PENGARUH PERSAINGAN DAN ORGANISASI BELAJAR (LEARNING ORGANIZATION) TERHADAP PROSES TRANSFORMASI KOMPETENSI INTELEKTUAL INDIVIDU MENJADI MODAL INTELEKTUAL ORGANISASI : Studi pada Perguruan Tinggi Swasta di Kota Bandung.

(1)

xi

Halaman

JUDUL ………. i

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ………. ii

PERNYATAAN……… iii

KATA PENGANTAR ……….. iv

UCAPAN TERIMA KASIH……….. vi

ABSTRAK ……… ix

DAFTAR ISI ………. xi

DAFTAR TABEL ………. xv

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN ………... xix

DAFTAR LAMPIRAN ………. xxi

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Identifikasi Masalah ……… 9

C. Rumusan Masalah ……… 11

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……… 14

1. Tujuan Penelitian ……….. 14

2. Manfaat Penelitian ………. 15

E. Kerangka Pemikiran ……… 16

F. Sistematika Penulisan Laporan Penelitian..………. 20

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI………..… 22

A. Kedudukan Masalah Penelitian dalam Lingkup Administrasi Pendidikan ……… 22

B. Konsep Organisasi……….. …………. 24

C. Lingkungan Organisasi………. 27

1. Lingkungan Internal ………. 29

2. Lingkungan Eksternal ……….. 32

D. Konsep Mutu ……… 44

E. Konsep Belajar dan Pembelajaran ……… 49

F. Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Kolaboratif 51

G. Konsep Organisasi Belajar ...………..……… 58

1. Pembelajaran Organisasi ……… 61


(2)

xii

2. Lima Disiplin Organisasi Belajar Senge ……….. 70

a. Keahlian Pribadi ……… 71

b. Model Mental ……… 72

c. Membangun Visi Bersama ……… 73

d. Pembelajaran Tim ………. 75

e. Berpikir Sistem ……….. 77

3. Organisasi Belajar dalam Lembaga Pendidikan ……... 79

H. Kompetensi ……….…… 81

I. Modal Intelektual ……… 96

J. Kajian Penelitian yang Relevan ………. 102

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….……. 106

A. Metode Penelitian ……….…… 106

B. Tahapan Proses Penelitian……….……… 108

C. Identifikasi Variabel Penelitian ……….……... 111

a. Kompetensi Intelektual Individu ………..……... 112

b. Modal Intelektual Organisasi ……… 116

c. Organisasi Belajar ….. ……….………. 118

d. Persaingan ………. 121

D. Hipotesis Penelitian ……….. 123

E. Pengembangan Model Penelitian ………. …… 127

a. Model Pengukuran Variabel Kompetensi Intelektual Individu ……….. 129

b. Model Pengukuran Variabel Modal Intelektual Organisasi ………... 130

c. Model Pengukuran variabel Personal Mastery ..… 131

d. Model Pengukuran Variabel Mental Model …….. 132

e. Model Pengukuran Variabel Shared Vision …….… 132

f. Model Pengukuran Variabel SystemThinking ….... 133

g. Model Pengukuran Variabel Team Learning ……. 133

h. Model Pengukuran Variabel Persaingan ………… 134

F. Alat dan Teknik Pengumpulan Data ……….. 135

G. Analisis Data Statistik ……….... 139

a. Analisis item ………..… 139

b. Reliabilitas ………. 140

c. Validitas ……….... 144


(3)

xiii

2. Pengumpulan Data ………...……. 157

a. Sampel Penelitian ……….….. 157

3. Pengolahan Data ………....……… 159

a. Persiapan Data Mentah ………..…….. 159

b. Analisis Statistik Deskriptif ……… ….…... 160

c. Analisis Faktor ……… ….. 167

d. Bobot Faktor ……… 169

e. Validasi Konstruk ………..….. 174

f. Perhitungan Kualitas Lingkungan Belajar …….. 180

g. Uji Asumsi ……….….. 181

1) Uji Normalitas ………... 182

2) Uji Linieritas ………..… 184

3) Uji Multikolinieritas ………..… 184

4) Uji Heteroskedastisitas ………..… 184

5) Uji Outlier ……….. 185

h. Perhitungan Multiregresi Linier ……….... . 186

i. Analisis Jalur ……….. 196

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGOLAHAN DATA ..……… 199

A. Pembahasan Hasil Perhitungan Analisis Statistik Deskriptif ………... ……….... 199

1. Variabel Kompetensi Intelektual Individu …………... 199

2. Variabel Modal Intelektual Organisasi ……….… 206

3. Variabel Organisasi Belajar . . … ………. 215

4. Variabel Persaingan ……….…… . 223

B. Pembahasan Hasil Analisis Faktor .………...……. 231

C. Pembahasan Bobot Faktor ………..……… 232

D. Pembahasan Hasil Analisis Validitas Konstruk ...…….…. 233

1. Variabel Kompetensi Intelektual Individu ……….. 234

2. Variabel Modal Intelektual Organisasi ……… 237

3. Variabel Personal Mastery ………. 240

4. Variabel Mental Model ………..….... 242

5. Variabel Shared Vision ………..…… .. 243

6. Variabel System Thinking ………....…….. 245

7. Variabel Team Learning ……….… 247

8. Variabel Persaingan ……….…….. 248

E. Pembahasan Kualitas Organisasi Belajar …...………….… 250

F. Pembahasan Hasil Perhitungan Analisi Jalur ……. ….…. 253

1. Kelompok Dosen Universitas Pasundan……....…….. 254

2. Kelompok Dosen Universitas Widyatama ……..… … 254

3. Kelompok Universitas Kristen Maranatha …..……… 255


(4)

xiv

6. Kelompok Dosen Fakultas Teknik ………... 256

7. Seluruh Responden ………..…...…. 257

G. Pengaruh Variabel Kontrol ……….…….. 257

H. Pengaruh Masing-masing Disiplin Organisasi Belajar …. 259

BAB V DISKUSI ……… 261

A. Analisis Statistik Deskriptif ………..…… 261

1. Variabel Kompetensi Intelektual Individu ………..… 261

2. Variabel Modal Intelektual Organisasi ………... 262

3. Variabel Organisasi Belajar ……… 264

4. Variabel Persaingan ……….... 265

B. Kualitas Organisasi Belajar . ……….…….……. 266

C. Hasil Multiregresi Linier ……….… 267

1. Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen pada Universitas Pasundan, Widyatama, Maranatha, Parahyangan, dan kelompok dosen fakultas Ekonomi dan fakultas Teknik ……….… 267

2. Pengaruh variabel kontrol jabatan akademik, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja………….… 270

3. Pengaruh masing-masing disiplin dalam organisasi belajar (PM, MM, SV, ST, dan TL) terhadap pengaruh variabel independen (KI) pada variabel dependen (MI) ……….………... 271

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN …….…….…. 273

A.Kesimpulan ………..……... 273

B.Implikasi ………..……... 278

C.Rekomendasi……….…….. 280

DAFTAR PUSTAKA ……….……. 283

RIWAYAT HIDUP ………..…... 389 LAMPIRAN-LAMPIRAN (Dikemas Sebagai Addendum )


(5)

xv

Tabel Halaman

1.1 Jumlah Lulusan SMU + SMK dan Jumlah Perguruan Tinggi

Swasta (PTS) Tahun 2001 – 2004 ……….… 4 3.1. Model Persamaan Struktural Variabel Kompetensi

Intelektual Individu ………... ……… 129 3.2. Model Persamaan Struktural Variabel Modal Intelektual

Organisasi ………… ………. 131

3.3. Model Persamaan Struktural Variabel Personal Mastery ……. 132 3.4. Model Persamaan Struktural Variabel Mental Model…..……... 132 3.5. Model Persamaan Struktual Variabel Shared Vision ……..… .. . 133 3.6. Model Persamaan Struktural Variabel System Thinking ..……… 133 3.7. Model Persamaan Struktural Variabel Team Learning………... 134 3.8. Model Persamaan Struktural Variabel Persaingan………... 134 3.9. Variabel Laten, Variabel Manifes, dan Jumlah Item …… …….. 136 .

3.10. Kriteria Tingkat Korelasi Item Menurut Guilford ………. 140 3.11. Koefisien Korelasi Skor Item Pernyataan Terhadap Skor

Total Variabel Kompetensi Intelektual Individu ……….. 150 3.12. Koefisien Korelasi Skor Item Pernyataan Terhadap Skor

Total Variabel Modal Intelektual Organisasi ……….….. 151 3.13. Koefisien Korelasi Skor Item Pernyataan Terhadap Skor

Total Variabel Organisasi Belajar ……..………..… 152 3.14. Koefisien Korelasi Skor Item Pernyataan Terhadap Skor

Total Variabel Persaingan ………... 152 3.15. Koefisien Reliabilitas Variabel Manifes ……….. 154 3.16. Kisi-kisi Kuesioner Penelitian ……….… 156


(6)

xvi

dalam Bentuk Positif dan Negatif ……… …….. 159

3.19. Skor Rata-rata dan Standar Deviasi Variabel Kompetensi Intelektual Individu Kelompok Dosen Universitas ……….… 160

3.20 Skor Rata-rata dan Standar Deviasi Variabel Kompetensi Intelektual Individu Kelompok Dosen Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik ………. 161

3.21. Skor Rata-rata dan Standar Deviasi Variabel Modal Intelektual Organisasi Kelompok Dosen Universitas ………. 162

.. 3.22. Skor Rata-rata dan Standar Deviasi Variabel Modal Intelektual Organisasi Kelompok Dosen Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik ………..…..… 163

3.23. Skor Rata-rata dan Standar Deviasi Variabel Organisasi Belajar Kelompok Dosen Universitas …………..………..….. 164

3.24. Skor Rata-rata dan Standar Deviasi Variabel Organisasi Pembe- lajar Kelompok Dosen Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik 165

3.25. Skor Rata-rata dan Standar Deviasi Variabel Persaingan Kelompok Dosen Universitas ………..…..… 166

. 3.26. Skor Rata-rata dan Standar Deviasi Variabel Persaingan Kelompok Dosen Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik …… 167

3.27. Kategori Ukuran Keiser-Meyer-Olkin (KMO) ……… 168

3.28. Daftar Determinan Masing-masing Variabel ……….…..… 168

3.29. Nilai KMO, BTS, dan Signifikansi ……….. 169

3.30. Bobot Faktor dan Ukuran Sampel ……… 169

3.31.Hasil Analisis Faktor Variabel Kompetensi Intelektual Individu ………..………….. 170

3.32. Hasil Analisis Faktor Variabel Modal Intelektual Organisasi 171

3.33. Hasil Analisis Faktor Variabel Organisasi Belajar……..……... 172

3.34. Hasil Analisis Faktor Variabel Persaingan ……… 173

3.35. Hasil Pengukuran Model Persamaan Struktural Variabel Kompetensi Intelektual Individu ………. 174


(7)

xvii

Modal Intelektual Organisasi ……….. 175 3.38. Statistik Kebaikan Suai Modal Intelektual Organisasi ……..….. 176 3.39. Hasil Pengukuran Model Persamaan Struktural

Variabel Personal Mastery ………..…... 176 3.40. Statistik Kebaikan Suai Personal Mastery ……… … 176

3.41. Hasil Pengukuran Model Persamaan Struktural

Variabel Mental Model ……….. 177 3.42. Statistik Kebaikan Suai Mental Model ………..… 177

3.43. Hasil Pengukuran Model Persamaan Struktural Variabel

Shared Vision ……….….. 177 3.44. Statistik Kebaikan Suai Shared Vision ……….... 178 3.45. Hasil Pengukuran Model Persamaan Struktural Variabel

System Thinking ……….…. 178 3.46. Statistik Kebaikan Suai Variabel System Thinking ………..… 178 3.47. Hasil Pengukuran Model Persamaan Struktural Team

Learning ………..…. .. 179

3.48. Statistik Kebaikan Suai Team Learning ………..… 179 3.49. Hasil Pengukuran Model Persamaan Struktural Variabel

Persaingan ……… 179 3.50. Statistik Kebaikan Suai Variabel Persaingan ………. 180 3.51. Nilai Korelasi antar Disiplin dalam Organisasi Belajar …… 181 3.52. Skewness, Standard Error of Skewness, Kurtosis, Standard

Error of Kurtosis Data Variabel KI, MI, LE, dan Pers. ……. 183 3.53. Hasil Perhitungan Multiregresi Linier untuk Kelompok

Universitas Pasundan ………... 187 3.54. Hasil Perhitungan Multiregresi Linier untuk Kelompok

Universitas Widyatama ………... 188 3.55. Hasil Perhitungan Multiregresi Linier untuk Kelompok

Universitas Kristen Maranatha .……… 189 3.56. Hasil Perhitungan Multiregresi Linier untuk Kelompok


(8)

xviii

(Fakultas Ekonomi) ………. 190 3.58. Hasil Perhitungan Multiregresi Linier untuk Kelompok F

(Fakultas Teknik) ………. 191 3.59. Hasil Perhitungan Multiregresi Linier untuk Seluruh

Responden ……….………… 191

3.60. Hasil Perhitungan Multiregresi Linier untuk Kelompok Responden Berdasarkan Atas Jabatan Akademik,

Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman Kerja ……….. 192 3.61. Hasil Perhitungan Multiregresi Linier Variabel Independen

Organisasi Belajar (PM, MM, SV, ST, TL) terhadap

Variabel Intervening (KI) dan Variabel Dependen (MI) …….. 194 3.62. Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, dan Total Variabel

Independen Terhadap Variabel Dependen ……… 196 4.1. Indeks Goodness of Fit ………. 235 4.2. Kategori Pengaruh/Hubungan Antar ariabel ………. 254


(9)

xix

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN

Gambar Halaman

1.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ……….. 17

1.2. Model Dasar Penelitian ………..……… 19

1.3. Model Penelitian: Hubungan antar Variabel Penelitian ….… 20

2.1. Bagaimana Suatu Organisasi Menciptakan Nilai-Nilai ….… 25

2.2. Sebuah Organisasi Sebagai Sebuah Sistem Terbuka, yang Berinteraksi dengan Lingkungannya ……….… 27

2.3. Unsur-Unsur Lingkungan Internal ………. 30

2.4. Unsur-Unsur Lingkungan Eksternal ………..… 32

2.5. Kekuatan yang Mendorong Persaingan Industri ………….. .. 38

2.6. Kekuatan yang Mendorong Persaingan Perguruan Tinggi …. 39

2.7. Pembelajaran Single-loop dan Double-loop ……… 65

2.8. Strategic Learning Cycle ……….. 69

2.9. Menyearahkan Kapasitas Tim ……….. 76

2.10. Kompetensi Pusat dan Permukaan ………. 83

. 2.11. Model Arus Sebab-Akibat Kompetensi ……….. 84

3.1. Tahapan Proses Penelitian ………. 109

3.2. Hubungan Antara Variabel Laten dan Manifes ………. 128

3.3. Model Konstruk Variabel laten Kompetensi Intelektual Individu (KI) dengan Variabel Manifes KIP, KIB, KIK, KIR, KIM, dan KIE ……… 129

3.4. Model konstruk Variabel Laten Modal Intelektual Organisasi (MI) dengan Variabel Manifes MIB, MIS, dan MIT ………… 130

3.5. Model Konstruk Variabel Laten Personal Mastery …………. 131


(10)

xx

3.7. Model Konstruk Variabel Laten Shared Vision ……….… 132 3.8. Model Konstruk Variabel Laten System Thinking ………….… 133 3.9. Model Konstruk Variabel Laten Team Learning ……….. 133 3.10. Model Konstruk variabel laten Persaingan (Pers)

dengan Variabel Manifes PB, MP, PP, MD, MF dan ML …… 134


(11)

xxi

Lampiran Halaman I. Penjabaran Konsep Teori Ke Dalam Konsep-Konsep Empiris Analisis, dan Operasional ………. I-1 II. Kisi-Kisi Instrumen ……….. II-1 III. Kuesioner Penelitian ……… III-1 IV. Nilai Skewness, Standard Error of Skewness, Kurtosis, dan

Standard Error of Kurtosis ……….. IV-1 V. Output Korelasi Skor Item dengan Skor Total ……… V-1 VI. Output Reliabilitas Variabel Manifes ……….. VI-1 VII.Tabulasi Data Mentah ……….. VII-1 VIII.Analisis Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ……… VIII-1 IX. Analisis Faktor, Determinan, Nilai KMO, BTS, dan

Signifikansi ……… IX-1 X. Hasil Pengukuran Persamaan Struktural ……… X-1 XI. Nilai Korelasi Antara Skor Disiplin Organisasi Belajar ….. XI-1 XII. Tabulasi Data Interval ……….. XII-1 XIII. Hasil Multiregresi Linier dan Uji Asumsi ….……… XIII-1 XIV. Hasil Analisis Jalur dengan Lisrel 8.30 ……… XIV-1 XV. Uji Beda ……… XV-1


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam era informasi ini dunia menjadi tidak terbatas. Perubahan yang terjadi di dunia dengan sangat cepat ini, sangat cepat pula tersebar ke seluruh pelosok dunia. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan serta perubahan ekonomi yang cepat yang disebabkan oleh pengaruh globalisasi memaksa organisasi membuat transformasi yang signifikan untuk mengadaptasi perubahan lingkungan yang ada agar dapat survive dan berkembang.

Menurut Wood, et al (2001: 576) kekuatan globalisasi dan teknologi memaksa perusahaan seluruh dunia melakukan perubahan. Lingkungan organisasi yang turbulent dan persaingan yang dinamis menghendaki organisasi mampu melakukan perubahan secara efektif. Perusahaan yang sukses pada saat ini adalah perusahaan yang dapat berubah dengan cepat dan terus berubah dengan cepat, sebagai respon terhadap perubahan lingkungan yang cepat dan keinginan pelanggan. Berubah membutuhkan sikap yang proaktif dan bukan reaktif, dan ini merupakan prerekuisit bagi keefektifan organisasi.

Perubahan yang difokuskan pada keunggulan daya saing yang berkelanjutan menuntut setiap anggota organisasi mempunyai daya saing yang optimal. Oleh karena itu diperlukan individu-individu yang tangguh dalam menghadapi persaingan yang makin ketat tersebut. Kondisi ini telah mendorong terbentuknya masyarakat pengetahuan yang anggota-anggotanya terdiri dari individu yang memiliki sumberdaya, yaitu individu yang memiliki potensi atau modal intelektual yang secara mandiri maupun dalam suatu


(13)

organisasi, mampu dan mau melaksanakan kerja dengan cerdas, kompetitif dan kooperatif untuk kepentingan dan kemajuan organisasi.

Perubahan yang terjadi bukan sekadar produk, aktivitas, dan struktur eksternal yang dapat kita amati sehari-hari, tetapi adalah juga perubahan internal yang terjadi dalam organisasi. Perubahan-perubahan itu adalah mengenai nilai-nilai, cara berpikir, mind-set, strategi, dan bahkan mungkin tujuan-tujuan yang akan dicapai (Marquardt, 1996: xv). Dalam kaitan inilah organisasi perlu memperhatikan kondisi-kondisi lingkungan yang ada dan belajar daripadanya agar dapat menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan perubahan yang ada. Organisasi harus menjadi organisasi belajar, yaitu suatu organisasi yang secara terus menerus mengembangkan kemampuannya untuk menciptakan masa depan ke arah yang lebih baik. Kalau tidak demikian, organisassi akan tertinggal dan dilindas oleh perubahan yang berarti tidak dapat survive dan akhirnya akan mati. Seperti yang dikatakan oleh Harrison Owens dalam Marquardt, 1996: xv)

“Waktu dulu bisnis utama berbisnis itu ialah membuat keuntungan dan produk. Tetapi sekarang bisnis utama berbisnis itu ialah menjadi organisasi belajar yang efektif. Bukan karena keuntungan dan produk itu sekarang tidak penting, tetapi tanpa belajar yang terus menerus, keuntungan dan produk itu tidak akan dapat dicapai lagi. Dan karena itu, bisnis utama berbisnis itu ialah belajar, dan lainnya akan mengikuti kemudian”.

Apa yang dikatakan oleh H. Owens itu tentunya tidak hanya berlaku pada organisasi bisnis, tetapi juga berlaku pada organisasi lain, termasuk organisasi pendidikan. Dengan belajar, organisasi pendidikan akan memperoleh tambahan pengetahuan dan kemampuan yang dapat mereka gunakan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang berubah. Dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki mereka menghadapi para pesaing-pesaingnya untuk dapat survive dan berkembang.


(14)

Organisasi pendidikan, terutama organisasi pendidikan swasta, suatu organisasi nir-laba, dalam proses pengelolaannya tidak berarti harus tidak boleh memperoleh untung. Keuntungan, dalam bentuk sisa hasil usaha, yang didapat oleh organisasi pendidikan, bila ada, dikembalikan lagi kepada lembaga pendidikan yang bersangkutan untuk pengembangan lebih lanjut. Kalau organisasi pendidikan (sekolah/perguruan tinggi) tidak boleh memperoleh keuntungan dari usahanya, bagaimana mereka dapat bersaing dengan organisasi pendidikan yang lain, bagaimana mereka dapat survive dan mengembangkan diri. Oleh karena itu lembaga pendidikan (sekolah/perguruan tinggi) harus dikelola secara bisnis, tetapi kita tidak boleh membisniskan pendidikan. Perbedaan antara organisasi pendidikan dan organisasi bisnis terletak pada kemana keuntungan yang diperolehnya itu digunakan, sedangkan cara pengelolaannya adalah sama. PP no. 61 tahun 1999 tentang dibentuknya Badan Hukum Milik Negara bagi empat perguruan Tinggi Negeri mendukung pendapat ini.

Persaingan yang kini dihadapi oleh perguruan tinggi, terutama perguruan tinggi swasta, ialah masalah mutu. Dalam masalah mutu ini tercakup di dalamnya ialah mutu SDM (mahasiswa, dosen, dan karyawan), fasilitas (gedung, peralatan dan perlengkapan pendidikan), pelayanan, sistem yang digunakan, dan proses belajar mengajar. Jika mutu dari komponen pendidikan itu baik diharapkan mutu lulusan juga baik. Mutu lulusan yang baik akan mudah diserap oleh pasar kerja. Implikasi yang lainnya ialah perguruan tinggi yang bersangkutan akan diminati oleh para calon mahasiswa dan orang tua mahasiswa. Jika hal ini terjadi, sekolah tidak menemui kesulitan dalam mencari mahasiswa baru. Enrollment yang tinggi akan dapat meningkatkan revenue. Perolehan revenue yang tinggi akan meningkatkan kemampuan keuangan mereka yang pada


(15)

gilirannya akan dapat digunakan untuk menghadapi pesaing-pesaingnya. Namun untuk menjadi perguruan tinggi yang diminati tidaklah sederhana, karena perguruan tinggi yang lainnya juga berusaha dengan hal sama. Lebih-lebih jika diperhatikan bahwa jumlah lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sebagai input jumlahnya menurun, sedangkan jumlah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) meningkat dengan cepat. Data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kota Bandung dan Kopertis Wilayah IV (Jawa Barat dan Banten) menunjukkan sebagai berikut.

Tabel 1.1. Jumlah Lulusan SMU+SMK dan Jumlah PTS Tahun 2001 – 2004.

Uraian 2001 2002 2003 2004

Lulusan SMU+SMK Kota Bandung

39.985 33.251 34.588 32.609

Lulusan SMU+SMK Jabar & Banten

225.976 225.087 189.690 189.615

Jumlah PTS Jabar & Banten

306 340 342 385

Sumber: Kopertis Wilayah IV dan Diknas Jawa Barat

Data tersebut di atas menunjukkan bahwa jumlah lulusan SLTA dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2004 menurun sedangkan jumlah PTS naik dengan cukup drastis. Kondisi ini menyebabkan persaingan antara PTS untuk merebutkan calon mahasiswa bertambah ketat. Keadaan ini dengan asumsi bahwa minat lulusan SLTA dari tahun 2001 sampai dengan 2004 untuk memasuki perguruan tinggi tidak berubah.

Kondisi yang terjadi pada empat Universitas yang menjadi sasaran kajian penelitian dalam program penerimaan mahasiswa baru seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini.


(16)

Tabel 1.2. Data Penerimaan Mahasiswa Baru

Universitas Pasundan, Widyatama, Maranatha, dan Parahyangan Tahun: 2001/2002 – 2004/2005

A. UNIVERSITAS PASUNDAN

Tahun

Jumlah yang Lulus Jumlah yang Mendaftar Ulang Fak. Ekonomi Fak. Teknik Seluruh Universitas Fak. Ekonomi Fak. Teknik Seluruh Universitas

2001-2002 1087 1194 5297 763 825 3964

2002-2003 1365 1291 5529 886 908 3986

2003-2004 1094 1050 4535 766 784 3425

2004-2005 921 693 4038 658 467 3055

Sumber: Universitas Pasundan

B. UNIVERSITAS WIDYATAMA

Tahun

Jumlah yang Lulus Jumlah yang Mendaftar Ulang Fak. Ekonomi Fak. Teknik Seluruh Universitas Fak. Ekonomi Fak. Teknik Seluruh Universitas

2001-2002 1667 180 20776 1156 124 1398

2002-2003 1614 177 1978 1614 137 1404*

2003-2004 1597 180 1922 1597 122 1499

2004-2005 1414 146 1693 1414 142 1364**

Sumber: Universitas Widyatama

* Tambah program studi baru dengan jumlah mahasiswa 12. ** Tambah program studi baru dengan jumlah mahasiswa 85.

C. UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Tahun

Jumlah yang Lulus Jumlah yang Mendaftar Ulang Fak. Ekonomi Fak. Teknik Seluruh Universitas Fak. Ekonomi Fak. Teknik Seluruh Universitas

2001-2002 1097 983 3203 613 425 1689

2002-2003 1793 1043 3741 858 416 2114


(17)

Tahun

Jumlah yang Lulus Jumlah yang Mendaftar Ulang Fak. Ekonomi Fak. Teknik Seluruh Universitas Fak. Ekonomi Fak. Teknik Seluruh Universitas

2004-2005 1065 626 3333 792 342 2177**

Sumber; Universitas Kristen Maranatha

* Tambah fakultas baru dengan jumlah mahasiswa baru 180. ** Tambah program studi baru dengan jumlah mahasiswa 107.

d. UNIVERSITAS KATHOLIK PARAHYANGAN

Tahun

Jumlah yang Lulus Jumlah yang Mendaftar Ulang Fak. Ekonomi Fak. Teknik Seluruh Universitas Fak. Ekonomi Fak. Teknik Seluruh Universitas

2001-2002 776 532 3473 575 338 2236

2002-2003 766 574 3295 522 323 1973

2003-2004 789 533 3230 628 423 2464

2004-2005 660 507 2994 492 390 2014

Sumber: Universitas Katholik Parahyangan

Data tersebut di atas menunjukkan jumlah mahasiswa baru yang diterima oleh keempat universitas yang menjadi obyek penelitian cenderung menurun. Kecenderungan menurun ini disebabkan karena jumlah lulusan Sekolah lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang menurun, jumlah PTS yang bertambah, kondisi ekonomi Indonesia yang belum pulih sejak krisis tahun 1997, atau kecenderungan lulusan SLTA untuk lebih memilih mencari pekerjaan daripada melanjutkan pendidikan. Dengan kondisi seperti yang diuraikan di atas, jika keempat universitas itu ingin memperoleh jumlah calon mahasiswa yang cenderung bertambah, harus berusaha sebaik-baiknya merebut peluang pasar yang makin terbatas itu. Salah satu caranya ialah meningkatkan mutu pendidikan yang akan menjadi daya tarik bagi para calon mahasiswa.


(18)

Menurut Lewis dan Smith (1997: 8) pentingnya berfokus pada mutu disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, kritik tentang mutu pendidikan tinggi yang dimuat di beberapa media cetak makin lama makin bertambah. Masyarakat merasa tidak puas terhadap hasil lulusan perguruan tinggi. Kedua, dunia di sekitar beroperasinya perguruan tinggi mengalami perubahan yang dahsyat. Perubahan ini terjadi terus menerus dan tidak dapat diprediksi sebelumnya. Ketiga, meningkatnya kekuatan pasar yang selalu mendorong untuk dapat dipenuhinya kebutuhan baru akibat terjadinya perubahan. Kondisi ini menimbulkan persaingan yang ketat di lingkungan perguruan tinggi. Mahasiswa yang percaya bahwa perguruan tinggi akan memberikan kunci untuk memperoleh pekerjaan dan perkembangan karir, akan selalu menilai dan mencari perguruan tinggi mana yang dapat memberikan harapan itu dengan menilai kualitas belajar, pelayanan, dan biaya yang diperlukan. Keempat, persaingan antar perguruan tinggi akan dipacu oleh kemajuan teknologi dan perkembangan teknik informasi yang dapat menghasilkan pendidikan jarak jauh. Kelima, kondisi perkembangan ekonomi negara yang nampaknya makin sulit sehingga dana untuk pembiayaan pendidikan makin terbatas. Selain itu, juga terjadi persaingan antara kebutuhan untuk membiayai keperluan kesejahteraan warga negara seperti untuk kesehatan dan keamanan umum. Hal-hal yang disebutkan di atas mengharuskan perguruan tinggi untuk siap menghadapinya dan tidak menghindarinya.

Dalam peningkatan mutu perguruan tinggi, dosen merupakan unsur yang sangat penting dari sumber daya manusia. Dosen secara langsung berhadapan dengan mahasiswa yang merupakan pengguna dan pelanggan utama. Dosen inilah yang seolah-olah menjadi ujung tombak dalam menarik pelanggan untuk masuk dalam lingkungan


(19)

PTS yang dibinanya. Keberhasilan dosen dalam menjalankan tugas dan fungsinya ditentukan oleh seberapa tingkat kompetensinya dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Kompetensi individu dosen merupakan modal pokok yang nantinya dapat dikembangkan dalam menghadapi persaingan. Namun, apakah kompetensi individu dosen ini merupakan kekuatan yang dapat digunakan untuk menghadapi persaingan perlu dipertanyakan, karena kekuatan dapat digalang menjadi lebih besar jika kompetensi individu ini dapat disinergikan dan menjadi modal intelektual organisasi (Hartanto, 1998). Hal ini sangat penting, karena perguruan tinggi, sesuai dengan tugas dan fungsinya, ialah tempat menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau ketrampilan professional, perlu didukung oleh tenaga-tenaga yang memiliki kompetensi tinggi. Dengan modal intelektual yang dimiliki PTS diharapkan dapat menghadapi persaingan yang ada dan memenangkan pesaingan ini. Kondisi ini telah ditunjukkan oleh beberapa perusahaan besar yang kini sedang berkembang seperti Toyota, Wal-Mart, dan Microsoft. Mereka bukan lebih kaya daripada perusahaan-perusahaan besar lainnya, namun mereka dapat menguasai pasar karena mereka memiliki modal intelektual, mereka memiliki pengetahuan.

Untuk menghadapi persaingan yang selalu meningkat dan makin ketat, sewajarnyalah jika PTS selalu berusaha mengembangkan dirinya melalui belajar. Belajar tidak hanya berlaku pada organisasi sebagai suatu struktur, tetapi belajar juga harus terjadi pada seluruh organisasi termasuk anggota-anggota yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, dalam lingkungan PTS dan juga lingkungan perguruan tinggi lainnya, perlu dikembangkan lingkungan belajar yang kondusif. Dengan lingkungan belajar yang demikian diharapkan ada dorongan dan keinginan para anggota organisasi untuk dapat


(20)

beradaptasi dengan lingkungan yang selalu berubah dan belajar dari perubahan yang terjadi itu.

Banyak organisasi pendidikan yang menganggap bahwa modal utama yang paling diperlukan untuk menghadapi persaingan adalah modal fisik dan dana. Ternyata modal fisik dan dana tidak menjamin suatu organisasi untuk tetap hidup dan berkembang. Menurut Hartanto (1999) keberhasilan suatu perusahaan (organisasi) dalam menghadapi suatu persaingan ditentukan oleh kompetensi profesional (modal intelektual) dan kredibilitas (modal lunak) dan adanya jejaring kerjasama yang fungsional (modal sosial) dari para pelakunya. Gabungan sinergik antara modal intelektual, modal sosial, dan modal lunak ini membentuk modal maya yang dijadikan tumpuan untuk membangun masa depan yang cerah dan sejahtera. Oleh karena itu, bagi perguruan tinggi, terutama perguruan tinggi swasta yang sarat dengan persaingan, modal intelektual adalah sangat penting dan menentukan. Dengan modal intelektual yang dimilikinya PTS dapat bersaing dan mengembangkan dirinya untuk menjadi yang terbaik dan maju.

B. Identifikasi Masalah

Jumlah pendapatan yang diterima oleh penyelenggara perguruan tinggi swasta sangat bergantung pada besarnya Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) yang diberikan oleh masing-masing peserta didik dan jumlah peserta didik pada perguruan tinggi swasta tersebut, atau dengan perkataan lain, ada hubungan linier antara enrollment dengan revenue yang diterima oleh PTS (Sjarief, 1997). Besarnya revenue ini akan sangat mempengaruhi kemampuan PTS yang bersangkutan untuk dapat berkembang dan hidup terus, terutama dalam menghadapi persaingan dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN)


(21)

dan PTS lainnya. Sebaliknya rendahnya daya saing ini akan mempengaruhi dan berdampak pada enrollment dan kemampuan keuangan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pula kelangsungan hidup dan daya kembang PTS yang bersangkutan.

Persaingan merupakan kondisi eksternal yang dihadapi oleh organisasi PTS. Persaingan terjadi karena usaha yang dilakukan oleh PTS untuk memenuhi kebutuhannya agar tetap survive dan berkembang. Kebutuhan yang tersedia dengan jumlah yang terbatas dan diperebutkan oleh banyak PTS ini menyebabkan persaingan makin ketat. Selain itu persaingan juga terjadi sebagai akibat lingkungan yang berubah, yang menyebabkan kebutuhan pelanggan berubah, baik mengenai jumlah, jenis, dan mutunya.

Setiap perguruan tinggi, khususnya perguruan tinggi swasta, selalu berusaha tidak hanya ingin menjaga kelangsungan hidupnya, tetapi juga ingin agar menjadi perguruan tinggi yang terbaik dalam lingkungannya. Usaha ini mereka lakukan karena dengan menjadi pergurun tinggi yang terbaik akan memudahkan baginya untuk menarik calon mahasiswa masuk dalam lingkungannya. Kuantitas dan kualitas mahasiswa yang masuk ke dalam suatu perguruan tinggi swasta merupakan komponen yang penting dalam usaha penyelenggaraan PTS. Karena dari jumlah dan kualitas mahasiswa itu PTS, selain akan menerima biaya pendidikan dari padanya, yang jumlahnya cukup, yang nantinya digunakan untuk menyelenggarakan pelaksanaan pendidikan, juga proses pendidikan akan dapat dilaksanakan lebih lancar dengan menghasilkan mutu lulusan yang baik.

Sehubungan dengan itu, masalah utama yang dihadapi oleh suatu organisasi lembaga pendidikan untuk menghadapi persaingan ini ialah bagaimana lembaga itu (PTS) dapat menciptakan suatu kondisi dan mekanisme yang dapat menstimulasi seluruh anggotanya menguasai pengetahuan yang bersifat explisit dan tacit (Nonaka dan Takeuchi, 1995).


(22)

Pengetahuan itu dapat digunakan untuk memunculkan kreativitas dan inovasi yang dapat digunakan untuk mengubah dan membentuk iklim organisasi yang kondusif guna pengembangan organisasi. Karena itu usaha bagi pihak pimpinan PTS ialah bagaimana memunculkan potensi dan kompetensi insani atau individu yang selama ini tersembunyi dan belum diberdayakan itu.

Bagi organisasi, untuk mencapai taraf yang lebih baik dan lebih unggul, perlu diusahakan agar kompetensi individu yang telah dimiliki oleh anggota organisasi dapat ditransformasikan menjadi kompetensi kelompok atau organisasi yang nantinya menjadi modal intelektual organisasi. Adanya kompetensi individu tanpa dapat dibentuk menjadi modal intelektual organisasi sulitlah untuk dapat diciptakan produk dan jasa yang lebih kompetitif sesuai dengan yang diharapkan oleh pelanggan. Transformasi ini dimulai dari pembelajaran individu menjadi pembelajaran organisasi dalam kerangka organisasi belajar. Dalam proses transformasi ini penting untuk diperhatikan bagaimana anggota organisasi berbagi pengetahuan dalam mewujudkan modal intelektual organisasi.

C. Rumusan Masalah

Globalisasi memberikan pengaruh yang luas terhadap seluruh kehidupan manusia. Pengaruh itu meliputi dalam cara kita berpikir, memecahkan masalah, menghadapi masalah, pola perilaku sehari-hari, sampai pada menyehatkan dan membahagiakan diri.

Tidak disangkal lagi dunia pendidikan sekarang ini mengalami situasi yang penuh gejolak, akibat dari perubahan lingkungan dan global yang sering mendasar tetapi tidak menentu, tidak terduka dan kompleks, tanpa pola yang jelas, tidak linier dan berlangsung terus menerus. Akibat lingkungan yang selalu berubah dikarenakan individu yang


(23)

berubah dan ingin selalu berubah, penanganan terhadap insani yang memerlukan pendidikan juga harus berubah. Perubahan yang dihadapi dengan tidak terpola ini dan yang sebelumnya tidak pernah terjadi, tidak dapat dihadapi dengan cara tertentu yang telah baku, namun kita harus bekerja dengan kompetensi dan wawasan baru. Kompetensi dan wawasan ini bukan kemampuan untuk beradaptasi sesaat, tetapi kemampuan dan kemauan untuk selalu menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi secara berkesinambungan (Hartanto, 1999).

Dalam kaitannya dengan pengelolaan PTS, kemampuan dan kemauan untuk beradaptasi atas perubahan-perubahan yang terjadi ini sangat diperlukan, jika tidak, PTS yang bersangkutan akan mengalami kemunduran. Kemampuan ini perlu dimulai dari kompetensi individu yang dimiliki oleh anggota PTS dan mengusahakannya agar selalu dan terus dapat dikembangkan untuk dapat mencapai cita-cita organisasi. Agar kompetensi individu yang dimiliki oleh PTS ini dapat digunakan untuk menghadapi perubahan dan persaingan yang terjadi, maka kompetensi individual ini harus dapat ditransformasikan menjadi kompetensi organisasi. Dengan kompetensi ini organisasi akan memiliki kekuatan yang cukup untuk dapat melawan dan menghadapi pesaing-pesaing, yang makin hari makin bertambah banyak dan kuat. Agar kompetensi individu ini menjadi kompetensi kelompok atau organisasi, organisasi harus memiliki lingkungan kerja dan mekanisme yang mampu membangkitkan semangat dan mendorong terciptanya pengetahuan-pengetahuan yang bersifat eksplisit dan tacit dari seluruh anggotanya..

Dalam konteks yang sama pesaing-pesaing PTS yaitu PTN dan PTS lain serta lembaga pendidikan asing, juga berusaha melakukan hal yang sama untuk dapat survive dan berkembang. Oleh karena itu, jika PTS ingin menang dalam persaingan ini daya


(24)

saing ini harus selalu ditingkatkan dengan terus menerus melakukan proses belajar dan beradaptasi dengan kebutuhan dan tuntutan lingkungan yang dihadapinya. Dengan kata lain organisasi dituntut untuk menjadi ‘the learning organization’ karena hanya organisasi belajar saja yang akan berhasil dalam menghadapi persaingan yang ditandai oleh lingkungan yang serba kompleks dan tidak menentu. Dengan pengaruh organisasi belajar yang merupakan lingkungan belajar yang kondusif serta persaingan, proses terjadinya transformasi kompetensi intelektual individu menjadi modal intelektual organisasi dapat ditingkatkan.

Menurut Senge (1990), terdapat lima disiplin yang harus dipenuhi oleh suatu organisasi agar dapat menjadi organisasi belajar. Kelima disiplin ini harus dijalankan dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati dan dengan disiplin yang tinggi untuk memperoleh hasil yang optimal. Kelima disiplin tersebut ialah berpikir sistemik (system thinking), penguasaan pribadi (personal mastery), model mental (mental model), visi bersama (shared vision), dan belajar dalam tim (team learning).

Transformasi kompetensi intelektual insani (individu) menjadi modal intelektual organisasi juga dapat dipengaruhi oleh iklim organisasi yang dapat mendorong terjadinya pembelajaran dan proses transformasi. Iklim organisasi ini sangat penting, karena betapa kuatnya dorongan dan motivasi individu untuk melakukan tindakan tanpa didukung oleh adanya iklim yang kondusif, sasaran yang diharapkan tidak akan dapat dicapai. Iklim yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda pula dalam memperoleh informasi, melakukan tindakan, dan menentukan strategi.

Kompetensi, menurut Spencer & Spencer (1993), terbentuk dari lima karakteristik yaitu: motif, watak, konsep diri, pengetahuan dan ketrampilan. Kompetensi pengetahuan


(25)

dan ketrampilan relatif mudah untuk dikembangkan melaui pengalaman dan pelatihan, karena itu, bagi dosen, kedua kompetensi ini dapat dipengaruhi oleh jabatan akademik, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja dosen.

Dari uraian tersebut di atas, penelitian yang sasaran respondennya adalah para dosen fakultas ekonomi dan teknik dari empat universitas swasta di Bandung ini, masalah-masalah yang ingin diketahui dan dideskripsikan ialah:

1. Seberapa signifikan pengaruh kompetensi intelektual individu terhadap modal intelektual organisasi?

2. Seberapa signifikan pengaruh organisasi belajar terhadap kompetensi intelektual individu menjadi modal intelektual organisasi?

3. Seberapa signifikan pengaruh persaingan terhadap kompetensi intelektual individu menjadi modal intelektual organisasi?

4. Adakah jabatan akademik, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja dosen yang berbeda memberikan pengaruh yang sama terhadap kompetensi intelektual individu menjadi modal intelektual organisasi?

5. Disiplin organisasi belajar yang mana yang memberikan pengaruh yang paling dominan terhadap kompetensi intelektual individu menjadi modal intelektual organisasi?

Untuk menjawah masalah penelitian yang di sebutkan di atas, penulis melakukan penelitan di empat universitas yang maju di kota Bandung, yaitu Universitas Pasundan, Universitas Widyatama, Universitas Kristen Maranatha, dan Universitas Katholik Parahyangan.


(26)

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah:

1. Mengidentifikasi dimensi-dimensi lingkungan eksternal organisasi perguruan tinggi swasta khususnya persaingan yang dihadapi oleh universitas swasta sasaran penelitian.

2. Untuk mengetahui seberapa signifikan pengaruh kompetensi intelektual individu dosen tehadap modal intelektual organisasi.

3. Untuk menguji secara empirik seberapa signifikan pengaruh lingkungan eksternal persaingan terhadap kompetensi intelektual individu menjadi modal intelektual organisasi.

4. Untuk mengetahui seberapa signifikan pengaruh media organisasi belajar terhadap kompetensi intelektual individu menjadi modal intelektual organisasi.

5. Untuk mengetahui adakah perbedaan pengaruh jabatan akademik dosen, tingkat pendidikan dosen, dan pengalaman kerja dosen terhadap kompetensi intelektual dosen menjadi modal intelektual organisasi.

6. Memperluas wawasan dan pengetahuan tentang organisasi pada umumnya dan organisasi belajar pada khususnya serta pengaruhnya pada proses pembentukan modal inelektual organisasi.

Manfaat Penelitian


(27)

(a) Penulis, untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh lingkungan eksternal dan internal terhadap proses transformasi kompetensi intelektual individual menjadi modal intelektual organisasi PTS.

(b) PTS dan pengelola PTS yang diteliti tentang kondisi lembaga pendidikannya yang berkaitan dengan kompetensi intelektual dosen dan organisasi belajar yang dapat digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kemampuan bersaing.

(c) Para pembaca dan peneliti lainnya yang tertarik terhadap masalah kompetensi intelektual individu, organisasi belajar, dan modal organisasi sebagai bahan rujukan guna penelitian lanjutan.

E. Kerangka Pemikiran

Persaingan yang dihadapi oleh PTS makin lama makin ketat. Hal ini terjadi karena masing-masing PTS berusaha untuk dapat menarik para pelanggannya masuk dalam lingkungannya. PTS tidak hanya ingin survive dengan memperoleh jumlah mahasiswa yang cukup dan bermutu, tetapi juga PTS ingin mengembangkan dirinya menjadi PTS yang mampu menghasilkan lulusan yang bermutu agar dapat diserap oleh lapangan kerja, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Salah satu indikator bahwa PTS mampu bersaing dan dapat memenangkan persaingan ialah PTS itu diminati oleh masyarakat, oleh pelanggannya dan oleh pengguna lulusannya. Minat itu tidak hanya terhadap lulusan PTS, tetapi juga minat untuk memasuki PTS serta minat untuk memberikan kepercayaan kepada PTS mengadakan kerja sama dan mengadakan hubungan kerja. Untuk dapat diminati, perguruan tinggi harus bermutu dan memiliki reputasi yang baik. Bermutu artinya memenuhi kriteria


(28)

permintaan masyarakat, tidak hanya terbatas pada mutu produk tetapi, dalam dunia pendidikan, termasuk yang penting ialah mutu proses. Untuk mencapai mutu yang diinginkan dalam menghadapi persaingan, PTS harus memiliki modal, selain modal fisik, terutama harus memiliki modal pengetahuan yang cukup. Modal pengetahuan ini berasal dari seluruh anggota PTS, terutama dosen, dalam bentuk kompetensi intelektual guna melaksanakan proses belajar pengajar dan proses pelayanan kepada para pelanggannya (mahasiswa, orang tua, instansi bisnis dan pemerintahan). Dengan demikian, penting bagi PTS untuk dapat mentransformasikan kompetensi intelektual yang dimiliki oleh dosen menjadi modal intelektual PTS (organisasi) yang dapat digunakan untuk menghadapi para pesaingnya.

KERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN

Lingkup Penelitian

LINGKUNGAN PERGURUAN TINGGI SWASTA Gambar: 1.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

DOSEN KOMPE-TENSI

INDIVIDU

MODAL ORGANI-SASI

ORGANI

BERMUTU/ REPUTASI

DIMINATI

ORGANISA-SI BELAJAR

PERSAING-AN


(29)

Mentransformasikan kompetensi intelektual individu menjadi modal intelektual organisasi sangat bergantung pada kondisi organisasi pendidikan yang ada. Kondisi itu ialah lingkungan internal organisasi yang mendukung dalam bentuk organisasi belajar yang dinamis dan lingkungan eksternal organisasi dalam bentuk persaingan yang merupakan pendorong terjadinya proses transformasi. Kondisi ini untuk masing-masing organisasi perguruan tinggi swasta (PTS) tidak sama. Karena itu, dalam penelitian ini akan dapat diperoleh beberapa karakteristik perilaku organisasi PTS yang mencerminkan kondisi tersebut. Uraian yang disebutkan di atas dapat digambarkan seperti pada gambar 1.1.

Penelitian ini bersifat deskriptif-komperatif untuk memberikan deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang hubungan sebab-akibat yang terjadi antara berbagai dimensi atau variabel yang diteliti, serta memberikan perbandingan antara objek-objek yang diteliti. Oleh karena itu, model penelitian dibuat dengan menggambarkan atau memodelkan hubungan serta keterkaitan antar variabel berikut gambaran atas variabel-variabel tersebut, untuk selanjutnya dilakukan pembandingan antar organisasi objek. Model dasar penelitian ini melibatkan aspek-aspek perilaku organisasi yang dipengaruhi oleh lingkungan eksternal (persaingan). Pengaruh lingkungan ini akan mengubah perilaku organisasi belajar sebagai manifestasi keinginan dan kehendak untuk dapat menghadapi persaingan yang terjadi dalam lingkungan eksternal dan sebagai manifestasi dari dorongan yang terjadi dalam lingkungan internal. Tujuan akhir dari perubahan perilaku ini ialah transformasi kompetensi intelektual individu menjadi kompetensi intelektual organisasi. Atas dasar kerangka pemikiran tersebut di atas, model dasar penelitian digambarkan seperti pada gambar 1.2.


(30)

Variabel independen

Variabel Intervening Variabel Dependen

Variabel independen

Gambar 1.2. Model dasar penelitian.

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, variabel-variabel yang menjadi perhatian dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu variabel independen, variabel intervening dan variabel dependen. Variabel independen ialah organisasi belajar dan persaingan, variabel intervening ialah kompetensi intelektual individu, sedangkan sebagai variabel dependen ialah modal intelektual organisasi. Organisasi belajar sebagai lingkungan belajar bertindak sebagai variabel independen yang mempenaruhi transformasi kompetensi intelektual individu menjadi modal intelektual organisasi. Persaingan juga merupakan variabel independen yang memberikan pengaruh pada peningkatan transformasi kompetensi intelektual individu menjadi modal intelektual organisasi.

Jika variabel independen organisasi belajar disebutkan sebagai X1, variabel independen persaingan sebagai X2, variabel intervening kompetensi intelektual dosen sebagai Y3, dan variabel dependen modal intelektual organisasi sebagai Y4, maka hubungan variabel-variabel itu dapat digambarkan sebagai berikut:

KOMPETENSI INTELEKTUAL

INDIVIDU

MODAL INTELEKTUAL

ORGANISASI ORGANISASI

BELAJAR

PERSA-INGAN


(31)

e1

p41 A p31 e2

p43 p32 p42

Atau, jika organisasi belajar diberi kode LE, persaingan dengan kode Pers, kompetensi intelektual individu dengan kode KI, dan modal intelektual organisasi dengan kode MI, hubungan antar variabel itu dapat digambarkan sebagai berikut.

LE e1

B KI MI e2 Pers

Gambar 1.3. A dan B. Model pengukuran variabel penelitian.

Untuk mengetahui hubungan antar variabel independen dilakukan statistik korelasi, sedangkan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dilakukan statistik regresi dan analisis jalur, keduanya dengan menggunakan perangkat lunak SPSS ver. 11 dan Lisrel 8.30.

F. Sistematika Penulisan Laporan Penelitian

Laporan penelitian terdiri atas 6 bab dan disusun dengan sistematika sebagai berikut. Bab I. Pendahuluan, berisi pembahasan mengenai (A) Latar Belakang Masalah, (B) Identifikasi Masalah, (C) Rumusan Masalah, (D) Tujuan dan Manfaat Penelitian, (E) Kerangka Pemikiran, dan (F) Sistematika Penulisan Laporan Penelitian.

Bab II, Tinjauan Konsep dan Teori, membahas tentang (A) Kedudukan Masalah Penelitian dalam Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan, (B) Konsep Organisasi, (C) Lingkungan Organisasi, (D) Konsep Mutu, (E) Konsep Belajar dan Pembelajaran, (F)

X1

X2


(32)

Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Kolaboratif, (G) Konsep Organisasi Belajar, (H) Kompetensi, (I) Modal Intelektual, (J) Kajian Penelitian yang Relevan.

Bab III, Metodologi Penelitian, membahas tentang (A) Metode Penelitian, (B) Tahapan Proses Penelitian, (C) Identifikasi Variabel Penelitian, (D) Hipotesis Penelitian, (E) Pengembangan Model Penelitian, (F) Alat dan Teknik Pengumpulan Data, (G) Analisis Data Statistik, dan (H) Pengumpulan dan Pengolahan Data.

Bab IV, berisi: (A) Pembahasan Hasil Perhitungan Analisis Statistik Deskriptif, (B) Pembahasan Hasil Analisis Faktor, (C) Pembahasan Bobot Faktor, (D) Pembahasan Hasil Analisis Validitas Konstruk, (E) Pembahasan Kualitas Organisasi Belajar, (F) Pembahasan Hasil Perhitungan Analisis Jalur, (G) Pengaruh Variabel Kontrol, dan (H) Pengaruh Masing-masing Disiplin Organisasi Belajar.

Bab V, berisi Diskusi, kaitan antara hasil temuan dan landasan teori, (A) Analisis Statistik Deskriptif, (B) Kualitas Organisasi Belajar, (C) Hasil Multiregresi Linier dan Analisis Jalur.

Bab VI, berisi Kesimpulan, Implikasi, dan Rekomendasi, menyajikan kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data, dan dari kesimpulan-kesimpulan ini diajukan implikasinya. Rekomendasi yang diberikan ditujukan kepada institusi tempat penelitian dilakukan dan kepada pihak-pihak yang tertarik atas masalah penelitian ini untuk ditelaah atau dilakukan penelitian lebih lanjut.

Daftar Pustaka, berisi daftar buku-buku dan bahan bacaan lainnya yang digunakan dalam mempersiapkan, melakukan dan membuat laporan penelitian.

Lampiran-Lampiran, berisi lampiran-lampiran yang digunakan dalam penelitian dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari seluruh proses penelitian.


(33)

DISKUSI

Bab ini membahas hasil-hasil penelitian dikaitkan dengan konsep dan teori serta hasil penelitian yang relevan yang telah dibahas dalam Bab II. Dari tujuan penelitian yang ditetapkan, yaitu ingin mengetahui dan mendiskripkan seberapa signifikan pengaruh organisasi belajar dan persaingan sebagai variabel indipenden terhadap kompetensi intelektual dosen menjadi modal intelektual organisasi, perlu dibahas temuan yang diperoleh dan kaitannya dengan konsep dan teori yang mendasarinya.

A. Analisis Statistik Deskriptif

1. Variabel Kompetensi Intelektual Dosen

Nilai rata-rata variabel Kompetensi Intelektual Individu yang diperoleh seluruh kelompok dosen universitas ialah 3,9678 atau sama dengan 79,36 %. Dengan kategori 100% -90 % sangat baik, 89 % - 75 % baik, 74 % - 60 % sedang, dan < 60 % kurang, nilai 79,36 % termasuk dalam kategori baik. Kategori ini belum optimal, karena itu perlu ditingkatkan. Nilai rata-rata tertinggi diperoleh kelompok dosen Universitas Widyatama (4,0414 = 80,83%), berarti kelompok dosen Universitas Widyatama memiliki kompetensi intelektual individu lebih baik dibandingkan dengan kelompok dosen universitas lain. Nilai kompetensi intelektual individu ini merupakan modal pokok bagi organisasi untuk meningkatkan memampuannya berkembang guna menghadapi lingkungan yang selalu berubah.

Spencer & Spencer (1993) membagi kompetensi menjadi enam kelompok, salah satunya ialah berprestasi dan bertindak yang di dalamnya mengandung indikator berusaha bekerja dengan baik di atas standar. Dengan demikian temuan bahwa skor rata-rata


(34)

digunakan sebagai modal menghadapi persaingan, terutama skor terendah yang diperoleh sekelompok dosen universitas dalam penguasaan beberapa metode pengajaran (rata-rata 2,9384 = 58,77 %). Hal ini menunjukkan bahwa kopetensi mereka terhadap indikator ini kurang. Sejalan dengan itu, Makmun (1996) menyatakan bahwa seorang yang kompeten di antaranya ialah (1) mengetahui perangkat pengetahuan tentang seluk-beluk yang menjadi bidang tugasnya, dan (2) mengetahui perangkat ketrampilan tentang cara bagaimana dan dengan apa harus melakukan tugas pekerjaannya, dengan demikian temuan ini menunjukkan bahwa responden memiliki kompetensi yang rendah terhadap indikator penguasaan metode pengajaran. Sebagai dosen, penguasaan atas metode pengajaran adalah sangat penting, karena metode pengajaran merupakan “pisau” sebagai alat untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan kompetensi intelektual mereka, penguasaan atas metode pengajaran harus ditingkatkan.

2. Variabel Modal Intelektual Organisasi

Seperti yang disebutkan dalam Bab II, Stewart (1998) menyatakan bahwa modal intelektual adalah pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki seseorang atau organisasi yang dapat digunakan untuk kemajuan dan keunggulan kompetitif, yang berarti bahwa pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh organisasi dapat digunakan untuk menghadapi persaingan. Sejalan dengan itu, Hartanto (1998) dan Hidayat (1999) menyatakan bahwa modal intelektual dapat terbentuk jika dalam organisasi terdapat proses berbagi kompetensi intelektual yang efektif. Sehubungan dengan itu, nilai rata-rata


(35)

digunakan untuk menghadapi persaingan. Nilai rata-rata yang sedang ini disebabkan oleh keengganan anggota organisasi untuk melakukan inovasi (3,1552 = 63,10 %), kurangnya dialog untuk menyamakan visi organisasi dan berbagi pengetahuan (2,9041 = 58,08 %), tiadanya inovasi dan ide-ide baru (3,2258 = 64,52 %), dan kurangnya pengetahuan atas kemampuan yang dimiliki oleh anggota organisasi (3,0769 = 61,54 %). Untuk meningkatkan modal intelektual organisasi, kekurangan-kekurangan yang ada perlu diperbaiki dengan cara organisasi harus terus-menerus belajar dan menjadi organisasi belajar.

Nilai rata-rata variabel Modal Intelektual Organisasi yang diperoleh seluruh kelompok dosen universitas ialah 3,6349 atau sama dengan 72,70 %. Nilai ini termasuk dalam kategori sedang. Ini menunjukkan bahwa kompetensi intelektual yang telah dimiliki oleh individu dosen belum semuanya ditransformasikan menjadi modal intelektual organisasi. Nilai rata-rata tertinggi diperoleh kelompok dosen Universitas Pasundan (3,9931 = 79,86 %), berarti kelompok dosen Universitas Pasundan memiliki modal intelektual organisasi lebih baik dibandingkan dengan universitas lain.

Modal intelektual organisasi merupakan modal (kekuatan) yang harus dimiliki suatu organisasi dalam mengembangkan dirinya dan untuk menghadapi perubahan lingkungan organisasi (Stewart, 1997, Quinn, 1998, Hartanto, 1998,). Oleh karena itu, untuk dapat memenangkan persaingan dan berkembang, organisasi harus memiliki modal intelektual yang kuat.


(36)

Nilai rata-rata variabel Organisasi Belajar yang diperoleh seluruh kelompok dosen universitas ialah 3,7349 atau sama dengan 74,70 %. Nilai ini termasuk dalam kategori

sedang. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan belajar yang ditunjukkan oleh adanya

organisasi belajar kondisinya hanya sedang saja. Nilai yang sedang ini jelas kurang memberikan pengaruh terhadap kompetensi intelektual individu untuk menjadi modal intelektial organisasi sebagai modal yang penting untuk menghadapi persaingan (Hartanto, 1995).

Nilai rata-rata tertinggi diperoleh kelompok dosen Universitas Widyatama (3,8452 = 76,90 %), berarti kelompok dosen Universitas Widyatama memiliki lingkungan organisasi belajar lebih baik dibandingkan dengan kelompok dosen universitas lain.

Secara garis besar, pendapat yang disampaikan oleh Robbin (2001), Marquardt (1996), Hartanto (1995), dan Senge (1990) tentang organisasi belajar ialah (1) adatif terhadap lingkungan luar, (2) secara terus-menerus memperbesar kapasitasnya untuk berubah atau mengadaptasi perubahan, (3) berkembang secara kolektif dan juga individual, dan (4) menggunakan hasil belajar untuk mencapai hasil yang lebih baik, menunjukkan bahwa sikap-sikap semacam itu harus dimiliki oleh individu dan kelompok dalam organisasi yang sedang belajar. Namun, temuan penelitian menunjukkan bahwa keterkaitan antara karir dan keluarga bernilai kurang (3,1379 = 62,76 %), yang berarti berfikir sistemnya, yang termasuk dalam disiplin system thinking, kurang berjalan dengan baik Adanya anggota yang masih mementingkan diri sendiri dibandingkan dengan kepentingan kelompok (3,6538 = 73,08 %), kurangnya kontribusi meningkatkan relevansi visi organisasi dengan kepentingan masyarakat (2,9394 = 58,79 %), keduanya


(37)

proses perubahan yang dihadapi, termasuk dalam disiplin system thinking, (3,5161 = 70,32 %), berarti akan mempengaruhi kondisi lingkungan belajar tersebut. Inilah yang menyebabkan secara keseluruhan lingkungan belajar pada semua universitas yang diteliti tidak mendapat nilai yang maksimum, hanya sedang (74,70 %).

Organisasi belajar merupakan lingkungan belajar yang baik bagi organisasi untuk mendorong terbentuknya modal intelektual organisasi dari kompetensi yang dimiliki oleh anggota organisasi (Senge, 1993, Marquardt, 1996, Hartanto, 1998). Oleh karena itu, lingkungan belajar yang kondusif (tinggi) akan sangat penting untuk dapat mentransformasikan kompetensi intelektual individu menjadi modal inetelektual organisasi.

4. Variabel Persaingan

Menurut Porter (1980), ada lima kekuatan dalam persaingan yang harus dihadapi oleh organisasi (bisnis). Kelima kekuatan itu ialah: munculnya pesaing baru, ancaman terhadap produk dan layanan baru, kekuatan menawar (bargaining power) pembeli, kekuatan menawar pemasok, dan persaingan dengan pesaing yang telah ada. Dalam dunia pendidikan, lima kekuatan dalam persaingan itu dapat diterjemahkan sebagai: (a) munculnya perguruan tinggi baru, termasuk perguruan tinggi asing, (b) dibukanya jurusan atau program studi baru oleh perguruan tinggi lain yang lebih menarik, (c) terjadinya perubahan dan peningkatan kebutuhan dari masyarakat pengguna lulusan perguruan tinggi, (d) terjadinya perubahan dan peningkatan kebutuhan dari para calon mahasiswa/orang tua mahasiswa atas jenis dan layanan pendidikan yang dikehendaki,


(38)

perlu dihadapi dengan usaha peningkatan mutu PTS, yaitu mutu layanan, mutu dosen, mutu fasilitas, mutu lulusan dan pembiayaan yang tidak terlalu mahal dan promosi. Jika usaha-usaha ini baik, PTS diharapkan dapat memenangkan persaingan. Namun, nilai rata-rata yang diperoleh variabel persaingan ini hanya dalam kategori sedang (71,17 %), berarti kekuatan bersaingnya masih perlu ditingkatkan. Dari temuan yang diperoleh menunjukkan bahwa kurangnya kemampuan bersaing ini disebabkan oleh biaya pendidikan yang kurang bersaing (3,0517 = 61,03 %), mutu pelayanan yang kurang (2,7885 = 55,77 %, kurikulum yang kurang menarik (2,8788 = 57,58 %), dan promosi yang kurang (2,4839 = 49,68 %).

Nilai rata-rata variabel Persaingan yang diperoleh seluruh kelompok dosen universitas ialah 3,5587 atau sama dengan 71,17 %. Nilai ini termasuk dalam kategori

sedang. Nilai rata-rata tertinggi diperoleh kelompok dosen Universitas Parahyangan

(3,7447 = 74,89 %), berarti kelompok dosen Universitas Parahyangan memiliki persepsi mengenai persaingan lebih baik dibandingkan dengan kelompok dosen universitas lain.

B. Kualitas Organisasi Belajar

Senge (1990) dan Hidayat (1999) menyatakan bahwa hubungan yang erat antar disiplin dalam organisasi belajar menunjukkan bahwa kondisi organisasi belajar pada organisasi itu baik. Hubungan yang erat ini ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi yang tinggi dan positif. Ditinjau secara keseluruhan, dengan melihat hasil korelasi antara disiplin dalam organisasi belajar kondisi lingkungn belajar di masing-masing Universitas yang diteliti tidak sama. Ada yang kondisinya baik seperti yang ditunjukkan oleh


(39)

kondisinya kurang baik seperti yang ditunjukkan oleh kelompok dosen Universitas Katholik Parahyangan (r ada yang < 0,5 dan tidak signifikan). Namun, secara keseluruhan di masing-masing universitas yang diteliti sudah ada organisasi belajar, walaupun belum maksimal, terutama pada Universitas Katholik Parahyangan yang terdapat dua hubungan antar disiplin yang tidak signifikan.

Hasil temuan ini dibandingkan dengan hasil penelitian yang relevan menunjukkan bahwa: penelitian Dudi Arisandi, kualitas lingkungan belajar secara keseluruhan relatif belum memuaskan, sesuai dengan hasil temuan penelitian ini. Nilai rata-rata dari kualitas lingkungan belajar hanyalah 0,756 dari nilai maksimum 1.

C. Hasil Multiregresi Linier dan Analisis Jalur

1. Pengaruh variabel independen organisasi belajar dan persaingan terhadap variabel kompetensi intelektual individu dan variabel dependen modal intlektual organisasi pada kelompok dosen Universitas Pasundan, Universitas Widyatama, Universitas Kristen Maranatha, Universitas Katholik Parahyangan, dan kelompok dosen fakultas Ekonomi dan fakultas Teknik

Nonaka dalam tulisannya yang berjudul “The Knowledge-Creating Company “ (1998), menyatakan bahwa jika suatu organisasi ingin berhasil perlu mentransformasikan pengetahuan tacit menjadi pengetahuan eksplisit. Pengetahuan tacit adalah pengetahuan yang dimiliki oleh personal organisasi, sedangkan pengetahuan eksplisit ialah pengetahuan yang dapat dimiliki oleh seluruh anggota organisasi. Senge (1996), Hartanto (1998), dan Hidayat (1999) menyatakan bahwa untuk mentransformasikan potensi (pengetahuan) individu perlu adanya lingkungan belajar yang kondusif, dan menurut Senge, lingkungan belajar ini dalam bentuk organisasi belajar.


(40)

intelektual individu memberikan pengaruh yang lemah dan tidak signifikan pada modal intelektual organisasi (Universitas Pasundan, Widyatama, Maranatha, dan Parahyangan). Temuan ini sesuai dengan pernyataan tersebut di atas, yaitu jika tidak ada lingkungan belajar yang kondusif, pengaruhnya lemah.

Mengenai lingkungan belajar dalam bentuk organisasi belajar, temuan penelitian menunjukkan bahwa organisasi belajar sebagai variabel independen memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kompetensi intelektual individu dan modal intelektual organisasi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien jalur yang positif dan signifikan. Dengan demikian, temuan penelitian ini sesuai dengan pernyataan tersebut di atas. Namun, temuan penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Golfina Septrika, belum terbukti secara signifikan adanya pengaruh lingkungan belajar yang kondusif terhadap proses transformasi potensi etikal individu menjadi modal kredibilitas organisasi/kelompok, dan penelitian Nurhayati Surbakti, belum terbukti secara signifikan adanya pengaruh lingkungan belajar yang kondisif terhadap proses transformasi potensi sosial individu menjadi modal sosial kelompok. Kedua penelitian di atas dilakukan pada beberapa perusahaan.

Temuan ini juga sesuai dengan yang diajukan oleh Stewart (1997), Quinn (1998), Hartanto (1998), dan Hidayat (1999), bahwa kompetensi intelektual individu merupakan modal pokok dalam pembentukan modal intelektual organisasi, namun hal ini dapat terjadi jika ada lingkungan organisasi belajar yang kondusif. Atau sebaliknya, lingkungan organisasi belajar yang kondusif tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan jika


(41)

baik.

Mengenai variabel independen persaingan yang diharapkan dapat menjadi pendorong organisasi untuk lebih meningkatkan pengetahuannya dalam bentuk modal intelektual, seperti yang dikemukan oleh Porter (1980) dan Ibrahim (1997), hal ini terbukti pada kelompok dosen di Universitas Pasundan, dan Universitas Parahyangan, tetapi di Universitas Widyatama dan Universitas Maranatha pengaruhnya tidak signifikan. Hal ini terjadi mungkin di universitas tersebut para dosen fakultas ekonomi dan teknik kurang memberikan kepeduliannya terhadap persaingan yang dihadapi oleh PTS-nya.

Hasil analisis jalur kelompok dosen Fakultas Ekonomi menunjukkan: pengaruh kompetensi intelektual individu terhadap modal intelektual organisasi lemah (p43 = 0,05) dan tidak signifikan. Pengaruh total variabel independen organisasi belajar terhadap kompetensi intelektual individu, sedang (p31 = 0,29), dan terhadap modal intelektual organisasi, sangat kuat (p41 = 0,70), dan signifikan. Pengaruh total variabel independen persaingan terhadap kompetensi intelektual individu, lemah (p32 = 0,14) dan tidak signifikan, dan terhadap modal intelektual organisasi, lemah (p42 = 0,16) dan tidak signifikan. Temuan ini seperti yang terdapat pada kelompok dosen Universitas Maranatha.

Hasil analisis jalur kelompok dosen Fakultas Teknik menunjukkan: pengaruh total kompetensi intelektual individu terhadap modal intelektual organisasi, lemah (p43 = -0,02) dan tidak signifikan. Pengaruh total variabel independen organisasi belajar terhadap kompetensi intelektual individu, sangat kuat (p31 = 0,49), dan signifikan, dan terhadap modal intelektual organisasi, sangat kuat (p41 = 0,59), dan signifikan. Pengaruh variabel


(42)

32

tidak signifikan, dan terhadap modal intelektual organisasi, juga kuat (p42 = 0,32).

Ditinjau secara keseluruhan, pengaruh organisasi belajar baik terhadap kompetensi intelektual individu maupun terhadap modal intelektual organisasi memberikan memberikan pengaruh yang kuat untuk tiap-tiap kelompok dosen Universitas. Untuk seluruh responden, pengaruh total variabel organisasi belajar, kuat terhadap kompetensi intelektual individu (p31 = 0,37) dan sangat kuat terhadap modal intelektual organisasi (p41 = 0,64). Sebaliknya pengaruh total variabel persaingan, lemah terhadap kompetensi intelektual individu (p32 = 0,15) dan tidak signifikan, dan sedang terhadap modal intelektual organisasi (0,24). Pengaruh tertinggi organisasi pembelarjar terhadap kompetensi intelektual individu dan terhadap modal intelektual organisasi diberikan pada kelompok dosen Universitas Maranatha. Keadaan ini sejalan dengan nilai koefisien korelasi antar disiplin organisasi belajar kelompok dosen Universitas Maranatha. Hal ini menunjukkan bahwa proses transformasi variabel kompetensi intelektual individu menjadi modal intelektual organisasi relatif lebih baik dibandingkan dengan kelompok yang lain.

2. Pengaruh variabel kontrol jabatan akademik, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja

Hasil perhitungan multiregresi linier terhadap kelompok yang memiliki jabatan akademik yang berbeda, menghasilkan nilai koefisien adjusted R2 berbeda. Untuk kelompok jabatan akademik asisten ahli ke bawah adjusted R2 = 0,217, untuk kelompok lektor ke atas adjusted R2 = 0,224. Namun hasil uji beda menunjukkan bahwa perbedaan ini tidak signifikan.


(43)

pendidikan yang berbeda, menghasilkan nilai koefisien adjusted R2 berbeda. Untuk kelompok tingkat pendidikan S1/Setingkat S1 ke bawah adjusted R2 = 0,228, untuk kelompok S2/Setingkat S2 ke atas adjusted R2 = 0,202. Namun hasil uji beda menunjukkan bahwa perbedaan ini tidak signifikan.

Hasil perhitungan multiregresi linier terhadap kelompok yang memiliki pengalaman kerja yang berbeda, menghasilkan nilai koefisien adjusted R2 berbeda. Untuk kelompok dengan masa kerja 5 tahun ke bawah adjusted R2 = 0,236, untuk kelompok dengan masa kerja di atas lima tahun adjusted R2 = 0,186. Dengan uji beda menunjukkan perbedan ini signifikan.

Secara keseluruhan, masing-masing kelompok menghasilkan nilai adjusted R2 yang berbeda, berarti keeratan hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen untuk masing-masing kelompok itu juga berbeda. Namun berbedaan ini tidak signifikan, kecuali untuk kelompok dosen yang berbeda masa kerjanya.

3. Pengaruh masing-masing disiplin dalam organisasi belajar (PM, MM, SV, ST, dan TL) terhadap variabel kompetensi intelektual individu (KI) dan variabel modal intelektual organisasi (MI)

Hasil multiregresi linier menunjukkan bahwa masing-masing disiplin organisasi

belajar memberikan pengaruh (nilai koefisien β) yang tidak sama. Yang terkuat ialah variabel personal mastery (nilai koefisien β = 0,323) terhadap kompetensi intelektual individu dan shared vision (nilai koefisien β = 0,311) terhadap modal intelektual organisasi. Sedangkan hasil multiregresi linier seluruh variabel disiplin organisasi belajar terhadap komptensi intelektual individu menunjukkan bahwa hanya pengaruh disiplin


(44)

organisasi ialah disiplin Personal Mastery, Mental Model dan Shared Vision yang signifikan, lainnya tidak signifikan.

Menurut Senge (1990), ciri-ciri dari suatu organisasi belajar ialah adanya lima disiplin yang membentuk suatu tatanan organisasi yang berhasil. Organisasi yang tidak memiliki salah satu dari kelima disiplin tersebut atau yang kinerja disiplinnya rendah, akan mengalami kesulitan untuk berfungsi secara maksimal. Kelima disiplin ini menjadi indikator adanya habitat yang kondusif untuk terjadinya proses transformasi pengetahuan dari kompetensi intelektual individu menjadi modal intelektual organisasi. Temuan penelitian menunjukkan bahwa pengaruh masing-masing disiplin dengan kompetensi intelektual individu tidak sama.


(45)

Argyris, C., (1992). On Organizational Learning, Cambridge: Blackwell Publishers, Inc. Arikunto, S., (1998). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka

Cipta.

Arisandi, Dudi, (2000), Pengaruh Organisasi Belajar Terhadap Proses Transformasi Potensi Intelektual Individu Menjadi Modal Intelektual Kelompok, Tesis, Institut Teknologi Bandung.

Bachrudin, A., Tobing, H.L., (2003). Analisis Data untuk Penelitian Survai dengan Menggunakan Lisrel 8, Bandung: FMIPA-UNPAD.

Basuki, Hari, (2004). Analisis Regresi dengan SPSS 11.5 for Window, Lembaga Penelitian Universitas Airlangga Surabaya.

Beck, L.G., Murphy, J., (1996). The Four Imperative of a Successful School, Thousand Oaks: Corwin Press, Inc.

Best, J.W., (1978). Research in Education, New Delhi: Prentice-Hall of India.

Bolen, K.A., 1989. Structural Equation with Latent Variables, New York: John Wiley & Sons.

Cohen, L., & Manion, L., (1997). Research Methods in Education, 4th ed., London: Routledge.

Covey, S.R., (1989). The Seven Habits of Highly Effective People, New York: Simon & Schuster.

De Geus, Arie, (1988). Planning as Learning, Harvard Business Review, Vol. 88, No. 2. Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat, (2001). Pedoman Implementasi Manajemen

Berbasis Sekolah di Jawa Barat, Bandung: Dipenprop Jabar.

Duderstadt, J.J., (2003). A University for the 21st Century, Ann Arbor: The University of Michigan Press.

Duncan,O.D., (1975). Introduction to Structural Equation Models, New York: Academic Press.

Drucker, P.F., (1998). “The Coming of the New Organization”, Harvard Business Review on Knowledge Management, Boston: Harvard Business School Press.


(1)

Personal Mastery dan Mental Model yang signifikan, dan terhadap modal intelektual organisasi ialah disiplin Personal Mastery, Mental Model dan Shared Vision yang signifikan, lainnya tidak signifikan.

Menurut Senge (1990), ciri-ciri dari suatu organisasi belajar ialah adanya lima disiplin yang membentuk suatu tatanan organisasi yang berhasil. Organisasi yang tidak memiliki salah satu dari kelima disiplin tersebut atau yang kinerja disiplinnya rendah, akan mengalami kesulitan untuk berfungsi secara maksimal. Kelima disiplin ini menjadi indikator adanya habitat yang kondusif untuk terjadinya proses transformasi pengetahuan dari kompetensi intelektual individu menjadi modal intelektual organisasi. Temuan penelitian menunjukkan bahwa pengaruh masing-masing disiplin dengan kompetensi intelektual individu tidak sama.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Argyris, C., (1992). On Organizational Learning, Cambridge: Blackwell Publishers, Inc. Arikunto, S., (1998). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka

Cipta.

Arisandi, Dudi, (2000), Pengaruh Organisasi Belajar Terhadap Proses Transformasi Potensi Intelektual Individu Menjadi Modal Intelektual Kelompok, Tesis, Institut Teknologi Bandung.

Bachrudin, A., Tobing, H.L., (2003). Analisis Data untuk Penelitian Survai dengan Menggunakan Lisrel 8, Bandung: FMIPA-UNPAD.

Basuki, Hari, (2004). Analisis Regresi dengan SPSS 11.5 for Window, Lembaga Penelitian Universitas Airlangga Surabaya.

Beck, L.G., Murphy, J., (1996). The Four Imperative of a Successful School, Thousand Oaks: Corwin Press, Inc.

Best, J.W., (1978). Research in Education, New Delhi: Prentice-Hall of India.

Bolen, K.A., 1989. Structural Equation with Latent Variables, New York: John Wiley & Sons.

Cohen, L., & Manion, L., (1997). Research Methods in Education, 4th ed., London: Routledge.

Covey, S.R., (1989). The Seven Habits of Highly Effective People, New York: Simon & Schuster.

De Geus, Arie, (1988). Planning as Learning, Harvard Business Review, Vol. 88, No. 2. Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat, (2001). Pedoman Implementasi Manajemen

Berbasis Sekolah di Jawa Barat, Bandung: Dipenprop Jabar.

Duderstadt, J.J., (2003). A University for the 21st Century, Ann Arbor: The University of Michigan Press.

Duncan,O.D., (1975). Introduction to Structural Equation Models, New York: Academic Press.

Drucker, P.F., (1998). “The Coming of the New Organization”, Harvard Business Review on Knowledge Management, Boston: Harvard Business School Press.


(3)

Engel, K.S., Moosbrugger, H, Muller, H. (2003). Evaluating the Fit of Structural Equation Models: Test of Significance and Descriptive Goodness-of-Fit Measures, in Method of Psychological Research – Online .

Engkoswara, (1986). Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan, Jakarta: PPLPTK. Ditjen Dikti.

Fattah, N., (2000). Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Andira.

Frankel, J.R., Wallen, N.E., (1993). How to Design and Evaluate Research in Education, 2nd ed., New York: McGraw-Hill Inc.

Fulan, M.G., Stiegelbauer, S., (1991). The New Meaning of Educational Change, New York: Teachers College Press.

Fullerton, J. Review of The Fifth Discipline, [On line]. Tersedia:

http://www.rtis.com/nat/user/jfullerton/review/learning html (5/27/02).

Gall, M.M., Gall, J.P., Borg, W.R., (2003). Educational Research, an Introduction, 7th ed., Boston: Pearson Education.

Garratt, B., (2000). The Learning Organization, London: HarperCollinsPublisher. Garvin, D.A., (1998). “Building a Learning Organization”, Harvard Business Review on

Knowledge Management, Boston: Harvard Business School Press.

Gilbert, T.F., (1978). Human Competence, Engineering Worthy Performance, New York: McGraw-Hill.

Hair, J.F. et all, (1992). Multivariate Data Analysis with Readings, New York: Mcmillan Publishing Co.

Hamel, G., Prahalad, C.K., (1995). Kompetisi Masa Depan, Terjemahan, Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Hannan, M. Learning Organization, [On Line]. Tersedia:

http://www.isacs.org/monographs/learnor1.htm (5/30/02).

Hartanto, F.M., (1998). Modal Maya: Pengungkit Keunggulan Perusahaan di dalam Era Informasi, Working Paper, Studio Manajemen Teknik Industri ITB.

…………...…. (1999). Peran Etika dalam Bisnis yang Berbekal Modal Maya, Seminar Nasional dan Simposium Hasil-Hasil Penelitian, Forum Komunikasi Penelitian Manajemen dan Bisnis V, Semarang.

Hidayat, Jan, (1999). Pengaruh Komitmen dan Modal Sosial Pada Proses Trasformasi Kompetensi Intelektual Individu Menjadi Modal Intelektual Organisasi, Thesis Magister, Institut Teknologi Bandung.


(4)

Hicks, H.B., and Gullett, C.R., (1976). The Management of Organization, 3rd ed., New York: McGraw-Hill.

Ibrahim, Buddy, (1997). TQM (Total Quality Management), Jakarta: Djambatan

Ikujiro, N., Hitotaka, T., (1995). The Knowledge-Creating Company – How Japanese Companies Create the Dynamic of Innovation, Oxford: Oxford University Press.

Isom, M.D., (1998). ‘The Social Learning Theory’ [On Line]. Tersedia.

www.criminology.fsu.edu/crimtheory/bandura.htm (8/27/03)

Johnson, D.W., Johnson, R.T., Holubec, E.J., (1994). Cooperative Learning in the Classroom, Alexandria: ASCD.n

Johson, S.L., Rush, S.C., (1995). Reinventing the University, New York: John Wiley & Sons.

Jreskog, K.G., and Srbom, D., (1993). Lisrel 8: Structural Equation Modeling with the Simplis Command Language, Chicago: Scientific Software International.

Joyce, B., Weil, M., Showers, B., (1992). Models of Teaching, 4th ed., Boston: Allyn and Bacon.

Kerka, S., (199). The Learning Organization, [On Line]. Tersedia:

http://ericacve.org/docs/mr00004.htm (4/20/02).

Kienholz, A., Kienholz, A. (1999). System Rethinking: An Inquiring System Approach to the Art and Practice of the Learning Organization, [On Line]. Tersedia:

http://www.cba.uh.edu/-parks/fis/inqre2a1.htm (4/19/02).

Larsen, K., et al (1996). Learning Organization, [On Line]. Tersedia: http://home.nycap.tt.com/klarsen/learnorg/ (4/26/02).

Lewis, R.G., and Smith, D.H., (1997). Total Quality in Higher Education, Florid: St. Lucie Press.

Litwin, G., & Stringer, (1968). Motivation and Organization Climate, Cambridge, MA: Harvard University Press.

Lunenburg, F.C., Ornstein, A.C., (1991). Educational Administration, Concepts and Practices, Belmont: Wadsworth Publishing Company.

Marquardt, M.J., (1996). Building the Learning Organization, New York: McGraw-Hill. Meriam, S.B., & Caffarella, R.S., (1999). Learning in Adulthood, 2nd ed., San Francisco:


(5)

Nashih, M., (1997). Suatu Kajian Tentang Pengaruh Persepsi atas Intensitas Persaingan dan Iklim Organisasi Terhadap Perilaku Pembelajaran Organisasi, Tesis Magister, Institut Teknologi Bandung.

Nawawi, H., (1997). Administrasi Pendidikan, Cetakan ke 14, Jakarta: Gunung Agung. Nugroho, D.R., (2001). Reinventing Indonesia, Jakarta : Elex Media Komputindo. Porter, M.E., (1980). Competitive Strategy, New York: The Free Press.

Quinn, J.B., Anderson, P., Finkelstein, S., (1998). “Managing Professional Intellect”, Harvard Business Review on Knowledge Management, Boston: Harvard Business School Press.

Ramsden, P., (2003). Learning to Teach in Higher Education, 2nd ed., London: RoutledgeFalmer.

Rebore, R.W., (1985). Educational Administration, A Management Approach, New Jersey: Prentice-Hall.

Redding, J.C., Catalanello, R.F., (1994). Strategic Readiness, San Francisco: Jossey-Bass. Santos, A., Peter M. Senge,: The Leader’s New Work: Learning Organization, [On Line].

Tersedia: http://www-bus.colorado.edu/faculty/larsen/learnorg/senge2,htm. (5/22/02).

Sallis, E., (1993). Total Quality Management in Education, London: Kogan Page Limited. Santoso, Singgih, (2001). SPSS Versi 10, Mengolah Data Statistik Secara Profesional,

Jakarta: Elex Media Komputindo.

Senge, P., (1996). Disiplin Ke Lima, Seni & Praktek dari Organisasi Pembelajar, (terjemahan), Jakarta: Binarupa Aksara.

Senge, P. et al., (1999). A Fifth Discipline, The Dance of Change, London: Nicholas Brealey.

Senge, P. (2002). The Fifth Discipline Field Book (terjemahan), Jakarta: Interaksara. Senge, P. et al. School that Learn, [On Line]. Tersedia:

http://www.fieldbook.com/STL/STL.html (5/30/02).

Septrina, Golfina, (2001). Pengaruh Lingkungan Belajar dan Budaya Transfomasional Terhadap Proses Transformasi Potensi Etikal Individu Menjadi Modal Kredibilitas Kelompok, Tesis, Institut Teknologi Bandung.

Sergiovanni, T.J., et al, (1992). Educational Governance and Administration, Boston: Allyn an Bacon.


(6)

Smith, R.M. & Associate, (1990). Learning to Learn Across the Life Span, San Francisco: Jossey-Bass Publisher.

Smith, M.K., (1999). “Learning Theory”, the encyclopedia of informal education, [On Line]. Tersedia: www.infed.org.biblio/ b-learn.htm, (8/25/03)

…………..(2001). Peter Senge and the Learning Organization, [On Line}. Tersedia:

http://www.infed.org/thinkers/senge.htm (5/27/02).

…………..http://websites.quincy.edu/-chasemi/learn.htm (4/20/02).

Spencer, L.M., Spencer S.M., (1993). Competence at Work, New York: John Wiley & Sons.

Steward, T.A., (1998). Modal Intelektual – Kekayaan Baru Organisasi (terjemahan), Jakarta: Elex Media Komputindo.

…………..(2001). The Wealth of Knowledge, London: Nicholas Brealey. Sudjana, (1992). Metode Statistika, Bandung: Tarsito.

Sugarman, B., Learning, Working, Managing, Sharing: The New Paradigm of the “Learning Organization” [On Line]. Tersedia:

http://www.lesley.edu/journals/jppp/2/sugarman.html (5/30/02).

Surbakti, N., (2001). Pengaruh Lingkungan Belajar dan Budaya Transformasional Terhadap Proses Transformasi Potensi Sosial Individu Menjadi Modal Sosial Kelompok, Thesis Magister, Institut Teknologi Bandung.

Sutisna, O., (1993). Administrasi Pendidikan, Dasar Teoretis untuk Praktek Profesional, Bandung: Angkasa.

Taryono, (2003). Business Intelligence Sebagai Pembuka Tabir Information Knowledge pada Tingkat Keputusan Strategis, makalah, pada Seminar Nasional

Memenangkan Persaingan Melalui Business Intelligence dan Penerapan Ilmu Manajemen Modern, Bandung.

Tellefsen, T.E., (1990). Improving College Management, An Integrated System Approach, San Fransisco: Jossey-Bass Publisher.

UU RI No. 2 tahun 1989, (1994). Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar Grafika. Wood, P.J., et al, (2001). Organizational Behavior, 2nd. Ed., Milton: John Wiley & Sons.