PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN OTENTIK BERBASIS MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA.

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DAN
PENILAIAN OTENTIK BERBASIS MODEL DISCOVERY
LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF SISWA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

RUSMIN SIANIPAR
NIM. 8126172032

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015


ABSTRAK
Rusmin Sianipar. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Penilaian Otentik
Berbasis Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.
Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah kenyataan kemampuan
berpikir kreatif matematik siswa masih rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut,
pada penelitian ini dikembangkan suatu perangkat pembelajaran dan penilaian
otentik berbasis model discovery learning yang dapat memampukan siswa untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif mereka.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan tujuan untuk
menghasilkan perangkat pembelajaran dan penilaian otentik yang valid dan
efektif, beserta seluruh instrumen penelitian yang terkait dengan penerapan
perangkat tersebut dalam pembelajaran matematika pada materi perbandingan.
Penelitian ini dilakukan melalui dua tahap, yakni tahap pertama
pengembangan perangkat pembelajaran berbasis model discovery learning dengan
mengacu model pengembangan Four-D, dan tahap kedua mengujicobakan
perangkat pembelajaran pada 30 siswa SMP Negeri 2 Kualuh Hulu dengan empat
kali pertemuan. Rancangan dalam ujicoba menggunakan one group pretestposttest design.
Temuan hasil penelitian yakni: 1) perangkat pembelajaran yang dihasilkan,
berupa: rencana pembelajaran, buku siswa, buku guru, lembar aktivitas siswa, tes

kemampuan berpikir kreatif, telah memenuhi kriteria baik/valid; 2) keefektifan
proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran disimpulkan
berdasarkan pada: (i) persentase rata-rata kemampuan berpikir kreatif siswa
adalah 83,33% dari 30 siswa yang mengikuti tes. (ii) ketercapaian prosentase
waktu ideal untuk setiap kategori aktivitas siswa dan guru, (iii) rata-rata nilai
kategori kemampuan guru mengelola pembelajaran adalah 3,18, termasuk
kategori baik, (iv) respons siswa dan guru terhadap komponen dan kegiatan
pembelajaran adalah positif.

Kata Kunci

: Perangkat Pembelajaran, Model Discovery Learning,
Kemampuan Berpikir Kreatif

i

ABSTRACT
Rusmin Sianipar. The Development Of Mathematics Learning and Authentic
Assessment Package using Discovery Learning Improving the Ability of Creative
thinking Students: Thesis. State University of Medan. Post Graduate Program,

2015.
The essential problem of this research is that students’ achievements in
mathematics are unsatisfactory and that the orientation of mathematical
instruction doesn’t emphasize the effort to make students capable to construct
knowledge, as a consequence it is difficult for the students to understand the
concept and they are unable to solve problems. The aim of this study is to develop
an alternative way of teaching mathematics which helps students to be able to
construct mathematical knowledge.
This is a developmental research, conducted in the form of a valid and
effectiveness development of mathematics learning using problem based
instruction.
This research was conducted in two stages, the first stage is the
development of mathematics learning package using discovery learning with the
reference Four-D model, and the second stage is to try-out of learning package to
30 students in SMP Negeri 2 Kualuh Hulu by four times classroom meeting.
Design of the try-out using one group pretest-posttest design.
The result from this research showed: 1) the developed instructional
materials, namely: lesson plans, teacher’s guide book, students’ activity sheets,
and achievement test satisfy the criteria of good instructional materials; 2) The
percentage of students whose achievement level is at least fair is 83,33% of the 30

students taking the test. This percentage show students’achievement was complete
classically. Percentage of the duration of students’ activities during the instruction
had reached the “ideal” duration for each category of activity. Teacher’s ability in
lesson management was good. Students’ and teacher’s responses toward the
components and activities of the instruction were in “positive” category.
Keyword : Learning Tools, Discovery Learning Model, The Ability of Creative
Thinking

ii

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena berkat
izin-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Tesis ini
dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk melakukan penelitian
sebagai tugas akhir pada program studi pendidikan matematika di sekolah
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Adapun judul tesis ini adalah ”Pengembangan Perangkat Pembelajaran
dan Penilaian Otentik Berbasis Model Discovery Learning untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Pada kesempatan ini penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Pascasarjana
Universitas Negeri Medan (UNIMED).
2. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd. dan bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd.
selaku Ketua dan Sekretaris Prodi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana UNIMED.
3. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd

selaku pembimbing I yang telah

banyak memberikan bimbingan dan motivasi dalam penulisan tesis ini.
4. Bapak Dr. W. Rajagukguk, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah
mengarahkan peneliti dalam penyempurnaan tesis ini.
5. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Bapak Bapak Prof. Dr. Hasratuddin,
M.Pd. serta bapak Dr. Martua Manullang, M.Pd selaku narasumber/dewan
penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan isi dan teknik
penulisan tesis ini.
6. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Tata Usaha Pascasarjana UNIMED.
7. Bapak Sarifuddin, S.Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 2 Kualuh Hulu
yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian lapangan.
8. Ibunda tercinta Hj. Ratna serta kakak dan adik-adikku, Norleni Sianipar,

Nurfadilah Sianipar dan Makmur Sianipar yang selalu memberikan dorongan
moral dan bantuan material hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

iii

9. Rekan-rekan mahasiswa angkatan XXI (Syahlan, Sehat, Mualdin, Ernilis,
Diyah Sakinah, Andi, Usnidar, Ahyar, Imelda) yang turut membantu dan
memberikan dorongan moral dalam penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca sekalian demi kesempurnaan dalam penulisanpenulisan selanjutnya. Akhir kata, semoga tesis ini bermanfaat.

Medan,

Agustus 2015

Penulis,

Rusmin Sianipar
NIM : 8126172032


iv

DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .......................................................................
1.2. Identifikasi Masalah ..............................................................................
1.3. Batasan Masalah ...................................................................................
1.4. Rumusan Masalah .................................................................................
1.5. Tujuan Penelitian ..................................................................................
1.6. Manfaat Penelitian ................................................................................
1.7. Defenisi Operasional .............................................................................

1
12

13
13
14
15
15

BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis .................................................................................
2.1.1. Perangkat Pembelajaran .............................................................
2.1.2. Model Discovery Learning ........................................................
2.1.3 Penilaian Hasil Belajar ...............................................................
2.1.4. Penilaian Otentik ........................................................................
2.1.5. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ...................................
2.1.6. Model Pengembangan Sistem dan Perangkat Pembelajaran .....
2.1.7. Materi Perbandingan ..................................................................
2.1.8. Efektivitas Pembelajaran............................................................
2.1.9. Penelitian yang Relevan .............................................................
2.2. Kerangka Konseptual ...........................................................................

19

19
28
43
45
50
56
60
60
72
73

BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian......................................................................................
3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................................
3.3. Subjek dan Objek Penelitian .................................................................
3.3.1. Subjek Penelitian ........................................................................
3.3.2. Objek Penelitian ..........................................................................
3.4. Prosedur dan Rancangan Penelitian ......................................................
3.4.1. Prosedur Penelitian .....................................................................
3.4.2. Rancangan Penelitian ..................................................................

3.5. Instrumen dan Teknik Pengumpul Data...............................................
3.5.1. Instrumen Perangkat Pembelajaran .............................................
3.5.2. Instrumen Penilaian Otentik .......................................................
3.5.3. Instrumen dan Kisi-kisi Efektivitas Pembelajaran ......................
3.6. Teknik Analisis Data ............................................................................
3.6.1. Analisis Data Perangkat Pembelajaran .......................................
3.6.2. Analisis Data Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ........................
3.6.3. Analisis Data Kadar Aktivitas Siswa Aktif Siswa ......................

76
77
77
77
77
78
78
79
80
80
85

90
94
94
96
96

v

3.6.4. Analisis Data Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ....... 98
3.6.5. Analisis Data Respons Siswa ...................................................... 99
3.6.6. Keefektifan Proses Pembelajaran................................................ 100
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Pengembangan Perangkat Pembelajaran .............................. 101
4.1.1. Tahap-1: Define........................................................................... 102
4.1.2. Tahap-2: Design .......................................................................... 108
4.1.3. Tahap-3: Developed .................................................................... 115
4.1.3.1. Hasil Kegiatan Uji Coba I .............................................. 128
4.1.3.2. Hasil Kegiatan Uji Coba II............................................. 148
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................ 164
4.2.1. Analisis Efektivitas Proses Pembelajaran ................................... 164
4.3. Temuan Penelitian ................................................................................ 175
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 177
5.2. Saran ..................................................................................................... 178
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 179

vi

DAFTAR TABEL
Tabel - 3.1. Kisi-kisi Instrumen RPP ................................................................ 80
Tabel - 3.2. Kisi-kisi Instrumen Buku Siswa dan Buku Guru .......................... 82
Tabel - 3.3. Kisi-kisi Instrumen Lembar Aktivitas Siswa................................. 84
Tabel - 3.4. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Sikap .............................................. 86
Tabel - 3.5. Kisi-kisi Instrumen Tes Uraian ...................................................... 87
Tabel - 3.6. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Projek ............................................. 89
Tabel - 3.7. Kisi-kisi Instrumen Aktivitas Aktif Siswa..................................... 90
Tabel - 3.8. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran . 91
Tabel - 3.9. Kisi-kisi Instrumen Respons Siswa .............................................. 93
Tabel - 3.10. Kriteria Interpretasi Nilai KK ........................................................ 95
Tabel - 3.11. Persentase Waktu Ideal Aktivitas Siswa ....................................... 97
Tabel - 4.1. Hasil Uji Kelayakan Instrumen Penelitian .................................... 116
Tabel - 4.2. Saran dan Revisi Instrumen Penelitian .......................................... 117
Tabel - 4.3. Hasil Uji Kelayakan Tes Kemampuan Berpikir kreatif ................. 119
Tabel - 4.4. Rerata Nilai Indikator Setiap Aspek Rencana Pembelajaran ........ 121
Tabel - 4.5. Rerata Nilai Indikator Setiap Aspek Kevalidan Buku Siswa ........ 122
Tabel - 4.6. Rerata Nilai Indikator Setiap Aspek Kevalidan Buku Guru .......... 124
Tabel - 4.7. Rerata Nilai Indikator Penilaian Kevalidan LAS .......................... 126
Tabel - 4.8. Hasil Perhitungan Validasi Pretes ................................................. 127
Tabel - 4.9. Hasil Perhitungan Validasi Postes ................................................. 127
Tabel - 4.10. Nilai Postes Siswa Kelas VIIB ....................................................... 129
Tabel - 4.11. Ketercapaian Indikator KBK Siswa Kelas VIIB ............................ 130
Tabel - 4.12. Persentase Rataan Aktivitas Siswa Ujicoba I ................................ 134
Tabel - 4.13. Nilai Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Ujicoba I ........ 138
Tabel - 4.14. Respons Siswa terhadap Perangkat dan Kegiatan Ujicoba I ......... 141
Tabel - 4.15. Hasil Rekapitulasi Komentar Siswa Ujicoba I .............................. 143
Tabel - 4.16. Revisi Buku Siswa ......................................................................... 145
Tabel - 4.17. Revisi Buku Guru .......................................................................... 147
Tabel - 4.18. Nilai Postes Siswa Kelas VIIA ....................................................... 149
Tabel - 4.19. Ketercapaian Indikator KBK Siswa Kelas VIIA ............................ 150
Tabel - 4.20. Persentase Rataan Aktivitas Siswa Ujicoba II ............................... 154
Tabel - 4.21. Nilai Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Ujicoba II ...... 157
Tabel - 4.22. Respons Siswa terhadap Perangkat dan Kegiatan Ujicoba II ........ 160
Tabel - 4.23. Hasil Rekapitulasi Komentar Siswa Ujicoba II ............................. 162

vii

DAFTAR GAMBAR
Gambar - 2.1.
Gambar - 4.1.
Gambar - 4.2.
Gambar - 4.3.
Gambar - 4.4.
Gambar - 4.5.
Gambar - 4.6.
Gambar - 4.7.

Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4-D ................. 57
Hirarki Pengajaran Perbandingan .............................................. 98
Diagram Nilai Postes Siswa Kelas VIIB .................................... 118
Ketercapaian Indikator KBK Pretes dan Postes Ujicoba I......... 121
Diagram Persentase Waktu Aktivitas Siswa Ujicoba I .............. 123
Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Ujicoba I ............. 127
Kemampuan Guru Melaksanakan Sintaks Pemb. Ujicoba I ...... 128
Diagram Persentase Respons Siswa terhadap Komponen
Dan Proses Pembelajaran Ujicoba I ........................................... 131
Gambar - 4.8. Diagram Nilai Postes Siswa Kelas VIIA .................................... 138
Gambar - 4.9. Diagram Ketercapaian Indikator Pretes dan Postes ................... 140
Gambar - 4.10. Diagram Persentase Waktu Aktivitas Siswa Ujicoba II ............ 144
Gambar - 4.11. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Ujicoba II............ 147
Gambar - 4.12. Kemampuan Guru Melaksanakan Sintaks Pemb. Ujicoba II..... 148
Gambar - 4.13. Diagram Persentase Respons Siswa terhadap Komponen
Dan Proses Pembelajaran Ujicoba II ......................................... 151

viii

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan wadah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,
sebab melalui pendidikanlah tercipta sumber daya manusia (SDM) yang terdidik
dan mampu menghadapi perubahan zaman yang semakin cepat. Namun apabila
kualitas pendidikan itu rendah, maka yang tercipta adalah sumber daya manusia
yang

rendah

pula.

Jadi

pendidikan

merupakan

ujung

tombak

dalam

mempersiapkan SDM yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat
mendorong memaksimalkan potensi siswa sebagai calon SDM yang handal untuk
dapat bersikap kritis, logis dan inovatif.
Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan
yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM)
yang mampu bersaing di era global. Sumber daya manusia yang bermutu
merupakan faktor penting dalam pembangunan di era globalisasi saat ini.
Pengalaman di banyak negara menunjukkan, sumber daya manusia yang bermutu
lebih penting dari pada sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia
yang bermutu

adalah sumber daya manusia yang mampu menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi guna memenuhi kebutuhannya dan menjawab berbagai
tantangan yang dihadapi dalam kehidupan masyarakat yang dinamis.
Di Indonesia, mutu pendidikan matematika masih rendah. Banyak data
yang mendukung opini ini, salah satunya adalah data UNESCO menunjukkan,
peringkat matematika Indonesia berada di deretan 34 dari 38 negara, sejauh ini,

2

Indonesia masih belum mampu lepas dari deretan penghuni papan bawah
(http://suaramerdeka.com). Berdasarkan hasil analisis PISA 2009 (Tim Pusat
Pengembangan Profesi Pendidik, 2014:7), ditemukan bahwa dari 6 (enam) level
kemampuan yang dirumuskan di dalam studi PISA, hampir semua peserta didik
Indonesia hanya mampu menguasai pelajaran sampai level 3 (tiga) saja, sementara
negara lain yang terlibat di dalam studi ini banyak yang mencapai level 4 (empat),
5 (lima), dan 6 (enam). Dengan keyakinan bahwa semua manusia diciptakan
sama, interpretasi yang dapat disimpulkan dari hasil studi ini, hanya satu, yaitu
yang kita ajarkan berbeda dengan tuntutan zaman.
Analisis hasil TIMSS (Tim Pusat Pengembangan Profesi Pendidik,
2014:7) tahun 2007 dan 2011 di bidang matematika dan IPA untuk peserta didik
kelas 2 SMP juga menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Untuk bidang
matematika, lebih dari 95% peserta didik Indonesia hanya mampu mencapai level
menengah, sementara misalnya di Taiwan hampir 50% peserta didiknya mampu
mencapai level tinggi dan advance. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa yang
diajarkan di Indonesia berbeda dengan apa yang diujikan atau yang distandarkan
di tingkat internasional. Dalam menghadapi kompleksitas permasalahan
pendidikan

matematika,

pertama

kali

yang

harus

dilaksanakan

adalah

menumbuhkan minat siswa terhadap matematika. Sebab tanpa adanya minat,
siswa akan sulit untuk mau belajar, dan kemudian sulit untuk menguasai
matematika secara sempurna.
Sedangkan menurut Sriyanto (2007:28): “Untuk dapat mempelajari
matematika dengan baik kita harus aktif terlibat dalam proses pembelajaran
matematika”. Dalam pelajaran matematika tidak semua materi dapat dipahami

3

dengan

baik

oleh

siswa.

Artinya,

siswa

mengalami

kesulitan

dalam

mempelajarinya. Ini mengakibatkan hasil belajar siswa rendah terhadap materi
tersebut.
Matematika sebagai ilmu pengetahuan dasar sangat dibutuhkan untuk
mempersiapkan sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi.
Namun kenyataannya matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
dianggap sukar oleh siswa. Salah satu penyebab kesukaran matematika adalah
karakteristik matematika yang abstrak, konseptual, dan prinsipnya berjenjang dan
prosedur pengerjaannya yang banyak memanipulasi bentuk-bentuk.
Ada banyak faktor yang menjadi penyebab rendah atau kurangnya
kemampuan

siswa

dalam

mempelajari

matematika,

diantaranya

adalah

ketidaktepatan pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh pengajar di kelas,
misal pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan tradisional yang
menempatkan siswa hanya sebagai pendengar. Kenyataan menunjukkan bahwa
selama ini kebanyakan guru menggunakan metode pembelajaran yang bersifat
konvensional dan banyak didominasi oleh guru.
Kenyataan di atas, mengisyaratkan bahwa penguasaan siswa terhadap
pembelajaran matematika masih rendah. Memang kita tidak bisa menyalahkan
siapa-siapa dalam hal ini, tapi yang jelas banyak faktor yang berpengaruh dalam
rendahnya hasil belajar matematika. Selain dari penyampaian materi yang kurang
sesuai, kemampuan/kompetensi siswa yang kurang baik, strategi/metode yang
kurang sesuai juga dapat menjadi faktor mengapa matematika menjadi pelajaran
yang sulit dipahami.

4

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 2
Kualuh Hulu (19 Agustus 2014) diketahui bahwa:
Strategi/metode pembelajaran yang diterapkan sebagian besar adalah metode
konvensional,
Pembelajaran matematika kurang melibatkan keaktifan siswa atau dengan kata
lain siswa hanya menjadi pendengar.
Pembelajaran yang dilaksanakan masih berpusat pada guru.
Sebahagian besar informasi maupun pengetahuan diperoleh siswa berdasarkan
penjelasan guru.
Guru menganggap perangkat pembelajaran sebagai sumber informasi
sekunder bagi siswa, setelah penjelasan guru.
Selain hasil temuan di atas, peneliti juga menemukan bahwa, guru kurang
memaksimalkan kelengkapan mengajar seperti perangkat pembelajaran yang
digunakan, perangkat yang diketahui oleh guru hanya terbatas pada rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan silabus saja. Perangkat pembelajaran hanya
dijadikan sebagai pelengkap administrasi di sekolah. Padahal, sesuai dengan
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen pasal 20 disebutkan bahwa “dalam melaksanakan tugas keprofesionalan,
guru

berkewajiban

merencanakan

pembelajaran,

melaksanakan

proses

pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran”.
Kemudian dipertegas dengan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005
yang berkaitan dengan standar proses mengisyaratkan bahwa “guru diharapkan
dapat mengembangkan perencanaan pembelajaran”. Setiap guru pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun RPP (perangkat) secara lengkap dan

5

sistematis

agar

pembelajaran

berlangsung

secara

interaktif,

inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Saat ini sangat sulit bagi guru mencari perangkat pembelajaran yang sesuai
dengan model pembelajaran yang digunakan. Perangkat pembelajaran yang
disediakan umumnya mengacu pada pembelajaran konvensional yang langsung
menyuguhkan materi berupa konsep dan rumus secara langsung tanpa ada
kegiatan penemuan konsep secara ilmiah. Oleh karena itu, salah satu solusi yang
mungkin adalah dengan mengembangkan sendiri perangkat pembelajaran dan
penilaiannya sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan.
Untuk mengembangkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan
model pembelajaran yang dipilih, guru harus mengetahui karakteristik model
pembelajaran tersebut serta kegiatan yang akan dilaksanakan siswanya sesuai
dengan sintaks model pembelajaran tersebut. Kesulitan-kesulitan yang harus
ditempuh inilah yang membuat guru belum mengembangkan perangkat
pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran inovatif.
Salah satu model pembelajaran yang diharapkan mampu melibatkan
keaktifan siswa adalah model discovery learning. Model discovery berbeda
dengan ekspositori, dimana pada ekspositori bahan pelajaran disampaikan dalam
bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Dalam hal ini
guru sebagai penyampai informasi. Sedangkan pada model penemuan, bahan
pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas.
Dalam hal ini tugas guru hanya sebagai fasilitator,dan pembimbing siswa.

6

Model discovery learning merupakan pembelajaran yang menghubungkan
keterkaitan antar konsep serta mengaplikasikan konsep tersebut dalam
penyelesaian masalah yang ada. Discovery learning merupakan salah satu model
yang memungkinkan para anak didik terlibat langsung dalam kegiatan belajarmengajar, sehingga mampu menggunakan proses mentalnya untuk menemukan
suatu konsep atau teori yang sedang dipelajari.
Discovery learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam
bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat
Bruner, bahwa: “discovery learning can be defined as the learning that takes
place when the student is not presented with subject matter in the final form, but
rather is required to organize it him self” (Lefancois dan Emetembun, dalam Tim
Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, 2014:50). Yang menjadikan dasar ide
Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan
aktif dalam belajar di kelas.
Bruner memakai model yang disebutnya discovery learning, dimana murid
mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Model
discovery learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses
intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43).
Discovery terjadi bila indifidu terlibat, terutama dalam penggunaan proses
mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan
melalaui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses
tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the

7

mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B. Sund
dalam Hamalik, 2001:219).
Sebagai model pembelajaran, discovery learning mempunyai prinsip yang
sama dengan inkuiri (inquiry) dan problem solving. Tidak ada perbedaan yang
prinsipil pada ketiga istilah ini, pada discovery learning lebih menekankan pada
ditemukannya

konsep

atau

prinsip

yang

sebelumnya

tidak

diketahui.

Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang
diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru.
Sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus
mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuantemuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian, sedangkan problem
solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah. Akan
tetapi prinsip belajar yang nampak jelas dalam discovery learning adalah materi
atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk
final akan tetapi siswa sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa
yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian
mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan
mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.
Dengan mengaplikasikan model discovery learning secara berulang-ulang
dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan.
Penggunaan model discovery learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif
menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke
student oriented. Merubah modus ekspositori siswa hanya menerima informasi

8

secara keseluruhan dari guru ke modus discovery siswa menemukan informasi
sendiri.
Pembelajaran discovery learning ini ada dua macam, yaitu pembelajaran
dengan penemuan bebas (free discovery learning) dan pembelajaran dengan
penemuan terbimbing (guided discovery learning). Dalam pelaksanaannya
pembelajaran dengan penemuan terbimbing lebih banyak diterapkan dari pada
pembelajaran penemuan bebas,

karena pembelajaran dengan penemuan

terbimbing terdapat petunjuk guru, sehingga siswa dapat bekerja lebih terarah
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bimbingan/petunjuk guru
ini bukannya untuk mengekang kreativitas siswa, tetapi sekedar arahan prosedur
kerja yang perlu dilakukan.
Sebagaimana uraian di atas, selain cara penyajian/penyampaian materi
pelajaran yang dilakukan, alat penilaian juga memegang peranan yang sangat
penting dalam peningkatan hasi belajar siswa. Guru sebagai tenaga profesional
harus mampu menguasai keduanya. Namun pada kenyataannya, sebagian guru
kurang memperdulikan atau tidak melakukan penilaian secara baik. Penilaian
yang dilakukan saat ini hanya terbatas pada aspek kognitif saja. Penilaian seperti
ini tidak menilai partisipasi aktif siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Selain itu, sikap dan keterampilan yang dilakukan siswa pada saat belajar
berlangsung juga tidak menjadi aspek yang perlu dinilai. Guru pada umumnya
merasa cukup mengukur hasil belajar siswa berdasarkan tes yang diberikan baik
secara tertulis maupun lisan. Guru hanya melihat apakah siswa sudah dapat
melaksanakan kegiatan yang diharapkan atau tidak. Guru tidak merasa perlu

9

mengetahui penyebab ketidakmampuan siswa untuk melaksanakan kegiatan yang
diharapkan.
Penilaian

seharusnya

digunakan

untuk

mengumpulkan

informasi

sebanyak-banyaknya tentang kemajuan belajar peserta didik atau untuk
mendorong peningkatan belajar para peserta didik. Dorongan peningkatan belajar
dapat muncul dari peserta didik sendiri setelah mengetahui hasil penilaian itu, atau
dapat juga diusahakan oleh guru yang telah memanfaatkan hasil penilaian itu
untuk mengambil keputusan tentang pembelajaran peserta didiknya. Teknik
mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian
kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian kompetensi inti dan
kompetensi dasar. Penilaian suatu kompetensi dasar dilakukan berdasarkan
indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain kognitif, afektif,
maupun psikomotor.
Dalam penilaian kelas, guru tidak hanya membutuhkan tes tertulis, namun
bentuk penilaian yang lebih konprehensif untuk mendapatkan informasi tentang
kemampuan siswanya. Demikian pula, gambaran tentang kemajuan belajar siswa
di sepanjang proses pembelajaran, oleh karena itu penilaian tidak hanya dilakukan
pada akhir periode (semester), tetapi dilakukan bersama secara terintegrasi (tidak
terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.
Mengukur upaya siswa mencapai tujuan-tujuan pendidikan di atas,
menghendaki cara-cara penilaian baru. Sistem penilaian ini disebut penilaian
otentik. Ada beberapa alasan mengapa penilaian otentik perlu dilakukan dalam
pembelajaran, yaitu: 1) memberikan pengalaman nyata bagi siswa dalam
melakukan berbagai aktivitas kreatif melalui eksperimen, demonstrasi, maupun

10

kegiatan lapangan, 2) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan
berbagai kemampuannya, baik dalam bentuk pengetahuan, kinerja, maupun
sikapnya dalam pembelajaran matematika, serta 3) dapat membuat siswa belajar
mandiri, bekerjasama, serta menilai dirinya sendiri (self evaluation). Penilaian
otentik mengukur kemampuan siswa sesungguhnya, yang mencakup aspek-aspek
yang luas seperti keseharian siswa. Dengan demikian diharapkan penilaian yang
dilakukan lebih komprehensif sehingga dapat digunakan untuk membuat
kesimpulan tentang profil siswa secara rutin.
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan (20 Agustus 2014), melalui
pemberian tes kepada 30 orang siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kualuh Hulu untuk
menguji kemampuan berpikir kreatif siswa, diperoleh kesimpulan bahwa
kemampuan berpikir kreatif siswa termasuk dalam kategori rendah. Hal ini dilihat
dari hasil jawaban siswa. Penilaian yang dilakukan terhadap jawaban siswa
menunjukkan bahwa ada 20 orang (66,67%) siswa yang paham terhadap masalah
hingga dapat membuat model matematikanya, walaupun pada tahap selanjutnya
siswa mengalami kesulitan untuk menetapkan variabel untuk dan membuat model
matematika untuk selanjutnya menghubungkan konsep-konsep yang diketahui
untuk menetapkan strategi penyelesaian masalah. Kesulitan ini menyebabkan
hanya ada 8 orang (26,67%) siswa saja yang dapat memilih strategi dan
diantaranya hanya 4 orang (13,33%) yang dapat melakukan perhitungan yang
tepat dalam menyelesaikan masalah.
Hasil wawancara (21 Agustus 2014) dengan salah seorang guru
matematika di SMP Negeri 2 Kualuh Hulu sebagian besar siswa pada kelas
tersebut mempunyai kompetensi yang cukup rendah terhadap kemampuan

11

berpikir kreatif (misal: rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan) khususnya
pada materi perbandingan. Padahal, dalam kurikulum 2004 tujuan pembelajaran
matematika adalah:
(1) Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, (2)
Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan
penemuan, (3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, (4)
Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi.
Jadi, salah satu tujuan pembelajaran adalah mengembangkan aktivitas kreatif. Hal
ini dikarenakan aktivitas kreatif mampu membuat seseorang untuk terus mencoba
sehingga dapat menemukan jawaban dari permasalahan yang dihadapinya
meskipun mengalami kegagalan berkali-kali.
Upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika pada siswa
merupakan hal yang sangat penting, karena pada umumnya masalah nyata dunia
saat ini tidak sederhana dan konvergen. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif
juga dapat berimplikasi pada rendahnya prestasi siswa, di antara penyebab
rendahnya pencapaian siswa dalam pelajaran matematika adalah proses
pembelajaran yang belum optimal. Dalam proses pembelajaran umumnya guru
sibuk sendiri menjelaskan apa-apa yang telah dipersiapkannya. Demikian juga
siswa sibuk sendiri menjadi penerima informasi yang baik. Akibatnya siswa
hanya mencontoh apa yang dikerjakan guru, tanpa makna dan pengertian sehingga
dalam menyelesaikan soal siswa beranggapan cukup dikerjakan seperti apa yang
dicontohkan. Hal tersebut menyebabkan siswa kurang memiliki kemampuan
menyelesaikan masalah dengan alternatif lain dapat disebabkan karena siswa
kurang memiliki kemampuan fleksibilitas yang merupakan salah satu ciri-ciri
kemampuan berpikir kreatif. Fakta menunjukan kurangnya perhatian terhadap
kemampuan berpikir kreatif dalam matematika beserta implikasinya, dengan

12

demikian adalah perlu untuk memperbaiki perhatian lebih pada kemampuan ini
dalam pembelajaran matematika saat ini.
Pada beberapa kasus di sekolah cenderung menghambat berpikir kreatif,
antar lain dengan mengembangkan kekakuan imajinasi. Kasus tersebut sampai
saat ini masih terjadi dalam sistem belajar dikarenakan kurangnya perhatian
terhadap masalah kreativitas dan penggunaannya khususnya dalam matematika.
Pembelajaran matematika yang dilakukan di sekolah masih didominasi oleh
pembelajaran yang bersifat tradisional serta memiliki karakteristik seperti
pembelajaran lebih berpusat pada guru dan aktivitas belajar masih didominasi
oleh guru, model pembelajaran yang digunakan masih bersifat klasikal,
permasalahan-permasalahan yang diberikan masih bersifat rutin, dan siswa
cenderung pasif dalam proses pembelajarannya. Hal ini berakibat pola berpikir
kreatif siswa menjadi terhambat, padahal kemampuan ini sangat diperlukan oleh
siswa untuk bekal mereka ketika hidup dalam lingkungan masyarakat luas.
Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “pengembangan perangkat pembelajaran dan
penilaian otentik berbasis model discovery learning untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa”.

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Mutu pendidikan matematika di Indonesia masih rendah.
2. Ketidaktepatan model pembelajaran yang digunakan guru di kelas

13

3. Kebanyakan pembelajaran matematika di sekolah masih menggunakan
pembelajaran konvensional.
4. Pembelajaran matematika kurang melibatkan keaktifan siswa.
5. Guru menganggap perangkat pembelajaran sebagai sumber informasi
sekunder bagi siswa.
6. Penilaian yang dilakukan hanya terbatas pada aspek kognitif saja.
7. Kurangnya perencanaan guru dalam menyusun program pembelajaran.
8. Kurangnya perhatian terhadap kemampuan berpikir kreatif matematik
9. Sebagian besar siswa memiliki kompetensi yang cukup rendah terhadap
kemampuan berpikir kreatif.

1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan judul penelitian dan latar belakang masalah, penelitian ini
perlu dibatasi agar penelitian ini lebih terfokus. Masalah pada penelitian ini hanya
terbatas pada upaya pengembangan perangkat pembelajaran berupa rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku siswa (BS), buku guru (BG), dan lembar
aktivitas siswa (LAS) serta instrumen penilaian otentik berbasis model discovery
learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematik siswa.

1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan
masalah yang telah diuraiakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana efektivitas perangkat pembelajaran dan
penilaian otentik berbasis model discovery learning yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa”.

14

Tingkat efektivitas perangkat pembelajaran yang dimaksud akan diukur
dengan mengacu pada pertanyaan berikut:
1. Bagaimana tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan
model discovery learning pada materi perbandingan?
2. Bagaimana pencapaian persentase waktu ideal aktivitas siswa selama proses
pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning pada materi
perbandingan?
3. Bagaimana tingkat kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran
dengan menggunakan model discovery learning pada materi perbandingan?
4. Bagaimana respons siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran
dengan menggunakan model discovery learning pada materi perbandingan?

1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan perangkat pembelajaran dan penilaian otentik berbasis model
discovery learning yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa.
2. Mengetahui tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan
model discovery learning pada materi perbandingan.
3. Mengetahui tingkat pencapaian persentase waktu ideal aktivitas siswa selama
proses pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning pada
materi perbandingan.
4. Mengetahui tingkat kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran
berbasis model discovery learning pada materi perbandingan.

15

5. Mengetahui respons siswa terhadap komponen dan proses pembelajaran
berbasis model discovery learning pada materi perbandingan.

1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian

ini

diharapkan

dapat

memberikan

manfaat

terhadap

perkembangan dunia pendidikan. Manfaat tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Bagi guru, sebagai bahan referensi atau masukan tentang metode
pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Bagi siswa, dapat menumbuhkan semangat kerja sama antar siswa,
meningkatkan motivasi dan daya tarik siswa pada pembelajaran matematika.
3. Bagi penulis, dapat menjadi wahana ilmiah untuk pengembangan diri
khususnya dalam melihat pembelajaran matematika dengan menggunakan
model discovery learning dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa.
4. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran
pembelajaran khususnya bagi pengembangan kurikulum dalam rangka
meningkatkan kualitas dunia pendidikan.

1.7. Defenisi Operasional
Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, maka dipandang perlu
adanya penjelasan dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Pengembangan
Pengembangan adalah suatu proses untuk menghasilkan suatu produk dimana
prosesnya dideskripsikan seteliti mungkin dan produk akhirnya dievaluasi
untuk mendapatkan produk yang ideal.

16

2. Perangkat Pembelajaran
Perangkat

pembelajaran

adalah

sekumpulan

sumber

belajar

yang

memungkinkan siswa dan guru melakukan kegiatan pembelajaran. Perangkat
pembelajaran dalam penelitian ini terdiri dari rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), buku siswa (BS), buku guru (BG) dan lembar aktivitas
siswa (LAS).
3. Penilaian Otentik
Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta
didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan
atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar
dikuasai dan dicapai. Dalam penelitian ini penilaian otentik yang digunakan
terdiri dari tiga bagian yaitu: (a) penilaian pengetahuan: tes tertulis; (b)
penilaian sikap: lembar observasi; (c) penilaian keterampilan: penilaian
projek.
4. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah pola konsep yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan dan mewujudkan suatu proses pembelajaran di kelas
yang mengarahkan kita dalam mendisain pembelajaran untuk membantu
siswa, sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
5. Model Discovery Learning
Discovery learning adalah bentuk pembelajaran dimana konsep, teorema,
rumus, aturan, dan sejenisnya ditemukan kembali oleh siswa, dalam hal ini
guru hanya bertindak sebagai pengarah dan pembimbing saja. Ada 4 tahap

17

dalam model discovery learning yaitu stimulation (pemberian rangsangan),
problem statement (identifikasi masalah), data collection (pengumpulan data),
data

processing

(pengolahan

data),

verification

(pembuktian),

dan

generalization (penarikan kesimpulan).
6. Kemampuan Berpikir Kreatif
Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan siswa untuk dapat
menciptakan ide, gagasan, cara, metode, dan proses yang baru dan inovatif.
Dalam penelitian ini terdapat empat indikator kemampuan berpikir kreatif
yaitu: fluency (berpikir lancar), flexibility (berpikir luwes), originality
(berpikir orisinal), dan elaboration (memperinci).
7. Keefektifan Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran dikatakan efektif apabila hasil penerapan perangkat
pembelajaran dilapangan menunjukkan:
Tujuan pembelajaran telah terpenuhi yaitu:
o Minimal persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 75% dari siswa
memperoleh nilai ≥ B-;
o Ketercapaian tujuan pembelajaran minimal 75%.
Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran telah baik;
Respons siswa terhadap perangkat dan proses pembelajaran positif.
8. Aktifitas Aktif Siswa
Aktivitas aktif siswa adalah keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang
ditunjukkan dengan aktivitas verbal dan nonverbal antara guru dan siswa,
siswa dengan siswa dan masalah.

18

9. Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran
Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran didefinisikan sebagai
kualitas guru dalam melaksanakan setiap tahap pembelajaran model discovery
learning.
10. Respon Siswa terhadap Kegiatan Pembelajaran
Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran didefinisikan sebagai pendapat
senang/tidak senang dan baru/tidak baru terhadap komponen pembelajaran
yang dikembangkan, kesediaan siswa mengikuti pembelajaran berbasis model
discovery learning.

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian berdasarkan ujicoba
(dua tahap ujicoba) penggunaan perangkat pembelajaran dan penilaian otentik
dengan menerapkan model discovery learning untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa, maka dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Ujicoba yang dilakukan dengan menggunakan perangkat pembelajaran dalam
pembelajaran telah memenuhi efektivitas pembelajaran, dimana:
a. Tujuan pembelajaran yang diharapkan telah tercapai dimana pada saat
ujicoba II, nilai kemampuan berpikir kreatif siswa sudah memenuhi batas
ketuntasan klasikal yaitu ada 75% dari 30 siswa (yang menjadi subjek
penelitian) mendapat nilai lebih dari 2,51 (B-) walaupun pada ujicoba I,
nilai kemampuan berpikir kreatif siswa masih dibawah batas ketuntasan
klasikal yaitu hanya 73,33% dari 30 siswa (yang menjadi subjek
penelitian) mendapat nilai lebih dari 2,51 (B-).
b. Aktivitas yang dilakukan siswa pada saat ujicoba telah memenuhi batas
toleransi waktu ideal, yaitu aktivitas mendengar sebesar 20,5% pada
ujicoba I dan 20,25% pada ujicoba II; aktivitas membaca sebesar 18%
pada ujicoba I dan 16% pada ujicoba II; aktivitas menulis sebesar 31,25%
pada ujicoba I dan 32% pada ujicoba II; aktivitas berdiskusi sebesar
29,75% pada ujicoba I dan 31,25% pada ujicoba II; aktivitas lain yang
tidak relevan sebesar 0,5 pada ujicoba I dan II.

177

c. Kemampuan guru mengelola pembelajaran termasuk kategori cukup baik
pada ujicoba tahap I, dimana nilai kemampuan guru (NKG) sebesar 3,14
dengan rataan nilai kemampuan menerapkan sintaks pembelajaran sebesar
3,27 dan rataan nilai kemampuan mengelola waktu secara efisien sebesar
2,75; mengalami peningkatan pada saat ujicoba tahap II, dimana nilai
kemampuan guru (NKG) sebesar 3,18 (telah memenuhi syarat efektivitas)
dengan rataan nilai kemampuan menerapkan sintaks pembelajaran sebesar
3,18; rataan nilai kemampuan mengelola waktu secara efisien sebesar
3,25; dan rataan nilai kemampuan pengelolaan kelas sebesar 3,11.
d. Respons

yang

diberikan

siswa

terhadap

komponen

(perangkat

pembelajaran) dan proses pembelajaran merupakan respons yang positif
baik pada ujicoba I dan II, siswa yang merasa senang sebesar 88,66%
pada ujicoba I dan 92% pada ujicoba II; siswa yang menyatakan bahwa
perangkat dan proses yang dilaksanakan termasuk kategori baru sebesar
97,33% pada ujicoba I dan 96% pada ujicoba II, siswa yang berminat
untuk mengikuti proses pembelajaran sebesar 90% pada ujicoba I dan II;
dan siswa yang menyatakan bahwa perangkat pembelajaran yang
dikembangkan sudah komunikatif dan menarik sebesar 88,33% pada
ujicoba I dan 91,67% pada ujicoba II.

5.2. Saran
Berdasarkan

simpulan

penelitian

di

atas,

pembelajaran

dengan

menggunakan perangkat pembelajaran berdasarkan masalah yang diterapkan pada

178

kegiatan pembelajaran memberikan beberapa hal yang penting untuk diperhatikan.
Uuntuk itu peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Model pembelajaran discovery learning hendaknya menjadi alternatif model
pembelajaran bagi guru SMP khususnya dalam upaya meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa dan menciptakan pembelajaran yang efektif.
2. Pemberian LAS pada siswa hendaklah disertai dengan bimbingan (scaffolding)
sebagai alternatif dalam mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran.
3. Pengembangan

perangkat

pembelajaran

disini,

juga

disertai

dengan

mengembangkan penilaian (otentik) pembelajaran. Namun pengembangan
penilaian otentik untuk menilai kemampuan berpikir kreatif belum spesifik
dikaji dalam penelitian ini (hanya termuat dalam RPP dan soal pretes/postes),
sehingga menarik untuk dikaji lebih dalam.
4. Bagi guru yang ingin menerapkan perangkat pembelajaran menggunakan
model discovery learning agar memperhatikan kesiapan belajar siswa dan
siswa yang menjadi subjek penelitian hendaknya adalah siswa yang sudah
terbiasa dengan pembelajaran-pembelajaran yang inovatif.
5. Bagi guru yang ingin menerapkan perangkat pembelajaran menggunakan
model discovery learning pada topik lain pada pelajaran matematika atau pada
mata pelajaran lain yang sesuai dapat merancang sendiri perangkat
pembelajaran yang diperlukan dengan memperhatikan komponen-komponen
pembelajaran dan karakteristik dari materi pelajaran yang akan dikembangkan.

179

180

DAFTAR PUSTAKA
Antasari, J. (2014). Pengembangan Perangkat pembelajaran dan Asesmen
Otentik berorientasi model pembelajaran berdasarkan masalah untuk
meningkatkan pemahaman konsep siswa SMP. Tesis. Universitas Negeri
Medan. Medan.
Arikunto. S. (2006). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Budiningsih, A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta.
Depdiknas. (2003). Standar Kompetensi Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. (2006). Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta:
Depdikbud.
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Hamalik. O. (2010). Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.
Hanum, C. (2010). Pedoman Penyusunan Buku Ajar/Teks. Medan: USU Press.
Mulyasa. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Munandar, S.C.U. (1999). Mengembangkan bakat dan kreativitas Anak Sekolah.
Grasindo:Jakarta.
Nieveen, N. (2007). Formative Evaluation in Educational Design Research dalam
An Introduction to Educational Design Research (Ed). Disampaikan dalam
seminar di East China Normal University, Shanghai, 23-26 November
2007.
Orlich, D. C., Harder, R. J., Callahan, R. C., Trevisan, M. S., dan Brown, A. H.
(2010). Teaching Strategies: a Guide to Effective Instruction. Boston:
Wadsworth, Cengage Learning.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 66 tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan. 2013. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Pemerintah R.I. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 tahun
2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar proses.
Pritchard dan Woollard. (2010). Psychology for the Classroom: Constructivism
and Social Learning. London: Routledge.
Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengaja

Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif mahasiswa

1 3 6

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA

6 19 128

LKS BERBASIS GUIDED DISCOVERY LEARNING MATERI ALAT ALAT OPTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

12 44 134

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL DISCOVERY LEARNING BERBASIS BUDAYA TAPSEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMPN 1 HALONGONAN.

0 2 43

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA BERBANTUAN GEOBOARD.

0 3 34

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN OTENTIK BERBASIS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA SMA/MA.

0 2 51

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN ASESMEN OTENTIK BERORIENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP.

0 2 48

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMECAHAN MASALAH METEMATIKA SISWA.

0 1 38

Model Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Reflektif Matematis Siswa SMP.

1 1 27

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF SISWA SMK SERTA PENGEMBANGAN EFIKASI DIRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING - repo unpas

0 1 30