UPAYA PENINGKATAN MUTU CLAY SHALE SEBAGAI BAHAN TIMBUNAN JALAN DENGAN LIMBAH MARMER.

(1)

UPAYA PENINGKATAN MUTU CLAY SHALE SEBAGAI

BAHAN TIMBUNAN JALAN DENGAN LIMBAH MARMER

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Sipil

Oleh

DEWI CAHYA OKVITASARI 0805824

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

ABSTRAK

UPAYA PENINGKATAN MUTU CLAY SHALE SEBAGAI BAHAN TIMBUNAN JALAN DENGAN LIMBAH MARMER

Dewi Cahya Okvitasari 0805824

Riwayat clay shale dikenal banyak menimbulkan masalah pada bidang geoteknik. Hal ini dikarenakan pengaruh cuaca dan air yang dapat mengubah sifat teknis clay shale dari batuan menjadi tanah. Oleh karena itu clay shale mudah mengalami penurunan durabilitas apabila adanya kontak langsung dengan udara dan air. Tugas akhir ini bertujuan meneliti durabilitas clay shale pada kondisi terganggu, sebagai rekomendasi bahan timbunan setelah dilakukan perlakuan dengan limbah marmer.

Penelitian dilakukan di laboratorium dengan beberapa metode pengujian seperti pengujian karakteristik material ( kadar air alami, batas-batas Atterberg, analisis hidrologi, dan uji berat jenis), pengujian slake durability, pengujian pemadatan, dan pengujian CBR (California Bearing Ratio).

Hasil pengujian karakteristik material didapat bahwa shale yang diteliti memiliki kandungan butiran yang berdominan lempung, jenis material termasuk kedalam klasifikasi CL (clay low plasticity) dan keadaan shale yang kering pada kondisi alami. Hasil pengujian slake durability membuktikan bahwa shale termasuk kedalam klasifikasi clay shale yang tidak/belum melapuk. Pengujian CBR dilakukan secara terendam dan tidak terendam. Dimana pada kondisi tidak terendam, limbah marmer dapat menurunkan durabilitasnya. Sementara pada kondisi terendam terjadi reaksi kimia antara partikel limbah marmer dengan clay shale sehingga memberikan pengaruh terhadap peningkatan daya dukung clay shale. Pada kondisi tidak terendam daya dukung clay shale menunjukan hasil yang kuat, tetapi ketika terjadi proses perendaman durabilitas clay shale secara signifikan menurun. Oleh sebab itu pencampuran limbah marmer yang efektif dibutuhkan untuk menstabilisasi clay shale

pada kondisi terburuk.


(3)

(4)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... ….. i

KATA PENGANTAR ... ….. ii

UCAPAN TERIMAKASIH... ….. iv

DAFTAR ISI ... ….. vi

DAFTAR GAMBAR ... ….. viii

DAFTAR TABEL ... ….. ix

BAB I PENDAHULUAN ... ….. 1

A.Latar Belakang ... ….. 1

B. Identifikasidan Perumusan masalah ... ….. 4

C.Perumusan dan Pembatasan Masalah ... ….. 4

D.Tujuan Penelitian ... ….. 5

E. Metode Penelitian ... ….. 6

F. Manfaat Penelitian ... ….. 6

G.Sistematika Penulisan ... ….. 7

BAB IIKAJIAN PUSTAKA ... ….. 8

A.Sejarah Pembentukan Clay Shale ... ….. 8

1. Batuan Sedimen Klastik(Clastic) ... ….. 9

2. Pengertian Shale... ….. 10

3. Perbedaan Clay dengan Clay Shale ... ….. 12

4. Karakteristik Clay Shale ... ….. 12

5. Perbedaan Clay dengan Clay Shale ... ….. 12

B. Identifikasi Clay Shale di Lapangan ... ….. 14

C.Klasifikasi Clay Shale... ….. 15

1. Klasifikasi secara Ilmu Geologi ... ….. 15

2. Klasifikasi secara Ilmu Geoteknik ... ….. 17

D.Pengertian Limbah Marmer ... ….. 19

E. Uji Laboratorium ... ….. 21

1. Kadar Air (Water Content) ... ….. 22

2. Batas-batas Atterberg (Atterberg Limit) ... ….. 22

3. Berat Jenis(Spesific Gravity) ... ….. 25

4. Hidrometer(Hydrometer Analysis)... ….. 26

5. Pengujian Slake Durability ... ….. 27

6. Pengujian Percobaan Pemadatan(Modified Compaction Test) .... ….. 30

7. CBR(California Bearing Ratio) ... ….. 33

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN ... ….. 36

A.Alur Penelitian ... ….. 36

B. Prosedur Penelitian Laboratorium ... ….. 37

1. Uji Kaidah Fisik Tanah (Index Properties) ... ….. 37


(5)

b. Pengujian Batas Cair (Liquid Limits) ... ….. 40

c. Pengujian Batas Plastis (Plastis Limits) ... ….. 43

d. Pengujian Berat Jenis (Spesific Gravity) ... ….. 44

e. Pengujian Analisis Hidrometer ... ….. 47

2. Pengujian Pemadatan (Compaction Test) ... ….. 54

3. Pengujian CBR (California Bearing Ratio) ... ….. 58

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... ….. 62

A.Hasil Penelitian ... ….. 63

1. Data Hasil Pengujian Index Properties ... ….. 63

2. Data Hasil Pengujian Slake Durability ... … 68

3. Data Hasil Pengujian Kompaksi untuk Clay Shale... … 69

4. Data Hasil Pengujian CBR (California Bearing Ratio) ... … 72

B. Pembahasan ... ….. 78

1. Karakteristik Shale ... ….. 78

2. Klasifikasi Shale berdasarkan Ilmu Geologi dan Ilmu Geoteknik . … 80 a. Identifikasi Material di Lapangan... 81

b. Klasifikasi Material Uji Secara Ilmu Geologi... ... 82

c. Klasifikasi Material Uji Secara Ilmu Geoteknik... ... 84

3. Hasil Uji Kompaksi … ... 86

4. Analisis Hasil Nilai CBR Terendam dan CBR Tidak Terendam .. … 88

BABVKESIMPULAN DAN SARAN... .. 93

A.Kesimpulan... 93

B.Saran-saran... .. 95

DAFTAR PUSTAKA... .. 97


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah geoteknik tidak bisa dipisahkan dari kondisi geologinya karena sifat dan karakteristik tanah maupun batuan sangat dipengaruhi oleh sejarah pembentukannya material itu sendiri. Batuan terdiri dari material-material penyusun yang memiliki ikatan kuat sementara tanah terbentuk karena proses pelapukan batuan, sehingga partikel-partikel tanah cukup lemah. Shale sebagai batuan sedimen klastik merupakan bentuk dari partikel berukuran lempung yang memiliki diameter lebih kecil dari 74 mikron meter. Tekstur butir penyusunnya adalah partikel halus berukuran dari 0,001 – 0,1 mm. Batuan ini bersifat mudah terfragmen dalam bentuk lembaran-lembaran fragmen bila mengalami kontak langsung dengan udara luar. Menurut Doddy (1987:124) mengatakan “Batuan sedimen klastik diendapkan dengan proses mekanis, terbagi menjadi dua golongan berdasarkan ukuran butir penyusunnya. Batuan ukuran besar seperti breksi dan konglomerat. Sedangkan golongan butiran halus seperti batu serpih (clay shale), batu lanau, batu lempung dan napal”. Shale yang semula merupakan batuan sedimen dapat menjadi tanah residual apabila shale berdisentegrasi kembali menjadi lanau atau lempung (Budijanto Widjaja, 2001).

Clay Shale merupakan hasil pelapukan atau transportasi batuan sedimentasi tipe mekanik dengan material penyusun utamanya adalah berukuran lempung (Paulus P. Rahardjo et al., 2000: 2). Leet (1971) juga mengemukakan bahwa


(7)

Clay Shale sebagai material hasil sedimentasi hampir terdapat di seluruh dunia meliputi 50 – 75 % komposisi batuan sedimen pada kerak bumi”. Menurut cerita para pakar, material ini sudah terkubur dan terpadatkan di dalam tanah selama ribuan tahun secara alami.Jika bertemu dengan jenis tanah ini, biasanya para ahli geoteknik akan mengadakan penelitian lebih mendetail bila ingin membangun konstruksi di atasnya, dibandingkan dengan tanah jenis lainnya karena tanah ini akan mudah sekali lapuk jika kondisi tanah aslinya menjadi terganggu. Terlebih lagi jika material tersebut disingkap/ dikupas dan mengalami perubahan cuaca yang sangat tinggi, teroksidasi dan terkena air.Clay Shale sendiri menjadi terkenal karna sering memunculkan banyak problem geoteknik seperti kesulitan dalam memilih material timbunan, daya dukung pondasi, kestabilan lereng kontruksi bawah tanah dan lain sebagainya. Selain banyak menimbulkan masalah, para pakar kesulitan dalam pengklasifikasiannya, hal ini dikarenakan clay shale

mempunyai sifat (intermediate behavior) tanah dan batuan. Hal ini didukung oleh pernyataan Budijanto Widjaja (2001: 28) bahwa “clay shale merupakan material transisi antara tanah dan batuan”. Hal ini yang menyebabkan clay shale mudah sekali mengalami penurunan durabilitasnya dan menimbulkan masalah di bidang geoteknik.

Keberadaan clay shalesangat tidak stabil meskipun berada pada lereng yang datar. Hal ini memunculkan banyak masalah geoteknik seperti salah satu contohnya longsor yang terjadi pada Tol Cipularang KM.97 dimana timbunan badan jalan bertempat diatas material clay shale. Para ahli kesulitan menentukan bahan timbunan yang cocok dan aman untuk kontruksi jalan raya yang memilki


(8)

tanah dasarnya berupa clay shale. Olehkarena itu diambilah sampel material pengujian di Tol Cipularang KM 97 tepatnya berada di Kp. Cotak Kab. Purwakarta, untuk diteliti karakteristiknya dan mencoba mengetahui nilai CBR dengan maksud untuk mengetahui apakah clay shale ini dapat digunakan sebagai bahan timbunan jalan raya pada kondisi sebelum dilakukan perbaikan dan setelah dilakukan perbaikan.

Salah satu cara untuk memperbaiki clayshale adalah dengan mencampurkan material ini dengan menggunakan bahan tertentu. Bahan yang digunakan adalah limbah marmer yang berbutir halus. Pemilihan limbah marmer sebagai bahan pencampur agregat pada clay shale dikarenakan riwayat clay shale yang tidak tahan terhadap kontak langsung dengan air. Dimana limbah marmer mengandung CaO (kalsium monoksida) lebih besar dari 50% pada susunan komposisi kimianya. Limbah marmer juga cukup banyak kita jumpai di daerah Padalarang dan mudah untuk didapatkan.

Limbah marmer yang akan digunakan sebagai bahan stabilitator berasal dari PT. MULTI MARMER ALAM. Dimana limbahnya yang sudah diolah menjadi butiran halus dapat kita dapatkan di Kp. Giri Mulya Desa Gunungmasigit Kec. Cipatat-Padalarang.


(9)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat di identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Konstruksi yang berada diatas material clayshale banyak mengalami masalah seperti kegagalan daya dukung pondasi, kelongsoran lereng, kegagalan dalam pemilihan material timbunan dan lain-lain.

2. Clayshale ini dapat mengalami penurunan durabilitas dan berat isi ketika berada dalam kondisi terbuka (adanya kontak dengan air dan udara). 3. Clayshale bukan jenis material yang baik untuk digunakan sebagai bahan

timbunan.

C. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Pengujian dibatasi untukclayshale yang berada pada daerah Tol Cipularang KM. 97 tepatnya di Kp. Cotak Desa Sagarkarya Kec. Darangdang Kab. Purwakarta. Pengujian dilakukan dengan metode Pemadatan

(Compaction Test) dan pengujian CBR (California Bearing Ratio) dimana sample tanah dalam keadaan terganggu (disturbed). Pengujian dilakukan dengan memadatkan sampel material sesudah dan sebelum pencampuran dengan limbah marmer dengan persentase tertentu. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah clay shale dapat direkomendasikan sebagai salah satu bahan timbunan.


(10)

Adapun perumusan masalahnya adalah :

1. Bagaimanakah karakteristik shaledi daerah Kp. Cotak ? 2. Jenis shale apa yang terdapat di Kp. Cotak tersebut ? 3. Bagaimana perilaku daya dukung shale yang diteliti ?

4. Adakah pengaruh terhadap perilaku shale dengan menggunakan limbah marmer ?

5. Apakah limbah marmer dapat meningkatkan daya dukung shale , sehingga

shale dapat digunakan sebagai bahan timbunan ? Batasan-batasan penelitiannya adalah :

1. Pengujian material hanya dilakukan pengujian sifat fisiknya saja, tidak dilakukan penelitian kandungan mineralnya.

2. Daya dukung yang ingin diketahui adalah berupa nilai CBR sebagai nilai rekomendasi yang dibutuhkan untuk penggunaan bahan timbunan jalan raya.

3. Metode pekerjaan pemadatan material yang dipakai adalah metode

Modified Proctor Test. D. Tujuan Penelitian

Adapun beberapa tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik shaledi lokasi pengambilan sampel.

2. Untuk mengklasifikasikan jenis shale, apakah termasuk kedalam jenis


(11)

3. Untuk mengetahui pengaruh limbah marmer terhadap kekuatan/ daya dukung pada material uji.

4. Untuk mengetahui apakah shale yang diperkirakan sebagai clayshale

dapat direkomendasikan sebagai bahan timbunan setelah diperbaiki dengan menggunakan Limbah Marmer.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian berupa eksperimental, yaitu penelitian yang dilakukan di laboratorium dengan memberikan perlakuan/ treatment (Sugiono, 2010: 72). Dimana shale dalam keadaan asli dicari karakteristiknya melalui uji

index properties dan setelah itu dicari daya dukungnya berdasarkan nilai CBR. Kemudian diberi treatment/ perbaikan dengan mencampurkan limbah marmer pada shale dengan beberapa persentase penambahan yang berbeda. F. Manfaat Penelitian

Penelitian inidiharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Berguna bagi upaya pengembangan Ilmu Mekanika Tanah dan Klasifikasi Batuan secara umum, khususnya untuk bidang Teknik Sipil.

2. Sebagai sumbangan pemikiran tentang upaya perbaikan tanah.

3. Sebagai salah satu referensi bagi para peminat yang akan melakukan penelitian tanah yang berkaitan dengan keilmuan Teknik Sipil.


(12)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan dalam Tugas Akhir ini adalah :

BAB I Pendahuluan, berisi tentang penjelasan umum mengenai Tugas Akhir, yang terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka, berisi tentang dasar-dasar teori tentang pengklasifikasian batuan dan pengklasifikasian tanah dan dasar-dasar teori pengukuran mengenai pemadatan tanah.

BAB III Metode Penelitian, berisi tentang prosedur pengujian yang dilakukan di laboratorium berdasarkan peraturan yang berlaku.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi data-data analisa hasil uji propertis pada material, pengklasifikasian material dan perilaku pemadatan pemadatan material yang terjadi.

BAB V Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan penelitian dan saran untuk penelitian yang mungkin akan dilanjutkan oleh pihak lain kemudian.


(13)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan secara umum adalah eksperimen di laboratorium dengan penyajian data secara deskriptif. Berdasarkan permasalahan yang diteliti, metode analisis yang digunakan adalah analisis data laboratorium.

A. Alur Penelitian

Gambar 3.1 Skema Penelitian

Mulai

Persiapan Clay Shale dan Limbah Marmer beserta Peralatan

Pengujian Karakteristik Lempung Serpih dan Limbah Marmer :

- Kadar air (w) - Spesific gravity - Analisis Hidrometer - Atterberg Test - Slake Durability

- Modified Compaction Test

Proses Perbaikan Lempung serpih

Clay Shale+ 0 % Limbah Marmer

Clay Shale+ 10 % LimbahMarmer Clay Shale+ 5 %

LimbahMarmer

Pencampuran/ pembuatan Benda Uji

Tes CBR(California Bearing Ratio)

Hasil Pengujian

Analisis Hasil Pengujian

Selesai Kesimpulan dan saran

Clay Shale+ 20 % LimbahMarmer Clay Shale+ 2%


(14)

B. Prosedur Penelitian Laboratorium

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian material clay shale

(lempung serpih) yang akan diupayakan perbaikan daya dukungnya menggunakan limbah marmer. Lempung serpih ini diperoleh dari Kp. Cotak Desa Sagarkarya Kec DarangdangKab. Purwakarta. Lokasinya berada tepat di belakang Rest. Area KM.97 Tol Cipularang. Clay shale diambil dalam kondisi yang terganggu (disturbed) dimana sampel uji ini telah terekspose oleh udara luar. Sedangkan limbah marmer didapatkan dari limbah pembungan PT. Multi Marmer Indonesia, dimana lokasi limbahnya berada di Kp. Giri Mulya Desa Gunungmasigit Kec. Cipatat-Padalarang. Kondisi limbah marmer yang didapatkan berupa butiran halus yang harus disaring terlebih dahulu dengan saringan no.4. Setelah kedua material ini diperoleh, peneliti melakukan pengujian-pengujian di laboratorium.

Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan di laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Universitas Pendidikan Indonesia, Gedung FPTK lantai 2. Prosedur pengujian dilakukan berdasarkan standar ASTM. Pengujian- pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini diantara lain adalah :

1. Uji Kaidah Fisik tanah (index properties)

Untuk mengetahui karakteristik suatu sampel perlu dilakukan serangkaian pengujian index properties. Dimana dalam pengujian yang akan dilakuan, pengujian index properties dilakukan untuk lempung serpih (clay shale) dan Limbah marmer. Rangkaian Uji index properties adalah sebagai berikut :


(15)

a. Pengujian Kadar Air (Water Content) 1) Tujuan

Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air yang terkandung dalam material uji.

2) Standar yang digunakan

Standar yang digunakan adalah standar ASTM D-2216-1998 3) Alat yang digunakan

a) Oven listrik yang dilengkapi dengan pengaturan suhu b) Cawan/ container

c) Neraca dengan ketelitian 0,01 gr d) Alat pendingin/ Desicator

4) Prosedur Pengujian a) Persiapan alat uji

(1) Cawan di bersihkan (2) Timbangan dikalibrasi (3) Sampel uji di persiapkan b) Pelaksanaan pengujian

(1) Cawan bernomer dalam keadaan bersih dan kering ditimbang beratnya : W1 = ... gr

(2) Kemudian cawan tersebut di isi material uji, kemudian segera ditimbang kembali. Maka di peroleh berat material + cawan: W2 = ... gr


(16)

(3) Setelah diketahui berat cawan yang sudah berisi material, cawan tersebut dimasukan kedalam oven listrik dengan suhu ± 105˚ selama 24 jam

(4) Setelah dioven, cawan berisi material uji dimasukan ke dalam

desictator beberapa saat ± 1 jam.

(5) Bila cawan berisi itu sudah dingin maka cawan tersebut ditimbang kembali, sehingga diperoleh berat material uji yang kering + cawan: W2 = ... gr

(6) Percobaan dilakukan minimal tiga kali agar diperoleh harga rata-ratanya. Hasil percobaan dicatat dalam format yang tersedia.

5) Perhitungan

atau

Dimana :

w = kadar air (%) W1 = berat cawan

W2 = berat tanah basah + cawan

W3 = berat tanah kering + cawan

Ww = berat air = W2 – W1 – WS


(17)

b. Pengujian Batas Cair (Liquid Limit)

Casagrande adalah alat untuk menentukan batas cair pada pengujian ini. Material uji yang telah dicampur dengan air ditempatkan kedalam cawan dan didalamnya dibuat alur dengan memakai alat spatel (grooving tool). Engkel alat diputar hingga cawan dinaikan dan dijatuhkan pada dasar alat, dan banyaknya pukulan dihitung sampai kedua tepi alur tersebut berhimpit. Adapun tujuan alat yang digunakan dan prosedur percobaannya adalah :

1) Tujuan

Untuk mengetahui batas cair suatu material diperlukan alat uji yang disebut alat casagrande, sehingga dapat digunakan untuk menentukan sifat dan klasifikasi tanah.

2) Standar yang digunakan ASTM : D-4318-00 3) Alat yang digunakan

1) Ayakan no.40 dengan lubang 0,425 mm 2) Cawan / mangkuk besar

3) Pisau pengaduk / spatula 4) Alat Casagrande

e) Desicator

f) Oven Listrik


(18)

4) Prosedur percobaan

a) Letakan 100 gr material uji yang melalui ayakan no.40 kedalam cawan pengaduk.

b) Dengan menggunakan spatula, aduklah material tersebut dengan menambahkan air suling hingga homogen serta jenuh.

c) Setelah menjadi campuran merata, ambil sebagian sampel tersebut dan letakan di dalam mangkuk Casagrande. Sampel itu diratakan sedemikian rupa hingga sejajar dengan dasar alat, bagian yang tebal ±10 mm.

d) Membuat alur dengan dengan cara membagi dua sampel dalam mangkuk itu dengan menggunakan colet melalui garis tengah pemegang mangkuk dan harus simetris. Pada waktu membuat alur posisi alur/ colet harus tegak lurus dengan permukaan mangkuk. e) Alat pemutar Cassagrande diputar sehingga mangkuk naik/turun

dengan kecepatan 2 putaran per detik dengan tinggi jatuh ±10 mm. Pemutaran dilakukan terus sampai dasar alur sampel bersinggungan sepanjang kira-kira 1,25 cm dan catat jumlah pukulannya sampai kedua sisi sampel yang dibelah tadi berhimpit kembali.

f) Ulangi pekerjaan 4 dan 5 kali sampai diperoleh jumlah pukulan yang sama. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan apakah pengadukan sampel sudah benar-benar meratakadar airnya. Jika ternyata pada percobaan telah diperoleh jumlah pukulan yang


(19)

sama, maka ambilah sampel dan masukan ke dalam cawan untuk menentukan kadar airnya sesuai dengan metode pengujian kadasr air tanah.

g) Kembalikan sisa benda uji ke dalam mangkuk pengaduk, dan alat Casagrande di bersihkan. Sampel tersebut diaduk kembali dengan merubah kadar airnya, hal yang seperti dijelaskan dilakukan kembali hingga 2 – 3 kali berturut-turut dengan variasi kadar air yang berbeda, sehingga akan diperoleh perbedaan jumlah putaran sebesar 8 – 10 putaran.

5) Penentuan Batas Cair

a) Untuk menapatkan hasil dari uji ini, material yang dijadikan sampel harus di cek kadar airnya. Cara menentukan kadar air sama dengan perhitungan kadar air alami seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

b) Hasil-hasil percobaan tersebut digambar pada grafik, garis mendatar merupakan jumlah pukulan dengan skala log, dan garis tegak menunjukan kadar air dalam sekala linier.

c) Buatlah garis lurus melalui titik-titik itu. Jika ternyata titik-titik yang diperoleh tidak terletak pada satu garis lurus, maka buatlah garis lurus melalui titik-titik berat titik-titik tersebut. Tentukan besarnya kadar air pada jumlah putaran 25 dan kadar air inilah yang merupakan batas cair (liquid limit) dari sampel tersebut.


(20)

d) Untuk memperoleh hasil yang teliti, maka jumlah putaran diambil 2 titik diatas 25 putaran dan 2 titik dibawah 25 putaran, sehingga diperoleh 4 titik.

c. Pengujian Batas Plastis (Plastic Limit) 1) Tujuan

Untuk mengetahui batas plastis suatu sampel uji, yaitu batas antara keadaan plastis dan semi plastis.

2) Standar yang digunakan ASTM : D-4318-00 3) Alat yang digunakan

a) Ayakan no.40 b) Mangkuk/ cawan c) Colet/pisau d) Neraca

e) Plat kaca setebal 5 mm f) Cawan timbangan tanah g) Desicator

h) Oven listrik 4) Prosedur pengujian

a) Material yang melalui ayakan no.40 atau yang digunakan untuk uji batas cair diambil sebagian, diberi air dan diaduk merata keseluruhan.


(21)

b) Setelah kadar air cukup merata, buatlah bola-bola dari sampel seberat 8 gram, kemudian bola-bola tersebut digulung di atas plat kaca.

c) Penggulungan dilakukan terus sampai sampel membentuk batang dengan berdiameter 3 mm. Jika pada waktu penggulungan sampel rentan sebelum mencapai 3 mm sudah retak, maka sampel tersebut disatukan kembali dan diberi air sedikit sebelum digulung kembali. Jika dalam penggulungan sampel bisa mencapai lebih kecil dari 3 mm tanpa menunjukan gejala apa pun, maka sampel tersebut bisa dibiarkan beberapa saat dulu di udara agar kadar airnya berkurang sedikit.

d) Pengadukan dan penggulungan dilakukan terus menerus sampai retakan terjadi saat gulungan mencapai 3mm.

e) Apabila batas gulungan sudah tercapai, periksa kadar air batang sampel tersebut dengan berat sampel uji untuk kadar air 5 gram. 5) Analisis perhitungan

Kadar air rata-rata ditentukan menurut pengujian kadar air sampel uji. Kadar air yang didapat adalah merupakan batas plastis dari sampel tanah tersebut.

d. Pengujian Berat Jenis (spesific gravity) 1) Tujuan

Untuk mengetahui berat jenis sampel uji. Berat jenis tanah digunakan pada hubungan fungsional antara fase udara, air, dan butiran dalam


(22)

tanah dan oleh karenanya diperlukan untuk perhitungan – perhitungan parameter indeks tanah (index properties).

2) Standar pengujian

ASTM : D-854-02 Piknometer 3) Alat-alat yang digunakan

a) Botol piknometer b) Aquades

c) Timbangan dengan ketelitian 0,01 g. d) Termometer

e) Alat pemanas berupa kompor listrik f) Oven

g) Evaporating dish dan mangkok porselin h) Pipet

i) Alat pengaduk batang dari gelas 4) Prosedur pengujian

a) Dilakukan kalibrasi terhadap piknometer, yaitu dengan melakukan: (1) Piknometer yang kosong dan bersih ditimbang (W1), kemudian

diisi aquades sampai batas kalibrasi (kalibration mark).

(2) Keringkan bagian luar piknometer dan juga didaerah tutupnya. (3) Piknometer dan aquades ditimbang (W4) dan diukur suhunya.

Harus diperhatikan bahwa pembagian suhu harus merata. b) Ambil contoh sampel seberat ± 50 gr. Untuk sampel kering


(23)

c) Piknometer yang berisi tanah ditambahkan aquades sampai mencapai 2/3 bagian. Lalu diaduk sampai homogen.

d) Piknometer yang berisi contoh tanah ini dipanaskan di atas kompor listrik selama ± 10 menit supaya gelembung udaranya keluar. e) Sesudah itu Piknometer diangkat dari kompor dan disimpan dalam

desicator sampai suhunya sesuai dengan suhu ruangan 25°C. f) Piknometer diambil, bagian luar dikeringkan, ditambah air hingga

batas kalibrasi dan ditimbang (W3).

g) Percobaan diatas dilakukan tiga kali sehingga didapatkan 3 harga Gs yang kemudian dirata-ratakan.

5) Analisis perhitungan

Tahap-tahap perhitungan dalam pengujian ini adalah :

a) Berat jenis sampel pada suhu T˚C dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

Gs = berat jenis

W1 = berat piknometer

W2 = berat piknometer dan sampel kering

W3 = berat piknometer, sampel dan air

W4 = berat piknometer dan air

b) Apabila hasil kedua berada lebih dari 0,03 pemeriksaan harus diulang.


(24)

e. Pengujian Analisis Hidrommeter (Hydrometer Analysis) 1) Tujuan

Untuk menentukan susunan ukuran butir tanah khusu berbutir halus lolos saringan no.200

2) Standar yang digunakan ASTM : D-422

3) Alat-alat yang digunakan

a) Hidrometer dengan sekala konsentrasi 5-60 gr/lt b) Tabung gelas ukur kapasitas 1000 ml

c) Thermometer kapasitas 0-50˚C dengan ketelitian 0,1˚C d) Pengaduk mekanis (mixer) dan mangkuk dispersi e) Ayakan no.200

f) Neraca dengan ketelitian 0,01 gr g) Oven listrik

h) Batang pengaduk i) Stop watch 4) Prosedur pengujian

1) Timbang sampel kering seberat ± 50 gr yang lolos saringan no.200, campur sampel uji dengan air suling sambil diaduk rata hingga menjadi bubur. Masukan dispersing agent(sodium

hexametaphospate) sebanyak 40 grkedalam campuran tersebut lalu dikocok dengan mixer. Larutan tersebut dikocok selama 10 menit untuk memisahkan ikatan antara butir-butirnya. Setelah


(25)

pengocokan selesai, masukan larutan kedalam tabung ukur kapasitas 1000 ml, lalu tambahkan air suling hingga mencapai 1000 ml.

2) Bagian atas ditutup dengan telapak tangan dan dikocok berulang-ulang dengan membalikan tabung. Kocokan ini dilakukan selama 30 detik lalu tabung disimpan diatas meja dan dimasukan alat hidrometer dan persiapkan stopwatch.

3) Lakukan pembacaan hidrometer pada waktu 0, 1, 2 dan 4 menit tanpa memindahkan hidrometernya. Kemudian suspensi dikocok dan dilakukan pembacaan kembali seperti yang telah dilakukan hingga 3 kali pembacaan yang sama kemudian diambil harga rata-ratanya.

4) Setelah ini dilanjutkan pembacaan dilakukan pada menit ke 8, 16, 30, 45, 90, 210, 1290, 1440. Pada tiap-tiap pembacaanhidrometer diangkat dan diukur temperaturnya.

5) Setelah semua pembacaan selesai, larutan dituang dalam dish yang telah ditimbang beratnya, kemudian dimasukan dalam oven selama 24 jam pada temperatur 105-110˚C untuk mendapatkan berat keringnya.

6) Dari percobaan di atas dapat dihitung persen lebih halusnya, dan dengan menggunakan chart dapat dihitung ekuivalennya.

7) Dari hasil perhitungan di atas dapat dibuat grain size distribution curve.


(26)

5) Analisis perhitungan a) % Finer Rc a 

Ws 100%

Dimana :

a = faktor koreksi

= 165

2 65 1

.

. ( )

 

G G

s s

= atau dapat juga dilihat dari Tabel 2 Rc = koreksi pembacaan hidrometer

= Ra - C0 - Ct

Ra = pembacaan hidrometer sebenarnya C0 = koreksi nol (zero correction)

Ct = koreksi suhu, dilihat dari Tabel 3

b) Diameter efektif (D) dapat dihitung menggunakan rumus :

Dimana :

D = diameter butir (mm)

L = effective depth (cm), dari Tabel 5

t = elapsed time (menit)

 = viskositas aquades (poise), dari Tabel 1 Gs = specific gravity of soil

Gw = specific gravity of water, dilihat dari Tabel 1

K = 30


(27)

c) Pembuktian rumus Stokes Gaya geseran F = 6 ..R. v Berat = mg = 4/3 .R3.

s.g Gaya ke atas = 4/3 .R3.

w.g = B

Jadi untuk butiran yang jatuh dalam larutan 4/3 .R3.

w.g + 6 ..R. v = 4/3 .R 3.

s.g

sehingga v = 2

9 2 R g s w  (  )

v 1 D g sw

18   

dimana :

D = diameter butir

v = kecepatan terminal

s = berat isi butir

w = berat isi air = 1 gr/cm

3

 = viskositas larutan (air

s = Gs. w = Gs

v D Gs Gw g Gs Gw g g D

          1

18 10 1800

2

2

 

D v

Gs Gw g

  

 

1800 


(28)

Bila partikel / butir berdiameter D jatuh pada ketinggian L cm dalam waktu t menit, maka :

D L

G G t g

L

G G t g

s w s w

  

   

 

  

1800  30 

D K L

t

 (mm)

Tabel 3.1 Properties of Distilled Water

Temperatur (C)

Specific Gravity of Water, Gw

Viscocity of Water, 

4 1.00000 0.01567

16 0.99897 0.01111

17 0.99889 0.01083

18 0.99862 0.01056

19 0.99844 0.01030

20 0.99823 0.01005

21 0.99802 0.00981

22 0.99780 0.00958

23 0.99757 0.00936

24 0.99733 0.00914

25 0.99708 0.00894

26 0.99682 0.00874

27 0.99655 0.00855

28 0.99627 0.00836

29 0.99598 0.00818

30 0.99568 0.00801

Sumber : HerwanDermawan (2010:3)

Tabel 3.2 Correction Faktor for Unit Weight of Solid

Unit Weight of Soil Solid, Gs

Correction Factor, a

2.85 0.96

2.80 0.97

2.75 0.98

2.70 0.99

2.65 1.00

2.60 1.01

2.55 1.02

2.50 1.04


(29)

Tabel 3.3 Properties Correction Factors

Temperatur (C)

Ct

15 -1.10

16 -0.90

17 -0.70

18 -0.50

19 -0.30

20 0.00

21 0.20

22 0.40

23 0.70

24 1.00

25 1.30

26 1.65

27 2.00

28 2.50

29 3.05

30 3.80

Sumber : Herwan Dermawan (2010:3)

Tabel 3.4 Values of K for Several

Unit Weight of Soil Solids and Temperature Combination

Temperatur Unit Weight of Soil Solid

(C) 2.50 2.55 2.60 2.65 2.70 2.75 2.80 2.85

16 0.0151 0.0148 0.0146 0.0144 0.0141 0.0139 0.0137 0.0136

17 0.0149 0.0146 0.0144 0.0142 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134

18 0.0148 0.0144 0.0142 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132

19 0.0145 0.0143 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132 0.0131

20 0.0143 0.0141 0.0139 0.0137 0.0134 0.0133 0.0131 0.0129

21 0.0141 0.0139 0.0137 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0127

22 0.0140 0.0137 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0128 0.0126

23 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124

24 0.0137 0.0134 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0125 0.0123

25 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0127 0.0125 0.0123 0.0122

26 0.0131 0.0131 0.0129 0.0127 0.0125 0.0124 0.0122 0.0120

27 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124 0.0122 0.0120 0.0119

28 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124 0.0123 0.0121 0.0119 0.0117

29 0.0129 0.0127 0.0125 0.0123 0.0121 0.0120 0.0118 0.0116

30 0.0128 0.012.6 0.0124 0.0122 0.0120 0.0118 0.0117 0.0115


(30)

Tabel 3.5 Value of L (Effective Depth) for Use in Stokes Formula for Diameter of Particles from ASTM Soil Hydrometer 152 H

Original Hyd. Reading (Corrected for Meniscus Only)

Effective Depth, L (cm)

Original Hyd. Reading (Corrected for Meniscus Only)

Effective Depth, L (cm)

0 16.3 31. 11.2

1 16.1 1 11.1

2 16.0 2 10.9

3 15.8 3 10.7

4 15.6 4 10.5

5 15.5 5 10.4

6 15.3 6 10.2

7 15.2 7 10.1

8 15.0 8 9.9

9 14.8 9 9.7

10 14.7 10 9.6

11 14.5 11 9.4

12 14.3 12 9.2

13 14.2 13 9.1

14 14.0 14 8.9

15 13.8 15 8.8

16 13.7 16 8.6

17 13.5 17 8.4

18 13.3 18 8.3

19 13.2 19 8.1

20 13.0 20 7.9

21 12.9 21 7.8

22 12.7 22 7.6

23 12.5 23 7.4

24 12.4 24 7.3

25 12.2 25 7.1

26 12.0 26 7.0

27 11.9 27 6.8

28 11.7 28 6.6

29 11.5 29 6.5

30 11.4


(31)

2. Pengujian Pemadatan (compaction test)

Percobaan pemadatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah percobaan pemadatan modified proctor.

a. Tujuan

Untuk menentukan hubungan antara kadar air dan berat isi kering. Dari kadar air dan berat isi kering yang diperoleh dari hasil-hasil percobaan ini akan didapat kadar air optimum dan berat isi kering maksimum. b. Standar yang digunakan

ASTM : D-698

c. Alat-alat yang digunakan 1) Alat kompaksi

a) Mold dengan tinggi 4.6”, diameter 4”, volume 1/30 cu-ft. b) Collar dengan tinggi 2.5”, diameter 4”.

c) Hammer dengan berat 10 lb, diameter 2”, tinggi jatuh 18”. 2) Sprayer untuk menyemprot air ke tanah

3) Ayakan No.4

4) Pisau, scoop, palu karet

5) Timbangan ketelitian 0.1 g atau 0.01 g 6) Oven


(32)

d. Prosedur pengujian

1) Siapkan contoh sampel yang akan diuji ± 25 kg, dimana sampel sudah dibersihkan dari akar-akar dan kotoran lain.

2) Sampel dijemur sampai kering udara (air drained), atau dikeringkan dalam oven dengan suhu 600C.

3) Gumpalan-gumpalan sampel dihancurkan dengan palu karet agar butir tanah tidak ikut hancur

4) Sampel kering dalam keadaan lepas diayak dengan ayakan no.4, hasil ayakan dipergunakan.

5) Sampel hasil ayakan sebanyak ± 3 kg disemprot air untuk mendapatkan hasil contoh tanah dengan kebasahan merata sehingga bisa dikepal tapi masih mudah lepas (hancur)

6) Mold yang akan dipergunakan dibersihkan, ditimbang beratnya dan diukur volumenya (biasanya volume mold = 1/30 cu-ft). Isikan contoh sampel kedalam mold setelah 1” –2” (modified).

7) Tumbuk dengan hammer sebanyak 25 kali pada tempat yang berlainan. Hammer yang dipergunakan disesuaikan dengan cara percobaan.

8) Isikan lagi untuk lapis berikutnya dan tumbuk sebanyak 25 kali. 9) Pengisian diteruskan sampai 5 lapis untuk modified. Pada

penumbukan lapisan terakhir, harus dipergunakan sambungan tabung (collar) pada mold agar pada waktu penumbukan hammer tidak meleset keluar.


(33)

10)Buka sambungan tabung diatasnya dan ratakan permukaan tanahnya dengan pisau

11)Mold dan contoh tanah ditimbang

12)Sampel dikeluarkan dengan bantuan dongkrak, kemudian diambil bagian atas, tengah, dan bawah masing-masing ± 30 gram, kemudian di oven selama 24 jam.

13)Setelah 24 jam dioven, cawan + sampel kering ditimbang

14)Dengan mengambil harga rata-rata dari kadar air ketiganya, di dapat nilai kadar airnya

15)Percobaan dilakukan sebanyak 5 kali dengan setiap kali menambah kadar airnya sehingga dapat dibuat grafik berat isi kering terhadap kadar air.

e. Analisa perhitungan

1. Berat isi kering (d) dapat dihitung dari rumus :

Dimana :

W = berat total tanah kompaksi bahan dalam mold V = volume mold


(34)

2. Untuk menggambarkan Zero Air Voids Curve dihitung dengan memakai rumus :

  Dimana :

Gs = berat jenis tanah w = berat volume air

w = kadar air

Sr = derajat kejenuhan (100%)

Garis ZAV adalah hubungan antara Berat Isi Kering dengan Kadar Air bila derajat kejenuhan 100%, yaitu bila pori tanah sama sekali tidak mengandung udara. Grafik ini berguna sebagai petunjuk pada waktu menggambarkan grafik compaction tersebut akan selalu berada di bawah ZAV biasanya tidak lurus tetapi agak cekung ke atas.

Hasil percobaan pemadatan biasanya dinyatakan sebagai grafik hubungan antara Berat Isi Kering dengan Kadar Air.

Kadar Air Optimum didapatkan dengan cara sebagai berikut: Dari 6 contoh dengan kadar air berbeda-beda kita dapat menghitung d masing-masing. Setelah itu digambarkan dengan

skala biasa w (%) sebagai absis dan d sebagai ordinat sehingga


(35)

3. Dari hasil percobaan tersebut dapat dibuat kurva yang menunjukan hubungan antara kadar air dan berat isi kering sampel, dan dari kedua kurva tersebut akan diperoleh kadar air optimum (optimum moisture content) dan berat isi kering maksimum (maximum dry density).

3. Pengujian CBR (california bearing ratio) a. Tujuan

Untuk menentukan nila CBR pada suatu material yang dipadatkan dengan cara pemadatan modified proctor

b. Standar yang digunakan 16)ASTM : D-1983-1997 c. Alat-alat yang digunakan

1) Peralatan untuk percobaan kompaksi, lengkap. 2) Peralatan untuk percobaan CBR :

a) Mold ukuran tinggi 7”, diameter 6” berikut collar (3 buah) b) Spacer dish tinggi 2” - 2.5”, diameter 6”

c) Hammer berat 5.5 atau 10 lb, tinggi jatuh 12” atau 18” d) Surcharge load berat 10 lb (2 buah)

e) Alat pengukur CBR 3) Ayakan ukuran ¾” dan no. 4

4) Sprayer untuk menyemprot air ke tanah 5) Pisau, scoop, tali karet


(36)

6) Timbangan ketelitian 0.1 gr

7) Ember untuk merendam mold + tanah 8) Alat pengukur swelling.

d. Prosedur pengujian

1) Siapkan sampel kering seperti pada percobaan kompaksi sebanyak 3 contoh masing-masing 5 kg.

2) Tanah disaring dengan ayakan ukuran 20 mm.

3) Contoh tanah tersebut kemudian disemprot dengan air sehingga kadar airnya menjadi woptimum dari percobaan kompaksi yang

dilakukan sebelumnya, dengan toleransi yang diijinkan 3% dari woptimum tersebut.

4) Kemudian contoh tanah tersebut didiamkan selama 24 jam (curing periode) agar kadar airnya merata dan ditutup rapat-rapat agar airnya tidak menguap.

5) Mold CBR disiapkan, spacer dish diletakkan di bawah, selanjutnya mold diisi dengan contoh tanah tadi sedemikian banyaknya sehingga setelah ditumbuk mempunyai ketinggian 1/5 tinggi mold (modified).

Penumbukan dilakukan setiap lapis seperti pada percobaan kompaksi (tetapi dengan jumlah tumbukan yang berbeda untuk ketiga contoh). Setiap contoh sampel dibuat dua buah sampel, untuk sampel terendam dan sampel tak terendam. Penumbukan pada setiap contoh adalah :


(37)

contoh sampel I : 5 lapis (modified), 10x/lapis contoh sampel II : 5 lapis (modified), 25x/lapis contoh sampel III : 5 lapis (modified), 56x/lapis

6) Mold dibalikkan, spacer dish dikeluarkan, lalu ditimbang. Dengan menimbang mold kosong bersih maka d dari setiap contoh tanah

dapat dihitung.

7) Kemudian untuk sampel yang akan direndam kedua permukaan tanah diberi kertas pori, dalam keadaan terbalik bagian bawah diberi perforated based plate di atas diberi surcharge load minimum 10 lb, yang terdiri dari 2 bagian masing-masing 5 lb.

8) Mold + tanah yang sudah dipadatkan kemudian direndam dalam air selama sampel tanah berhenti malakukan pengembangan, air harus dapat masuk baik dari atas (swell plate) maupun dari bawah (perforated plate) ke dalam tanah yang direndam. Perendaman ini disebut Soaking.

9) Selama perendaman setiap hari dibaca besarnya swelling yang terjadi akhirnya dihitung swelling totalnya dalam % terhadap tinggi tanah semula. Syarat swelling total adalah  3%, yang baik 1%. 10) Mold + contoh tanah diangkat dari dalam air, buang air yang

tergenang di atas contoh tanah yang ada di dalam mold.

11) Dengan beban yang sama besar seperti pada perendaman tadi, contoh sampel yang kering dan basah diperiksa CBR-nya, yaitu


(38)

dengan penekanan penetration piston yang luas bidang penekannya = 3 inci2. Kecepatan penetrasi 0.05 in/menit. Dibaca penetrasi dan ekanan yang diperlukan untuk penetrasi itu setiap ½ menit atau setiap penetrasi 0.025 in.

12) Pembebanan dimulai dengan teratur, kemudian pembacaan pada penetrasi dicatat dalam format yang tersedia. Hasil pemeriksaan digambarkan dalam kertas kurva.

e. Analisis Perhitungan

Dari hasil perhitungan tersebut diplot pada kertas kurva dan diadakan koreksi bila diperlukan. Nilai CBR dihitung pada penetrasi 0,1 inchi dan 0,2 inchi dengan persamaan :

100% load standard load corrected =

CBR x , Jadi

% 100 1000 . 3 % 100 1 .

0    

X Ps X CBR % 100 1500 . 3 % 100 2 .

0    

Y Ps

Y CBR

Dimana :

X = beban pada sampel tanah untuk penetrasi 0,1 inchi Y = beban pada sampel tanah untuk penetrasi 0,2 inchi Ps = beban standar


(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan data dan pembahasan yang diperoleh dari percobaan-percobaan yang dilakukan pada penelitian ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian terhadap batuan shale di daerah Kp. Cotak Desa Sagarkarya Kec Darangdang Kab. Purwakarta diperoleh nilai kadar air alami (w) 8,33 % yang menunjukan kadar air alami shale dalam kondisi kering, Liquid Limit 49,5 %, Plastic Limit 25,2 %, sementara nilai Indeks Plastisitas 24,3%, Spesific Gravity didapat 2,65, dan kandungan clay yang ada sebanyak 87,17%. Dengan menggunakan Casagrande Plasticity Chart

diperoleh bahwa shale ini termasuk klasifikasi CL (clay low plastisity). Berdasarkan hasil indeks properties yang telah dilakukan menunjukan bahwa material ini termasuk kedalam jenis clay shale.

2. Hasil pengujian slake durability (Id) didapat nilai (Id) antara 88% - 95%,

nilai ini termasuk kedalam katagori medium high. Sementara nilai IP menunjukan 24,3% yaitu kadar plastisitasnya rendah. Hasil pengujian menunjukan shale masuk kedalam jenis unwheatered clay shale (clay shale yang tidak/belum mengalami pelapukan).

3. Pengujian Kompaksi dengan modified proctor didapat kadar air optimum (optimum moisture content/ OMC) sebesar 19,5 % dan berat isi kering maksimum (Maximum Dry Density /MDD) adalah sebesar 1,74 gr/cm3.


(40)

4. Limbah marmer dapat menjadi bahan stabilisasi untuk clay shale. Dimana terdapat pencampuran limbah marmer yang efektif sebesar 3,5% untuk mencapai nilai CBR optimum sebesar 7,8% pada kondisi terendam (soaked). Jika diinginkan CBR 6% maka dibutuhkan campuran limbah marmer sebesar 1,3%.

5. Hubungan-hubungan yang diperoleh pada penelitian ini hanya berlaku untuk clay shale unwheatered dan belum tentu dapat dipakai untuk jenis

clay shale yang memiliki klasifikasi dan sifat fisik yang berbeda di lokasi lain.

6. Berikut persyaratan-persyaratan yang berlaku untuk hubungan hasil penelitian yang dilakukan :

a. Kadar air alami (w) berkisar anatara 4 – 10% b. indeks plastisitas berkisar antara 5 – 42% c. Spesific Gravity (Gs) antara 2,4 – 2,7

d. kandungan clay dalam shale harus melebihi 2/3 dari persentase ukuran butirnya

e. klasifikasi materialnya masuk ke dalam CL (clay low plastisity) f. nilai slake durabilitas antara medium – very high

g. untuk pelaksanaan dilapangan, clay shale harus dihancurkan sampai ukurannya lebih kecil dari 4 mm atau lolos saringan no. 4


(41)

B. SARAN-SARAN

Dari hasil penelitian didapat bahwa pencampuran limbah marmer pada dapat meningkatkan daya dukung clay shale dan mengurangi kadar kembangnya (swelling). Namun karena penelitian ini masih memilki keterbatasan maka disarankan :

1. Jika ingin mengetahui sifat fisik pada material shale, sebaiknya tes indeks propertis dilakukan tidak hanya satu kali pada kondisi sampel yang sama/sampel yang diambil pada titik berbeda. Hal ini dilakukan untuk menghindari keragu-raguan dalam data yang diperoleh sebelumnya. Beberapa data dari dari indeks propertis yang didapat akan semakin mempermudah peneliti untuk mengklasifikasikan jenis shale yang diteliti. 2. Dikarenakan pada penelitian ini tidak diketahui kandungan mineralclay

shale, maka disarankan pada penelitian selanjutnya dapat melakukan pengujian dengan metode difraksi sinar X dan metode mikroskopis untuk mengetahui kandungan mineral yang ada pada clay shale.

3. Dibutuhkan lebih banyak lagi varian pencampuran limbah marmer antara 2 – 10%, sehingga didapatkan pencampuran efektif yang lebih meyakinkan untuk nilai CBR optimumnya. Hasil penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan penelitian dilapangan dengan skala besar sehingga dapat diketahui hasil yang lebih teliti.

4. Dibutuhkan penelitian tingkat lanjut untuk penelitian ini untuk mendapatkan kekuatan jangka panjangnya. Rekomendasi penelitian tingkat lanjut adalah pengujian Kekuatannya/ Strenght (triaxial test), pengujian konsolidasi


(42)

(consolidation test), pengujian permeabilitas (permeabilitas test) dan pengujian dispersivitas (pinhole test).

5. Berdasarkan penelitian ini pemakaian limbah marmer pada soil improvement (perbaikan tanah) sangat disarankan, mengingat limbah marmer cukup banyak dan mudah diperoleh serta umumnya tidak dimanfaatkan secara masal.

6. Pengembangan kajian mekanika tanah perlu di upayakan terus menerus dengan cara mendorong mahasiswa terutama di Jurusan Pendidikan Teknik Sipil Universitas Pendidikan Indonesia untuk lebih dapat tertarik pada bidang ini, karena setiap pembangunan ketekniksipilan tidak terlepas dari kajian mekanika tanah.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. (1977). Tanah dan Batuan 2. Jakarta: Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Badan Penelitian Dan Pengembangan. (2008).

Panduan Pelaksanaan Pekerjaan Tanah Dan Pondasi Pada Pekerjaan Jalan. Bandung

Departemen Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI

Dermawan, Herwan. (2010). Laporan Mekanika Tanah. Dokumen Perkuliahan Pada Jurusan Pendidikan teknik Sipil UPI Bandung

Fork. L. (1954). Spectral Subdivision of Limestone Types, AAPG.,

HJK. (2009). Penelitian Clayshale. [Online]

Tersedia: http://meandproject.blogspot.com/2009/07/clay-shale.html

Iryam, M. (2006). Slope Failure of an Embankment on Clay Shale at KM. 97+500 of The Cipularang Toll Road and The Selected SolutionI. Bandung: ITB Joseph E. Bowles. (1979). Physical and Geotecnical Properties of Soil: Mc

Graw-Hill

Keller, E.A. (1976). Environmental Geology. Columbus: A Bell & Howell Company

Margono, M. (2000). Sifat Teknis dan Identifikasi Slake Durability dari Batuan Shale di Bukit Sentul. Skripsi Universitas Katolik Parahyangan, Juli 2000, Bandung


(44)

Nurul Ilmi, Martiani . (2009). Stabilisasi Lempung Cikopo-Cikampek dengan menggunakan Limbah Marmer. Skripsi Pendidikan Teknik Sipil Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan

Rahardjo Paulus P., Mariana Margono, Budijanto Widjaja. (2000). Penelitian Clayshale di Bukit Sentul Bogor. Bandung: Puslitbang Jalan

Setia Graha. Doddy. (1987). Batuan dan Mineral. Bandung: Nova

Terzaghi, Karl. (1973). Mekanika Tanah dan Praktek Rekayasa. Jakarta: Erlangga Verhoef, P.N.W. (1989). Geologi untuk Teknik. Bandung: Erlangga

Wesley L. D. (2012). Mekanika Tanah untuk Tanah Endapan & Residu. Yogyakarta : ANDI

Widjadja, Budijanto. (2001). Studi Karakteristik Clayshale Bukit Sentul (Bogor) Berdasarkan Uji Lapangan dan Uji Laboratorium. Tesis Master Teknik pada Universitas Parahyangan Bandung: tidak diterbitkan


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan data dan pembahasan yang diperoleh dari percobaan-percobaan yang dilakukan pada penelitian ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian terhadap batuan shale di daerah Kp. Cotak Desa Sagarkarya Kec Darangdang Kab. Purwakarta diperoleh nilai kadar air alami (w) 8,33 % yang menunjukan kadar air alami shale dalam kondisi kering, Liquid Limit 49,5 %, Plastic Limit 25,2 %, sementara nilai Indeks Plastisitas 24,3%, Spesific Gravity didapat 2,65, dan kandungan clay yang ada sebanyak 87,17%. Dengan menggunakan Casagrande Plasticity Chart

diperoleh bahwa shale ini termasuk klasifikasi CL (clay low plastisity). Berdasarkan hasil indeks properties yang telah dilakukan menunjukan bahwa material ini termasuk kedalam jenis clay shale.

2. Hasil pengujian slake durability (Id) didapat nilai (Id) antara 88% - 95%,

nilai ini termasuk kedalam katagori medium high. Sementara nilai IP menunjukan 24,3% yaitu kadar plastisitasnya rendah. Hasil pengujian menunjukan shale masuk kedalam jenis unwheatered clay shale (clay


(2)

4. Limbah marmer dapat menjadi bahan stabilisasi untuk clay shale. Dimana terdapat pencampuran limbah marmer yang efektif sebesar 3,5% untuk mencapai nilai CBR optimum sebesar 7,8% pada kondisi terendam (soaked). Jika diinginkan CBR 6% maka dibutuhkan campuran limbah marmer sebesar 1,3%.

5. Hubungan-hubungan yang diperoleh pada penelitian ini hanya berlaku untuk clay shale unwheatered dan belum tentu dapat dipakai untuk jenis

clay shale yang memiliki klasifikasi dan sifat fisik yang berbeda di lokasi lain.

6. Berikut persyaratan-persyaratan yang berlaku untuk hubungan hasil penelitian yang dilakukan :

a. Kadar air alami (w) berkisar anatara 4 – 10% b. indeks plastisitas berkisar antara 5 – 42% c. Spesific Gravity (Gs) antara 2,4 – 2,7

d. kandungan clay dalam shale harus melebihi 2/3 dari persentase ukuran butirnya

e. klasifikasi materialnya masuk ke dalam CL (clay low plastisity) f. nilai slake durabilitas antara medium – very high

g. untuk pelaksanaan dilapangan, clay shale harus dihancurkan sampai ukurannya lebih kecil dari 4 mm atau lolos saringan no. 4


(3)

B. SARAN-SARAN

Dari hasil penelitian didapat bahwa pencampuran limbah marmer pada dapat meningkatkan daya dukung clay shale dan mengurangi kadar kembangnya (swelling). Namun karena penelitian ini masih memilki keterbatasan maka disarankan :

1. Jika ingin mengetahui sifat fisik pada material shale, sebaiknya tes indeks propertis dilakukan tidak hanya satu kali pada kondisi sampel yang sama/sampel yang diambil pada titik berbeda. Hal ini dilakukan untuk menghindari keragu-raguan dalam data yang diperoleh sebelumnya. Beberapa data dari dari indeks propertis yang didapat akan semakin mempermudah peneliti untuk mengklasifikasikan jenis shale yang diteliti. 2. Dikarenakan pada penelitian ini tidak diketahui kandungan mineralclay

shale, maka disarankan pada penelitian selanjutnya dapat melakukan pengujian dengan metode difraksi sinar X dan metode mikroskopis untuk mengetahui kandungan mineral yang ada pada clay shale.

3. Dibutuhkan lebih banyak lagi varian pencampuran limbah marmer antara 2 – 10%, sehingga didapatkan pencampuran efektif yang lebih meyakinkan untuk nilai CBR optimumnya. Hasil penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan penelitian dilapangan dengan skala besar sehingga dapat diketahui hasil yang lebih teliti.


(4)

(consolidation test), pengujian permeabilitas (permeabilitas test) dan pengujian dispersivitas (pinhole test).

5. Berdasarkan penelitian ini pemakaian limbah marmer pada soil improvement (perbaikan tanah) sangat disarankan, mengingat limbah marmer cukup banyak dan mudah diperoleh serta umumnya tidak dimanfaatkan secara masal.

6. Pengembangan kajian mekanika tanah perlu di upayakan terus menerus dengan cara mendorong mahasiswa terutama di Jurusan Pendidikan Teknik Sipil Universitas Pendidikan Indonesia untuk lebih dapat tertarik pada bidang ini, karena setiap pembangunan ketekniksipilan tidak terlepas dari kajian mekanika tanah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. (1977). Tanah dan Batuan 2. Jakarta: Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Badan Penelitian Dan Pengembangan. (2008).

Panduan Pelaksanaan Pekerjaan Tanah Dan Pondasi Pada Pekerjaan Jalan. Bandung

Departemen Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI

Dermawan, Herwan. (2010). Laporan Mekanika Tanah. Dokumen Perkuliahan Pada Jurusan Pendidikan teknik Sipil UPI Bandung

Fork. L. (1954). Spectral Subdivision of Limestone Types, AAPG.,

HJK. (2009). Penelitian Clayshale. [Online]

Tersedia: http://meandproject.blogspot.com/2009/07/clay-shale.html

Iryam, M. (2006). Slope Failure of an Embankment on Clay Shale at KM. 97+500 of The Cipularang Toll Road and The Selected SolutionI. Bandung: ITB Joseph E. Bowles. (1979). Physical and Geotecnical Properties of Soil: Mc

Graw-Hill

Keller, E.A. (1976). Environmental Geology. Columbus: A Bell & Howell Company

Margono, M. (2000). Sifat Teknis dan Identifikasi Slake Durability dari Batuan Shale di Bukit Sentul. Skripsi Universitas Katolik Parahyangan, Juli 2000, Bandung


(6)

Nurul Ilmi, Martiani . (2009). Stabilisasi Lempung Cikopo-Cikampek dengan menggunakan Limbah Marmer. Skripsi Pendidikan Teknik Sipil Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan

Rahardjo Paulus P., Mariana Margono, Budijanto Widjaja. (2000). Penelitian Clayshale di Bukit Sentul Bogor. Bandung: Puslitbang Jalan

Setia Graha. Doddy. (1987). Batuan dan Mineral. Bandung: Nova

Terzaghi, Karl. (1973). Mekanika Tanah dan Praktek Rekayasa. Jakarta: Erlangga Verhoef, P.N.W. (1989). Geologi untuk Teknik. Bandung: Erlangga

Wesley L. D. (2012). Mekanika Tanah untuk Tanah Endapan & Residu. Yogyakarta : ANDI

Widjadja, Budijanto. (2001). Studi Karakteristik Clayshale Bukit Sentul (Bogor) Berdasarkan Uji Lapangan dan Uji Laboratorium. Tesis Master Teknik pada Universitas Parahyangan Bandung: tidak diterbitkan