T MAT 1308101 Chapter1

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian
Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU
Peraturan

Pemerintah

Republik

INDONESIA

Nomor

32

Tahun


2013)

(Depdiknas, 2013). Proses pembelajaran akan terjalin dengan baik apabila terjadi
interaksi yang baik antara guru dan siswa. Di sekolah, salah satu mata pelajaran
pokok yang perlu mendapat perhatian adalah matematika, dimana matematika
diajarkan mulai dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi.
Pembelajaran matematika di sekolah tidak hanya mengharuskan siswa
sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tetapi juga belajar dengan
pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan
pengetahuan
Pembelajaran

yang

dimiliki sebelumnya agar pembelajaran lebih bermakna.

matematika

mempunyai peranan


yang

sangat

penting

untuk

mengembangkan kemampuan berpikir dan keterampilan serta membentuk sikap
siswa. Kemampuan berpikir perlu dilatihkan sejak dini dan diterapkan baik di
sekolah maupun diluar sekolah.
Pentingnya

pembelajaran

matematika

dapat


dilihat

dari

tujuan

pembelajaran matematika yang tersurat dalam KTSP untuk jenjang SMP
(Depdiknas, 2006) yaitu agar siswa mempunyai kemampuan: (1) Memahami
konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan
masalah; (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan
model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) Mengkomunikasikan gagasan

Eka Yudha, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP
MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


2

dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah; dan (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan,

yaitu

memiliki

rasa

ingin

tahu,

perhatian,

dan


minat

dalam

mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan
masalah.
Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika di atas, diketahui bahwa
kemampuan

penalaran

merupakan

kemampuan

yang sangat penting untuk

dikuasai siswa. Penalaran dapat membantu siswa melihat matematika sebagai
sesuatu yang logis dan masuk akal, sehingga dapat membantu mengembangkan

keyakinan siswa bahwa matematika merupakan sesuatu yang mereka dapat
pahami, pikirkan, jastifikasi, dan evaluasi (Baroody, 1993), sehingga melalui
penalaran, siswa dapat lebih memaknai apa yang telah mereka pahami, serta
dengan memahami suatu konsep matematika dapat mengakibatkan meningkatnya
kemampuan penalaran. Penalaran matematis merupakan suatu kebiasaan otak
yang lain harus dikembangkan secara konsisten menggunakan berbagai macam
konteks,

mengenal

fundamental

dalam

penalaran
matematika

dan

pembuktian


(Turmudi,

2008).

merupakan

aspek-aspek

Wahyudin

(2008: 521)

menyatakan bahwa kemampuan untuk menggunakan nalar sangatlah penting
untuk memahami matematika. Dengan demikian, dapat dikatakan jika seorang
siswa harus mempunyai kemampuan nalar yag baik agar dapat memahami
matematika dengan baik pula.
Kompetensi-kompetensi yang perlu dimiliki siswa melalui pembelajaran
matematika yang ditetapkan oleh NCTM (2000) adalah: (1) pemecahan masalah
(problem solving), (2) penalaran dan pembuktian (reasoning and proof), (3)

komunikasi (communication), (4) koneksi (connection), dan (5) representasi
(representation). Kompetensi-kompetensi tersebut termasuk pada kemampuan
berpikir

tingkat

tinggi (high

order

mathematical

thinking)

yang

harus

dikembangkan dalam proses pembelajaran matematika. Sumarmo (2005: 5)
berpendapat bahwa kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi (high order

mathematical thinking) diantaranya adalah kemampuan penalaran. Laporan hasil
Eka Yudha, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP
MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

studi Henningsen & Stein (1997), Mullis (2000), Suryadi (2005), dan Murni
(2013) yang mengungkapkan bahwa pembelajaran matematika pada umumnya
belum terfokus pada pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Siswa
lebih dominan menyelesaikan soal dari buku teks dan kurang memperoleh
masalah non rutin yang dapat melatih kemampuan berpikir matematika tingkat
tinggi.

Dengan

demikian

perlu


adanya

upaya

untuk

mengembangkan

pembelajaran matematika yang berorientasi pada pengembangan kemampuan
berpikir tingkat tinggi.
Kemampuan penalaran merupakan karakteristik utama matematika yang
tidak

dapat

dipisahkan

dari


kegiatan

mempelajari

dan

mengembangkan

matematika atau menyelesaikan suatu masalah matematika (Ansjar & Sembiring,
2000).

Bahkan,

penalaran

juga

implementasi
telah

pembelajaran

direkomendasikan

oleh

yang

menekankan

kehadiran

NCTM (2000: 26) dengan

menyatakan bahwa penalaran merupakan bagian dari kegiatan belajar-mengajar
matematika. Penalaran berkaitan erat dengan matematika. Senada dengan hal
tersebut,

depdiknas (2002: 5) menyatakan bahwa materi matamatika dan

penalaran matematis merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi
matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dipahami dan dilatihkan
melalui belajar materi matematika.
Akan tetapi, beberapa studi menunjukkan bahwa kemampuan penalaran
matematis siswa dalam pembelajaran matematika masih belum memuaskan.
Armiati (2011) mengemukakan hasil penelitian terhadap mahasiswa Jurusan
Pendidikan Matematika di Kota Padang menunjukkan bahwa kemampuan
penalaran matematis mahasiswa terkategori rendah. Sedangkan Shodikin (2014)
dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa, pencapaian kemampuan penalaran
matematis siswa SMA masih rendah. Rendahnya kemampuan matematis siswa
dapat dipengaruhi oleh banyak faktor.
Menurut Anku (Mahmudi, 2010), salah satu faktor yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar matematika siswa adalah disposisi mereka terhadap
matematika. Hal yang sama diungkapkan oleh Mudzikah (2012) bahwa disposisi
Eka Yudha, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP
MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

matematis merupakan faktor pendukung dalam upaya meningkatkan kemampuan
pemecahan

masalah

matematis

siswa.

Berdasarkan

hasil

penelitian

yang

dilakukan oleh Muslim (2013) pun mengungkapkan bahwa disposisi matematis
siswa masih tergolong rendah. Sehingga disposisi matematis yang merupakan
sikap siswa juga perlu menjadi perhatian khusus para guru dalam pembelajaran
matematika.
Disposisi merupakan kecenderungan untuk

berperilaku secara sadar

(consciously), teratur (frequently), dan sukarela (voluntary) untuk mencapai tujuan
tertentu, dalam konteks matematika Katz mengungkapkan disposisi matematis
berkaitan dengan bagaimana siswa menyelesaikan masalah matematis termasuk di
dalamnya apakah percaya diri, tekun, berminat, dan berpikir fleksibel untuk
mengeksplorasi berbagai alternatif penyelesaian

masalah

(Mahmudi,

2010).

Menurut Kilpatrick disposisi matematis harus ditingkatkan karena merupakan
faktor utama yang menentukan kesuksesan belajar (Kilpatrick et al dalam Mandur
dkk, 2013:4). Kita perlu menekankan bahwa siswa harus menghargai matematika
dan memiliki keyakinan pada kemampuannya dalam bermatematika. Untuk
mencapai tujuan ini secara efektif, kita harus menyadari bahwa keputusan yang
dibuat dalam instruksi dan penilaian dapat mempengaruhi sikap dan disposisi
matematika siswa. Oleh karena itu, kita harus bekerja untuk mengembangkan
sikap positif terhadap matematika pada siswa-siswanya. Pengembangan minat,
sikap positif dan ketertarikan terhadap matematika yang akan membentuk
kecenderungan yang kuat terhadap matematika.
Untuk dapat meningkatkan kemampuan penalaran dan disposisi matematis
siswa dalam menghadapi suatu permasalahan matematika baik itu pada kegiatan
pembelajaran

di

kelas

atau

kehidupan

sehari-hari

siswa,

kita

perlu

mengembangkan suatu pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang dapat
mendorong

siswa

memahami

konsep

dengan

cara

mengkonstruksi

pengetahuannya sendiri, mendorong siswa untuk berpikir dan terlibat secara aktif
dalam kegiatan pembelajaran.

Eka Yudha, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP
MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

Inquiry co-operation

model merupakan sebuah pembelajaran yang

menekankan pada proses penyelidikan, penemuan suatu konsep (pengetahuan)
dan penyelesaian masalah. Melalui proses penyelidikan yang dilakukan selama
pembelajaran, siswa menemukan sendiri konsep materi yang dipelajari melalui
bimbingan guru. Guru aktif mengkreasi suatu situasi atau permasalahan yang akan
menjadi topik penyelidikan siswa, memberikan arahan, serta mengkondisikan agar
siswa dapat mengungkapkan perspektifnya, bertanya, dan menjawab pertanyaanpertanyaan yang dikemukakan oleh guru ataupun siswa yang lain. Sementara
siswa

aktif

dalam

melakukan

penyelidikan

terhadap

suatu

situasi

atau

permasalahan yang telah disusun sedemikian rupa oleh guru, mengungkapkan
perspektifnya,

bertanya,

memformulasikan

kembali

suatu

konsep,

mencari

berbagai alternatif strategi penyelesaian, dan menggunakan strategi tersebut dalam
menyelesaikan masalah yang diberikan. Pembelajaran inquiry co-operation model
memuat delapan komponen, yaitu: (a) getting in contact; (b) locating; (c)
identifying; (d) advocating; (e) thinking aloud; (f) reformulating; (g) challenging;
dan (h) evaluating.
Untuk dapat aktif dalam pembelajaran inquiry co-operation model
kemampuan awal matematika siswa memegang peranan yang penting. Ide atau
gagasan yang muncul dari siswa diharapkan dapat mampu membangun suatu
konsep matematika selama proses penyelidikan, penemuan suatu konsep, dan
penyelesaian masalah, sehingga kita perlu memperhatikan kemampuan awal
matematis siswa. Kemampuan awal matematis (KAM) siswa dikategorikan dalam
tiga kategori yaitu atas, tengah, dan bawah. Pengelompokkan ini digunakan untuk
melihat secara lebih detail pengaruh pembelajaran terhadap kemampuan maupun
peningkatan kemampuan penalaran dan disposisi matematis siswa pada tiap
kategori KAM. Selain itu, digunakan pula untuk melihat apakah ada pengaruh
bersama (interaksi) antara pembelajaran yang dilakukan dengan KAM siswa
terhadap

peningkatan kemampuan penalaran dan diposisi matematis siswa.

Tujuan digunakan KAM pada penelitian ini adalah untuk melihat efektifitas dari

Eka Yudha, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP
MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

pembelajaran inquiry co-operation model, terletak pada kategori KAM atas,
tengah, atau bawah.
Pembelajaran

Inquiry

Co-operation

Model

dalam

pembelajaran

matematika diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalaran dan disposisi
matematis siswa. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul: Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis dan Disposisi
Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran inquiry co-operation model.

B. Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang penelitian, permasalahan dibatasi pada kajian
untuk menjawab pertanyaan penelitian : “apakah pembelajaran dengan inquiry cooperation model dapat meningkatkan kemampuan penalaran induktif dan disposisi
matematis siswa SMP”. Rumusan masalah ini dijabarkan ke dalam beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah pencapaian dan peningkatan kemampuan penalaran induktif siswa
yang mendapatkan pembelajaran inquiry co-operation model lebih baik
daripada siswa yang mendapat pembelajaran ekspositori?
2. Apakah pencapaian dan peningkatan kemampuan penalaran induktif siswa
yang mendapatkan pembelajaran inquiry co-operation model lebih baik
daripada

siswa

yang

mendapat

pembelajaran

ekspositori ditinjau

dari

kemampuan awal matematis siswa (atas, tengah, bawah)?
3. Apakah

pencapaian

disposisi

matematis

siswa

yang

mendapatkan

pembelajaran inquiry co-operation model lebih baik dibandingkan dengan
siswa yang mendapat pembelajaran ekspositori?
4. Apakah

pencapaian

disposisi

matematis

siswa

yang

mendapatkan

pembelajaran inquiry co-operation model lebih baik dibandingkan dengan
siswa yang mendapat pembelajaran ekspositori ditinjau dari kemampuan awal
matematis siswa (atas, tengah, bawah)?
5. Bagaimana penerapan pembelajaran inquiry co-operation model di kelas?

Eka Yudha, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP
MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dijabarkan di atas,
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menelaah pencapaian dan peningkatan kemampuan penalaran induktif siswa
yang mendapatkan pembelajaran inquiry co-operation

model terhadap

pembelajaran ekspositori
2. Menelaah pencapaian dan peningkatan kemampuan penalaran induktif siswa
yang mendapatkan pembelajaran inquiry co-operation

model terhadap

pembelajaran ekspositori ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa
(atas, tengah, bawah)
3. Menelaah

pencapaian

disposisi

matematis

siswa

yang

mendapatkan

pembelajaran inquiry co-operation model terhadap pembelajaran ekspositori.
4. Menelaah

pencapaian

disposisi

matematis

siswa

yang

mendapatkan

pembelajaran inquiry co-operation model terhadap pembelajaran ekspositori
ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (atas, tengah, bawah).

D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menguji potensi penerapan pembelajaran matematika dengan inquiry co-operation
model dalam meningkatkan kemampuan penalaran dan disposisi matematis serta
interaksinya

terhadap

kemampuan

awal matematis (KAM) siswa Sekolah

Menengah Pertama (SMP). Harapannya penelitian ini nantinya dapat memperkaya
dan

digunakan

sebagai dasar

dalam penelitian

selanjutnya

yang

sejenis.

Disamping itu, manfaat lain yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah:
1. Tersusunnya hasil penelitian yang bermanfaat bagi guru maupun peneliti,
kaitannya dengan upaya pengembangan kemampuan penalaran induktif dan
disposisi matematis siswa.
2. Tersusunnya model kerangka pikir penerapan pembelajaran dengan inquiri cooperation model di tingkat Sekolah menengah pertama yang dapat digunakan
sesuai dengan pengalaman belajar yang diperoleh siswa.
Eka Yudha, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP
MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu