SISTEM KELISTRIKAN TIGA NUSA SETELAH BEROPERASINYA KABEL LAUT BALI–NUSA LEMBONGAN.

Pengantar

Panitia Seminar

Daftar Makalah

Indeks Penulis

Seminar Forum Pendidikan Tinggi
Teknik Elektro Indonesia
Bandung – ITB, 2 Juni 2014

Daftar Makalah

Wasimudin Surya Saputra, Bachtiar Hasan, dan Imam Munandar

Studi Pengaruh Perubahan Temperatur Terhadap Karakteristik Tegangan Tembus
Minyak Isolasi Nynas

Adhi Mahendra


Implementasi Gabor Filter dan Support Vector Machine (SVM) pada Pendeteksian
Wajah

Jaja Kustija dan Muhammad Adli Rizqulloh

Rancang Bangun Potensiostat Terprogram untuk Mengukur Kelajuan Korosi

Adit Kurniawan

Teknik Deteksi Multiuser pada Sistem CDMA

Hafsah Nirwana

Evaluasi Kinerja Model Komunikasi Data Wireless Sensor Network Non-Mobile dan
Mobile Terdistribusi Fixed

Subiyanto

A New Topology of High Performance Boost Converter


Kembali ke Indeks

Octarina Nur Samijayani

Xbee Wireless Sensor Networks for Train Arrival Monitoring System

Rachmad Vidya W. Putra, Hilman Mauludin, Dian Surgawiwaha, dan Muhammad Amin
Sulthoni

Design, Simulation, and Analysis of Parallel Double Quantum Dots by using SIMON
Software

Muhammad Safri Lubis dan Ardani Dwi Atmojo

Perancangan Secure Login Website Menggunakan Algoritma Enkripsi XXTEA

Triwahju Hardianto

Pandangan Penelitian Tentang Generator Dan Akselerator Magnetohidrodinamika


Syahfrizal Tahcfulloh

Effect of Rain Attenuation for Pathloss Determination Using Okumura-Hata
Propagation Model

Iwan Sonjaya

Desain Iklan Layanan Masyarakat Tentang Keselamatan Berlalulintas Berbasis
Animasi 3D

Zaini dan Roni Putra

Perancangan Sistem Monitoring Konsumsi Energi Listrik di Universitas Andalas

Rizal Munadi, Ernita Dewi Meutia, Elizar, M. Irhamsyah, dan Murlaini

Pemetaan Lokasi Access Point di Fakultas teknik Unsyiah dengan Algoritma
Trilaterasi

Kembali ke Indeks


Dwi Jatmiko Nugroho, Arief Goeritno, dan Muhidin

Prototipe Sistem Akuisisi dan Kontrol Berbasis Mikrokontroler untuk Studi
Eksperimental Pengontrolan Suhu dan Kelembaban Relatif pada Analogi Rak
Komputer Server

Endah Setyaningsih dan Jefri Vanandes

Sistem Lampu Jalan Pintar pada Jalan Arteri DKI Jakarta (Studi Kasis Jalan Daan
Mogot Jakarta Barat)

Redi Ratiandi Yacoub dan Bambang Riyanto Trilaksono

Recurrent Polynomial Aproximator untuk Pemodelan ANC Secondary Path

Laurel Vinysi, Herman Kanalebe, dan M. Gracio

Analisis Source Coding AMR pada GSM


Rakhmad Yatim Kossidi, Arief Goeritno, dan Vetho Sayuti

Sistem Deteksi Keberadaan Hujan dan Ketinggian Permukaan Air untuk Informasi
Dini Bencana Banjir Berbantuan Automatic Packet Reporting System (APRS)

Zahir Zainuddin dan Hafsah Nirwana

Auto Integrasi Sensor Pada Jaringan Sensor Cloud

Achmad Ubaidillah, Koko Joni, Miftahul, Haryanto, Diana Rahmawati, dan Riza Alfita

Peramalan Kinerja Jaringan Komputer dengan Metode Regresi Linier dan Regresi
Multi Linier

IAD Giriantari, IW Sukerayasa, IN Setiawan, dan WG Ariastina

Sistem Kelistrikan Tiga Nusa Setelah Beroperasinya Kabel Laut Bali-Nusa
Lembongan

Kembali ke Indeks


SISTEM KELISTRIKAN TIGA NUSA SETELAH BEROPERASINYA KABEL
LAUT BALI–NUSA LEMBONGAN
IAD Giriantari, IW Sukerayasa, IN Setiawan, WG Ariastina
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana
Denpasar, Bali
dayu.giriantari@unud.ac.id, sukerayasa@unud.ac.id, setiawan@ee.unud.ac.id, w_ariastina@yahoo.com

Abstrak—Kawasan Tiga Nusa terdiri dari Nusa Penida, Nusa
Lembongan, dan Nusa Ceningan sebelumnya memiliki sistem
kelistrikan yang terisolasi dari sistem pulau Bali. Untuk
memenuhi pertumbuhan beban yang cukup tinggi PT PLN
(persero) mengoperasikan kabel laut yang menghubungkan
sistem Pulau Bali dengan Sistem Tiga Nusa.
Studi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi sistem
kelistrikan Tiga Nusa setelah dioperasikannya kabel laut.
Kondisi kelistrikan yang dianalisa adalah susut energi, drop
tegangan, dan tingkat keamanan suplai. Analisis tingkat
keamanan suplai akan menggunakan 3 skenario dengan
penerapan kondisi n-1.

Studi ini memperoleh besar susut energi tahunan sistem
kelistrikan Tiga Nusa sebelum beroperasinya kabel laut ialah
sebesar 201,48 MWh. Dengan mengoperasikan 2 line kabel
laut Bali-Nusa Lembongan mengakibatkan susut energi
sebesar 297,84 MWh, selanjutnya dengan mengoperasikan 1
line kabel laut mengakibatkan susut energi sebesar 407,34
MWh. Analisis tingkat keamanan suplai sistem kelistrikan
Tiga Nusa memperlihatkan bahwa dengan beroperasinya
kabel laut akan tetap aman hingga tahun 2033 yang
sebelumnya tidak aman sampai akhir tahun 2014.
Kata kunci—Kabel Laut; Aliran Daya; Susut Energi; Tingkat
Keamanan Suplai

energi listrik yang cukup tinggi. Untuk memenuhi
kebutuhan energi listrikdikawasan Tiga Nusa, PT PLN
(Persero) menyalurkan energi listrik yang lebih murah dari
Pulau Bali melalui 2 line kabel laut 20 kV Bali-Nusa
Lembongan. Kabel laut ini mensupply energi dari GI
Gianyar ke Nusa Lembongan di GH Jungut Batu. Kbel laut
yang digunakan adalah kabel 3 inti tembaga dengan isolasi

XLPE dilengkapi dengan fiber optic dengan diameter kabel
240mm dan daya mampu masing-masing kabel 13 MW.
Dengan masuknya kabel laut diharapkan dapat memberikan
jaminan pasokan untuk kawasan Tiga Nusa, oleh karena itu
kajian ini dibuat untuk mengetahui tingkat keamanan supply
serta tingkat keandalan sistem kelistrikn Tiga Nusa setelah
adanya supply dari kabel laut.
II. SISTEM KELISTRIKAN TIGA NUSA
Daya mampu sistem pembangkitan Tiga sebesar 4,278
MW dan beban puncak pada tahun 2012 tercatat sebesar
2,492 MW. Pertumbuhan beban 7,4 % dari tahun 2005
hingga tahun 2012. [6] Gambar 1 menunjukan grafik
pertumbuhan beban dari tahun 2005 samapai tahun 2012.

I. PENDAHULUAN
Kawasan Tiga Nusa (Nusa Lembongan, Nusa Penida,
dan Nusa Ceningan) yang saat ini terkenal sebagai salah
satu tujuan wisata khusunya wisata bahari karena keindahan
dan keasrian kawasan pantai dan alam bawah lautnya. Tiga
Nusa termasuk bagian dari Kabupaten Klungkung Provinsi

Bali dengan luas dua per tiga dari wilayah Kabupaten
Klungkung yaitu sekitar 202,84 Km² dengan jumlah
penduduk 46.749 jiwa yang terdiri dari 8.543 KK. [7]
Kebutuhan energi listrik di kawasan ini dipasok oleh
pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD), pembangkit listrik
tenaga surya (PLTS), dan pembangkit listrik tenaga Bayu
(PLTB) dengan total daya mampu sebesar 4.866 kW dengan
beban puncak 2.492 kW. [5]. Karena kawasan ini terletak
terpisah dan sistem kelistrikan yang masih terisolasi
sedangkan sumber energi utamanya dari PLTD
mengakibatkan biaya pokok produksi energi listrik yang
mahal. PLT Bayu yang ada tidak beroperasi secara optimal
demikian juga dengan PLTS dengan daya yang sangat
terbatas.
Karena kawasan Tiga Nusa ini berkembang sebagai
daerah tujuan wisata mengakibatkan peningkatan kebutuhan

Prosiding Seminar Forum Pendidikan Tinggi Teknik Elektro Indonesia 2014

ISBN: 978-602-9056-70-9


Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Beban Puncak Sistem Kelistrikan Tiga
Nusa

Keamanan suplai tenaga listrik didefinisikan sebagai
kemampuan sistem tenaga listrik untuk menyediakan tenaga
listrik sampai pada pengguna akhir (konsumen) dengan
level kontinuitas dan kualitas tertentu secara berkelanjutan.
Dalam studi ini keamanan supply yang dibahas dari
kecukupan suplai.
Penilaian kecukupan sistem dilakukan dengan
menggunakan pengertian kontingensi N-1. Kontingensi N-1

ialah kondisi pada saat salah satu penyedia tenaga listrik
terbesar dikeluarkan dari sistem. Sistem dikatakan aman
apabila cadangan daya minimum dalam kondisi N-1 lebih
besar dari nol.

TABEL II. BEBAN PUNCAK DAN BEBAN RATA-RATA TIGA NUSA
(16-22 DESEMBER 2012)

Tanggal
Beban Puncak (kW)
Beban Rata-rata (kW)
16-12-2013

2413

1627,83

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

17-12-2013

2485

1586,63

Dari studi aliran daya yang dilakukan untuk kondisi awal
tanpa adanya pasokan dari kabel laut diperoleh total rugirugi jaringan sebesar 0,046 MW serta susut daya sebesar
2,57% dari total pembangkitan 1.785 MW. Setelah 2 buah
kabel laut mensuplai energi diperoleh total rugi-rugi
jaringan adalah 0,0068 MW serta susut daya sebesar 3,76%
dari total suplai 1,807 MW. Jika hanya 1 kabel laut yang
dioperasikan maka total rugi-rugi jaringan akan menjadi
sebesar 0,093 MW dan susut daya sebesar 5,07% dari total
suplai sebesar 1,832 MW.

18-12-2013

2370

1666,71

19-12-2013

2411

1646,79

20-12-2013

2473

1704,71

21-12-2013

2492

1674,75

22-12-2013

2414

1761,50

Drop tegangan di Nusa Lrmbongan dan Nusa Ceningan
sebelum adanya kabel laut cukup tinggi dan akan
mengalami perbaikan setelah kabel laut beroperasi. Hal ini
diakibatkan oleh sumber suplai menjadi lebih dekat. Hal
sebaliknya terjadi di pulau Nusa Penidayang sebelumnya
memiliki drop tegangan yang lebih kecil dan mebgalami
peningkatan ketika kabel laut beroperasi. Tabel 1
memperlihatkan hasil analisa drop tegangan sebelum dan
sesudah beroperasinya kabel laut.
TABEL I. DROP TEGANGAN SEBELUM DAN SETELAH
BEROPERASINYA KABEL LAUT

Untuk menentukan load factor dan Loss Factor dapat
dicari menggunakan persamaan-persamaan berikut:
F LD
F LS

Keterangan:
F LD = Load Factor
F LS = Loss Factor
Sehingga besar nilai load factor dan loss faktor dapat
dilihat dalam tabel III di bawah ini:
TABEL III. NILAI LOAD FACTOR DAN LOSS FACTOR
SISTEM KELISTRIKAN TIGA NUSA.
Tanggal

Load Factor

Loss Factor

16-12-2013

0,67

0,49

17-12-2013

0,64

0,44

18-12-2013

0,70

0,53

19-12-2013

0,67

0,49

20-12-2013

0,69

0,51

21-12-2013

0,67

0,48

22-12-2013

0,73

0,56

RATA-RATA

0,68

0,50

Sumber: Yohanes Prawira, 2013

sumber: Yohanes Prawira, , 2013

Susut energi dihitung dengan memperhitungan load
factor dan loss factor . Dalam studi ini load factor dan loss
factor dihitung dari data sampel beban pada tanggal 16-22
Desember 2012. Data beban puncak dan beban rata-rata
sistem kelistrikan Tiga Nusa ditunjukkan pada tabel II di
bawah ini.

Prosiding Seminar Forum Pendidikan Tinggi Teknik Elektro Indonesia 2014

ISBN: 978-602-9056-70-9

Perhitungan
susut
energi
dilakukan
menggunakan persamaan berikut:
Susut energi = RBP x F LS x 8760
Diketahui:
RBP sebelum K.L
= 46 kW
RBP 2 line K.L
= 68 kW
RBP 1 line K.L
= 93 kW
F LS
= 0,50

dengan

Sehingga dari perhitungan diperoleh sebesar 201.480
kWh untuk kondisi eksisting atau sebelum kabel laut.
Setelah beroperasinya 2 kabel laur susut energi yang
diperoleh sebesar 297.840 kWh sedangkan jika hanya 1

kabel laut yang beroperasi maka susut energi yang diperoleh
sebesar 407.340 kWh.
Dengan peroperasinya kabel laut terlihat bahwa susut
energi yang terjadi di sistem kelistrikan kabel laut menjadi
makin besar. Karena biaya produksi dari pembangkitan di
Pulau Bali lebih kecil dari biaya produksi di kawasan Tiga
Nusa maka susut energi ini masih bisa terkoreksi.
Kemampuan sistem kelistrikan Tiga Nusa dalam
memenuhi kebutuhan beban yang terus meningkat dianalisa
dengan analisis keamanan suplai. Studi ini menganalisis
tingkat kemanan suplai sistem kelistrikan Tiga Nusa dengan
3 (tiga) skenario. Skenario 1 ialah pada kondisi sebelum
beroperasinya kabel laut, skenario 2 ialah untuk kondisi
setelah beroperasinya kabel laut, dan skenario 3 ialah
diasumsikan hanya 1 line kabel laut yang beroperasi.
Untuk analisis tingkat keamanan suplai sistem
kelistrikan Tiga Nusa sebelum beroperasinya kabel laut,
dapat dilihat dalam tabel IV di bawah ini:
TABEL IV. KEAMANAN SUPLAI SISTEM KELISTRIKAN
TIGA NUSA SKENARIO 1
Beban
Kondisi
Cadangan
Puncak
N-1
Daya
(MW)
(MW)
(MW)
Tahun
Keterangan

TABEL V. KEAMANAN SUPLAI SISTEM KELISTRIKAN
TIGA NUSA SKENARIO 2
Beban
Kondisi
Cadangan
Tahun
Keterangan
Puncak
N-1
Daya
(MW)
(MW)
(MW)
1
2
(3)=(2)-(1)
2013

2,73

4,22

1,49

Aman

2014

3,00

17,22

14,22

Aman

2015

3,29

14,72

11,43

Aman

2016

3,61

14,72

11,11

Aman

2017

3,96

14,72

10,76

Aman

2018

4,33

14,72

10,39

Aman

2019

4,73

14,72

9,99

Aman

2020

5,16

14,72

9,56

Aman

2021

5,61

14,72

9,11

Aman

2022

6,09

14,72

8,63

Aman

2023

6,60

14,72

8,12

Aman

2024

7,13

14,72

7,59

Aman

2025

7,69

14,72

7,03

Aman

2026

8,27

14,72

6,45

Aman

2027

8,89

14,72

5,83

Aman

2028

9,52

14,72

5,20

Aman

2029

10,19

14,72

4,53

Aman

2030

10,88

14,72

3,84

Aman

2013

1
2,73

2
1,72

(3)=(2)-(1)
-1,01

Tidak Aman

2031

11,59

14,72

3,13

Aman

2014

3,00

1,72

-1,28

Tidak Aman

2032

12,34

14,72

2,38

Aman

2015

3,29

0,24

-3,05

Tidak Aman

2033

13,11

14,72

1,61

Aman

2016

3,61

0,24

-3,37

Tidak Aman

2017

3,96

0,24

-3,72

Tidak Aman

2018

4,33

0,24

-4,09

Tidak Aman

2019

4,73

0,24

-4,49

Tidak Aman

2020

5,16

0,24

-4,92

Tidak Aman

2021

5,61

0,24

-5,37

Tidak Aman

2022

6,09

0,24

-5,85

Tidak Aman

2023

6,60

0,24

-6,36

Tidak Aman

2024

7,13

0,24

-6,89

Tidak Aman

2025

7,69

0,24

-7,45

Tidak Aman

2026

8,27

0,24

-8,03

Tidak Aman

2027

8,89

0,24

-8,65

Tidak Aman

2028

9,52

0,24

-9,28

Tidak Aman

2029

10,19

0,24

-9,95

Tidak Aman

2030

10,88

0,24

-10,64

Tidak Aman

2031

11,59

0,24

-11,35

Tidak Aman

2032

12,34

0,24

-12,10

Tidak Aman

2033

13,11

0,24

-12,87

Tidak Aman

sumer: Yohanes Prawira, 2013
Dari tabel IV dapat dilihat bahwa dengan penerapan
kondisi n-1 (PLTD sewa dikeluarkan dari sistem), cadangan
daya yang dimiliki sistem kelistrikan Tiga Nusa sudah dapat
digolongkan tidak aman.
Dalam scenario 2 dimana 2 line kabel laut beroperasi
tingkat keamanan suplai sistem kelistrikan Tiga Nusa dalam
kondisi aman sampai tahun 2033 seperti diperlihatkan dalam
tabel V.

Prosiding Seminar Forum Pendidikan Tinggi Teknik Elektro Indonesia 2014

ISBN: 978-602-9056-70-9

sumber: Yohanes Prawira, 2013
Skenario 3 dilakukan dengan mengoperasikan hanya 1
line kabel laut diperoleh tingkat keamanan suplai sistem
kelistrikan Tiga Nusa dalam kondisi aman hanya sampai
tahun 2014, detil dapat dilihat dalam tabel VI.
TABEL VI. KEAMANAN SUPLAI SISTEM KELISTRIKAN
TIGA NUSA SKENARIO 3
Beban
Kondisi
Cadangan
Puncak
N-1
Daya
Tahun
Keterangan
(MW)
(MW)
(MW)
1
2
(3)=(2)-(1)
2013

2,73

4,22

1,49

2014

3,00

4,22

1,22

Aman
Aman

2015

3,29

1,72

-1,57

Tidak Aman

2016

3,61

1,72

-1,89

Tidak Aman

2017

3,96

1,72

-2,24

Tidak Aman

2018

4,33

1,72

-2,61

Tidak Aman

2019

4,73

1,72

-3,01

Tidak Aman

2020

5,16

1,72

-3,44

Tidak Aman

2021

5,61

1,72

-3,89

Tidak Aman

2022

6,09

1,72

-4,37

Tidak Aman

2023

6,60

1,72

-4,88

Tidak Aman

2024

7,13

1,72

-5,41

Tidak Aman

2025

7,69

1,72

-5,97

Tidak Aman

sumer: Yohanes Prawira, 2013
Hal ini menandakan bahwa, kabel laut line 1 sudah harus
mulai beroperasi paling lambat pada akhir tahun 2014, agar

tingkat keamanan suplai sistem kelistrikan Tiga Nusa tetap
dapat digolongkan aman.

V. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan dan analisis yang telah
dilakukan, maka dapat ditarik simpulan bahwa sistem
kelistrikan Tiga Nusa menjadi aman dari sisi suplai sampai
tahun 2033 jika 2 line kabel beroperasi. Namaun susut
energi meningkat dari 2,57% menjadi 5,07%. Dengan
masuknya kabel laut di Nusa Lembongan mengakibatkan
perubahan titik drop tegangan berpindah ke Nusa Penida.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Daniel Rohi, dkk. Vol II, No.1 Juni 2008, Jurnal
EECCIS. Aplikasi Pendekatan Aliran Daya untuk
Estimasi Rugi Rugi Energi Sistem Distribusi
Radial 20 kV.
[2] Momoh,
James
A.
Electric
Power
Distribution,Automation, Protection, and Control.
Taylor and Francis Group, CRC Press. 2007: 44-45
[3] Stevenson,William.,D. Analisis Sistem Tenaga Listrik.
Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga. 1994:
[4] ______. ____. Pembangunan Sistem Interkoneksi
Kabel Laut 20 KV Bali–Nusa Lembongan.
Shanghai: Fujikura Shanghai Cable LTD.
[5] ______. Pembangkit Tiga Nusa. Klungkung: PT. PLN
(Persero) Area Bali Timur. 2013
[6] ______. Beban Puncak Penyulang Bali Timur 2005
s.d. 2012. Klungkung: PT. PLN (Persero) Area Bali
Timur
[7]http://www.klungkungkab.go.id/index.php/profil/15/Kon
disi-Geografis, diakses tanggal 19 Maret 2013
[8] Yohanes Made Arie Prawira, Ida Ayu Dwi Giriantari, I
Wayan Sukerayasa, Efek Beroperasinya Kabel Laut
Bali–Nusa Lembongan Terhadap Sistem Kelistrikan
Tiga Nusa, Prosiding Conference on Smart-Green
Technology in Electrical and Information Systems Bali,
14-15 November 2013, ISBN: 978-602-7776-72-2, pp:
12-18

Prosiding Seminar Forum Pendidikan Tinggi Teknik Elektro Indonesia 2014

ISBN: 978-602-9056-70-9