MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP MENGGUNAKAN PENDEKATAN OPEN-ENDED DENGAN PEMBELAJARAN JOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP.

DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ...............................................................................................
KATA PENGANTAR .......................................................................................
UCAPAN TERIMAKASIH ...............................................................................
ABSTRAK .........................................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................
DAFTAR TABEL ..............................................................................................
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................
BAB I

i
ii
iv
v
vii
ix
xi
xii


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
B. Batasan Masalah ...........................................................................
C. Rumusan Masalah ..........................................................................
D. Tujuan Penelitian ..........................................................................
E. Manfaat Penelitian ........................................................................
F. Definisi Operasional .....................................................................
G. Hipotesis Penelitian ......................................................................

1
9
9
10
11
12
12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kemampuan Pemahaman Matematis .............................................
B. Kemampuan Koneksi Matematis ..................................................

C. Pendekatan Open-ended ...............................................................
D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op co-op .................................
E. Pendapat Siswa .............................................................................
F. Teori Belajar yang Mendukung ....................................................
G. Penelitian yang Relevan ................................................................

14
18
22
26
29
30
33

BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ..........................................................................
B. Populasi dan Sampel .....................................................................
C. Variabel Penelitian ........................................................................
D. Instrumen Penelitian .....................................................................
E. Skala Pendapat Siswa.....................................................................

F. Bahan Ajar dan Pengembangannya ..............................................
G. Teknik Analisis Data ......................................................................
H. Prosedur Penelitian ........................................................................

35
35
36
42
44
45
46
50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................. 52
1. Deskriptif Pengolahan Data ..................................................... 53
2. Analisis Pretes Kemampuan Pemahaman Matematis dan Koneksi
Matematis.................................................................................. 55
3. Analisis Postes Kemampuan Pemahaman dan Koneksi Matematis 57
4. Analisis Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis ..... 60

5. Analisis Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis .......... 64

6. Analisis Kemampuan Pemahaman dengan Level Kemampuan Siswa pada
Kelas Eksperimen .................................................................... 68
7. Analisis Kemampuan Koneksi dengan Level Kemampuan Siswa pada
Kelas Eksperimen ..................................................................... 72
8. Asosiasi antara Kemampuan Pemahaman dan Koneksi Matematis Siswa
74
9. Analisis Pendapat Siswa terhadap Pembelajaran Matematika
menggunakan Pendekatan Open-ended dengan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Co-op co-op ................................................... 78
a. Deskripsi Pendapat Siswa ................................................ 78
b. Pendapat Siswa terhadap Pelajaran Matematika .............. 79
c. Pendapat Siswa terhadap Pendekatan Open-ended .......... 80
d. Pendapat Siswa terhadap Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op coop ...................................................................................... 81
e. Analisis Komponen Utama ............................................... 82
B. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 91
1. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Koneksi
Matematis ................................................................................ 91
2. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Koneksi

Matematis pada Siswa Level Tinggi Sedang dan Rendah ...... 93
3. Hubungan Kemampuan Pemahaman dan Koneksi
Matematis ................................................................................ 93
4. Kemampuan Koneksi Matematis Siswa ................................. 94
5. Skala Pendapat Siswa ............................................................. 95
6. Keterbatasan dalam Penelitian ................................................ 96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 98
B. Saran .............................................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………... 101
LAMPIRAN ....................................................................................................... 102

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam setiap proses pembelajaran harus sesuai dengan tujuan pendidikan
dalam pembelajaran yaitu mengembangkan kemampuan peserta didik. Begitu pula
dengan pembelajaran matematika. Apapun bahan kajian matematikanya harus
mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Ini sesuai dengan Sistem Pendidikan

Nasional (SISDIKNAS) (2005) bahwa, “Bahan kajian matematika, antara lain,
berhitung, ilmu ukur, dan aljabar dimaksudkan untuk mengembangkan logika dan
kemampuan berpikir peserta didik”. Hal ini sesuai dengan National Council of
Teachers of Mathematics (NCTM) (2000) yaitu ada beberapa kemampuankemampuan standar yang harus dicapai dalam pembelajaran matematika meliputi:
(1) komunikasi matematis (mathematical communication); (2) penalaran
matematis (mathematical reasoning); (3) pemecahan masalah matematis
(mathematical

problem

solving);

(4)

koneksi

matematis

(mathematical


connection); dan (5) representasi matematis (mathematical representation).
Pengembangan kemampuan matematis siswa ini sangat penting dalam
proses pembelajaran. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Indonesia
menjelaskan tentang pentingnya pengembangan kemampuan matematis siswa.
Diantaranya terdapat dalam tujuan umum pendidikan matematika tingkat Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dalam DEPDIKNAS (2006) sebagai berikut.

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan, menjelaskan
keterkaitan antar konsep atau logaritma, secara luwes, efisien, dan tepat
dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi yang menyusun bukti atau
menjelaskan gagasan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol dan Gambar, tabel, atau
media lain untu memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan
yaitu memiliki sikap ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari

matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah
Dari berbagai penjelasan di atas, ada beberapa kemampuan yang harus
dikembangkan dalam pembelajaran diantaranya kemampuan pemahaman dan
koneksi matematis siswa. Kemampuan pemahaman merupakan tingkatan paling
rendah dalam aspek kognitif yang berhubungan dengan penguasaan atau mengerti
tentang sesuatu sedangkan kemampuan koneksi matematis termasuk kedalam
kemampuan

berpikir

tingkat

tinggi

dalam

matematika.

Tujuan


yang

dikembangkan dalam kemampuan pemahaman adalah siswa diharapkan mampu
memahami ide-ide matematika. Menurut Skemp (1976), kemampuan pertama
merupakan kemampuan pemahaman instrumental, sedangkan kedua merupakan
kemampuan relasional. Kemampuan relasional memiliki tingkatan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pemahaman instrumental. Pemahaman instrumental
maupun pemahaman relasional perlu ditingkatkan pada pembelajaran matematika.
Selanjutnya tujuan dikembangkan kemampuan koneksi matematis siswa adalah
menurut Sumarmo (2010) 1) Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan
prosedur; 2) Memahami dan menggunakan hubungan antar topik matematika dan
dengan topik bahasan yang lain; 3) Mencari hubungan satu prosedur ke prosedur

yang lain dalam representasi yang ekuivalen; 4) Menggunakan matematika dalam
bidang studi lain/kehidupan sehari-hari; 5) Membuat konjektur, argumen,
mendefinisikan, generalisasi; 6) Memahami representasi ekuivalen konsep yang
sama. Kemampuan koneksi adalah kemampuan menghubungkan antara dua
representasi yang ekuivalen, dan antara proses penyelesaian dari masing-masing
representasi.
Pemahaman relasional erat kaitannya dengan kemampuan koneksi

matematis (mathematical connection). Hal ini dikarenakan dalam pemahaman
relasional siswa dituntut untuk bisa memahami lebih dari satu konsep dan
merelasikannya. Sedangkan kemampuan koneksi matematis diperlukan untuk
menghubungkan berbagai macam gagasan-gagasan atau ide-ide matematis yang
diterima oleh siswa.

Ini juga berarti bahwa upaya untuk meningkatkan

kemampuan pemahaman matematis siswa diperukan kemampuan koneksi antar
konsep yang diperolehnya secara terpisah untuk dapat digunakan atau
diaplikasikan pada konteks nyata sehingga dapat memberi makna yang lebih baik
untuk diri siswa yang diharapkan dapat membangkitkan minat belajarnya terhadap
matematika. Hal ini sesuai dengan Teori Ausubel dengan belajar bermaknanya.
Selain itu siswa juga memaknai dan merasakan langsung manfaat dari penguasaan
konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Teori Konstruktivisme,
proses pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa melalui pengalamnnya dari hasil
interaksi dengan lingkungannya. Pada teori lain, Brunner (Suherman, 2003) pada
dalil pengaitan menyatakan bahwa anak perlu menyadari bagaimana hubungan
antara konsep, karena antara sebuah bahasan dengan bahasan matematika lainnya


saling berkaitan. Untuk bisa mengaitkan suatu konsep dengan konsep yang lain,
artinya anak perlu memahami konsep sebelumnya sebagai suatu prasyarat untuk
memahami konsep yang akan dipelajari.

Hal ini didasarkan pada kenyataan

bahwa dengan meningkatnya kemampuan siswa untuk menghubungkan antar
konsep dan ide-ide matematika maka kemampuan pemahaman relasional siswa
tersebut akan ikut bertambah. dalil pengaitan (connectivity theorem).
Kenyataannya dilapangan, Depdiknas (Sunardja, 2009) mengemukakan
bahwa ada sesuatu yang kurang sesuai dengan proses pendidikan yang terjadi
selama ini di Sekolah, yaitu 1) anak di paksa belajar dengan cara guru, 2) suasana
tegang, 3) pembelajaran sering tidak bermakna; 4) seringkali siswa belajar tidak
menarik perhatinnya; 5) telah terjadi “penjinakan” pada anak; 6) mekin tinggi
kelas anak, makin kurang inisiatif dan keberaniannya bertanya/mengemukakan
pendapat. Selain itu Depdiknas (Sunardja, 2009) menggambarkan kondisi empiris
yang seringkali kita kecewa pada proses belajar mengajar disekolah, apalagi
dikaitkan dengan pemahaman siswa. Hal ini disebabkan oleh 1) banyak siswa
yang mampu menyajikan tingkat hafalan yang sangat baik terhadap materi yang
diterimanya, akan tetapi pada kenyataannya mereka tidak memahami materi ajar
tersebut,contohnya siswa itu mampu menghafal rumus segitiga akan tetapi siswa
tidak mampu memecahkan berbagai soal tentang luas segitiga; 2) sebagian besar
siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan
bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan atau dimanfaatkan, misalnya
mereka sedang belajar luas segitiga tetapi mereka tidak mengerti apa manfaat
yang diambil dalam luas segitiga itu dalam kehidupan sehari-hari; 3) siswa

memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sehingga mereka biasa
diajarkan dengan menggunakan sesuatu dengan abstrak dan metode ceramah.
Selain itu pada penelitian Rusgianti (Lestari, 2009), menemukan bahwa
meskipun ada siswa yang memperoleh prestasi tinggi dalam matematika tetapi
pada kenyataannya mereka tidak benar-benar mengerti tentang materi yang
dihadapi. Misalkan pada masalah materi keliling dan luas bangun datar, ketika
siswa diberikan permasalahan sebagai berikut “berapa panjang taplak meja yang
diperlukan untuk menutupi suatu meja yang memiliki ukuran 2x1 m?”. Tak jarang
siswa sering mengalami kesulitan untuk menetapkan konsep apa yang akan
digunakan untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
Beberapa

hasil

penelitian

menunjukkan

masih

rendahnya

tingkat

kemampuan matematis siswa. Diantaranya dalam Puspendik (a) tahun 2011, hasil
penelitian Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) ratarata skor prestasi matematika siswa kelas VIII Indonesia berada di bawah rata-rata
internasional. Indonesia pada tahun 1999 berada di peringkat ke 34 dari 38 negara,
tahun 2003 berada di peringkat ke 35 dari 46 negara, dan tahun 2007 berada di
peringkat ke 36 dari 49 negara. Selain itu Programme for International Student
Assessment (PISA) tahun 2009 (dalam Puspendik (b), 2011) ranking Indonesia
cenderung menurun terutama pada kemampuan matematika peringkat 61 dari 65
negara.

Ini berarti kemampuan siswa Indonesia lebih rendah dibandingkan

dengan siswa lainnya pada tingkat internasional.
Tidak hanya tingkat internasional, penelitian dalam negeri di Indonesia
mendapatkan hasil yang serupa. Beberapa peneliti menemukan rendahnya

kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan koneksi matematis siswa.
Priatna (dalam Sujatmikowati: 2010) menemukan bahwa kualitas kemampuan
pemahaman matematis berupa pemahaman instrumental dan relasional masih
rendah.

Untuk kemampuan koneksi, Gordah (2009) menemukan bahwa

kelemahan yang paling banyak ditemui pada hasil jawaban siswa dalam
kemampuan koneksi matematis adalah siswa tidak dapat menjawab hubungan atau
konsep matematika yang digunakan.
Hal yang menyebabkan rendahnya kemampuan matematis siswa ada
beberapa faktor. Penelitian Mullis (Fakhrudin, 2010) mengemukakan bahwa
pelajar SMP kelas 2 (kelas VIII) Indonesia yang mengikuti kompetisi sangat
lemah dalam menyelesaikan soal-soal yang tidak rutin (masalah matematis), baik
dalam menyelesaikan soal-soal tentang fakta dan prosedur. Disamping itu
penelitian Mudzakkir (2006) menemukan bahwa minimnya keterampilan siswa
dalam menggunakan representasi grafik atau tabel sebagai cara penyelesaian soal
dan belum optimalnya kemampuan siswa dalam membuat representasi kata-kata
yang merupakan bagian dari kemampuan koneksi dan komunikasi matematis.
Kemudian hasil penelitian Puspitasari ( 2010) terhadap pelaksanaan kegiatan
pembelajaran matematika Sekolah Menengah Pertama di Garut, dijumpai banyak
siswa yang merasa malas dan tidak termotivasi untuk belajar matematika. Gejala
ini terlihat dari aktivitas siswa di kelas saat kegiatan berlangsung seperti:
1. Siswa cenderung pasif di kelas, hanya duduk mencatat materi yang dijelaskan
guru.

2. Siswa enggan bertanya selama dalam proses pembelajaran walaupun
sebenarnya mereka belum mengerti.
3. Tidak mau mengerjakan latihan soal.
4. Malas mempelajari kembali hasil pembelajaran sebelumnya yang telah
dibahas.
Menyikapi permasalahan-permasalahan yang muncul, maka sebaiknya
diperlukan implementasi pendekatan pembelajaran yang dapat memotivasi siswa
untuk berpartisipasi dalam belajar, sehingga dapat mengungkap potensi
kecerdasan, sikap, dan keterampilan siswa. Pembelajaran matematika sebaiknya
dipusatkan pada siswa untuk mengembangkan potensi dirinya, sehingga siswa
aktif dalam menerima informasi dan menggunakan informasi tersebut. Tugas guru
tidak terbatas pada penyiapan informasi kepada siswa, tetapi harus memiliki
kemampuan untuk memahami siswa dengan berbagai keunikannya agar mampu
membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar, khususnya dalam belajar
matematika.
Untuk memperoleh proses belajar-mengajar yang efektif maka harus sesuai
dengan metode yang akan digunakan. Hal ini didukung oleh Ruseffendi (dalam
Rohendi: 2009) yang mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran
matematika terdapat sepuluh faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak belajar
salah satunya adalah model penyajian pembelajaran. Tak hanya pada metode
pembelajaran ini juga menuntut kreativitas guru dalam menyajikan suatu
pembelajaran yang efektif. Ini ditegaskan oleh pendapat Ruseffendi (dalam
Gordah, 2009), mengemukakan bahwa salah satu kemampuan yang harus dimiliki

guru matematika di sekolah menengah adalah mampu mendemontrasikan dalam
penerapan macam-macam metode dan teknik mengajar dalam bidang studi yang
diajarkan. Ausubel (dalam Ruseffendi, 2006), menjelaskan bahwa pendekatan
menggunakan metode pemecahan masalah, inkuiri dan metode belajar dapat
menumbuhkan

berfikir

kreatif

menghubungkan/mengaitkan
matematika

dan

koneksi

kritis,
dan

sehingga

siswa

mampu

memecahkan

antara

masalah

dengan pelajaran lain ataupun masalah yang berkaitan dengan

kehidupan nyata. Berdasarkan hal tersebut perlu diterapkan suatu metode yang
dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan koneksi matematis siswa.
Upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan tersebut
adalah melakukan variasi terhadap pendekatan dan strategi pembelajaran. Salah
satu pendekatan yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan tersebut adalah
pendekatan open-ended.
Pendekatan open-ended adalah salah satu pendekatan yang berbasis
pendekatan masalah. Menurut Shimada (1997), “Pendekatan Open-ended
memberikan

kesempatan

kepada

siswa

untuk

memperoleh

pengetahuan/pengalaman mengemukakan, mengenali dan memecahkan masalah
dengan beberapa teknik sehingga cara berpikir siswa dapat terlatih dengan baik”.
Sejalan dengan hal di atas Heddens dan Speer (Yaniawati, 2001) menyatakan
bahwa pendekatan open-ended bermanfaat untuk meningkatkan cara berpikir
siswa. Nohda (dalam Suherman, 2003) juga menyatakan bahwa tujuan
pembelajaran open-ended membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola
pikir matematis siswa. Pendekatan open-ended ini memberikan keleluasaan

kepada siswa untuk mengemukakan jawaban yang benar, pemecahan masalah
terbuka yang memiliki karakteristik keberagaman metode penyelesaian yang
benar atau memiliki lebih dari satu jawaban benar, sehingga membiasakan siswa
dalam memecahkan masalah, dan memberikan penjelasan jawaban yang diajukan.
Dengan demikian melalui pendekatan open-ended diharapkan dapat membuat
kemampuan pemahaman dan koneksi matematis siswa meningkat. Selain untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman dan koneksi matematis siswa secara
keseluruhan.
Siswa didalam kelas mempunyai kemampuan akademik yang heterogen.
Kemampuan siswa terbagi atas tiga level, yaitu level tinggi, level sedang, dan
level rendah. Siswa level tinggi biasanya memiliki kemampuan di atas temanteman yang ada pada kelompoknya, siswa level sedang memiliki kemampuan
rata-rata dari kelompoknya dan siswa level rendah memiliki kemampuan dibawah
rata-rata kelompoknya. Ruseffendi (2005) mengemukakan bahwa perbedaan
kemampuan yang dimiliki siswa bukan semata-mata merupakan bawaan lahir,
tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan. Ini berarti bahwa kemampuan siswa itu
terbentuk dari suatu proses pembelajaran yang digunakan. Akan tetapi Krutetski
(Darhim, 2004) menyatakan bahwa anak pandai selalu cepat memahami topik
matematika, membuat generalisasi dan menyusun pembuktian. Bahkan siswa
pandai akan merasa bosan dan merasa kurang manfaatnya belajar dengan metode
yang menurut siswa lemah sangat cocok. Diduga siswa yang berkemampuan
lemah apabila metode pembelajaran yang digunakan menarik, berpusat pada siswa
dan sesuai dengan tingkat kematangan siswa, sehingga akan meningkatkan hasil

belajar siswa. Namun dimungkinkan terjadi sebaliknya untuk siswa yang
berkemampuan pandai. Ini bisa terjadi karena para siswa pandai dimungkinkan
lebih cepat memahami topik matematika yang dipelajari karena kepandaiannya,
walaupun tanpa menggunakan berbagai metode pembelajaran yang menarik dan
berpusat pada siswa. Menurut hasil penelitian Awaluddin (2006), Perlakuan
dengan penggunaan pendekatan open-ended dengan tugas tambahan kemampuan
penalarannya lebih meningkat pada siswa kelompok rendah. Selain itu penelitian
yang dilakukan oleh Ulya (Siregar, 2010) bahwa siswa yang diberikan perlakuan
berupa pembelajaran kooperatif tipe TGT hasilnya lebih baik secara signifikan
sehingga siswa kemampuan penalaran siswa level tinggi lebih meningkat setelah
diberikan perlakuan.
Agar pembelajaran berjalan secara optimal, perlu suatu strategi dan kondisi
belajar yang memungkinkan siswa lebih aktif dalam meningkatkan eksplorasi
investigasi, mengemukakan pendapat, saling membantu dan berbagi pendapat
dengan teman untuk menyelesaikan masalah yang diberikan di dalam
pembelajaran. Salah satu cara untuk mengatasi hal diatas dan juga perbedaan
individual siswa adalah belajar dengan kelompok-kelompok kecil yang disebut
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) (Slavin. 2008). Pembelajaran
kooperatif adalah suatu kelompok kecil yang bekerja sebagai suatu tim untuk
menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengajarkan
sesuatu untuk tujuan bersama lainnya. Dahlan (2004), menjelaskan cooperative
learning bukan sekedar menempatkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil
untuk duduk bersama melainkan lebih menekankan pada kehadiran teman sebaya

yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau
membahas suatu tugas yang diberikan.
Jenis kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe co-op coop. Slavin (2008) mengemukakan, co-op co-op adalah menempatkan kelompok
dalam kooperatif antara satu dengan yang lainnya, dan dalam kegiatan di kelas
yang lebih mengutamakan diskusi kelompok dan antar kelompok untuk
mengembangkan pemahaman melalui berbagai kegiatan dan pengalaman yang
dilalui siswa. Kegiatan belajarnya diawali dengan pemberian soal-soal atau
masalah-masalah oleh guru, sedangkan kegiatan belajar selanjutnya cenderung
terbuka, artinya tidak terstruktur ketat oleh guru.
Kegiatan diskusi kelompok ini akan memungkinkan munculnya banyak
argumentasi yang berbeda terhadap permasalahan yang timbul. Hal ini akan
meningkatkan kemampuan matematis siswa. Johnson dan Johnson (Lie: 2007),
mengemukakan bahwa suasana belajar cooperative learning menghasilkan
prestasi yang lebih tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian
psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh dengan
persaingan dan memisah-misahkan siswa. Hal ini juga didukung dalam penelitian
Ross (Puspitasari: 2010) yang mengungkapkan bahwa perbedaan pendapat dan
penjelasan dari anggota-anggota kelompok lain dalam belajar kooperatif dapat
meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
Penggunaan pendekatan open-ended dengan pembelajaran kooperatif tipeco-op co-op, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
strategi belajarnya dengan cara berinteraksi dalam suatu kelompok kecil, dan bisa

bernegosiasi dengan sesama siswa dan guru. Melalui kegiatan ini diharapkan
siswa tidak merasa tertekan sehingga menimbulkan rasa percaya diri dan
termotivasi untuk belajar matematika..Jika hal itu terjadi dalam pembelajaran
matematika, maka bukan mustahil akan berdampak positif terhadap pelajaran
matematika ataupun pada pembelajaran yang telah dilakukan. Pada penelitian
Muin (2005) menemukan bahwa siswa memiliki sikap yang negatif terhadap
pembelajaran matematika dan berakibat dengan peningkatan kemampuan koneksi
siswa. Hal ini menguak bahwa ada pengaruhnya sikap siswa terhadap peningkatan
hasil belajar dan pengaruhnya suatu pembelajaran yang diterapkan terhadap sikap
siswa. Hal ini sependapat dengan Hilgard dan Bower dalam Sunarsi (2009)
mengatakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya
yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak
dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau
keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat,dan
sebagainya).
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka penelitian difokuskan
pada meningkatkan kemampuan pemahaman dan koneksi matematis siswa
melalui pendekatan open-ended dengan pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op.

B. Batasan Masalah
Masalah utama yang akan di kaji dalam penelitian ini adalah kemampuan
pemahaman dan koneksi matematis pada siswa SMP melalui pendekatan openended dengan pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op. Materi pelajaran yang
dibahas dalam penelitian ini adalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang
menggunakan pendekatan open-ended dengan pembelajaran kooperatif
tipe co-op co-op lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran biasa?
2. Apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang
menggunakan pendekatan open-ended dengan pembelajaran kooperatif
tipe co-op co-op lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran biasa?
3. Apakah

terdapat

perbedaan

yang

signifikan

antara

peningkatan

kemampuan pemahaman matematis siswa dengan level kemampuan siswa
(tinggi, sedang, rendah) yang memperoleh pendekatan open-ended dengan
pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op?
4. Apakah

terdapat

perbedaan

yang

signifikan

antara

peningkatan

kemampuan koneksi matematis siswa dengan level kemampuan siswa
(tinggi, sedang, rendah) yang memperoleh pendekatan open-ended dengan
pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op?

5. Adakah asosiasi antara kemampuan pemahaman dan kemampuan koneksi
matematis siswa?
6. Bagaimana pendapat siswa terhadap proses pembelajaran melalui
pendekatan open-ended dengan pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op?

D. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh informasi
objektif mengenai proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan openended dengan pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman dan koneksi matematis siswa. Secara khusus penelitian
ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang
menggunakan pendekatan open-ended dengan pembelajaran kooperatif
tipe co-op co-op apakah lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran
biasa.
2. Mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang
menggunakan pendekatan open-ended dengan pembelajaran kooperatif
tipe co-op co-op apakah lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran
biasa.
3. Mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara peningkatan
kemampuan pemahaman matematis siswa dengan level kemampuan siswa
(tinggi, sedang, rendah) yang memperoleh pendekatan open-ended dengan
pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op.

4. Mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara peningkatan
kemampuan koneksi matematis siswa dengan level kemampuan siswa
(tinggi, sedang, rendah) yang memperoleh pendekatan open-ended dengan
pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op.
5. Mengetahui asosiasi antara kemampuan pemahaman dan kemampuan
koneksi matematis siswa.
6. Mengetahui pendapat siswa terhadap proses pembelajaran melalui
pendekatan open-ended dengan pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op.

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Bagi guru, diharapkan dapat memberikan masukan dalam meningkatkan
kemampuan pemahaman dan koneksi matematis siswa dan juga dapat
menambah wawasan tentang pembelajaran yang lebih bermakna.
2. Bagi siswa, diharapkan dapat menumbuhkembangkan kemampuan
pemahaman dan koneksi matematis.
3. Bagi peneliti, diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian
selanjutnya.

F. Hipotesis
1. Peningkatan

kemampuan

pemahaman

matematis

siswa

yang

menggunakan pendekatan open-ended dengan pembelajaran kooperatif
tipe co-op co-op lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran biasa.

2. Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang menggunakan
pendekatan open-ended dengan pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op
lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran biasa.
3. Terdapat

perbedaan

antara

peningkatan

kemampuan

pemahaman

matematis siswa dengan level kemampuan siswa (level tinggi, sedang dan
rendah) yang memperoleh pendekatan open-ended dengan pembelajaran
kooperatif tipe co-op co-op.
4. Terdapat perbedaan antara peningkatan kemampuan koneksi matematis
siswa dengan level kemampuan siswa (level tinggi, sedang dan rendah)
yang

memperoleh

pendekatan

open-ended

dengan

pembelajaran

kooperatif tipe co-op co-op.
5. Terdapat asosiasi antara kemampuan pemahaman dan koneksi matematis
siswa.

G. Definisi Operasional
Untuk memperjelas agar tidak terjadi kesalah penafsiran maka
didefinisikan beberapa variabel yang ada dalam penelitian ini
1. Kemampuan pemahaman matematis
Kemampuan pemahaman dalam penelitian ini meliputi aspek kemampuan
kemampuan relasional yaitu kemampuan mengaitkan sesuatu dengan hal
yang lainnya secara benar.

2. Kemampuan koneksi matematis
Indikator untuk kemampuan koneksi matematis siswa dalam penelitian ini
adalah memahami hubungan representasi konsep atau prosedur yang
sama, mencari hubungan satu prosedur ke prosedur lain dalam
representasi yang ekuivalen, dan menggunakan matematika dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Pendekatan open-ended
Pendekatan open-ended adalah pendekatan berbasis masalah yang
memiliki banyak cara penyelesaian dan atau mempunyai banyak jawaban
yang benar.
4. Pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op
Pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op adalah pembelajaran yang
mengutamakan diskusi kelompok dan antar kelompok. Pada awal
pembelajaran setiap kelompok diberikan tugas yang sama untuk
diselesaikan, kemudian dipilih satu kelompok untuk mempresentasikan
hasil temuannya dihadapan kelas. Setelah diskusi antar kelompok selesai,
diberikan kesempatan kepada kelompok untuk berdiskusi kembali dalam
kelompok masing-masing.
5. Pembelajaran biasa adalah pembelajaran dimana guru menyampaikan
materi pelajaran di depan kelas dan siswa hanya mencatat, mendengarkan,
bertanya dan mengerjakan soal secara individu maupun secara
berkelompok.

6. Skala pendapat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapat siswa
tentang pendekatan open-ended melalui pembelajaran kooperatif tipe coop co-op.
7. Pendekatan open-ended dengan pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op
adalah suatu proses pembelajaran yang menggunakan open-ended sebagai
pendekatan dalam mengajar dengan mengkondisikan siswa bekerja dalam
kelompok secara kooperatif tipe co-op co-op. Adapun tahapan-tahapan
dalam prosesnya adalah
a. Siswa dikelompokkan dalam kelompok yang heterogen
b. Siswa diberikan permasalahan yang berupa lembar pemasalahan
yang berbasis open-ended.
c. Siswa menyelesaikan lembar permasalahan dalam kelompoknya
d. Guru mengawasi siswa dan membantu siswa dengan teknik umpan
balik dalam menyelesaikan permsalahan.
e. Dipilih satu kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya,
kelompok lain menanggapi dan mengemukakan pendapat jika
temuan ataupun cara menyelesaikannya berbeda dengan kelompok
yang lain.
f. Siswa kembali berdiskusi dalam kelompoknya
g. Guru menyimpulkan dan mereflksi hasil diskusi kelompok.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain
eksperimennya kelompok kontrol non ekuivalen. Ruseffendi (2005) menjelaskan
bahwa desain kelompok kontrol non ekuivalen, desain ini hampir sama dengan
desain penelitian kelompok pretes-postes akan tetapi yang membedakannya
adalah pada desain ini pengelompokan tidak secara acak. Gambar desain
kelompok kontrol non ekuivalen menurut Ruseffendi (2005) sebagai berikut:
O
O

X

O
O

Gambar 3.1
Desain Kelompok Kontrol Non Ekuivalen

Keterangan:
X

: Pendekatan open-ended dengan pembelajaran kooperatif tipe co-op co-

op
O

: Pretes dan postes kemampuan pemahaman dan koneksi matematis siswa

B. Populasi dan Sampel
Sekolah yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP di
Kab.Belitung Timur. Pemilihan sampel 2 kelas sampel yaitu kelas VIIIA sebagai
kelas kontrol dan VIIIB sebagai kelas eksperimen pada SMP Negeri 2 Manggar
dan 2 kelas sampel yaitu kelas VIIIB sebagai kelas kontrol dan VIIIC sebagai

kelas eksperimen pada SMP Negeri 4 Manggar. Sehingga penelitian ini terdiri
dari 4 kelas sampel yang terdiri dari 2 sekolah yang berbeda tapi masih dalam
satu level yang sama. Pengambilan sampel menggunakan teknik pengambilan
purposive sampling dimana pengambilan sampel berdasarkan dengan kepentingan
waktu biaya dan tempat penelitian. Pengambilan sampel ini diambil kelas VIII
karena di anggap kelas VIII telah

memenuhi materi prasyarat dari kelas

sebelumnya.

C. Variabel penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang penggunaan pendekatan open-ended dengan
pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op terhadap kemampuan pemahaman dan
koneksi matematis. Penelitian ini juga akan membandingkan peningkatan
kemampuan dua perlakuan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Selain itu terdapat variabel lain yang juga akan berperan penting dalam penelitian
ini. Variabel tersebut adalah level kemampuan siswa yang meliputi tiga level yaitu
kemampuan siswa tinggi, sedang dan rendah.
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini menggunakan tiga variabel
yaitu variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol. Variabel bebas yaitu
pendekatan open-ended dengan pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op.
Variabel terikat yaitu kemampuan pemahaman dan kemampuan koneksi
matematis dan variabel kontrol yaitu level kemampuan siswa yang meliputi
kemampuan siswa tinggi, sedang dan rendah.

D. Instrumen Penelitian
Untuk melaksanakan penelitian diperlukan instrumen penelitian untuk
memperoleh data penelitian. Instrumen yang akan digunakan yaitu: 1) Tes, yaitu
soal uraian kemampuan pemahaman dan koneksi matematis dan 2) Non tes,
terdiri dari skala pendapat siswa terhadap pembelajaran matematika yang
menggunakan pendekatan open-ended dengan pembelajaran kooperatif tipe co-op
co-op.
Tes kemampuan pemahaman terdiri dari 4 soal bentuk uraian dan tes
kemampuan koneksi matematis terdiri 3 soal bentuk uraian. Pemilihan bentuk tes
uraian ini bertujuan agar dapat mengetahui kemampuan siswa kedua kelompok.
Penyusunan tes kemampuan pemahaman dan koneksi matematis terlebih dahulu
menyusun kisi–kisi soal dan dilanjutkan dengan menyusun soal beserta kunci
jawaban. Adapun pemberian skor tes pada masing-masing kemampuan tertera
pada tabel berikut.

Tabel 3.1
Pedoman Pemberian Skor
Tes Kemampuan Pemahaman Matematis
Skor

Kriteria Jawaban dan Alasan
Menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika secara
lengkap, penggunaan istilah dan notasi matematika secara tepat, penggunaan
algoritma secara lengkap dan benar.

4

3

Menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika secara
hampir lengkap, penggunaan istilah dan notasi matematika hampir benar,
penggunaan algoritma secara lengkap, perhitungan secara umum benar, namun
mengandung sedikit kesalahan.

2

Menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika kurang
lengkap dan perhitungan masih terdapat sedikit kesalahan.

1

Menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika sangat
terbatas dan sebagian besar jawaban masih mengandung perhitungan yang salah.

0

Tidak menunjukkan pemahaman konsep dan prinsip terhadap soal matematika.

Cai, Lane, dan Jacobsin melalui Holistic Scoring Rubrics
(Nanang, 2009)

Tabel 3.2
Pedoman Pemberian Skor
Tes Kemampuan Koneksi Matematis
Skor
3
2
1
0

Kriteria jawaban dan alasan
Semua aspek pertanyaan dijawab dengan lengkap, jelas, dan benar, serta
jelas koneksinya.
Hampir semua aspek pertanyaan dijawab dengan benar, tapi tidak jelas
koneksinya.
Koneksinya jelas akan tetapi aspek pertanyaan hamper benar
Hanya sebagian aspek pertanyaan dijawab dengan benar dan tidak jelas
koneksinya.
Tidak ada jawaban / jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan/tidak ada
yang benar.

Holistic Scale dari North Carolina Department of Public Instruction tahun 1994
(Ratnaningsih, 2003)

Selanjutnya peneliti menggunakan skor untuk kemampuan pemahaman dan
koneksi matematis siswa secara keseluruhan. Kemampuan pemahaman matematis
dengan skor ideal 16 dikelompokkan lagi kedalam 3 tingkatan. Dimana level

kemampuan pemahaman siswa tinggi, sedang dan rendah. Kriteria klasifikasi
kemampuan koneksi matematisnya sebagai berikut:
Tabel 3.3
Skor Kemampuan Pemahaman Matematis Keseluruhan
Skor Nilai
Kategori
Skor nilai ≥ 12
Tinggi
6 ≤ skor nilai < 12
Sedang
Skor nilai < 6
Rendah

Sedangkan untuk kemampuan koneksi matematis, skor maksimal idealnya
adalah 9, sehingga kriteria klasifikasi kemampuan koneksi matematisnya sebagai
berikut:
Tabel 3.4
Skor Kemampuan Koneksi Matematis Keseluruhan
Skor Nilai
Kategori
Skor nilai ≥ 7
Tinggi
3 ≤ skor nilai < 7
Sedang
Skor nilai < 3
Rendah

Sebelum digunakan dalam penelitian, beberapa mahasiswa S2 pendidikan
matematika UPI untuk mengetahui validitas isinya. Validitas ini ditetapkan
berdasarkan

kesesuaian antara kisi-kisi soal dengan butir soal. Sebelum

digunakan instrumen diujicobakan agar mengetahui apakah instrumen tersebut
dapat digunakan untuk penelitian. Uji coba instrumen akan diujicobakan ke kelas
IX yang telah menerima materi belajar dan dilakukan tempat penelitian agar
mempunyai kesamaan dalam pengembangan kurikulum. Uji coba dilakukan
terhadap 34 siswa kelas IX di SMP Negeri 4 Manggar. Uji coba instrumen
dilakukan untuk melihat validitas butir soal, reliabilitas tes, daya pembeda butir

soal, dan tingkat kesukaran butir soal. Data hasil uji coba di analisis dengan
menggunakan program komputer ANATES.
a. Analisis validitas tes
Kemudian untuk melihat validitas, dalam hal ini validitas banding
tiap butir soal menggunakan korelasi produk momen dengan angka kasar
(raw score). Rumusnya adalah
=





− ∑

− ∑
.





− ∑
(Suherman, 2003)

Keterangan :
= koefisien validitas
= banyak subjek
= Skor tiap butir soal
= Skor total
Untuk menginterpretasikan validasi soal tes dalam penelitian ini
menggunakan ukuran yang dibuat J. P Guilford (Suherman, 2003) yaitu:
0,90 ≤

≤ 1,0

korelasi sangat tinggi

0,40 ≤

< 0,7

korelasi sedang

0,70 ≤
0,20 ≤

< 0,90 korelasi tinggi

< 0,40 korelasi rendah

< 0,20

korelasi sangat rendah

b. Analisis Reliabilitas Tes
Reliabilitas instrumen adalah ketetapan alat evaluasi dalam
mengukur atau ketetapan siswa dalam menjawab alat evaluasi tersebut

(Ruseffendi, 2005). Dengan rumus yang digunakan dalam menguji suatu
reliabilitas adalah Cronbach-Alpha sebagai berikut:
=

−1

!" − ∑ !#
!"

$
(Ruseffendi, 2005)

Keterangan :
= koefisien reliabilitas
!

= banyak butir soal
!" = variansi skor seluruh soal menurut skor siswa perorangan
!# = variansi skor soal tertentu ke-i

∑ !# = Jumlah variansi skor seluruh soal menurut skor soal tertentu
Kemudian

untuk

menginterpretasikan

reliabilitas

instrumen

menggunakan kriteria yang dibuat Guilford (Ruseffendi, 2005), tersaji
pada tabel berikut.
Tabel 3.5
Klasifikasi Reliabilitas
Nilai r
0,90 < r11 ≤ 1,00
0,70 < r11 ≤ 0,90
0,40 < r11 ≤ 0,70
0,20 < r11 ≤ 0,40
r11 ≤ 0,20

Interpretasi
Reliabilitas sangat tinggi
Reliabilitas tinggi
Reliabilitas sedang
Reliabilitas rendah
Reliabilitas sangat rendah

c. Analisis daya pembeda
Untuk mengetahui daya pembeda setiap butir soal tes, langkah
pertama yang dilakukan adalah mengurutkan perolehan skor seluruh
siswa dari yang skor tertinggi sampai skor terendah, langkah kedua

mengambil 27% siswa yang skornya tinggi dan 27% siswa yang skor
rendah selanjutnya disebut kelompok atas dan kelompok bawah.
Kemudian menggunakan rumus sebagai berikut rumus yang digunakan
untuk menghitung daya pembeda soal uraian adalah sebagai berikut:
DP =

JB A − JB B
JS A

atau

DP =

JB A − JB B
JS B

(Suherman, 2003)
Keterangan:
DP : daya pembeda
JBA:

jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar, atau jumlah benar kelompok atas

JBB:

jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar, atau jumlah benar kelompok atas

JSA : jumlah siswa kelompok atas (higher group atau upper
group)
JSB : jumlah siswa kelompok rendah (lower group)
Menurut Suherman (2003), untuk menginterpretasikan daya
pembeda menggunakan kriteria yang tersaji pada Tabel 3.3

Tabel 3.6
Klasifikasi Daya Pembeda
Nilai DP
% ≤ 0,00
0,00 < % ≤ 0,20
0,20 < % ≤ 0,40
0,40 < % ≤ 0,70
0,70 < % ≤ 1,00

Interpretasi
Sangat Jelek
Jelek
Cukup
Baik
Sangat Baik

d. Tingkat kesukaran
Untuk

menganalisis

tingkat

kesukaran

soal

kemampuan

pemahaman matematika dan soal kemampuan koneksi matematika,
digunakan rumus sebagai berikut:
&' =

()* +(),
(-* +(-,

(Suherman, 2003)
Keterangan :
IK = Indeks kesukaran
JBA = Jumlah skor dari kelompok atas
JBB = Jumlah skor siswa dari kelompok bawah
JSA = Jumlah siswa dari kelompok atas
JSB = Jumlah siswa dari kelompok bawah
Kemudian menurut Suherman (2003), mengklasifikasi indeks kesukaran
tersaji pada Tabel 3.4.
Tabel 3.7
Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Interpretasi Soal
Nilai IK
IK = 0,00
Soal terlalu sukar
0,00 < IK ≤ 0,30
Soal sukar
0,30 < IK ≤ 0,70
Soal sedang
0,70 < IK < 1,00
Soal mudah
IK = 1,00
Soal terlalu mudah
Hasil perhitungan validitas butir soal, reliabilitas, tingkat
kesukaran dan daya pembeda untuk soal pemahaman disajikan pada tabel
berikut.

Tabel 3.8
Rekapitulasi Analisis Butir Soal
Kemampuan Pemahaman Matematis
Validitas

No.
Soal

Daya Pembeda

rxy

Kriteria

DP

1

0,70

Baik

0,72

2

0,91

3

0,91

Sangat
Baik
Sangat
Baik

0,72
0,75

Kriteria
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik

Tingkat
kesukaran
TK
Kriteria
0,50

Sedang

0,36

Sedang

0,37

Sedang

4

0,83

Baik

0,47

Baik

0,23

5

0,64

Sedang

0,19

Jelek

0,09

6

0,88

Baik

0,66

Baik

0,33

Reliabilitas Tes
./

Kriteria

0,90

Tinggi

Sangat
Sukar
Sangat
sukar
Sedang

Dari tabel di atas dipilih hanya empat soal yang mewakili untuk
dijadikan soal dalam kemampuan pemahaman siswa. Yang dipilih untuk
mewakili adalah soal no 1, 2, 4 dan 6.
Tabel 3.9
Rekapitulasi Analisi Butir Soal Kemampuan Koneksi Matematis
No.
Soal

Validitas

Daya Pembeda

Tingkat
kesukaran

Reliabilitas Tes

rxy

Kriteria

DP

Kriteria

TK

Kriteria

./

Kriteria

1

0,66

Sedang

0,55

Baik

0,29

2

0,76

Baik

0,33

Cukup

0,16

3

0,61

Baik

0,62

Baik

0,31

4

0,71

Baik

0,40

Cukup

0,20

0,76

Tinggi

5

0,79

Baik

0,55

Baik

0,27

6

0,34

Rendah

0,14

Jelek

0,07

Sukar
Sangat
Sukar
Sedang
Sangat
Sukar
Sangat
sukar
Sangat
sukar

Dari tabel di atas dipilih hanya tiga soal yang mewakili untuk
dijadikan soal dalam kemampuan koneksi siswa. Yang dipilih untuk
mewakili adalah soal no 1,3 dan 5 .

E. Skala Pendapat Siswa
Skala pendapat siswa bertujuan untuk mengetahui sikap siswa selama
penggunaan pendekatan open-ended dengan pembelajaran kooperatif tipe co-op
co-op. Pendapat siswa tersebut berkenaan dengan sikap siswa terhadap
pendekatan open-ended dengan pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op. Skala
pendapat siswa dibagi menjadi 3 aspek yaitu pendapat siswa terhadap pelajaran
matematika, pendapat siswa terhadap pendekatan open-ended, dan pendapat siswa
terhadap pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op. Dari analisis di dapat bahwa
siswa berpendapat positif terhadap masing-masing aspek yang ada.
Skala pendapat ini terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Pembuatan
skala pendapat berpedoman pada bentuk skala Likert dengan empat option.
Menurut Suherman (Siregar, 2009) pemberian skor untuk setiap pernyataan
adalah 1 (STS), 2 (TS), 3 (S), 4 (SS), untuk pernyataan favorable (pernyataan
positif), sebaliknya diberikan skor 1 (SS), 2 (S), 3 (TS), 4 (STS), untuk pernyataan
unfavorable (pernyataan negatif). Empat option tersebut berguna untuk
menghindari pendapat ragu-ragu atau rasa aman dan tidak memihak pada suatu
pernyataan yang diajukan pada siswa. Instrumen skala pendapat dalam penelitian
ini diberikan kepada siswa kelompok eksperimen setelah semua kegiatan
pembelajaran berakhir atau setelah postes.

F. Bahan Ajar dan Pengembangannya
Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
permasalahan yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar

permasalahan terdiri dari masalah-masalah yang harus diselesaikan oleh siswa
yang dapat mengembangkan kemampuan pemahaman dan koneksi matematis
siswa. Lembar permasalahan tersebut dirancang dengan menggunakan pendekatan
open-ended dan dikerjakan secara kooperatif tipe co-op co-op.

G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dirancang untuk memudahkan pelaksanaan penelitian.
Prosedur dalam penelitian ini adalah:
1. Tahap Persiapan
Persiapan penelitian dimulai dari pembuatan proposal kemudian
melaksanakan seminar proposal untuk memperoleh koreksi dan masukan
dari pembimbing tesis, menyusun instrumen penelitian dan rancangan
pembelajaran, uji coba instrumen (dilakukan di salah satu SMP) dan
perbaikan instrumen penelitian. Kemudian memilih empat kelas dari
seluruh kelas VIII pada SMP di Kab. Belitung Timur untuk dijadikan 2
kelas eksperimen dan 2 kelas kontrol. Kelompok eksperimen akan
mendapatkan perlakuan menggunakan pendekatan open-ended dengan
pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op, sedangkan kelompok kontrol
memperoleh perlakuan model pembelajaran biasa dengan ekspositori.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2011/2012 di dua
SMP Negeri di Kabupaten Belitung Timur yang implementasinya

dilakukan melalui tiga tahapan awal yaitu dengan pretes, pelaksanaan
pembelajaran dikelas dan diakhiri dengan postes.
a. Melaksanakan pretes dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan
awal siswa sebelum perlakuan diberikan, dalam menyelesaikan soal
kemampuan pemahaman matematis dan koneksi matematis. Tes
diberikan baik kepada siswa yang memperoleh pendekatan open-ended
dengan pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op dan siswa yang
memperoleh pembelajaran biasa.
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika kedua kelompok
sampel. Kemudian pada setiap pembelajaran berlangsung dilakukan
observasi terhadap kegiatan siswa yang dilakukan oleh guru
matematika di SMP tempat penelitian.
c. Melaksanakan postes kepada kedua kelompok sampel dengan maksud
untuk

mengetahui

kemampuan

pemahaman

matematis

dan

kemampuan koneksi matematika setelah mengakhiri pemberian
perlakuan. Setelah postes dilaksanakan siswa yang memperoleh
pendekatan open-ended dengan pembelajaran kooperatif tipe co-op coop diminta pendapat terhadap pembelajaran.
d. Memberikan angket skala pendapat siswa untuk mengetahui pendapat
siswa

terhadap

pembelajaran

matematika

yang

menggunakan

pendekatan open-ended dengan pembelajaran kooperatif tipe co-op coop.

3. Tahap Pengolahan Analisis Data dan Penulisan Laporan
Kegiatan penelitian yang dilakukan pada tahap ini adalah
mengumpulkan menganalisis dan membuat kesimpulan dari data yang
diperoleh pada tahap pelaksanaan, kemudian penulisan laporan hasil
penelitian.
Prosedur penelitian ini dirancang untuk memudahkan dalam
pelaksanaan penelitian. Selanjutnya prosedur penelitian ini dapat dilihat
dalam bentuk diagram berikut:

Studi Pendahuluan: Identifikasi
Masalah, Rumusan Masalah,
Studi Literatur, dll

Pengembangan & Validasi:
Bahan Ajar, Pendekatan
Pembelajaran, Instrumen

Pemilihan RespondenPenelitian

Pretes

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan Pembelajaran
Konvensional

Angket Pendapat
Siswa

Postes

Pengolahan Data

Analisis Data

Kesimpulan

Gambar 3.2
Diagram Alur Penelitian

H. Teknik Analisis Data
Hasil tes kemampuan pemahaman matematis dan kemampuan koneksi
matematis siswa dilakukan secara kuantitatif. Data diperoleh dari skor pretes dan
skor postes. Data yang diperoleh secara lebih jelas dianalisis dengan langkahlangkah sebagai berikut:
1. Menguji normalitas data dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov
dengan kriteria jika nilai Sig (p) > ≥, maka sebaran berdistribusi normal.
Kemudian jika data berdistribusi normal maka untuk menguji homogenitas
variansi menggunakan uji Levene dengan kriteria jika nilai Sig (p) > ≥,
sehingga disimpulkan data berasal dari populasi yang variansi sama.
2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan mengenai kemampuan
pemahaman dan

kemampuan koneksi matematis dari ketiga kelompok

sampel, digunakan uji statistik sebagai berikut:
a.

Jika data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan
homogenitas variansi dipenuhi, maka untuk menguji kesamaan ratarata digunakan analisis variansi satu jalur (one-way ANOVA) dengan
menggunakan bantuan program SPSS, kriteria pengujian adalah
terima H0 jika nilai probabilitas (sig) lebih besar dari ≥ yang berarti
tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan diantara ketiga
kelompok data. Sebaliknya jika nilai probabilitas (sig) lebih kecil dari
≥ maka H0 ditolak dan terima HA, artinya minimal ada dua kelompok
data yang berbeda diantara ketiga kelompok data tersebut.

b.

Untuk mengetahui rata-rata kelompok mana saja yang berbeda
dilanjutkan dengan uji komparasi ganda (multiple comparison) Post
Hoc Test yaitu menggunakan uji LSD (Least Significant Difference)
Fisher. Adapun kriteria perbedaan tersebut signifikan jika nilai
probabilitas (sig) lebih kecil dari ≥.

c.

Jika data berasal dari populasi yang tidak b