PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP SWASTA YPAK PTPN 3 SEI KARANG T.A. 2012/2013.

(1)

p, . . !MP Stedl Ja I a

• t'C'nt"raJlan Mdudt' I'C'n~m 'J uhimblng t lntuk M.-.laakatluta Kema .. puan J•C'mecahan Ma,alah MatMnatika ~i"' a Pacta Matcrt Kuhutt Dan Jlalok di

Kcla~ \ 111 SMI' S"'a"ta 'f•AK 1.-rPN 3 Sd Karaag T .A. 2Cl 12fl0 13.

· ··~ .laaita Br Lumba• Tobiag 4M111032

h•dktaka• Mat~matika MattmaHka

Mnydtil .. .

0 . . . . . . Skri ....


(2)

iii

PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP SWASTA YPAK PTPN 3 SEI KARANG

T.A. 2012/2013

Fretty Junita Br Lumban Tobing (NIM : 409111032)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif dengan guru. Subjek penelitian yaitu

kelas VIII SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang yang berjumlah 30 siswa.

Objek penelitian adalah peningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dengan menerapkan metode penemuan terbimbing di kelas VIII SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, dimana di akhir setiap siklus diberikan tes kemampuan pemecahan masalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika.

Berdasarkan hasil tes diagnostik diketahui tingkat kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa sangat rendah dengan nilai rata-rata kelas 12,87.

Setelah pemberian tindakan pada siklus I, tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah sedang dengan nilai rata-rata kelas 30,83

dengan 18 siswa atau 60% dari keseluruhan siswa telah mencapai ketuntasan

belajar dan kemampuan guru mengelola pembelajaran adalah 3.03 dengan kategori baik. Selanjutnya, setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah tinggi dengan nilai rata-rata kelas 34,57 dimana jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 26 orang atau 86,67% dari seluruh siswa dan kemampuan guru mengelola pembelajaran adalah 3,53 dengan kategori sangat baik. Adapun peningkatan tertinggi yaitu pada aspek memeriksa kembali sebesar 0,6.

Dengan demikian dapat dikatakan kelas tersebut telah terdapat 85% siswa yang telah tuntas memecahkan masalah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang dimana peningkatan tertinggi ada pada aspek memeriksa kembali. Sehingga pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing ini dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran.


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pedoman Penskoran Tes Pemecahan Masalah 26

Tabel 2.2 Peranan Siswa dan Guru Dalam Metode Penemuan 29

Tabel 2.3 Sintaks Pembelajaran Penemuan Terbimbing 35

Tabel 3.1 Konversi 58

Tabel 3.2 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 59

Tabel 4.1 Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada

Siklus I 65

Tabel 4.2 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Setiap

Siklus I 69

Tabel 4.3 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Siklus I 68

Tabel 4.4 Data Kesalahan/Kesulitan Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah I 69

Tabel 4.5 Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada

Siklus II 74

Tabel 4.6 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Setiap

Siklus II 76

Tabel 4.7 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Siklus II 77

Tabel 4.8 Perbandingan Rata-Rata Skor TKPM I dan TKPM II 78

Tabel 4.9 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Kemampuan

Pemecahan Masalah Siklus I dan Siklus II 79

Tabel 4.10 Peningkatan Kemampuan Pemacahan Masalah Matematika

Siswa 80


(4)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Pemecahan Masalah 22

Gambar 2.2 Kubus 38

Gambar 2.3 Balok 40

Gambar 2.4 Jaring-Jaring Kubus 42

Gambar 2.5 Jaring-Jaring Balok 42

Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 49

Gambar 4.1 Diagram Nilai Rata-Rata Tes Kemampuan Pemecahan


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 RPP 1 Siklus I 89

Lampiran 2 RPP 2 Siklus I 95

Lampiran 3 RPP 3 Siklus I 101

Lampiran 4 RPP 4 Siklus II 106

Lampiran 5 RPP 5 Siklus II 113

Lampiran 6 RPP 6 Siklus II 121

Lampiran 7 LKS 1 128

Lampiran 8 LKS 2 133

Lampiran 9 LKS 3 137

Lampiran 10 LKS 4 141

Lampiran 11 LKS 5 145

Lampiran 12 LKS 6 149

Lampiran 13 Tes Diagnostik 153

Lampiran 14 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Siklus I 155

Lampiran 15 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Siklus II 158

Lampiran 16 Alternatif Pemecahan Masalah LKS 1 160

Lampiran 17 Alternatif Pemecahan Masalah LKS 2 163

Lampiran 18 Alternatif Pemecahan Masalah LKS 3 166

Lampiran 19 Alternatif Pemecahan Masalah LKS 4 168

Lampiran 20 Alternatif Pemecahan Masalah LKS 5 170

Lampiran 21 Alternatif Pemecahan Masalah LKS 6 173

Lampiran 22 Alternatif Pemecahan Masalah Tes Diagnostik 176

Lampiran 23 Alternatif Pemecahan Masalah Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Pada Siklus I 179

Lampiran 24 Alternatif Pemecahan Masalah Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Pada Siklus II 183

Lampiran 25 Pedoman Penskoran Tes Pemecahan Masalah 186

Lampiran 26 Daftar Nilai Tes Diagnostik 187


(6)

xi

Lampiran 28 Daftar Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 191

Lampiran 29 Lembar Observasi Aktivitas Guru

Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 193

Lampiran 30 Lembar Observasi Aktivitas Guru

Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 195

Lampiran 31 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika I 197

Lampiran 32 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika II 198

Lampiran 33 Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa Siklus I 199

Lampiran 34 Lembar Validitas Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa Siklus II 200


(7)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat baik di dalam pembinaan SDM, oleh karena itu pendidikan perlu mendapat upaya, penanganan dan prioritas secara baik oleh pemerintah, keluarga dan pengelola pendidikan. Salah satu upaya tersebut adalah dengan cara meningkatkan mutu di sekolah, dengan adanya upaya peningkatan mutu pembelajaran tersebut sacara langsung memberi kontribusi pada peningkatan mutu pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kreatifitas terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan pada semua aspek kehidupan.

Matematika sebagai wahana pendidikan tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai satu tujuan, misalnya mencerdaskan siswa, tetapi dapat pula membentuk kepribadian siswa serta mengembangkan keterampilan tertentu. Hal ini mengarahkan perhatian kepada pembelajaran nilai-nilai dalam kehidupan melalui matematika seperti jujur, disiplin, tepat waktu dan tanggung jawab. Untuk itu siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis dan kreatif, dan kemampuan bekerjasama yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar matematika karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya, sehingga memungkinkan siswa berpikir rasional. Implikasinya siswa perlu memiliki penguasaan matematika pada tingkat tertentu yang merupakan penguasaan kecakapan matematika untuk dapat memahami dunia dan berhasil dalam kariernya. Kecakapan matematika yang ditumbuhkan pada siswa


(8)

2

merupakan mata pelajaran matematika kepada pencapaian kecakapan hidup yang ingin dicapai melalui pembelajaran matematika.

Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang dipelajari siswa di jenjang pendidikan formal mulai dari SD sampai SMA. Bahkan hingga jenjang Perguruan Tinggi tidak terlepas dari matematika. Melalui pembelajaran matematika, siswa dilatih untuk berfikir logis, bertanggung jawab, memiliki kepribadian baik, dan keterampilan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dan bahasa melalui model matematika yang berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik, dan tabel. Menurut Cornelius dalam Abdurrahman (2009:253) mengemukakan bahwa :

Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. Dalam dunia pendidikan, matematika sebagai suatu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup memegang peranan penting, baik pola pikirnya dalam membentuk siswa menjadi berkualitas maupun terapannya dalam kehidupan sehari-hari dan juga karena matematika juga merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematis.

Sesuai dengan tujuan umum pendidikan matematika berdasarkan Depdiknas (Hudojo, 2005 : 2), yang menyatakan bahwa:

“Pembelajaran matematika menekankan pada siswa untuk dapat (1) memiliki

kemampuan yang berkaiatan dengan matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lai[n ataupun masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata ; (2) memiliki kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi; (3) memiliki kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir kritis, berpikir logis, berpikir sistematis, bersikap


(9)

objektif, bersikap jujur dan disiplin dalam memandang dan menyelesaikan suatu masalah”.

Kenyataan yang dihadapi dewasa ini ialah pembelajaran matematika selalu merupakan permasalahan yang sepertinya tidak kunjung terpecahkan. Pemahaman matematika senantiasa dipandang atau dirasakan sukar, baik oleh yang belajar dan tidak jarang juga oleh pengajarnya. Sehingga siswa tidak tertarik untuk belajar matematika. Ini terjadi disetiap jenjang pendidikan di Indonesia. Dosen atau guru mengeluhkan bahwa anak didik tidak bersemangat bahkan kadang-kadang cenderung takut menghadapi pelajaran matematika, mereka tidak mampu mencerna konsep yang diajarkan, tidak terampil dalam proses, lemah dalam pengusaan teknik, apalagi dalam segala sesuatu yang berkaitan dengan kemampuan bernalar sehingga hasil belajar matematika siswa pun masih rendah. Peserta didik juga banyak yang mengeluhkan bahwa matematika yang diajarkan terlalu sukar, dan peserta didik yang bukan jurusan matematika merasa tidak ada kaitan bidang studi matematika dengan bidang studinya, dan karena itu mereka lebih senang meninggalkan kuliah untuk pelajaran lain atau setidaknya lebih mengutamakan pelajaran lain. Memang bila ditelusuri lebih lanjut, penggarapan dalam rangka perbaikan mutu pendidikan matematika sangatlah kompeks.

Siswa menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dipelajari. Apalagi dalam menyelesaikan soal-soal cerita. Hal ini didukung oleh hasil wawancara dengan salah seorang guru matematika SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei

Karang Ibu Ruliatur menyatakan bahwa : “Siswa di sekolah ini memiliki banyak

masalah terutama dalam kemampuan pemecahan masalahnya. Mereka merasa sulit mengerjakan suatu soal apalagi dalam bentuk soal cerita. Pengetahuan dasar matematika siswa masih tergolong rendah, sehingga berdampak pada materi pelajaran yang akan dipelajari selanjutnya. Selama saya mengajar matematika, saya belum


(10)

4

Hasil observasi peneliti berupa pemberian tes diagnostik kepada 30 orang siswa kelas VIII SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah. Dari hasil observasi peneliti berupa pemberian tes diagnostik pemecahan masalah kepada siswa SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang di kelas VII, terlihat jelas bahwa rata-rata kemampuan siswa dalam pemecahan masalah masih rendah. Dalam mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dilihat dari empat indikator, yaitu: memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, melaksanakan penyelesaian masalah, dan memeriksa kembali. Dari hasi tes diagnostik siswa diperoleh bahwa siswa yang mampu memahami masalah dengan tuntas ada 13 siswa dengan persentase 43,33%; siswa yang mampu merencanakan penyelesaian masalah dengan tuntas ada 1 siswa dengan persentase 3,33%; siswa yang mampu melaksanakan penyelesaian masalah dengan tuntas sebanyak 3 siswa dengan persentase 10%; dan tidak ada siswa yang mampu memeriksa kembali dari penyelesaian yang dikerjakan dengan persentase 0%. Dari hasil tes diagnostik ini terlihat bahwa siswa belum mampu menyelesaikan soal-soal cerita tentang pemecahan masalah. Sehingga kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih sangat rendah.

Setelah menelusuri, ditemukan berbagai penyebab tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang masih rendah yaitu pembelajaran matematika selama ini kurang relevan dengan tujuan dan karakteristik pembelajaran matematika, guru tidak melatih siswa dalam pemecahan masalah dan siswa kurang mampu menerapkan konsep dalam pemecahan masalah matematika. Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, guru hendaknya berusaha melatih dan membiasakan siswa melakukan kegiatan pembelajaran seperti memberikan latihan-latihan soal dan memecahkan masalah matematika. Dengan adanya pemecahan masalah matematika, maka siswa diharapkan lebih mudah mamahami konsep matematika. Pemecahan


(11)

masalah mempunyai fungsi yang penting dalam kegiatan belajar mengajar matematika. Melalui pemecahan masalah matematika siswa-siswa dapat berlatih dan mengintegrasikan konsep-konsep, teorema-teorema dan keterampilan yang telah dipelajari.

Guru matematika akan mampu mengajarkan matematika untk mencapai tujuan yang ditetapkan, bila ia memahami dengan baik matematika yang akan digunakan sebagai wahana untuk mencapai tujuan tersebut. Apabila pemahan guru terhadap matematika kurang baik berakibat pengguna matematika sebagai wahana pendidikan tidak akan tercapai seperti yang diharapkan. Bagaimana seorang guru berusaha menguasai matematika yang akan diajarkannya serta bagaimana mengajarkannya kepada siswa merupakan seni atau kiat tersendiri. Tidak benar kalau ada anggapan bahwa seorang yang telah menguasai matematika dengan baik akan dengan sendirinya mampu mengajarkannya dengan baik pula. Karena guru harus mengetahui penerapan metode pembalajaran yang sesuai untuk mengajarkan materi yang diajarkan. Dan selama ini penerapan metode pembelajaran yang digunakan dalam menajarkan suatu materi matematika masih kurang tepat.

Kebanyakan guru dalam mengajar hanya menggunakan metode pembelajaran langsung. Pembelajaran matematika di sekolah, selama ini masih di dominasi oleh pembelajaran konvensional dengan paradigma mengajarnya dimana pembelajaran hanya berorientasi pada guru dalam proses pembelajaran guru yang mendominasi kelas sehingga siswa menjadi kurang aktif dalam pembelajaran. Strategi konvensional yang dipelajari tidak mampu menolongnya keluar dari masalah karena siswa hanya dapat memecahkan masalah apabila informasi yang dimiliki dapat secara langsung dimanfaatkan untuk menjawab soal. Dalam menjawab suatu persoalan siswa sering tertuju pada satu jawaban yang paling benar dan menyelesaikan soal dengan tertuju pada contoh soal tanpa mampu memikirkan kemungkinan jawaban atau bermacam-macam gagasan dalam memecahkan masalah tersebut.


(12)

6

Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa, hendaknya guru berusaha melatih dan membiasakan siswa melakukan bentuk pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajarannya. Seperti memberikan kesempatan kepada sisa untuk mengadakan perbincangan yang ilmiah guna mengumpulkan pendapat, kesimpulan atau menyusun alternatif pemecahan atas suatu masalah.

Salah satu cara yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

siswa adalah dengan dengan metode Penemuan Terbimbing. Menurut Encyclopedia

of Educatiaon Research (dalam Suryosubroto, 2009:178), metode penemuan terbimbing merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan metode Penemuan Terbimbing, maka diharapkan dapat mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari matematika dan siswa dapat menemukan sendiri penyelesaian masalah dari soal-soal pemecahan masalah didalam kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar matematika dan mampu mengembangkan ide dan gagasan mereka dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Menurut

Hudojo (2005:10) “metode mengajar ditinjau dari segi psikologi erat hubungannya

dengan jawaban pertanyaan kurikulum “kepada siapa ”matematika itu diajarkan”. Karena itu pengajar matematika dalam menyampaikan materi matematika harus mempertimbangkan perkembangan intelektual peserta didik serta kemampuan dan kesiapan peserta didik.

Terdapat beberapa macam metode mengajar yang dapat digunakan oleh pengajar matematika tergantung kepada siapa yang belajar matematika, mengapa diajarkan dan apa yang diajarkan, antara lain metode mengajar matematika yang

disarankan adalah metode penemuan (discovery). Metode ini perlu dikembangkan

karena merupakan salah satu metode yang berorientasi kepada aktifitas intelektual dan aktifitas mental peserta didik. Metode ini sangat menunjang pada model berpikir


(13)

matematika dan eksplorasi matematika. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka tulisan ini akan mengungkap mengenai metode penemuan, yang dirangkum dalam kajian apa dan bagaimana pembelajaran matematika dengan metode penemuan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti

tertarik melakukan penelitian dengan judul: “Penerapan Metode Pembelajaran

Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa.

2. Siswa tidak tertarik belajar matematika.

3. Dalam pembelajaran matematika guru masih mendominasi kelas.

4. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang.

5. Penerapan metode pembelajaran yang digunakan dalam mengajarkan suatu

pokok bahasan matematika masih kurang tepat.

1.3.Batasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih terfokus dan terarah. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada penerapan metode Penemuan Terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi kubus dan balok di kelas VII SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang.


(14)

8

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan

dalam penelitian ini adalah: ”Bagaimana pembelajaran dengan menggunakan metode

penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP Swasta YPAK

PTPN 3 Sei Karang?”

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika siswa pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model

pengajaran dalam membantu siswa guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

2. Bagi siswa, melalui metode Penemuan Terbimbing ini dapat membantu

siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi kubus dan balok.

3. Bagi Kepala Sekolah dan pengambil kebijakan, menjadi bahan

pertimbangan dalam mengambil kebijakan inovasi pembelajaran matematika disekolah.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan

bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar di masa yang akan datang.

5. Sebagai bahan informasi bagi pembaca atau peneliti lain yang ingin


(15)

1.7 Definisi Operasional

Untuk dapat melakukan variabel penelitian secara kuantitatif maka variabel-variabel didefinisikan sebagai berikut :

a. Masalah matematika adalah suatu soal atau pertanyaan yang tidak ada aturan

atau logaritma tertentu yang langsung digunakan untuk menyelesaikannya, menuntut siswa untuk menyelesaikannya dan berada pada jangkauan kognitif siswa.

b. Pemecahan masalah matematika adalah proses menerapkan dan

menyelesaikan informasi yang diperoleh sebelumnya ke dalam hal yang baru yang belum pernah ditemui.

c. Kemampuan pemecahan masalah adalah kesanggupan menerapkandan

menyelesaikan informasi yang diperoleh sebelumnya ke dalam hal yang baru yang belum pernah ditemui.

d. Metode penemuan terbimbing adalah suatu metode pembelajaran yang dalam

pelaksanaannya guru memperkenankan siswanya untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru.


(16)

85

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I siswa belum berminat dan termotivasi pada awal pemelajaran, siswa masih bingung dalam merencanakan pemecahan masalah yaitu menggunakan rumus dan mengaitkannya ke dalam penyelesaian masalah, siswa masih malu dan takut untuk mempresentasikan hasil penyelesaian masalah yang dilakukannya, dan siswa kesulitan terhadap penyelesaian yang mereka kerjakan. Sehingga pada pembelajaran siklus II guru mengupayakan mempertahankan dan meningkatkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan penerapan metode penemuan terbimbing, yakni dengan menerapkan kerangka pembelajaran yang terdapat pada metode penemuan terbimbing dan memperbaiki kegagalan yang ditemui pada pembelajaran siklus I. Pada fase menyampaikan motivasi, tujuan dan menampilkan suatu informasi masalah, guru lebih memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya belajar matematika. Pada fase menjelaskan langkah-langkah penemuan dan mengorganisasikan siswa dalam belajar, guru lebih membimbing siswa untuk dapat mengaitkan materi kubus dan balok dengan masalah yang akan dipecahkan. Pada fase membimbing siswa melakukan peyelidikan/hasil kegiatan penemuan, siswa memecahkan masalah dengan bimbingan yang diberikan oleh guru dan aktif mengerjakan soal dalam memecahkan masalah. Pada fase membimbing siswa mempresentasikan hasil penyelidikan/hasil kegiatan penemuan, guru memberikan semangat kepada siswa untuk mempresentasikan hasil penyelidikan di depan kelas. Pada fase menganalisis proses penemuan dan memberikan umpan balik, siswa membuat catatan tentang kesimpulan yang lebih terarah. Adapun peningkatan yang paling tinggi yaitu pada aspek memeriksa kembali sebesar 0,6.


(17)

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, yaitu :

1. Kepada guru matematika khususnya guru matematika SMP Swasta YPAK

PTPN 3 Sei Karang, disarankan memperhatikan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar, dan menggunakan metode penemuan terbimbing sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran.

2. Kepada siswa SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang disarankan lebih

berani dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide, dapat mempergunakan seluruh potensi yang dimiliki dalam pelajaran matematika.

3. Kepada Kepala SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang, agar dapat

mengkoordinasikan guru-guru untuk menerapkan metode yang relevan dan inovatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Sehingga metode penemuan terbimbing sebagai salah satunya.

4. Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat

dijadikan pertimbangan untuk menerapkan metode penemuan terbimbing pada materi kubus dan balok ataupun materi lain yang dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.


(18)

87

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:

Rineka Cipta.

Abbas,(2008), Rendahnya Hasi Belajar Matematika, http://depdiknas.go.id

(diakses 29 Februari 2013).

Anonim; 2006; Permen No 22 dan 23 tahun 2006 dan lampirannya; Jakarta;

Depdikbud.

Amustofa. 2009. Strategi Pemecahan Masalah Dalam Matematika.

http://amustofa70.wordpress.com (diakses 8 Maret 2013).

Arifin, Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S., dan Suhardjono., dan Supardi., (2012), Penelitian Tindakan Kelas,

Bumi Aksara, Jakarta.

Depdiknas. 2006. Penilaian Perkembangan Didik. Jakarta: Depdiknas

Deborah dan Michele. 2007. Using a Learning Cycle Approach to Teac hing the

Learning Cycle to Preservice Elementary Teachers. University of Missouri-Columbia

Djamarah,S.B & Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar.Rev.ed. Jakarta:

PT Rineka Cipta.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,

(2009), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian

Mahasiswa Program Studi Pendidikan, FMIPA Unimed.

Firdaus. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

(

http://madfirdaus.wordpress.com/2009/11/23/kemampuan-pemecahan-masalah-matematika/) ( diakases 8 Maret 2013 )

Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.

IMSTEP Malang: FMIPA Univ. Negeri Malang.

Hamalik, O. (2005). Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hilgard, E.R., (2002), Introduction to Psychology, New York, US/Mountain.

Howe, A. C & Jones, L. (2003). Engaging children in science. New York:


(19)

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Markaban. 2008. Model Penemuan Terbimbing Pada Pembelajaran Matematika

SMK. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.

Sardiman; 2003; Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar; Jakarta ; PT Raja

Grafindo Persada.

Shadiq, F. 2007. Penalaran, Pemecahan Masalah dan Komunikasi dalam

Pembelajaran Matematika (Makalah Diklat Guru pemandu/Pengembang

matematika SMPJenjang Dasar), Yogyakarta: PPPPTK Matematika.

Sihombing,WL. 2006. Telaah Kurikulum. Medan: UNIMED.

Slavin, RE. (2009). Kooperative Learning: teori, Riset, dan Praktek. Bandung:

Nusa Media.

Sudrajat, A., (2008), Hakikat Matematika, http://akhmadsudrajat.wordpress.com

/2008/09/12/hakikatmatematika/ (diakses Maret 2013)

Suherman, E. et. al. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Konteporer.

Rev.ed. Bandung: UPI.

Sumarno.2003. Pemecahan Masalah Matematika. (http:/educare.e.fikipunia.net)

diakses pada 15 Februari 2013.

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif - Progresif, Jakarta:

Penerbit Prestasi Pustaka.

Uno, H.B. (2007). Model Pembelajaran (Mencipatakan Proses Belajar Mengajar

yang kreatif dan efektif). Jakarta: Bumi Aksara.

Upu, H. (2008) Teori Belajar Pendukung Pendekatan Pengajuan Masalah

Matematika, http//injured.education.com/ ( diakses 8 Maret 2013 )

Wardhani, S. Et. al. (2010). Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Di SMP. Yogyakarta: PPPPTK.

Wagiyo, dkk. 2008. Pegangan Belajar Matematika 2 untuk SMP/MTs Kelas VIII.

Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional

Wena, M. 2011.StrategiPembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta:Bumi


(1)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah: ”Bagaimana pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang?”

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika siswa pada materi kubus dan balok di kelas VIII SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai model pengajaran dalam membantu siswa guna meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

2. Bagi siswa, melalui metode Penemuan Terbimbing ini dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi kubus dan balok.

3. Bagi Kepala Sekolah dan pengambil kebijakan, menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan inovasi pembelajaran matematika disekolah.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran sebagai calon tenaga pengajar di masa yang akan datang.

5. Sebagai bahan informasi bagi pembaca atau peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.


(2)

1.7 Definisi Operasional

Untuk dapat melakukan variabel penelitian secara kuantitatif maka variabel-variabel didefinisikan sebagai berikut :

a. Masalah matematika adalah suatu soal atau pertanyaan yang tidak ada aturan atau logaritma tertentu yang langsung digunakan untuk menyelesaikannya, menuntut siswa untuk menyelesaikannya dan berada pada jangkauan kognitif siswa.

b. Pemecahan masalah matematika adalah proses menerapkan dan menyelesaikan informasi yang diperoleh sebelumnya ke dalam hal yang baru yang belum pernah ditemui.

c. Kemampuan pemecahan masalah adalah kesanggupan menerapkandan menyelesaikan informasi yang diperoleh sebelumnya ke dalam hal yang baru yang belum pernah ditemui.

d. Metode penemuan terbimbing adalah suatu metode pembelajaran yang dalam pelaksanaannya guru memperkenankan siswanya untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru.


(3)

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I siswa belum berminat dan termotivasi pada awal pemelajaran, siswa masih bingung dalam merencanakan pemecahan masalah yaitu menggunakan rumus dan mengaitkannya ke dalam penyelesaian masalah, siswa masih malu dan takut untuk mempresentasikan hasil penyelesaian masalah yang dilakukannya, dan siswa kesulitan terhadap penyelesaian yang mereka kerjakan. Sehingga pada pembelajaran siklus II guru mengupayakan mempertahankan dan meningkatkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan penerapan metode penemuan terbimbing, yakni dengan menerapkan kerangka pembelajaran yang terdapat pada metode penemuan terbimbing dan memperbaiki kegagalan yang ditemui pada pembelajaran siklus I. Pada fase menyampaikan motivasi, tujuan dan menampilkan suatu informasi masalah, guru lebih memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya belajar matematika. Pada fase menjelaskan langkah-langkah penemuan dan mengorganisasikan siswa dalam belajar, guru lebih membimbing siswa untuk dapat mengaitkan materi kubus dan balok dengan masalah yang akan dipecahkan. Pada fase membimbing siswa melakukan peyelidikan/hasil kegiatan penemuan, siswa memecahkan masalah dengan bimbingan yang diberikan oleh guru dan aktif mengerjakan soal dalam memecahkan masalah. Pada fase membimbing siswa mempresentasikan hasil penyelidikan/hasil kegiatan penemuan, guru memberikan semangat kepada siswa untuk mempresentasikan hasil penyelidikan di depan kelas. Pada fase menganalisis proses penemuan dan memberikan umpan balik, siswa membuat catatan tentang kesimpulan yang lebih terarah. Adapun peningkatan yang paling tinggi yaitu pada aspek memeriksa kembali sebesar 0,6.


(4)

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini, yaitu :

1. Kepada guru matematika khususnya guru matematika SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang, disarankan memperhatikan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar, dan menggunakan metode penemuan terbimbing sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran.

2. Kepada siswa SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang disarankan lebih berani dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide, dapat mempergunakan seluruh potensi yang dimiliki dalam pelajaran matematika.

3. Kepada Kepala SMP Swasta YPAK PTPN 3 Sei Karang, agar dapat mengkoordinasikan guru-guru untuk menerapkan metode yang relevan dan inovatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Sehingga metode penemuan terbimbing sebagai salah satunya.

4. Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk menerapkan metode penemuan terbimbing pada materi kubus dan balok ataupun materi lain yang dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.


(5)

Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Abbas,(2008), Rendahnya Hasi Belajar Matematika, http://depdiknas.go.id (diakses 29 Februari 2013).

Anonim; 2006; Permen No 22 dan 23 tahun 2006 dan lampirannya; Jakarta; Depdikbud.

Amustofa. 2009. Strategi Pemecahan Masalah Dalam Matematika. http://amustofa70.wordpress.com (diakses 8 Maret 2013).

Arifin, Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, S., dan Suhardjono., dan Supardi., (2012), Penelitian Tindakan Kelas,

Bumi Aksara, Jakarta.

Depdiknas. 2006. Penilaian Perkembangan Didik. Jakarta: Depdiknas

Deborah dan Michele. 2007. Using a Learning Cycle Approach to Teac hing the

Learning Cycle to Preservice Elementary Teachers. University of

Missouri-Columbia

Djamarah,S.B & Aswan Zain. (2006). Strategi Belajar Mengajar.Rev.ed. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2009), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian

Mahasiswa Program Studi Pendidikan, FMIPA Unimed.

Firdaus. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika (http://madfirdaus.wordpress.com/2009/11/23/kemampuan-pemecahan-masalah-matematika/) ( diakases 8 Maret 2013 )

Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. IMSTEP Malang: FMIPA Univ. Negeri Malang.

Hamalik, O. (2005). Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hilgard, E.R., (2002), Introduction to Psychology, New York, US/Mountain. Howe, A. C & Jones, L. (2003). Engaging children in science. New York:


(6)

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Markaban. 2008. Model Penemuan Terbimbing Pada Pembelajaran Matematika SMK. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.

Sardiman; 2003; Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar; Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada.

Shadiq, F. 2007. Penalaran, Pemecahan Masalah dan Komunikasi dalam

Pembelajaran Matematika (Makalah Diklat Guru pemandu/Pengembang

matematika SMPJenjang Dasar), Yogyakarta: PPPPTK Matematika. Sihombing,WL. 2006. Telaah Kurikulum. Medan: UNIMED.

Slavin, RE. (2009). Kooperative Learning: teori, Riset, dan Praktek. Bandung: Nusa Media.

Sudrajat, A., (2008), Hakikat Matematika, http://akhmadsudrajat.wordpress.com /2008/09/12/hakikatmatematika/ (diakses Maret 2013)

Suherman, E. et. al. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Konteporer. Rev.ed. Bandung: UPI.

Sumarno.2003. Pemecahan Masalah Matematika. (http:/educare.e.fikipunia.net) diakses pada 15 Februari 2013.

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif - Progresif, Jakarta:

Penerbit Prestasi Pustaka.

Uno, H.B. (2007). Model Pembelajaran (Mencipatakan Proses Belajar Mengajar

yang kreatif dan efektif). Jakarta: Bumi Aksara.

Upu, H. (2008) Teori Belajar Pendukung Pendekatan Pengajuan Masalah

Matematika, http//injured.education.com/ ( diakses 8 Maret 2013 )

Wardhani, S. Et. al. (2010). Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Di SMP. Yogyakarta: PPPPTK.

Wagiyo, dkk. 2008. Pegangan Belajar Matematika 2 untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional

Wena, M. 2011.StrategiPembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta:Bumi Aksara.