Tidak Dibutuhkan, Jabatan Wakil Menteri di Depdiknas.

Pikiran Rakyat
o Selasa

0

456
20

21

o Mar

OApr

.

0

o Sabtu 0 M;nggu
12
13

14
15
16
8
9
10
11
27
28
29
30
31
22
23
24
25
26
Me; OJun OJul 0 Ags OSep OOkt OHov ODes
Rabu


Kam;s

Jumat

o

~idal~ Dibutuhkan, Jabatan
Walill Menteri di Depdiknas

/

Semua Bidang Sudah Lengkap Ditangani Dirjen
BANDUNG, (PR).Pengamat pendidikan Darmaningtyas menilai, pengangkatan Wakil Menteri Pendidikan Nasional yang dilakukan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono akan menimbulkan konflik internal antara
Menteri Pendidikan Nasional
(Mendiknas) dan wakilnya
yang baru dilantik. Apalagi,
menurut Darmaningtyas, wakil menteri Fasli Djalal yang
sebelumnya menjabat Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas dianggap jauh
lebih memahami dan menguasai permasalahan pendidikan jika dibandingkan dengan Mendiknas.

"Akan ada friksi di antara
mereka. Walaupun secara personal saya sangat mengenal
Pak Fasli dan saya tahu beliau
memaharni permasalahan pendidikan, tapi secaraobjektif,jabatan wakil menteri ini sarna
sekali tidak diperlukan," kata
D~gtyas
yang dihu-

bungi di Jakarta, Rabu (6/1).
Darmaningtyas menuturkan, meskipun cakupan kerja
Depdiknas cukup luas, mulai
dari pendidikan dasar hingga
pendidikan tinggi, baik formal
maupun nonformal, tetapi pengangkatan wakil menteri tidak akan serta merta menuntaskan permasalahan pendidikan. Apalagidengan adanya
otonomi daerah, kewenangan
Depdiknas, termasuk menteri,
menjadi sangat terbatas.
"Daerah sudah punya kewenangan sendiri. Jadi mau
ngapain lagi ada wakil menteri, kerjanya apa. Pengangkatan ini belum menjawab persoalan pendidikan, justru ini
menjawab keraguan Presiden

terhadap kemampuan menterinya, sehingga mengangkat
wakil untuk membantu menteri," ungkapnya.
Dia juga beranggapan, permasalahan bukan hanya akan
muncul di antara menteri dan
wakilnya,tapijuga antara wakil

J

dan para dirjennya. Ketidakjelasan tugas wakilmenteri akan
banyak bersinggungan dengan
tugas dirjen yang selama ini
bertugas membantu menteri.
"Semua bidang sudah lengkap ditangani oleh dirjen. Ada
Dirjen Pendidikan Dasar, Menengah, Tinggi, Luar Sekolah,
hingga dirjen yang khusus
menangani guru dan tenaga
pendidik. Jadi, mau apa lagi
wakil menteri," ungkapnya.
Seharusnya, kata dia, Presiden tidak perlu mengangkat
wakil menteri di Depdiknas.

Cukup maksimalkan kinerja
dari seluruh direktoratnya,
agar permasalahan pendidikan bisa teratasi. "Yang penting, setiap direktorat bekerja
maksimal," ucapnya.
Kompetensi Fasli Djalal yang
mumpuni dalam dunia pendidikan juga diakui oleh Ketua
Masyarakat Peduli Pendidikan
Kota Bandung Eko Purwono.
Menurut dia, kompetensi itu
bisa jadi terbentuk oleh
jejak
-~--..........

Kliping Humas Unpad 2010
-------

rekam Fasli Djalal yang selalu
berhubungan denganpendidikan di setiapjenjang kariemya.
"Selain itu, dia juga mau
berbaur di lapangan. Pernah

suatu saat, Pak Fasli mau menyempatkan diri datang walaupun hanya satu sampai dua
jam untuk menjelaskan tentang RUU BHP (Rancangan
Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan)," kata akademisi Institut TeknologiBandung (ITB) itu.
Namun, Eko enggan berkomentar secara jelas tentang
penting tidaknyajabatan Wakil Mendiknas. "Dulu tanpa
wakil pun bisa. Saya pikir ke
depan, anggaran sarna dan
masalah pun sarna, tidak akan
lebih berat," katanya.
Dia mengharapkan, Wakil
Mendiknas mampu menjadi
figur contoh yang lebih mengedepankan praktik atas program-program pemerintah daripada sebatas slogan. {A167/A-157)***
~ ~
-