KONTRIBUSI STABILITAS EMOSI DAN KONTROL DIRI TERHADAP KEMAMPUAN PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIER.

(1)

KONTRIBUSI STABILITAS EMOSI DAN KONTROL DIRI

TERHADAP KEMAMPUAN PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIER

(Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Jatisari Tahun Ajaran 2014/2015)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan

Konsentrasi Bimbingan dan Konseling

Oleh

Ananda Rachmaniar NIM 1302279

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

KONTROL DIRI TERHADAP KEMAMPUAN

PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIER

oleh

Ananda Rachmaniar S.Pd UPI Bandung, 2012

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Bimbingan dan Konseling

Sekolah Pascasarjana

© Ananda Rachmaniar 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis


(3)

ANANDA RACHMANIAR NIM 1302279

KONTRIBUSI STABILITAS EMOSI DAN KONTROL DIRI TERHADAP KEMAMPUAN PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIER

(Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Jatisari Tahun Ajaran 2014/2015)

disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing

Dr. Mubiar Agustin, M.Pd. NIP 19770828200312002

Mengetahui,

Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Prof. Dr. Uman Suherman, M.Pd. NIP. 196206231986101001


(4)

Ananda Rachmaniar. 2015. Kontribusi Stabilitas Emosi dan Kontrol Diri terhadap Kemampuan Pembuatan Keputusan Karier (Penelitian Deskriptif terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Jatisari Tahun Ajaran 2014/2015). Tesis. Dibimbing oleh: Dr. Mubiar Agustin, M.Pd. Program Studi Bimbingan dan Konseling, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh proses pembuatan keputusan karier siswa tingkat SMP yang masih dipengaruhi oleh emosi dan kontrol diri yang belum stabil dan cenderung mengikuti tuntutan dan aturan yang ada di lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar kontribusi stabilitas emosi dan kontrol diri terhadap kemampuan pembuatan keputusan karier. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian survey, disain penelitian survey, dan teknik cross sectional. Penelitian dilakukan di SMPN 1 Jatisari dengan mengambil subjek penelitian sebanyak 173 siswa kelas VIII Tahun Ajaran 2014/2015 yang ditentukan secara random menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen stabilitas emosi, kontrol diri, dan kemampuan pembuatan keputusan karier. Hasil penelitian menunjukkan secara empirik bahwa stabilitas emosi dan kontrol diri memiliki kontribusi terhadap kemampuan pembuatan keputusan karier siswa meskipun korelasinya rendah namun arahnya positif. Hal ini berarti bahwa dengan meningkatnya stabilitas emosi dan kontrol diri siswa maka akan berkontribusi terhadap peningkatan kemampuan pembuatan keputusan karier siswa.

Kata kunci : Stabilitas Emosi, Kontrol Diri, Kemampuan Pembuatan Keputusan Karier, Siswa Kelas VIII.


(5)

Ananda Rachmaniar. 2015. Contribution of Emotional Stability and Self-Control to the Ability of Career Decision-Making. (Descriptive Research of the Eighth Grade Students of SMP Negeri1 1 Jatisari Academic Year 2014/2015). A Thesis. Supervised by: Dr. Mubiar Agustin, M.Pd. Departement of Guidance and Counseling, School of Graduate Student. Indonesia University of Education.

The backgrounds from this research is process of career decision-making among junior high schools students is frequently influenced by their unstable emotion and self -control and tends to be governed by the demands and rules in their environment. The research aims to see the extent to which emotional stability and self-control contribute to the ability of career decision making. It adopted quantitative approach with survey method and design and cross-sectional technique. The research was conducted in SMPN 1 Jatisari with 173 eighth grade students of 2014/2015 academic year taken as the subjects through simple random sampling. The research instruments used were tests on emotional stability, self-control, and the ability of career decision making. Research results show that empirically emotional stability and self-control have contribution to the students’ ability in career decision making, although it has low correlation with a positive tendency. The finding suggests that the students’ improved emotional stability and self-control will contribute to the improvement in the ability of career decision making.

Keywords: Emotional Stability, Self-Control, The Ability of Career Decision Making, Eighth Grade Students.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ... iii

MOTTO ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT... vi

KATA PENGANTAR... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR GRAFIK... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 7

C.Tujuan Penelitian... 8

D.Manfaat Penelitian... 9

E. Struktur Organisasi Tesis... 10

BAB II STABILITAS EMOSI, KONTROL DIRI, DAN KEMAMPUAN PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR ... 11

A.Konsep Stabilitas Emosi ... 11

1. Pengertian Stabilitas Emosi... 11

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Emosi ... 14

3. Aspek-aspek Stabilitas Emosi ... 16

4. Teori-teori Emosi ... 16

B.Konsep Kontrol Diri ... 18

1. Pengertian Kontrol Diri ... 18

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri ... 21

3. Aspek-aspek Kontrol Diri ... 21

C.Konsep Kemampuan Pembuatan Keputusan Karir ... 23

1. Pengertian Kemampuan Pembuatan Keputusan Karier... 23

2. Faktor Pengaruh Pembuatan Keputusan Karier... 27

3. Strategi Pembuatan Keputusan Karier ... 28

4. Teori Kemampuan Pembuatan Keputusan Karir ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

A.Disain Penelitian ... 34

B.Partisipan Penelitian ... 34

C.Populasi dan Sampel ... 35

D.Definisi Operasional Variabel... 36


(7)

2. Kontrol Diri ... 39

3. Kemampuan Pembuatan Keputusan Karir... 42

E. Instrumen Penelitian... 43

1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen... 44

2. Penimbang Instrumen ... 45

3. Uji Validitas dan Reliabilitas... 46

4. Pedoman Skoring ... 50

F. Teknik Analisis Data ... 55

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN... 60

A.Temuan... 60

B.Pembahasan... 76

C.Keterbatasan Penelitian ... 99

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Rekomendasi ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 107 RIWAYAT HIDUP


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 Kisi-kisi Instrumen Stabilitas Emosi Sebelum Uji Coba ... 44

3.2 Kisi-kisi Instrumen Kontrol Diri Sebelum Uji Coba ... 45

3.3 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Pembuatan Keputusan Karir Sebelum Uji Coba ... 45

3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen... 48

3.5 Klasifikasi Penilaian Koefisien Reliabilitas ... 49

3.6 Pola Skor Opsi Alternatif Respons ... 50

3.7 Kategorisasi Stabilitas Emosi, Kontrol Diri, dan Kemampuan Pembuatan Keputusan Karier Siswa... 51

3.8 Kategorisasi Stabilitas Emosi Siswa ... 51

3.9 Deskripsi Kategori Stabilitas Emosi Siswa ... 51

3.10 Kategorisasi Kontrol Diri Siswa... 52

3.11 Deskripsi Kategori Kontrol Diri Siswa ... 53

3.12 Kategorisasi Kemampuan Pembuatan Keputusan Karier Siswa ... 54

3.13 Deskripsi Kategori Kemampuan Pembuatan Keputusan Karier Siswa ... 54

4.1 Gambaran Ketercapaian Aspek Stabilitas Emosi Siswa... 61

4.2 Gambaran Ketercapaian Indikator Stabilitas Emosi Siswa ... 62

4.3 Gambaran Ketercapaian Aspek Kontrol Diri Siswa... 63

4.4 Gambaran Ketercapaian Indikator Kontrol Diri Siswa ... 64

4.5 Gambaran Ketercapaian Aspek Kemampuan Pembuatan Keputusan Karir Siswa ... 65

4.6 Gambaran Ketercapaian Indikator Kemampuan Pembuatan Keputusan Karir Siswa ... 66

4.7 Hasil Uji Normalitas... 67

4.8 Hasil Uji Linearitas Data ... 67

4.9 Korelasi antar Variabel ... 68

4.10 Hasil Koefisien Jalur Stabilitas Emosi dan Kontrol Diri terhadap Kemampuan Pembuatan Keputusan Karier ... 69

4.11 Hasil Koefisien Determinasi Stabilitas Emosi dan Kontrol Diri terhadap Kemampuan Pembuatan Keputusan Karier ... 70

4.12 Hasil Uji F ... 72

4.13 Hasil Uji Kontribusi Secara Simultan ... 72

4.14 Hasil Uji Pengaruh Secara Parsial ... 73

4.15 Besar Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Stabilitas Emosi dan Kontrol Diri terhadap Kemampuan Pembuatan Keputusan Karier ... 75


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1.Tahapan Pembuatan Keputusan Karier ... 30 4.1 Path Diagram Model Persamaan kontribusi Stabilitas Emosi dan


(10)

DAFTAR GRAFIK

Grafik

4.1 Gambaran Umum Stabilitas Emosi Siswa ... 61 4.2 Gambaran Umum Kontrol Diri Siswa ... 63 4.3 Gambaran Umum Kemampuan Pembuatan Keputusan Karier Siswa ... 65


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keputusan Direktur SPs UPI ... 108

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 111

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 113

Lampiran 4 Kisi-kisi Instrumen Penelitian, Instrumen Penelitian, Lembar Jawaban ... 115

4.1 Kisi-kisi Instrumen Stabilitas Emosi Sebelum Validasi ... 116

4.2 Instrumen Stabilitas Emosi Sebelum Validasi... 117

4.3 Kisi-kisi Instrumen Stabilitas Emosi Setelah Validasi ... 119

4.4 Instrumen Stabilitas Emosi Setelah Validasi ... 120

4.5 Kisi-kisi Instrumen Kontrol Diri Sebelum Validasi ... 122

4.6 Instrumen Kontrol Diri Sebelum Validasi ... 123

4.7 Kisi-kisi Instrumen Kontrol Diri Setelah Validasi ... 125

4.8 Instrumen Kontrol Diri Setelah Validasi ... 126

4.9 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Pembuatan Keputusan Karier Sebelum Validasi ... 128

4.10 Instrumen Kemampuan Pembuatan Keputusan Karier Sebelum Validasi ... 129

4.11 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Pembuatan Keputusan Karier Setelah Validasi ... 131

4.12 Instrumen Kemampuan Pembuatan Keputusan Karir Setelah Validasi ... 132

4.13 Lembar Jawaban ... 134

Lampiran 5 Hasil Uji Validitas Butir Pernyataan dan Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 135

Lampiran 6 Hasil Uji Statistik Kontribusi Stabilitas Emosi dan Kontrol Diri terhadap Kemampuan Pembuatan Keputusan Karier ... 142

Lampiran 7 Rancangan Program Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan Stabilitas Emosi, Kontrol Diri, dan Kemampuan Pembuatan Keputusan Karier Siswa SMP ... 160


(12)

BAB I PENDAHULUAN

Bab pertama menjelaskan mengenai latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis.

A. Latar Belakang Masalah

Setiap individu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya. Dalam meraih kebahagiaan tersebut ada sebagian individu yang terus berusaha semaksimal mungkin mencapai sukses, baik dalam karier, belajar, bekerja, berkeluarga, maupun bermasyarakat.

Untuk memperoleh kesuksesan dalam karier, seseorang biasanya mempersiapkan diri dengan belajar dan berlatih secara tekun di bidang karier yang dipilihnya. Kesuksesan seseorang dalam karier dapat diraih melalui usaha yang sungguh-sungguh penuh pengorbanan dan perjuangan. Selain usaha yang sungguh-sungguh, kesuksesan seseorang juga akan dipengaruhi oleh keputusan yang diambilnya, serta stabilitas emosi dan kontrol diri yang dimilikinya. Ketiga hal tersebut memiliki kontribusi terhadap kesuksesan seorang individu dalam kariernya.

Pembuatan keputusan merupakan hal yang esensial dalam kehidupan setiap individu. Setiap individu akan dihadapkan pada pembuatan keputusan, oleh karena itu, kemampuan pembuatan keputusan sangat penting dimiliki oleh seorang individu. Seringkali, keputusan yang diambil oleh individu khususnya remaja tidak mempertimbangkan aspek-aspek pengetahuan, sikap, emosi, dan kontrol diri sehingga cenderung ikut-ikutan teman.

Bagi remaja, kemampuan dalam proses pembuatan keputusan karier, stabilitas emosi dan kontrol diri sangatlah penting dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan. Sejumlah kesulitan yang dihadapi dalam mengambil keputusan pada remaja bisa juga bersifat adaptif, karena dapat meningkatkan motivasi untuk meminta bantuan kepada orang lain, ini semua dapat terjadi kemungkinan karena kurangnya informasi ketika mereka akan menentukan pilihan. Selain itu, stabilitas emosi dan kontrol diri pada remaja juga cenderung mempengaruhi mereka dalam


(13)

stabil emosi dan kontrol diri yang rendah akan membuat keputusan karier seenaknya tanpa mempertimbangkan konsekuensi dan tanggung jawab yang harus dijalaninya.

Dilihat dari segi usia, siswa tingkat SMP adalah individu-individu yang berusia sekitar 13-15 tahun, yakni individu-individu yang sedang menjalani usia remaja (Hurlock, 1980, hlm. 206). Pada masa tersebut siswa berhadapan dengan tugas-tugas perkembangan yang harus dipelajari dan diselesaikan demi keberhasilan pada masa berikutnya. Hal ini sejalan dengan penelitian Kardinah (2005) yang menunjukkan bahwa tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan remaja dalam aspek pengetahuan, pencarian informasi, perencanaan karier, pengambilan keputusan karier, dan keterampilan karier menyatakan bahwa kurang dari 50% kurang tercapai dan 35,04% belum tercapai sama sekali.

Hasil penelitian Gati dan Saka (2001) yang dilakukan kepada 259 remaja Israel dan 304 mahasiswa amerika ditemukan taksonomi kesulitan dalam proses pembuatan keputusan karier seorang individu. Terdapat dua kesulitan pada proses pembuatan keputusan karier seorang individu yang terdiri dari kesulitan sebelum membuat keputusan dan kesulitan setelah membuat keputusan. Kesulitan tersebut terdiri dari lack of readiness (kurangnya kesiapan), lack of information

(kurangnya informasi), dan inconsistent information (informasi yang tidak konsisten).

Dalam hal ini, Andersen dan Vandehey (2012) menjelaskan bahwa keputusan karier pertama yang diperlukan oleh remaja adalah pemahaman mengenai pilihan, minat, dan nilai. Keputusan karier yang kedua adalah realitas eksternal (world of work) merupakan hal yang harus diperhitungkan saat melakukan pilihan karier. Kondisi lingkungan, pilihan karier, dan tindakan yang akan diambil merupakan kompetensi wajib yang harus dimiliki dalam pemilihan karier.

Super (Osipow, 1983, hlm. 157) mengungkapkan bahwa tugas perkembangan karier remaja berada pada tahap eksplorasi, pada tahap ini remaja mulai memikirkan berbagai alternatif pekerjaan, pencarian peran dan jati diri di sekolah. Pendapat tersebut menggambarkan bahwa remaja pada tahap perkembangan karier, mulai mengidentifikasi jenis pekerjaan yang sesuai dengan


(14)

bakat, minat, kecerdasan, serta potensi yang dimilikinya. John Holland memandang bahwa pilihan karier dan penyesuaian karier merupakan pengembangan dari kepribadian seseorang. Individu mengekspresikan dirinya, ketertarikan, dan nilai-nilai melalui pilihan karier mereka.

Kepribadian seseorang menurut John Holland merupakan hasil dari keturunan dan pengaruh lingkungan (Osipow, 1983, hlm. 84). Seperti yang telah dijelaskan bahwa setiap orang memiliki urutan corak hidup sendiri-sendiri, hal ini menjelaskan bahwa dalam diri seseorang memiliki tingkat hierarkis dalam memilih pendidikan lanjutan. Menurut Holland bahwa seseorang dalam memilih pendidikan lanjutan, itu tergantung pada tingkat intelenjensi dan penilaian terhadap dirinya sendiri (self evaluation), yaitu variabel-variabel yang dapat diukur dengan tes intelenjensi dan dengan skala status diri.

Pilihan seseorang terhadap suatu pekerjaan atau sekolah lanjutan didorong oleh faktor adanya kecenderungan untuk mendapatkan ganjaran dan faktor pengharapan terhadap terjadinya perubahan. Oleh karena itu, pembuatan keputusan yang diambil oleh siswa SMP saat dihadapkan pada pilihan sekolah adalah keputusan yang dilakukan untuk mendapatkan ganjaran berupa pujian dari orang sekitar bahwa ia mampu menjadi apa yang diharapkan oleh orang tua dan lingkungannya dengan mengikuti pilihan orang tua mengenai sekolah lanjutan yang akan ditempuhnya tanpa mempertimbangkan dan mengambil sikap dengan harapan kelak pilihannya tersebut tidak akan disalahkan orang tuanya. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuan (1998, hlm. 67) yang menyatakan bahwa pengaruh yang paling utama dalam membuat keputusan karier siswa di Shanghai, Edinburgh, dan Hongkong adalah pengaruh orang tua diikuti oleh teman di peringkat kedua. Hal tersebut menggambarkan bahwa siswa belum mampu membuat keputusan karier sendiri yang berdasarkan pada stabilitas emosi dan kontrol diri sendiri.

Kebanyakan siswa tingkat SMP dalam menentukan sekolah lanjutan masih dipengaruhi oleh orang tua atau lingkungannya. Seringkali mereka mengalami kebingungan ketika ditanya akan melanjutkan sekolah kemana. Hal ini terjadi karena pengetahuan mereka terhadap kelanjutan studi dan pekerjaan kurang mendukung. Hal ini sesuai dengan hasil studi yang dilakukan oleh Budiamin


(15)

(2002, hlm. 260) di SMA yang berada di kabupaten Bandung, salah satu temuannya mengungkapkan bahwa 90% siswa tingkat SMA menyatakan kebingungan dalam memilih karir di masa depan. Sedangkan Jamilah (2013) melakukan penelitian pada siswa kelas XII di MAN I Kota Bandung tahun ajaran 2010/2011, hasilnya menunjukkan bahwa kemampuan pembuatan keputusan karier siswa berada pada posisi sedang pada aspek pengetahuan dan sikap, artinya siswa cukup mampu memahami kekuatan dan kelemahan diri, menyadari nilai-nilai, meyakini ketepatan pilihan, memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan, dan terlibat dalam aktivitas yang menunjang pilihan pekerjaan dan pendidikan lanjutan.

Hasil studi yang dilakukan oleh Lestari (2015) menunjukkan bahwa kemampuan keputusan karir siswa kelas IX SMP Kartika XIX-2 berada pada kategori tinggi (16%), pada kategori sedang (77.5%), dan pada kategori rendah (9.3%). Hal ini berarti bahwa siswa kelas IX mampu menyebutkan cita-cita yang diinginkan, akan tetapi belum mampu mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan yang ada dalam diri mereka; siswa mudah terpengaruh orang lain dalam bertindak dan bersikap dikehidupan sehari-hari; siswa memilih kelanjutan studi yang banyak dipilih oleh teman; siswa mengikuti ekstrakurikuler karena banyak teman; siswa mengikuti kegiatan di luar sekolah karena perintah orang tua; berdiskusi mengenai informasi kelanjutan studi karena ajakan teman; dan membuat sebuah keputusan cenderung terburu-buru.

Hasil penelitian Maulani (2010) menunjukkan kemandirian perilaku siswa SMP Al-Falah Dago Bandung pembuatan keputusan karier berada pada kategori 31% tinggi, 49% sedang, dan 20% rendah. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa masih terdapat siswa yang belum dapat membuat keputusan kariernya secara mandiri.

Upaya membantu siswa dalam merencanakan keputusan karier di masa mendatang secara tepat merupakan aspek yang sangat krusial sehingga telah menempatkan pentingnya layanan bimbingan karier bagi siswa sebagai bagian integral dari pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah untuk meningkatkan pengenalan, pemahaman dan kesadaran diri siswa.


(16)

Masalah-masalah yang sering muncul sehubungan dengan perkembangan remaja pada aspek kognitif adalah merasa rendah diri (inferiority complex) dan merasa kesulitan dalam memilih bidang pendidikan (jurusan, program studi, atau jenis sekolah) yang cocok dengan dirinya, artinya dalam bidang karier permasalahan yang dihadapi remaja adalah kesulitan dalam mengambil keputusan dari berbagai alternatif pilihan karier yang ada (Syamsuddin, 1981, hlm. 118). Masalah yang paling serius yang dihadapi oleh siswa dari 43% masalah pendidikan dan karier adalah permasalahan dalam memilih jurusan sebesar 46% dan memilih sekolah menengah sebesar 26%.

Proses pembuatan keputusan karier pada siswa tingkat SMP seringkali dipengaruhi oleh emosi dan kontrol diri mereka yang belum stabil dan cenderung mengikuti tuntutan dan aturan yang ada di lingkungannya, baik lingkungan rumah maupun teman-temannya. Siswa tingkat SMP memiliki kecenderungan dalam membuat keputusan karier dengan melihat temannya atau mengikuti saran yang diberikan orang tua tanpa mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya. Berdasarkan hal tersebut, maka seringkali emosi mereka tidak stabil dan kurang mampu mengontrol pengaruh dari lingkungannya.

Khalid (1994) menyatakan bahwa emosi dikatakan stabil apabila ekspresi emosi ditampilkan dengan konstruktif dan tidak membahayakan, interpretasi yang obyektif terhadap suatu peristiwa dan membiasakan diri menghadapi segala tantangan dan menciptakan jalan keluar.

Afiatin dkk (1994) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi kestabilan emosi adalah faktor lingkungan dan individu. Faktor lingkungan berkaitan dengan pengaruh lingkungan tempat individu tinggal, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial masyarakat. Faktor individu berkaitan dengan masalah pertumbuhan fisik biologis.

Hasil temuan yang diperoleh dalam penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013) tentang stabilitas emosi terhadap 253 orang siswa kelas VIII SMP Yayasan Atikan Sunda secara umum menunjukkan 88.9% siswa berada pada kategori cukup stabil. Merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan di SMP Yayasan Atikan Sunda dapat terlihat bahwa siswa kelas VIII memiliki kecenderungan emosi yang belum optimal, sehingga rentan terpengaruh oleh lingkungan


(17)

sekitarnya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hurlock (1980, hlm. 212-213) yang mengungkapkan bahwa masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai bagian akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Remaja yang emosinya matang cenderung memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati ke suasana hati sebelumnya.

Cavanagh & Levitov (2002, hlm. 211) menyatakan kontrol diri adalah bagian penting dari pengarahan diri yang akan membantu menyalurkan energi mereka dan memungkinkan untuk membimbing kehidupan mereka sendiri.

Pendapat lain dikemukakan oleh Hurlock (2000, hlm. 50) yang mengemukakan bahwa kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dari dalam dirinya. Menurut konsep ilmiah, pengendalian emosi berarti mengarahkan energi emosi ke saluran ekspresi yang bermanfaat dan dapat diterima secara sosial.

Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014) menunjukkan bahwa gambaran umum kontrol diri siswa kelas IV SDN 1 Lubuk Ngin tahun ajaran 2014/2015 secara umum memiliki tingkat kontrol diri yang sedang. Hal ini menyiratkan bahwa tingkat kontrol diri seorang individu tidak hanya dipengaruhi oleh usia, namun lingkungan di sekitar juga memiliki peran yang signifikan. Siswa kelas VIII secara usia lebih tua dibandingkan siswa kelas IV akan tetapi pengaruh lingkungan di sekitarnya sangat berpengaruh terutama teman sebaya. Sehingga saat membuat suatu keputusan remaja cenderung ikut-ikutan teman sebayanya tanpa memikirkan apakah keputusannya tersebut sesuai dengan kemampuan dirinya. Penelitian tersebut menyiratkan bahwa kemampuan dalam mengontrol diri merupakan hal yang penting dalam kehidupan seorang individu. Hal ini didukung oleh pendapat Gottfredson dan Hirschi (1990) yang mengungkapkan bahwa konsep pengendalian diri merupakan kecenderungan untuk mempertimbangkan penuh berbagai potensi untuk melakukan tindakan tertentu.

Steinberg, Papalia & Olds (Supriatna, 2004, hlm. 239) mengemukakan bahwa orang tua seringkali harus memutuskan apa yang boleh dan tidak boleh


(18)

dilakukan oleh siswa, termasuk di dalamnya memilih dan mengambil keputusan tentang teman, sekolah, mode, dan karier.

Hasil dari penelitian Muslihuddin (1999) menunjukkan secara keseluruhan tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan karier siswa di SMK 12 Bandung belum optimal. Hal ini terlihat dari data statistik yang diperoleh pada beberapa aspek dalam penelitiannnya yaitu, aspek pengetahuan karier (34,4%), mencari informasi (51,5%), perencanaan karier (54,5%), dan pengambilan keputusan karier (53,3%). Dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Muslihuddin, aspek pengambilan keputusan karier siswa berada pada posisi kedua tertinggi setelah perencanaan karier, hal tersebut menunjukkan bahwa pengambilan keputusan karier termasuk ke dalam hal yang sulit bagi siswa.

Hasil temuan dilapangan di atas menunjukkan siswa tingkat remaja membuat keputusan karier hanya berdasarkan pada sikap like or dislike dengan salah satu pilihan. Siswa mengalami kebingungan dan perasaan bimbang dengan keputusan yang diambil, hal ini terlihat dari sikap dan kompetensi pribadi yang minim terhadap pilihan-pilihan karier yang ada.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, terdapat kesamaan yang menggambarkan bahwa masih banyak siswa tingkat SMP yang mengalami kesulitan dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan karier terutama dalam menstabilkan emosi dan kontrol diri pada saat membuat keputusan. Jika kondisi ini terus dibiarkan, maka para siswa akan terus menerus membuat keputusan karier tanpa alasan yang tepat, tentu akan berpengaruh terhadap kariernya di masa depan.

Oleh karena itu, penelitian ini diberi judul “Kontribusi Stabilitas Emosi dan Kontrol Diri terhadap Kemampuan Pembuatan Keputusan Karier Siswa”. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan fenomena masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kontribusi stabilitas emosi dan kontrol diri terhadap kemampuan pembuatan keputusan karier siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jatisari Tahun Ajaran 2014/2015?


(19)

Permasalahan tersebut diuraikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Seperti apa gambaran umum stabilitas emosi, kontrol diri, dan kemampuan pembuatan keputusan karier siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jatisari Tahun Ajaran 2014/2015?

2. Seberapa besar kontribusi stabilitas emosi terhadap kemampuan pembuatan keputusan karier siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jatisari Tahun Ajaran 2014/2015?

3. Seberapa besar kontribusi kontrol diri terhadap kemampuan pembuatan keputusan karier siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jatisari Tahun Ajaran 2014/2015?

4. Seberapa besar kontribusi keduanya terhadap kemampuan pembuatan keputusan karier siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jatisari Tahun Ajaran 2014/2015?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diajukan, maka secara umum tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan secara empirik kontribusi stabilitas emosi dan kontrol diri terhadap kemampuan pembuatan keputusan karier siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jatisari Tahun Ajaran 2014/2015. Adapun tujuan secara khusus yaitu untuk dapat:

1. mendeskripsikan gambaran stabilitas emosi, kontrol diri, dan kemampuan pembuatan keputusan karier siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jatisari Tahun Ajaran 2014/2015;

2. menggambarkan kontribusi stabilitas emosi terhadap kemampuan pembuatan keputusan karier siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jatisari Tahun Ajaran 2014/2015;

3. menggambarkan kontribusi kontrol diri terhadap kemampuan pembuatan keputusan karier siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jatisari Tahun Ajaran 2014/2015;


(20)

4. menggambarkan kontribusi stabilitas emosi dan kontrol diri terhadap kemampuan pembuatan keputusan karier siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jatisari Tahun Ajaran 2014/2015.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini terbagi menjadi manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

a. Memberikan wawasan mengenai profil stabilitas emosi, kontrol diri, dan kemampuan pembuatan keputusan karier siswa kelas VIII SMP I Jatisari Tahun Ajaran 2014/2015.

b. Memberikan gambaran kontribusi yang paling dominan antara stabilitas emosi dan kontrol diri terhadap kemampuan pembuatan keputusan karier siswa kelas VIII SMP I Jatisari Tahun Ajaran 2014/2015.

c. Memberikan gambaran upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan pembuatan keputusan karier siswa kelas VIII SMP I Jatisari Tahun Ajaran 2014/2015.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling

Konselor atau guru bimbingan dan konseling diharapkan dapat mengaplikasikan hasil dari penelitian ini sebagai landasan dalam penyusunan program bimbingan dan konseling pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jatisari Tahun Ajaran 2014/2015 agar siswa memiliki kemampuan pembuatan keputusan karier yang baik sesuai dengan stabilitas emosi dan kontrol diri yang dimilikinya ketika dihadapkan pada pilihan yang harus diputuskan.

b. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan untuk mengembangkan penelitian dengan tema serupa pada jenjang sekolah yang lebih luas.


(21)

E. Struktur Organisasi Tesis

Untuk mempermudah pembahasan dan penyusunan, maka dibuat sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi tesis.

BAB II Kajian Pustaka, berisi tentang teori-teori yang mendukung penelitian ini meliputi: stabilitas emosi, kontrol diri, dan kemampuan pembuatan keputusan karier.

BAB III Metodologi Penelitian berisi tentang: disain penelitian, partisipan penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

Bab IV yaitu tentang Temuan dan Pembahasan, yang berisikan deskripsi data, hasil analisis data, serta analisis pembahasan hasil penelitian.

Bab V yaitu tentang Kesimpulan dan Rekomendasi, yang meliputi; kesimpulan dan rekomendasi sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian yang telah dilakukan.


(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab tiga memaparkan pokok bahasan tentang metodologi penelitian yang terdiri dari: disain penelitian, partisipan penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

A. Disain Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kontribusi stabilitas emosi dan kontrol diri terhadap kemampuan pembuatan keputusan karier siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk membuat pertanyaan penelitian secara sempit dan jelas, mengumpulkan data yang dapat diukur dari subjek penelitian, menganalisa angka-angka dari data dengan menggunakan statistik, dan melakukan penyelidikan secara jelas dan obyektif hasil jawaban siswa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Metode survey ini dilakukan untuk mengidentifikasi kecenderungan siswa dalam mengisi angket stabilitas emosi, kontrol diri, dan kemampuan pembuatan keputusan karier apakah mengisinya sesuai dengan sikap, pendapat, perilaku, dan karakteristik kepribadian sehari-hari.

Disain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain survey, peneliti menyebarkan angket stabilitas emosi, kontrol diri, dan kemampuan pembuatan keputusan karier yang selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan statistik. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik cross sectional. Teknik ini digunakan untuk dapat mengungkap sikap siswa pada saat ini, keyakinan, pendapat yang objektif saat siswa memikirkan masalah pembuatan keputusan karier yang dihadapinya.

B. Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Jatisari Kabupaten Karawang Tahun Ajaran 2014/2015 dengan kriteria sebagai berikut.


(23)

1. Terdaftar secara administratif sebagai siswa di SMP negeri 1 Jatisari; 2. Masih aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah;

3. Siswa kelas VIII yang sedang mengalami suatu periode transisi antara masa anak-anak dan masa remaja juga antara pendidikan umum (SMA) dan khusus (SMK), bertambahnya kebutuhan untuk memperoleh infomasi mengenai sekolah lanjutan baik SMA maupun SMK yang dapat dimasuki ketika lulus dari SMP, bertambahnya tekanan-tekanan dari luar untuk mengambil keputusan mengenai kelanjutan pendidikannya setelah lulus nanti akan melanjutkan sekolah atau berhenti;

4. Siswa yang belum memiliki kemampuan dalam membuat keputusan tentang kelanjutan sekolah yang akan diambilnya dengan memperhatikan stabilitas emosi dan kontrol dirinya.

Dasar pertimbangan memilih kelas VIII di SMP Negeri 1 Jatisari adalah sekolah ini merupakan salah satu sekolah menengah pertama favorit dan menjadi salah satu sekolah tujuan utama siswa SD untuk melanjutkan sekolah, namun lulusannya jarang yang melanjutkan sekolah ke SMA atau SMK negeri. Kecenderungan yang terjadi setiap tahunnya adalah melanjutkan ke SMA atau SMK swasta yang akreditasinya kurang baik. Padahal secara akademik dan kondisi ekonomi keluarga, rata-rata siswa SMP Negeri 1 Jatisari berada di atas rata-rata siswa SMP lainnya. Selain itu, pertimbangan dalam pemilihan kelas VIII adalah agar siswa dapat mempersiapkan diri dan mendapatkan informasi yang lebih banyak mengenai hal-hal yang harus dipersiapkan dan diperhatikan pada saat pembuatan keputusan mengenai kelanjutan sekolah. Sehingga mereka memiliki gambaran apa saja yang harus diperhatikan saat membuat keputusan kelanjutan pendidikannya.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002, hlm. 108). Populasi dalam penelitian ini adalah kemampuan pembuatan keputusan karier seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jatisari Tahun Ajaran 2014/2015 yang secara administratif terdaftar dan masih mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah, yaitu berjumlah 508 orang.


(24)

Sampel dalam penleitian ini adalah kemampuan pembuatan keputusan karier sebagian siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jatisari Tahun Ajaran 2014/2015. Penentuan jumlah sampel mengacu pada pendapat Surakhmad (Riduwan, 2005, hlm. 65) yang mengemukakan bahwa bila populasi di bawah 100 orang maka sampel yang dapat digunakan sebesar 50%, namun bila jumlah populasi berada antara 100 sampai 1000 maka sampel yang digunakan adalah sebesar 15%-50% dari jumlah populasi.

Penentuan jumlah sampel dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

[( ) ]

Dimana :

S = Jumlah sampel yang diambil n = Jumlah anggota populasi

[( ) ] [( ) ]

Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 34%508 = 172.72 173 orang siswa.

D. Definisi Operasional Variabel

Secara operasional, terdapat tiga konsep yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini, yaitu stabilitas emosi, kontrol diri, dan kemampuan pembuatan keputusan karier.

1. Stabilitas Emosi

Konsep stabilitas emosi banyak diungkapkan oleh para ahli di antaranya: Yusuf (2001), Sherman (2003), Eysenck dan Wilson (2006), dan Chaplin (2010).

Kestabilan emosi menurut Yusuf (2001, hlm. 129) adalah kadar reaksi emosional seorang individu terhadap rangsangan dari lingkungan seperti mudah tersinggung, mudah marah, sedih, putus asa.


(25)

Sherman (Irawati, 2003, hlm. 17) mengungkapkan bahwa kestabilan emosi adalah kemudahan seseorang dalam merespon emosi terhadap situasi yang diberikan sesuai dengan besar kecilnya rangsangan situasi yang menumbuhkan reaksi emosionalnya. Sherman menyatakan bahwa stabilitas emosi remaja pada dasarnya adalah kemampuan untuk mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan menyelesaikan masalah, keramahan, kesetiakawanan, dan sikap hormat terhadap diri sendiri maupun orang lain.

Selaras dengan pendapat Sherman, Eysenck dan Wilson (Gustria, 2006, hlm. 31) mengungkapkan bahwa stabilitas emosi sebagai faktor dalam diri individu yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri dengan lingkungan. Emosi berkembang pada diri individu sejak individu lahir sampai memiliki kematangan.

Menurut Chaplin (Vera, 2010, hlm. 40) stabilitas emosi adalah keadaan individu yang terbebas dari variasi suasana hati, dan sifat karakteristik orang yang memiliki kontrol emosional yang baik.

Hurlock (1980) berpendapat bahwa kestabilan emosi memiliki beberapa kriteria-kriteria. Pertama, yaitu emosi yang secara sosial dapat diterima oleh lingkungan sosial. Individu yang emosinya stabil dapat mengontrol ekspresi emosi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial atau dapat melepaskan dirinya dari belenggu energi mental maupun fisik yang selama ini terpendam dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan sosialnya. Kedua, pemahaman diri. Individu yang punya emosi stabil mampu belajar mengetahui besarnya kontrol yang diperlukan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya, serta menyesuaikan diri dengan harapan-harapan sosial, bersikap empati yang tinggi terhadap orang lain. Ketiga, penggunaaan kecermatan mental. Individu yang stabil emosinya mampu menilai situasi secara cermat sebelum memberikan responnya secara emosional. Kemudian individu tersebut mengetahui cara yang tepat untuk bereaksi terhadap situasi tersebut.

Al Hasyim (1999) mengungkapkan bahwa orang yang stabil emosinya adalah orang yang bisa menstabilkan atau menyeimbangkan antara kebutuhan fisik dan psikis.


(26)

Albin (2001, hlm. 11) mengemukakan bahwa aspek-aspek stabilitas emosi di antaranya terdiri dari: (1) pengendalian emosi, dengan indikator: mampu menenangkan diri, mengatur emosi, mengatasi dorongan emosi dengan melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang dapat menyalurkan emosi, mempertahankan sikap positif yang realistis dalam mengahadapi masa-masa sulit, dan mampu menahan atau menunda keinginan untuk bertindak; (2) pengungkapan emosi, dengan indikator: mampu mengekspresikan perasaan dalam bentuk sedih, marah, cemas, bahagia dan cinta, dan mampu dengan mudah menyampaikan pikiran secara jelas; dan (3) kesesuaian antara perasaan dengan lingkungan, dengan indikator: mampu mengandalkan diri sendiri pada situasi dan kondisi yang tepat, mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang tepat, memiliki nilai positif terhadap diri sendiri dan mampu berpikir positif dalam memandang setiap hal, mampu mempertahankan nilai positif dalam masa kritis, mampu merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain, memiliki sikap hormat kepada orang yang lebih tua dan selalu menyayangi yang lebih muda, dan mampu menjadi orang yang dapat diandalkan di lingkungan keluarga, sahabat, maupun masyarakat.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa esensi dari kestabilan emosi adalah kemampuan seorang peserta didik dalam mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan, mampu menyelesaikan masalah, dan hormat terhadap diri sendiri maupun orang lain yang didasari oleh pengendalian emosi, pengungkapan emosi, dan kesesuaian antara perasaan dengan lingkungan sekitar.

Secara operasional, stabilitas emosi yang diteliti dalam penelitian ini adalah respon siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jatisari terhadap pernyataan tertulis tentang stabilitas emosi yang meliputi aspek pengungkapan emosi, pengendalian emosi, dan kesesuaian antara diri sendiri dengan lingkungan sekitar sebagai berikut.

a. Pengungkapan emosi, dengan indikator: mampu mengungkapkan atau mengekspresikan perasaan dan mengetahui perasaan yang sedang dialami oleh diri sendiri.


(27)

b. Pengendalian emosi, dengan indikator: mampu menenangkan diri, mengatasi dorongan emosi yang muncul, dan mampu bertindak secara tepat dalam mengatasi suatu masalah.

c. Kesesuaian antara diri sendiri dengan lingkungan sekitar, dengan indikator: mampu mengandalkan diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang tepat, memiliki nilai positif terhadap diri sendiri dan mampu mempertahankan nilai positif dalam masa kritis, mampu merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain, dan memiliki sikap hormat kepada orang yang lebih tua.

Stabilitas emosi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kemampuan siswa dalam mengungkapkan, mengendalikan, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya dalam membuat keputusan kelanjutan sekolah setelah lulus SMP. Selanjutnya aspek-aspek tersebut dituangkan ke dalam pernyataan-pernyataan indikator yang berbentuk skala. Jumlah skor total yang diperoleh siswa menghasilkan data berupa profil stabilitas emosi siswa.

2. Kontrol Diri

Para ahli di antaranya Gottfredson dan Hirschi (1990), Marinus (1997), Hurlock (2000), Cavanagh & Levitov (2002), Ghufron & Risnawita (2010), Messina dan Messina (2010), Thomas, Nathan & Finkel (2012), dan Carter & Alex (2012) mengungkapkan makna kontrol diri sebagai berikut.

Teori self kontrol yang diungkapkan oleh Gottfredson dan Hirschi (1990) menjelaskan kecenderungan-kecenderungan individu untuk melakukan atau menahan diri dari perilaku yang melakukan kejahatan. Komponen kunci teori Gottfredson dan Hirschi (1990) adalah konsep pengendalian diri sebagai kecenderungan untuk mempertimbangkan penuh berbagai potensi untuk melakukan tindakan tertentu.

Menurut Marinus (1997, hlm. 710) kontrol diri sebagai mediator psikologis yang penting untuk perilaku. Kontrol diri merupakan kemampuan untuk menjauhkan diri dari kebutuhan dan keinginan yang sangat adaptif yang memungkinkan orang terlibat dalam perilaku yang di arahkan pada tujuan untuk membawa hasil sesuai dengan keinginannya. Apabila individu tidak mampu


(28)

mengontrol diri, maka sulit untuk berhasil menolak godaan dan impuls, sehingga mengakibatkan ketidakmampuan untuk memenuhi aturan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Hurlock (2000, hlm. 50) yang mengemukakan bahwa kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dari dalam dirinya. Menurut konsep ilmiah, pengendalian emosi berarti mengarahkan energi emosi ke saluran ekspresi yang bermanfaat dan dapat diterima secara sosial.

Selaras dengan pendapat ahli di atas, Cavanagh & Levitov (2002, hlm. 211) menyatakan kontrol diri adalah bagian penting dari pengarahan diri yang akan membantu menyalurkan energi mereka dan memungkinkan untuk membimbing kehidupan mereka sendiri.

Ghufron & Risnawita (2010) memaparkan bahwa kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya. Selain itu juga kemampuan untuk mengontrol dan mengelola perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi agar sesuai dengan orang lain, menyenangkan orang lain, selalu konform dengan orang lain, dan menutupi perasaannya. Menurut Messina dan Messina (Ghufron & Risnawita, 2010) kontrol diri merupakan tingkah laku yang terfokus pada keberhasilan mengubah pribadi, menangkal self-destructive, perasaan autonomy, atau bebas dari pengaruh orang lain, kebebasan menentukan tujuan, kemampuan untuk memisahkan perasaan dan pikiran rasional dan tingkah laku yang terfokus pada tanggung jawab pribadi.

Thomas, Nathan & Finkel (2012, hlm. 22) mengungkapkan bahwa kontrol diri dapat membantu seseorang untuk berperilaku sesuai dengan standar pribadi atau sosial yang dapat menghindari agresi. Semakin tinggi kontrol diri seseorang maka semakin rendah agresivitasnya. Sebaliknya semakin rendah kontrol diri maka semakin tinggi agresivitasnya. Jadi siswa dengan kontrol diri yang baik mampu mengendalikan diri dari perilaku agresif sedangkan siswa dengan kontrol diri kurang baik maka kemampuan untuk mengendalikan diri dari perilaku juga kurang.

Carter & Alex (2012, hlm. 5) menyatakan bahwa dalam diri seseorang terdapat suatu sistem pengaturan diri (self regulation) yang memusatkan perhatian pada pengontrolan diri (self control). Proses kontrol diri ini menjelaskan


(29)

bagaimana diri mengatur dan mengendalikan perilaku dalam menjalani kehidupan sesuai dengan kemampuan individu dalam mengendalikan perilaku. Apabila individu mampu mengendalikan perilakunya dengan baik maka individu dapat menjalani kehidupan dengan baik.

Selaras dengan pendapat di atas, Averill (1973, hlm. 287) mengungkapkan bahwa aspek kontrol diri terdiri dari tiga, yaitu (1) kontrol perilaku (behavioral control), dengan indikator: kemampuan mengendalikan situasi menurut diri sendiri, kemampuan mengendalikan situasi menurut sesuatu di luar dirinya, mampu mengahadapi suatu stimulus yang tidak dikehendaki; (2) kontrol kognitif (cognitive control), dengan indikator: mengantisipasi keadaan yang tidak menyenangkan dengan berbagai pertimbangan, menginterpretasi keadaan yang tidak menyenangkan dengan berbagai pertimbangan, menilai dan menafsirkan suatu keadaan dengan memperhatikan segi-segi positif secara subjektif; dan (3) kontrol keputusan (decisional control), dengan indikator: kesempatan memilih berbagai kemungkinan suatu tindakan, kebebasan memilih berbagai kemungkinan suatu tindakan, dan kemungkinan memilih berbagai hasil tindakan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa esensi dari kontrol diri adalah kemampuan individu untuk mengontrol pikiran, mengambil keputusan dan mengontrol perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif yang didasari oleh kemampuan mengontrol pikiran, mengontrol perilaku, dan mengontrol keputusan yang akan diambil.

Secara operasional, kontrol diri dalam penelitian ini adalah respon siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jatisari terhadap pernyataan tertulis tentang kontrol diri yang meliputi aspek kontrol perilaku, kontrol kognitif, dan kontrol keputusan sebagai berikut.

a. Aspek kontrol perilaku dengan indikator: mengatur pelaksanaan dan memodifikasi stimulus.

b. Aspek kontrol kognitif dengan indikator: memperoleh informasi dan melakukan penilaian.

c. Aspek kontrol keputusan dengan indikator: memilih tindakan dan memilih hasil.


(30)

Kontrol diri yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kemampuan siswa dalam mengontrol dan mengatur perilaku saat memilih dan membuat keputusan tentang kelanjutan sekolah setelah lulus SMP. Selanjutnya aspek-aspek tersebut dituangkan ke dalam pernyataan-pernyataan instrumen yang berbentuk skala. Jumlah skor total yang diperoleh siswa menghasilkan data berupa profil kontrol diri siswa.

3. Kemampuan Pembuatan Keputusan Karier

Para ahli di antaranya Dillard (1985), Sharf (1992), Tiedeman dan O’Hara (1992), Gati & Asher (2001), Fred Luthans dan Keith David (Hayadin, 2007), Supriatna (2009) mengungkapkan makna pembuatan keputusan karier sebagai berikut.

Dillard (1985, hlm. 42 dan 52) mengungkapkan bahwa kemampuan pembuatan keputusan didasari oleh pengetahuan tentang pemahaman diri, pemahaman lingkungan yang efektif, serta keterampilan tentang tanggung jawab. Sejalan dengan pendapat di atas, Dillard mengatakan bahwa kemampuan pembuatan keputusan merupakan usaha yang jelas yang melibatkan perasaan, nilai, kecerdasan, komitmen, persepsi, dan informasi yang cocok.

Sharf (1992, hlm. 157-158) mengungkapkan bahwa kemampuan pembuatan keputusan karier didasari oleh dua hal, yaitu: (1) pengetahuan tentang diri, pemahaman dunia kerja, serta pertimbangan kemandirian, (2) sikap terhadap penilaian keterlibatan, keinginan mempelajari informasi, serta aktivitas penunjang.

Tiedeman dan O’Hara (Sharf, 1992, hlm. 303) mengemukakan bahwa pembuatan keputusan adalah upaya untuk membantu individu menyadari semua faktor yang melekat pada setiap mengambil keputusan, sehingga mampu membuat pilihan yang tepat didasari oleh pengetahuan tentang diri dan informasi eksternal yang sesuai.

Sementara itu, Gati & Asher (2001, hlm. 331) menyatakan bahwa pembuatan keputusan karier merupakan proses yang dilakukan oleh individu untuk mencari alternatif-alternatif karier, membandingkannya, serta menetapkan pilihan.


(31)

Fred Luthans dan Keith David (Hayadin, 2007) mengemukakan bahwa “decision making is almost universally defined as choosing between alternatives”,

artinya pengambilan keputusan adalah memilih diantara berbagai alternatif.

Sejalan dengan pendapat di atas, Supriatna (2009, hlm. 55) mengungkapkan bahwa kemampuan pembuatan keputusan didasari oleh tiga hal, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik. (a) pengetahuan ditandai dengan indikator: pengetahuan mengenai tujuan hidup, diri sendiri, lingkungan, nilai-nilai, dunia kerja, dan pengetahuan tentang keputusan karier; (b) kesiapan didasari oleh indikator keyakinan dan keinginan; (c) keterampilan membuat keputusan karier merupakan alam tindakan nyata atau in action.

Seseorang dikatakan memiliki keterampilan dalam membuat keputusan jika menunjukkan sikap mandiri, luwes, kreatif, dan bertanggung jawab dalam mengambil keputusan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa esensi dari kemampuan pembuatan keputusan karier adalah proses penentuan pilihan yang didasari oleh aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan tentang alternatif kelanjutan sekolah setelah lulus dari SMP.

Secara operasional, kemampuan pembuatan keputusan karier dalam penelitian ini adalah respon siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jatisari terhadap pernyataan tertulis tentang proses penentuan alternatif pilihan yang meliputi aspek pengetahuan dan sikap sebagai berikut.

a. Aspek pengetahuan, dengan indikator: pemahaman diri, pemahaman nilai, dan pemahaman lingkungan.

b. Aspek sikap, dengan indikator: keyakinan diri, keinginan mencari informasi kelanjutan pendidikan, dan keterlibatan dalam pencarian informasi kelnjutan pendidikan.

Karier yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kelanjutan pendidikan siswa setelah lulus dari SMP. Selanjutnya aspek-aspek tersebut dituangkan ke dalam pernyataan instrumen yang berbentuk skala. Jumlah skor total yang diperoleh siswa menghasilkan data berupa profil kemampuan pembuatan keputusan karier siswa.


(32)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data (Arikunto, 1998, hlm. 112). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala Likert yang diaplikasikan ke dalam tiga jenis instrumen, yaitu instrumen stabilitas emosi, kontrol diri, dan kemampuan pembuatan keputusan karier dengan alternatif pilihan jawaban sesuai, kurang sesuai, dan tidak sesuai.

Instrumen pengungkap data stabilitas emosi dan kontrol diri yang digunakan dalam penelitian ini di adaptasi dan dimodifikasi dari instrumen yang dikembangkan oleh Rizkiyah Nur Indah sari (2012) dan Syska Purnama Sari (2014). Sedangkan pada instrumen pengungkap data kemampuan pembuatan keputusan karier disusun oleh peneliti sendiri.

1. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen yang dikembangkan untuk mengungkap stabilitas emosi, kontrol diri, dan kemampuan pembuatan keputusan karier siswa dikembangkan dari aspek dan indikator masing-masing definisi operasional yang selanjutnya dituangkan ke dalam bentuk pernyataan. Kisi-kisi instrumen stabilitas emosi siswa sebelum uji coba disajikan dalam Tabel 3.1 berikut.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Stabilitas Emosi (Sebelum Uji Coba)

Aspek Indikator No. Item

(+) (-) 1. Pengungkapan emosi a. Mampu mengungkapkan/mengekspresikan perasaan

1, 2, 3 4, 5, 6 b. Mengetahui perasaan yang sedang

dialami

7, 8 9, 10

2. Pengendalian emosi

a. Mampu menenangkan diri 11 12, 13

b. Mengatasi dorongan emosi yang muncul 14 15,16,17,18 c. Bertindak secara tepat dalam mengatasi

masalah

19, 20 21

3. Kesesuaian antara diri sendiri dengan lingkungan sekitar

a. Mengandalkan diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang tepat

22, 23, 24, 25

26, 27, 28 b. Memiliki nilai positif terhadap diri

sendiri dan mampu mempertahan-kan nilai positif sekalipun dalam masa kritis


(33)

Aspek Indikator No. Item

(+) (-)

c. Merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain

34,35 36

d. Memiliki sikap hormat kepada orang yang lebih tua.

37, 38 39, 40

Jumlah 9 40

Kisi-kisi instrumen kontrol diri siswa sebelum uji coba disajikan dalam Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Kontrol Diri (Sebelum Uji Coba)

Aspek Indikator No. Item

(+) (-)

1. Kontrol Perilaku

a. Mengatur Pelaksanaan 1, 2, 3, 4, 5, 6 7, 8, 9, 10, 11 b. Memodifikasi Stimulus 12, 13 14, 15

2. Kontrol Kognitif

a. Memperoleh Informasi 16, 17, 18, 19, 20

21, 22, 23, 24, 25

b. Melakukan Penilaian 26, 27, 28, 29, 30, 31

32, 33, 34 3. Kontrol

Keputusan

a. Memilih Tindakan 35, 36, 37, 38 39, 40, 41

b. Memilih Hasil 42, 43 44, 45

Jumlah 6 45

Kisi-kisi instrumen kemampuan kemampuan pembuatan keputusan karier siswa sebelum uji coba disajikan dalam Tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Pembuatan Keputusan Karier (Sebelum Uji Coba)

Aspek Indikator No. Item

(+) (-)

1. Pengetahuan a. Pemahaman Diri 1, 2, 3 4, 5

b. Pemahaman Nilai 6, 7 8, 9

c. Pemahaman Lingkungan 10, 11, 12 13, 14

2. Sikap a. Keyakinan Diri 15 16, 17

b. Keinginan 18, 19, 20 21

c. Keterlibatan 22, 23 24, 25

Jumlah 6 25

2. Penimbang Instrumen a. Uji Kelayakan Instrumen

Uji kelayakan instrumen bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk, dan konten. Penimbang dilakukan oleh dua


(34)

orang dosen ahli dari program studi bimbingan dan konseling, yaitu Dr. Nani M. Sugandhi, M.Pd., dan Dr. Ipah Saripah, M.Pd .

Penilaian oleh dua orang ahli dilakukan dengan memberikan penilaian pada setiap item pernyataan dengan dua kualifikasi, yaitu Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M menyatakan item dapat digunakan, dan item yang diberi nilai TM menyatakan dua kemungkinan yaitu item tidak dapat digunakan atau diperlukannya revisi pada item sebelum digunakan. Selanjutnya hasil judgment tersebut dijadikan bahan pertimbangan dalam penyempurnaan instrumen yang telah disusun.

Berdasarkan hasil uji kelayakan instrumen yang dilakukan oleh para ahli, maka jumlah masing-masing instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen stabilitas emosi sebanyak 40 item, instrumen kontrol diri sebanyak 45 item, dan instrumen kemampuan pembuatan keputusan karier sebanyak 25 item.

Instrumen yang tidak digunakan dalam penelitian ini disebabkan karena pernyataan item dan indikator tidak sesuai dengan apa yang akan diukur, selain itu ada beberapa item yang pernyataannya sama.

b. Uji Keterbacaan Instrumen Penelitian

Sebelum instrumen kemampuan pembuatan keputusan karir diuji coba, instrumen tersebut terlebih dahulu di uji keterbacaannya kepada sampel yang setara yaitu kepada lima orang siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Lembang, untuk mengukur sejauh mana keterbacaan instrumen tersebut. Setelah melakukan uji keterbacaan, untuk pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian di revisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat di mengerti oleh siswa.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas

Pengujian validitas dimaksudkan untuk melihat tingkat keterandalan instrumen yang dipergunakan sehingga instrumen tersebut layak untuk diolah dan dipergunakan dalam penelitian. Uji validitas dilakukan di kelas VIII-F SMP Negeri 3 Lembang Tahun Ajaran 2014/2015 pada tanggal 13 April 2015. Data yang sudah terkumpul selanjutnya dihitung validitas dan reliabilitasnya dengan


(35)

 2

XX

menggunakan program pengolahan data Microsoft Office Excel 2010 For Windows.

Dalam menentukan uji validitas item instrumen penelitian digunakan penghitungan statistika berdasarkan rumus Pearson Product Moment (Azwar, 1995, hlm. 153) dengan menggunakan bantuan perangkat lunak microsoft excel 2010. Langkah-langkah dalam pengolahan data untuk validitas instrumen adalah sebagai berikut.

1) Data yang diperoleh dari hasil penelitian dikumpulkan dan dipisahkan antara skor tertinggi dan terendah.

2) Mencari rata (X) setiap butir pernyataan kelompok atas dari nilai rata-rata (X) kelompok bawah, dengan menggunakan rumus dari Furqon (2002, hlm. 37).

Keterangan :

X : Nilai rata-rata yang dicari X1 : Jumlah skor

n : Jumlah responden

3) Mencari simpangan baku (S) setiap butir pernyataan kelompok atas dan kelompok bawah, dengan rumus :

Keterangan :

S : Simpangan baku yang dicari

: Jumlah hasil penguadratan nilai skor dikurangi rata-rata

n-1 : Jumlah sampel dikurangi satu

4) Mencari variansi gabungan

 

S2 dengan jalan menguadratkan simpangan baku dari masing- masing butir soal.

X=

n Xi n

i

1

S=  

1

2

 

n X X


(36)

5) Mencari nilai t-hitung untuk setiap butir pernyataan dengan rumus t= 2 2 2 1 2 1 2 1 n S n S X X  

Keterangan :

t : Nilai t yang dicari

X : nilai rata-rata suatu kelompok S1 : Variansi kelompok 1

S2 : Variansi kelompok 2

N1 : Jumlah sampel kelompok atas

N2 : Jumlah sampel kelompok bawah

6) Selanjutnya membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel dalam taraf nyata 0.50 atau dengan taraf signifikansi 95%.

Penentuan derajat validitas suatu pernyataan instrumen penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan uji signifikasi, yaitu jika t-hitung lebih besar atau sama dengan t-tabel maka item tersebut dapat dikatakan valid. Tetapi jika t-hitung lebih kecil daripada t-tabel maka, item tersebut tidak valid.

Hasil perhitungan terhadap 40 butir soal untuk instrumen stabilitas emosi, diperoleh item yang tidak valid sebanyak 10 item, sehingga total item yang valid sebanyak 30 item. Pada hasil perhitungan terhadap 45 butir soal instrumen kontrol diri, diperoleh item yang tidak valid sebanyak 11 item, sehingga total item yang valid 34 item. Sedangkan hasil perhitungan terhadap 25 butir soal instrumen kemampuan pembuatan keputusan karier, diperoleh item yang tidak valid sebanyak 7 item, sehingga total item yang valid adalah 18 item. Item-item pernyataan yang tidak valid tidak digunakan dalam pengambilan data penelitian, sedangkan item pernyataan yang valid kemudian dijadikan instrumen dengan nomor-nomor yang disusun secara acak. Secara lebih rinci, hasil validitas pada setiap instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Instrumen

No. Instrumen Keterangan No Item Jumlah

1. Stabilitas Emosi

Valid 1, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 29, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 38, 39


(37)

No. Instrumen Keterangan No Item Jumlah 2. Kontrol Diri Valid 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 15,

16, 17, 19, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 35, 36, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 45

34 Tidak Valid 5, 6, 11, 14, 18, 20, 23, 30, 34,

37, 44 11

3. Kemampuan Pembuatan Keputusan Karier

Valid 2, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 11, 13, 15, 16,

17, 18, 19, 20, 22, 23, 25 18 Tidak Valid 1, 5, 7, 12, 14, 21, 24

7 b. Uji Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas instrumen bertujuan untuk melihat tingkat keterandalan atau kemantapan sebuah instrumen (level of consistency), maksudnya sejauh mana suatu instrumen mampu menghasilkan skor-skor secara konsisten (Rakhmat & Solehudin, 2006, hlm. 70).

Dalam menentukan uji reliabilitas item alat pengumpul data penelitian, digunakan rumus Alpha sebagai berikut :

Dimana :

=

Nilai Reliabilitas

=

Jumlah Varians Skor Tiap-tiap Item

=

Varians Total k

=

Jumlah Item

Untuk mengetahui kriteria penilaian koefisien reliabilitas digunakan pedoman klasifikasi dari Drummond & Jones (2010, hlm. 94) yang dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5

Klasifikasi Penilaian Koefisien Reliabilitas

No. Koefisien Reabilitas Tafsiran

1 > .90 Sangat tinggi

2 .80 – .89 Tinggi

3 .70 – .79 Dapat diterima

4 .60 – .69 Sedang/dapat diterima 5 < .59 Rendah/tidak dapat diterima


(38)

Selanjutnya untuk mengetahui koefisien korelasinya digunakan distribusi (Tabel r) untuk α = 0,05 atau α = 0,01 dengan derajat kebebasan (dk = n - 2). Kemudian membuat keputusan membandingkan r11 dengan rtabel, yaitu:

Kaidah Keputusan : Jika r11 > rtabel berarti reliabel, dan

Jika r11 < rtabel berarti tidak reliabel

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap masing-masing instrumen, maka di dapat:

1) Reliabilitas instrumen stabilitas emosi r11 = 0.81 dengan N = 36 orang dengan

harga rtabel = 0.33, dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa

instrumen yang digunakan memiliki derajat keterandalan tinggi;

2) Reliabilitas pada instrumen kontrol diri r11 = 0.88 dengan N = 36 orang

dengan harga rtabel = 0.33, dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa

instrumen yang digunakan memiliki derajat keterandalan tinggi; dan

3) Reliabilitas instrumen kemampuan pembuatan keputusan karier r11 = 0.64

dengan N = 36 orang dengan harga rtabel = 0.33, dari perhitungan tersebut

dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan memiliki derajat keterandalan sedang.

4. Pedoman Skoring

Jenis instrumen pengungkap data dalam penelitian ini adalah skala psikologi yang diaplikasikan dengan format rating scales (skala-penilaian). Model rating-scales yang digunakan yaitu summated ratings (Likert) dengan alternatif respons pernyataan subjek skala 3 (tiga). Secara sederhana, tiap opsi alternatif respons mengandung arti dan nilai skor seperti tertera pada Tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.6

Pola Skor Opsi Alternatif Respons

Model Summated Ratings (Likert)

Pernyataan

Skor Tiga Opsi Alternatif Respons

S KS TS

Favorable (+) 3 2 1


(39)

Langkah selanjutnya adalah menetapkan konversi skor sebagai standarisasi dalam menafsirkan skor ditujukan untuk mengetahui makna skor yang dicapai individu dalam pendistribusian responsnya terhadap instrumen, serta untuk menentukan pengelompokan tingkat stabilitas emosi, kontrol diri, dan kemampuan pembuatan keputusan karier siswa kelas VIII SMPN 1 Jatisari. Konversi skor disusun berdasarkan skor yang diperoleh subjek pada setiap aspek dan indikator maupun skor total instrumen yang kemudian dikonversikan menjadi tiga kategori yang mengacu pada landasan teori stabilitas emosi, kontrol diri, dan kemampuan pembuatan keputusan karier siswa. Pembagian tiga kategori stabilitas emosi, kontrol diri, dan kemampuan pembuatan keputusan karier siswa dilakukan dengan mengacu pada penghitungan skor z data responden yang disajikan pada Tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7

Kategorisasi Stabilitas Emosi, Kontrol Diri, dan Kemampuan Pembuatan Keputusan Karier Siswa

Norma Kategori

Z > 1 Tinggi

-1 ≤ Z ≤ 1 Sedang

Z < -1 Rendah

(Furqon, 2011) Berdasarkan perhitungan pada Tabel 3.7 tersebut, maka kriteria tingkat ketercapaian siswa pada instrumen stabilitas emosi dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut.

Tabel 3.8

Kategorisasi Stabilitas Emosi Siswa

Norma Kategori Rentang

X > 68 Stabil 69-82

58 < X ≤ 68 Kurang Stabil 58-68 X < 58 Tidak Stabil 45-58

Berdasarkan kategorisasi pada Tabel 3.8, maka interpretasi kategori tingkat ketercapaian siswa dalam setiap indikator dan aspek pada instrumen stabilitas emosi siswa tersebut dijabarkan dalam Tabel 3.9 berikut.

Tabel 3.9


(40)

Kategori Rentang Deskripsi

Stabil 69-82

Siswa yang masuk dalam kategori ini telah memiliki emosi yang stabil, ditandai dengan a) siswa mampu mengungkapan emosi, sehingga siswa mampu mengungkapkan/mengekspresikan perasaan dan mampu mengetahui perasaan yang sedang dialami, b) siswa mampu mengendalikan emosi, yang ditandai dengan mampu menenangkan diri, mampu mengatasi dorongan emosi yang muncul, dan mampu bertindak secara tepat dalam mengatasi masalah, dan c) siswa mampu menyesesuaikan diri sendiri dengan lingkungan sekitar pada situasi dan kondisi yang tepat, mampu mempertahankan nilai positif dalam masa kritis, dan memiliki sikap hormat kepada orang yang lebih tua.

Kurang

Stabil 58-68

Siswa yang masuk dalam kategori ini sudah mulai menunjukkan emosi yang stabil, namun belum konsisten dengan sikap yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari. Indikator yang muncul pada kategori ini adalah a) siswa mampu menenangkan diri, namun masih bersifat moody, b) siswa sudah berusaha untuk mengatasi dorongan emosi yang muncul, c) siswa mulai menunjukkan tindakan secara tepat dalam mengatasi masalah, dan d) siswa mulai berusaha untuk menyesesuaikan diri dengan lingkungan sekitar pada situasi dan kondisi yang tepat.

Tidak Stabil 45-58

Siswa yang masuk dalam kategori ini belum menunjukkan kemampuan untuk menstabilkan emosi secara optimal, sehingga tiga aspek stabilitas emosi belum berkembang. Indikator yang muncul dalam kategori tidak baik antara lain a) siswa belum mampu menenangkan diri, b) siswa belum mampu mengatasi dorongan emosi yang muncul, c) siswa belum menunjukkan tindakan secara tepat dalam mengatasi masalah, dan d) siswa belum mampu menyesesuaikan diri dengan lingkungan sekitar pada situasi dan kondisi yang tepat.

Adapun kategorisasi tingkat ketercapaian siswa pada instrumen kontrol diri siswa, dapat dilihat pada Tabel 3.10 berikut.

Tabel 3.10

Kategorisasi Kontrol Diri Siswa

Norma Kategori Rentang


(41)

71 < X ≤ 86 Kurang Mampu 71-86 X < 71 Tidak Mampu 54-70

Interpretasi kategori tingkat ketercapaian siswa dalam setiap indikator dan aspek pada instrumen kontrol diri siswa dijabarkan dalam Tabel 3.11 berikut.

Tabel 3.11

Deskripsi Kategori Kontrol Diri Siswa Kelas VIII SMPN 1 Jatisari

Kategori Rentang Deskripsi

Mampu 87-95

Siswa pada kategori ini memiliki kontrol diri yang optimal pada setiap aspeknya, baik aspek kontrol perilaku, kontrol kognitif, maupun kontrol keputusan. Artinya siswa mampu mengatur pelaksanaan, mampu memodifikasi stimulus, mampu memperoleh informasi, mampu melakukan penilaian, mampu memilih tindakan, dan mampu memilih hasil yang ingin dicapainya. Dengan kata lain, siswa pada kategori ini memiliki kemampuan kontrol diri yang tinggi.

Kurang

Mampu 71-86

Siswa pada kategori ini memiliki kemampuan kontrol diri yang kurang optimal pada setiap aspeknya, baik aspek kontrol perilaku, kontrol kognitif, maupun kontrol keputusan. Artinya siswa belum mampu mengatur pelaksanaan, belum mampu untuk memodifikasi stimulus, belum mampu memperoleh informasi yang menunjang, belum mampu melakukan penilaian baik buruk untuk dirinya, belum mampu memilih tindakan apa yang harus diambilnya, dan belum mampu memilih hasil yang ingin dicapainya. Dengan kata lain, siswa pada kategori ini memiliki kemampuan kontrol diri yang sedang.

Tidak

Mampu 54-70

Siswa pada kategori ini memiliki kemampuan kontrol diri yang tidak optimal pada setiap aspeknya, baik aspek kontrol perilaku, kontrol kognitif, maupun kontrol keputusan. Artinya siswa tidak mampu mengatur pelaksanaan, tidak mampu memodifikasi stimulus, tidak mampu memperoleh informasi yang menunjang untuk dirinya, tidak mampu melakukan penilaian baik buruk untuk dirinya, tidak mampu memilih tindakan apa yang harus diambilnya, dan tidak mampu memilih hasil yang ingin dicapainya. Dengan kata lain, siswa pada kategori ini memiliki kemampuan kontrol diri yang rendah.


(42)

Kategorisasi tingkat ketercapaian siswa pada instrumen kemampuan pembuatan keputusan karier dapat dilihat pada Tabel 3.12 berikut.

Tabel 3.12

Kategorisasi Kemampuan Pembuatan Keputusan Karier Siswa

Norma Kategori Rentang

X > 45 Mampu 46-54

39 < X ≤ 45 Kurang Mampu 39-45 X < 39 Tidak Mampu 32-38

Interpretasi kategori tingkat ketercapaian siswa dalam setiap indikator dan aspek pada instrumen kemampuan pembuatan keputusan karier siswa dijabarkan dalam Tabel 3.13 berikut.

Tabel 3.13

Deskripsi Kategori Kemampuan Pembuatan Keputusan Karier Siswa Kelas VIII SMPN 1 Jatisari

Kategori Rentang Deskripsi

Mampu 46-54

Siswa yang masuk dalam kategori ini telah memiliki kemampuan pembuatan keputusan karier yang optimal, ditandai dengan a) siswa memiliki pengetahuan, sehingga siswa mampu memahami diri, siswa mampu memahami nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya, dan siswa mampu memahami lingkungan di sekitarnya, baik yang mendukung pilihannya maupun yang tidak mendukung pilihannya; b) siswa memiliki sikap, yang ditandai dengan siswa memiliki keyakinan terhadap dirinya, siswa memiliki keinginan dalam penentuan kelanjutan sekolahnya, dan siswa mau terlibat aktif dalam pencarian informasi kelanjutan pendidikan setelah lulus dari SMP nantinya.

Kurang

Mampu 39-45

Siswa yang masuk dalam kategori ini telah memiliki kemampuan pembuatan keputusan karier namun kurang optimal, hal ini ditandai dengan a) siswa telah memiliki pengetahuan, namun belum optimal sehingga siswa sudah memahami dirinya, namun belum dapat menentukan apa yang akan dipilihnya, siswa mampu memahami nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya, dan siswa mampu memahami


(1)

101

Ananda Rachmaniar, 2015

KONTRIBUSI STABILITAS EMOSI D AN KONTROL D IRI TERHADAP KEMAMPUAN PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIER: (Penelitian D eskriptif terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Jatisari Tahun Ajaran 2014/2015)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Rekomendasi

Rekomendasi dari hasil penelitian ini ditujukan untuk guru bimbingan dan konseling serta peneliti selanjutnya.

1. Guru Bimbingan dan Konseling

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat stabilitas emosi, kontrol diri, dan kemampuan pembuatan keputusan karier siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jatisari Tahun Ajaran 2014/2015 secara umum termasuk ke dalam kategori kurang stabil dan kurang mampu. Namun dalam setiap aspek dan indikator terdapat tingkat pencapaian yang berbeda dan hampir semua aspek belum mencapai tingkat optimal.

Proses pembuatan keputusan karier harus dilakukan dengan baik oleh siswa karena akan berpengaruh terhadap kariernya di masa depan. Merujuk pada hasil penelitian, peneliti merekomendasikan kepada guru bimbingan dan konseling sebagai berikut.

a. Dapat menggunakan profil stabilitas emosi, kontrol diri, dan kemampuan pembuatan keputusan karier sebagai salah satu landasan dalam penyusunan program bimbingan dan konseling.

b. Guru bimbingan dan konseling diharapkan mampu mengembangkan dan melaksanakan program layanan bimbingan dan konseling dari rancangan program yang telah ada (terlampir).

2. Peneliti Selanjutnya

Keterbatasan proses dan hasil dari penelitian ini tidak dapat dipisahkan dari keterbatasan peneliti dalam kegiatan penelitian. Oleh karena itu, rekomendasi untuk peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut.

a. Melakukan penelitian dan pengembangan dengan menggunakan pedoman wawancara dengan orang tua, guru, dan teman, serta pedoman observasi langsung agar data yang diperoleh menjadi lebih kuat.

b. Melakukan penelitian yang serupa namun menggunakan pendekatan dan metode penelitian yang lebih beragam seperti kuasi eksperimen, mixed method, maupun R & D.


(2)

Ananda Rachmaniar, 2015

DAFTAR PUSTAKA

Albin, R. S. (2001). Emosi Bagaimana Mengenal, Menerima, dan Mengarahkannya. Yogyakarta: Kanisius.

Andersen, P., & Vandehey, M. (2012). Career Counseling and Development in Global Economy second edition. USA: Brooks/Cole

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Averill. (1973). Personal Control Over Aversive Stimuli and Its Relationship to Stress. Psychological Bulletin. Vol. 80, No. 4, 286-303.

Azizah, E. (1999). Hubungan Antara Gaya Pengasuhan Orang Tua dan Pelaksanaan Bimbingan Karier dengan Identitas Remaja Akhir dalam Bidang Pekerjaan. Tesis PPS UNPAD. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Budiamin, Amin. (2002). Manajemen Layanan Bimbingan Karir pada SMU Negeri di Kabupaten Bandung. Dalam Jurnal Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Psikopedagogia Vol. 2 November 2002, 259-266.

Budiman, N. (2002). Hubungan antara Kemandirian Emosional, Perilaku, dan Nilai dengan Orientasi Karier. Jurnal Psikopedagogia, Volume 2 Nomor 4/2002/2003. Bandung: ABKIN Jawa Barat & Jurusan PPB FIP UPI.

Brown, D. (2002). Career Choice And Development. San Francisco: Jossey Bass

Carter, H., Ryan, C., & Alex, R. (2012). Negative Cases in the Nexus Between Self-Control, Social Bonds, and Delinquency. Journal of Youth Violence and Juvenille Justice. 11, (1), 3-25.

Cavanagh, M. & Levitov, J. E. (2002). The Counseling Experience. USA: Waveland Press, Inc.

Creswell, J. (2008). Educational Research (Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research). New Jersey: Pearson.

Dillard, J.M. (1985). Life Long Career Planning. Columbus, Ohio: A Bell & Howell Company.


(3)

103

999

Drummond, R., dan Jones, K. (2010). Assessment Procedures for Counselors and Helping Professionals 7th Edition. USA: Pearson

Furqon. (2002). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Gati, I. (2001). High School Students Career. Related Decision. Making Difficulties. Journal of Counseling and Development Vol. 79, 331-341. Gati & Saka (2001). High school students career-related decision-making

difficulties. Journal of counseling & development, 79, 331-340.

Ghufron, N.M., & Risnawita, R. (2010). Teori-teori Psikologi. Jogjakarta: Ar Ruz Media.

Goleman, Daniel. (1999). Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi/ Daniel Goleman; alih bahasa, Alex Tri Kantjono Widodo. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gottfredson, M.R., & Hirschi, T. (1990). A General Theory of Crime. Stanford, California. pp. 117.

Gustria, S. (2006). Hubungan Antara Pola Komunikasi Orang Tua-Anak dengan Stabilitas Emosi Remaja. Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Hayadin. (2007). Pengambilan Keputusan untuk Profesi pada Peserta didik

Jenjang Pendidikan Menengah. [Online].

Tersedia:http://www.masadepanku.net [15 Juni 2015].

Hethtringthon & Park. (1999). Child Psychology: A Contemporary Viewpoint. International edition: McGraw-Hill Co. Inc.

Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan). Jakarta: Erlangga.

Ilfiandra. (1997). Kontribusi Konsep Diri terhadap Kematangan Karir Siswa. Skripsi PPB FIP IKIP. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Irawati, D. (2003). Kontribusi Kestabilan Emosi Siswa Terhadap Penyesuaian Siswa di Sekolah. Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(4)

Jamilah, C. (2013). Program Bimbingan Karier Berdasarkan Profil Kemampuan Pembuatan Keputusan Karier Siswa. Skripsi PPB FIP IKIP. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Kardinah. (2005). Program Bimbingan Karier di IAIN Sunan Gunung Djati. Tesis PPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Kidd, Jennifer M. (2006). Understanding Career Counseling. London: Sage Publications Ltd.

Lazarus, R.S. (1976). Pattern of Adjusment. Tokyo: McGraw-Hill, Kogakusha, Ltd.

Lee C.M. (2007). Career Maturity, Career Decision-Making Self-Efficacy, Interdependent Self-Construal, Locus of Control and Gender Role Ideology of Chinese Adolescents in Hongkong. Journal Hongkong Baptist University.

Lestari, M. (2015). Program Bimbingan Karir Untuk Mengembangkan Kemampuan Keputusan Karier Siswa (Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Keals IX di SMP Kartika XIX-2 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015). Tesis pada program studi BK SPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Manrihu, M. T. (1988). Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Marinus. (1997). Attachment, Emergence Morality, and Aggression Toward a Developmental Socio Emotional Model of Antisocial Behavior. International Journal of Behavioral Development. 21 (4), 703-727.

Maulani, Novi. (2010). Program Bimbingan dan Konseling Untuk Meningkatkan Kemandirian Perilaku Siswa dalam Membuat Keputusan Karier. Skripsi pada jurusan PPB UPI. Tidak diterbitkan.

Munandir. (1996). Program Bimbingan Karier di Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Muslihuddin. (1999). Implementasi Model Ekologis dalam Layanan Bimbingan Karier di SMKN 12 Bandung. Tesis PPS IKIP Bandung: Tidak Diterbitkan.


(5)

105

999

Osipow, J. (1983). Career Counseling Models, Methode, and Materials. New York: McGraw-Hill Book Company.

Pellitteri, J., et al. (2006). Emotionally Intelligent School Counseling. Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers

Patricia, A. & Michael, V. (2012). Career Counseling and Development in Global Economy. Second Edition. USA: Brooks/Cole Cengage Learning.

Ran R. H., Kevin N. O., & Yaacov T. (2010). Self-Control in Society, Mind, And Brain. New York: Oxford University Press.

Riduwan. (2005). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta.

Riduwan, dan Kuncoro, E. (2013). Cara Menggunakan dan Memaknai Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta.

Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development. Alih Bahasa (2002). Juda Damanik dan Achmad Chusairi. Perkembangan Masa Hidup (edisi lima, jilid II). Jakarta: Erlangga.

_______. (2003). Adolescence. Alih Bahasa (2003). Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih. Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sari, R.N. (2013). Stabilitas Emosi dan Implikasinya Bagi Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial. Skripsi PPB UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sari, S. P. (2014). Perbandingan Efektivitas Play Therapy Dan Psikodrama Dalam Mengembangkan Kontrol Diri Siswa. Tesis PPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sarlito, W. (2000). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Schulz, S. (2004). Problem with Versatility Construct of Gottfredson and

Hirschi’s General Theory of Crime European. Journal of Crime, Criminal Law and Criminal Justice. 12 (1), 61-82

Sharf, R. (1992). Applying Career Development Theory to Counseling. California: Brooks/Cole Publishing Company.


(6)

Suherman, U. (2009). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bekasi: Madani.

Sunarto dan Hartono, A. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Supriatna, M. (2004). Konseling Kelompok: Wawasan Konsep, Teori, dan Aplikasi Dalam Rentang Sepanjang Hayat. Bandung: Publikasi Jurusan PPB FIP UPI.

________. (2009). Layanan Bimbingan Karier Di Sekolah Menengah. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional.

Syamsuddin, A. (1981). Modul Psikologi Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung.

Thomas, F., Nathan, C., and Finkel, E. (2012). Self-Control and Aggression. Current Directions in Psychological Science. 21, (1) 20-25.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.

Vera, F. (2010). Stabilitas Emosi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelas XI Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Vondracek, F. W. (2007). Vocational Identity Across The Life Span: A Developmental-Contextual Perspective On Achieving Self-Realization Through Vocational Careers. London: Man and Work.

Walgito, B. (2003). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.

Watson, C. L. (2010). A Study of Secondary Students Decision-Making Processes with Respect to Information Use, Particularly Students Judgements of Relevance and Reliability. Australia: International Association of School Librarianship.

Yusuf, S. (2009). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

Yusuf, S., dan Sugandhi, M. (2001). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Yuan, Z. W. (1998). Young People and Careers: School Career Guidance in Shanghai, Eidenburg, and Hongkong. China: Comparative Education Research Center The University of Hongkong.