Efek Antelmintik Rimpang Temu Giring (Rhizoma Curcuma Heyneana Val. & V.Zijp) Terhadap Ascaris suum Yang Diuji Secara In Vitro.
ABSTRAK
EFEK ANTELMINTIK RlMPANG TEMU GIRING (rhizoma Curcuma
Hyneana Val. & V.Zijp) TERHADAP Ascaris suum YANG DIUJI SECARA IN
VITRO
Enseline Nikiju]uw, 2003. Pembimbing I : Sugiarto Puradisastra,dr.
Pembimbing II: Rosnaeni,dra
Ascariasis merupakan infeksi yang bersifat kosmopo]it dengan angka preva]ensi
tinggi. Salah satu cara penanggu]angan masa]ah ascariasis yaitu dengan pemberian
obat ante]mintik, namun distribusi obat ante]mintik sintetik mungkin tidak
menjangkau sampai pada daerah yang terpenci], sehingga diperJukan aJternatif
pengobatan ante]mintik yang mudah ditemukan pada daerah tersebut. Dengan a]asan
ini]ah, rimpang Temu giring dipiJih sebagai salah satu obat aJternatif ante]mintik
Tujuan dari percobaan ini ada]ah untuk mengetahui efek antehnintik
rimpang Temu Giring (rhizoma Curcuma heyneana VaL & YZijp) terhadap
Ascaris
Metode penelitian ini menggunakan 30 ekor Ascaris suum yang direndam da]am
]arutan kontro] dan bahan uji jus rimpang Temu giring dengan konsentrasi (20%,
40%, 60%, 80% dan JOO%) se]ama 3 jam pada suhu 37°C. NaC] 0.9% sebagai
kontro] negatif dan Piperazin sitrat 20% sebagai kontro] positif Ana]isa statistik
menggunakan Stastistik non parametrik Chi kuadrat.
Basi] penelitian membuktikan bahwa semua konsentrasi jus rimpang Temu giring
(20%, 40%, 60%, 80% dan 100%) memiliki efek anthe]mintik terhadap Ascaris,
dengan efek antelmintik terkuat pada konsentrasi ] 00%.
Kesimpulan dari penelitian ini ada]ah rimpang Temu giring memi]iki efek
ante]mintik terhadap Ascaris.
PeneJitian ]ebih ]anjut terhadap efek ante]mintik rimpang Temu giring diharapkan
dapat diuji pada nematoda lainnya.
IV
ABSTRACT
THE ANTHELMINTIC EFFECT OF TEMU GIRING RHIZOME
(rhizoma Curcuma Hyneana Val. & V.Zijp) ON Ascaris suum IN VITRO
Enseline Nikijuluw, 2003. Tutor 1 : Sugiarto Puradisastra, dr.
Tutor 11: Rosnaeni, dra
Ascariasis is a cosmopolit il?fection with high number prevalention. One of the
preventive ascariasis problem is synthetic anthelmintic, but the distribution of
synthetic anthelmintic can not achieve little village so in this condition is needed an
alternative anthelmintic that aesy to found. For this reason, Temu giring rhizome is
chosen as an alternative anthelmintic.
The objective of this experience was to know whether Temu giring rhizome has
anthelmintic effect on Ascaris.
The plan o.fstudy used 30 Ascaris suum and soaked in control solutin and vmying
concentration (20%,40%,60%,80%
and 100 %) ofTemu giring rhizome juice for 3
hour at 3rc. Nacl 0.9% as negative control and Piperazin sitrate 20% as positive
control. Stastictical analysis used Stasistical non parametric Chi Squre.
The result proo.f all Temu giring rhizome juice's concentration (20%, 40%, 60%,
80% and 100 %) had anthelmintic effect on Ascaris, and 100% had strongerst
anthelmintic effect on Ascaris
The conclutions o.f this experience is Temu giring rhizome has anthelmintic effect
on Ascaris suum in vitro
The using o.f Temu giring rhizome as anthelmintic e,ffrct on other nematodes
need further research.
v
DAFT AR ISI
Halaman
ii
iii
iv
LEMBAR PERSETUJUAN
SURAT PERNY ATAAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANT AR
DAFTAR ISI
DAFT AR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFT AR GRAFIK
DAFTAR LAMPIRAN
BABI
BAB II
v
vi
viii
x
Xl
Xll
XIll
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Maksud dan Tujuan
1.4 Kegunaan Penelitian
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
].6 Metode Penelitian
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
TINJAUAN
2.1. Ascaris
2.1.]
2.1.2
2.].3
2.1.4
2. ].5
2.].6
PUSTAKA
lumbricoides
Morfologi
Anatomi, Histologi dan Fisiologi
2.1.2.] Dinding Badan
2.] .2.2 Sistem Nervosum
2.1.2.3 Sistem Digestivus
2.] .2.4 Sistem Respirasi dan Kardiovaskuler
2.1.2.5 Sistem Ekskretoris dan Osmoregulator
2.1.2.6 Sistem Reproduksi
2.1.2.7 Sistem Metabolisme
2.1.2.8 Morfologi dan Fisiologi Telur-Larva
Siklus Hidup
Patologi dan Simptomologi
Diagnosis
Pencegahan
Vlll
1
2
2
3
3
4
4
5
6
7
7
9
]]
]2
]2
15
]6
17
]
9
2]
22
23
BABill
BAB IV
BABV
2.2
Temu giring (Curcuma heyneanae Val. & YZijp)
2.3
'"
Pengobatan
2.3.1 Befenium Hidroksinaftoat
2.3.2 LevamisoJ
2.3.3 MebendazoJ
2.3.4 Piperazin
2.3.5 Pirantel Pamoat
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
3.2. Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan Penelitian
3.2.2 Alat-alat yang Digunakan
3.3. Metode Penelitian
3.3.1. Variabel Penelitian
3.3.2. Persiapan Penelitian
3.3.3. Prosedur Penelitian
3.3.4. Analisis Data
24
...
25
26
26
27
27
29
30
30
30
30
31
31
31
32
33
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Efek Bahan Uji Jus Rimpang Temu Giring Terhadap
Ascaris
34
KESIMPULANDANSARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
37
37
DAFT AR PUST AKA
LAMP IRAN
DAFT AR RIW A YAT HIDUP
38
41
45
IX
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL 4.] Efek Bahan Uji Jus Rimpang Temu Giring (JRTG) Terhadap
Ascaris... ... ... ..
34
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
6
GAMBAR2.]
Ascaris lumbricoides Jantan dan Betina
GAMBAR 2.2
Potongan Kutikula Ascaris
GAMBAR 2.3
Penampang Melintang Ascaris
]4
GAMBAR 2.4
Ujung Posterior Ascaris Jantan
]6
GAMBAR 2.5
Telur Ascaris Tidak Berembrio
]8
GAMBAR 2.6
Telur Ascaris Berembrio.
18
GAMBAR 2.7
Siklus Hidup Ascaris lumbricoides
20
Xl
8
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4. 1
Data Jumlah Cacing yang Hidup, Paralisis dan Mati
Dalam Berbagai Konsentrasi Jus Rimpang Temu Giring
dan Larutan Kontrol
XII
Halaman
35
DAFT AR LAMPIRAN
LAMPIRAN
]
Perhitungan Statistik Uji Chi Kuadrat X2Secara Manual
LAMPIRAN
2
Perhitungan Konsentrasi Jus Rimpang Temu Giring
XIII
Halaman
4]
44
BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ascariasis
adalah suatu penyakit infeksi pada manusia yang disebabkan
Ascaris lumbricoides.
negara-negara
Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh dunia, terutama di
berkembang.
Di Indonesia
sekitar 80 - 90%. (Gandahusada,
hubungannya
prevalensi ascariasis sangat tinggi yaitu
dkk, 1998) Infeksi oleh cacing ini sangat erat
dengan sanitasi yang buruk, oleh sebab itu tidaklah mengherankan
apabila Departemen
anak-anak
oleh
Kesehatan menyatakan bahwa tingkat kejadian ascariasis pada
SD di Jakarta
mencapai
80% (www.Kompas.com/Kompas-cetakl12
April 2002). Mengingat betapa seringnya anak-anak bersentuhan
kurangnya
perhatian
masyarakat
Kesehatan.com/cacingan).
pada daerah-daerah
tentang
pentingnya
dengan tanah dan
sanitasi
(www.Berita
Dari data diatas, diperkirakan angka prevalensi ascariasis
terpencil khususnya di luar Jakarta dengan lingkungan sanitasi
yang lebih buruk lebih dari 80%. Keadaan negara Indonesia yang beriklim tropis
dengan
kelembaban
udara yang tinggi, serta tanah subur merupakan
lingkungan
optimal bagi kehidupan Ascaris. Tingkat kepadatan penduduk di negara kita ikut
mendukung
mudahnya
penularan
tersebut. Selain itu kemampuan
dan menyulitkan
memproduksi
200 ribu butir telur per hari, dimana
kekeringan
pemutusan
telur dari seek or Ascaris mencapai
telur-telur
ini relatif
dan perubahan suhu (Gracia and Bruckner,1997).
menyebabkan
resisten
terhadap
Faktor-faktor
diatas
angka kejadian ascariasis menjadi sulit dikendalikan.
Selama ini masalah infeksi cacing kurang disadari
mengakibatkan
rantai penularan
keterlambatan
pengobatan
(Adi Sansoko
dan diabaikan,
sehingga
www.Kesehatan.com).
2
Meskipun
ascariasis
kadang tidak menimbulkan
gejala, tetapi pad a infeksi yang
berat ascariasis dapat menyebabkan ganguan fungsi organ bahkan kematian.
Salah
satu
pemberian
distribusi
cara
penanggulangan
obat antelmintik
masalah
daerah terpencil, yang merupakan
manfaatnya.
lain
di pasaran.
Namun,
Oleh sebab
tanaman obat di sekeliling kita, yang
Selain mudah diperoleh,
tanaman obat bila dibandingkan
dengan
seluruh pelosok tanah air terutama
daerah prevalensi tinggi Ascariasis.
itu alangkah baiknya jika kita menggunakan
penggunaan
antara
yang saat ini banyak beredar
obat sintetik tidaklah menjangkau
seakan terlupakan
ascariasis
keuntungan
lainnya dari
dengan obat-obat sintetik yaitu harga
yang lebih murah dan efek sam ping yang minimal. Dengan adanya tanaman obat
seperti Temu Giring yang diduga memiliki
efek antelmintik,
diharapkan
angka
prevalensi ascariasis terutama di daerah terpencil dapat diturunkan.
Berdasarkan
fannakologis
latar
belakang
diatas
penulis
tertarik
untuk
meneliti
efek
Temu giring sebagai antelmintik.
1.2 Identifikasi Masalah
Apakah
nmpang
Temu
Giring
(rhizoma
Curcuma
heyneana)
berefek
antelmintik terhadap Ascaris
1.3 Maksud dan Tujuan
Ingin mengetahui
efek antelmintik
heyneana) terhadap Ascaris
rimpang Temu Giring (rhizoma Curcuma
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan praktis penelitian ini adalah untuk pegembangan pelayanan kesehatan
dengan mempelajari efektifitas rimpang Temu giring sebagai antelmintik yang
cukup potensial.
Kegunaan akademis penelitian ini adalah untuk menambah dan memperluas
wawasan ilmu fannakologi tumbuhan obat tradisional Indonesia khususnya Temu
giring sebagai antelmintik
1.5 Kerangka Pemikiran
Otot cacing mengandung bagian kontraktil yang merupakan otot lurik, bagian ini
terdiri dari filamen aktin dan miosin. Proses kontraksi terjadi dengan cara yang
sama seperti pada otot lurik vetebra. (Robert and Schidt, 1985)
Asetilkolin
Potensial
aksi yang menjalar sepanjang saraf motorik setelah sampai pada motor
end plate
akan
memungkinkan
Natrium
sangat memegang peranan penting dalam terjadinya kontraksi otot.
menyebabkan
neurotransmiter
kebagian
dalam
membran
depolarisasi. Retikulum Sakroplasma
filamen aktin dan miosin yang menyebabkan
ini
melepaskan sejumlah besar ion
kekuatan menarik antara
keduanya bergerak bersama-sama,
dan
proses kontraksi ( Guyton and Hall, ] 997).
Didalam
nmpang
seskuiterpen
yang
Temu giring terdapat zat aktif minyak atsiri, monoterpen
diduga
cara
kerjanya
(www.Indomedia.com/lntisariI1999/Feb/temu-giring.htm)
terhadap
Hal
serat otot yang kemudian
Calsium kedalam miofibril. Ion Calsuim menimbulkan
menghasilkan
asetilkolin.
terbukanya saluran Natrium, dengan demikian sejumlah besar ion
akan mengalir
menimbulkan
sekresi
otot cacing. Apabila asetilkolin
dihambat,
mengantagonis
Hal
asetilkolin.
ini juga
berlaku
maka kontraksi otot tertekan
4
sehingga menggangu pergerakan, proses makan dan menyebabkan
paralisis atau
kematian.
Hipotesis PeneJitian : Temu Giring berefek antelmintik terhadap Ascaris.
1.6 Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sungguhan memakai rancangan
acak lengkap (RAL) dan bersifat komparatif.
Data yang diukur adalah jwnlah cacing hidup, mati dan paralisis.
Analisis data memakai statistik non parametrik Chi Kuadrat.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi :
o
Laboratorium
Farmakologi
FakuItas Kedokteran
Universitas Kristen
Maranatha
o
Laboratorium
Mikrobiologi
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Kristen Maranatha
o
Kampus Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
Wakto :
Penelitian dilakukan pada bulan Febuari - Desember 2003.
37
BABV
KES~PULANDANSARAN
5.1 Kesimpulan
Rimpang Temu Giring (rhizoma Curcuma heyneana) berefek antelmintik
terhadap Ascaris
5.2 Saran
Dengan adanya penelitian mengenai efek antelmintik rimpang Temu gmng
terhadap Ascaris diharapkan dapat diuji juga pad a nematoda lainnya.
38
DAFT AR PUST AKA
Brown, H.W. 1982. Dasar ParasUologi Klinik(Ed.Wita Pribadi). Edisi 3. Jakarta:
PT. Gramedia. 209-27]
Brown Belding. 1985. Basic Clinical Parasitology. Second Edition. United States
Of America: Appeteton-Century-Crofts,
Inc. ] 2] -] 26
Centers
for Disease Control
[CDC] ] 999 in Agent
lumbricoide, http://www.emedicine.com/pedltopic145.htm.
and Vector
2003
Dep.Kes RI, ]986. Senarai Tumbuhan Gbat Indonesia. Edisi 1. Jakarta:
RI. 9
Elmer R.Noble & Glenn A. Noble, ]989. Biologi
Yogyakarta : Gajah Mada University Press. 53] -609
Paras it Hewan,
Ascaris
Dep. Kes
edisi 5.
Fauts & Russel, 1968. Clinical Parasitology. Seventh edition. By LEA &
FEBIGER,4]9-429
Gandahusada,
dkk. ] 998. Parasitologi Kedokteran.
Kedokteran Universitas Indonesia. 9-] ]
Edisi 2. Jakarta
Fakultas
Guyton & Hall, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC. 66
Gracia & Bruckner,
] 997. Diagnostic A1edical Parasitology.
Washingtin D.C : AS.M. PRESS. 22]-227
Harrison,
1995. Prinsip-Prinsip
McGraw-Hill Inc. 1038-1039
Heyne.K,]988.
Ilmu Penyakit
Dalam.
Tumbuhan Berguna Indonesia. Edisi ]
Edisi
Third
edition.
] 3. Singapore:
39
http://www.BeritaKesehatan.com/cacingan.
2003.
http://www.biosci.Ohio-State.edu/Parasite/ascaris.html.
2003
http://www.dpd.cdc.gov/dpd/HTML/Ascariasis.htm.
http://www.emedicine.com/ped/topic145.htm.
http://wWw.idionline.org/obat/tradisional/t1.htm.
2003
2003
1999
http://www.indomedia.com/intisari/1999/februari/temu-giring.htm.
http://www.:kesehatan.com.
1999.
2003.
http://www.Kompas.com/Kompas-cetak/12
April 2002, 2002.
http://www.martin.parasitology.mcgill.ca/JIMSPAGE/Ascaris.htm.
Http://www.sHushijau.com/tanantan/obat/t.htm.
2003
Kaztira
2000 in Agent and Vector Ascaris
www.emedicine.comlpedltopicI45.htm. 2003
Radiopoetro,1986.
2003.
lumbricoides
http://
Zoologi. Cetakan 4. Jakarta: Airlangga. 267-27]
Robert, L.S & Schmidt, G.D. 1985. foundation of Parasitology.
St Lois: Times Mirror/Mosby Collage Publishing. 4] 0-443
Second Edition.
Smith and Hyneman, 1989. Tropical Medicine and Parasitology,
San Fransisco, California: Division of Prentice Hall. 350-355
Second edition.
40
Sukarno S. dan
Sardjono O.S,
Ganiswama(editor):
Farmakologi
Farmakologi FKUI. 523-536
1995. Anthelmintik.
Dalam: Sulistia G.
dan Terapi. Edisi 4. Jakarta : Bagian
Zaman, dkk. 1998. Buku Penuntun Paras-it Kedokteran.
Cipta. 1] 9
Edisi 1. Bandung : Bina
EFEK ANTELMINTIK RlMPANG TEMU GIRING (rhizoma Curcuma
Hyneana Val. & V.Zijp) TERHADAP Ascaris suum YANG DIUJI SECARA IN
VITRO
Enseline Nikiju]uw, 2003. Pembimbing I : Sugiarto Puradisastra,dr.
Pembimbing II: Rosnaeni,dra
Ascariasis merupakan infeksi yang bersifat kosmopo]it dengan angka preva]ensi
tinggi. Salah satu cara penanggu]angan masa]ah ascariasis yaitu dengan pemberian
obat ante]mintik, namun distribusi obat ante]mintik sintetik mungkin tidak
menjangkau sampai pada daerah yang terpenci], sehingga diperJukan aJternatif
pengobatan ante]mintik yang mudah ditemukan pada daerah tersebut. Dengan a]asan
ini]ah, rimpang Temu giring dipiJih sebagai salah satu obat aJternatif ante]mintik
Tujuan dari percobaan ini ada]ah untuk mengetahui efek antehnintik
rimpang Temu Giring (rhizoma Curcuma heyneana VaL & YZijp) terhadap
Ascaris
Metode penelitian ini menggunakan 30 ekor Ascaris suum yang direndam da]am
]arutan kontro] dan bahan uji jus rimpang Temu giring dengan konsentrasi (20%,
40%, 60%, 80% dan JOO%) se]ama 3 jam pada suhu 37°C. NaC] 0.9% sebagai
kontro] negatif dan Piperazin sitrat 20% sebagai kontro] positif Ana]isa statistik
menggunakan Stastistik non parametrik Chi kuadrat.
Basi] penelitian membuktikan bahwa semua konsentrasi jus rimpang Temu giring
(20%, 40%, 60%, 80% dan 100%) memiliki efek anthe]mintik terhadap Ascaris,
dengan efek antelmintik terkuat pada konsentrasi ] 00%.
Kesimpulan dari penelitian ini ada]ah rimpang Temu giring memi]iki efek
ante]mintik terhadap Ascaris.
PeneJitian ]ebih ]anjut terhadap efek ante]mintik rimpang Temu giring diharapkan
dapat diuji pada nematoda lainnya.
IV
ABSTRACT
THE ANTHELMINTIC EFFECT OF TEMU GIRING RHIZOME
(rhizoma Curcuma Hyneana Val. & V.Zijp) ON Ascaris suum IN VITRO
Enseline Nikijuluw, 2003. Tutor 1 : Sugiarto Puradisastra, dr.
Tutor 11: Rosnaeni, dra
Ascariasis is a cosmopolit il?fection with high number prevalention. One of the
preventive ascariasis problem is synthetic anthelmintic, but the distribution of
synthetic anthelmintic can not achieve little village so in this condition is needed an
alternative anthelmintic that aesy to found. For this reason, Temu giring rhizome is
chosen as an alternative anthelmintic.
The objective of this experience was to know whether Temu giring rhizome has
anthelmintic effect on Ascaris.
The plan o.fstudy used 30 Ascaris suum and soaked in control solutin and vmying
concentration (20%,40%,60%,80%
and 100 %) ofTemu giring rhizome juice for 3
hour at 3rc. Nacl 0.9% as negative control and Piperazin sitrate 20% as positive
control. Stastictical analysis used Stasistical non parametric Chi Squre.
The result proo.f all Temu giring rhizome juice's concentration (20%, 40%, 60%,
80% and 100 %) had anthelmintic effect on Ascaris, and 100% had strongerst
anthelmintic effect on Ascaris
The conclutions o.f this experience is Temu giring rhizome has anthelmintic effect
on Ascaris suum in vitro
The using o.f Temu giring rhizome as anthelmintic e,ffrct on other nematodes
need further research.
v
DAFT AR ISI
Halaman
ii
iii
iv
LEMBAR PERSETUJUAN
SURAT PERNY ATAAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANT AR
DAFTAR ISI
DAFT AR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFT AR GRAFIK
DAFTAR LAMPIRAN
BABI
BAB II
v
vi
viii
x
Xl
Xll
XIll
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Maksud dan Tujuan
1.4 Kegunaan Penelitian
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
].6 Metode Penelitian
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
TINJAUAN
2.1. Ascaris
2.1.]
2.1.2
2.].3
2.1.4
2. ].5
2.].6
PUSTAKA
lumbricoides
Morfologi
Anatomi, Histologi dan Fisiologi
2.1.2.] Dinding Badan
2.] .2.2 Sistem Nervosum
2.1.2.3 Sistem Digestivus
2.] .2.4 Sistem Respirasi dan Kardiovaskuler
2.1.2.5 Sistem Ekskretoris dan Osmoregulator
2.1.2.6 Sistem Reproduksi
2.1.2.7 Sistem Metabolisme
2.1.2.8 Morfologi dan Fisiologi Telur-Larva
Siklus Hidup
Patologi dan Simptomologi
Diagnosis
Pencegahan
Vlll
1
2
2
3
3
4
4
5
6
7
7
9
]]
]2
]2
15
]6
17
]
9
2]
22
23
BABill
BAB IV
BABV
2.2
Temu giring (Curcuma heyneanae Val. & YZijp)
2.3
'"
Pengobatan
2.3.1 Befenium Hidroksinaftoat
2.3.2 LevamisoJ
2.3.3 MebendazoJ
2.3.4 Piperazin
2.3.5 Pirantel Pamoat
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
3.2. Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan Penelitian
3.2.2 Alat-alat yang Digunakan
3.3. Metode Penelitian
3.3.1. Variabel Penelitian
3.3.2. Persiapan Penelitian
3.3.3. Prosedur Penelitian
3.3.4. Analisis Data
24
...
25
26
26
27
27
29
30
30
30
30
31
31
31
32
33
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Efek Bahan Uji Jus Rimpang Temu Giring Terhadap
Ascaris
34
KESIMPULANDANSARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
37
37
DAFT AR PUST AKA
LAMP IRAN
DAFT AR RIW A YAT HIDUP
38
41
45
IX
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL 4.] Efek Bahan Uji Jus Rimpang Temu Giring (JRTG) Terhadap
Ascaris... ... ... ..
34
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
6
GAMBAR2.]
Ascaris lumbricoides Jantan dan Betina
GAMBAR 2.2
Potongan Kutikula Ascaris
GAMBAR 2.3
Penampang Melintang Ascaris
]4
GAMBAR 2.4
Ujung Posterior Ascaris Jantan
]6
GAMBAR 2.5
Telur Ascaris Tidak Berembrio
]8
GAMBAR 2.6
Telur Ascaris Berembrio.
18
GAMBAR 2.7
Siklus Hidup Ascaris lumbricoides
20
Xl
8
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4. 1
Data Jumlah Cacing yang Hidup, Paralisis dan Mati
Dalam Berbagai Konsentrasi Jus Rimpang Temu Giring
dan Larutan Kontrol
XII
Halaman
35
DAFT AR LAMPIRAN
LAMPIRAN
]
Perhitungan Statistik Uji Chi Kuadrat X2Secara Manual
LAMPIRAN
2
Perhitungan Konsentrasi Jus Rimpang Temu Giring
XIII
Halaman
4]
44
BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ascariasis
adalah suatu penyakit infeksi pada manusia yang disebabkan
Ascaris lumbricoides.
negara-negara
Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh dunia, terutama di
berkembang.
Di Indonesia
sekitar 80 - 90%. (Gandahusada,
hubungannya
prevalensi ascariasis sangat tinggi yaitu
dkk, 1998) Infeksi oleh cacing ini sangat erat
dengan sanitasi yang buruk, oleh sebab itu tidaklah mengherankan
apabila Departemen
anak-anak
oleh
Kesehatan menyatakan bahwa tingkat kejadian ascariasis pada
SD di Jakarta
mencapai
80% (www.Kompas.com/Kompas-cetakl12
April 2002). Mengingat betapa seringnya anak-anak bersentuhan
kurangnya
perhatian
masyarakat
Kesehatan.com/cacingan).
pada daerah-daerah
tentang
pentingnya
dengan tanah dan
sanitasi
(www.Berita
Dari data diatas, diperkirakan angka prevalensi ascariasis
terpencil khususnya di luar Jakarta dengan lingkungan sanitasi
yang lebih buruk lebih dari 80%. Keadaan negara Indonesia yang beriklim tropis
dengan
kelembaban
udara yang tinggi, serta tanah subur merupakan
lingkungan
optimal bagi kehidupan Ascaris. Tingkat kepadatan penduduk di negara kita ikut
mendukung
mudahnya
penularan
tersebut. Selain itu kemampuan
dan menyulitkan
memproduksi
200 ribu butir telur per hari, dimana
kekeringan
pemutusan
telur dari seek or Ascaris mencapai
telur-telur
ini relatif
dan perubahan suhu (Gracia and Bruckner,1997).
menyebabkan
resisten
terhadap
Faktor-faktor
diatas
angka kejadian ascariasis menjadi sulit dikendalikan.
Selama ini masalah infeksi cacing kurang disadari
mengakibatkan
rantai penularan
keterlambatan
pengobatan
(Adi Sansoko
dan diabaikan,
sehingga
www.Kesehatan.com).
2
Meskipun
ascariasis
kadang tidak menimbulkan
gejala, tetapi pad a infeksi yang
berat ascariasis dapat menyebabkan ganguan fungsi organ bahkan kematian.
Salah
satu
pemberian
distribusi
cara
penanggulangan
obat antelmintik
masalah
daerah terpencil, yang merupakan
manfaatnya.
lain
di pasaran.
Namun,
Oleh sebab
tanaman obat di sekeliling kita, yang
Selain mudah diperoleh,
tanaman obat bila dibandingkan
dengan
seluruh pelosok tanah air terutama
daerah prevalensi tinggi Ascariasis.
itu alangkah baiknya jika kita menggunakan
penggunaan
antara
yang saat ini banyak beredar
obat sintetik tidaklah menjangkau
seakan terlupakan
ascariasis
keuntungan
lainnya dari
dengan obat-obat sintetik yaitu harga
yang lebih murah dan efek sam ping yang minimal. Dengan adanya tanaman obat
seperti Temu Giring yang diduga memiliki
efek antelmintik,
diharapkan
angka
prevalensi ascariasis terutama di daerah terpencil dapat diturunkan.
Berdasarkan
fannakologis
latar
belakang
diatas
penulis
tertarik
untuk
meneliti
efek
Temu giring sebagai antelmintik.
1.2 Identifikasi Masalah
Apakah
nmpang
Temu
Giring
(rhizoma
Curcuma
heyneana)
berefek
antelmintik terhadap Ascaris
1.3 Maksud dan Tujuan
Ingin mengetahui
efek antelmintik
heyneana) terhadap Ascaris
rimpang Temu Giring (rhizoma Curcuma
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan praktis penelitian ini adalah untuk pegembangan pelayanan kesehatan
dengan mempelajari efektifitas rimpang Temu giring sebagai antelmintik yang
cukup potensial.
Kegunaan akademis penelitian ini adalah untuk menambah dan memperluas
wawasan ilmu fannakologi tumbuhan obat tradisional Indonesia khususnya Temu
giring sebagai antelmintik
1.5 Kerangka Pemikiran
Otot cacing mengandung bagian kontraktil yang merupakan otot lurik, bagian ini
terdiri dari filamen aktin dan miosin. Proses kontraksi terjadi dengan cara yang
sama seperti pada otot lurik vetebra. (Robert and Schidt, 1985)
Asetilkolin
Potensial
aksi yang menjalar sepanjang saraf motorik setelah sampai pada motor
end plate
akan
memungkinkan
Natrium
sangat memegang peranan penting dalam terjadinya kontraksi otot.
menyebabkan
neurotransmiter
kebagian
dalam
membran
depolarisasi. Retikulum Sakroplasma
filamen aktin dan miosin yang menyebabkan
ini
melepaskan sejumlah besar ion
kekuatan menarik antara
keduanya bergerak bersama-sama,
dan
proses kontraksi ( Guyton and Hall, ] 997).
Didalam
nmpang
seskuiterpen
yang
Temu giring terdapat zat aktif minyak atsiri, monoterpen
diduga
cara
kerjanya
(www.Indomedia.com/lntisariI1999/Feb/temu-giring.htm)
terhadap
Hal
serat otot yang kemudian
Calsium kedalam miofibril. Ion Calsuim menimbulkan
menghasilkan
asetilkolin.
terbukanya saluran Natrium, dengan demikian sejumlah besar ion
akan mengalir
menimbulkan
sekresi
otot cacing. Apabila asetilkolin
dihambat,
mengantagonis
Hal
asetilkolin.
ini juga
berlaku
maka kontraksi otot tertekan
4
sehingga menggangu pergerakan, proses makan dan menyebabkan
paralisis atau
kematian.
Hipotesis PeneJitian : Temu Giring berefek antelmintik terhadap Ascaris.
1.6 Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sungguhan memakai rancangan
acak lengkap (RAL) dan bersifat komparatif.
Data yang diukur adalah jwnlah cacing hidup, mati dan paralisis.
Analisis data memakai statistik non parametrik Chi Kuadrat.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi :
o
Laboratorium
Farmakologi
FakuItas Kedokteran
Universitas Kristen
Maranatha
o
Laboratorium
Mikrobiologi
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Kristen Maranatha
o
Kampus Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha
Wakto :
Penelitian dilakukan pada bulan Febuari - Desember 2003.
37
BABV
KES~PULANDANSARAN
5.1 Kesimpulan
Rimpang Temu Giring (rhizoma Curcuma heyneana) berefek antelmintik
terhadap Ascaris
5.2 Saran
Dengan adanya penelitian mengenai efek antelmintik rimpang Temu gmng
terhadap Ascaris diharapkan dapat diuji juga pad a nematoda lainnya.
38
DAFT AR PUST AKA
Brown, H.W. 1982. Dasar ParasUologi Klinik(Ed.Wita Pribadi). Edisi 3. Jakarta:
PT. Gramedia. 209-27]
Brown Belding. 1985. Basic Clinical Parasitology. Second Edition. United States
Of America: Appeteton-Century-Crofts,
Inc. ] 2] -] 26
Centers
for Disease Control
[CDC] ] 999 in Agent
lumbricoide, http://www.emedicine.com/pedltopic145.htm.
and Vector
2003
Dep.Kes RI, ]986. Senarai Tumbuhan Gbat Indonesia. Edisi 1. Jakarta:
RI. 9
Elmer R.Noble & Glenn A. Noble, ]989. Biologi
Yogyakarta : Gajah Mada University Press. 53] -609
Paras it Hewan,
Ascaris
Dep. Kes
edisi 5.
Fauts & Russel, 1968. Clinical Parasitology. Seventh edition. By LEA &
FEBIGER,4]9-429
Gandahusada,
dkk. ] 998. Parasitologi Kedokteran.
Kedokteran Universitas Indonesia. 9-] ]
Edisi 2. Jakarta
Fakultas
Guyton & Hall, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC. 66
Gracia & Bruckner,
] 997. Diagnostic A1edical Parasitology.
Washingtin D.C : AS.M. PRESS. 22]-227
Harrison,
1995. Prinsip-Prinsip
McGraw-Hill Inc. 1038-1039
Heyne.K,]988.
Ilmu Penyakit
Dalam.
Tumbuhan Berguna Indonesia. Edisi ]
Edisi
Third
edition.
] 3. Singapore:
39
http://www.BeritaKesehatan.com/cacingan.
2003.
http://www.biosci.Ohio-State.edu/Parasite/ascaris.html.
2003
http://www.dpd.cdc.gov/dpd/HTML/Ascariasis.htm.
http://www.emedicine.com/ped/topic145.htm.
http://wWw.idionline.org/obat/tradisional/t1.htm.
2003
2003
1999
http://www.indomedia.com/intisari/1999/februari/temu-giring.htm.
http://www.:kesehatan.com.
1999.
2003.
http://www.Kompas.com/Kompas-cetak/12
April 2002, 2002.
http://www.martin.parasitology.mcgill.ca/JIMSPAGE/Ascaris.htm.
Http://www.sHushijau.com/tanantan/obat/t.htm.
2003
Kaztira
2000 in Agent and Vector Ascaris
www.emedicine.comlpedltopicI45.htm. 2003
Radiopoetro,1986.
2003.
lumbricoides
http://
Zoologi. Cetakan 4. Jakarta: Airlangga. 267-27]
Robert, L.S & Schmidt, G.D. 1985. foundation of Parasitology.
St Lois: Times Mirror/Mosby Collage Publishing. 4] 0-443
Second Edition.
Smith and Hyneman, 1989. Tropical Medicine and Parasitology,
San Fransisco, California: Division of Prentice Hall. 350-355
Second edition.
40
Sukarno S. dan
Sardjono O.S,
Ganiswama(editor):
Farmakologi
Farmakologi FKUI. 523-536
1995. Anthelmintik.
Dalam: Sulistia G.
dan Terapi. Edisi 4. Jakarta : Bagian
Zaman, dkk. 1998. Buku Penuntun Paras-it Kedokteran.
Cipta. 1] 9
Edisi 1. Bandung : Bina