PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PEER FEEDBACK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA DALAM MENULIS PROPOSAL KEGIATAN :Studi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI SMA/MA di Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Riau.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR BAGAN ...xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Definisi Operasional ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II MODEL PEMBELAJARAN PEER FEEDBACK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS ... 13

A. Model Pembelajaran Peer Feedback ... 13

1. Model Pembelajaran ... 13

2. Pengertian Peer Feedback ... 22

3. Kelebihan Peer Feedback ... 27

4. Langkah-langkah pembelajaran Peer Feedback ... 28

B. Pengajaran Bahasa Indonesia ... 29

C. Keterampilan Menulis ... 31


(2)

2. Tujuan Menulis ... 33

3. Ragam Tulis ... 38

4. Manfaat Menulis ... 39

D. Hasil Belajar ... 40

E. Teori Belajar Sosial ... 43

F. Penulisan Proposal ... 44

1. Pengertian Proposal ... 44

2. Jenis-jenis Proposal ... 46

3. Unsur-unsur Proposal ... 46

4. Bahasa Proposal ... 50

5. Penilaian Keterampilan dalam Penulisan Proposal ... 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 56

A. Metode Penelitian ... 56

B. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 59

C. Teknik Pengumpulan Data ... 61

1. Lembar Observasi ... 61

2. Angket ... 62

3. Tes ... 62

D. Teknik Analisis Data ... 63

E. Prosedur Penelitian ... 65

1. Studi Pendahuluan ... 66

2. Pengembangan Model ... 67

a. Pengembangan draf awal model ... 67

b. Uji coba terbatas ... 76

c. Uji coba lebih luas ... 77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 79

A. Hasil Penelitian ... 79

1. Hasil Studi Pendahuluan ... 79


(3)

b. Profil Pembelajaran Bahasa Indonesia Saat Ini ... 85

c. Ketersedian Sarana dan Prasarana Sekolah ... 91

d. Kondisi dan Aktivitas Belajar Siswa ... 94

2. Pengembangan Draf Model Pembelajaran pada Uji Coba Terbatas ... 99

a. Uji Coba Siklus Pertama ... 100

b. Uji Coba Siklus Kedua ... 109

c. Uji Coba Siklus Ketiga ... 118

d. Bentuk Akhir RPP Model Pembelajaran Peer Feedback ... 125

e. Uji Statistik Data Hasil Uji Coba Terbatas ... 130

1) Aspek Kelengkapan Unsur ... 131

2) Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca ... 133

3) Aspek Pilihan Kata ... 136

4) Aspek Penyusunan Kalimat ... 138

5) Aspek Kesesuaian Tiap. Unsur ... 140

6) Aspek Sistematika Penulisan ... 143

7) Aspek Kerapian Tulisan ... 145

8) Seluruh Aspek Penulisan Proposal ... 147

3. Hasil Uji Coba Luas Model Pembelajaran Peer Feedback ... 149

a. Deskripsi Data Hasil Uji Coba Luas ... 149

b. Uji Statistik Data Hasil Uji Coba Luas ... 156

1) Aspek Kelengkapan Unsur ... 156

2) Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca ... 158

3) Aspek Pilihan Kata ... 161

4) Aspek Penyusunan Kalimat ... 163

5) Aspek Kesesuaian Tiap Unsur ... 165

6) Aspek Sistematika Penulisan ... 167

7) Aspek Kerapian Tulisan ... 169

8) Seluruh Aspek Penulisan Proposal ... 171

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 174

1. Desain Model Pembelajaran Peer Feedback ... 174


(4)

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 186

A. Simpulan ... 186

B. Rekomendasi ... 188

DAFTAR PUSTAKA ... 193


(5)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi pribadi-pribadi anggota masyarakat yang mandiri. Pribadi yang mandiri adalah pribadi yang secara mandiri mampu berpikir, menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru, melihat permasalahan serta menemukan cara pemecahan baru yang bernalar dan lebih dapat dipertanggung jawabkan. Dengan kata lain pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar di mana individu itu berada, melainkan juga mampu melakukan perubahan dan menciptakan sesuatu yang baru. Kemandirian ini terbentuk melalui kemampuan berpikir nalar dan kemampuan berpikir kreatif yang mewujudkan kreativitas. Sumber daya manusia seperti itu sungguh diperlukan oleh bangsa Indonesia dalam rangka mewujudkan kehidupan masyarakat yang demokratis, menjunjung tinggi supremasi hukum, egalitarian, dan religius.

Dikatakan Tilaar (1990) bahwa salah satu ciri dari abad 21 ialah menonjolkan kemampuan kreativitas dan produktivitas. Untuk itu, lembaga pendidikan harus mampu meningkatkan kualitas proses dan produknya agar mampu melahirkan manusia-manusia yang handal, baik dalam bidang akademik maupun dalam aspek kebangsaan. Salah satu ciri kreativitas dan produktivitas


(6)

tercermin pada kemampuan berbahasa. Bahasa merupakan media yang terpenting dalam komunikasi manusia. Dengan bahasa, manusia dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan kepada orang lain. Kalau telaah lebih lanjut, bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran, perasaan dan sikap.

Harjasujana (dalam Sakdiah Wati, 2006) mengatakan bahwa bahasa Indonesia hendaknya tidak hanya digunakan sebagai alat komunikasi, tetapi harus berfungsi sebagai “pencerdas” bangsa, sangat relevan dengan kebutuhan sumber daya manusia seperti di atas.

Dalam Webster’s New Collegiate Dictionary dijelaskan bahwa yang disebut dengan literate adalah orang yang berpendidikan, berbudaya, dan mampu membaca dan menulis (Alwasilah, 2001). Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa untuk menjadi literate, untuk menjadi pemikir kritis yang dapat berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat, seseorang perlu memiliki kemampuan menulis. Menurut Akhadiah (2003: 41), kemampuan itu meliputi kemampuan bernalar, merenungkan, mengolah, dan menanggapi gagasan secara logis, kritis, dan analitis, serta kemampuan mengkomunikasikannya melalui bahasa tulis secara jernih dan kreatif.

Menurut Keraf (1985: 734), kamampuan menulis tidak akan terbentuk hanya dengan kemampuan berbahasa saja, tetapi perlu didukung pula oleh kemampuan bernalar dan pengetahuan tentang dasar-dasar retorika. Dalam kurikulum 1994 yang telah disesuaikan dengan suplemen GBPP 1999 (Depdiknas, 2000: 1) mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diberi pengertian sebagai program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, sikap


(7)

3

positif terhadap bahasa Indonesia. Ruang lingkupnya meliputi aspek penguasaan kebahasaan, kemampuan memahami, mengapresiasi dan kemampuan menggunakan bahasa Indonesia.

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang mempunyai hubungan dengan proses berpikir. Walaupun menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa, tetapi dalam proses pembelajaran bahasa, keterampilan menulis tidak mungkin dipisahkan dengan keterampilan bahasa yang lainnya seperti menyimak, berbicara dan membaca. Keempat keterampilan tersebut saling melengkapi satu sama lainnya. Sebagaimana dalam kurikulum 2004 (KBK) yang kemudian disempurnakan menjadi kurikulum 2006 (KTSP), mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa siswa, dalam bentuk lisan dan tulisan.

Kemampuan berkomunikasi meliputi mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). Berkomunikasi secara lisan dan tulis dengan menggunakan ragam bahasa yang sesuai secara lancar dan akurat dalam wacana interaksional dan atau monolog yang melibatkan wacana berbentuk, deskriptif, naratif, spoofl, recount, prosedur, report, news item, anekdot, eksposisi, explanation, discussion, commentary, dan review dengan variasi ungkapan makna interpersonal, ideasional, dan tekstual sederhana (Depdiknas, 2004: 8).

Menulis merupakan kemahiran berbahasa yang mempunyai manfaat bagi kehidupan para siswa dikemudian hari. Kemampuan menulis siswa dapat menuangkan segala ide, dan lain sebagainya. Tulisan yang baik dan berkualitas


(8)

merupakan manifestasi dari aktivitas berpikir yang menghasilkan gagasan yang baik pula. Karena itu seorang penulis harus mampu mengembangkan cara-cara berpikir rasional. Pada saat melakukan aktivitas menulis, siswa dituntut berpikir untuk menuangkan gagasannya berdasarkan skemata, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki secara tertulis. Aktivitas tersebut memerlukan kesungguhan untuk mengolah, menata, mempertimbangkan secara kritis gagasan yang akan dicurahkan dalam bentuk tulisan atau karangan.

Jadi pada dasarnya, keterampilan menulis merupakan serangkaian aktivitas berpikir untuk menuangkan gagasan dan pikiran dalam bentuk tulisan. Secara lebih mendalam, Tarigan (2008: 3) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Secara lebih luas, Akhadiah, dkk (2003: 6) menjelaskan tahapan menulis meliputi, tahap pra-menulis, penulisan (pengedrafan), revisi/perbaikan. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis sebagai proses melalui tiga tahap yakni tahap pramenulis, menulis, dan pascamenulis. Pada tahap pramenulis yang dilakukan menulis adalah menyusun draf sampai batas menulis kerangka tulisan, selanjutnya tahap menulis draf kasar dan yang terakhir tahap pasca menulis yang meliputi tahap revisi, menyunting, bahkan mengikuti uji coba.

Pengajaran keterampilan menulis bahasa Indonesia untuk siswa SMA diarahkan ke pencapaian kompetensi yang dapat terlibat dalam kemampuan siswa mengungkapkan berbagai makna dengan langkah-langkah retorika yang benar di dalam teks tertulis tentang suatu topik berkaitan dengan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari, dengan penekanan ciri-ciri ragam bahasa tulis.


(9)

5

Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang terpadu, yang ditujukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan. Menurut Akhadiah, dkk (2003: 2) bahasa menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat.

Dalam proses pembelajaran keterampilan ini bisa diwujudkan dalam bentuk materi menulis dengan berbagai indikatornya. Sebagaimana materi lainnya, materi inipun seharusnya disajikan secara bertahap, karena menulis merupakan keterampilan lanjutan yang cukup kompleks. Oleh karena itu, pembelajaran keterampilan menulis bahasa Indonesia yang diberikan pada siswa SMA/MA di Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Riau sebagai salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikembangkan di sekolah, dengan tujuan untuk memberikan bekal pada siswa dalam hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Para siswa memposisikan diri sebagai diri sendiri yang memerlukan sesuatu bekal untuk kehidupannya nanti. Siswa perlu mengerti apa makna belajar keterampilan menulis bahasa Indonesia bagi dirinya, apa manfaatnya dan bagaimana usaha mereka mencapainya sehingga mereka sadar bahwa apa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti.

Hal ini disadari penulis selaku guru yang mengajar bahasa Indonesia dihadapkan beberapa masalah dalam pembelajaran menulis pada siswa SMA/MA di Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Riau. Masalah tersebut meliputi: (1) rendahnya minat siswa terhadap pembelajaran menulis bahasa Indonesia, aktivitas proses belajar menulis siswa cenderung rendah, (2) ketidakmampuan siswa dalam


(10)

menuangkan dan mengembangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan, dan (3) ketidakmampuan siswa dalam pengorganisasian tulisan yang bermakna. Kondisi ini terungkap dari pengamatan selama berlangsungnya aktivitas proses belajar latihan keterampilan menulis dan terungkap dari evaluasi hasil belajar siswa dalam membuat tulisan berupa karangan sederhana bahasa Indonesia pada kegiatan pembelajaran menulis menunjukkan bahwa dari 40 siswa sebagian besar siswa (77,50%) dengan nilai rata-rata 64. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa tentang keterampilan menulis bahasa Indonesia belum mencapai kriteria ketuntasan belajar minimal 85% dengan nilai rata-rata lebih dari 80 yang ditetapkan. Bertolak dari hasil belajar siswa, penulis dengan dibantu beberapa guru lain (teman sejawat) di sekolah melakukan upaya refleksi dan pengkajian secara kritis untuk mengungkap penyebab masalah rendahnya hasil belajar siswa tersebut. Dari hasil refleksi ini ditemukan beberapa indikasi yang diasumsikan sebagai penyebab Rendahnya hasil belajar siswa dalam keterampilan menulis bahasa Indonesia, yaitu: (1) guru dalam menyampaikan materi pelajaran terlalu menitikberatkan pada penggunaan metode ceramah, sebagian besar waktu dipergunakan untuk penyampaian materi pelajaran tanpa memberi kesempatan siswa untuk belajar menerapkan dan mengembangkan materi pelajaran yang diperolehnya; (2) penekanan proses pembelajaran lebih terfokus pada aspek kognitif (penguasaan pengetahuan) tentang menulis bahasa Indonesia; (3) hubungan guru dengan siswa dalam aktivitas proses belajar mengajar relatif bersifat formal dan kaku, dan (4) pendekatan proses pembelajaran yang


(11)

7

dipergunakan guru lebih mengarah pada isi buku teks yang telah ditentukan sehingga membuat siswa relative pasif.

Penggunaan metode pengajaran Bahasa Indonesia di setiap jenjang pendidikan masih menggunakan metode yang konvensional dan monoton, hanya berdasarkan pada buku teks. Sakdiah Wati (1996) mengatakan bahwa metode pengajaran selama ini dipakai terbukti belum bisa menghasilkan manusia yang bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Djohar (dalam Sakdiah Wati, 1996) menyatakan bahwa proses mengajar yang terjadi sekarang lebih merupakan implementasi dari konsep sistem penyampaian. Guru hanya sekedar memerankan kemampuannya pada anak didik, tampa menghasilkan cara belajar yang bermakna. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan waktu itu juga merespon dengan mengatakan bahwa kelemahan utama proses belajar mengajar terletak pada kurangnya diterapkan pada prinsif belajar mengajar yang benar. Lalu berkembanglah opini di masyarakat bahwa lulusan sekolah siswa tidak berani bertanya, kurang kritis, dan kurang kreatif.

Dari hasil refleksi tersebut, maka perlu bagi penulis untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan pembelajaran keterampilan menulis bahasa Indonesia pada siswa SMA/MA di Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Riau, ke arah yang lebih baik melalui pengembangan model pembelajaran peer feedback. Dasar pertimbangan penulis memilih model pembelajaran peer feedback dalam keterampilan menulis bahasa Indonesia tersebut, harapan penulis dengan model pembelajaran peer feedback dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa yang bermakna, dan untuk memberikan informasi baru dengan pengetahuan


(12)

yang sudah dimiliki siswa. Belajar secara peer feedback berarti berarti belajar mengeluarkan potensi penuh seorang siswa secara alamiah. Dengan kata lain memberi kesempatan pada siswa untuk menerapkan dan mengembangkan ide/gagasan secara kritis dan komunikatif dalam bentuk bahasa tulis (Bahasa Indonesia) yang dapat bermakna bagi dirinya maupun bagi yang membacanya. Seperti dikemukakan John Dewey (1998) menyatakan bahwa pendidikan, agar bisa mencapai harapan bagi siswa secara individual maupun secara kolektif, harus berdasarkan pengalaman. Peer feedback memberikan pengalaman bahwa siswa benar-benar menjadi penulis dan tulisan mereka dibaca oleh orang lain dan dari pembacaan itu lahirlah respon, komentar, feedback dan input-input lain yang sangat bermanfaat bagi pengembangan tulisan mereka yang selanjutnya. Berdasar pertimbangan tersebut di atas, maka penulis memilih untuk mengakaji lebih jauh (meneliti) pengembangan model pembelajaran peer feedback dalam meningkatkan keterampilan menulis pada siswa SMA/MA di Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Riau.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: Model pembelajaran peer feedback yang bagaimana yang dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis? Selanjutnya rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam beberapa bentuk pertanyaan penelitian berikut ini:


(13)

9

1. Kondisi guru, siswa, dan fasilitas dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dilaksanakan pada SMA/MA di Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Riau saat ini yang meliputi pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana peranan guru dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia saat ini?

b. Bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia saat ini?

c. Bagaimana ketersediaan fasilitas atau sumber belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia pada SMA/MA di Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Riau saat ini?

2. Bagaimana desain pengembangan model pembelajaran peer feedback untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia pada SMA/MA di Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Riau?

3. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran peer feedback yang dikembangkan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia pada SMA/MA di Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Riau?

C. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman terhadap beberapa istilah yang berkaitan dengan masalah penelitian, maka perlu dijelaskan secara operasional. Istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:


(14)

1. Model pembelajaran peer feedback yang dimaksud adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok agar siswa saling membantu, bekerja sama dan saling memberi feedback antara teman sebaya, bukan hanya tentang pengeditan, respon, komentar, dan revisi dalam mempelajari sesuatu.

2. Keterampilan siswa menulis yang dimaksud adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam menyampaikan gagasan kepada pembaca atau orang lain dalam bahasa tulis agar bisa dipahami oleh pembaca.

3. Proposal kegiatan adalah suatu bentuk tulisan yang berupa pengajuan penawaran, baik dalam bentuk ide, gagasan, pemikiran, maupun rencana kepada pihak lain untuk mendapatkan dukungan, ijin, persetujuan, dana dan lain sebagainya.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian tentang pengembangan model pembelajaran peer feedback pada proses belajar mengajar keterampilan menulis siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada SMA/MA di Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Riau ini bertujuan :

1. Memperoleh gambaran yang komprehensif mengenai kondisi guru, siswa, dan fasilitas dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dilaksanakan pada SMA/MA di Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Riau.


(15)

11

2. Menemukan desain pengembangan model pembelajaran peer feedback untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia pada SMA/MA di Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Riau.

3. Menemukan sejauh mana efektivitas pengembangan model pembelajaran peer feedback dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia pada SMA/MA di Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Riau.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan dampak positif terhadap proses pembelajaran keterampilan berbahasa khususnya pembelajaran keterampilan menulis. Adapun manfaat yang didapat dalam penelitian ini dibagi ke dalam manfaat teoritis dan manfaat praktis yang diuraikan sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Kegunaan dari hasil penelitian ini berupa temuan atau pengembangan model yang diharapkan dapat bermanfaat dan memperkaya pengetahuan yang berhubungan dengan model pembelajaran peer feedback pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada keterampilan menulis.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap upaya pemahaman dan aplikasi pembelajaran di sekolah khususnya untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Adapun secara operasional diharapkan hasil penelitian ini juga dapat digunakan bagi para pendidik yang terlibat langsung


(16)

maupun tidak langsung di dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai berikut:

a. Bagi guru Bahasa Indonesia, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan sebagai tambahan wawasan pengetahuan, keterampilan dalam menyusun rencana pembelajaran dan penilaian serta melaksanakan pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada keterampilan menulis.

b. Mengupayakan peningkatan penguasaan siswa dalam keterampilan menulis. c. Rekomendasi perbaikan model pembelajaran pada keterampilan menulis

proposal kegiatan khususnya pada pelajaran Bahasa Indonesia.

d. Bagi pimpinan (kepala sekolah), hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu masukan dalam rangka meningkatkan proses dan hasil belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

e. Bagi instansi yang terkait (pihak dinas pendidikan), hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan dan masukan dalam rangka pembinaan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.


(17)

56 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Research and Development adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggung jawabkan, sebagaimana diungkapkan Borg dan Gall (1989: 782) sebagai berikut:

Educational research and development (R&D) is a process used to develop and validate educational products. By “product”, we mean not only such things as textbooks, instructional films, and computer software, but also methods, such as a method of teaching, and programs, such as a drug education program or a staff development program.The focus of present-day R & D projects appears to be primarily on program development. Programs are complex learning systems that often include specially developed materials and personnel trained to work in a particuler context.

Selanjutnya menurut Borg & Gall (dalam Syaodih, 2007: 169-170), ada sepuluh langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan, yakni:

1. Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting). Meliputi pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil, dan pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai.

2. Perencanaan (planning). Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah-langkah penelitian, kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas.


(18)

3. Pengembangan bentuk produk pendahuluan (develop preliminary form of product), termasuk didalamnya persiapan materi/ bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan instrumen evaluasi.

4. Uji coba pendahuluan (preliminary field testing), yang melibatkan antara 1 sampai 3 sekolah dengan menyertakan 6 sampai dengan 12 subjek. Dalam hal ini dilakukan analisis data berdasarkan angket, hasil wawancara dan observasi.

5. Merevisi terhadap produk utama (main product revision), yang didasarkan atas hasil uji coba pendahuluan.

6. Uji coba utama (main field testing), melibatkan 5 sampai 15 sekolah dengan menyertakan 30 sampai 100 subjek. Data kuantitatif berupa pretes dan postes dikumpulkan dan hasilnya dievaluasi sesuai dengan tujuan, dan jika memungkinkan hasil tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol..

7. Penyempurnaan/ revisi produk operasional (operasional product revision), dilakukan berdasarkan hasil uji coba utama.

8. Dilakukan uji coba operasional (operasional field testing), yang melibatkan 10 sampai 30 sekolah dengan melibatkan 40 sampai 200 subjek. Pada langkah ini dikumpulkan data angket, observasi, dan hasil wawancara untuk kemudian dianalisis.

9. Penyempurnaan/ revisi produk akhir (final product revision), berdasarkan hasil uji coba operasional.

10. Diseminasi dan implementasi (Dissemination and implementation). Pada langkah ini dilakukan monitoring sebagai kontrol terhadap kualitas produk.


(19)

58

Sukmadinata (2008: 184) berdasarkan beberapa pengalaman penelitiannya menyederhanakan langkah-langkah pelaksanaan metode penelitian dan pengembangan tersebut di atas menjadi tiga langkah yakni sebagai berikut:

1. Studi Pendahuluan, meliputi tiga kegiatan: studi literatur/ kepustakaan, survai lapangan, penyusunan produk awal/ draf model.

2. Tahap Pengembangan, meliputi dua kegiatan: melakukan uji coba terbatas dan uji coba lebih luas.

3. Tahap eksperimen, untuk menguji kebaikan produk yang dihasilkan.

Secara visual langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang dimodifikasi dapat dilihat pada Bagan 3.1 dibawah.

Bagan 3.1.

Langkah-langkah penelitian dan Pengembangan Sukmadinata (2007: 189)

Berdasarkan langkah-langkah pelaksanaan metode Research and Development yang dikemukakan oleh Borg & Gall (1989) dan langkah-langkah

Studi Pendahuluan

Pengembangan Pengujian

Studi pustaka

Survai lapangan

Pre Test

Perlakuan

Post Test Penyusun

an draf produk

Uji coba terbatas

Uji coba lebih luas


(20)

penelitian dan pengembangan yang dimodifikasi oleh Sukmadinata (2007) tersebut, penulis memfokuskan langkah-langkah penelitian ini pada tiga langkah utama sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata yakni studi pendahuluan, uji coba terbatas, dan uji coba lebih luas. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini diuraikan pada bagian prosedur penelitian pada bahasan selanjutnya.

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

Hasil pengembangan model peer feddback ini diproyeksikan untuk menjadi alternatif model pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia. Agar hasil yang diperoleh representatif dan akhirnya dapat digunakan di SMA/MA manapun, serta mengingat ketebatasan sarana dan prasarana tersebut maka lokasi penelitian dilaksanakan pada SMA/MA di Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Riau.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan siswa kelas XI SMA/MA di Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Riau dan terhadap populasi itu dilakukan simple random sampling. Penetapan sampel dilakukan sebagai berikut:

1. Dalam studi pendahuluan, siswa dan guru Bahasa Indonesia kelas XI di SMA/MA di Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Riau dijadikan subjek penelitian dalam rangka memperoleh profil yang menggambarkan proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang selama ini dilaksanakan. Penetapan tersebut dilakukan dengan cara pengambilan sampel acak sebanyak empat


(21)

60

sekolah yang terdiri dari empat guru Bahasa Indonesia dan 120 siswa kelas XI.

Tabel 3.1.

Daftar Subjek Penelitian pada Studi Pendahuluan

No Sekolah Alamat

1. SMA Negeri 1 Selatbaru

2. SMA Negeri 2 Pambang

3. MA Miftahul Ulum Bantan Air

4. MA Nurul Hidayah Bantan Tua

2. Dari empat sekolah yang dijadikan subjek penelitian studi pendahuluan, dilakukan penetapan satu sekolah yang akan dijadikan subyek penelitian pengembangan yakni tempat dilakukannya uji coba terbatas model pembelajaran peer feedback. Penetapan tersebut didasarkan pada kemungkinan dapat dilakukannya uji coba artinya tidak ditemui hambatan dari pihak kepala sekolah, dan adanya kemauan dari pihak guru untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran peer feedback. Faktor kerjasama ini dianggap penting, sebab selama proses uji coba dilaksanakan, keterlibatan guru menjadi faktor penentu keberhasilan. Uji coba terbatas dilakukan pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Bantan Kabupaten Bengkalis sebanyak 36 siswa.

3. Setelah proses uji coba terbatas, dilakukan uji coba lebih luas. Penetapan sampel dilakukan atas dasar perbedaan peringkat sekolah berdasarkan kategori sekolah baik, sedang, dan rendah dan jenjang kelas adalah kelas XI SMA. Dasar kategori sekolah diambil atas informasi yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis tahun 2010 tentang klasifikasi SMA/MA di Kabupaten Bengkalis tahun 2009. Berdasarkan penetapan


(22)

dengan cara tersebut diperoleh subjek penelitian seperti tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 3.2.

Daftar Sekolah yang Diteliti pada Uji Lebih Luas

No Sekolah Guru Siswa Keterangan

1 SMA Negeri 2 Pambang 1 30 Tinggi

2 MA Miftahul Ulum Bantan Air 1 30 Sedang 3 MA Nurul Hidayah Bantan Tua 1 30 Rendah

Jumlah 3 90

C. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh dan mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah lembar observasi, tes, angket.

a. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk melihat secara langsung aktivitas dan kinerja guru dan menilai aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Instrumen observasi aktivitas siswa merupakan instrumen observasi yang berfungsi untuk mengamati kegiatan siswa selama penelitian berlangsung untuk mengetahui dampak pelaksanaan tindakan dan respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan, dan instrumen observasi aktivitas guru berfungsi untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran.

Instrumen lembar observasi berbentuk check list artinya observer hanya memberikan tanda cek (V) jika kriteria yang dimaksud dalam daftar cek (format observasi) ditunjukkan siswa. Sedangkan instrumen observasi aktivitas guru dan


(23)

62

siswa, selain memuat daftar cek, juga terdapat kolom keterangan yang ditujukan untuk memuat saran-saran observer atau kekurangan-kekurangan aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran yang tidak termuat dalam daftar cek.

b. Angket

Angket yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa daftar pertanyaan yang ditujukan kepada guru dan siswa untuk melihat kondisi guru, siswa, dan fasilitas dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dilaksanakan pada SMA/MA di Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Riau. Adapun penggunaan angket ini dilakukan pada saat studi pendahuluan.

c. Tes

Nurgiyantoro (2010: 105) mengungkapkan bahwa: “Tes adalah salah satu bentuk pengukuran, dan tes hanyalah merupakan salah salah satu cara untuk mendapatkan informasi kompetensi, pengetahuan, dan keterampilan tentang peserta didik”. Selanjutnya Hamid Hasan, S. (2008: 20) mengungkapkan bahwa “Tes adalah alat pengumpul data yang dirancang secara khusus dan dilaksanakan secara khusus pula.”. Lebih lanjut juga dikemukakan bahwa: “Apabila data dikumpulkan melalui tes maka tes tersebut dikembangkan berdasarkan sifat data yang diperlukan, teori dan prinsip pengukuran yang berkenaan dengan sifat data”. Tes yang dimaksudkan disini adalah serentetan pertanyaan yang disesuaikan dengan indikator dari variabel penelitian untuk mengukur kemampuan yang dimiliki setiap siswa.


(24)

Data kemampuan awal siswa diperoleh dengan memberikan pretes (pre-test) sedangkan data hasil belajar siswa setelah dilakukannya pembelajaran diperoleh dengan menggunakan postes (post-test). Alat tes yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa tes tertulis dalam bentuk uraian yang disusun merujuk pada setiap indikator yang dikembangkan yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Item-item soal (tes) yang telah tersusun kemudian di validasi dengan cara meminta pendapat ahli (judgment expert) kepada para ahli dalam hal ini adalah dua dosen pembimbing. Setelah meminta pendapat ahli mengenai validasi tes kemudian tes tersebut digunakan pada saat dilakukan uji terbatas dan uji lebih luas.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pada tahap studi pendahuluan, data yang terkumpul dengan menggunakan angket (untuk guru dan siswa) ditabulasi kemudian dicari frekuensinya untuk kemudian dihitung prosentasenya. Pada tahap ini data dideskripsikan untuk mendapatkan gambaran mengenai pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sehingga diperoleh gambaran kecenderungan umum tentang pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA/MA di Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Riau. Dengan analisis seperti itu diharapkan juga ditemukan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran Bahasa Indonesia terutama dalam meningkatkan keterampilan menulis siswa.


(25)

64

2. Pada tahap uji terbatas, data dikumpulkan dengan menggunakan desain RPP yang di dalamnya dituangkan pedoman observasi untuk melihat penilaian proses pada pelaksanaan pembelajaran. Hasil yang diperoleh kemudian didiskusikan kepada guru untuk dikembangkan pada siklus berikutnya sehingga ditemukan desain final untuk model pembelajaran peer feedback. Data yang terkumpul juga berupa hasil pretes dan postes siswa. Data ini kemudian diolah menggunakan statistik uji-t dengan alat bantu SPSS versi 18 untuk melihat perbedaan setiap siklus.

3. Pada tahap uji lebih luas, model pembelajaran yang telah final pada uji terbatas dilakukan pengujian kepada tiga sekolah. Data yang dikumpulkan berupa data hasil pretes dan postes siswa. Data tersebut kemudian diolah menggunakan statistik uji-t dengan alat bantu SPSS versi 18 untuk mengetahui efektivitas dari model pembelajaran yang telah dikembangkan.

Tabel 3.3.

Kisi-Kisi Angket pada Studi Pendahuluan Aspek

yang Diteliti

Sub Aspek Butir

Soal Sumber Data Teknik Pengumpulan Data 1. Guru A. Identitas Diri

B. Karakteristik Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia C. Profil Pembelajaran Bahasa

Indonesia Saat Ini D. Ketersediaan Sarana dan

Prasarana Sekolah

1 – 5 6 – 9 10 – 21 22 – 25

Guru Angket

2. Siswa A. Identitas Diri

B. Kondisi dan Aktivitas Belajar Siswa

1 – 2 3 – 8

Siswa Angket

Sedangkan penyusunan instrumen penilaian keterampilan menulis proposal kegitan dibuat kisi-kisi sendiri. Hal itu dilakukan karena dalam penilaian


(26)

aspek ini digunakan bentuk instrumen yang berbeda dan ingin mengambarkan sub-sub aspek yang diteliti secara lebih rinci. Kisi-kisi penyusunan instrumen penilaian keterampilan menulis proposal kegiatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.4.

Kisi-kisi Instrumen Penilaian Keterampilan Menulis Proposal Kegiatan

Aspek yang Dinilai Jenis Kegiatan Sumber

Data

Teknik Pengumpulan

Data 1. Kelengkapan unsur/

bagian-bagian

proposal (sistematika)

• Diskusi kelompok

• Kerja kelompok Siswa Observasi berbentuk skala 2. Penggunaan ejaan dan

tanda baca

• Diskusi kelompok • Kerja kelompok

Siswa Observasi berbentuk skala 3. Pilihan kata • Diskusi kelompok

• Kerja kelompok

Siswa Observasi berbentuk skala 4. Penyusunan kalimat

(koherensi dan Kohesi)

• Diskusi kelompok • Kerja kelompok

Siswa Observasi berbentuk skala 5. Kesesuaian tiap unsur • Diskusi kelompok

• Kerja kelompok

Siswa Observasi berbentuk skala 6. Sistematika penulisan • Diskusi kelompok

• Kerja kelompok

Siswa Observasi berbentuk skala 7. Kerapian dan

kebersihan tulisan

• Diskusi kelompok • Kerja kelompok

Siswa Observasi berbentuk skala

E. Prosedur Penelitian

Berdasarkan langkah-langkah pelaksanaan metode Research and Development yang dikemukakan oleh Borg & Gall (1989) dan langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang dimodifikasi oleh Sukmadinata (2007) tersebut, penulis memfokuskan langkah-langkah penelitian ini pada tiga langkah


(27)

66

utama sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata yakni studi pendahuluan, uji coba terbatas, dan uji coba lebih luas. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Studi Pendahuluan

Studi Pendahuluan dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk lebih mengetahui secara mendalam tentang permasalahan pembelajaran Bahasa Indonesia yang selama ini dilakukan guna dijadikan sebagai acuan untuk mengembangkan model pembelajaran yang relevan digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk SMA/MA di Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Riau. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a) Mengkaji teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran peer feedback dengan cara mencari literatur dari berbagai sumber yang relevan serta mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan model peer feedback dengan tujuan untuk menentukan dasar-dasar pengetahuan yang mendukung penelitian yang akan dilaksanakan.

b) Melakukan studi pendahuluan pada empat sekolah yang akan dijadikan subjek penelitian dengan maksud untuk mendapatkan gambaran umum mengenai kondisi pembelajaran Bahasa Indonesia saat ini yang digunakan guru, kondisi belajar siswa serta ketersediaan sarana dan prasarana pendukung yang digunakan sekolah-sekolah (SMA/MA) di Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Riau.

c) Penentuan lokasi pada studi pendahuluan diuraikan pada bagian penentuan sampel dan subyek penelitian pada bahasan sebelumnya.


(28)

2. Pengembangan Model

Pada tahap pengembangan model kegiatan yang dilakukan meliputi: penyusunan draf awal model, uji coba terbatas, dan uji coba lebih luas. Secara rinci kegiatan tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Penyusunan draf awal model

Sebagaimana penyusunan draf model pembelajaran pada umumnya, model pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini difokuskan pada: perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

1) Perencanaan

Berdasarkan pada data hasil kajian literatur dan studi pendahuluan, maka langkah-langkah yang ditempuh untuk merencanakan pengembangan model pembelajaran peer feedback dalam penelitian ini disusun berdasarkan panduan pengembangan pembelajaran Bahasa Indonesia, sebagai berikut:

a) Secara bersama-sama (guru dan peneliti) mempelajari dan memetakan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat pada kurikulum Bahasa Indonesia SMA/MA untuk kelas XI semester II yang memungkinkan untuk dipadukan dengan model pembelajaran peer feedback.

b) Menyusun silabus pembelajaran. Silabus dikembangkan berdasarkan pada berbagai indikator yang telah dipadukan dengan komponen silabus sebagai berikut: SK, KD, indikator, kegiatan pembelajaran, alokasi waktu, penilaian dan sumber belajar.


(29)

68

c) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sebagaimana penyusunan silabus, penyusunan RPP dalam penelitian ini juga dilakukan secara bersama-sama antara peneliti dengan guru bidang studi.

2) Implementasi

Implementasi pembelajaran merupakan tahapan pelaksanaan proses pembelajaran yang telah direncanakan. Kegiatan ini berintikan langkah-langkah atau sintaks dari model pembelajaran yang digunakan, dan di dalamnya tercakup sejumlah metode pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran seperti telah dikemukakan sebelumnya berhubungan erat dengan aspek-aspek atau domain dan kompetensi yang akan dikembangkan. Penentuan metode yang akan digunakan terkait dengan indikator yang akan dicapai serta materi pelajaran yang akan diberikan.

Untuk membantu mempermudah proses pembelajaran atau penguasaan materi pelajaran, penggunaan metode-metode tersebut dilengkapi dengan media dan sumber belajar. Proses pembelajaran yang dilakukan terbagi atas tiga langkah, yaitu: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir atau penutup.

3) Evaluasi

Evaluasi pada tahap ini merupakan tahap penilaian terhadap draf awal model pembelajaran yang telah disusun. Adapun hal-hal yang dievaluasi adalah: a) Komponen-komponen rencana pembelajaran, baik isi maupun rumusannya. b) Kesesuaian antara rencana dengan langkah-langkah implementasi, apakah di


(30)

apakah aktivitas guru sebagai motivator dan fasilitator juga terlihat di dalam rancangan yang telah dibuat.

c) Materi, metode dan prosedur pembelajaran, media dan sumber serta evaluasi pembelajaran. Materi yang dinilai berkaitan dengan keluasan, kedalaman atau tingkat kesukaran serta rincian materi. Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran yang dinilai adalah kesesuaian metode atau kegiatan pembelajaran dengan materi dan kemampuan siswa. Media dan sumber yang dinilai adalah kesesuaian media yang digunakan, sedangkan berkenaan dengan sumber yang dinilai adalah kesesuaian sumber yang digunakan dengan materi yang akan diajarkan.

Adapun desain RPP untuk draf awal pada siklus pertama yang mencakup perencanaan, implementasi, dan evaluasi yang dikembangkan diuraikan sebagai berikut.


(31)

70

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I

(Pertemuan 1)

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Bantan Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas / Semester : XI IPA / II

Standar Kompetensi : Mengungkapkan informasi dalam

bentuk proposal, surat dagang, karangan ilmiah

Kompetensi Dasar : Menulis proposal untuk berbagai keperluan

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit 1. Indikator

a. Siswa mampu menulis latar belakang proposal kegiatan b. Siswa mampu menulis dasar pemikiran proposal kegiatan c. Siswa mampu menulis tujuan proposal kegiatan

2. Materi Pembelajaran

Menulis proposal berbagai keperluan

a. Mengidentifikasi komponen atau unsur-unsur proposal yaitu Latar belakang, dasar pemikiran, dan tujuan.

b. Mengklasifikasi jenis-jenis proposal.

1) Proposal bisnis (proposal pendirian usaha)

2) Proposal proyek (proposal pengajuan dana kepada lembaga donor) 3) Proposal Penelitian (proposal skripsi, tesis, dan desertasi)

4) Proposal kegiatan (proposal kegiatan seminar, pelatihan, dan lomba) c. Menyusun proposal berdasarkan komponen proposal.

3. Metode Pembelajaran

Model pembelajaran Peer Feedback

4. Langkah-langkah Pembelajaran a. Pendahuluan (10 menit)

Guru mengecek kesiapan siswa dalam menerima pelajaran dengan cara: 1) Mengabsensi kehadiran siswa.


(32)

2) Memflashback materi yang telah diberikan terdahulu.

3) Bersama siswa membangun suasana yang kondusif dalam belajar. b. Inti (70 menit)

Waktu 15 menit digunakan untuk:

1) Guru mempersiapkan dan menyampaikan materi. Pada tahapan ini guru melakukan aktivitas:

a) Guru menjelaskan pengertian proposal

b) Guru menjelaskan sistematika proposal kegiatan (latar belakang, landasan pemikiran, dan tujuan proposal)

c) Guru menjelaskan tujuan dan manfaat menulis proposal d) Guru menjelaskan jenis-jenis proposal.

Waktu 20 menit digunakan untuk: 2) Guru menguji pemahaman siswa

Pada tahapan ini dilakukan pretes 1 (soal terlampir). Waktu 5 menit digunakan untuk:

3) Mengelola bentuk kelas

a) Guru secara demokratis memberikan pengarahan kepada siswa untuk membentuk kelompok. Setiap kelompok beranggotakan enam siswa.

b) Guru meminta siswa untuk mengajukan tema-tema proposal kegiatan yang akan dibuat dan setiap kelompok melalui perwakilan kelompok diminta untuk menuliskannya di papan tulis. Waktu 30 menit digunakan untuk:

4) Siswa menulis

a) Pada tahapan ini siswa secara berkelompok diminta membuat proposal kegiatan (latar belakang, landasan pemikiran, dan tujuan proposal) merujuk pada tema proposal yang telah dibagikan/disepakati. Pekerjaan yang dibuat siswa dibuat dua rangkap. Satu rangkap untuk dikumpulkan ke guru dan satu rangkapnya lagi dipegang masing-masing kelompok.


(33)

72

c. Penutup (10 menit)

1) Guru menanyakan kesulitan yang dialami oleh siswa dalam menjalani proses pembelajaran

2) Siswa menjelaskan kesulitannya dalam menyusun proposal 3) Guru bersama siswa menutup kegiatan proses belajar mengajar.

5. Sumber Belajar

a. Susanto, Happy. 2010. Panduan Lengkap Menyusun Proposal. Jakarta Selatan: Visi Media.

b. Keraf, Gorys. 1980. Komposisi. Ende-Flores : Nusa Indah. c. Cahyo, Agus Dwi. 2009. EYD. Surabaya: Terbit Terang. d. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).

6. Penilaian

a. Penilaian hasil : Diperoleh dari penilaian pretes 1.

b. Soal pretes 1 : Judul “Perpisahan siswa Kelas XII dengan keluarga besar SMA Negeri I Bantan tahun 2010/2011”. Berdasarkan judul tersebut buatlah sebuah proposal kegiatan, yaitu: latar belakang, dasar pemikiran, dan tujuan.


(34)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I

(Pertemuan 2)

Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Bantan Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas / Semester : XI IPA / II

Standar Kompetensi : Mengungkapkan informasi dalam

bentuk proposal, surat dagang, karangan ilmiah

Kompetensi Dasar : Menulis proposal untuk berbagai keperluan

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

1. Indikator

a. Siswa mampu menulis latar belakang proposal kegiatan b. Siswa mampu menulis dasar pemikiran proposal kegiatan c. Siswa mampu menulis tujuan proposal kegiatan

2. Materi Pembelajaran

Menulis proposal berbagai keperluan

a. Mengidentifikasi komponen atau unsur-unsur proposal yaitu latar belakang, dasar pemikiran, dan tujuan.

b. Mengklasifikasi jenis-jenis proposal.

1) Proposal bisnis (proposal pendirian usaha)

2) Proposal proyek (proposal pengajuan dana kepada lembaga donor) 3) Proposal Penelitian (proposal skripsi, tesis, dan desertasi)

4) Proposal kegiatan (proposal kegiatan seminar, pelatihan, dan lomba) c. Menyusun proposal berdasarkan komponen proposal.

3. Metode Pembelajaran

Model pembelajaran Peer Feedback 4. Langkah-langkah Pembelajaran

a. Pendahuluan (10 menit)

Guru mengecek kesiapan siswa dalam menerima pelajaran dengan cara: 1) Mengabsensi kehadiran siswa.


(35)

74

2) Memflashback materi yang telah diberikan terdahulu.

3) Bersama siswa membangun suasana yang kondusif dalam belajar. 4) Guru mengkondisikan siswa untuk duduk pada kelompok yang telah

terbentuk pada pertemuan sebelumnya. b. Inti (50 menit)

Waktu 5 menit digunakan untuk:

Guru membagikan hasil pekerjaan siswa yang dikerjakan pada pertemuan pertama kepada kelompok yang berbeda disertai dengan form panduan dalam melakukan peer feedback.

Waktu 10 menit digunakan untuk: 5) Sharing

Guru mempersilakan kepada siswa dengan anggota kelompoknya melakukan sharing terhadap hasil pekerjaan kelompok lain yang telah diterimanya.

Waktu 15 menit digunakan untuk: 6) Peer feedback

a) Pada tahap ini siswa melakukan feedback atas pekerjaan yang diterima kelompoknya merujuk pada form panduan yang telah dibagikan.

b) Siswa secara berkelompok mempersentasikan hasil peer feedbacknya di depan kelas.

c) Guru mempersilakan kepada siswa untuk menyerahkan kembali draf proposal yang sudah diberikan feedback kepada kelompok yang bersangkutan.

Waktu 10 menit digunakan untuk: 7) Revisi

a) Siswa bersama kelompok melakukan revisi kembali proposal yang telah diberikan feedback oleh kelompok yang lain.

b) Siswa menyerahkan kembali hasil kerja kelompoknya kepada guru yang sudah direvisi.


(36)

Waktu 10 menit digunakan untuk: 8) Refleksi

Guru merefleksi hasil kerja yang telah dibuat siswa secara berkelompok untuk dinilai sebagai tugas kelompok 1.

9) Publikasi

Guru mengatakan bahwa hasil kerja kelompok siswa yang dikategorikan baik akan dikumpulkan dan setelah rampung secara keseluruhan draf proposal tersebut akan dipublikasikan pada papan mading.

c. Penutup (30 menit)

1) Waktu 20 menit guru memberikan postes 1 (soal terlampir). Waktu 10 menit digunakan untuk:

2) Guru menanyakan kesulitan yang dialami oleh siswa dalam menjalani proses pembelajaran

3) Siswa menjelaskan kesulitannya dalam menyusun proposal 4) Guru bersama siswa menutup kegiatan proses belajar mengajar.

5. Sumber Belajar

a. Susanto, Happy. 2010. Panduan Lengkap Menyusun Proposal. Jakarta Selatan: Visi Media.

b. Keraf, Gorys. 1980. Komposisi. Ende-Flores : Nusa Indah. c. Cahyo, Agus Dwi. 2009. EYD. Surabaya: Terbit Terang. d. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

6. Penilaian

a. Penilaian proses : Diperoleh dari penilaian tugas kelompok 1. b. Penilaian hasil : Diperoleh dari penilaian postes 1.

c. Soal postes 1 : Judul “Pertandingan antar kelas (class meeting) SMA Negeri I Bantan tahun 2010/2011”. Berdasarkan judul tersebut buatlah sebuah proposal kegiatan, yaitu: latar belakang, dasar pemikiran, dan tujuan.


(37)

76

Secara keseluruhan alur pengembangan rancangan model dalam penelitian ini digambarkan pada bagan dibawah ini.

Bagan 3.2

Alur Pengembangan Model Peer Feedback b. Uji coba terbatas

Langkah selanjutnya setelah draf awal model tersusun adalah melakukan Uji coba terbatas pada sebuah sekolah dengan menggunakan teknik penelitian tindakan kelas (classroom action research). Pelaksanaan model ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: penentuan lokasi pengembangan, penentuan tim pengembang, dan pelaksanaan pengembangan model.

1) Penentuan lokasi pengembangan

Pengembangan model ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bantan Kabupaten Bengkalis Riau. Penentuan sekolah pada saat uji terbatas ini diuraikan pada bagian penentuan sampel dan subyek penelitian pada bahasan sebelumnya.

Studi Literatur

Studi Pendahuluan Draf awal model yang

akan diujicobakan Siklus 1 • Perencanaan • Implementasi • Evaluasi • Refleksi • Revisi Siklus 2 • Perencanaan • Implementasi • Evaluasi • Refleksi • Revisi Siklus 3 • Perencanaan • Implementasi • Evaluasi • Refleksi • Revisi Dst. • Perencanaan • Implementasi • Evaluasi • Refleksi • Revisi Desain Final Model Peer Feedback


(38)

2) Penentuan tim pengembang

Dalam pelaksanaan pengembangan model ini dibentuk tim pengembang yang akan membantu peneliti dalam mengembangkan model pembelajaran peer feedback. Tim ini melibatkan tiga komponen yaitu rombongan siswa kelas XI IPA 1, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mengajar di kelas tersebut, dan peneliti.

3) Pelaksanaan pengembangan model

Pelaksanaan pengembangan model dilakukan dalam beberapa kali siklus sesuai kebutuhan sampai diperoleh model yang dianggap layak dan relevan. Setiap siklus terdiri dari lima tahap yakni: perencanaan, implementasi, evaluasi, refleksi, dan revisi. Selama pelaksanaan uji coba dilakukan pengamatan, mencatat hal-hal penting seperti: kemajuan, kesulitan, hambatan-hambatan yang dialami guru dalam pembelajaran. Dari hasil pengamatan ini kemudian dilakukan refleksi untuk perbaikan model baik terhadap model untuk pokok bahasan yang telah dilaksanakan maupun pada model untuk pokok bahasan berikutnya. Hasil evaluasi proses dan evaluasi hasil pembelajaran juga digunakan sebagai bahan refleksi untuk memperbaiki model sehingga diperoleh model final yang dianggap relevan dan terbaik.

c. Uji coba lebih luas

Uji coba lebih luas dilakukan dengan melibatkan tiga sekolah yaitu tiga rombongan kelas XI (setiap sekolah diambil satu kelas) dan tiga orang guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mengajar pada kelas XI di sekolah yang bersangkutan. Penentuan sekolah yang dijadikan tempat pelaksanaan uji coba


(39)

78

lebih luas diuraikan pada bagian penentuan sampel dan subyek penelitian pada bahasan sebelumnya.

Untuk menyamakan persepsi dan pemahaman, sebelum dilaksanakannya proses uji coba lebih luas terlebih dahulu diadakan pelatihan singkat terhadap guru yang akan bertindak sebagai pengembang model sehingga guru siap melakukan uji coba. Kegiatan yang dilakukan meliputi: menyempurnakan pemetaan materi, menyempurnakan silabus, membuat RPP, menyiapkan media yang diperlukan dan melengkapi buku sumber, dan menyiapkan kegiatan dan alat evaluasi. Saat pertemuan dan berdiskusi tersebut dikemukakan prinsip dan langkah-langkah pembelajaran dengan model peer feedback serta temuan-temuan lapangan dan pengalaman yang diperoleh pada saat uji coba terbatas baik yang berkenaan dengan kegiatan guru maupun siswa. Dengan persiapan yang cukup memadai berupa penyusunan RPP yang mapan para guru kemudian melaksanakan uji coba. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran di kelas tidak mengalami kesulitan yang berarti.

Implementasi model pembelajaran peer feedbeck pada uji coba lebih luas dilakukan sebanyak tiga pertemuan. Materi yang digunakan pada uji coba luas sama dengan materi pada saat dilakukan uji coba terbatas tetapi dalam hal implementasi model jika pada uji coba terbatas setelah adanya evaluasi terhadap implementasi model, kemudian diadakan refleksi dan revisi model, maka dalam uji coba lebih luas hal tersebut tidak dilakukan, mengingat model yang diimplementasikan pada uji coba lebih luas adalah model final yang merupakan hasil dari beberapa revisi pada uji coba terbatas.


(40)

186 BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, selanjutnya dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:

Program pembelajaran untuk menumbuhkan keterampilan menulis di SMA Negeri I Bantan Kabupaten Bengkalis yang berlangsung saat ini lebih menekankan pada metode yang bersifat konvensional, lebih menekankan pada teori. Hal ini disebabkan karena guru belum menemukan metode yang tepat untuk melakukan pembelajaran dalam mengembangkan indikator pembelajaran keterampilan menulis. Proses pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menulis yang dilakukan latihan menulis hanya berpatokan pada buku Lembar Kerja Siswa (LKS). Guru masih belum dapat mengimplementasikan program pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran untuk menumbuhkan keterampilan menulis kurang mendapat dukungan dari semua majelis guru untuk mengembangkan minat terhadap keterampilan menulis siswa.

Penelitian yang dilakukan telah menghasilkan sebuah model pembelajaran yang dipandang dapat menumbuhkan keterampilan menulis yaitu model pembelajaran peer feedback yang telah dimodifikasi. Desain model yang dikembangkan terdiri dari (1) apersepsi, (2) motivasi, (3) menyampaikan materi, (4) menguji pemahaman siswa, (5) mengelola pembentukan kelas, (6) siswa menulis, (7) sharing, (8) feedback, (9) revisi, (10) refleksi dan (11) publikasi hasil


(41)

187

kerja siswa. Desain model peer feedback bertitik tolak pada silabus (kurikulum) yang berdasarkan dari SK dan KD yang disesuaikan dengan tema dan sub tema yang dibahas. Serta memperhatikan tingkat kedalaman pengetahuan siswa didik. Prosedur model pembelajaran yang terdiri atas 11 langkah tersebut berfokus pada aktivitas siswa. Kesebelas langkah ini merupakan prosedur pembelajaran dengan berbagai variasi metode yang disesuaikan dengan tema. Metode yang digunakan adalah metode yang mengaktifkan seluruh siswa dalam pembelajaran dan melibatkan keterampilan menulis secara individual. Media yang digunakan adalah media yang tersedia di lingkungan sekolah. Untuk media buku bacaan selain yang tersedia di sekolah juga yang dimiliki oleh guru maupun siswa. Evaluasi pembelajaran adalah evaluasi proses yang dilakukan selama proses pembelajaran melalui observasi guru untuk keterampilan menulis dan evaluasi hasil karya siswa.

Implementasi adalah realisasi dari perencanaan pembelajaran. Pelaksanaan model yang dikembangkan terdiri dari sebelas langkah mulai dari pembuka pembelajaran, aktivitas siswa sebagai kegiatan utama dari proses pembelajaran.

Evaluasi yang dikembangkan dalam model pembelajaran ini adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil. Untuk menilai perkembangan siswa dalam keterampilan menulis, penilaian yang dilakukan oleh guru adalah penilaian proses melalui pengamatan terhadap aktifitas, penampilan hasil karya keterampilan siswa selama pembelajaran berlangsung. Untuk menilai perkembangan keterampilan menulis siswa dinilai dari hasil karya mereka yang terintegrasi dalam produk yang dibuat.


(42)

Dalam penilaian, guru menilai melalui hasil karya dengan menggunakan instrumen skor yang akan diterjemahkan dalam skala tertentu. Hal-hal yang dievaluasi oleh guru ketika pembelajaran berlangsung meliputi keterampilan siswa sesuai dengan indikator yang ditetapkan dalam keterampilan menulis.

Model pembelajaran yang dikembangkan telah terbukti secara nyata dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa. Dari hasil uji coba terbatas dan uji coba luas yang dilakukan pada tiga sekolah ditemukan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil penilaian observasi dan hasil karya siswa didik di awal dengan hasil akhir. Nilai rata-rata hasil penilaian melalui observasi keterampilan menulis siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran peer feedback mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan nilai rata-rata sebelum dilakukan model pembelajaran. Kesimpulan tersebut didukung oleh hasil analisa statistik terhadap keseluruhan nilai keterampilan menulis selama uji coba baik terbatas maupun lebih luas yang diperoleh t hitung lebih besar dari t tabel pada setiap pengujian.

B. Rekomendasi

Berdasarkan simpulan di atas, diberikan beberapa rekomendasi untuk berbagai pihak yang berkepentingan terhadap hasil penelitian ini yaitu:

1. Bagi guru

Peningkatan mutu pembelajaran untuk menumbuhkan keterampilan berbahasa khususnya pada keterampilan menulis sudah seyogyanya menjadi perhatian para praktisi, khususnya guru sebagai implementer kurikulum di


(43)

189

sekolah. Pengembangan model pembelajran peer feedback dapat menjadi salah satu alternatif perbaikan mutu pada pembelajaran keterampilan berbahasa khususnya pada keterampilan menulis.

Model pembelajaran ini pada dasarnya bisa mengurangi kejenuhan para guru dalam menghabiskan sebagian besar waktu mengajarnya untuk menyampaikan materi secara klasikal dengan mengganti peran guru menjadi fasilitator pembelajaran sehingga siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran. Perubahan cara pandang terhadap siswa harus dilakukan dari siswa sebagai objek belajar menjadi subjek belajar yang mempunyai kemampuan untuk berperan aktif dalam proses belajarnya.

Model pembelajaran ini dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan bagi siswa, terutama ketika siswa mau menciptakan hasil karya sendiri, memberi nama terhadap karya yang dihasilkan serta menumbuhkan rasa tanggung jawab dan percaya diri terhadap kemampuannya. Selain itu dengan model pembelajaran peer feedback dapat membangkitkan motivasi siswa untuk belajar.

Model pembelajaran ini telah terbukti mampu meningkatkan keterampilan menulis siswa sehingga mampu memberikan pencerahan kepada guru dalam mencapai sasaran dalam pengembangan aspek keterampilan berbahasa khususnya pada keterampilan menulis.


(44)

2. Bagi peneliti yang akan datang.

Penelitian dan pengembangan ini dilakukan terbatas hanya pada tingkat kecamatan di Kabupaten Bengkalis. Untuk itu direkomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dan pengembangan pada tingkat Kabupaten. Diharapkan hal ini akan mampu memberikan gambaran yang lebih komprehensif perbandingan keunggulannya dari segi peningkatan keterampilan menulis.

Penelitian ini terbatas pada upaya meningkatkan keterampilan menulis melalui model peer feedback sehingga direkomendasikan bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan model ini untuk meningkatkan aspek berbahasa yang lainnya yaitu membaca, menyimak dan berbicara disesuaikan dengan kondisi objektif, terutama pada kemampuan guru dan siswa.

Penelitian dan pengembangan ini dilakukan di Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis Riau. Tidak menutup kemungkinan para mahasiswa, pemerhati, lembaga pendidikan dan penelitian tertentu banyak melibatkan institusi SMA dalam berbagai penelitian. Untuk itu direkomendasikan kepada para peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dan pengembangan yang lebih luas, melalui beragam penelitian sehingga dapat dibandingkan hasil penelitian tersebut dengan penelitian ini.

3. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis

Penelitian dan pengembangan ini telah secara nyata mampu mengubah suasana pembelajaran antara guru dan siswa, metode pembelajaran yang lebih


(45)

191

bersifat interaktif yang menempatkan anak didik sebagai subjek belajar. Dinas Pendidikan di Kabupaten Bengkalis diharapkan mampu menjadi motivator bagi para guru dalam mengembangkan kemampuannya mengaktifkan para anak didik dalam proses pembelajaran melalui diadakannya berbagai seminar, workshop, dan lokakarya yang relevan.

Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis juga dapat bekerjasama dengan para pengawas yang ada dalam melakukan pembinaan dan monitoring pembelajaran sehingga mampu memberikan pencerahan dan arahan bagi para guru di lapangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang tidak hanya berorientasi pada hasil tetapi juga pada proses.

Penelitian dan pengembangan ini lebih memfokuskan pada keterampilan menulis dengan harapan pada siswa akan mampu meningkatkan keterampilan menulis yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Kemampuan keterampilan menulis akan direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu direkomendasikan pada pihak terkait khususnya pada institusi pemerintah maupun swasta untuk lebih memperhatikan kreteria ataupun aturan yang baku.

4. Bagi Lembaga Pendidikan Guru

Penelitian dan pengembangan ini pada dasarnya berimbas pada guru sebagai salah satu elemen penting dalam proses pembelajaran di SMA. Paradigma proses pembelajaran di SMA yang selama ini dipraktikkan oleh guru dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menulis harus mulai berbenah untuk mengikuti perkembangan. Untuk itu peran lembaga pendidikan guru


(46)

sebagai lembaga yang pertama kali menanamkan dasar-dasar dalam pengembangan guru sebagai pendidik perlu memperkenalkan guru pada inovasi-inovasi baru dalam dunia pendidikan. Selain itu calon guru perlu mendapatkan materi yang berhubungan dengan kreatifitas dalam pembelajaran agar ketika terjun sebagai guru akan menjadi guru yang profesional.


(47)

193

DAFTAR PUSTAKA

A.Chedar Alwasilah dan Senny. 2005. Pokoknya Menulis. Bandung: Yrama Widya.

Akhadiah, Sabarti. 2003. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Alwasilah. 2001. Language, Culture, and Education a Portrait of. Contemporary Indonesia. Bandung: Balai Bahasa dan Seni Press. (Online)

repository.upi.edu/operator/upload/s_ing_0606698_bibliography.pdf

Arends .1997. Model Pembelajaran Cooperative. (Online).

http://www.docstoc.com/docs/downloadDoc.aspx?doc_id=16101609.

Bandono. 2011. Pengembangan Bahan Ajar. (Online). http://bandono.web.id/2009/04/02/pengembangan-bahan-ajar.php. (28 Juni 2011).

Berne, Jennifer. 2009. The Writing Rich High School Classroom. New York London: The Guilford Press

Borg, W.R.&Gall, M.D. (1989). Educational Research: An Introduction . NewYork & London: Longman, Inc

Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dewey, John. 1998. Pragmatis : Filsafat Bertindak. (Online) http://seniindonesia.multiply.com/journal/item/7/pendidikan Indonesia harus penya nilai pragmatis John Dewy

Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis. 2010. Data Jumlah Siswa SMA/MA. Bidang PSMAK. Tahun Pelajaran 2010/2011.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP), Kurikulum Sekolah Menengah Umum 1994, Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Dilworth, J.B. 1992. Operations Management: Design, Planing and Control for Manufacturing Services. New York: McGraw-Hill, Inc.


(48)

Djamarah, S.B.dan Zain. A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2008. Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Hamid Hasan, S. (2008). Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hui Chin Lin, Grace. 2009. An Investigation of Effektiveness Priends Comment. [

Online ]. http://www.eric.ed.gov/PDFS/ED506179.pdf. 5 April 20011 Hasnun. A. 2004. Pedoman dan Petunjuk Membuat Karya Tulis. Yogyakarta:

Absolut.

Inderawati, Rita. 2001. Respon Nonverbal dan Verbal dalam Pembelajaran Sastra. Disertasi. Bandung: Tidak dipublikasikan.

Jacobs, George. 2008. Kesalahan Koreksi dalam Peer Feedback. (Online) http://rel.sagepub.com

Joyce. B, Weil. M dan Calhoun. E. 2009. Model-Model Pengajaran (Terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kamimura, Taeko. 2006. Effects of Peer Feedback on EFL Student Writers at Different Levels of English Proficiency: A. Japanese Context. Tesl Canada Journal.

Keraf. 1985. Agumentasi dan Narasi. Ende Flores. Nusa Indah.

Kurt and Atay. 2007. The Effects of Peer Feedback on the Writing Anxiety of Propective Turkish Teacher of EFL. Journal of Theory and Practice in Education.

Mafrukhi. 2006. Kompeten Berbahasa Indonesia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Maharahimin. I. 2009. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya.

Mandviwalla, Munir. 1995. Colaborative Writing Sebagai Proses Pembentukan Memori. (Online). http://wacgmu.edu/supporting/ tip_sheet_ collaboration. pdf. Tgl 25 Juni 2011.

Mahfuddin. 2010. Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Pengembangannya. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.


(49)

195

Manis, Hoeda. 2009. Panduan Menulis dan Menyusun Proposal. Urabaya: Indah Surabaya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penelitian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Pardosi, Ishak. 2011. Jurus Jitu Menyusun Proposal. Jakarta: Raih Asia Sukses. Prawiradilaga, D.S. 2009. Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Prenada Group.

Priyonggo dan Ambang Fanani. 2004. Kiat Membuat Proposal. Yogyakarta: Diglossia.

Tilaar. 1990. Pendidikan dalam Pembagunan Nasional Menyosong Abab XXI. Jakarta : Balai Pustaka.

Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada Rajawali Pers.

Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponegoro.

Sanjaya, W. 2007. Kajian Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

__________. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Kencana Prenada Group.

__________. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Kencana Prenada Group.

Santoso, S. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Semi, M.Atar. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa. Sudirman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada Rajawali Pers.


(50)

Suherli. 2002. Pengembangan Model Literal Dalam Meningkatkan Pembelajaran Menulis. Desertasi, tidak dipublikasikan. Bandung: Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia.

Sukmadinata, N.S. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruksitivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Suriamiharja, Dkk. 1997. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Departemen Pendidikan Kebudayaan.

Suroso. 2007. Panduan Menulis Artikel & Jurnal. Yogyakarta: Pararaton.

Susanto, Happy. 2010. Panduan Lengkap Menyusun Proposal. Jakarta: Visi Media.

Syamsuddin, dkk. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tarigan, H.G. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Bahasa. Bandung: Angkasa.

Trianto.2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Yi-Chia A, Lin. 2009. An examination of teacher feedback, face-to-face peer feedback, and Google Documents peer feedback in Taiwanese EFL college students' writing. (Online). http://gradworks.umi.com/33/60/3360682.html.

Tgl. 26 Juni 2011.

Wati, Sakdiah. 2006. Penerapan model dalam Meningkatkan Kreativitas Menulis. Disertasi. Bandung: Tidak dipublikasikan.


(1)

bersifat interaktif yang menempatkan anak didik sebagai subjek belajar. Dinas Pendidikan di Kabupaten Bengkalis diharapkan mampu menjadi motivator bagi para guru dalam mengembangkan kemampuannya mengaktifkan para anak didik dalam proses pembelajaran melalui diadakannya berbagai seminar, workshop, dan lokakarya yang relevan.

Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis juga dapat bekerjasama dengan para pengawas yang ada dalam melakukan pembinaan dan monitoring pembelajaran sehingga mampu memberikan pencerahan dan arahan bagi para guru di lapangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang tidak hanya berorientasi pada hasil tetapi juga pada proses.

Penelitian dan pengembangan ini lebih memfokuskan pada keterampilan menulis dengan harapan pada siswa akan mampu meningkatkan keterampilan menulis yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Kemampuan keterampilan menulis akan direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu direkomendasikan pada pihak terkait khususnya pada institusi pemerintah maupun swasta untuk lebih memperhatikan kreteria ataupun aturan yang baku.

4. Bagi Lembaga Pendidikan Guru

Penelitian dan pengembangan ini pada dasarnya berimbas pada guru sebagai salah satu elemen penting dalam proses pembelajaran di SMA. Paradigma proses pembelajaran di SMA yang selama ini dipraktikkan oleh guru dalam pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menulis harus mulai berbenah untuk mengikuti perkembangan. Untuk itu peran lembaga pendidikan guru


(2)

192

sebagai lembaga yang pertama kali menanamkan dasar-dasar dalam pengembangan guru sebagai pendidik perlu memperkenalkan guru pada inovasi-inovasi baru dalam dunia pendidikan. Selain itu calon guru perlu mendapatkan materi yang berhubungan dengan kreatifitas dalam pembelajaran agar ketika terjun sebagai guru akan menjadi guru yang profesional.


(3)

193

DAFTAR PUSTAKA

A.Chedar Alwasilah dan Senny. 2005. Pokoknya Menulis. Bandung: Yrama Widya.

Akhadiah, Sabarti. 2003. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Alwasilah. 2001. Language, Culture, and Education a Portrait of. Contemporary Indonesia. Bandung: Balai Bahasa dan Seni Press. (Online)

repository.upi.edu/operator/upload/s_ing_0606698_bibliography.pdf

Arends .1997. Model Pembelajaran Cooperative. (Online).

http://www.docstoc.com/docs/downloadDoc.aspx?doc_id=16101609.

Bandono. 2011. Pengembangan Bahan Ajar. (Online).

http://bandono.web.id/2009/04/02/pengembangan-bahan-ajar.php. (28 Juni

2011).

Berne, Jennifer. 2009. The Writing Rich High School Classroom. New York London: The Guilford Press

Borg, W.R.&Gall, M.D. (1989). Educational Research: An Introduction . NewYork & London: Longman, Inc

Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dewey, John. 1998. Pragmatis : Filsafat Bertindak. (Online)

http://seniindonesia.multiply.com/journal/item/7/pendidikan Indonesia harus

penya nilai pragmatis John Dewy

Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis. 2010. Data Jumlah Siswa SMA/MA. Bidang PSMAK. Tahun Pelajaran 2010/2011.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP), Kurikulum Sekolah Menengah Umum 1994, Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Dilworth, J.B. 1992. Operations Management: Design, Planing and Control for Manufacturing Services. New York: McGraw-Hill, Inc.


(4)

194

Djamarah, S.B.dan Zain. A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2008. Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Hamid Hasan, S. (2008). Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hui Chin Lin, Grace. 2009. An Investigation of Effektiveness Priends Comment. [

Online ]. http://www.eric.ed.gov/PDFS/ED506179.pdf. 5 April 20011 Hasnun. A. 2004. Pedoman dan Petunjuk Membuat Karya Tulis. Yogyakarta:

Absolut.

Inderawati, Rita. 2001. Respon Nonverbal dan Verbal dalam Pembelajaran Sastra. Disertasi. Bandung: Tidak dipublikasikan.

Jacobs, George. 2008. Kesalahan Koreksi dalam Peer Feedback. (Online) http://rel.sagepub.com

Joyce. B, Weil. M dan Calhoun. E. 2009. Model-Model Pengajaran (Terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kamimura, Taeko. 2006. Effects of Peer Feedback on EFL Student Writers at Different Levels of English Proficiency: A. Japanese Context. Tesl Canada Journal.

Keraf. 1985. Agumentasi dan Narasi. Ende Flores. Nusa Indah.

Kurt and Atay. 2007. The Effects of Peer Feedback on the Writing Anxiety of Propective Turkish Teacher of EFL. Journal of Theory and Practice in Education.

Mafrukhi. 2006. Kompeten Berbahasa Indonesia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Maharahimin. I. 2009. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya.

Mandviwalla, Munir. 1995. Colaborative Writing Sebagai Proses Pembentukan Memori. (Online). http://wacgmu.edu/supporting/ tip_sheet_ collaboration. pdf. Tgl 25 Juni 2011.

Mahfuddin. 2010. Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Pengembangannya. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.


(5)

Manis, Hoeda. 2009. Panduan Menulis dan Menyusun Proposal. Urabaya: Indah Surabaya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penelitian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Pardosi, Ishak. 2011. Jurus Jitu Menyusun Proposal. Jakarta: Raih Asia Sukses. Prawiradilaga, D.S. 2009. Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Prenada Group.

Priyonggo dan Ambang Fanani. 2004. Kiat Membuat Proposal. Yogyakarta: Diglossia.

Tilaar. 1990. Pendidikan dalam Pembagunan Nasional Menyosong Abab XXI. Jakarta : Balai Pustaka.

Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada Rajawali Pers.

Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponegoro.

Sanjaya, W. 2007. Kajian Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

__________. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Kencana Prenada Group.

__________. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Kencana Prenada Group.

Santoso, S. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Semi, M.Atar. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa. Sudirman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada Rajawali Pers.


(6)

196

Suherli. 2002. Pengembangan Model Literal Dalam Meningkatkan Pembelajaran Menulis. Desertasi, tidak dipublikasikan. Bandung: Sekolah Pascasarjana. Universitas Pendidikan Indonesia.

Sukmadinata, N.S. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruksitivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Suriamiharja, Dkk. 1997. Petunjuk Praktis Menulis. Jakarta: Departemen Pendidikan Kebudayaan.

Suroso. 2007. Panduan Menulis Artikel & Jurnal. Yogyakarta: Pararaton.

Susanto, Happy. 2010. Panduan Lengkap Menyusun Proposal. Jakarta: Visi Media.

Syamsuddin, dkk. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tarigan, H.G. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Bahasa. Bandung: Angkasa.

Trianto.2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Yi-Chia A, Lin. 2009. An examination of teacher feedback, face-to-face peer feedback, and Google Documents peer feedback in Taiwanese EFL college students' writing. (Online). http://gradworks.umi.com/33/60/3360682.html.

Tgl. 26 Juni 2011.

Wati, Sakdiah. 2006. Penerapan model dalam Meningkatkan Kreativitas Menulis. Disertasi. Bandung: Tidak dipublikasikan.