RANCANG BANGUN MODEL SISTEM PENDETEKSIAN PELANGGARAN LAMPU MERAH MENGGUNAKAN INFRA MERAH DAN WEBCAM.

R ANC ANG BANG UN M O DE L
SI ST E M P E NDE T E K SI AN P E L ANG G AR AN L AM P U
M E R AH M E NG G UNAK AN I NF R A M E R AH DAN
W E BC AM

TUGAS AKHIR

Oleh

ARFENDI MUHAMAD
NPM. 0534110337

J URUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JATIM

SUR ABAYA
2011
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


Rancang Bangun Model Sistem Pendeteksian Pelanggaran Lampu Merah
Menggunakan Infra Merah dan Webcam
Pembimbing I : Basuki Rahmat, S.Si, MT
Pembimbing II : Wahyu S.J Saputra, S.Kom
Penyusun
: Arfendi Muhamad

ABSTRAK
Teknologi pemrograman melalui komputer pada masa sekarang ini mengalami
perkembangan pesat. Hal ini menunjukan suatu kecenderungan yang mengarah
kepada pengembangan suatu sarana teknologi yang lebih praktis, efisien dan
ekonomis untuk mempermudah dan mempercepat aktivitas manusia. Melalui
program Visual Basic 6.0 dapat membuat sistem aplikasi otomatis melalui
komputer sebagai sarana kontrol. Aplikasi yang dibuat oleh penulis yaitu berupa
sistem pendeteksian pelanggaran lampu merah menggunakan infra merah dan
webcam.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah membuat sistem perangkat lunak
digunakan untuk mengatur atau mengontrol perangkat keras untuk dapat mengontrol
dan mendeteksi pelanggaran atau penerobosan lampu merah. Pembuatan aplikasi ini
diharapkan dapat memberikan kemudahan aktivitas dan efektifitas polisi lalu

lintas dalam melakukan tugasnya serta agar masyarakat taat dalam berlalu lintas.
Dalam merealisasikan penulisan Tugas Akhir ini menggunakan metode
eksperimen untuk menyelesaikan sistem pendeteksian pelanggaran lampu merah,
perancangan perangkat lunak menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0
dan perangkat keras mikrokontroler dengan mengunakan bascom untuk
menterjemahkan input atau output, kinerja simulasi sistem pendeteksian pelanggaran
lampu merah untuk mengatur dan mengontrol mikrokontroller AT89S52. Dimana
mikrokontroller membagi kerja pada tiga lampu yaitu merah, hijau, dan kuning dan
infra merah serta kamera.
Saran yang disampaikan bahwa program ini dirancang sebagai simulasi.
Jadi untuk seterusnya, perlu dikembangkan lebih lanjut, dengan mengunakan
rancang bangun model sistem pendeteksian pelanggaran lampu merah ini membantu
Polisi lalu lintas dalam melakukan tugasnya mengawasi dan menata lalu lintas dan
agar masyarakat taat dalam berlalu lintas.
Kata kunci : Mikrokontroler, Aplikasi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

i


KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahNya-lah penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir yag berjudul “ Rancang Bangun Model Sistem
Pendeteksian Pelanggaran Lampu Mer ah Menggunakan Infra Mer ah dan
Webcam ”. Shalawat dan salam atas junjungan besar kita Nabi Muhammad
S.A.W. beserta keluarga dan para sahabat sekalian. Tugas Akhir ini disusun untuk
memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik di Jurusan
Teknik Informatika Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik Industri
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
Melalui kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan baik lahir maupun batin selama penulisan tugas akhir ini. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
penulis kepada :
1.

Kedua Orang Tua penulis (Muhamad Nasir dan Jalinar) serta seluruh

keluarga yang senantiasa tiada henti hentinya memberikan do’a demi
terselesaikannya tugas akhir ini.

2.

Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku dekan FTI, UPN “Veteran”Jawa Timur.

3.

Bapak Basuki Rahmat, S.Si., MT selaku ketua jurusan Teknik Informatika,
FTI, UPN “Veteran” Jawa Timur dan sebagai dosen pembimbing 1 tugas
akhir penulis.
ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.

Wahyu S.J. Saputra, S.Kom selaku dosen pembimbing 2 tugas akhir penulis.


5.

Seluruh Dosen Teknik Informatika UPN “Veteran” Jawa Timur atas
kesediaan membagi ilmunya kepada penulis.

6.

Teman-temanku seperjuangan dan sependeritaan terima kasih atas segala
bantuannya selama menjadi mahasiswa.

7.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang terlibat baik
secara langsung maupun tidak langsung demi terselesaikannya tugas akhir
ini.
Hanya doa yang bisa penulis berikan semoga Allah SWT memberikan

pahala serta balasan kebaikan yang berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa
tugas akhir ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Untuk

itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga tugas
akhir ini membawa manfaat bagi penyusun maupun pihak lain yang
menggunakannya.

Surabaya, Oktober 2011

Penulis

iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...............................................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................ iii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................ix


BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ......................................................................................... 2
1.4 Tujuan 3
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 3
1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................. 3

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ........................................................................... 6
2.1 Definisi Rancang Bangun ........................................................................... 6
2.2 Definisi Sistem ............................................................................................ 6
2.3. Pemodelan Sistem .................................................................................... 10
2.3.1 Jenis Model ................................................................................. 10
2.3.2 Tahap Pemodelan ........................................................................ 13
2.3.3 Tahap Pemodelan ........................................................................ 13
2.4 Definisi Lampu Lalu Lintas (Traffic Light) .............................................. 19
2.4.1 Sejarah Lampu Lalu Lintas (Traffic Light) .................................. 19
2.4.2 Jenis Lampu Lalu Lintas ............................................................. 22
2.4.3 Tujuan Adanya Lampu Lalu Lintas ............................................. 22

2.4.4 Perkembangan Lampu Lalu Lintas .............................................. 23
2.4.4 Sistem Pada Lampu Lalu Lintas .................................................. 24
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan
sumber.
iv

2.5 Pengertian Infra Merah (Infrared) .............................................................. 25
2.6 Definisi Webcam....................................................................................... 30
2.7 Definisi Mikrokontroller ........................................................................... 33
2.7.1 Perbedaan Antara MCS-51 versi C dan S ................................... 34
2.7.2 Bahasa Pemrograman Mikrokontroller ........................................ 35
2.8 Mikrokontroller AT89S52 ......................................................................... 36
2.8.1 Struktur Mikrokontroller AT89S52 ............................................. 37
2.8.1 Data Memori (EEPROM) dan RAM ........................................... 37
2.8.1 Konfigurasi Kaki Mikrokontroller AT89S52 ............................... 38
2.9 Komponen Hardware (Perangkat Keras) .................................................... 41

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ..................................... 46
3.1


Analisis Sistem ......................................................................................... 46

3.2

Flow Chart Perangkat Keras ..................................................................... 47

3.3

Perancangan Hardware ............................................................................. 48
3.3.1 Perencanaan Perangkat Keras ........................................................ 49
3.3.1 Perancangan Aplikasi pada Mikrokontroller .................................. 50

3.4

Perancangan Database .............................................................................. 52
3.4.1 Entity Relationship Diagram ......................................................... 52
3.4.2 Conceptual Data Model ( CDM ) ................................................... 52
3.4.3 Physical Data Model ( PDM ) ........................................................ 53


3.5

Perancangan Antarmuka ............................................................................ 55

BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM ................................................................. 58
4.1

Spesifikasi Kebutuhan Sistem ................................................................... 58

4.2

Aplikasi Pada Mikrokontroler ................................................................... 59

4.3

Aplikasi Controlling ................................................................................. 61
4.3.1 Form Konrolling ............................................................................ 61
4.3.2 Form Setting .................................................................................. 63

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan
sumber.
v

4.3.3 Form Pelanggaran .......................................................................... 64

BAB V UJ I COBA DAN EVALUASI ................................................................ 65
5.1

Pengujian Aplikasi .................................................................................... 65

5.2

Pengujian Perangkat Keras ........................................................................ 68

BAB VI PENUTUP ............................................................................................. 70
6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 70
6.2 Saran .......................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 72
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan
sumber.
vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Proses Permodelan ...................................................... 15
Gambar 2.2 Trafigh Light ............................................................................. 20
Gambar 2.3 Radiasi Infra Merah pada Tubuh Manusia ................................. 26
Gambar 2.4 Bumi yang Diindera dari Pesawat Ulang-alik Amerika .............. 27
Gambar 2.5 Foto yang Diambil Dengan Spesial Infrared Film ...................... 28
Gambar 2.6 Serial and Parallel port Webcam ................................................ 31
Gambar 2.7 USB Webcam ............................................................................ 31
Gambar 2.8 Webcam yang dihubungkan ke komputer .................................. 32
Gambar 2.9 Tombol Snapshot dan Hasil Snaphot ......................................... 33
Gambar 2.10 Diagram Blok AT89S52 ............................................................ 36
Gambar 2.11 Alamat RAM Internak dan Flash EEPROM............................... 38
Gambar 2.12 Konfigurasi Kaki Mikrokontroller AT89S52 ............................. 41
Gambar 2.13 LDR (Light Dependent Resistor) ............................................... 43
Gambar 2.14 Mikrokontroller AT89S52 Beserta Modul ................................. 43
Gambar 2.15 Mini Pc...................................................................................... 44
Gambar 2.16 Rancang Bangun Model Perangkat Keras .................................. 45
Gambar 3.1 Skema perangkat keras .............................................................. 46
Gambar 3.2 Flow Chart Pelanggaran Lalu Lintas .......................................... 47
Gambar 3.3 Skema Rangkaian Mikrokontroler AT89S52 ............................. 49
Gambar 3.4 Diagram Blok ............................................................................ 50
Gambar 3.5 Flowchart Perangkat Keras ........................................................ 51
Gambar 3.6 Conceptual Data Model ( CDM ) ................................................ 52
Gambar 3.7 Physical Data Model ( PDM )..................................................... 53
Gambar 3.8 Perancangan Antarmuka Form Monitoring ................................. 55
Gambar 3.9 Perancangan Antarmuka Form Melihat Pelanggaran ................... 56
Gambar 4.1 Software ISP- Flash Programmer................................................ 59
Gambar 4.2 Mikrokontroler Belum Terhubung .............................................. 60
Gambar 4.3 Mikrokontroler Telah Terhubung................................................ 60
Gambar 4.4 Program Masuk Pada Mikrokontroler ......................................... 61
Gambar 4.5 Form Controlling ........................................................................ 62
Gambar 4.6 Form Setting ............................................................................... 63
Gambar 4.7 Form Pelanggaran....................................................................... 64
Gambar 5.1 Form Controlling ........................................................................ 66
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan
sumber.
vii

Gambar 5.2 Form Setting ............................................................................... 66
Gambar 5.3 Form Pelanggaran Tampak dari Depan ....................................... 67
Gambar 5.4 Form Pelanggaran Tampak dari Belakang................................... 68
Gambar 5.5 Form Setting Waktu Jeda Pengambilan Gambar ......................... 69

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan
sumber.
viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Basis Data ........................................................................................ 53

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan
sumber.
ix

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini sangat berkembang pesat, sehingga

membuat lembaga pemerintahan khususnya kepolisian mengadakan perubahan
terhadap sistem kinerja agar lebih efisien dalam melakukan tugasnya. Lembaga
kepolisian khususnya bagian lalu lintas saat inii dituntut agar lebih baik dan teliti
dalam melakukan tugasnya, karena semakin banyaknya jumlah kendaraan
bermotor. Sehingga tingkat pelanggaran lalu lintas yang tidak diketahui
jumlahnya sangat banyak.
Agar angka pelanggaran lalu lintas dapat ditekan maka kepolisian
khususnya bidang lalu lintas melakukan penerapan Elektronik Traffic Law
Enforcement (E-TLE) atau tilang elektronik. Hal ini dilakukan untuk mendidik
masyarakat agar tertib berlalu lintas dan meminimalisir interaksi petugas dengan
pelanggar agar tidak terjadi 'main mata', dan mengurangi komplain dari pelanggar.
Peranan kedua adalah akan terjadinya sinergi dengan kebijakan pemerintah
mengenai tertib administrasi kendaraan bermotor. Dalam penerapan tilang
elektronik ini, pada akhirnya mengharuskan pemilik kendaraan untuk melapor
atau menkonfirmasi jika kendaraannya telah dijual. Karena surat tilang pelanggar
akan dikirimkan ke alamat yang tertera di STNK, masyarakat dituntut untuk balik
nama jika kendaraannya telah dijual.
Penerapan tilang elektronik ini memiliki aturan dasar hukum yang jelas.
Yakni Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Elektronik. Dalam pasal 5 disebutkan informasi elektronik dan atau dokumentasi
elektronik dan atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah. Dasar
hukum lainnya adalah Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalulintas
dan Angkutan Jalan. Pasal 272 disebutkan untuk mendukung giat penindakan
pelanggaran bidang lalulintas dan angkutan jalan, dapat digunakan peralatan
elektronik. Hasil penggunaan peralatan elektronik dapat digunakan sebagai alat
bukti di pengadilan.
Dari latar belakang tersebut maka sistem pendeteksian pelanggaran lampu
merah dapat digunakan untuk membantu kerja kepolisian mengatur lalu lintas dan
membuat masyarakat lebih sadar hukum saat berkendara.

1.2

Per umusan Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

di

atas,

dilakukan

penelitian

yang

permasalahannya adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana membuat suatu sistem pemodelan yang dapat mendeteksi
adanya pelanggaran lalu lintas berupa penerobosan lampu merah.
b. Bagaimana membuat suatu sistem pemodelan yang dapat merekam
pelanggaran lalu lintas yang terjadi berupa penerobosan lampu merah
berupa foto atau gambar plat nomor kendaraaan.
c. Bagaimana membuat sistem pemodelan yang dapat memantau arus lalu
lintas melalui kamera webcam.

1.3

Batasan Masalah
Dalam penyusunan tugas akhir ini, untuk mengatasi permasalahan yang

ada maka penyusun membatasi permasalahan sebagai berikut :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

a. Sistem hanya mendeteksi sampai pengambilan gambar kendaraan pada
pelanggaran lampu lalu lintas.
b. Setiap potretan terdiri dari beberapa pengambilan gambar (image).

1.4

Tujuan Penelitian
Merancang dan membuat rancang bangun model sistem pendeteksian

pelanggaran lampu merah, yaitu :
a. Membuat rancang bangun model sistem yang dapat mendeteksi atau
mengetahui pelanggaran lalu lintas berupa penerobosan lampu merah
b. Membuat rancang bangun sistem yang dapat merekam pelanggar lalu
lintas berupa gambar plat nomor kendaraan.
c. Membuat rancang bangun sistem yang dapat memantau arus lalu lintas
menggunakan webcam.

1.5

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam pembuatan skripsi ini meliputi :
a. Mempermudah Polisi dalam melakukan pengawasan lalu lintas.
b. Membuat masyarakat lebih sadar hukum.

1.6

Sistematika Penulisan
Sistimatika penulisan pada laporan ini adalah sebagai berikut :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika
penulisan pembuatan tugas akhir ini.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menjelaskan tentang teori-teori pemecahan masalah
yang berhubungan dan digunakan untuk mendukung dalam
pembuatan tugas akhir ini.

BAB III

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Bab ini dijelaskan tentang Block Diagram, Dependency Diagram,
Decision Table, Perancangan Rule Base, Flowchart, Data Flow
Diagram (DFD), dan Entity Relational Diagram (ERD), dan
Desain Antar muka.

BAB IV

IMPLEMENTASI SISTEM
Pada bab ini tentang Hasil dan Pembahasan mengenai analisa
prosedur

kerja

dari

“Rancang

Bangun

Model

Sistem

Pendeteksian Pelanggar an Lampu Merah Menggunakan Infra
Merah dan Webcam”.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

BAB V

UJI COBA DAN EVALUASI
Pada bab ini menjelaskan tentang pelaksanaan uji coba dan
evaluasi dari pelaksanaan uji coba dari program yang dibuat.Uji
coba program dapat dilakukan pada akhir dari tahap-tahap analisa
sistem,

desain

sistem

dan

tahap

penerapan

sistem

atau

implementasi sistem. Sasaran dari ujicoba program adalah untuk
menemukan kesalahan-kesalahan dari program yang mungkin
terjadi sehingga dapat segera diperbaiki.

BAB VI

PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penganalisaan
data dalam bab-bab sebelumnya. Juga berisi tentang saran-saran
yang diharapkan dapat bermanfaat
penelitian tugas akhir ini.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

dan sesuai dengan tujuan

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Rancang Bangun
Rancang bangun adalah suatu istilah umum untuk membuat atau

mendesain suatu object dari awal pembuatan sampai akhir pembuatan. Rancang
bangun berawal kata desain yang artinya perancangan, rancang, desain, bangun.
Sedangkan merancang artinya mengatur, mengerjakan atau melakukan sesuatu
dan perancangan artinya proses, cara, perbuatan merancang. Dapat disimpulkan
arti kati desain adalah proses, cara, perbuatan dengan mengatur segala sesuatu
sebelum bertindak atau merancang.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa rancang bangun
merupakan tahapan-tahapan untuk menghasilkan sebuah hasil yang diinginkan
dengan cara membuat dan mendesain object yang diinginkan yang melalui
beberapa proses. (Alvin, 2010)

2.2.

Definisi Sistem

Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma)
adalah sekumpulan unsur atau elemen yang saling berkaitan dan saling
mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan,
seperti :

a.

Sistem Komputer terdiri dari Software, Hardware, dan Brainware

b.

Sistem Akuntansi
6

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Definisi sistem menurut para ahli :

a. Ludwig

Von

Bartalanfy

Mengatakan

bahwa

sistem

merupakan

seperangkat unsur yang saling terikat dalam suatu antar relasi diantara
unsur-unsur tersebut dengan lingkungan.
b. Anatol Raporot menjelaskan bahwa sistem adalah suatu kumpulan
kesatuan dan perangkat hubungan satu sama lain.
c. L. Ackof menjelaskan bahwa sistem adalah setiap kesatuan secara
konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam keadaan saling
tergantung satu sama lainnya.
d. L. James Havery mengatakan bahwa sistem adalah prosedur logis dan
rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan
satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu
kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
e. John Mc Manama menerangkan bahwa sistem adalah sebuah struktur
konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang
bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang
diinginkan secara efektif dan efesien.
f. C.W. Churchman mengatakan bahwa sistem adalah seperangkat bagianbagian yang dikoordinasikan untuk melaksanakan seperangkat tujuan.
g. J.C. Hinggins berpendapat bahwa sistem adalah seperangkat bagian-bagian
yang saling berhubungan.
h. Edgar F Huse dan James L. Bowdict berpendapat bahwa sistem adalah
suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang saling berhubungan dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling pengaruh dari
satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan.

Syarat-syarat sistem :

1. Sistem harus dibentuk untuk menyelesaikan masalah.
2. Elemen sistem harus mempunyai rencana yang ditetapkan.
3. Adanya hubungan diantara elemen sistem.
4. Unsur dasar dari proses (arus informasi, energi dan material) lebih penting
dari pada elemen sistem.
5. Tujuan organisasi lebih penting dari pada tujuan elemen.

Secara garis besar, sistem dapat dibagi 2 macam yaitu :
a. Sistem Fisik, yang merupakan kumpulan elemen-elemen atau unsur-unsur
yang saling berinteraksi satu sama lain secara fisik serta dapat
diidentifikasikan secara nyata tujuan tujuannya. Contoh :
1. Sistem transportasi, elemen : petugas,mesin, organisasi yang
menjalankan transportasi.
2. Sistem Komputer, elemen : peralatan yang berfungsi bersama-sama
untuk menjalankan pengolahan data.
b. Sistem Abstrak, yaitu sistem yang dibentuk akibat terselenggaranya
ketergantungan ide, dan tidak dapat diidentifikasikan secara nyata, tetapi
dapat diuraikan elemen-elemennya. Contoh : Sistem Teologi, hubungan
antara manusia dengan Tuhan. ( Febriani, 2010)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

Metode sistem terbagi atas dua yaitu :
a. Blackbox Approach, merupakan suatu sistem dimana input dan output
dapat didefinisikan tetapi prosesnya tidak diketahui atau tidak terdefinisi.
Metode ini hanya dapat dimengerti oleh pihak dalam ( yang menangani )
sedangkan pihak luar hanya mengetahui masukan dan hasilnya. Sistem ini
terdapat pada subsistem tingkat terendah. Contoh : bagian pencetakan
uang, proses pencernaan.
b. Analityc Sistem, yaitu suatu metode yang mencoba untuk melihat
hubungan seluruh masalah untuk menyelidiki kesistematisan tujuan dari
sistem yang tidak efektif dan evaluasi pilihan dalam bentuk ketidak
efektifan dan biaya. Dalam metode ini beberapa langkah diberikan seperti
di bawah ini :
1. Menentukan identitas dari sistem.
a. Sistem apa yang diterapkan.
b. Batasannya.
c. Apa yang dilaksanakan sistem tersebut.
2. Menentukan tujuan dari sistem.
a. Output yang dihasilkan dari isi sistem.
b. Fungsi

dan

tujuan

yang

diminta

untuk

mencoba

menanggulangi lingkungan
3. Bagian-bagian apa saja yang terdapat dalam sistem dan apa tujuan
dari masing-masing bagian tersebut, yaitu :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

a. Tujuan masing-masing bagian sistem harus jelas
b. Cara apa yang digunakan subsistem untuk berhubungan
dengan subsistem lain
4. Bagaimana bagian-bagian yang ada dalam sistem itu saling
berhubungan menjadi satu kesatuan. (Febriani, 2010)

2.3

Pemodelan Sistem
Permodelan merupakan kumpulan aktivitas pembuatan model. Sebagai

landasan pengertian permodelan diperlukan suatu penelaaan tentang model itu
sendiri secara spesifik ditinjau dari pendekatan sistem. Sebelum sampai pada
tahap permodelan, perlu diketahui lebih dahulu jenis dan klasifikasi model-model
secara terperinci.
Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna
menemukan peubah-peubah apa yang penting dan tepat. Penemuan peubahpeubah tersebut sangat erat hubungannya dengan pengkajian hubungan-hubungan
yang terdapat diantara peubah-peubah. Teknik kuantitatif seperti persamaan
regresi dan simulasi digunakan untuk mempelajari keterkaitan antar peubah dalam
sebuah model. (Handoko, 1994)

2.3.1 J enis Model
Klasifikasi perbedaan dari model memberikan pertambahan pendalaman
pada tingkat kepentingannya, karena dapat dijelaskan dalam banyak cara. Model
dapat dikategorikan menurut jenis, dimensi, fungsi, tujuan pokok pengkajian atau

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

derajad keabstrakannya. Kategori umum adalah jenis model yang pada dasarnya
dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu Ikonik, Analog dan Simbolik.
a. Model Ikonik
Model ikonik adalah perwakilan fisik dari beberapa hal baik dalam bentuk
ideal ataupun dalam skala yang berbeda. Model ikonik mempunyai
karakteristik yang sama dengan hal yang diwakili, dan terutama amat
sesuai untuk menerangkan kejadian pada waktu yang spesifik. Model
ikonik dapat berdimensi dua (foto, peta) atau tiga dimensi (prototipe
mesin, alat). Apabila model berdimensi lebih dari tiga dimensi maka tidak
mungkin lagi dikonstruksi secara fisik sehingga diperlukan kategori model
simbolik.
b. Model Analog (Model Diagramatik)
Model analog dapat mewakili situasi dinamik, yaitu keadaan berubah
menurut waktu. Model ini lebih sering dipakai daripada model ikonik
karena kemampuannya untuk mengetengahkan karakteristik dari kejadian
yang dikaji. Model analog banyak berkesusuaian dengan penjabaran
hubungan kuantitatif antara sifat yang berbeda. Dengan melalui
transformasi sifat menjadi analognya, maka kemampuan membuat
perubahan dapat ditingkatkan. Contoh model analog ini adalah kurva
permintaan, kurva distribusi frekuensi pada statistik, dan diagram alir.
c. Model Simbolik (Model Matematis)
Pada hakekatnya, ilmu sistem memusatkan perhatian kepada model
simbolik sebagai perwakilan dari realitas yang sedang dikaji. Format
model simbolik dapat berupa bentuk angka, simbol, dan rumus. Jenis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

model simbolik yang umum dipakai adalah suatu persamaan (equation).
Bentuk persamaan adalah tepat, singkat, dan mudah dimengerti. Simbol
persamaan tidak saja mudah dimanipulasi daripada kata-kata, namun juga
lebih cepat ditangkap maksudnya. Suatu persamaan adalah bahasa
universal pada penelitian operasional dan ilmu sistem, dimana dipakai
suatu logika simbolis. Permodelan mencakup suatu pemilihan dari
karakteristik dari perwakilan abstrak yang paling tepat pada situasi yang
terjadi. Pada umumnya, model matematis dapat diklasifikasikan menjadi
dua bagian. Suatu model adalah bisa statsik atau dinamik. Model statik
memberikan informasi tentang peubah-peubah model hanya pada titik
tunggal dari waktu. Model dinamik mampu menelusuri jalur maktu dari
peubah-peubah

model.

Model

dinamik

lebih

sulit

dan

mahal

pembuatannya, namun memberikan kekuatan yang lebih tinggi pada
analisis dunia nyata. (Handoko, 1994)

Pemilihan model tergantung pada tujuan dari pengkajian sistem dan
terlihat jelas pada formulasi permasalahan pada tahap evaluasi kelayakan. Sifat
model juga tergantung pada teknik permodelan yang dipakai. Model yang
mendasarkan pada teknik peluang dan memperhitungkan ketidakmenentuan
(uncertainty) disebut model probabilistik atau model stokastik.
Dalam mengkaji suatu sistem, model ini sering dipakai karena perihal
yang dikaji umumnya mengandung keputusan yang tidak tentu. Kebalikan dari
model ini adalah model kuantitatif yang tidak mempertimbangkan peluang
kejadian, dikenal sebagai model deterministik. Contohnya adalah model pada
program linear dan PERT. Model ini memusatkan penelaahannya pada faktor-

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

faktor kritis yang diasumsikan mempunyai nilai pasti dan tertentu pada waktu
yang spesifik.
Model probabilistik biasanya mengkaji ulang data atau informasi terdahulu
untuk menduga peluang kejadian tersebut pada keadaan sekarang atau yang akan
datang dengan asumsi terdapat relevansi pada jalur waktu.
Pada beberapa hal, sebuah model dibuat hanya untuk semacam deskripsi
matematis dari kondisi dunia nyata. Model ini disebut model deskriptif dan
banyak dipakai untuk mempermudah penelaahan suatu permasalahan. Model ini
dapat diselesaikan secara pasti serta mampu mengevaluasi hasilnya dari berbagai
pilihan data input. Apabila perbandingan antar alternatif dilakukan, maka model
disebut model optimalisasi. Solusi dari model optimalisasi adalah merupakan nilai
optimum yang tergantung pada nilai input. Bilamana sistem telah diekspresikan
pada notasi matematik dan format persamaan, timbullah keuntungan dari fasilitas
manipulatif dari matematik. Seorang analis dapat memasukkan nilai-nilai yang
berbeda dalam model matematik dan kemudian mempelajari perilaku dari sistem
tersebut. Pada pengkajian tertentu, sensitivitas dari sistem dilakukan dengan
perubahan dari input sistem itu sendiri. Bahasa simbolik ini juga membantu dalam
komunikasi karena pernyataan yang singkat dan jelas daripada deskripsi lisan.
(Handoko, 1994)

2.3.2 Tahapan Per modelan
Permodelan diawali dengan menguaraikan seluruh komponen yang akan
mempengaruhi efektivitas dari operasi suatu sistem. Setelah daftar komponen
tersebut lengkap, langkah selanjutnya adalah penyaringan komponen mana yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

akan dipakai dalam pengkajian tersebut. Setelah itu, dibentuk gugus persamaan
yang dapat dievaluasi dengan mengubah-ubah komponen tertentu pada batas yang
ada.
Pada pendekatan sistem, tahap permodelan lebih kompleks namun relatif
tidak banyak ragamnya ditinjau baik dari jenis sistem ataupun kecanggihan model.
Diagram alir proses permodelan diskemakan pada Gambar 2.1. Permodelan
abstrak menerima input berupa alternatif sistem yang layak. (Handoko, 1994)
Menurut Handoko (1994), Proses ini membentuk serta menjabarkan
model-model matematis yang dimanfaatkan guna merancang program terpilih
untuk dipraktekkan di dunia nyata pada tahap berikutnya. Output utama dari tahap
ini adalah deskripsi terperinci dari keputusan yang diambil berupa perencanaan,
pengendalian, dan kebijakan lainnya. Secara berurutan penejelasan pengertian dan
tata laksana tahap-tahap permodelan abstrak adalah seperti diuraikan di bawah ini,
a. Tahap Seleksi Konsep
Tahap awal dari permodelan abstrak adalah melakukan seleksi alternatif
konsepsi dari tahap evaluasi kelayakan. Seleksi dilakukan untuk
menentukan alternatif-alternatif mana yang bermanfaat dan bernilai cukup
untuk dilakukan permodelan abstraknya. Hal ini erat kaitannya dengan
biaya dan kinerja dari sistem yang dihasilkan. Interaksi dengan para
pengambil keputusan serta pihak lain yang amat terlibat pada sistem tata
ruang, adalah penting dilakukan pada tahap seleksi ini.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

Gambar 2.1 Diagram Proses Permodelan
(Handoko, 1994)
b. Tahap Rekayasa Model
Langkah mula dari permodelan adalah menetapkan jenis model abstrak
yang akan diterapkan, sejalan dengan tujuan dan karakteristik sistem.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Setelah itu, tugas tahap permodelan terpusat pada pembentukan model
abstrak yang realistik. Dalam hal ini ada dua cara pendekatan untuk
membentuk suatu model abstrak, yang pada beberapa kasus tertentu kedua
pendekatan dapat dipakai secara bersama-sama.
c. Tahap Implementasi Komputer
Pemakaian komputer sebagai pengolah data dan penyimpan data tidak
dapat diabaikan dalam pendekatan sistem. Pada tahap ini, model abstrak
diwujudkan pada berbagai bentuk persamaan, diagram alir, dan diagram
blok. Tahap ini seolah-olahmembentuk model dari suatu model, yaitu
tingkat abstraksi lain yang ditarik dari dunia nyata. Hal yang penting di
sini adalah memilih teknik dan bahasa komputer yang digunakan untuk
implementasi model. Kebutuhan ini akan mempengaruhi ketelitian hasil
komputasi,

biaya operasi model,

kesesuaian dengan komputer yang

tersedia, dan kemudahan proses pengambilan keputusan yang akan
menggunakan hasil model tersebut.Setelah program komputer dibuat untuk
model abstrak dimana output telah dirancang serta memadai, selanjutnya
adalah tahap pembuktian (verifikasi) bahwa model komputer tersebut
mampu melakukan simulasi dari model abstrak yang dikaji.
d. Tahap Validasi
Validasi model adalah usaha menyimpulkan apakah model sistem tersebut
merupakan perwakilan yang sah dari realitas yang dikaji dimana dapat
dihasilkan kesimpulan yang meyakinkan. Validasi adalah suatu proses
iteratif yang berupa pengujian berturutturut sebagai proses penyempurnaan
model komputer. Umumnya validasi dimulai dengan uji sederhana seperti:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

1.

Tanda aljabar.

2.

Tingkat kepangkatan dari besaran.

3.

Format respons (linear, eksponensial, logaritmik, dan
sebagainya.

4.

Arah perubahan peubah apabila input atau parameter digantiganti.

5.

Nilai batas peubah sesuai dengan nilai batas parameter
sistem.

Setelah uji-uji tersebut, dilakukan pengamatan lanjutan sesuai dengan jenis
model. Apabila model menyatakan sistem yang sedang berjalan (existing
system), dipakai uji statistik untuk mengetahui kemampuan model didalam
mereproduksi perilaku terdahulu dari sistem. Uji statistik ini dapat
memakai perhitungan koefisisen determinasi, pembuktian hipotesa melalui
analisis ragam dan sebagainya.
e. Analisa Sensitivitas
Tujuan utama analisis ini pada proses permodelan adalah untuk
menentukan peubah keputusan mana yang cukup penting untuk ditelaah
lebih lanjut pada aplikasi model. Peubah keputusan ini dapat berupa
parameter rancang bangun atau input peubah keputusan. Analisis ini
mampu menghilangkan faktor yang kurang penting sehingga pemusatan
studi lebih dapat ditekankan pada peubah keputusan kunci serta menaikkan
efisiensi dari proses pengambilan keputusan. Pada beberapa kasus, dengan
mengetahui peubah yang kurang mempengaruhi penampakan sistem, akan
didapatkan lebih besar kebebasan dari kendala sistem.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

f. Analisis Stabilitas
Sistem dinamik sudah seringkali ditemukan memiliki perilaku tidak stabil
yang destruktif untuk beberapa nilai parameter sistem. Analisis untuk
identifikasi batas kestabilan dari sistem diperlukan agar parameter tidak
diberi nilai yang mengarah pada perilaku tidak stabil apabila terjadi
perubahan struktur dan lingkungan sistem. Perilaku tidak stabil ini dapat
berupa perubahan acak yang tidak mempunyai pola ataupun nilai output
yang eksplosif sehingga besarnnya tidak realistik lagi. Analisis stabilitas
dapat menggunakan teknik analitis berdasar nilai keseimbangan atau
menggunakan simulasi secara berulang kali untuk mempelajari batasan
stabilitas sistem.
g. Aplikasi Model
Para pengambil keputusan merupakan tokoh utama dalam tahap ini dimana
model dioperasikan untuk mempelajari secara menyeluruh kebijakan yang
dipermasalahkan. Mereka berlaku sebagai pengarah pada proses kreatifinteraktif ini yang mencakup pula para analis sistem serta spesialis dari
berbagai bidang keilmuan. Apabila tidak ada kriteria keputusan yang khas
seperti maksimisasi atau minimisasi, proses interaktif ini dapat menuju
pada suatu kajian normatif yang bertalian dengan trade-off antar peubahpeubah sistem. Lebih jauh, dapat diterapkan pula kebijakan untuk secara
ringkas menilai kombinasi antar beberapa output sistem. Banyak teknik
yang tersedia untuk memecahkan masalah dan beberapa diantaranya dapat
diterapkan langsung sebagai simulasi model. (Handoko, 1994)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

2.4

Definisi Lampu Lalu Lintas (Traffic Light)
Lampu lampu lalu lintas atau yang sering disebut lampu merah (menurut

UU no. 22/2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan: alat pemberi isyarat lalu
lintas atau APILL) adalah lampu yang mengendalikan arus lalu lintas yang
terpasang di persimpangan jalan, tempat penyeberangan pejalan kaki (zebra
cross), dan tempat arus lalu lintas lainnya. Lampu ini yang menandakan kapan
kendaraan harus berjalan dan berhenti secara bergantian dari berbagai arah.
Pengaturan lalu lintas di persimpangan jalan dimaksudkan untuk mengatur
pergerakan kendaraan pada masing-masing kelompok pergerakan kendaraan agar
dapat bergerak secara bergantian sehingga tidak saling mengganggu antar-arus
yang ada. (Pringgodigdo. 1973).
Menurut Priggodigdo (1973) bahwa lampu lalu lintas telah diadopsi di
hampir semua kota di dunia ini. Lampu ini menggunakan warna yang diakui
secara universal; untuk menandakan berhenti adalah warna merah, hati-hati yang
ditandai dengan warna kuning, dan hijau yang berarti dapat berjalan.

2.4.1

Sejarah Lampu Lalu Lintas (Traffic Light)
Lampu lalu lintas digunakan sebelum adanya kendaraan bermotor. Pada

tahun 1868, di Inggris, insinyur JP Knight menemukan lampu lalu lintas pertama,
lentera merah dan hijau dengan sinyal. Itu dipasang di persimpangan George dan
Jembatan Jalan di depan British House of Commons untuk mengontrol aliran
kereta kuda dan pejalan kaki.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

Gambar 2.2 Traffic Light
(Prayoga, 2011)
Pengatur lalu lintas untuk kendaraan bermotor diperkenalkan di Amerika
Serikat pada akhir 1890-an dan kebutuhan untuk kontrol lalu lintas segera menjadi
jelas. Sejumlah orang datang dengan ide-ide untuk pengendalian lalu lintas. Pada
tahun 1910, Earnest Sirrine Chicago, Illinois mengajukan paten untuk sesuatu
yang dianggap pertama sistem lalu lintas jalan otomatis, menggunakan kata-kata
yang tidak diterangi STOP (berhenti) dan MOVE (melanjutkan).
Pada tahun 1912, Lester Wire dari Salt Lake City, Utah menemukan lampu
lalu lintas listrik dengan menggunakan lampu merah dan hijau. Namun, ia tidak
mengajukan paten. Tahun berikutnya, James Hoge menerima hak paten nomor
1.251.666 untuk sistem lampu lalu lintas dengan kontrol manual menggunakan
lampu listrik, dipasang di Cleveland, Ohio pada tahun 1914, masih menampilkan
kata-kata STOP dan

MOVE. Sedangkan sistem lampu lalu lintas pertama

menggunakan lampu merah dan hijau dipatenkan oleh William Ghiglieri San

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

Francisco, California pada 1917 dengan Rancangan yang dapat dioperasikan
secara manual atau otomatis.
Cahaya yang kuning ditambahkan pada tahun 1920 oleh William Potts,
seorang polisi Detroit. Dia benar-benar menemukan beberapa sistem lampu lalu
lintas, termasuk cara menggantung empat sistem, akan tetapi tidak dipatenkan.
Orang pertama untuk mengajukan permohonan paten dan yang paling terkenal
dalam memproduksi lampu lalu lintas adalah Garrett Augustus Morgan, yang
menerima paten pada tahun 1923.
Awal penemuan ini diawali ketika suatu hari ia melihat tabrakan antara
mobil dan kereta kuda. Kemudian ia berpikir bagaimana cara menemukan suatu
pengatur lalu lintas yang lebih aman dan efektif. Sebenarnya ketika itu telah ada
sistem perngaturan lalu lintas dengan sinyal STOP dan GO. Sinyal lampu ini
pernah digunakan di London pada tahun 1863. Namun, pada penggunaannya
sinyal lampu ini tiba-tiba meledak, sehingga tidak dipergunakan lagi.
Morgan juga merasa sinyal stop dan go memiliki kelemahan, yaitu tidak
adanya interval waktu bagi pengguna jalan sehingga masih banyak terjadi
kecelakaan. Penemuan Morgan ini memiliki kontribusi yang cukup besar bagi
pengaturan lalu lintas, ia menciptakan lampu lalu lintas berbentuk huruf T. Lampu
ini terdiri dari tiga lampu, yaitu sinyal stop (ditandai dengan lampu merah), go
(lampu hijau), posisi stop (lampu kuning). Lampu kuning inilah yang memberikan
interval waktu untuk mulai berjalan atau mulai berhenti. Lampu kuning juga
memberi kesempatan untuk berhenti dan berjalan secara perlahan. (Prayoga,
2010)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

2.4.2 J enis Lampu Lalu Lintas
Berdasarkan cakupannya lampu lalu lintas ada 3 jenis yaitu :

a. Lampu lalu lintas terpisah yaitu, pengoperasian lampu lalu lintas yang
pemasangannya didasarkan pada suatu tempat persimpangan saja tanpa
mempertimbangkan persimpangan lain.
b. Lampu lalu lintas terkoordinasi, yaitu pengoperasian lampu lalu lintas
yang pemasangannya mempertimbangakan beberapa persimpangan yang
terdapat pada arah tertentu.
c. Lampu lalu lintas jaringan, yaitu pengoperasian lampu lalu lintas yang
pemasangannya mempertimbangkan beberapa persimpangan yang terdapat
dalam suatu jaringan yang masih dalam satu kawasan.

Berdasarkan cara pengoperasiannya, lampu lalu lintas terdiri dari :

1.

Fixed time traffic signal, yaitu lampu lalu lintas yang pengoperasiaannya
menggunakan waktu yang tepat dan tidak mengalami perubahan.

2.

Actuated traffic signal, yaitu lampu lalu lintas yang pengoperasiaannya
dengan pengaturan waktu tertentu dan mengalami perubahan dari waktu ke
waktu sesuai dengan kedatangan kendaraan dari berbagai persimpangan.
(Zakaria, 2011)

2.4.3 Tujuan Adanya Lampu Lalu Lintas
Adapun tujuan dibuatnya lampu lalu lintas, yaitu sebagai berikut :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

a.

Menghindari hambatan karena adanya perbedaan arus jalan bagi
pergerakan kendaraan.

b.

Memfasilitasi persimpangan antara jalan utama untuk kendaraan dan
pejalan kaki dengan jalan sekunder sehingga kelancaran arus lalu lintas
dapat terjamin.

c.

Mengurangi tingkat kecelakaan yang diakibatkan oleh tabrakan karena
perbedaan arus jalan. (Zakaria, 2011)

2.4.4

Perkembangan Lampu Lalu Lintas

Dengan kemajuan teknologi saat ini, lampu lalu lintas pun mengalami
perkembangan dan perubahan dari tahun 1868 hingga kini. Dan tahap-tahap
perkembangannya adalah :

a.

Pada 10 Desember 1868, lampu lalu lintas pertama dipasang di bagian luar
Gedung Parlemen di Inggris oleh sarjana lalu lintas, J.P Knight. Lampu ini
menyerupai penunjuk waktu (jam) dengan bentuk seperti semapur dan
lampu merah dan hijau untuk malam hari. Lampu-lampu tersebut berasal
dari tenaga gas.

b.

Pada 2 Januari 1869, tiba-tiba lampu tersebut meledak dan melukai
seorang polisi sehingga harus dioperasi.

c.

Pada awal 1912 Lampu lalu lintas modern ditemukan di Amerika Serikat.
Di Salt Lake City, seorang polisi, Utah, menemukan lampu lintas pertama
yang dijalankan dengan tenaga listrik.

d.

Pada 5 Agustus 1914, American Traffic Signal Company memasang sistem
lampu sinyal di dua sudut jalan di Ohio. Lampu sinyal ini terdiri dari dua

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

warna, merah dan hijau, dan sebuah bel listrik. Lampu ini di desain oleh
James Hoge. Keberadaan bel di sini untuk memberi peringatan jika adanya
perubahan nyala lampu. Lampu rancangan Hoge ini dapat dikontrol oleh
polisi dan pemadam kebakaran jika ada dalam keadaan darurat.
e.

Pada awal tahun 1920, lampu lalu lintas dengan tiga warna pertama dibuat
oleh seorang petugas polisi, William Potts, di Detroit, Michigan.

f.

Pada tahun 1923, Garrett Morgan mematenkan alat sinyal lampu lalu
lintas.

g.

Tahun 1917, lampu lalu lintas pertama dijalankan saling berhubungan satu
dengan yang lain. Interkoneksi antarlampu ini dijalankan pada enam
persimpangan yang dikontrol secara bersamaan dengan tombol manual.

h.

Lampu

lalu

lintas

pertama

yang

dioperasikan

secara

otomatis

diperkenalkan pada Maret 1922 di Houston, Texas.
i.

Di Inggris, lampu lalu litas pertama dioperasikan di Wolverhampton pada
tahun 1927. (Zakaria, 2011)

2.4.5

Sistem Pada Lampu Lalu Lintas
Sistem pengendalian lampu lalu lintas dikatakan baik jika lampu-lampu

lalu lintas yang terpasang dapat berjalan baik secara otomatis dan dapat
menyesuaikan diri dengan kepadatan lalu lintas pada tiap-tiap jalur. Sistem ini
disebut sebagai actuated controller.
Namun, para akademisi Indonesia telah menemukan sistem baru untuk
menjalankan lampu lalu lintas. Sistem ini dikenal sebagai Logika fuzzy. Metode
logika fuzzy digunakan untuk menentukan lamanya waktu lampu lalu lintas

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

menyala sesuai dengan volume kendaraan yang sedang mengantre pada sebuah
persimpangan. Hasil pengujian sistem logika fuzzy ini menunjukkan bahwa sistem
lampu dengan logika ini dapat menurunkan keterlambatan kendaraan sebesar
48,44% dan panjang antrean kendaraan sebesar 56,24%; jika dibandingkan
dengan sistem lampu konvensional. Lampu lalu lintas pada umumnya
dioperasikan dengan menggunakan tenaga listrik. Namun, saat ini sudah
perkembangan teknologi lampu lalu lintas dengan tenaga matahari. (Zakaria,
2011)
2.5

Penger tian Infra Mer ah (Infrared)
Infra merah (infra red) ialah sinar elektromagnet yang panjang

gelombangnya lebih daripada cahaya nampak yaitu di antara 700 nm dan 1 mm.
Sinar infra merah merupakan cahaya yang tidak tampak. Jika dilihat dengan
dengan spektroskop cahaya maka radiasi cahaya infra merah akan nampak pada
spectrum elektromagnet dengan panjang gelombang di atas panjang gelombang
cahaya merah