PENGARUH PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP.

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP

(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Salah Satu SMP Negeri di Lembang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

HANNI PRATIWI NIM. 0602370

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

Hanni Pratiwi, 2013

PENGARUH PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP

(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Salah Satu SMP Negeri di Lembang )

Oleh Hanni Pratiwi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Hanni Pratiwi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

HANNI PRATIWI

PENGARUH PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP

(Penelitian Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Salah Satu SMP Negeri di Lembang)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. H. Karso, M.M.Pd. NIP. 195509091980021001

Pembimbing II

Drs. Endang Dedy, M.Si. NIP. 195805151984031001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

Drs. Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D. NIP. 196101121987031003


(4)

i Hanni Pratiwi, 2013

ABSTRAK

Hanni Pratiwi. (0602370). Pengaruh Penerapan Model Kooperatif tipe Co-op Co-op Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP.

Kemampuan pemahaman konsep merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah yang terdapat dalam panduan KTSP. Namun, pada kondisi pembelajaran matematika di sekolah saat ini masih menunjukkan rendahnya kemampuan pemahaman konsep siswa. Untuk itu, diperlukan suatu pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan pemahaman konsepnya. Salah satu pembelajaran yang dapat digunakan adalah pembelajaran matematika melalui model kooperatif tipe Co-op Co-op. Model pembelajaran ini memiliki sembilan langkah spesifik dalam pelaksanaanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang menggunakan model kooperatif tipe

Co-op Co-op dalam pembelajaran matematika lebih baik dibandingkan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol pretest-postest. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di Lembang dengan sampel siswa kelas VIII I sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas VIII H sebagai kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes kemampuan pemahaman konsep, lembar observasi, jurnal harian, angket. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa yang memperoleh pembelajaran matematika melalui model kooperatif tipe Co-op Co-op lebih baik dibandingkan kemampuan pemahaman konsep siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.


(5)

ABSTRACT

Hanni Pratiwi. (0602370). The influence of Cooperative Model Application, Co-op Co-Co-op type, in Mathematics Learning to Enhance Junior High Students’ Ability in Understanding Concept.

The ability of understanding concept is one of the goals of learning mathematics in schools contained in SBC guide. However, mathematics learning conditions in school is still showing students' low ability in understanding concept. For that reason, we need to provide learning opportunity for students to develop the skills of understanding the concept. One of the lessons that can be used is mathematics learning through cooperative model of Co-op Co-op. This learning model has nine specific steps in its implementation. This study aims to determine whether an increase in the ability of understanding the concept of students who use the cooperative model of Co-op Co-op in learning mathematics better than students who used the conventional learning models. This research was a quasi-experimental design with pretest-posttest control group. The population was eighth grade students of one junior high school in Lembang, the sample are students from class VIII I as experimental group and students from class VIII H as a control group. The research instruments in the research are tests in order to find out the ability in understanding concept, observation sheets, daily journals, and questionnaires. The conclusion of this research is the students who learn mathematics through cooperative model of Co-op Co-op is better in increasing the ability of understanding concept is than the students who used the conventional learning models.


(6)

vi Hanni Pratiwi, 2013

DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN……….. ABSTRAK... ABSTRACT……….... KATA PENGANTAR...

UCAPAN TERIMA KASIH………

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

DAFTAR GAMBAR………

DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN...

A. Latar Belakang Masalah... B. Rumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian... E. Definisi Operasional... BAB II KAJIAN PUSTAKA ... A. Kemampuan Pemahaman Konsep…………... B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-op Co-op... C. Model Pembelajaran Konvensional... D. Hasil Penelitian yang Relevan... E. Hipotesis... BAB III METODE PENELITIAN...

A. Metode dan Desain Penelitian... B. Populasi dan Sampel... C. Bahan Ajar... D. Instrumen Penelitian... E. Prosedur Penelitian... F. Teknik Analisis Data... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

A. Hasil Penelitian... 1. Analisis Data Kuantitatif...

a. Analisis Data Pretest Kemampuan Pemahaman Konsep... b. Analisis Data Postest Kemampuan Pemahaman Konsep... c. Data Skor Indeks Gain Ternormalisasi... 2. Analisis Data Kualitatif... a. Analisis Data Hasil Lembar Observasi... b. Analisis Data Jurnal Harian Siswa... c. Analisis Data Angket Siswa... B. Pembahasan...

i ii iii iv vi viii x xi 1 1 4 5 5 6 7 7 8 11 12 13 14 14 15 15 16 23 24 28 29 29 29 33 35 38 39 45 46 50


(7)

1. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Co-op Co-op... 2. Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa... 3. Sikap Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Matematika dengan

Model Kooperatif Tipe Co-op Co-op... 4. Respons Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Co-op Co-op... BAB V PENUTUP... A. Kesimpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN-LAMPIRAN………..

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……….

50 51 51 51 53 53 53 54 56


(8)

viii Hanni Pratiwi, 2013

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Kriteria Penskoran Kemampuan Pemahaman Konsep...

Tabel 3.2 Klasifikasi Validitas Instrumen ... Tabel 3.3 Hasil Analisis Validitas Tiap Butir Soal...

Tabel 3.4 Klasifikasi Interpretasi Derajat Reliabilitas... Tabel 3.5 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda...

Tabel 3.6 Daya Pembeda Tiap Butir Soal... Tabel 3.7 Klasifikasi Interpretasi Indeks Kesukaran...

Tabel 3.8 Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal...

Tabel 3.9 Kriteria Indeks Gain... Tabel 3.10 Kriteria Presentase Angket... Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Data Pretest.... Tabel 4.2 Output Uji Normalitas Data Pretest...

Tabel 4.3 Output Uji Homogenitas Data Pretest... Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Data Postest ... Tabel 4.5 Output Uji Normalitas Data Postest ... Tabel 4.6 Output t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances

Data Postest………..

Tabel 4.7 Kriteria Indeks Gain ... Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Indeks Gain Ternormalisasi... Tabel 4.9 Output Uji Normalitas Data Indeks Gain Ternormalisasi... Tabel 4.10 Output t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances

Data IndeksGain... Tabel 4.11 Data Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru Pada

Pertemuan Pertama……….. Tabel 4.12 Data Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pada

Pertemuan Pertama... Tabel 4.13 Data Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru Pada

Pertemuan Kedua... 17 19 19 20 21 21 22 22 26 27 29 30 31 33 34 35 36 36 37 38 39 40 41


(9)

Tabel 4.14 Data Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pada

Pertemuan Kedua... Tabel 4.15 Data Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru Pada

Pertemuan Ketiga... Tabel 4.16 Data Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pada

Pertemuan Ketiga... Tabel 4.17 Data Hasil Lembar Observasi Aktivitas Guru Pada

Pertemuan Keempat... Tabel 4.18 Data Hasil Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pada

Pertemuan Keempat... Tabel 4.19 Daftar Presentase Respons Siswa Pada Jurnal Harian Siswa..

Tabel 4.20 Respons Siswa Terhadap Mata Pelajaran Matematika... Tabel 4.21 Respons Siswa Terhadap Proses Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Co-op Co-op ... Tabel 4.22 Respons Siswa Terhadap Soal-soal Pemahaman Konsep…...

41

42

43

43

44 45 46

47 49


(10)

x Hanni Pratiwi, 2013

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1 Guru Membimbing Kelompok yang Menghadapi Kesulitan

dalam Mengerjakan LKS……… Gambar 4.2 Pada Sesi Membagi Topik Tim menjadi Topik Kecil…... Gambar 4.3 Pada Saat Sesi Pertanyaan………...

Gambar 4.4 Pada saat Presentasi Tim………... 52 52 52 52


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN………

A.1 MIND MAP………... A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen……..… A.3 Lembar Kerja Kelompok Kelas Eksperimen…... A.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol……… A.5 Lembar Kerja Kelompok Kelas Kontrol……….

B. INSTRUMEN PENELITIAN………...

B.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemahaman Konsep……... B.2 Soal Pretest... B.3 Kunci Jawaban Pretest ... B.4 Soal Tes Postest... B.5 Kunci Jawaban Postest.... B.6 Lembar Jawaban Test Pretest dan Test Postest….………. B.7 Kisi-kisi Angket Siswa... B.8 Angket Siswa... B.9 Jurnal Harian Siswa... B.10 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa dengan Model Kooperatif Tipe Co-op Co-op Pertemuan-1...

B.11 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa dengan Model Kooperatif Tipe Co-op Co-op Pertemuan-2...

B.12 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa dengan Model Kooperatif Tipe Co-op Co-op Pertemuan-3...

B.13 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa dengan Model Kooperatif Tipe Co-op Co-op Pertemuan-4...

C. UJI COBA INSTRUMEN……….

C.1 Data Hasil Uji Coba Instrumen... C.2 Analisis Validitas Instrumen... C.3 Analisis Reliabilitas Instrumen... C.4 Analisis Daya Pembeda Instrumen... C.5 Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen... C.6 Rekap Hasil Uji Coba Instrumen...

D. DATA HASIL PENELITIAN……….

D.1 Data Hasil Pretest... D.2 Data Hasil Posttest... D.3 Data Indeks Gain... D.4 Data Hasil Angket...

56 57 58 80 89 107 112 113 116 118 121 123 126 127 128 130 131 133 135 137 139 140 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151


(12)

xii Hanni Pratiwi, 2013

E. ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN………..

E.1 Tampilan SPSS 17.0 Analisis Data Hasil Pretest... E.2 Tampilan SPSS 17.0 dan Microsoft Office Excel 2007 Analisis

Data Hasil Posttest... E.3 Tampilan SPSS 17.0 dan Microsoft Office Excel 2007 Analisis Data Indeks Gain... E.4 Analisis Data Hasil Angket... E.5 Angket Skala Sikap Siswa dan Penafsirannya...

F. CONTOH DOKUMENTASI HASIL PENELITIAN...………..

F.1 LKS 1 Kelompok Eksperimen... F.2 LKS 2 Kelompok Eksperimen... F.3 LKS 3 Kelompok Eksperimen... F.4 LKS 1 Kelompok Kontrol... F.5 LKS 2 Kelompok Kontrol... F.6 LKS 3 Kelompok Kontrol... F.7 Pretest Kelompok Eksperimen... F.8 Pretest Kelompok Kontrol... F.9 Postest Kelompok Eksperimen... F.10 Postest Kelompok Kontrol... F.11 Angket Siswa... F.12 Jurnal Harian Siswa Pertemuan Ke 1&2... F.13 Jurnal Harian Siswa Pertemuan Ke 3&4... F.14 Lembar Observasi Pertemuan Ke-1... F.15 Lembar Observasi Pertemuan Ke-2... F.16 Lembar Observasi Pertemuan Ke-3... F.17 Lembar Observasi Pertemuan Ke-4... G. SURAT IZIN PENELITIAN...

G.1 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian...

153 154 157 160 163 165 167 168 171 174 177 179 181 182 183 184 185 186 188 189 190 192 194 196 198 199


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kualitas pendidikan di Indonesia sampai saat ini merupakan suatu permasalahan yang mendasar dan membutuhkan perhatian dari semua pihak. Salah satu upaya dari pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan, yaitu dengan adanya penerapan kurikulum 1994 yang kemudian terus berkembang dan diperbaiki hingga sekarang menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Khusus mengenai pembelajaran matematika, pada KTSP dijelaskan bahwa pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan, diantaranya yaitu:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pertanyaan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Lima tujuan pembelajaran matematika yang tercantum pada buku pendoman KTSP adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia pada pelajaran matematika.


(14)

2

Hanni Pratiwi, 2013

Matematika sebagai bagian kurikulum memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas lulusan yang mampu berpikir secara logis, rasional, kritis, dan sistematis untuk menyelesaikan persoalan dalam ilmu pengetahuan lain dan untuk menyelesaikan persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, mutu pendidikan di Indonesia terutama dalam mata pelajaran matematika masih rendah. Menurut Firdaus (Wulandari, 2011: 6) Data UNESCO menunjukkan bahwa peringkat matematika Indonesia berada di deretan 34 dari 38 negara. Sejauh ini, Indonesia masih belum mampu lepas dari deretan penghuni papan bawah. Hasil tes Trends in International Mathemetics and Sciences Study

(TIMSS) tahun 2003 menunjukkan bahwa kemampuan matematika anak kelas dua Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia berada di peringkat ke-35 dari 46 negara.

Keberhasilan proses belajar mengajar pada pembelajaran matematika dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi serta prestasi belajar siswa. “Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi serta prestasi belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Namun dalam kenyataannya dapat dilihat bahwa prestasi belajar matematika yang dicapai siswa masih rendah” Kusnandar (Wulandari, 2011). Berkaitan dengan masalah tersebut, pada pembelajaran matematika juga ditemukan keragaman masalah sebagai berikut: (1) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran masih belum nampak, (2) para siswa jarang mengajukan pertanyaan, walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas, atau kurang paham, (3) keaktifan dalam mengerjakan soal-soal latihan dalam proses pembelajaran juga masih kurang, (4) kurangnya keberanian siswa dalam mengerjakan soal di depan kelas. Hal ini mengambarkan efektifitas belajar mengajar dalam kelas masih rendah.

Menurut Kurniati (2010: 3) “tinggi rendahnya prestasi belajar siswa antara lain tergantung pada seberapa jauh ia mampu menemukan dan menyelesaikan secara baik tugas-tugas yang diberikan setelah mengalami proses pembelajaran”.


(15)

3

Selain itu prestasi belajar siswa dalam pelajaran matematika antara lain ditentukan oleh kemampuan memahami dan menguasai materi pelajaran yang diberikan, sehingga dalam menyelesaikan soal-soal matematika dalam bentuk tugas atau tes yang diberikan guru dalam pembelajaran di sekolah, siswa dapat menyelesaikan dengan baik.

Menurut Zubaedah (2008) dalam penelitian tindakan kelas di SMP, mengatakan “rendahnya nilai siswa pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar dapat menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman siswa terhadap konsep tersebut masih rendah”. Kemampuan siswa dalam memahami suatu materi tergolong rendah sehingga bila tidak ditindak lanjuti dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa.

Dari data diatas, kemampuan pemahaman konsep siswa sangat berperan penting dalam prestasi belajar siswa. Oleh karena itu sudah saatnya guru matematika mengubah model pengajaran matematika di kelas untuk dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa.

Banyak sekali model pembelajaran yang berkembang saat ini. Dan diharapkan model yang berkembang saat ini bisa meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa. Diantara berbagai macam tipe-tipe pembelajaran yang berkembang pada saat ini, tipe-tipe yang berkembang dari model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang sangat relevan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa. Karena dalam model pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk aktif dalam proses mengemukakan gagasan matematis kepada teman sekelompok, teman sekelas maupun kepada guru.

Model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op merupakan salah satu metode yang dikembangkan dari model pembelajaran kooperatif. Dalam tipe Co-op Co-Co-op ini, setiap siswa mempunyai peran yang sangat penting dalam kelompoknya. Di dalam tipe ini setiap siswa dalam kelompok memiliki permasalahan atau materi yang berbeda, setiap siswa harus bisa menjelaskan dan menjawab materi yang menjadi tanggungjawabnya dengan baik kepada teman-temannya, sehingga siswa banyak dilatih untuk memahami konsep matematika secara sendiri ataupun berkelompok.


(16)

4

Hanni Pratiwi, 2013

Lalu dalam tipe ini pula, setiap kelompok diharuskan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dalam kelompok kepada kelas. Karena materi atau permasalahan di setiap kelompok berbeda, maka setiap kelompok dituntut pula untuk menjelaskan dan mengemukakan materi yang menjadi tanggung jawabnya dengan baik. Karena dalam tipe Co-op Co-op ini setiap siswa terus dilatih untuk memahami konsep matematika. Dengan demikian, pembelajaran dengan menggunakan tipe Co-op Co-op diharapkan dapat memberikan pengaruh kepada peningkatan Kemampuan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran matematika.

Dengan melihat asumsi di atas, peneliti ingin mencoba melihat sejauh mana pengaruh tipe Co-op Co-op terhadap peningkatan Kemampuan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran matematika. Yang dituangkan dalam judul “Pengaruh Penerapan Model Kooperatif tipe Co-op Co-op dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah terdapat Pengaruh Penerapan Model Kooperatif tipe Co-op Co-op dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP?”. Rumusan masalah yang bersifat umum tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah kemampuan pemahaman konsep siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan model Kooperatif tipe Co-op Co-op lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Konvensional?

2. Bagaimanakah sikap dan respons siswa terhadap penerapan pembelajaran matematika dengan menggunakan model Kooperatif tipe Co-op Co-op?


(17)

5

C. TUJUAN PENELITIAN

Secara umum yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui apakah kemampuan pemahaman konsep siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan model Kooperatif tipe Co-op Co-op lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran Konvensional.

2. Mengetahui bagaimana sikap dan respons siswa terhadap penerapan pembelajaran matematika dengan menggunakan model Kooperatif tipe Co-op Co-op.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kemajuan pembelajaran matematika di masa yang akan datang. Secara rinci manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa, dapat meningkatkan kompetensi strategis dalam pembelajaran matematika.

2. Bagi guru, dapat memberikan wawasan tentang model Kooperatif tipe Co-op Co-op dalam pembelajaran matematika.

3. Bagi peneliti, dapat melihat adanya pengaruh pembelajaran matematika dengan menggunakan model Kooperatif tipe Co-op Co-op terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa SMP.

4. Bagi peneliti lainya, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau referensi untuk mengkaji lebih mendalam lagi berkenaan dengan meningkatkan kompetensi matematika yang lainnya atau pada jenjang pendidikan yang berbeda dengan menggunakan model Kooperatif tipe Co-op Co-op dalam pembelajaran matematika.


(18)

6

Hanni Pratiwi, 2013

E. DEFINISI OPERASIONAL

Agar tidak terjadi pemahaman yang berbeda mengenai istilah yang digunakan, maka beberapa istilah perlu didefinisikan secara operasional. Istilah-istilah tersebut adalah:

1. Kemampuan Pemahaman Konsep adalah kesanggupan atau kecakapan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang menurut indikator pemahaman konsep. 2. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

menuntut siswa untuk belajar secara aktif di dalam suatu kelompok heterogen secara kolaboratif, bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama yaitu hasil belajar yang memuaskan. Model pembelajaran ini menumbuhkembangkan sikap bertanggungjawab dan kerja sama dari setiap anggota kelompok dalam suatu kekeluargaan. Model pembelajaran koperatif tipe Co-op Co-op berorientasi pada tugas pembelajaran yang “multifaset”,

kompleks dan siswa mengendalikan apa dan bagaimana mempelajari bahan yang ditugaskan kepada mereka. Siswa dalam suatu tim menyusun proyek yang dapat membantu tim lain. Setiap siswa mempunyai topik mini yang harus diselesaikan , dan setiap tim memberikan kontribusi yang menunjang tercapainya tujuan kelas.

3. Model pembelajaran konvesional adalah pembelajaran klasikal atau yang disebut juga pembelajaran tradisional. Pembelajaran klasikal adalah kegiatan penyampaian pelajaran kepada sejumlah siswa, yang biasanya dilakukan pengajar dengan berceramah di kelas.


(19)

14

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen, karena penelitian ini akan melihat hasil penerapan model pembelajaran pencapaian kemampuan pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika terhadap suatu kelompok dalam kondisi kontrol. Akan tetapi karena pengambilan sampel tidak dilakukan secara acak siswa maka penelitian yang dilakukan dapat dikatakan sebagai penelitian kuasi eksperimen (Ruseffendi, 2005: 35).

Desain dalam penelitian ini berbentuk “Pretest-Posttest Control Group Design” atau desain kelompok kontrol pretest-posttest yang melibatkan dua kelompok atau dua kelas. Kelas pertama adalah kelompok eksperimen dan kelas kedua adalah kelompok kontrol. Pemilihan kelas dilakukan secara acak kelas terhadap kelas-kelas yang sudah ada. Hal tersebut dilakukan karena peneliti tidak mungkin memilih siswa untuk membentuk kelas baru. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan model kooperatif tipe co-op co-op, sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan dengan model konvensional.

Desain pada penelitian ini disusun dengan memperlihatkan hal-hal sebagai berikut:

1. Digunakan dua kelompok siswa yang berbeda yaitu kelompok pertama (eksperimen) dan kelompok kedua (kontrol).

2. Kedua kelompok diberikan tes awal (pretest)dan tes akhir (postest).

Dengan memperlihatkan hal-hal tersebut di atas, maka desain dari penelitian ini menggunakan desain dari Ruseffendi (2005: 50), yaitu:

A O X O A O O


(20)

15

Hanni Pratiwi, 2013 Keterangan:

A = Menunjukkan pengelompokan subjek penelitian secara acak kelas

X = Pembelajaran dengan model kooperatif tipe Co-op Co-op O = Tes awal (Pretest) dan tes akhir (Posttest)

B. Populasi dan Sampel

Menurut (Arikunto, 2006: 130) “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Berdasarkan pernyataan tersebut yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di Lembang yang memiliki NPSN 20206097 dan beralamatkan di jalan raya lembang no 29. Menurut (Arikunto, 2006: 131) “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti”. Dengan kata lain sampel merupakan bagian dari populasi yang akan

diteliti dan dianggap menggambarkan populasinya. Dari keseluruhan kelas VIII dipilih dua kelas untuk menjadi sampel. Pemilihan sampel ini menggunakan cara acak kelas, yaitu dengan mengambil dua kelas secara acak dari keseluruhan kelas VIII yang ada pada SMP tersebut. Satu kelas dijadikan kelompok eksperimen dan satu kelas lagi sebagai kelompok kontrol.

Pada kelompok eksperimen akan diadakan pembelajaran dengan model kooperatif tipe co-op co-op. Sedangkan, pada kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Kelompok eksperimen dan kontrol akan diberikan tes awal berupa pretest dan tes akhir berupa postest untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa.

C. Bahan Ajar

Menurut Winkel (Khairunnisa, 2010: 21) “Bahan ajar adalah materi pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan instruksional pembelajaran. Bahan ajar dapat berupa naskah, persoalan, gambar, isi audiocassette, isi

videocassette, dan sebagainya”.

Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar Kegiatan Siswa (LKS), alat peraga, dan buku paket matematika. LKS dikembangkan berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang hendak dicapai pada kurikulum KTSP. LKS diberikan pada kelompok eksperimen dan


(21)

16

kelompok kontrol, sehingga disesuaikan dengan model pembelajarannya dalam tiap-tiap kelompok, dalam hal ini kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe co-op co-op dan kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional, dalam hal ini pengerjaan LKS pada kelompok kontrol dengan berdiskusi antara teman sebangku.

Selain LKS, tentunya dalam persiapan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) terdapat perangkat pembelajaran berupa RPP (Rencana Pelaksaan Pembelajaran). Dalam penelitian ini RPP yang disusun mengenai pokok bahasan bangun ruang sisi datar, dengan sub pokok bahasan Prisma. Dari sub pokok bahasan Prisma tersebut, dibuat empat buah RPP untuk kelompok eksperimen dan empat buah RPP untuk kelompok kontrol. Sehingga, pada penelitian ini terdapat delapan buah RPP.

Bahan ajar dan perangkat pembelajaran yang akan digunakan pada penelitian, sebelumnya telah dikonsultasikan terlebih dahulu pada dosen pembimbing serta guru kelas VIII salah satu SMP Negeri di Lembang yang dijadikan tempat penelitian.

D. Instrumen Penelitian

Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini berasal dari instrumen tes dan instrumen non-tes. Instrumen tes berupa tes kemampuan pemahaman konsep, sedangkan instrumen non-tes berupa angket, lembar observasi, dan jurnal harian.

1. Instrumen Tes

Indrakusumah (Suherman, 2003: 65) menyatakan bahwa “Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematik dan obyektif untuk memperoleh data atau keterangan tentang seseorang dengan cara yang cepat dan tepat”. Tes yang digunakan dalam penelitian ini ditujukan untuk mengumpulkan data mengenai kemampuan pemahaman konsep siswa, khususnya pada konsep bangun ruang prisma. Dalam instrumen tes ini, soal yang akan digunakan merupakan soal bentuk essay. Karena menurut (Suherman, 2003: 77) “Dalam menjawab soal essay, siswa dituntut untuk menjawabnya secara rinci, maka proses berpikir, ketelitian, sistematika penyusunan dapat dievaluasi”. Terjadinya bias hasil


(22)

17

Hanni Pratiwi, 2013

evaluasi dapat dihindari karena tidak adanya sistem tebakan atau untung-untungan. Hasil evaluasi lebih dapat mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya.

Mengacu pada desain penelitian, tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu

pretest dan postest. Pretest diberikan untuk mengukur kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sedangkan postest diberikan untuk mengukur peningkatan kemampuan pemahaman konsep pada kedua kelompok tersebut.

Namun sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu instrumen diujicobakan kepada siswa di luar sampel yang telah memperoleh materi yang akan digunakan dalam penelitian. Pada kesempatan ini, instrumen diujicobakan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Bandung. Hal ini dilakukan agar dapat terukur ketepatan (validitas) dan keajegan (reliabilitas) dari instrumen tersebut. Sebelumnya, instrumen yang akan diuji dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing. Data hasil uji coba kemudian dianalisis, untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Selain itu juga untuk mengetahui indeks kesukaran dan daya pembeda setiap butir soal. Untuk menganalisis instrumen tersebut, dalam perhitungannya digunakan bantuan softwareAnatesV4.

Adapun kriteria penilaian atau penskoran kemampuan pemahaman konsep yang akan digunakan menurut Abrahaman (Zubaedah, 2008: 38) mengelompokkan kemampuan pemahaman konsep siswa dalam kategori Tidak Paham (TP), Miskonsepsi (M), Miskonsepsi Sebagian (MS), Paham Sebagian (PS), Paham Seluruhnya (P), sebagaimana disajikan pada Tabel 3.1 dibawah ini.

Tabel 3.1

Kriteria Penskoran Kemampuan Pemahaman Konsep Tingkat

Pemahaman Kriteria Skor

Tidak paham

1. Jawaban kosong 2. Mengulang pertanyaan

3. Jawaban tidak relevan atau tidak jelas

4. Tidak memberikan penjelasan untuk jawaban yang dipilih


(23)

18

 

 

  2 2 2

2 X n Y Y

X n Y X XY n rxy Tingkat

Pemahaman Kriteria Skor

Miskonsepsi Jawaban mengandung kesalahan konsep yang mendasar tentang konsep yang dipelajari. 1 Miskonsepsi

Sebagian

Jawaban memberikan sebagian informasi yang benar tetapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskan.

2

Paham Sebagian

Jawaban sebagian besar benar dan mengandung paling sedikit satu konsep secara ilmiah tetapi tidak seluruh konsep dan tidak mengandung kesalahan konsep.

3

Paham Seluruhnya

Jawaban benar dan lengkap mengandung seluruh bagian konsep yang diterima secara ilmiah. 4

a. Uji Validitas Butir Soal

Suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi (Suherman, 2003: 102). Cara menentukan tingkat (indeks) validitas adalah dengan menghitung koefisien korelasi antara alat evaluasi yang akan diketahui validitasnya dengan alat ukur lain yang telah dilaksanakan dan diasumsikan telah memiliki validitas yang tinggi sehingga hasil evaluasi yang digunakan sebagai kriteria itu telah mencerminkan kemampuan siswa sebenarnya. Makin tinggi koefisien korelasinya makin tinggi pula validitas alat ukur tadi.

Untuk mencari koefisien validitas tes uraian bisa menggunakan rumus korelasi produk moment memakai angka kasar (raw score) (Suherman, 2003: 120) yaitu:

Keterangan: rxy Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

n = Banyak subjek

X = Nilai rata-rata harian tes matematika

Y = Nilai hasil tes yang akan dicari koefisien validitasnya

Klasifikasi untuk menginterpretasikan besarnya koefisien validitas menurut Suherman (2003: 113) adalah sebagai berikut:


(24)

19

Hanni Pratiwi, 2013

               

2

2 11 1 1 t i s s n n r Tabel 3.2

Klasifikasi Validitas Instrumen

Nilai rxy Interpretasi

0,90 ≤ rxy< 1,00 Validitas sangat tinggi (sangat baik)

0,70 ≤ rxy< 0,90 Validitas tinggi (baik)

0,40 ≤ rxy< 0,70 Validitas sedang (cukup)

0,20 ≤ rxy< 0,40 Validitas rendah (kurang)

0,00 ≤ rxy< 0,20 Validitas sangat rendah

rxy< 0,00 Tidak valid

Berdasarkan perhitungan dan interpretasi dari kategori-kategori di atas, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.3

Hasil Analisis Validitas Tiap Butir Soal

Nomor Soal Koefisien Korelasi ( ) Interpretasi 1 0,199 Validitas sangat rendah 2 0,546 Validitas sedang 3 0,780 Validitas tinggi 4 0,028 Validitas sangat rendah 5 0,829 Validitas tinggi 6 0,354 Validitas rendah 7 0,670 Validitas sedang 8 0,784 Validitas tinggi

Hasil analisis perhitungan validitas setiap butir soal instrumen tes selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2 halaman 142.

b. Reliabilitas Butir Soal

“Reliabilitas instrumen atau alat evaluasi adalah ketepatan alat evaluasi dalam mengukur atau ketetapan siswa dalam menjawab alat evaluasi itu” (Ruseffendi, 2005: 158). Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha seperti di bawah ini:

Keterangan : n = banyak butir soal

si2= jumlah varians skor setiap item st2= varians skor total


(25)

20

SM I X X

DP A B

Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang dibuat oleh J. P. Guilford (Suherman, 2003: 139).

Tabel 3.4

Klasifikasi Interpretasi Derajat Reliabilitas

Nilai r11 Interpretasi

r11≤ 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah

0,20 ≤ r11< 0,40 Derajat reliabilitas rendah

0,40 ≤ r11< 0,70 Derajat reliabilitas sedang

0,70 ≤ r11< 0,90 Derajat reliabilitas tinggi

0,90 ≤ r11≤ 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas, diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,64 dengan interpretasi derajat reliabilitas sedang. Adapun perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3 halaman 143.

c. Daya Pembeda Butir Soal

Daya Pembeda (DP) dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut (Suherman, 2003: 159). Dengan kata lain, daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara testi (siswa) yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Untuk menentukan daya pembeda tiap butir soal digunakan rumus sebagai berikut (Suherman, 2003: 146):

Keterangan : DP = Daya pembeda

= Rata-rata siswa pada kelompok atas = Rata-rata siswa pada kelompok bawah SMI = Skor Maksimum Ideal tiap butir soal

Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang banyak digunakan (Suherman, 2003: 161) adalah sebagai berikut:


(26)

21

Hanni Pratiwi, 2013

SM I X IK i

Tabel 3.5

Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda

Nilai DP Interpretasi

DP ≤ 0,00 Sangat jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik

Berdasarkan perhitungan dan interpretasi dari kategori-kategori di atas, diperoleh hasil berikut:

Tabel 3.6

Daya Pembeda Tiap Butir Soal

Nomor Soal Daya Pembeda Interpretasi 1 0,09 Jelek

2 0,45 Baik

3 0,41 Baik

4 0,04 Jelek 5 0,27 Cukup 6 0,13 Jelek

7 0,54 Baik

8 0,72 Sangat baik

Hasil perhitungan daya pembeda setiap butir soal instrumen tes, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.4 halaman 144.

d. Indeks kesukaran

Derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut Indeks Kesukaran. Rumus untuk menentukan indeks kesukaran butir soal (Suherman, 2003: 170) adalah:

Keterangan:

IK : Indeks kesukaran

i

X : Rata-rata skor jawaban soal ke-i SMI : Skor maksimal ideal soal ke-i

Klasifikasi indeks kesukaran yang paling banyak digunakan (Suherman, 2003: 170) adalah:


(27)

22

Tabel 3.7

Klasifikasi Interpretasi Indeks Kesukaran

Nilai IK Interpretasi IK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang 0,70 < IK < 1,00 Soal mudah

IK = 1,00 Soal terlalu mudah

Berdasarkan perhitungan dan interpretasi dari kategori-kategori di atas, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.8

Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal

Nomor Soal Indeks Kesukaran Interpretasi 1 0,47 Soal sedang 2 0,68 Soal sedang 3 0,66 Soal sedang 4 0,72 Soal mudah 5 0,59 Soal sedang 6 0,29 Soal sukar 7 0,68 Soal sedang 8 0,47 Soal sedang

Adapun penjelasan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5 halaman 145.

2. Instrumen Non-Tes a. Lembar observasi

Lembar observasi merupakan lembar pengamatan siswa, guru dan proses pembelajaran berlangsung. Manfaat dari lembar observasi adalah mengetahui hal-hal yang tidak dapat diamati oleh peneliti dalam pelaksanaan evaluasi. Lembar observasi diisi oleh observer ketika pembelajaran berlangsung.

b. Jurnal harian

Jurnal adalah karangan yang dibuat siswa sesudah selesai pembelajaran, isinya berkenaan dengan pembelajaran yang berupa kesan, pesan atau inspirasinya (Suherman, 2003: 7).


(28)

23

Hanni Pratiwi, 2013

c. Angket

Angket adalah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh siswa untuk mengetahui sikap dan respons siswa terhadap pembelajaran yang diterapkan.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang dilakukan, yaitu: a. Melakukan observasi ke sekolah,

b. Menyusun proposal penelitian, c. Seminar proposal,

d. Melakukan perizinan penelitian,

e. Menyusun rencana pembelajaran dan instrumen penelitian,

f. Mengonsultasikan rencana pembelajaran dan instrumen penelitian kepada dosen pembimbing,

g. Judgement rencana pembelajaran dan instrumen penelitian dengan dosen pembimbing,

h. Melakukan uji coba intrumen tes,

i. Menganalisis dan merevisi hasil uji coba instrumen tes. 2. Tahap Pelaksanaan

Setelah melakukan persiapan maka dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan, yaitu:

a. Pada tahap pelaksanaan langkah pertama adalah memberikan pretest kepada siswa pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol,

b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada kedua kelompok,

c. Meminta observer melakukan observasi ketika proses pembelajaran berlangsung di kelompok eksperimen,

d. Memberikan jurnal harian setelah selesai pembelajaran di kelompok eksperimen,


(29)

24

e. Memberikan postest kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, f. Memberikan angket kepada siswa di kelompok eksperimen.

3. Tahap Akhir

Tahap akhir yang dilakukan, yaitu:

a. Melakukan pengolahan dan analisis data kuantitatif terhadap hasil tes kemampuan pemahaman konsep siswa,

b. Melakukan pengolahan dan analisis data kualitatif terhadap lembar observasi, jurnal harian, dan angket,

c. Mengambil kesimpulan terhadap hasil analisis data yang telah dilakukan, d. Memberikan saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data di lapangan diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah melakukan seleksi data untuk kemudian diolah dan dianalisis. Data yang diperoleh dari lapangan, peneliti kategorikan ke dalam dua kategori, yaitu data yang bersifat kuantitatif dan data yang bersifat kualitatif. Data kuantitatif berupa data hasil tes kemampuan pemahaman konsep siswa pada dua kelompok sampel, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengolahan data kuantitatif menggunakan bantuan software SPSS versi 17.0 for Windows dan Microsoft office excel 2007. Sementara itu, data kualitatif berupa data yang diperoleh dari pengisian format lembar observasi, jurnal harian, dan angket.

1. Data Kuantitatif

a. Analisis Data Skor Pretest

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel yang dihasilkan berdistribusi normal atau tidak. Dalam mencari normalitas dari distribusi masing-masing kelompok, maka pengujian dilakukan dengan menggunakan statistik uji Kolmogorov-Smirnov Z atau Shapiro Wilk.

2) Uji Homogenitas

Jika sampel berdistribusi normal, maka analisis data dilanjutkan dengan uji homogenitas varians. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data


(30)

25

Hanni Pratiwi, 2013

yang dihasilkan memiliki varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas ini dengan menggunakan Lavene’s Test.

3) Uji Perbedaan Rata-rata (Dua Pihak)

Uji perbedaan rata-rata (dua pihak) untuk mengetahui apakah kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama atau tidak. Berikut diuraikan langkah-langkah uji perbedaan rata-rata:

a) Jika sampel berdistribusi normal dan homogen, maka uji perbedaan rata-rata data tes dengan menggunakan uji t.

b) Jika sampel berdistribusi normal dan tidak homogen, uji perbedaan rata-rata data tes dengan menggunakan uji t’.

c) Jika sampel tidak berdistribusi normal, maka dilakukan statistik uji non-parametrik dengan menggunakan uji Mann-Whitney.

b. Analisis Data Skor Postest

Analisis data skor postest dilakukan untuk menguji hipotesis, jika kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak berbeda secara signifikan. Dalam menganalisis data skor postest tahapannya hampir sama dengan menganalisis data skor pretest, hanya saja pada uji kesamaan rata-rata analisis data skor postest dilakukan dengan uji satu pihak.

1) Uji Normalitas 2) Uji Homogenitas

3) Uji Perbedaan Rata-rata (Satu Pihak)

Uji perbedaan rata (satu pihak) dilakukan untuk melihat apakah rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe co-op co-op lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Jika salah satu atau kedua data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan statistic uji non-parametik dengan menggunakan uji Mann-Whitney.

c. Analisis Data Skor Gain Ternormalisasi

Analisis data skor gain ternormalisasi dilakukan untuk menguji hipotesis, jika kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbeda secara signifikan.


(31)

26

pretest pretest posttest

skor SMI

skor skor

s indeksgain

  

Rumus indeks gain menurut Meltzer (Wulandari, 2011: 54) adalah sebagai berikut:

Kriteria interpretasi indeks gain yang dikemukakan oleh Hake (Wulandari, 2011: 54):

Tabel 3.9 Kriterian Indeks Gain

Indeks gain Kriteria g > 0, 70 Tinggi

0, 30 < g ≤ 0, 70 Sedang

g ≤ 0, 30 Rendah

2. Data Kualitatif

a. Analisis Data Hasil Lembar Observasi

Data hasil observasi diinterpretasikan dalam bentuk kalimat dan dirangkum untuk membantu menggambarkan suasana pembelajaran yang dilakukan.

b. Analisis Data Jurnal Siswa

Pengolahan data yang diambil dengan jurnal adalah dengan mengelompokkan kesan siswa yang memberikan komentar positif, biasa, negatif dan yang tidak berkomentar.

c. Analisis Data Hasil Angket Siswa

Derajat penilaian siswa terhadap suatu pernyataan dalam angket terbagi ke dalam empat kategori, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk itu selanjutnya, skala kualitatif tersebut ditransfer ke dalam skala kuantitatif (Suherman, 2001: 191):

1) Untuk pernyataan yang bersifat positif, jawaban SS diberi skor 5, S diberi skor 4, TS diberi skor 2 dan STS diberi skor 1.

2) Untuk pernyataan yang bersifat negatif, jawaban SS diberi skor 1, S diberi skor 2, TS diberi skor 4, dan STS diberi skor 5.

Untuk mengukur data angket digunakan rumus sebagai berikut:

n f


(32)

27

Hanni Pratiwi, 2013 Keterangan:

p = Persentase jawaban f = Frekuensi jawaban n = Banyaknya responden

Setelah dianalisis kemudian dilakukan interpretasi dengan menggunakan kategori persentase sebagai berikut:

Tabel 3.10

Kriteria Persentase Angket

Persentase Jawaban Interpretasi p = 0 Tak seorang pun 0 < p < 25 Sebagian kecil 25 p< 50 Hampir setengahnya

p = 50 Setengahnya 50 < p < 75 Sebagian besar 75  p < 100 Hampir seluruhnya


(33)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada seluruh tahapan penelitian yang dilakukan siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di Lembang, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Kemampuan pemahaman konsep siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe co-op co-op lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika secara konvensional.

2. Sebagian besar siswa memberikan sikap dan respons yang positif terhadap penerapan model kooperatif tipe co-op co-op dalam pembelajaran matematika yang dilaksanakan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa, misalnya pada pokok bahasan lain dengan sampel penelitian yang berbeda.

2. Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe co-op co-op membutuhkan waktu yang cukup lama, tidak seperti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Sehingga, guru harus memperhitungkan waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran agar target materi pembelajaran juga tetap tercapai.

3. Penelitian terhadap model kooperatif tipe co-op co-op disarankan untuk dilanjutkan dengan aspek penelitian yang lain pada kajian yang lebih luas, misalnya pada materi, populasi ataupun kompetensi matematik lainnya.


(34)

54 Hanni Pratiwi, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Khairunnisa, V. (2010). Perbandingan Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis antara Siswa yang Memperoleh Pembelajaran melalui Model Pemecahan Masalah “DDFK” dengan yang Memperoleh Pembelajaran Konvensional. Bndung: Skripsi UPI. Tidak diterbitkan. Kurniati. (2010). Analisis terhadap Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa dalam

Pokok Bahasan Kesebangunan dan Kekongruenan Melalui Pembelajaran Kooperatif. Bandung: Skripsi UPI. Tidak Diterbitkan.

Muslimah, I. (2007). Pendekatan Induktif-Deduktif dalam Pembelajaran Matematika sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa. Bandung: Skripsi UPI. Tidak Diterbitkan.

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Nugraha, A. (2010). Penggunaan Metode Co-op Co-op dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Bandung: Skripsi UPI. Tidak Diterbitkan.

Rizqi, V. (2010). Penggunaan Pendekatan Kontekstual dengan Gaya Belajar-VAK (Visual-Auditory-Kinestetik) dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis. Skripsi Jurusan Pendidikan Matemtika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan

Ruseffendi. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bandung Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito Bandung.

Sapaat, A. (2005). Pembelajaran Dimensi Tiga dengan Pendekatan Keterampilan Metakognitif untuk Mengembangkan Kompetensi Matematik Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matemtika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan Shadiq, F. (2009). Kemahiran Matematika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan

Nasional.

Suherman, E., dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.


(35)

Suherman, E. (2003). Asesmen Proses dan Hasil dalam Pembelajaran Matematika. Bandung: Depdiknas.

Wulandari, R.A. (2011). Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan Teknik Two Stay-Two Stray (TS-TS) terhadap Kreativitas dan Ketuntasan Belajar Siswa. Bandung: Skripsi UPI. Tidak Diterbitkan.

Zubaedah, S. (2008). Pemahaman Pendekatan Kontekstual dengan Tugas Membuat Peta Pikiran dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMP. Bandung: Skripsi UPI. Tidak Diterbitkan.


(1)

25

yang dihasilkan memiliki varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas ini dengan menggunakan Lavene’s Test.

3) Uji Perbedaan Rata-rata (Dua Pihak)

Uji perbedaan rata-rata (dua pihak) untuk mengetahui apakah kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama atau tidak. Berikut diuraikan langkah-langkah uji perbedaan rata-rata:

a) Jika sampel berdistribusi normal dan homogen, maka uji perbedaan rata-rata data tes dengan menggunakan uji t.

b) Jika sampel berdistribusi normal dan tidak homogen, uji perbedaan rata-rata data tes dengan menggunakan uji t’.

c) Jika sampel tidak berdistribusi normal, maka dilakukan statistik uji non-parametrik dengan menggunakan uji Mann-Whitney.

b. Analisis Data Skor Postest

Analisis data skor postest dilakukan untuk menguji hipotesis, jika kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak berbeda secara signifikan. Dalam menganalisis data skor postest tahapannya hampir sama dengan menganalisis data skor pretest, hanya saja pada uji kesamaan rata-rata analisis data skor postest dilakukan dengan uji satu pihak.

1) Uji Normalitas 2) Uji Homogenitas

3) Uji Perbedaan Rata-rata (Satu Pihak)

Uji perbedaan rata (satu pihak) dilakukan untuk melihat apakah rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe co-op co-op lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Jika salah satu atau kedua data tidak berdistribusi normal, maka dilakukan statistic uji non-parametik dengan menggunakan uji Mann-Whitney.

c. Analisis Data Skor Gain Ternormalisasi

Analisis data skor gain ternormalisasi dilakukan untuk menguji hipotesis, jika kemampuan awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbeda


(2)

26 pretest pretest posttest skor SMI skor skor s indeksgain   

Rumus indeks gain menurut Meltzer (Wulandari, 2011: 54) adalah sebagai berikut:

Kriteria interpretasi indeks gain yang dikemukakan oleh Hake (Wulandari, 2011: 54):

Tabel 3.9 Kriterian Indeks Gain

Indeks gain Kriteria g > 0, 70 Tinggi

0, 30 < g ≤ 0, 70 Sedang

g ≤ 0, 30 Rendah

2. Data Kualitatif

a. Analisis Data Hasil Lembar Observasi

Data hasil observasi diinterpretasikan dalam bentuk kalimat dan dirangkum untuk membantu menggambarkan suasana pembelajaran yang dilakukan.

b. Analisis Data Jurnal Siswa

Pengolahan data yang diambil dengan jurnal adalah dengan mengelompokkan kesan siswa yang memberikan komentar positif, biasa, negatif dan yang tidak berkomentar.

c. Analisis Data Hasil Angket Siswa

Derajat penilaian siswa terhadap suatu pernyataan dalam angket terbagi ke dalam empat kategori, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk itu selanjutnya, skala kualitatif tersebut ditransfer ke dalam skala kuantitatif (Suherman, 2001: 191):

1) Untuk pernyataan yang bersifat positif, jawaban SS diberi skor 5, S diberi skor 4, TS diberi skor 2 dan STS diberi skor 1.

2) Untuk pernyataan yang bersifat negatif, jawaban SS diberi skor 1, S diberi skor 2, TS diberi skor 4, dan STS diberi skor 5.

Untuk mengukur data angket digunakan rumus sebagai berikut: pf x 100%


(3)

27

Keterangan:

p = Persentase jawaban f = Frekuensi jawaban n = Banyaknya responden

Setelah dianalisis kemudian dilakukan interpretasi dengan menggunakan kategori persentase sebagai berikut:

Tabel 3.10

Kriteria Persentase Angket

Persentase Jawaban Interpretasi p = 0 Tak seorang pun 0 < p < 25 Sebagian kecil 25 p< 50 Hampir setengahnya

p = 50 Setengahnya 50 < p < 75 Sebagian besar 75  p < 100 Hampir seluruhnya


(4)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada seluruh tahapan penelitian yang dilakukan siswa kelas VIII salah satu SMP Negeri di Lembang, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Kemampuan pemahaman konsep siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe co-op co-op lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika secara konvensional.

2. Sebagian besar siswa memberikan sikap dan respons yang positif terhadap penerapan model kooperatif tipe co-op co-op dalam pembelajaran matematika yang dilaksanakan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa, misalnya pada pokok bahasan lain dengan sampel penelitian yang berbeda.

2. Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe co-op co-op membutuhkan waktu yang cukup lama, tidak seperti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Sehingga, guru harus memperhitungkan waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran agar target materi pembelajaran juga tetap tercapai.

3. Penelitian terhadap model kooperatif tipe co-op co-op disarankan untuk dilanjutkan dengan aspek penelitian yang lain pada kajian yang lebih luas, misalnya pada materi, populasi ataupun kompetensi matematik lainnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Khairunnisa, V. (2010). Perbandingan Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis antara Siswa yang Memperoleh Pembelajaran melalui

Model Pemecahan Masalah “DDFK” dengan yang Memperoleh

Pembelajaran Konvensional. Bndung: Skripsi UPI. Tidak diterbitkan.

Kurniati. (2010). Analisis terhadap Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa dalam Pokok Bahasan Kesebangunan dan Kekongruenan Melalui Pembelajaran

Kooperatif. Bandung: Skripsi UPI. Tidak Diterbitkan.

Muslimah, I. (2007). Pendekatan Induktif-Deduktif dalam Pembelajaran

Matematika sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa.

Bandung: Skripsi UPI. Tidak Diterbitkan.

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Nugraha, A. (2010). Penggunaan Metode Co-op Co-op dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis

Siswa SMP. Bandung: Skripsi UPI. Tidak Diterbitkan.

Rizqi, V. (2010). Penggunaan Pendekatan Kontekstual dengan Gaya

Belajar-VAK (Visual-Auditory-Kinestetik) dalam Upaya Meningkatkan

Pemahaman Konsep Matematis. Skripsi Jurusan Pendidikan Matemtika

FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan

Ruseffendi. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bandung

Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito Bandung.

Sapaat, A. (2005). Pembelajaran Dimensi Tiga dengan Pendekatan Keterampilan

Metakognitif untuk Mengembangkan Kompetensi Matematik Siswa.

Skripsi Jurusan Pendidikan Matemtika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan Shadiq, F. (2009). Kemahiran Matematika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan

Nasional.

Suherman, E., dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.


(6)

Suherman, E. (2003). Asesmen Proses dan Hasil dalam Pembelajaran

Matematika. Bandung: Depdiknas.

Wulandari, R.A. (2011). Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan Teknik Two Stay-Two Stray (TS-TS)

terhadap Kreativitas dan Ketuntasan Belajar Siswa. Bandung: Skripsi

UPI. Tidak Diterbitkan.

Zubaedah, S. (2008). Pemahaman Pendekatan Kontekstual dengan Tugas Membuat Peta Pikiran dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMP. Bandung: Skripsi UPI.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DENGAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VII-2 MTSN ANGKUP ACEH TENGAH

0 7 1

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, PENALARAN, DAN HABITS OF MIND MATEMATIS SISWA SMA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP.

6 11 73

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARING TIPE Penerapan Metode Cooperative Learing Tipe Co-Op Co-Op Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Matematika (PTK Kelas VIII D SMP Negeri 1 Batuwarno Tahun Ajaran 2011/2012).

0 1 16

PENDAHULUAN Penerapan Metode Cooperative Learing Tipe Co-Op Co-Op Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Matematika (PTK Kelas VIII D SMP Negeri 1 Batuwarno Tahun Ajaran 2011/2012).

0 1 7

PENGARUH IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DENGAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA SMP : Penelitian Eksperimen terhadap Siswa SMP Negeri 30 Bandung.

1 1 43

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP MENGGUNAKAN PENDEKATAN OPEN-ENDED DENGAN PEMBELAJARAN JOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP.

0 1 48

KEEFEKTIFAN MEDIA CAKRAM AJAIB DAN METODE KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP PADA PEMBELAJARAN SISTEM PENCERNAAN MANUSIA DI SMP NEGERI 30 SEMARANG.

0 1 153

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PERJUANGAN MASA PENJAJAHAN BELANDA DI PULAU JAWA MELALUI METODE Co-Op Co-Op.

0 0 4

Penerapan Pembelajaran CO OP CO OP denga

0 0 18

122192744 Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co Op

0 0 35