelengkapan laporan keuangan serta kecukupan
pengungkapan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Secara garis besar telaah laporan keuangan dilakukan atas hal-hal sebagai berikut:
1. Kelengkapan laporan keuangan
2. Kesesuaian dengan persamaan dasar Akuntansi Pemerintah
3. Kesesuaian Migrasi Saldo Awal

4|Halaman

4. Telaah per komponen laporan keuangan
a)
b)
c)
d)
e)
f)


Neraca Percobaan Akrual
Laporan Operasional
Laporan Perubahan Ekuitas
Neraca
Laporan Realisasi Anggaran
Catatan Atas Laporan Keuangan

5. Telaah antar Laporan Keuangan
a) Keterkaitan transaksi akrual intra laporan keuangan
b) Kesesuaian dengan Laporan Barang Milik Negara (L-BMN)
Hasil dari telaah laporan keuangan dituangkan dalam Kertas Kerja Laporan
Keuangan.

5|Halaman

KELENGKAPAN LAPORAN KEUANGAN
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan No.177/PMK.05/2015, Laporan Keuangan
Kementeran Negara/Lembaga terdiri dari Laporan Keuangan Pokok (laporan yang
disusun dan disajikan dalam rangka memenuhi tujuan laporan keuangan yang
bertujuan umum) dan Lampiran Pendukung-Laporan Keuangan Pokok (berupa

lampiran,
daftar,
atau
dokumen
tertentu
yang
berguna
dalam
penyusunan/kompilasi laporan keuangan dan/atau meningkatkan kualitas
laporan).
Untuk memenuhi ketentuan di atas, maka setiap penyusun laporan keuangan harus
memeriksa kelengkapan (check-list) apakah komponen-komponen berikut telah
dimasukkan ke dalam laporan keuangan yang telah disusunnya.
Komponen Laporan Keuangan Pokok:
1.

Pernyataan Telah Direviu (hanya untuk tingkat LKKL)

2.


Pernyataan Tanggung Jawab

3.

Ringkasan Laporan Keuangan

4.

Laporan Realisasi Anggaran

5.

Neraca

6.

Laporan Opersional

7.

Laporan Perubahan Ekuitas

8.

Catatan atas Laporan Keuangan

Untuk laporan keuangan pokok di atas, pastikan yang disampaikan bukan hasil
cetakan dari Aplikasi dan telah ditandatangani oleh yang seharusnya.
Lampiran Pendukung Laporan Keuangan:
1.

Neraca Percobaan Akrual (Cetakan Aplikasi)

2.

Neraca Percobaan Kas (Cetakan Aplikasi)

3.

Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) dengan KPPN/Kanwil DJPB/Dit. APK

4.

Neraca Awal (Cetakan Aplikasi)
6|Halaman

5.

Laporan Realisasi Pendapatan dan Belanja (Cetakan Aplikasi)

6.

Laporan Pengguna Barang (Laporan Kuasa Pengguna/Laporan BMN)
(Cetakan Aplikasi)

7.

Rencana dan Tindak Lanjut K/L atas temuan BPK (khusus tingkat LKKL)

Disamping lampiran pendukung diatas, dapat ditambahkan check-list lampiran
pendukung lainnya yang diperlukan sesuai kharakteristik masing-masing KL.

Kelengkapan Kompilasi/Penggabungan
Apakah LK disusun dari seluruh Satker di bawahnya?
Laporan keuangan pada tiap level, harus disusun dari seluruh satker dibawahnya.
Termasuk dari satker yang dilikuidasi namun belum selesai proses likuidasinya.

KESESUAIAN PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI
Dengan diterapkannya basis akrual, maka terdapat keterkaitan antara LO, LPE
dengan Neraca sebagai berikut:

Apabila disimpulkan, maka hubungan antara LO, LPE dan Neraca diatas sebagai
berikut:
1.

Nilai "Surplus/(Defisit)-LO" = Nilai "Surplus/ (Defisit) - LO" di LPE

2.

Saldo Ekuitas Akhir di LPE = Saldo Ekuitas di Neraca

3.

Aset = Kewajiban + Ekuitas

7|Halaman

Apabila ditemukan pada laporan keuangan ada yang tidak sesuai dengan
Persamaan Dasar Akuntansi diatas, kemungkinan Penyebabnya adalah:




Belum menggunakan Aplikasi SIMAK-BMN akrual (masih menggunakan
SIMAK-BMN versi 14.x.x)
Belum Update Aplikasi dan/atau Referensi Aplikasi SAIBA baik ditingkat
satker hingga tingkat KL;
Terdapat Jurnal yang tidak ada pasangannya (pada SAIBA versi sebelum 2.7
mungkin terjadi)

Solusi yang dapat dilakukan adalah:







Lakukan Update SIMAK-BMN akrual;
Update Aplikasi, terutama Referensi;
Cek/cetak dari Aplikasi SAIBA: Transasksi-Jurnal Penyesuaian-cetak-per
tanggal-isi 01-01-2015 sd 31-12-2015
Periksa, apakah ada yang tidak terisi pada kolom debet dan kreditnya
Jika ada, perbaiki, dengan cara hapus, input ulang, posting ulang
Lakukan untuk jenis transaksi lainnya: Jurnal Penyesuaian Neraca, Jurnal
Koreksi dan Jurnal Umum

Apabila hal ini terjadi/diketahui pada level yang atas (level wilayah sd KL), maka
harus ketahui dulu di Eselon 1 mana saja yang tidak sesuai, kemudian di wilayah
mana saja yang tidak sesuai, kemudian dicari satker mana yang tidak sesuai. Karena
perbaikan hanya dapat dilakukan di level satker.
Lakukan perbaikan di level satker, kemudian lakukan kirim dan terima ulang di
level atasnya.
Sangat dianjurkan tiap-tiap level atas (Wilayah, Eselon 1 dan KL) memiliki
pengawasan manual (dengan menggunakan Microsoft Excell misalnya) atas setiap
komponen laporan keuangan Unit Akuntansi dibawahnya. Hal ini dilakukan agar
apabila ada perubahan ADK kiriman dari level bawahnya dapat segera diketahui.
Bahkan sangat dianjurkan pula agar tiap Eselon 1 memiliki back-up aplikasi tingkat
satker dibawahnya

SALDO AWAL NERACA AKRUAL (MIGRASI)
Salah satu hal yang perlu ditelaah adalah Saldo Awal neraca tahun berjalan harus
sama dengan Saldo Akhir Neraca Tahun Anggaran Yang Lalu Audited. Kesamaan di
atas berlaku untuk tiap jenjang pelaporan keuangan sebagai berikut:

8|Halaman

-

-

-

Neraca awal tahun berjalan tingkat KL harus sama dengan neraca Akhir tingkat
KL Audited Tahun Anggaran yang lalu.
Neraca awal tahun berjalan tingkat Eselon 1 harus sama dengan neraca akhir
tingkat Eselon 1 Tahun Anggaran yang lalu dan juga harus sama dengan neraca
akhir tingkat KL Audited Tahun Anggaran yang lalu.
Apabila pada tingkat KL ditemukan adanya perbedaan saldo pada Laporan
Neraca Audited tingkat Eselon I, maka Eselon I tersebut harus memperbaiki data
Neraca Audited-nya mengikuti saldo Neraca Audited yang dimiliki oleh Tingkat
KL.
Neraca awal tahun berjalan tingkat Wilayah harus sama dengan neraca Akhir
tingkat Wilayah Tahun Anggaran yang lalu dan sama dengan neraca Akhir
tingkat Eselon 1 Tahun Anggaran yang lalu.
Apabila pada Eselon I ditemukan adanya perbedaan saldo pada Laporan Neraca
Audited tingkat wilayah, maka tingkat wilayah tersebut harus memperbaiki data
Neraca Audited-nya mengikuti saldo Neraca Audited yang dimiliki oleh Tingkat
Eselon I.
Neraca awal tahun berjalan tingkat Satker harus sama dengan neraca Akhir
tingkat Satker Tahun Anggaran yang lalu dan sama dengan neraca Akhir tingkat
Wilayah/Eselon 1 Tahun Anggaran yang lalu.
Apabila pada Tingkat Wilayah ditemukan adanya perbedaan saldo pada
Laporan Neraca Audited tingkat satker, maka satker tersebut harus memperbaiki
data Neraca Audited-nya mengikuti saldo Neraca Audited yang dimiliki oleh
Tingkat Wilayah.

Hal yang sering menjadi penyebab terjadinya perbedaan saldo awal antara tingkat
bawah dengan tingkat diatasnya adalah sebagai berikut:
1. Terdapat perubahan data pada level bawah, namun tidak disampaikan ke
tingkat diatasnya.
2. Terdapat perubahan yang dilakukan oleh tingkat atas, namun tidak disampaikan
ke tingkat yang dibawahnya.
Apabila terjadi sebagaimana angka 1 diatas, maka laporan keuangan tingkat
bawahnya harus mengubah laporan tahun lalu menjadi seperti sebelum ada
perubahan. Dan perubahan yang dilakukan agar dilakukan kembali sebagai
perubahan/koreksi tahun anggaran berjalan.
Apabila terjadi sebagaimana angka 2 diatas, maka laporan keuangan level
bawahnya harus mengubah laporan tahun anggaran lalu menjadi seperti perbaikan
yang telah dilakukan level diatasnya.

9|Halaman

MIGRASI KE AKRUAL PERTAMA KALI (TAHUN 2015)
Untuk tahun 2015, merupakan tahun pertama kali penerapan akuntansi berbasis
akrual dari sebelumnya menggunakan basis akuntansi Kas Menuju Akrual (Cash
Toward Accrual/CTA). Format Neraca Audited Tahun 2014 yang menggunakan basis
CTA mengalami perubahan dalam penyusunan Laporan Keuangan tahun 2015 yang
telah berbasis akrual. Dengan demikian KHUSUS tahun 2015 terjadi
migrasi/mapping saldo akun-akun Neraca Audited 2014 menjadi saldo akun-akun
Neraca awal tahun 2015 yang dapat diringkas sebagai berikut:
-

-

Seluruh Aset Audited 2014 dimigrasi menjadi Saldo Awal Aset 2015
Seluruh Kewajiban Audited 2014 dimigrasi menjadi Saldo Awal Kewajiban 2015,
Kecuali:
o Pendapatan Ditangguhkan (kode akun 219611), dimigrasi menjadi Ekuitas
Awal 2015
o Apabila dalam Pendapatan Ditangguhkan terdapat akun “Hibah yang
belum disahkan” (kode akun 219671), akun ini dimigrasi tetap menjadi
Kewajiban Awal 2015
Seluruh Ekuitas Dana Audited 2014 dimigrasi menjadi Saldo Ekuitas 2015

Apabila digambarkan sebagai berikut:

Proses migrasi diatas hanya berlaku pada tahun 2015 saja, mulai tahun 2016 tidak
terdapat proses migrasi diatas, karena format neraca dan basis akuntansi antara
tahun 2015 dengan tahun 2016 telah sama.

10 | H a l a m a n

Proses penyusunan laporan keuangan mengikuti kaidah akuntansi, yaitu:

Bila dilihat dari gambar diatas, terlihat bahwa laporan keuangan disusun
berdasarkan Neraca Percobaan Akrual. Apabila ada akun-akun pada Neraca
Percobaan yang salah, maka dapat dipastikan laporan keuangan yang disusun pun
salah.
Namun ada juga kesalahan pada akun-akun di Neraca Percobaan yang tidak
mengakibatkan Laporan Keuangan Face menjadi salah. Karena Laporan face
merupakan satu atau gabungan beberapa akun.
Misalnya, Akun Barang konsumsi salah nilainya tertukar dengan akun persediaan
lainnya. Kesalahan ini tidak akan mengakibatkan kesalahan pada laporan Keuangan
Neraca face, karena kedua akun tersebut akan dijumlahkan menjadi akun Persediaan
di Neraca face.
Namun, apabila yang tertukar adalah akun Beban Persediaan Konsumsi dengan
Akun Beban Persediaan Suku cadang, akan menimbulkan kesalahan pada Laporan
Operasional, karena akun Beban Persediaan Konsumsi akan menjadi Beban
Persediaan di LO, sedangkan akun Beban Persediaan Suku cadang akan menjadi
Beban Pemeliharaan di LO
Dengan demikian kebenaran akun-akun di Neraca Percobaan Akrual menjadi sangat
penting.

Pengecekan Saldo-saldo pada Neraca Percobaan Akrual
Pengecekan Saldo-saldo pada Neraca Percobaan adalah sebagai berikut:
Pengecekan Saldo Tidak Normal
1.

Adakah akun dengan uraian "null" atau tidak ada uraiannya
11 | H a l a m a n

Uraian “null” dapat muncul pada tiap level laporan keuangan. Biasanya muncul
apabila terdapat kode akun yang tidak dikenal oleh aplikasi. Hal ini dapat terjadi
karena belum update referensi pada Aplikasi, baik aplikasi Persediaan, SIMAK-BMN
maupun SAIBA pada semua level.
Pengecekan posisi saldo normal (Debet atau Kredit)
Tiap-tiap akun memiliki posisi normalnya, apakah di Debet atau di Kredit. Apabila
suatu akun tidak berada pada posisi normalnya, belum tentu salah, namun
kemungkinan besar salah. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan, atau apabila
memang karena satu dan lain hal bersaldo di posisi yang tidak normal, agar
dijelaskan lebih lanjut dalam catatan telaah laporan keuangan. Adapun posisi saldo
normal masing-masing akun adalah sebagai berikut:
1.

Akun Aset (1xxxxx) bersaldo (D) (kec.Penyisihan dan Akumulasi)

2.

Akun Penyisihan Piutang (116xxx) bersaldo (K)

3.

Akun Akumulasi Penyusutan (137xxx dan 169xxx) bersaldo (K)

4.

Akun Kewajiban (2xxxxx) bersaldo (K)

5.

Akun Pendapatan (4xxxxx) bersaldo (K) (kec.Pengembalian Pendapatan)

6.

Akun Pengembalian Pendapatan (4xxxxxx) bersaldo (D)

7.

Akun Belanja/beban (5xxxxx) bersaldo (D) (kecuali Beban Penyisihan
Piutang)

8.

Akun Pengembalian Belanja (5xxxxx) bersaldo (K)

Akun-akun yang tidak boleh ada:
Sama halnya dengan posisi Saldo Normal diatas, akun-akun tersebut dibawah ini
seharusnya tidak ada pada K/L. Apabila ada, dilakukan perbaikan, atau apabila
memang karena satu dan lain hal bersaldo di posisi yang tidak normal, agar
dijelaskan lebih lanjut dalam catatan telaah laporan keuangan. Adapun akun-akun
yang tidak boleh ada adalah sebagai berikut:
1. Persediaan/Aset Tetap/Aset Lainnya“Belum Diregister”
Akun “Belum Diregister” hanya boleh ada pada Laporan Keuangan Interim
(Bulanan/Triwulanan/Semesteran). Pada Laporan Keuangan Tahunan tidak
boleh ada.
Resiko: Jika Satker menjurnal “sembarangan”, yang penting akun “Belum
Diregister” hilang.

12 | H a l a m a n

2. Akun 391121 (Ekuitas Transaksi Lainnya)
Akun ini hanya untuk RRI, TVRI dan POLRI
3. Akun 41 (Pendapatan Perpajakan)
Akun ini hanya untuk BA.015.04 Ditjen Pajak, Kementerian Keuangan.
Apabila akun ini muncul selain Satker Ditjen Pajak Kementerian Keuangan,
misalnya: Akun 411122, kemungkinan karena salah jurnal saldo Kas Lainnya di
Bendahara Pengeluaran yang merupakan potongan pajak. Jurnal yang benar
adalah dengan akun lawan 219961 (utang pajak bendahara yang belum disetor)
4. Akun 423319 (Pendapatan Bunga Lainnya)
Biasanya akun ini muncul karena salah memilih akun, seharusnya akun 423221
(Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro) tetapi ke akun 423319.
5. Akun 423956 (Penerimaan kembali belanja hibah TAYL)
Akun ini merupakan pengembalian Belanja Hibah (akun 56xxxx) yang hanya
untuk BA-BUN Pengelolaan Hibah (999.02)
6. Akun 423958 (Penerimaan kembali belanja lain-lain TAYL)
Akun ini merupakan pengembalian Belanja Lain-lain (akun 58xxxx) yang hanya
untuk BA-BUN Belanja Lain-lain (999.08)
7. Akun 43 (Pendapatan Hibah)
Akun ini hanya untuk BA 999.02
8. Bila bukan Satker BLU/tidak terdapat Satker BLU, maka TIDAK BOLEH ADA:
o akun 424xxx, 525xxx dan 527xxx
o Akun diatas diperuntukkan khusus untuk Satker BLU.
Berlaku kebalikannya, apabila merupakan Satker BLU, atau ada satkernya yang
BLU, maka harus ada minimal salah satu dari akun 424xxx, 525xxx dan 527xxx.
9. Akun 219671 (Hibah Langsung Yang Belum Disahkan)
Akun ini merupakan akun Kas Menuju Akrual. Sejak 2015 tidak digunakan lagi,
diganti menjadi akun 218211 (Hibah Langsung Yang Belum Disahkan).

Bila terdapat Saldo akun-akun diatas, kemungkinan karena salah jurnal di SAIBA.
Cek jurnal-jurnal yang melibatkan Akun-akun diatas.

13 | H a l a m a n

Telaah Hibah Langsung
Hibah langsung secara perlakuan akuntansi terbagi 2, yaitu hibah berupa uang/kas
dan hibah berupa barang/jasa. Sejak diberlakukannya basis Akrual, titik pengakuan
hibah adalah pada saat diterima. Jika hibah berupa uang/kas, diakui pada saat uang
diterima di rekening koran, jika hibah berupa barang/jasa, diakui pada saat BAST.
Sesuai Surat S-545/PB/2016 tanggal 21 Januari 2016 hal Rilis Update Aplikasi
Persediaan, SIMAK-BMN, dan SAIBA dalam Rangka Penyusunan LKKL Tahun
2015, pengesahan hibah langsung bentuk uang Tahun Anggaran 2015, pengakuan
hibah berupa uang pada saat uang diterima dengan melakukan jurnal manual pada
Aplikasi SAIBA sebagai berikut:
(D) 111827(Kas Lainnya dari Hibah Yang Belum disahkan)
(K) 218211 (Hibah Langsung Yang belum disahkan)
Dengan demikian, jika ada Akun 111827 (Kas Lainnya dari Hibah Yang Belum
disahkan) maka Harus ada akun 218211 (Hibah Langsung Yang belum disahkan).
Nilai akun 111827 nilainya maksimal sama atau lebih kecil dibanding 218211.
Kenapa bisa lebih kecil (tidak harus sama)?
Karena Sesuai Surat Dirjen Perbendaharaan No.S-9678/PB/2015, pengakuan hibah
barang/jasa pada saat BAST dengan melakukan jurnal manual pada aplikasi SAIBA
sebagai berikut:
(D) 13xxxx/166411/117911 (Aset tetap/Lainnya/Persediaan yang Belum Diregister)
(K) 218211 (Hibah Langsung Yang belum disahkan)
Dengan demikian Akun 111827 bisa lebih kecil dari akun 218211, namun tidak
mungkin lebih besar dari akun 218211.
Posisi saldo normal:
Akun 218211 (Hibah Langsung Yang belum disahkan) harus bersaldo kredit
Akun 111827 (kas Lainnya dari Hibah Langsung Yang belum Disahkan) harus
bersaldo Debet.
Jika terdapat akun 111827 bersaldo Kredit, kemungkinanya telah terbit SP2HL
pengesahan hibah langsung berupa uang, namun belum melakukan Jurnal
Pencatatan Kasnya.
Akun “Hibah Langsung Belum Disahkan” seharusnya tidak ada pada Laporan
Keuangan Tahunan–Namun TIDAK HARUS tidak ada
Mengapa seharusnya tidak ada? karena seharusnya sudah dilakukan pengesahan.
Dengan dilakukan pengesahan, maka akun-akun “yang belum disahkan” akan tidak
ada lagi. “Kas Lainnya di KL dari Hibah yang belum disahkan” akan berubah
14 | H a l a m a n

menjadi “Kas lainnya di KL dari Hibah”, sedangkan akun “Hibah Langsung yang
belum disahkan” akan berubah menjadi “Pengesahan Hibah Langsung”.
Terkadang ada Satker “bandel” tidak berniat melaporkan/mengesahkan Hibah
langsungnya. Saat Tripartied ditemukan oleh BPK, dan tidak sempat lagi disahkan.
Biarkan tetap muncul akun ini. Tunggu kebijakan akuntansi atas perlakuan
selanjutnya pada TA 2016.
Resiko:


Satker Menjurnal “sembarangan”, yang penting akun “Hibah Langsung Belum
Diregister” hilang

Solusi:



Cetak Buku Besar Akrual atas Akun “Hibah Langsung Yang Belum
Diregister”
Cek pasangan jurnalnya, apakah dari SP2HL/MPHL-BJS? Bila tidak, berarti
belum pernah ada pengesahannya! Hapus jurnal tsb. biarkan muncul akun
“belum disahkan”

Telaah Transfer Keluar/Transfer Masuk
Akun ini transfer keluar dan transfer masuk digunakan untuk:



Transfer keluar/transfer masuk Aset (Persediaan/Aset Tetap/Aset Lainnya)
antar Satker di lingkungan Pemerintah Pusat.
Transfer keluar/transfer masuk selain Aset (Kas/Piutang/Utang) antara
Satker yang dilikuidasi ke Satker Penerima.

Resiko:
Akun/Menu ini seharusnya tidak digunakan. Misal:




Pembelian menggunakan transfer masuk, mengakibatkan:
o Akun Beban barang dan Jasa pada Laporan Operasional terlalu tinggi
(overstated)
o Akun Transaksi Antar Entitas (transfer masuk) pada Laporan
Perubahan Ekuitas terlalu tinggi (overstated).
Pemakaian menggunakan transfer keluar, mengakibatkan:
o Akun Beban Persediaan pada Laporan Operasional terlalu rendah
(understated)
o Akun Transaksi Antar Entitas (transfer keluar) pada Laporan
Perubahan Ekuitas terlalu tinggi (overstated).

15 | H a l a m a n

Solusi:




Cek Kebenaran penggunaan Akun/menu tersebut di Aplikasi
Persediaan/SIMAK
Bila ternyata jurnal di SAIBA, cek kebenarannya
Telaah:
o Mungkinkah di Satker/E1/KL ini terdapat Transfer Masuk/Transfer
Keluar?
o Bila ya, seharusnya lebih besar mana? Transfer Masuk atau Transfer
Keluar? Atau seharusnya nilai keduanya sama?
o Pastikan ada pengawasan Transfer Keluar dan Transfer masuk

Pengawasan Transfer Keluar dan transfer masuk terkait Jumlah dan harga

Analisa Akun 491429 (Pendapatan Perolehan Aset Lainnya)
Sangat jarang terjadi “Perolehan Aset Lainnya”, sehingga apabila ada akun ini, agar
dikonfirmasi kebenarannya, karena ada kemungkinan salah memilih menu transaksi
pada Aplikasi Persediaan/SIMAK.
Akun ini normalnya jurnal kiriman dari Persediaan/SIMAK BMN, yaitu saat
memilih menu transaksi “perolehan lainnya”.
Apabila berasal dari Jurnal SAIBA, mungkin saja benar, namun harus dikonfirmasi
penyebab input jurnal pendapatan ini di SAIBA.

16 | H a l a m a n

Laporan Operasional adalah laporan yang menyajikan ikhtisar sumber daya
ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya (PP 71 Tahun 2010). Laporan
ini terbagi menjadi 3 (tiga) kegiatan utama, yaitu Kegiatan Operasional, Kegiatan
Non Operasional dan Pos Luar Biasa.
Akun-akun pada laporan Operasional merupakan gabungan satu/beberapa akun
pada Neraca Percobaan.
Hal-hal yang perlu ditelaah atas Laporan Operasional adalah sebagai berikut:

Yang Tidak Boleh Terisi dalam Laporan Operasional
PENDAPATAN:


Pendapatan Perpajakan (Didalamnya termasuk Cukai dan Bea Masuk/Keluar)
Pendapatan perpajakan merupakan pendapatan untuk BA.15.04 (Ditjen Pajak
Kementerian Keuangan) dan BA.15.05 (Ditjen Bea dan Cukai Kementerian
Keuangan)



Pendapatan Hibah
Pendapatan hibah merupakan pendapatan untuk BA.999.02 (BUN Pengelola
Hibah).

BEBAN:


Beban Bunga



Beban Subsidi



Beban Hibah



Beban Transfer



Beban Lain-lain

Selain itu, pastikan TIDAK terdapat akun “Null.”
Apabila terdapat akun “null” pada LO, kemungkinannya adalah belum melakukan
update aplikasi dan/atau referensi di tiap jenjang aplikasi.

17 | H a l a m a n

Pengecekan Saldo Normal
Seluruh Saldo pada LO (baik dari Kegiatan Operasional maupun Non Operasional)
bersaldo Positif, termasuk pada Kegiatan Non Operasional Kecuali Beban Penyisihan
Piutang.
Berdasarkan PMK 270/2014 dan Perdirjen Perbendaharaan No.Per-43/PB/2015
dimungkinkan bersaldo negatif, namun perlu dikonfirmasi kebenaran penyebab
saldo negatif tersebut.

Pengecekan kebenaran Beban Penyisihan Piutang
Berdasarkan peraturan diatas, maka:

Misalnya (bila tidak ada penghapusan piutang):
Saldo awal penyisihan piutang = (Rp.100,-)
Saldo akhir penyisihan piutang = (Rp.170,-)
Maka beban penyisihan piutang adalah (Rp.100,-) – (Rp.170,-) = Rp.70,-

Misalnya (bila ada penghapusan piutang):
Saldo awal penyisihan piutang = (Rp.100,-)
Saldo akhir penyisihan piutang = (Rp.170,-)
Penghapusan Piutang = Rp.50,Maka beban penyisihan piutang adalah (Rp.100,-) – (Rp.170,-) + Rp.50,- = Rp.120,-

18 | H a l a m a n

Telaah Keterkaitan Antar Laporan – Beban Barang Diserahkan ke Masyarakat
Beban barang diserahkan ke Masyarakat adalah penyerahan barang persediaan
kepada masyarakat.
Berbeda dengan bantuan sosial, yaitu penyerahan barang kepada pihak yang
mengalami risiko sosial.
Normalnya beban ini hanya dari kiriman Jurnal Aplikasi Persediaan.
Pembelian “barang diserahkan kepada masyarakat” normalnya dibeli dengan akun
526xxx, sehingga apabila tidak ada Realisasi Belanja Akun 526xxx (Belanja barang
diserahkan ke masyarakat), maka seharusnya beban barang diserahkan ke
masyarakat tidak ada juga.
Apabila tidak pernah ada realisasi 526xxx, namun ada “Beban Barang diserahkan ke
Masyarakat”, kemungkinan penyebabnya adalah:
 Pembelian “barang diserahkan kepada masyarakat” akun 526xxx dilakukan
pada tahun anggaran yang lalu, penyerahannya kepada masyarakat dilakukan
pada tahun berjalan (sehingga di Tahun berjalan hanya ada Beban Barang diserahkan
kepada Masyarakat, namun tidak ada realisasi Belanjanya)
 Ada pembelian Materai
Pemilihan kode Materai di Aplikasi Persediaan otomatis menghasilkan
persediaan barang diserahkan ke masyarakat, dan penggunaannya menjadi
beban Barang diserahkan ke Masyarakat
Solusi: kode barang materai diubah ke kode barang konsumsi, atau dilakukan
jurnal koreksi dari beban barang diserahkan kepada masyarakat menjadi beban
persediaan (beban barang konsumsi).
 Kesalahan memilih kode Barang pada Aplikasi persediaan
misal: membeli persediaan konsumsi menggunakan kode barang diserahkan ke
masyarakat.
Apabila barang tersebut belum habis digunakan, akan muncul Saldo Persediaan
Barang diserahkan ke masyarakat pada Neraca dan beban Barang diserahkan ke
Masyarakat di Laporan Operasional.
Solusi: lakukan perbaikan kode barang di Aplikasi Persediaan, kemudian
kirim/terima ulang di aplikasi SIMAK dan SAIBA.
 Kesalahan melakukan Jurnal
Kesalahan dalam melakukan jurnal di Aplikasi SAIBA. Mungkin maksudnya
jurnal yang lain, namun dilakukan jurnal ke Beban barang diserahkan ke
masyarakat.
Solusi: cek jurnal-jurnal terkait beban barang diserahkan ke masyarakat,
perbaiki, posting ulang.
19 | H a l a m a n

Telaah Keterkaitan Antar Laporan – Beban Bantuan Sosial
Bantuan sosial diberikan kepada pihak yang mengalami risiko sosial. Bantuan sosial
dapat diberikan berupa uang atau berupa barang dengan menggunakan akun
57xxxx. Akun-akun Bansos berupa uang adalah 57x111, sedangkan akun-akun
Bansos berupa barang adalah 57x112.
Apabila bansos berupa uang, maka pada saat penerbitan SPM/SP2D belanja Bansos,
pada saat itu diakui adanya beban bansos di LO.
Apabila bansos berupa barang, maka pengakuan beban bansos pada saat barang
telah diserahkan kepada yang berhak. Sedangkan barang yang belum diserahkan
kepada yang berhak akan dicatat sebagai persediaan (Persediaan barang bansos)
pada Neraca.
Dengan demikian, beban bansos dapat merupakan Jurnal dari SAIBA (untuk bansos
berupa uang) dan Jurnal kiriman dari Aplikasi Persediaan (untuk bansos berupa
barang).
Untuk telaah beban bansos, apabila tidak ada Realisasi Belanja Akun 57xxxx, maka
seharusnya beban bansos tidak ada juga.
Apabila tidak pernah ada realisasi 57xxxx, namun ada “Beban Bansos”,
kemungkinan penyebabnya adalah:
 Pembelian “barang bansos” akun 57x112 dilakukan pada tahun anggaran yang
lalu, penyerahannya kepada yang berhak dilakukan pada tahun berjalan
(sehingga di Tahun berjalan hanya ada Beban Bansos, namun tidak ada realisasi
Belanjanya)
 Kesalahan memilih kode Barang pada Aplikasi persediaan
misal: membeli persediaan konsumsi menggunakan kode barang bansos.
Apabila barang tersebut belum habis digunakan, akan muncul Saldo Persediaan
Bansos pada Neraca dan beban Bansos di LO.
Solusi: lakukan perbaikan kode barang di Aplikasi Persediaan, kemudian
kirim/terima ulang di aplikasi SIMAK dan SAIBA.
 Kesalahan melakukan Jurnal
Kesalahan dalam melakukan jurnal di Aplikasi SAIBA. Mungkin maksudnya
jurnal yang lain, namun dilakukan jurnal ke Beban Bansos.
Solusi: cek jurnal-jurnal terkait beban bansos, perbaiki, posting ulang.

Sehubungan dengan telaah atas beban barang diserahkan ke masyarakat dan Beban
bansos diatas, dibawah ini disajikan hubungan antara Pembelian Persediaan,
Penyajian Di Neraca Dan Pembebanan Di LO sebagai berikut:

20 | H a l a m a n



Pembelian persediaan untuk konsumsi, berjaga-jaga, lainnya (akun 5218xx) 
Neraca: Persediaan  Pemakaian: Beban Persediaan



Pembelian persediaan untuk pemeliharaan dan suku cadang (akun 523xxx) 
Neraca: Persediaan  Pemakaian: Beban Pemeliharaan



Pembelian persediaan untuk diserahkan ke masyarakat (akun 526xxx) 
Neraca: Persediaan  Penyerahan: Beban Barang diserahkan ke Masyarakat



Pembelian persediaan untuk Bansos (akun 57x112)  Neraca: Persediaan 
Penyerahan: Beban Bansos

Aplikasi Persediaan membedakan suatu persediaan menjadi barang persediaan,
barang pemeliharaan, barang diserahkan ke masyarakat ataupun barang bansos
berdasarkan kode barang. Kode Kelompok Barang Diserahkan ke Masyarakat
adalah 05, sedangkan kode barang bansos adalah 10.
Sehingga kesalahan dalam mengisi kode barang persediaan mengakibatkan
kesalahan dalam beban di LO.

Sebagai bahan referensi, terlampir tabel mapping Akun yang ada di Laporan
operasional sebagai berikut:
No Nama Akun di Laporan Operasional

Akun Pembentuk

1.

Pendapatan Perpajakan

41XXXX

2.

Pendapatan Sumber Daya Alam

421XXX

3.

Pendapatan Bagian Pemerintah atas 422XXX
Laba

4.

Pendapatan
Lainnya

5.

Beban Pegawai

51XXXX dan 525111.

6.

Beban Persediaan

5931XX dan 5932XX

7.

Beban Barang dan Jasa

521XXX, 522XXX, 525112, 525113,
525116, 525117, 525119, dan 595XXX

8.

Beban Pemeliharaan

5231XX, 593113 dan 593114

9.

Beban Perjalanan Dinas

524XXX dan 525115

10.

Beban Barang Untuk
Kepada Masyarakat

11.

Beban Bantuan Sosial

Negara

Bukan

Pajak 423XXX, 424XXX, dan 491221

Diserahkan 526XXX dan 527XXX
57XXXX

21 | H a l a m a n

12.

Beban Penyusutan dan Amortisasi

591XXX dan 592XXX

13.

Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih

594XXX

14.

Pendapatan Pelepasan Aset Non Lancar 42312X dan 491411

15.

Beban Pelepasan Aset Non Lancar

16.

Pendapatan
dari
Kegiatan
Operasional Lainnya

17.

Beban dari Kegiatan Non Operasional 521214,
Lainnya
581611,
596211

596111
Non 42391X, 42392X, 42394X,
491111, 491311, 491421,
498XXX, 499XXX
581415,
596111,

581421,
596112,

42395X,
491429,
581422,
596121,

Mapping akun diatas dapat dilihat dari aplikasi SAIBA, pada menu tabel referensi
 daftar mapping akun

22 | H a l a m a n

Laporan Perubahan Ekuitas adalah laporan yang menyajikan informasi kenaikan
atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya
sesuai dengan definisi di PP 71 Tahun 2010. Format LPE berdasarkan Surat Ditjen
Perbendaharaan No.S-670/PB/2016 halaman 11 adalah sebagai berikut:

Akun-akun pada LPE merupakan gabungan satu/beberapa akun pada Neraca
Percobaan. Hal-hal yang perlu ditelaah atas LPE adalah sebagai berikut:

Akun Ekuitas Awal
Akun ini harus sama dengan Ekuitas Akhir tahun sebelumnya, baik yang terdapat
pada Saldo Ekuitas Akhir di LPE Audited Tahun sebelumnya, maupun pada Akun
Ekuitas di Neraca Audited tahun sebelumnya.

23 | H a l a m a n

Akun Surplus Defisit LO
Akun ini harus sama dengan akun “Surplus/Defisit” pada Laporan Operasional.

Akun Penyesuaian Nilai Aset
Akun Penyesuaian Nilai Aset sampai dengan buku telaah ini disusun baru
digunakan untuk menyesuaikan nilai persediaan saja. Penyesuaian Nilai Persediaan
yang masuk dalam akun ini adalah:


Penyesuaian nilai persediaan yang disebabkan Kebijakan Akuntansi Pemerintah
Pusat menggunakan Metode Penilaian Persediaan “Harga Perolehan Terakhir”.



Mengkoreksi atas kesalahan Persediaan, yang terjadi pada Tahun Anggaran
Berjalan dan diperbaiki pada TA Berjalan juga. Pada Aplikasi Persediaan apabila
menggunakan menu Koreksi.



Mengeliminir akun “Persediaan belum diregister” karena pembulatan.
Munculnya akun “ xxx Belum diregister” dapat dijelaskan sebagai berikut.
– Pencatatan nilai barang persediaan didasarkan atas bukti kuitansi,BAST
atau dokumen sesuai dengan transaksi persediaan yang terjadi.
– Operator merekam nilai satuan persediaan berdasarkan perbandingan
nilai uang yang direalisasikan dibagi dengan jumlah mutasi persediaan
berdasarkan dokumen yang ada.
– Nilai satuan persediaan berdasarkan perhitungan diatas kadang dalam
bentuk desimal yang dapat dicatat di Aplikasi Persediaan.
– Nilai di Aplikasi Persediaan ditransfer ke Aplikasi SIMAK sementara
Aplikasi SAIBA mencatat berdasarkan nilai total dokumen/bukti.
– Dengan demikian dimungkinkan muncul perbedaan antara Aplikasi
Persediaan dan SIMAK karena pembulatan dalam bentuk akun “xxx
Belum diregister”.

Akun ini normalnya ada selama pemerintah masih menggunakan metode “Harga
Perolehan Terakhir” dalam menilai saldo persediaan di Neraca dan Beban
Persediaan/Pemeliharaan/Barang Diserahkan ke Masyarakat/Bansos.
Bila akun ini tidak ada, kemungkinannya adalah sebagai berikut:



belum Update Aplikasi persediaan
Tidak memiliki saldo awal dan setiap pembelian persediaan dihabiskan sebelum
membeli persediaan berikutnya, serta pembelian persediaan berikutnya tersebut
dilakukan pada bulan yang berbeda dengan penghabisan persediaan
sebelumnya.
24 | H a l a m a n



Hal diatas hanya mungkin terjadi pada level Satker yang pagu persediaannya
kecil dan kegiatannya memang tidak banyak memerlukan persediaan, misalnya
Satker Tugas Pembantuan.

Akun Penyesuaian Nilai Aset normalnya adalah kiriman Jurnal dari Aplikasi
Persediaan.
• Cek apabila bukan jurnal kiriman dari Aplikasi Persediaan.
• Salah satu caranya adalah dari Aplikasi SAIBA cetak Laporan  Buku Besar 
Basis Akrual  isikan tanggal dan kode akun 391117. Lihat apakah pada kolom
JNSDOK ada yang bukan JRNBMN.
• Apabila ada, cek kebenarannya. Bila salah, perbaiki dan posting ulang.
Akun penyesuaian nilai aset merupakan akun 391117 (penyesuaian Nilai
persediaan) dalam Neraca Percobaan.

Ilustrasi Penyesuaian Nilai Persediaan
Nilai penyesuaian Nilai Persediaan di LPE apabila terlalu besar, atau terdapat Jurnal
Kiriman dari Aplikasi Persediaan yang nilainya besar pada bulan tertentu saja, agar
ditelaah kebenarannya. Ada kemungkinan operator Persediaan pada bulan tersebut
salah dalam input harga persediaan atau salah input jumlah persediaan, atau salah
keduanya. Contohnya adalah sebagai berikut:
Transaksi Yang Sebenarnya:
 Saldo awal = nol
 05 Januari 2015: Pembelian Kertas 5 Rim @Rp.10.000,- = Rp.50.000, 15 Januari 2015: Pembelian Kertas 5 Rim @Rp.11.000,- = Rp.55.000, 25 Januari 2015: Pembelian Kertas 5 Rim @Rp.12.000,- = Rp.60.000, 29 Januari 2015: Pemakaian Kertas 12 Rim
 31 Januari 2015: sisa kertas 3 Rim
Jurnal yang terbentuk adalah sebagai berikut:
 Saldo Persediaan di Neraca: 3 Rim x Rp.12.000,- = Rp.36.000, Beban Persediaan di LO: 12 Rim x Rp.12.000,- = Rp.144.000, Penyesuaian Nilai Persediaan = Total Pembelian – Beban Persediaan – Saldo
Persediaan = (Rp.50.000,- + Rp.55.000,- + Rp.60.000) – Rp.144.000 – Rp.36.000,= (Rp.15.000,-)  jika minus berarti di Sisi Kredit
Seandainya terjadi kesalahan pada pembelian kedua, seharusnya harga satuannya
Rp.11.000,00 diinput Rp.1.100.000,- sebagai berikut:

25 | H a l a m a n








Saldo awal = nol
05 Januari 2015: Pembelian Kertas 5 Rim @Rp.10.000,- = Rp.50.000,15 Januari 2015: Pembelian Kertas 5 Rim @Rp.1.100.000,- = Rp.5.500.000,25 Januari 2015: Pembelian Kertas 5 Rim @Rp.12.000,- = Rp.60.000,29 Januari 2015: Pemakaian Kertas 12 Rim
31 Januari 2015: sisa kertas 3 Rim

Jurnal yang terbentuk adalah sebagai berikut:
 Saldo Persediaan di Neraca: 3 Rim x Rp.12.000,- = Rp.36.000, Beban Persediaan di LO: 12 Rim x Rp.12.000,- = Rp.144.000, Penyesuaian Nilai Persediaan = Total Pembelian – Beban Persediaan – Saldo
Persediaan = (Rp.50.000,- + Rp.5.500.000,- + Rp.60.000) – Rp.144.000 –
Rp.36.000,- = Rp.5.430.000  jika positif berarti di Sisi Debet
Hasilnya adalah:
 Saldo Persediaan Sama
 Beban Persediaan Sama
 Penyesuaian Nilai Persediaan Salah, otomatis Ekuitas di Neraca juga Salah

Contoh lainnya adalah pada pembelian kedua seharusnya 5 Rim harga Rp.11.000,namun diinput dengan jumlah 1 Rim saja dengan harga Rp.55.000,- (input
gelondongan) sebagai berikut:







Saldo awal = nol
05 Januari 2015: Pembelian Kertas 5 Rim @Rp.10.000,- = Rp.50.000,15 Januari 2015: Pembelian Kertas 1 Rim @Rp.55.0000,- = Rp.55.000,25 Januari 2015: Pembelian Kertas 5 Rim @Rp.12.000,- = Rp.60.000,29 Januari 2015: Pemakaian Kertas 8 Rim
31 Januari 2015: sisa kertas 3 Rim

Jurnal yang terbentuk adalah sebagai berikut:
 Saldo Persediaan di Neraca: 3 Rim x Rp.12.000,- = Rp.36.000, Beban Persediaan di LO: 8 Rim x Rp.12.000,- = Rp.96.000, Penyesuaian Nilai Persediaan = Total Pembelian – Beban Persediaan – Saldo
Persediaan = (Rp.50.000,- + Rp.55.000,- + Rp.60.000) – Rp.96.000 – Rp.36.000,= Rp.33.000  jika positif berarti di Sisi Debet
Hasilnya adalah:
 Saldo Persediaan sama
 Beban Persediaan Salah
 Penyesuaian Nilai Persediaan Salah, otomatis Ekuitas di Neraca juga Salah
26 | H a l a m a n

Akun Penyesuaian Nilai Kewajiban
Akun ini digunakan untuk mengkoreksi atas kesalahan Kewajiban (Utang Jangka
pendek maupun Jangka Panjang) yang terjadi pada Tahun Anggaran Berjalan dan
diperbaiki pada TA Berjalan juga.
Sampai dengan penyusunan buku telaah ini, akun ini belum dapat digunakan.

Akun Koreksi Nilai Persediaan
Akun ini digunakan untuk mengkoreksi kesalahan nilai persediaan tahun anggaran
yang lalu.
Normalnya akun ini merupakan jurnal kiriman dari Aplikasi Persediaan, yaitu
apabila menggunakan menu “Saldo awal”.





Cek apabila bukan jurnal kiriman dari Aplikasi Persediaan.
Salah satu caranya adalah dari Aplikasi SAIBA cetak Laporan  Buku Besar 
Basis Akrual  isikan tanggal dan kode akun 391113. Lihat apakah pada kolom
JNSDOK ada yang bukan JRNBMN.
Apabila ada, cek kebenarannya. Bila salah, perbaiki dan posting ulang.

Akun Koreksi Nilai Persediaan merupakan akun 391113 (koreksi nilai persediaan)
dalam Neraca Percobaan.

Akun Selisih Revaluasi Aset tetap
Akun ini digunakan bila ada penyesuaian/koreksi nilai aset tetap karena adanya
“Inventarisasi dan Penilaian (IP)” dari Tim Penertiban Aset Ditjen Kekayaan Negara
Kementerian Keuangan.
Bila akun ini terisi, konfirmasi apakah benar-benar ada “IP” tersebut.
Normalnya akun ini merupakan jurnal kiriman dari Aplikasi SIMAK-BMN, yaitu
apabila menggunakan menu “Perubahan Nilai Koreksi Tim Penertiban Aset”.





Cek apabila bukan jurnal kiriman dari Aplikasi SIMAK-BMN.
Salah satu caranya adalah dari Aplikasi SAIBA cetak Laporan  Buku Besar 
Basis Akrual  isikan tanggal dan kode akun 391114. Lihat apakah pada kolom
JNSDOK ada yang bukan JRNBMN.
Apabila ada, cek kebenarannya. Bila salah, perbaiki dan posting ulang.

Akun Selisih Revaluasi Aset Tetap merupakan akun 391114 (Revaluasi Aset Tetap)
dalam Neraca Percobaan.

27 | H a l a m a n

Akun Koreksi Nilai Aset Tetap Non Revaluasi
Akun ini digunakan untuk mengkoreksi nilai aset tetap selain karena adanya IP dari
DJKN Kementerian Keuangan.
Normalnya akun ini merupakan jurnal kiriman dari Aplikasi SIMAK-BMN, yaitu
apabila menggunakan menu Saldo Awal, Reklasifikasi, Pengurangan Nilai Aset, dan
Koreksi.





Cek apabila bukan jurnal kiriman dari Aplikasi SIMAK-BMN.
Salah satu caranya adalah dari Aplikasi SAIBA cetak Laporan  Buku Besar 
Basis Akrual  isikan tanggal dan kode akun 391116. Lihat apakah pada kolom
JNSDOK ada yang bukan JRNBMN.
Apabila ada, cek kebenarannya. Bila salah, perbaiki dan posting ulang.

Akun koreksi nilai aset tetap Non Revaluasi merupakan akun 391116 (koreksi nilai
aset tetap Non Revaluasi) dalam Neraca Percobaan.

Akun Lain-lain
Akun ini digunakan untuk mengkoreksi kesalahan pencatatan atas transaksi selain
Aset (selain mengkoreksi Persediaan/Aset Tetap/Aset Lainnya), misalnya untuk
mengkoreksi Kas, Koreksi Piutang dan Koreksi Utang. Akun ini terbentuk
berdasarkan jurnal penyesuaian di Aplikasi SAIBA.
Namun terkadang akun ini dipakai untuk yang lainnya, misalnya:




Koreksi selain yang seharusnya (mengkoreksi aset, misalnya)
Menghilangkan akun “belum diregister”/”Hibah Belum disahkan”
Menyamakan saldo SAIBA dengan L-BMN

Cek kebenarannya lewat Buku Besar
Akun Lain-lain berasal dari akun 391119 (Koreksi Lainnya) dan 391121 (Ekuitas
Transaksi Lainnya) dalam Neraca Percobaan.
Akun 391121 (Ekuitas transaksi Lainnya) khusus untuk Satker RRI, TVRI dan
POLRI.

Akun Transaksi Antar Entitas
Akun ini digunakan untuk mencatat transaksi antar entitas, baik antar KL (transfer
masuk dan transfer keluar), maupun antara KL dengan BUN (ditagihkan ke entitas
lain, Diterima dari Entitas lain dan Pengesahan Hibah Langsung).

28 | H a l a m a n

Dengan demikian, Akun Transaksi Antar Entitas berasal dari akun 313111
(ditagihkan ke Entitas lain), 313121 (diterima dari entitas lain), 313211 (Transfer
Keluar), 313221 (Transfer Masuk), 391131 (Pengesahan Hibah Langsung) dan 391132
(Pengesahan Pengembalian Hibah Langsung) dalam Neraca Percobaan.


Untuk akun 313111 pastikan berasal dari SPM/SP2D.
Salah satu caranya adalah dari Aplikasi SAIBA cetak Laporan  Buku Besar 
Basis Akrual  isikan tanggal dan kode akun 313111. Lihat apakah pada kolom
JNSDOK terisi SP2DPL atau SISPEN



Untuk akun 313121 pastikan berasal dari SSBP/SSPB/Potongan SPM.
Salah satu caranya adalah dari Aplikasi SAIBA cetak Laporan  Buku Besar 
Basis Akrual  isikan tanggal dan kode akun 313121. Lihat apakah pada kolom
JNSDOK terisi SISPEN atau SP2DPT.



Untuk akun 313211 dan 313221 pastikan berasal dari jurnal kiriman Aplikasi
Persediaan atau SIMAK-BMN. Bila bukan, maka pastikan dalam rangka
Likuidasi.
Salah satu caranya adalah dari Aplikasi SAIBA cetak Laporan  Buku Besar 
Basis Akrual  isikan tanggal dan kode akun 313211 dan 313221. Lihat apakah
pada kolom JNSDOK terisi JRNBMN.



Untuk akun 391131 dan 391132 pastikan bersal dari SP2HL/SP4HL/MPHL-BJS.
Salah satu caranya adalah dari Aplikasi SAIBA cetak Laporan  Buku Besar 
Basis Akrual  isikan tanggal dan kode akun 391131 dan 391132. Lihat apakah
pada kolom JNSDOK terisi SP2DPL atau SISPEN.

29 | H a l a m a n

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan, Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu
entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
Akun-akun pada Neraca merupakan gabungan satu/beberapa akun pada Neraca
Percobaan. Hal-hal yang perlu ditelaah atas Neraca adalah sebagai berikut:

Yang Harus Sama
Akun “Kas di Bendahara Pengeluaran” HARUS SAMA dengan akun “Uang Muka
dari KPPN”. Akun ini bisa dijurnal. Pastikan tidak ada jurnal yang menyebabkan
perbedaan.
Kesesuaian dengan Berita Acara Rekonsiliasi atas akun-akun sebagai berikut:




Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas dan Bank BLU
Kas Lainnya di KL dari Hibah

Yang Tidak Boleh Ada
Akun “Pendapatan Yang Ditangguhkan”




Bila ada, kemungkinan karena salah memilih kode akun, yaitu memilih akun:
2196XX Hibah yang Belum Disahkan
Apabila ada, lakukan koreksi ke akun yang sebenarnya yaitu 218211 “Hibah
Langsung yang belum disahkan”
Koreksi dengan cara: jurnal dihapus, kemudian rekam ulang (tidak bisa dengan
cara diubah)

Akun “Yang Belum Diregister” khusus untuk Laporan Keuangan Tahunan tidak
boleh masih ada.

30 | H a l a m a n

Telaah Keterkaitan Akun Neraca dengan Laporan Lainnya
Piutang


Apabila ada akun Piutang di Neraca (baik Piutang PNBP/Piutang Tuntutan
Perbendaharaan/Piutang Tuntutan Ganti Rugi) maka harus ada:
o Penyisihan Piutang di Neraca (baik penyisihan Piutang PNBP/Penyisihan
Piutang Bagian Lancar TP/TGR/Penyisihan Piutang Tuntutan
Perbendaharaan/Penyisihan Piutang Tuntutan Ganti Rugi)
o ada Beban Penyisihan Piutang di LO.



Bila tidak ada, kemungkinan belum melakukan penyisihan piutang di akhir
periode.



Apabila ada akun Piutang Jangka Panjang (TP/TGR/Lainnya), maka
o Ada Penyisihan Piutang Jangka Panjang
o Ada Bagian Lancar Piutang Jangka Panjang
o Ada Penyisihan Bagian Lancar Piutang Jangka Panjang




Bila tidak ada, maka belum melakukan reklasifikasi “Piutang Jangka Panjang” ke
“Bagian Lancar Piutang Jangka Panjang”
Jika ada “Bagian Lancar Piutang Jangka Panjang” belum tentu ada “Piutang
Jangka Panjang”.

Persediaan
Jika ada Persediaan di Neraca, maka:


Ada Beban Persediaan
Kemungkinannya sangat kecil dalam satu periode tidak ada persediaan yang
dipakai (beban persediaan). Atau hanya memiliki persediaan untuk
pemeliharaan/diserahkan ke masyarakat/bansos saja.



Umumnya ada Penyesuaian Nilai Aset di LPE yang berasal dari Penyesuaian
Nilai Persediaan
Nilai Penyesuaian Nilai Persediaan di LPE apabila terlalu besar, atau terdapat
jurnal kiriman dari Aplikasi Persediaan yang nilainya besar pada bulan ertentu
saja, agar ditelaah kebenarannya.

Aset Tetap
Jika ada Aset Tetap maka harus ada:


Akumulasi Penyusutan Aset Tetap di Neraca,
31 | H a l a m a n



Beban Penyusutan di LO (Kemungkinannya kecil suatu satker seluruh aset
tetapnya telah habis disusutkan sehingga tidak ada beban penyusutannya)

Beban Penyusutan tidak selalu sama dengan Akumulasi Penyusutan akhir
dikurangi saldo awal Akumulasi Penyusutan, karena adanya transaksi yang
melibatkan Akumulasi Penyusutan namun tidak melibatkan Beban Penyusutan,
seperti transfer masuk dan transfer keluar.

Aset Lainnya
Aset lainnya ada yang merupakan:
a. Reklasifikasi dari Aset Tetap:
Aset Lainnya jenis ini dilakukan penyusutan, sehingga jika ada aset ini, maka
ada:



Akumulasi Penyusutan Aset Lainnya di Neraca,
Beban Penyusutan di LO (kecuali seluruh aset lainnya jenis ini telah habis
disusutkan sehingga tidak ada beban penyusutannya)
b. Aset Tidak Berwujud:
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 251/PMK.06/2015 tentang Tata
Cara Amortisasi Barang Milik Negara Berupa Aset Tak Berwujud pada Entitas
Pemerintah Pusat, amortisasi dilakukan terhadap Aset Tak Berwujud yang
memiliki Masa Manfaat terbatas. Aset Tidak Berwujud ada yang di amortisasi
dan ada yang tidak diamortisasi. Sehingga jika ada aset ini, maka mungkin ada:



Akumulasi Amortisasi Aset Lainnya di Neraca,
Beban Amortisasi di LO

Pengecekan Apakah Sudah Melakukan Jurnal Akrual
Jurnal akrual terdiri dari :
o
o
o
o

Pendapatan Diterima Di Muka
Pendapatan yang Masih harus Diterima
Beban Dibayar Di Muka
Beban yang Masih Harus Dibayar

Transaksi akrual yang umumnya ada di satker adalah:
o
o
o
o

Pendapatan Sewa Diterima Di Muka,
Beban Sewa yang Masih Harus Dibayar
Beban Listrik/Telepon/Air yang Masih Harus Dibayar
Beban Pegawai yang Masih Harus Dibayar

32 | H a l a m a n

Karena pada umumnya adalah transaksi di atas, maka lakukan telaah sebagai
berikut:
o Apabila ada realisasi pendapatan sewa di Neraca Percobaan, maka mungkin ada
Pendapatan Diterima Di Muka di Neraca
o Apabila ada realisasi belanja sewa di Neraca Percobaan, maka mungkin ada
Belanja Barang Dibayar Di Muka di Neraca
o Apabila ada Realisasi Belanja listrik/telepon/air di Neraca Percobaan, maka
mungkin ada Belanja Barang Yang Masih Harus Dibayar