jurnal pengembangan model tematik

JURNAL PENELITIAN KEPENDIDIKAN, TAHUN 19, NOMOR 2, OKTOBER 2009

Pengembangan Model Pembelajaran Tematik
untuk Kelas 1 dan Kelas 2 Sekolah Dasar

Sa’dun Akbar
I Wayan Sutama
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang

Pujianto
Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang
Telp. 08155519223, E-mail: sadun_akbar@yahoo.com

Abstract: The irst year phase of this research (Akbar, 2006) found that generally the diiculties or problem level of thematic learning development and application for irst and second years
of elementary school in East Java is high. The high level of diiculties is indicated by the accomplishment of the thematic learning average scores for all of development and implementation
component problems in irst and second years of elementary school in East Java that has reached
55.484%. The existence of these problems requires thematic learning models which are empirically tested to be developed for being references and examples for elementary school teachers.
This research objective is to provide models through developing and testing thematic learning
models which are limited in Malang. To reach this objective, this second year competitive grant
research utilized expansion research methods - by a limited scale testing. This research yielded
thematic learning models for the irst year in six themes, and four themes for the second year

of elementary school, which were found efective (reaching targeted learning objectives) and being tested with limited scale (in Malang). It is suggested further researches be done to test the
results of this reserach and applied in wider scale.
Kata kunci: model pembelajaran tematik, sekolah dasar

Sekolah dasar sebagai salah satu lembaga
pendidikan dasar memiliki fungsi yang sangat fundamental dalam menyiapkan sumber
daya manusia yang berkualitas. Karena sekolah dasar merupakan dasar dari proses pendidikan yang ada pada jenjang berikutnya.
Danim (2003) mengemukakan bahwa ada
dua misi utama pembangunan pen didikan
jenjang sekolah dasar yaitu misi semesta dan
misi adaptif kualitatif. Misi yang pertama
mengarah pada suatu tujuan yaitu agar siswa
SD dapat memiliki bekal hidup minimal, termasuk bekal hidup untuk memasuki sektor produktif. Sedangkan misi yang kedua
bertujuan agar siswa SD dapat mengakses
140
140

keterlibatan diri secara lebih intensif dalam
konteks pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta melanjutkan pendidikan

pada jenjang berikutnya.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mencapai misi yang pertama sudah mulai menunjukkan hasil, yaitu dengan semakin tingginya
angka partisipasi murni dan angka partisipasi kasar untuk sekolah dasar. Walaupun demikian bukan berarti pencapaian angka partisipasi murni dan kasar tanpa menghadapi
kendala. Masih besarnya angka pertumbuhan penduduk dan semakin mahalnya beban
hidup pada masa-masa akhir ini justru dapat
menghambat pertumbuhan angka partisipasi

Sa’dun Akbar, Pengembangan Model Pembelajaran Tematik

murni dan kasar jenjang sekolah dasar pada
masa yang akan datang.
Permasalahan yang kini justru menghadang saat ini adalah upaya meningkatkan
kualitas pendidikan untuk mencapai misi
yang kedua yaitu misi adaptif dan kualitatif.
Sanusi (dalam Danim, 2003) mengemukakan
bahwa persoalan utama yang dihadapi dalam pengelolaan SD saat ini bukan saja terletak pada sisi eisiensinya, tetapi juga masalah
mutu, akses, dan peluang pengembangan.
Rendahnya eisiensi ditunjukkan oleh indikator tingginya angka putus sekolah dan mengulang kelas. Berdasarkan hasil studi Bank
Dunia, penurunan angka putus sekolah antara
tahun 1980 sampai 1991 dari 5,1% menuju

ke 3,5%. Sementara angka mengulang kelas
rata-rata 10%. Berdasarkan studi IEA (dalam
Achmadi, 1995) menunjukkan bahwa penguasaan membaca kritis siswa SD sebesar
36,1%. Hidayat (dalam Danim, 2003) juga
mengemukakan bahwa kemampuan siswa
SD untuk menjawab pertanyaan dengan benar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
(47%), Matematika (49%), dan IPA (47%).
Rendahnya tingkat eisiensi dan penguasaan
siswa terhadap materi pembelajaran disebabkan oleh prestasi belajar akademis lebih banyak diterangkan oleh faktor guru, buku paket, alat belajar, dan manajemen sekolah.
Dari fenomena di atas, sudah saatnya diadakan perubahan paradigma pembelajaran. Perubahan yang dimaksud seperti perubahan pembelajaran yang berpusat pada
guru menuju ke pembelajaran yang berpusat
pada siswa, dan mengedepankan pendekatan kontekstual dalam mewujudkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Hal ini
perlu dikedepankan mengingat pendidikan
SD mengarah pada pembentukan kemampuan dasar yang bertujuan menanamkan
dan mengembangkan kemampuan dasar
untuk belajar, mengembangkan sikap positif
terhadap belajar dan menanamkan kemauan
untuk belajar sepanjang hayat. Solusi untuk
memperbaiki kondisi tersebut adalah deng-an


mencari strategi-strategi pembelajaran yang
berpusat pada anak, yang sesuai dengan dunia anak sehingga mereka dapat mewujudkan empat pilar dalam belajar yaitu learning
to know, learning to do, learning to be, dan learning to life together.
Pengkondisian proses belajar yang kondusif dan bermakna juga diperlukan atas
dasar pertimbangan berbagai teori belajar.
Rouseau (dalam Morrow, 1993) mengemukakan bahwa pendidikan bagi anak usia muda
harus bersifat alamiah dan tidak dipaksakan.
Siswa belajar melalui keingintahuannya. Oleh
karena itu, pendidikan dengan intervensi
hendaknya dilakukan seminimal mungkin.
Sementara itu Ausubel (dalam Dahar, 1989)
mengemukakan bahwa belajar bermakna
merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep yang relevan.
Di lain pihak, para tokoh yang tergabung dalam aliran konstruktivistik mengemukakan
bahwa anak mengkonstruksi sendiri konsepkonsep belajarnya melalui interaksinya dengan objek-objek belajar.
Diantara masalah yang cukup menonjol
dan berkaitan dengan perancangan model
pembelajaran tematik kelas 1 dan 2 SD tersebar pada masalah-masalah: pengembangan
kurikulum menjadi program semesteran,
silabus, dan rencana pembelajaran tematik;

masalah pengembangan model-model pembelajaran tematik yang cenderung kurang
mengaktikan siswa, kurang menjadikan
siswa kreatif, dan kurang menyenangkan,
keterbatasan sumber belajar tematik baik
yang dimiliki siswa di rumah maupun yang
tersedia di lingkungan sekolah- baik yang
berupa manusia, dunia usaha, dan industri.
Selain itu, guru-guru di Jawa Timur juga
masih menghadapi masalah dalam hal pengembangan media dan instrumen penilaian pembelajaran tematik. Dari hasil observasi
kelas yang dilakukan tim peneliti disimpulkan bahwa sebagian besar guru-guru kelas 1
dan 2 SD di Jawa Timur masih menghadapi
masalah dan kesulitan dalam pembelajaran

141

JURNAL PENELITIAN KEPENDIDIKAN, TAHUN 19, NOMOR 2, OKTOBER 2009

tematik. Ada sebagian guru yang membuat
rancangan pembelajaran tematik buatan KKG
tetapi cenderung tidak dipraktikkan dalam

pembelajaran sehari-hari. Hampir seluruh
kelas yang diamati masih menerapkan jadwal dan praktik pembelajaran tiap mata pelajaran. Guru-guru belum begitu banyak yang
mengembangkan media pembelajaran dan
instrumen penilaian tematik yang dikembangkan sendiri oleh guru-guru. Ruang kelas
cenderung kurang dirancang untuk pembelajaran tematik.
Salah satu sistem yang dapat diterapkan
yakni siswa belajar dengan “melakukan”. Selama proses “melakukan” tersebut mereka
akan memahami dengan lebih baik dan menjadi lebih antusias di kelas. Menurut Sutirjo
dan Mamik (2004), dalam proses pembelajaran perlu memadukan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain dalam satu
tema. Alasan pertama yang mendasari hal ini
adalah karena latar belakang empiris. Kenyataan dalam kehidupan sehari-hari tidak
satupun fenomena alam yang terjadi secara
terpisah atau berdiri sendiri, namun justru
bersifat kompleks dan terpadu. Alasan kedua, yaitu tuntutan dan perkembangan iptek
yang begitu pesat dan kompleks, secara ilmiah membutuhkan penyikapan secara realistis. Dengan demikian, peningkatan kualitas
pembelajaran dan bahan ajar di sekolah harus diperkaya dengan kenyataan hidup dan
tuntutan zaman.
Agar proses pembelajaran dapat mengakomodasikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta permasalahan yang
begitu kompleks dalam masyarakat, maka dapat diterapkan pembelajaran Tematik. Mengingat, dengan pembelajaran Tematik siswa
tidak terpisah dengan kehidupan nyata dan

tidak ‘gagap’ dalam menghadapi perkembangan zaman. Pembelajaran Tematik akan
menciptakan sebuah pembelajaran terpadu
yang akan mendorong keterlibatan siswa dalam belajar, membuat siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran, dan menciptakan

142

situasi pemecahan masalah sesuai dengan
kebutuhan siswa. Pembelajaran Tematik yakni kegiatan mengajar dengan memadukan
materi beberapa mata pelajaran dalam satu
tema. Dalam kurikulum 2004, pembelajaran
Tematik dapat diartikan sebagai pemaduan
materi pelajaran dalam satu tema. Dengan
demikian, proses pembelajarannya mengelola pembelajaran yang mengintegrasikan
materi dari beberapa mata pelajaran dalam
satu topik pembelajaran atau satu tema.
Pembelajaran Tematik dapat pula dipandang sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum. Pembelajaran
Tematik memberi peluang pembelajaran terpadu yang lebih menekankan keterlibatan
anak dalam belajar, membuat anak terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran dan
pemberdayaan dalam memecahkan masalah

tumbuhnya kreativitas sesuai kebutuhan siswa. Lebih lanjut, diharapkan siswa dapat belajar dan bermain dengan kreativitas yang
tinggi. (Sutirjo dan Mamik, 2005)
Pengembangan model pembelajaran tematik untuk kelas 1 dan kelas 2 SD perlu dikaji lebih cermat lagi tentang pengembangan
isi kurikulum KTSP 2006 menjadi program
semester, silabus, dan rencana pembelajaran tematik agar model pembelajaran yang
dikembangkan menjadi model yang lebih
sesuai dengan perjalanan praktik kelas sehari-hari. Rancangan model pembelajaran
tematik ini sebaiknya perlu divalidasi oleh
tim ahli dan praktisi pembelajaran. Selain
itu, ran-cangan model pembelajaran tersebut
juga harus diujicobakan dalam skala terbatas
agar hasil penelitian ini mempunyai manfaat
yang lebih besar untuk keperluan pembelajaran bagi guru kelas 1 dan kelas 2 SD.
Pada tahun pertama peneliti telah melakukan identiikasi tentang masalah-masalah
pembelajaran di kelas 1 dan kelas 2 SD di
Jawa Timur. Sedangkan pada tahun kedua
ini pengembangan model dilanjutkan pada
perancangan model pembelajaran tematik.

Sa’dun Akbar, Pengembangan Model Pembelajaran Tematik


Penelitian dan pengembangan ini bertujuan untuk mendeskripsikan model-model
pembelajaran tematik untuk kelas-1 dan 2
SD yang dikembangkan, mendeskripsikan
tingkat validitas model-model pembelajaran
tematik kelas 1 dan kelas 2 SD yang dikembangkan menurut ahli dan praktisi pembelajaran, dan mendeskripsikan tingkat keefektifan
model pembelajaran tematik yang dikembangkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang ditetapkan, menghasilkan model
pembelajaran tematik kelas 1 dan kelas 2 SD
yang valid dan efektif, menghasilkan CD Interaktif pembelajaran tematik untuk kelas 1
dan kelas 2 SD.

METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian pengembangan dengan menggunakan 10 langkah sebagaimana yang dikembangkan oleh Borg dan Gell (1979: 626) yaitu
penelitian dan pengumpulan data melalui
survei, perencanaan, pengembangan prototype awal, pengujian awal terbatas, revisi
produk, uji lapangan, revisi produk berdasar
masukan dari lapangan, uji operasional dalam skala lebih luas, revisi produk inal, desiminasi dan distribusi.
Pada tahun kedua penelitian ini bertujuan
untuk menghasilkan produk berupa modelmodel pembelajaran tematik pada 10 tema

untuk kelas 1 dan kelas 2 SD yang lebih sempurna. Penyempurnaan ini dilakukan secara
kolaboratif melalui lokakarya. Kemudian model yang sudah disempurnakan tersebut divalidasi oleh tim ahli, selanjutnya dianalisis
secara deskriptif seperti yang terurai dalam
analisis data, sehingga diperoleh model pembelajaran yang valid menurut para ahli.
Model pembelajaran yang sudah divalidasi selanjutnya diujicobakan dalam
skala terbatas dengan rancangan penelitian
deskriptif. Bersamaan dengan ujicoba skala
terbatas, dilakukan pula dokumentasi proses

pembelajaran yang menghasilkan CD interaktif pem-belajaran tematik.
Bentuk rancangan penelitiannya yaitu
deskriptif. Peneliti bersama kolaborator mengembangkan model-model pembelajaran tematik untuk 10 tema, model-model hasil
pengembangan tersebut kemudian divalidasi
oleh ahli dan praktisi pembelajaran. Validator
diberi draf model konseptual dan instrumen
validasi. Instrumen validasinya sebagian bersifat tertutup dan sebagian bersifat terbuka.
Data validasi tersebut kemudian dianalisis
secara deskriptif untuk menguji ketercapaian
kriteria model yang dikembangkan.
Pada ujicoba terbatas, sampel penelitiannya menggunakan purposive sampling,

yaitu 5 SD di Kota Malang. Masing-masing
SD terdiri atas kelas 1 dan 2 dan setiap kelas
diujicobakan sebanyak satu model tematik.
Adapun pengumpulan datanya menggunakan instrumen berupa angket, tes, observasi,
dan dokumentasi. Angket digunakan untuk
mengumpulkan data dari validator ahli dan
praktisi. Observasi difokuskan pada kemampuan model dalam mengaktikan siswa,
membuat siswa menjadi kreatif, dan merasa
senang dalam proses pembelajaran. Sedangkan dokumentasi digunakan untuk dokumen portofolio dan untuk menghasilkan CD
interaktif untuk pembelajaran tematik.
Analisis pada ujicoba terbatas ditekankan pada keefektifan model dalam mencapai
hasil belajar secara deskriptif, kualitas proses
pembelajaran, kemampuan model menjadikan siswa menjadi kreatif, dan siswa merasa
senang dalam proses pembelajaran.

HASIL
Penelitian dalam kerangka pengembangan model pembelajaran tematik ini, dimulai
dengan eksplorasi dalam kerangka identiikasi masalah-masalah pembelajaran tematik pada kelas 1 dan kelas 2 SD di Jawa Timur
(Akbar, 2006). Berdasarkan temuan masalah-

143

JURNAL PENELITIAN KEPENDIDIKAN, TAHUN 19, NOMOR 2, OKTOBER 2009

masalah pengembangan dan praktik pembelajaran tersebut, kemudian dilakukan perancangan produk berupa pengembangan
model-model tematik secara konseptual. Perancangan produk ini dilakukan secara kolaboratif dengan guru-guru kelas 1 dan kelas

2 SD. Proses pengembangan produk ini, diawali dengan pelatihan tentang pembelajaran tematik bagi tim peneliti dan 13 guru SD
yang menjadi kolaborator dalam penelitian
ini.
Tahapan proses pengembangan produk

Tabel 1. Hasil Validasi dan Ujicoba Skala terbatas Model-Model Pembelajaran Tematik
Validator
Tema

Keefektifan/Ketuntasan (%)

Pra
Ahli PraktiUji
(%) si (%)
Com

Pasca
Uji
Com

Nilai Akhir
+/Rata2
(Siswa)

Nilai Rata-Rata Validitas Ahli
dan Praktisi

Tema 1

82

81

62

75

13

74

(81,5%)/valid dapat digunakan
tanpa revisi

Tema 2

99

94

73

88

15

85

(96,5%)/valid dapat digunakan
tanpa revisi

Tema 3

83

94

67

82

15

81

(88,5%)/valid dapat digunakan
tanpa revisi

Tema 4

86

87

89

87

-2

82

(86,5%)/valid dapat digunakan
tanpa revisi

Tema 5

80

74

63

88

25

84

(77%)/valid dapat digunakan
tanpa revisi

Tema 6

0

97

72

84

12

82

(97%)/valid bagi praktisi dapat
digunakan tanpa revisi

Tema 7

72

90

74

84

10

82

(81%)/valid dapat digunakan
tanpa revisi

Tema 8

76

90

75

80

5

67

(85,5%)/valid dapat digunakan
tanpa revisi

Tema 9

0

90

52

86

34

79

(90%)/valid bagi praktisi dapat
digunakan tanpa revisi

Tema 10

87

88

72

84

12

80

(87,5%)/valid dapat digunakan
tanpa revisi

144

Sa’dun Akbar, Pengembangan Model Pembelajaran Tematik

secara konseptual ini dilakukan analisis kurikulum SD kelas 1 dan kelas 2, analisis kurikulum ini menghasilkan program tahunan
dan semesteran untuk pembelajaran tematik,
pembuatan jaringan kompetensi dasar yang
berasal dari berbagai mata pelajaran di kelas
1 dan 2 SD dalam bentuk spider web, kemudian berdasarkan jaringan kompetensi dasar
(spider web) tersebut dikembangkan peta
konsep tematik sesuai tema-tema yang menjadi fokus penelitian ini disusunlah rancangan satuan kegiatan pembelajaran tematik
yang di dalamnya mencakup tema, sub tema,
alokasi waktu, kompetensi dasar, indikator
ketercapaian hasil belajar, langkah-langkah
pembelajaran yang berorientasi konstruktivistik dan PAKEM, sumber dan media belajar, dan penilaian hasil belajar baik berupa
proses maupun hasilnya. Pada tahapan ini
dihasilkanlah model-model pembelajaran
tematik secara konseptual.
Setelah model-model pembelajaran tematik secara konseptual berhasil dikembangkan, langkah berikutnya adalah validasi oleh
ahli pembelajaran dan validasi oleh praktisi
pembelajaran dalam hal ini guru yang kelasnya digunakan sebagai latar ujicoba. Validasi
oleh siswa audience untuk mengetahui keterterapan model ini dalam praktik pembelajaran sekaligus untuk mengetahui keefektifan
model yang dikembangkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang ditargetkan.
Validasi tersebut menghasilkan data termasuk saran perbaikan dari validator untuk
keperluan revisi atau perbaikan produk untuk diujicoba pada tahapan berikutnya dan
dalam skala yang lebih luas sekaligus desiminasi produk bagi praktisi.
Berdasarkan hasil analisis data hasil validasi dari validator ahli pembelajaran, praktisi pembelajaran, dan ujicoba terbatas pada
audience dapat digambarkan dalam tabel 1.
Pada model pembelajaran tematik tema
1 tentang Diri Sendiri kelas 1 SD, Validitas
model pembelajaran ini ditunjukkan pada
pencapaian tingkat validitas ahli sebesar

82%, artinya, menurut ahli, model ini valid.
Menurut praktisi pembelajaran model ini
juga valid, validitasnya mencapai 81%. Hasil
analisis gabungan antara validitas dari ahli
dengan validitas dari praktisi mencapai nilai
rata-rata 81,5%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa menurut ahli dan praktisi pembelajaran,
model pembelajaran ini adalah valid. Hasil
ujicoba dalam praktik pembelajaran skala
terbatas pada siswa kelas 1 SD atas implementasi model ini menunjukkan bahwa hasil uji kompetensi siswa mencapai mencapai
74% (tuntas), artinya model pembelajaran ini
dapat diterapkan dan efektif dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang ditargetkan dengan hasil yang baik.
Menurut validator Ahli, penggunaan bahasa dalam bahan ajar pada model ini perlu
disederhanakan dan cover perlu lebih dipertajam. Sedangkan dari validator praktisi pembelajaran guru merasakan bahwa lagu-lagu
yang digunakan dalam proses pembelajaran
masih relatif asing bagi anak sehingga anakanak masih sedikit mengalami kesulitan menyanyikan lagu yang dirancang pada tema
ini. Di samping itu, anak-anak kelas 1 yang
tidak berasal dari TK mereka mengalami kesulitan dalam model pembelajaran ini.
Pada model pembelajaran tematik tema 2
tentang Keluarga pada kelas 1 SD, validitas
model pembelajaran ini ditunjukkan pada
pencapaian tingkat validitas ahli sebesar
99%. Menurut praktisi pembelajaran model
ini juga valid, validitasnya mencapai 94%.
Hasil analisis gabungan antara validitas ahli
dengan validitas praktisi mencapai nilai ratarata 96,5%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
menurut ahli dan praktisi pembelajaran model pembelajaran ini adalah valid sehingga dapat digunakan tanpa revisi. Hasil uji coba dalam skala terbatas atas implementasi model
ini dalam praktik pembelajaran di SD kelas 1
menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi
siswa mencapai 85% (tuntas) artinya model
pembelajaran ini dapat diterapkan dan efektif dapat mencapai tujuan pembelajaran yang

145

JURNAL PENELITIAN KEPENDIDIKAN, TAHUN 19, NOMOR 2, OKTOBER 2009

ditentukan dengan hasil yang baik.
Namun demikian, menurut validator Ahli
Pembelajaran, model pembelajaran ini cukup
baik, relatif tidak ada kelemahannya sehingga
ia tidak memberikan saran untuk perbaikan.
Demikian pula untuk praktisi pembelajaran
juga tidak memberi saran perbaikan.
Pada model pembelajaran tematik tema
3 tentang Lingkungan pada kelas 1 SD, validitas model pembelajaran ini ditunjukkan
pada pencapaian tingkat validitas dari ahli
sebesar 83%, menurut ahli model ini valid.
Menurut praktisi pembelajaran model ini
juga valid, validitasnya mencapai 94%. Hasil
analisis gabungan antara validitas ahli dan
dari praktisi mencapai nilai rata-rata 88,5%.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa menurut ahli
dan praktisi pembelajaran, model pembelajaran ini adalah valid sehingga dapat digunakan tanpa revisi. Hasil ujicoba dalam skala
terbatas atas implementasi model ini dalam
praktik pembelajaran di SD kelas 1 menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi siswa
mencapai 81% (tuntas) artinya model pembelajaran ini dapat diterapkan dan efektif dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan dengan hasil yang baik.
Namun demikian, menurut validator
ahli pembelajaran, ada beberapa kegiatan
pembelajaran yang belum menampakkan
tematik, misalnya pembelajaran ini terkesan
padat isi sehingga produknya tampak tebal
perlu dicermati lagunya dan diperkaya dengan ilustrasi. Sedangkan dari praktisi merasakan tema lingkungan masih kurang luas
dan kurang dalam. Ia mengalami kesulitan
teknis karena di sekolah tempat praktik penjadwalan dilakukan tiap pelajaran sementara
model tematik yang dirancang ini adalah
benar-benar terpadu. Saran yang perlu diberikan yaitu ilustrasi berupa gambar-gambarnya perlu diperbanyak supaya lebih menarik anak-anak. Ia juga menyarankan agar
RPP tidak dimasukkan dalam buku yang dipegang anak, melainkan perlu disendirikan
sebagai pegangan guru.

146

Pada model pembelajaran tematik tema
4 tentang Pengalaman pada kelas 1 SD, validitas model pembelajaran ini ditunjukkan
pada pencapaian tingkat validitas ahli sebesar 86%, menurut ahli model ini valid. Menurut praktisi pembelajaran model ini juga valid, validitasnya mencapai 87%. Hasil analisis
gabungan antara validitas ahli dan validitas
praktisi mencapai nilai rata-rata 86,5%. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa menurut ahli dan
praktisi pembelajaran, model pembelajaran
ini adalah valid sehingga dapat digunakan
tanpa revisi. Hasil ujicoba dalam skala terbatas atas implementasi model ini dalam praktik pembelajaran di SD kelas 1 menunjukkan
bahwa pencapaian kompetensi siswa mencapai 82% (tuntas) artinya model pembelajaran
ini dapat diterapkan dan efektif dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan
dengan hasil yang baik.
Validator ahli pembelajaran menyarankan agar pada bagian pengantar perlu ada
anjuran bagi orang tua untuk mendampingi
anak ketika belajar, ukuran huruf terlalu kecil. Gambar sampul lebih tepat jika gambar
layang-layang. Sampul belum mencerminkan sampul buku yang baik karena masih seperti sampul diktat. Kata pengantarnya mestinya bukan kata pengantar penelitian, tetapi
kata pengantar buku. Sedangkan menurut
praktisi pembelajaran, siswa kurang terfokus
pada penyampaian materi dengan berkelompok, bahasa yang dipergunakan juga kurang
baku.
Pada model pembelajaran tematik tema
5 tentang Kebersihan, Keamanan, dan Keindah-an kelas 1 SD, validitas model pembelajaran ini ditunjukkan pada pencapaian tingkat validitas ahli sebesar 80%, menurut ahli
model ini valid. Menurut praktisi pembelajaran mo-del ini juga valid, validitasnya mencapai 74%. Hasil analisis gabungan antara
validitas dari ahli dan dari praktisi mencapai
nilai rata-rata 77%. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran ini adalah valid
sehingga dapat digunakan tanpa revisi. Ha-

Sa’dun Akbar, Pengembangan Model Pembelajaran Tematik

sil ujicoba dalam skala terbatas dalam praktik pembelajaran di SD kelas 1 menunjukkan
bahwa pencapaian kompetensi siswa mencapai 84% (tuntas) artinya model pembelajaran
ini dapat diterapkan dan efektif dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan
dengan hasil yang baik.
Menurut ahli pembelajaran model ini
relatif baik, kecuali cover yang masih terkesan kurang hidup. Menurut praktisi pembelajaran ada beberapa pilihan kata yang dirasa
kurang tepat untuk anak kelas 1, KD, SK, dan
Indikator tidak dicantumkan, media belajar
kurang, soal matematika kurang variatif, bacaan terlalu panjang, dan soal kurang sederhana untuk ukuran anak kelas 1 SD. Saran
yang diberikan yaitu pilihan kata hendaknya
disesuaikan dengan usia anak. Media pembelajaran perlu dibuat lebih variatif, terutama untuk matematika, bacaan dan soal perlu
le-bih disederhanakan.
Pada model pembelajaran tematik tema 6
tema Kegemaran pada kelas 1 SD. Menurut
praktisi pembelajaran model ini valid, validitasnya mencapai 97%. Disimpulkan bahwa
menurut praktisi pembelajaran, model pembelajaran ini adalah valid sehingga dapat digunakan tanpa revisi. Hasil ujicoba dalam
skala terbatas atas implementasi model ini
dalam praktik pembelajaran di SD kelas 1
menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi
siswa mencapai 82% (tuntas), artinya model
pembelajaran ini dapat diterapkan dan efektif dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
ditentukan dengan hasil yang baik.
Namun demikian, menurut validator ahli,
kehadiran tabel-tabel masih dirasa rumit. Sebaiknya tabel-tabelnya disederhanakan, misalnya dua kolom saja. Validator praktisi pembelajaran memberikan masukan perlunya
dicermati lagi pemenggalan kata dan perlu
ada judul tabel kerja siswa.
Pada model pembelajaran tematik tema
7 tentang Diri Sendiri pada kelas 2 SD, validitas model pembelajaran ini ditunjukkan
pada pencapaian tingkat validitas ahli sebe-

sar 72%, jadi model ini cuku valid. Menurut
praktisi pembelajaran model ini juga valid,
validitasnya mencapai 90%. Hasil analisis
gabungan antara validitas ahli dan dari praktisi mencapai nilai rata-rata 81%. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa, model pembelajaran ini
adalah valid sehingga dapat digunakan tanpa
revisi. Hasil ujicoba dalam skala terbatas atas
implementasi model ini dalam praktik pembelajaran di SD kelas 2 menunjukkan bahwa
pencapaian kompetensi siswa mencapai 82%
(tuntas) artinya model pembelajaran ini dapat diterapkan dan efektif dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan dengan
hasil yang baik.
Namun demikian, ada saran perbaikan
dari validator praktisi pembelajaran bahwa
dalam satu pertemuan sebaiknya cukup satu
kali kegiatan di luar kelas. Komposisi bidang
studi disesuaikan dengan kurikulum dan
latihan soal perlu ditambah.
Pada model pembelajaran tematik tema 8
tentang Keluarga pada kelas 2 SD, validitas
model pembelajaran ini ditunjukkan pada
pencapaian tingkat validitas ahli sebesar 87%,
menurut ahli model ini valid. Menurut praktisi pembelajaran model ini juga valid, validitasnya mencapai 84%. Hasil analisis gabungan antara validitas dari ahli dan dari praktisi
mencapai nilai rata-rata 85,5%. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran ini
adalah valid sehingga dapat digunakan tanpa
revisi. Hasil ujicoba dalam skala terbatas atas
implementasi model ini menunjukkan bahwa
pencapaian kompetensi siswa mencapai 67%
(tidak tuntas) artinya model pembelajaran
ini dapat diterapkan namun kurang efektif
dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang
ditentukan dengan hasil yang kurang baik.
Menurut validator praktisi pembelajaran,
penyampaian tema kegemaran cukup bagus
hanya dari segi penulisan siswa pembelajaran tematiknya kurang terarah. Anak-anak
masih kurang merespon dan lebih suka berbicara sendiri dengan teman. Disarankan
dalam kerja kelompok setiap kelompok be-

147

JURNAL PENELITIAN KEPENDIDIKAN, TAHUN 19, NOMOR 2, OKTOBER 2009

ranggotakan tidak lebih dari 4 anak. Perlu ditekankan kepada anak untuk belajar menulis
yang rapi.
Pada model pembelajaran tematik tema
9 tentang Pengalaman pada kelas 2 SD, validitasnya mencapai 90% dan model ini valid.
Jadi, model pembelajaran ini adalah valid sehingga dapat digunakan tanpa revisi. Hasil
ujicoba dalam skala terbatas atas implementasi model ini dalam praktik pembelajaran di
SD kelas 2 menunjukkan bahwa pencapaian
kompetensi siswa mencapai 79% (tuntas) artinya model pembelajaran ini dapat diterapkan dan efektif dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan dengan hasil yang
baik.
Menurut validator praktisi pembelajaran kegiatan pembelajaran dengan banyak
permainan akan membuat anak yang belum
lancar membaca dan menulis menjadi tidak
maksimal belajarnya, pembahasan materi
menjadi tidak urut dan diduga anak-anak
akan kesulitan dalam mengikuti Ujian Akhir
Sekolah.
Pada model pembelajaran tematik tema
10 tentang Kegemaran pada kelas 2 SD, validitas model pembelajaran menurut ahli
mencapai 87% dan model ini valid. Menurut
praktisi pembelajaran model ini juga valid,
validitasnya mencapai 88%. Hasil analisis
gabungan antara validitas ahli dan praktisi
mencapai nilai rata-rata 87,5%. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran ini
adalah valid sehingga dapat digunakan tanpa revisi. Hasil ujicoba dalam skala terbatas
atas implementasi model ini dalam praktik
pembelajaran di SD kelas 1 menunjukkan
bahwa pencapaian kompetensi siswa mencapai 84% (tuntas), artinya model pembelajaran
ini dapat diterapkan dan efektif dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan
dengan hasil yang baik.
Validitas model pembelajaran ini ditunjukkan pada pencapaian tingkat validitas ahli
sebesar 87%, artinya valid. Menurut praktisi
pembelajaran model ini juga valid, validitas-

148

nya mencapai 88%. Analisis gabungan antara
validitas ahli dan praktisi mencapai rata-rata
87,5%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran ini adalah valid sehingga dapat digunakan tanpa revisi. Hasil ujicoba dalam skala terbatas atas implementasi model
ini dalam praktik pembelajaran di SD kelas 2
menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi
siswa mencapai 80% (tuntas) artinya model
pembelajaran ini dapat diterapkan dengan
hasil yang baik.

PEMBAHASAN
Dari sepuluh model pembelajaran yang
dikembangkan, divalidasi oleh ahli dan praktisi pembelajaran serta audience bahwa terdapat 7 model pembelajaran tematik pada kelas
1 yaitu: Diri Sendiri, Keluarga, Lingkungan,
Pengalaman, Kebersihan-Keamanan-dan-Keindahan, dan Kesehatan. Sedangkan tematema untuk kelas 2 terdapat 3 model pembelajaran tematik yaitu: Diri Sendiri, Keluarga,
dan Kegemaran. Semua model pembelajaran
tersebut sudah divalidasi oleh ahli pembelajaran dan praktisi pembelajaran dengan hasil yang valid dan layak digunakan dengan
tanpa revisi dan 2 model pembelajaran tematik untuk tema Kegemaran pada kelas 1 dan
tema Pengalaman pada kelas 2 yang sudah
divalidasi oleh praktisi pembelajaran, keduanya dinyatakan valid dan layak digunakan
tanpa revisi. Dengan demikian seluruh model-model pembelajaran tematik yang dikembangkan dinyatakan valid dan dapat digunakan tanpa revisi.
Kevalidan sepuluh model pembelajaran
tematik yang dikembangkan tersebut terjadi karena dalam proses penyusunannya
didasarkan pada prinsip-prinsip yang harus
dipegang erat dalam praktik pembelajaran
tematik. Prinsip-prinsip dimaksud adalah
tema tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit, bermakna bagi siswa, disesuaikan dengan
tingkat perkembangan siswa, menggunakan

Sa’dun Akbar, Pengembangan Model Pembelajaran Tematik

situasi kehidupan riil, dan menyenangkan
siswa (Tim Pengembang PGSD 1996/1997).
Faktor lain yang mendukung kevalidan
model pembelajaran yang dikembangkan ini
adalah rancangan model yang disesuaikan
dengan dunia anak antara lain sesuai dengan kemampuan berpikir anak, memberi kesempatan kepada anak untuk belajar sambil
bermain, seluruh aspek perkembangan anak
juga dipertimbangkan dalam pengembangan
program ini, pengembangan seluruh aspek
kecerdasan anak terakomodasi melalui model
pembelajaran ini. Menurut Bredekamp (1992)
bahwa manusia itu tumbuh dan berkembang
pada semua aspek, baik isik, sosial, emosional, spiritual, maupun kognitifnya berkembang secara terpadu.
Praktik pembelajaran yang menggunakan situasi kehidupan riil dalam model
pembelajaran ini sesuai dengan pandangan
Rosseau (dalam Morrow, 1993) bahwa pendidikan bagi anak usia muda harus bersifat
alamiah dan tidak dipaksakan. Siswa belajar
melalui keingintahuannya, oleh karena itu
belajar dengan intervensi hendaknya dilakukan seminimal mungkin. Pembelajaran yang
memanfaatkan situasi kehidupan riil di sekitar anak juga cenderung bersifat kontekstual.
Hasil penelitian Istiadah (2005) menunjukkan
bahwa pembelajaran kontekstual berhasil
meningkatkan pemahaman belajar siswa SD
Toyaning Rejoso Pasuruan; penelitian Kholifah (2006) juga menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual telah berhasil meningkatkan prestasi siswa.
Sepuluh model pembelajaran yang dikembangkan juga efektif dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditargetkan, kecuali
untuk model untuk tema Diri Sendiri pada
kelas 1 dan tema Keluarga pada kelas 2 siswa
tidak mencapai ketuntasan. Ketidaktuntasan
kare-na kedua model tersebut diujicobakan
pada sekolah yang tergolong terbelakang.
Pene-liti menduga jika kedua model pembelajaran tersebut diujicobakan pada kelas
biasa sangat dimungkinkan dapat mencapai

ketuntasan. Sehingga model pembelajaran
ini perlu diujicobakan dalam skala yang lebih
luas dengan beberapa kelas yang bervariasi
sebagai tempat ujicobanya pada setiap model
tematiknya.
Meskipun hampir seluruh model tematik
yang divalidasi dan diujicoba dalam skala
terbatas ini dinyatakan valid, namun terdapat masukan berupa saran-saran perbaikan
baik dari ahli pembelajaran maupun praktisi
pembelajaran. Saran-saran perbaikan dari
ahli dan praktisi pembelajaran secara spesiik ditujukan pada setiap model tematik yang
divalidasi.
Menurut beberapa praktisi yang mempraktikkan sebagian model pembelajaran ini
menyatakan bahwa model ini agak sulit diterapkan karena sistem penjadwalan di sekolah berdasarkan mata pelajaran, pembahasan
materi kurang urut berdasarkan buku teks,
misalnya kalau anak banyak bermain belajarnya kurang serius. Masukan ini cenderung
masih berpola pikir dengan kurikulum yang
content based padahal kurikulum kita saat sudah competence based dengan nama Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan
praktik pembelajaran yang konstruktivistik,
pembelajaran dilakukan dengan pembelajaran tematik, mementingkan kecakapan hidup,
dan metode PAKEM. Dengan perubahan orientasi kurikulum tersebut, semestinya untuk
kelas 1 sampai 3 penjadwalan seharusnya
tidak dilakukan tiap mata pelajaran melainkan penjadwalan secara tematik.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Model prosedural pengembangan model-model pembelajaran tematik dalam penelitian ini yaitu ekplorasi masalah-masalah
pembelajaran tematik di kelas 1 dan 2 SD.
Selanjutnya dilakukan perancangan model
konseptual pembelajaran tematik yang di-

149

JURNAL PENELITIAN KEPENDIDIKAN, TAHUN 19, NOMOR 2, OKTOBER 2009

lakukan secara kolaboratif antara tim peneliti
dengan guru-guru kelas 1 dan 2 SD dengan
tahapan pelatihan bagi kolaborator untuk
pengembangan model pembelajaran tematik, analisis kurikulum KTSP kelas 1 dan 2
SD yang menghasilkan program tahunan
dan semesteran untuk pembelajaran tematik, pembuatan ja-ringan kompetensi dasar,
pembuatan peta konsep tematik, pembuatan
satuan kegiatan tematik yang di dalamnya
terdiri atas: tema, sub tema, alokasi waktu,
kompetensi dasar, indikator ketercapaian
hasil belajar, langkah-langkah pembelajaran
yang konstruktivistik dan PAKEM, penilaian
hasil belajar. Kemudian langkah berikutnya
adalah validasi ahli pembelajaran, dan ujicoba dalam skala terbatas sekaligus sebagai
validasi praktisi pembelajaran pada guru dan
validasi audience pada siswa.
Penelitian ini berhasil mengembangkan
10 model pembelajaran tematik yang teruji
secara empirik dan rancangan CD interaktif
model-model pemelajaran untuk kelas 1 untuk
tema-tema: Diri Sendiri, Keluarga, Lingkungan, Pengalaman, Kebersihan, Keamanan, dan
Keindahan, Kegemaran. Sedangkan untuk
kelas 2 meliputi tema-tema: Diri Sendiri,
Keluarga, Pengalaman, dan Kegemaran. Berdasarkan hasil validasi ahli dan praktisi pembelajaran, kesepuluh model pembelajaran
tematik yang dikembangkan tergolong valid
dan dapat digunakan tanpa revisi.
Berdasarkan hasil ujicoba dalam skala terbatas, kesepuluh model pembelajaran yang

dikembangkan adalah model-model pembelajaran yang efektif dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang ditentukan. Namun demikian terdapat saran-saran perbaikan dari
validator ahli dan praktisi pada pilihan kata,
ukuran huruf, banyaknya kata dalam setiap
kalimat, dan kesesuaian ilustrasi, modelmodel tersebut perlu dicermati lagi untuk
peningkatan kualitasnya, tingkat kesederhanaan dan kerumitan model, komposisi dan
proporsi kompetensi dasar diantara mata
pelajaran perlu dicermati lagi, desain cover
dan tampilan gambar perlu dipercantik agar
lebih menarik.

Saran
Bagi guru-guru kelas 1 dan 2 SD sebaiknya menggunakan model pembelajaran tematik yang dikembangkan dalam penelitian
ini. Meskipun model pembelajaran yang
sudah divalidasi ini tanpa revisi dan efektif
dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
ditentukan namun disarankan penelitian ini
perlu dilanjutkan lagi untuk penelitian tahun ketiga dengan agenda revisi, desiminasi,
sekaligus ujicoba dalam skala luas.
Rancangan CD interaktif pembelajaran
tematik yang dihasilkan dalam penelitian
ini disarankan dapat divalidasi oleh ahli dan
praktisi, untuk dikembangkan menjadi bahan ajar bagi mahasiswa PGTK, PGSD, guru
TK, dan guru-guru kelas 1 sampai 3 SD.

DAFTAR RUJUKAN
Akbar, S. 2006. Pengembangan Model-Model
Pembelajaran Tematis untuk Kelas dan
Kelas SD. Realisasi Penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi Tahun I tentang:
Identiikasi dan Perancangan Model Konseptual Pembelajaran Tematis untuk Kelas
1 dan Kelas 2 SD. Laporan Penelitian.
Malang: Lemlit UM.

150

Borg & Gall. 1979. Educational Research. New
York: Longman Inc.
Bredekamp, S. 1992. Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood Program
Serving Children from Birth through Age
8 Washington DC: NAEYC. Educational Psychology, Realistic Approach 4th.
New York: Longman.

Sa’dun Akbar, Pengembangan Model Pembelajaran Tematik

Dahar, R. W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Danim, S. 2003. Agenda Pembaharuan Sistem
Pendidikan.Yogyakarta: PustakaPelajar.
Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004: Pedoman
Pengembangan Silabus dan Model Pembelajaran Tematis SD Kelas 1 dan Kelas 2. Jakarta: Depdiknas.
Istiadah. 2005. Pengaruh CTL terhadap Prestasi
Belajar Siswa SDN Toyaning Pasuruan.
Malang: KSDP, FIP, UM.
Kholifah. 2006. Penerapan Pendekatan CTL

dalam Pembelajaran Matematika Pokok
Bahasan Pembagian untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa. Malang: KSDP
FIP UM.
Morrow, L. M. 1993, Leteracy Development in
Early Years. Boston: Allyn and Bacon.
Sutirjo & Istuti. S. M. 2005. Tematik: Pembelajaran Efektif dalam Kurikulum 2004. Malang: Bayu Media.
Tim Pengembang PGSD. 1996/1997. Pembelajaran Terpadu D2 PGSD dan S2 Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdik

151