Wawan Purwana, demi Korban Bencana.

[(OMPAS
o Selasa o
4

5
20

o Pcb

---

l ) Mar

6

.

21

Rabu


7
22

----

Apr ('J Me;
-----.---.-

I') Kal7J;t;
8
23

10

9
24

( )JUIJ
---_.._-


.

.!5
( ') Jul

Jumat

11

'-

o Sabtu o
12

13

26

27


(} Ags

OSep

Minggu

14
28

OOkl

15
29

-,6
3C

31

() Nav ()D


Wa~an .Purwana~

demi Korban Bencana
"-~- -- -- -

--

0-

Hidup Wawan PurwaiW. identik dengan korban
bencana. Setiap kali bencana datang, Wawan,
instruktur Badan Search and Rescue Nasiorial atau
Basarnas sejak tahun 1982 ini, hadir di tempat
kejadian untuk membantu korban.
Oleh ROBERT ADHI KSP
awan yang juga Ketua
Gadamusa Discovery
ini bersama no anggotanya sejak hari pertama bencana Situ Gintung turut membantu pencarian korban clan
kendaraan yang hanyut di Kali

Pesanggrahan. Gadamusa singkatan dari Gabungan Pemuda
Untukmu Bangsa, sedangkan
Discovery singkatan dari DisaSter Rescue and Recovery Activity.
"Kami memfokuskan diri
pada pencarian dalam air karena sudah banyak tim relawan
yang membantu di darat," kata
Wawan saat ditemui di lokasi
bencana Situ Gintung, Tangerang Selatan, Banten, Rabu
(1/4).
Wawan tak mau tanggung-tanggung. Dia membawa
serta tim arung jeram yang anggotanya adalah para juara arung
jeram nasional. Dengan kedalaman sekitar 3 meter, medan
Kali Pesanggrahan cukup berbahaya. Dia memperkirakan
masih ada jenazah yang teIjebak
di bawah pohon tumbang di dasar sungai dan menyangkut di
lubuk yang tertutup tumpukan
lumpur.
Sejak bencana terjadi,
setiap hari tim yang diketuainya
itu melakukan pencarian

korban. Mereka menyusuri
Kali Pesanggrahan sejauh sekitar 10 kilometer hingga ke
kawasan Cipulir, Jakarta Selatan.
Dibekali tujuh perahu yang
biasa digunakan untuk arung jeram, tim Gadamusa bersama
tim Ranita Mapala Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menemukan
jenazah dan kendaraan yang
tenggelam di dasar Kali Pesanggrahan.

W

Berawal dari Menwa
Sejak masih kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran Bandung, Wawan sudah bergiat dan bergabung dengan Resimen Mahasiswa
(Menwa),
"Waktu itu saya dan ternan-ternan bercanda, kelak bila
sudah menjadi manajer atau direktur, kami harus bisa menyelamatkan diri kalau teIjadi
apa-apa. Karena itulah 'kami
ikut Menwa," cerita Wawan.
Selain aktif di Menwa untuk

melatih disiplin dan keterampilan penyelamatan, dia juga seorang pencinta alamoTahun
1983 dia bergabung dengan Wanadri, kelompok pencinta alam
di Bandung. Menyusuri sungai,
mendaki gunung, dan menapaki
lembah menjadi "makanan" sehari-harinya.
"Alam adalah sahabat saya
sejak dulu. Saat berada di
tengah laut dan di puncak gunung, saya dapat merasakan keagungan-Nya, merasakan betapa
besar ciptaan-Nya," ungkap pemegang sertifikat SAR Mission
Coordinat (SMC), sertifikat tertinggi dalam bidang SAR.SMC
merupakan syarat yang harus
dimiliki seorang koordinator lapangan tim SAR.
Sejak muda, Wawan aktif
mengikuti pelatihan dan pendidikan selam di Komando Pasukan Katak TNI AL. Dia juga
belajar combat pararescue di Kopasgat (kini Paskhas) TNI AU.
Sedangkan arungjeram ditekuninya secara otodidak.
Maka tak heran, kalau sejak
1982 dia lalu menjadi instruktur
Badan SARNasional. Wawan juga menjadi pelatih combat pararescue bagi para siswa Akademi Kepolisian (Akpol), Kopassus, Paskhas, Brimob Polri, juga
berbagai kelompok pencinta

alam dari beberapa perguruan

KOMPASjROBERT

tinggi.
"Tetapi, yang membuat saya
selalu bersemangat untuk teIjun
dalam bidang ini adalah dukungan dari ternan-ternan. Sahabat-sahabat militer dan kepolisian, misalnya, mengizinkan
saya menggunakan barak untuk
para peserta latihan dengan hanya membayar uang cuci seprai," ungkapnya.
Masalah transportasi pun relatif tak menjadi masalah baginya. Jaringan pertemanan pula yang membantu Wawan. Ia
bercerita, untuk mengangkut
peserta latihan SARdi Jakarta,
misalnya, dia menelepon seorang ternan di kepolisian guna
meminjam truk.
"Ternan polisi itu bertanya,

K lip i n 9 Hum Q5 U n p Qd 2 0 0 9-- - - - - - - - --

-------


.o\UHI

Kl~UMAPl!TRA

untuk digunakan di mana truk
itu, ketika saya bilang di Jakarta,
dia malah menyarankan agar saya tidak menggunakan truk,
tetapi bus saja. Jadilah saya dipinjami bus," lanjutnya.
Berbagai pelatihan
Bersama teman-temannya
dari Wanadri, Mapala, dan kelompok pencinta alam lain, Wawan mendirikan Gadamusa Discovery sebagai kelanjutan dari
Yayasan Kapinis yang bergerak
di bidang pelatihan SAR sejak
tahun 1995.
"Kami didukung Kang Iwan
Abdulrahman (pencinta wam,
pencipta lagu, dan penY1l\1yi)
yang menjadi penasihat Gadamusa Discovery,"katanya.


Dalam setahun Gadamusa
Discovery mendapat 20-30 kali
pennintaan untuk mengadakan
berbagai jenis pelatihan, muIai
dari menyelam sampai arung jeram. Anggota Gadamusa Discovery adalah para penyelam profesional sampai juara arung jeram nasional.
Kata Wawan, kelompoknya
itu relatif tidak komersial sebab
mereka pun ingin menggiatkan
masyarakat agar mencintai kegiatan alamola mencontohkan
kegiatan arung jeram.
"Kalau ada mahasiswa yang
ingin latihan arung jeram tetapi
tak punya cukup dana, mereka
tetap bisa menyewa perahu kami dengan uang yang ada. Kalau
biaya pelatihannya saja tak terjangkau, bagaimana mereka bisa
terampil?" katanya.
Tak hanya jago di tingkat nasional, di arena intemasional
pun tim arung jeram pimpinan
Wawan tampil memukau. Tahun
1997 misalnya, tim arungjeramnya mewakili Indonesia dan

berhasil masuk peringkat ke-12
dunia. Pada 2008 dalam Kejuaraan Dunia Arung Jeram di
Nagaragawa, Gifu, Jepang, tim
arung jeram Indonesia berada di
peringkat kedua dan ketiga setelah Jepang.
Wawan berharap semakin banyak kaum muda Indonesia
yang mencintai arung jeram.
"Di Jawa Barat, sedikitnya
ada 20 sungai yang cocok untuk
berlatih arung jeram," katanya,
seperti Cimandiri di Sukabumi,
Ciliwung dan Cisadane di Bogor,
Cisokam di Cianjur, Citanduy
dan CiwuIan di Tasikmalaya, Cimanuk dan Cikandang di Garut,
serta Cipunagara, Subang.
Banyak sahabat
Sebagian orang heran dengan
aktivitas Wawan yang tak kenal
lelah. Namun, ia justru merasa
bahagia karena dari kegiatannya
itu ia punya banyak sahabat.
"Beberapa ternan di Unpad
sudah menjadi direktur. Kalau
saya datang ke Jakarta, saya telepon mereka. Biasanya mereka
meminta saya untuk menginap
di hotel ha-ha,"cerita pria yang

tinggal di Bandung ini.
Dari melatih di berbagai tempat, Wawan bisa memiliki tiga
rumah yang semuanya dikontrakkan. la juga punya 20 perahu arungjeram yang disewakan. "Bagi saya, semua ini sudah
cukup membahagiakan."
Lalu lanjutnya, "Kebahagiaan
tak bisa diukur dengan materi.
Saya bahagia jika berhasil mendidik orang bisa terampil dalam
SAR Pada setiap bencana, seperti Situ Gintung ini,
keterampilan dan keahlian S'AR
sangat dibutuhkan."
Untuk semua kegiatan itu,
Wawan bisa berhari-hari meninggalkan rumah, tetapi keluarganya bisa menerima kondisi
ini.
"Istri dan anak-anak sudah
memahami kegiatan saya. Jika
ditinggal berhari-hari seperti sekarang (membantu korban bencana Situ Gintung), tak masalah.
Ini memang dunia saya.
Anak-anak sejak usia tiga tahun
pun sudah saya perkenalkan dengan alam, saya ajak berarung
jeram," kata Wawan.

DATA DIRI

..
.
..

.

Nama: Wawan Purwana
lahir: Bandung, 17 Oktober
1959
Pendidikan: Fakultas Ekonomi
Unpad, Bandung, 1977
Istri: Dian Mardiani (47)

Anak:

- Rayra Nurita (22)
- Aditya Dardya Purwono
- Fauzan Akbar (8)
Pekerjaan:
- Ketua Yayasan Kapinis,

(16)

sejak 1995

-Ketua Harian Federasi
Arung Jeram Indonesia
Jawa Barat, sejak 2000
Ketua Gadamusa Discovery
. Pelatihan Antara lain:

-

- Resimen

Mahasiswa Yon"
Unpad, 1980
Combat Para rescue Kopasgat TNI AU, 1981
- Pendidikan Badan SAR
Nasional, 1982.

-

.

PenghargaanAntara lain:

- Juara I Kejurnas Arung
-

Jeram kelas Down River
Rescue dan Head to Head
di Citarum, 1999
Juara I Arung Jeram kelas
Down River Race, 2005