PENGUNGKAPAN KEMARAHAN PADA PENDERITA HIPERTENSI Pengungkapan Kemarahan Pada Penderita Hipertensi.

PENGUNGKAPAN KEMARAHAN PADA PENDERITA
HIPERTENSI

NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagaian persyaratan
memeperoleh gelar sarjana (S-1) Psikologi

Disusun Oleh :
ANGGAKARA ADE KURNIA
F 100 080 091

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

PENGUNGKAPAN KEMARAHAN PADA PENDERITA
HIPERTENSI

NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagaian persyaratan
memeperoleh gelar sarjana (S-1) Psikologi


Disusun Oleh :
ANGGAKARA ADE KURNIA
F 100 080 091

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

i

PENGUNGKAPAN KEMARAHAN PADA PENDERITA
HIPERTENSI

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai
Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Oleh :

ANGGAKARA ADE KURNIA
F 100 080 091

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

ii

PENGUNGKAPAN KEMARAHAN PADA PENDERITA HIPERTENSI
Anggakara Ade Kurnia Anindyaguna
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bentuk pengungkapan kemarahan yang
dialami oleh penderita hipertensi. Pengungkapan kemarahan diketahui dari bentuk
ekspresi, perkataan dan perilaku selama penelitian, sedangkan hipertensi diketahui
dari profil informan sebagai seorang penderita hipertensi yang sudah menderita
selama lebih dari 1 tahun.
Pendekatan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan

kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif fenomenologis, yaitu meneliti fenomena yang ada dalam
masyarakat terkait dengan hipertensi dan pengungkapan kemarahan. Instrument
pengumpulan data yang digunakan adaah dengan menggunakan interview semi
terstruktur dan observasi partisipan.Informan dari penelitian ini adalah 4 orang
penderita hipertensi dan 4 orang significant person dari penderita hipertensi.
Informan ditentukan dengan metode purposive sampling, yaitu dengan cara
menentukan karakteristik dari informan yang akan dipergunakan. Metode analisis
yang digunakan adalah dengan cara mengkategorisasikan hasil wawancara yang
sudah dilakukan dan melakukan analisis berdasarkan kategori yang sudah dibentuk.
Hasil analisis menunjukkan bahwa penderita hipertensi dalam pengungkapan
kemarahannya adalah dengan menggunakan anger in. Penderita hipertensi ketika
dalam kondisi kemarahannya akan diekspresikan dengan cara berdiam diri, tidak
melakukan komunikasi, mendiamkan orang di sekitarnya dan mencoba berperilaku
seperti biasanya. hal tersebut dilakukan oleh penderita hipertensi karena mereka tidak
ingin menjadi beban bagi orang lain. Selain itu penderita berusaha untuk
mengendalikan kondisi tekanan darahnya dengan cara memendam kemarahannya dan
berusaha untuk tidak mengungkapkannya secara langsung. Kondisi memendam
kemarahan yang dialami dalam jangka waktu yang lama, jika diakumulasi akan
semakin memperburuk kondisi hipertensinya. Sehingga jika penderita tidak bisa

mengungkapkan kemarahannya, gangguan hipertensi dan penyakit lainnya adalah
merupakan refleksi dari kemarahan dan perasaan yang selama ini dipendamnya.
Kata kunci : Pengungkapan kemarahan dan hipertensi,
v

PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan penyakit
yang banyak diderita, terutama di beberapa
Negara yang berkembang. Di Indonesia
sendiri hipertensi pada tahun 2004
prevalensi hipertensi di pulau jawa
mencapai 41,9% , dengan kisaran di masingmasing provinsi 36,6%-47,7%. Di Surakarta,
penyakit hipertensi termasuk ke dalam 10
besar penyakit rawat jalan yang ada di
puskesmas kota Surakarta. Pada tahun 2007
dan 2008, tercatat penderita hipertensi
sebanyak 50.806 (12,08%) dan mengalami
kenaikan pada tahun 2009 menjadi 54.540
(13,27%), namun di tahun 2010 mengalami
penurunan menjadi 35.186 kasus (9,75%).

Hipertensi merupakan faktor utama
gangguan kardiovaskuler yang dianggap
sebagai
penyebab
utama
kematian.
Peningkatan umur harapan hidup dan
perubahan gaya hidup akan meningkatkan
faktor hipertensi di berbagai negara.
Hipertensi sering disebut sebagai the silent
killer
karena
hipertensi
merupakan
pembunuh tersembunyi. Hipertensi bisa
menyebabkan berbagai komplikasi terhadap
beberapa penyakit lain, seperti gagal ginjal,
sakit jantung, gagal jantung, dan stroke.
Journal of the American Heart
Association menyatakan bahwa ada

keterkaitan antara marah dengan kesehatan
jantung. Disebutkan bahwa orang yang
amarahnya
meledak-ledak
akan
mengakibatkan jantungnya tidak teratur
(atrial fibrillation/ AF). AF tersebut akan
meningkatkan resiko penggumpalan darah
menuju otak, sehingga berakhir dengan
gejala stroke.
Kalat (2007) mendefinisikan Anger
adalah suatu respon spesifik seseorang
terhadap suatu kejadian atau situasi yang
dianggapnya sebagai hal yang tidak
menyenangkan, tidak adil, dan kemungkinan
mampu mengubah perilaku.

Menurut
Safaria
(2009),

pengungkapan emosi marah merupakan
upaya
mengomunikasikan
status
perasaannya ketika dalam kondisi marah dan
bagaimana merespons emosi marah yang
dirasakan. Spielberger menjelaskan bahwa
pengungkapan kemarahan adalah anger in,
anger out, dan anger control. Menurut
Udjianti (2010), Hipertensi atau tekanan
darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh
darah arteri secara terus menerus lebih dari
suatu periode.
Pada saat seseorang sedang
mengalami emosi, di pembuluh darah
mengalirkan tekanan darah yang tinggi,
sedangkan pembuluh darah ada pembuluh
darah yang tebal dan pembuluh darah yang
tipis. Sehingga apabila terjadi di pembuluh

darah yang tipis maka pembuluh darah tidak
akan kuat dalam menerimanya dan akan
menjadi pecah.
Tujuan dari penelitian ini adalah
memahami
bentuk
pengungkapan
kemarahan yang dilakukan oleh penderita
hipertensi yang sudah mengalami hipertensi
selama lebih dari 1 tahun. Manfaat dari
penelitian ini adalah diharapkan bahwa
penelitian ini akan bermanfaat bagi
penderita hipertensi, pihak medis, dan
khasanah keilmuwan psikologi.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
memahami

bentuk
pengungkapan
kemarahan yang dilakukan oleh penderita
hipertensi. pendekatan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
kualitatif fenomenologis.
Identifikasi penelitian
Gejala penelitian yang akan diteliti
adalah: Pengungkapan kemarahan pada
penderita hipertensi.

Definisi operasional gejala penelitian
Pengungkapan
kemarahan
pada
penelitian ini diwakili oleh bentuk ekspresi,
ucapan, dan tindakan yang dilakukan oleh
informan selama wawancara berlangsung.
Sedangkan hipertensi adalah kondisi
kesehatan yang dimiliki oleh penderita

hipertensi yang menjadi informan penelitian.
Informan penelitian
Informan penelitian yang digunakan
ditentukan dengan cara purposive sampling.
Informan penelitian yang digunakan adalah
penderita hipertensi dan significant person
dari penderita hipertensi.
Karakteristik
informan
penderita
hipertensi
adalah
memiliki
riwayat
hipertensi selama kurang lebih 1 tahun.
Sedangkan karakteristik siginificant person
penderita hipertensi adalah tinggal dalam
rumah yang sama dengan penderita dan
mengetahui
perilaku

dari
penderita
hipertensi.
Metode pengumpulan data
1. Wawancara
Wawancara yang digunakan adalah dengan
menggunakan wawancara semi terstruktur,
yaitu peneliti menanyakan pertanyaan yang
tidak terpaku hanya pada guide. Guide
wawancara yang dibentuk berdasarkan
aspek pengungkapan kemarahan dari teori
Spielberger (1994).
2. Observasi
Observasi
yang
digunakan
dengan
menggunakan metode observasi partisipan,
yaitu dimana peneliti berada dalam setting
yang sama dan ikut serta dalam kegiatan
dengan informan yang diteliti.
Metode analisis data
Metode analisis data yang digunakan
adalah dengan menggunakan kategorisasi.
Langkah analisis yang dilakukan yaitu
mengorganisasi data hasil penelitian,
melakukan koding, menentukan tema,

menentukan ketegorisasi dan
pembahasan hasil penelitian.

membuat

Persiapan penelitian
Langkah dalam melakukan penelitian
adalah antara lain yaitu, pertama, peneliti
melakukan survey di puskesmas pajang
untuk mencari calon informan penelitian
yang memiliki criteria yang sesuai dengan
informan penelitian yang akan diambil.
Pemilihan informan penelitian dilakukan
dengan mencari pasien yang melakukan
check up dan mengidap hipertensi selama
lebih dari 1 tahun. Setelah mendapatkan
informan yang memiliki criteria tersebut,
peneliti memberikan beberapa pertanyaan
awal dan informasi tempat tinggal informan.
Hari berikutnya adalah melakukan penelitian
di rumah informan berdasarkan informasi
yang telah diberikan sebelumnya. Alat
penelitian yang digunakan adalah dengan
menggunakan wawancara tidak terstruktur
dan observasi.
Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian yang telah
dilakukan adalah: informan penelitian yang
terdiri dari 8 orang, yaitu 4 orang penderita
hipertensi dan 4 orang significant person.
Ekspresi kemarahan yang ditunjukkan
oleh penderita hipertensi adalah pada
informan 1, 3, dan 7 adalah dengan cara
diam (anger in). Saat marah mereka hanya
akan diam dan berperilaku seolah tidak ada
permasalahan, sehingga orang di sekitarnya
tidak mengetahui bahwa sebenarnya mereka
sedang dalam kondisi marah. Sedangkan
pada informan 5 kemarahan diekspresikan
dengan cara mengungkapkan langsung
kepada orang yang bersangkutan, namun
karena informan 5 merasa pengungkapannya
kurang berhasl, lalu diekspresikan dengan
melakukan kegiatan lain yang bisa
menyenangkan hatinya.

Pada isyarat gerak yang ditunjukkan,
informan 1, 3 dan 7 mengungkapkan
kemarahan dengan diam saja dan tidak
menunjukkan adanya bentuk kemarahan
yang
destruktif.
Kemarahan
hanya
ditunjukkan dengan cara biasa, diam dan
mencoba untuk menutupinya. Hal tersebut
dilakukan agar orang lain tidak menjadi
beban karena kemarahannya. selain itu
mereka
tidak
mengungkapkan
kemarahannya
karena
tidak
ingin
permasalahannya
menjadi
semakin
memburuk jika kemarahannya diungkapkan.
Pada informan 5, kemarahan diungkapkan
dengan cara melakukan aktivitas yang bisa
membuatnya merasa rileks dan tidak merasa
marah lagi.
Isyarat kata- kata kemarahan yang ada
pada informan 1, 3, dan 7 adalah dengan
memendam kemarahannya dan tidak
mengkomunikasikannya dengan orang lain,
sehingga orang di sekitarnya tidak tahu
bahwa sebenarnya mereka sedang marah.
Sedangkan pada informan 5 kemarahan akan
langsung disampaikan kepada orang yang
bersangkutan dengan mengatakan bahwa ia
tidak menyukainya, namun karena dengan
cara tersebut dirasa kurang berpengaruh
sehingga informan kmudian hanya mencoba
untuk bersabar dan menahan kemarahnnya
dengan cara melakukan aktivitas lain yang
bisa meringankan beban pikiran dan
melupakan kemarahannya.
Kontrol emosi pada informan 1, 3, 5
dan 7, antara lain: pada informan 1, 3 dan 7
adalah dengan cara bersabar dan tidak
mengungkapkan kemarahannya. mereka
mencoba mennahan kemarahannya dan tidak
mencoba untuk melakukan kontrol dengan
bantuan dari orang lain. Hal tersebut
disebabkan karena mereka tidak ingin
menjadi beban bagi orang lain. Sedangkan
pada informan 5, kontrol emosi yang
dilakukan adalah dengan cara melakukan

aktivitas lain yang bisa menghilangkan
kemarahannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
pengungkapan kemarahan pada penderita
hipertensi yang telah dilakukan, maka
diambil kesimpulan, antara lain:
1. Kemarahan pada penderita hipertensi
diekspresikan dengan anger in. Ketika
dalam kondisi marah, penderita hipertensi
kurang
bisa
mengungkapkan
kemarahannya
dan
cenderung
memendamnya. Pengungkapan dilakukan
dengan cara berdiam diri, tidak
melakukan komunikasi dengan sekitarnya
dan berusaha untuk berperilaku seperti
biasanya
untuk
menyembunyikan
perasaan dan kemarahannya. Hal tersebut
karena penderita ingin mengendalikan
tekanan darahnya dan tidak ingin
permasalahannya diketahui oleh orang
lain.
Pengungkapan
dengan
cara
memendam jika dilakukan dalam jangka
waktu yang lama akan direfleksikan
dalam bentuk penyakit yang dideritanya.
Penyakitnya akan semakin memburuk
seiring dengan banyaknya perasaan yang
dipendamnya.
2. Isyarat gerak yang diungkapkan oleh
penderita hipertensi saat marah adalah
anger in. pengungkapan kemarahan
dilakukan dengan cara berdiam diri, tidak
melakukan komunikasi, dan berperilaku
seperti biasanya. hal tersebut dilakukan
sebagai
upaya
penderita
untuk
menyembunyikan
perasaan
dan
kemarahannya agar tidak diketahui oleh
orang lain. Alasan penderita hipertensi
melakukannya
adalah
untuk
mengendalikan tekanan darahnya agar
tidak naik dan menyembbunyikan
masalah dari orang lain agar tidak

menjadi beban bagi orang lain.
Pengungkapan dengan cara memendam
jika dilakukan dalam jangka waktu yang
lama akan direfleksikan dalam bentuk
penyakit yang dideritanya. Penyakitnya
akan semakin memburuk seiring dengan
banyaknya perasaan yang dipendamnya.
3. Isyarat kata-kata pada penderita hipertensi
ketika marah termasuk anger in. isyarat
perkataan anger in yaitu berupa berdiam
dan tiadk melakukan komunikasi dengan
sekitarnya hingga penderita merasa
suasana hatinya telah mereda. Hal
tersebut dilakukan oleh penderita karena
penderita tidak bisa menceritakan
permasalahannya kepada orang lain agar
tidak menjadi beban bagi orang lain.
Pengungkapan dengan cara memendam
jika dilakukan dalam jangka waktu yang
lama akan direfleksikan dalam bentuk
penyakit yang dideritanya. Penyakitnya
akan semakin memburuk seiring dengan
banyaknya perasaan yang dipendamnya.
4. Kontrol emosi yang dilakukan oleh
penderita hipertensi termasuk dalam
anger in. kontrol emosi dengan anger in
adalh penderita tidak melakukan
kontrol yang tepat dalam mengatasi
kemarahannya. Ketika marah, penderita
hanya akan diam dan berusaha untuk
menyembunyikannya dan menutupinya.
Berusaha untuk diam dan bersabar
adalah upaya yang dilakukan oleh
penderita
dalam
menangani
permasalahannya.
Penderita
tidak
berusaha untuk menceritakan dan
membutuhkan bantuan dari orang lain
karena merasa bahwa bantuan yang
diberikan kurang berpengaruh terhadap
kemarahannya yang muncul.

1. Bagi penderita hipertensi, adalah agar bisa
lebih mengungkapkan kemarahan yang
dirasakan dan tidak berusaha untuk
memendamnya. Cara pengungkapan
yang bisa dilakukan tidak harus dengan
cara yang destruktif dan bisa merugikan
orang lain, namun juga bisa dengan cara
yang lebih positif, seperti berusaha untuk
mengkomunikasikan dengan orang yang
bersangkutan atau mencari saran orang
lain untuk menyelesaikan masalah,
ataupun mengalihkan objek pada saat
sedang merasakan marah, melakukan
kegiatan lain yang lebih bermanfaat dan
bisa untuk meredakan kemarahannya.
2. Bagi pihak keluarga, agar menjadi
seorang pendengar yang baik dan tidak
melakukan suatu pengekangan terhadap
penderita hipertensi. Kondisi penderita
baik psikis maupun fisik akan semakin
memburuk apabila selalu dikekang dan
tidak diberikan kebebasan dalam
mengekspresikan perasaannya, sehingga
akan lebih baik jika pihak keluarga mau
untuk sekedar mendengarkan atau
bahkan memeberikan solusi dari
permasalahan yang dialami oleh
penderita hipertensi.
3. Bagi khasanah keilmuwan psikologi, agar
melakukan
perbaikan
dan
pengembangan dalam pengambilan data
yang merupakan kekurangan dari
penelitian ini dengan menggunakan
informan atau responden dengan criteria
yang lebih memenuhi persyaratan
sehingga memberikan hasil yang lebih
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Saran

Al- firdaus, I. (2011). Dampak
Hebat Emosi Bagi Kesehatan. Yogyakarta:
Flashbooks.

Berdasarkan hasil dan kesimpulan,
maka saran yang akan diberikan antara lain
adalah:

Anna, Lusia. (2011,24 Februari).
Hati-hati dengan hipertensi. Diperoleh dari

http://health.kompas.com/read/2011/02/24/0
6485365/Hati-hati.dengan.Hipertensi
(diakses 24 Oktober 2013 pukul 12.42 WIB)

Martin,
A.(2003).
Emotional
Quality Management. Jakarta: Penerbit
Arga.

Choo. (2000). Positive Emotion and
Health: Going Beyond the Negative. Journal
of American Psychology Association.

Moelong, L, J. (2007). Metodologi
Penelitian Kualitatif . Bandung: Penerbit PT
Remaja Rosdakarya

Davidson. (2000). Constructive
Anger Verbal Behavior Predicts Blood
Pressure in a Population Based Sample.
Journal
of
American
Psychology
Association

Muhadjir, N. (1989). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Penerbit
Rake Sarasin.

Elga, Y, A. (2012). Jangan Suka
Marah! Memahami Dampak-Dampak Buruk
Marah Bagi Kesehatan. Cetakan Pertama.
Jogjakarta: Penerbit BUKUBIRU.
Hartono,Bambang.(2011, 12 Mei).
Hipertensi pembunuh diam-diam. Diperoleh
dari
http://nasional.kompas.com/read/2011/05/16
/02522321/Hipertensi.Pembunuh.Diamdiam. (diakses pada tanggal 24 Oktober
2013 pukul 12. 46 WIB)
Shadri, Robby. (2011). Darah tinggi
atau
hipertensi.
Diperoleh
dari
http://semilirhati.blogspot.com/2012/02/dara
h-tinggi-atau-hipertensi.html. (Diakses pada
tanggal 24 Oktober 2013 pukul 12.50 WIB)
Hude,
M.
(2006).
Emosi
Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang
Emosi Manusia Di Dalam Al-Quran.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kalat, J, W. dan Shiota, M, N.
(2007). Emotion. Canada: Thomson Higher
Education.
Kowalski, R, E. (2010). Terapi
Hipertensi. Bandung: Qanita.
Lapau,
B.
(2012).
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Pustaka Obor Indonesia.

Metode
Yayasan

Nasution. (1991). Metode Research.
Bandung: Penerbit Jemmars.
Poerwandari,
E,
K.
(1998).
Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian
Psikologi. LPSP3, Jakarta: Fakultas
Psikologi, Universitas Indonesia.
Rosenthal.
(1986).
Home
Relaxation Practice in Hypertension
Treatment: Objective Assesment and
Compliance Induction. Journal of American
Psychology Association.
Safaria, T dan Saputra, N. (2009).
Manajemen Emosi Sebuah Panduan Cerdas
Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dalam
Hidup Anda. Cetakan Pertama. Hal: 72-93.
Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara.
Smith, T. (1992) . Tekanan Darah
Tinggi. Jakarta: Penerbit ARCAN.
Strauss, A. (2003). Dasar-Dasar
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Subagyo, J. (1997). Metode
Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
PT RINEKA CIPTA.
Sugiyono.
(2006).
Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Penerbit Afabeta.

Sutanto. (2009). Awas 7 Penyakit
Degenerative.
Yogyakarta:
Paradigma
Indonesia.
Syukur, Abdul. (2011). Beragam
Cara Terapi Gangguan Emosi. Jogjakarta:
Penerbit DIVA Press.
Udjianti, W. (2010). Keperawatan
Kardiovaskular. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.
Widyartanti. (2012). Aktualisasi
Nilai Hormat Anak Pada Orangtua Dalam
Keluarga Jawa. Skripsi. (Tidak Diterbitkan).
Surakarta: Fakultas Psikologi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.