EVALUASI TINGKAT KERENTANAN ZONA PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIRTANAH MELALUI ANALISA SPASIAL Evaluasi Tingkat Kerentanan Zona Pengambilan Dan Pemanfaatan Airtanah Melalui Analisa Spasialdi Cekungan Airtanah (CAT) Kabupaten Bantul,Daerah Istimewa Yogyaka
EVALUASI TINGKAT KERENTANAN ZONA PENGAMBILAN DAN
PEMANFAATAN AIRTANAH MELALUI ANALISA SPASIAL
DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) KABUPATEN BANTUL,
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S-1
Fakultas Geografi
Oleh:
KARTIKO GILANG PAMUNGKAS NIM : E100150031
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
(2)
(3)
(4)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Publikasi Ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
(5)
v
EVALUASI TINGKAT KERENTANAN ZONA PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIRTANAH MELALUI ANALISA SPASIAL DI CEKUNGAN
AIRTANAH (CAT) KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Abstrak
Kabupaten Bantul merupakan bagian dari Cekungan Air Tanah ( CAT ) Yogyakarta-Sleman yang secara hidrogeologis terletak di bagian selatan atau bagian hilir cekungan dan termasuk pada daerah discharge. Pemanfaatan Air Tanah di Kabupaten Bantul mengalami peningkatan yang signifikan karena merupakan wilayah perkembangan daerah urban dengan segala macam kegiatan pembangunan yang berjalan sangat cepat. Kabupaten Bantul yang merupakan pusat kegiatan pembangunan, ekonomi, perdagangan, industri dan pendidikan telah memicu meningkatnya kebutuhan akan air bersih, dan sebagai akibatnya telah menunjukkan adanya dampak negatif terhadap kondisi Air Tanah dan lingkungannya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan sistem analisa data statistik yang diperoleh dengan berbagai formula perhitungan serta ditampilkan dalam analisa spasial. Visualisasi kondisi dari penelitian dapat digambarkan dengan hasil informasi interaktif dalam pemetaan pemanfaatan Air Tanah di CAT Kabupaten Bantul.
Hasil penelitian menunjukan tingkat pemanfaatan Air Tanah di Kabupaten Bantul dapat dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu Tingkat Pemanfaatan Air Tanah Sedang yang berada di Imogiri, Bambanglipuro, Bantul, Sewon, Banguntapan, dan Kasihan; Tingkat Pemanfaatan Air Tanah Tinggi yang berada di Kecamatan Kretek, Pundong, dan Pleret; dan Tingkat Pemanfaatan Air Tanah Sangat Tinggi yang berada di Kecamatan Sedayu, Piyungan, Pandak, Sanden, Srandakan, Jetis, dan Pajangan.
Kata kunci : Cekungan Air Tanah (CAT), Pemanfaatan Air Tanah, Analisa
Spasial
Abstracts
Bantul district is part of the Basin Groundwater (CAT) Yogyakarta Sleman that the hydro-located in the south or downstream of the basin and including the discharge area. Utilization of Ground Water in Bantul district has increased significantly since the development of the urban area with all kinds of development activities which runs very fast. Bantul district which is the center of development, economy, trade, industry and education has led to rising demand for clean water, and as a result have shown their negative impact on the condition of Groundwater and the environment.
The method used in this research is to use statistical data analysis system obtained with different calculation formulas and displayed in a spatial analysis. Visualization of the condition of the research can be illustrated by the results of the use of interactive information in the mapping of Groundwater in CAT Bantul.
The results showed the utilization rate of Groundwater in Bantul district can be divided into three levels, namely Groundwater Utilization Rate Average residing in Imogiri, Bambanglipuro, Bantul, Sewon, Banguntapan, and pity; Groundwater Utilization Rate High in Sub Kretek, Pundong, and Pleret; and Utilization Rate.
(6)
1. PENDAHULUAN
Kondisi Airtanah dalam segala aspek kehidupan manusia mempunyai peranan penting dalam menyediakan kebutuhan air bagi berbagai keperluan. Mengingat peranan Airtanah yang semakin vital dan strategis, maka pemanfaatan Airtanah harus juga memperhatikan keseimbangan dan pelestarian sumberdaya itu sendiri, atau dengan kata lain pemanfaatan Airtanah harus berwawasan lingkungan.
Kabupaten Bantul merupakan bagian dari Cekungan Airtanah ( CAT ) Yogyakarta-Sleman yang secara hidrogeologis terletak di bagian selatan atau bagian hilir cekungan dan termasuk pada daerah discharge. Pemanfaatan Airtanah di Kabupaten Bantul mengalami peningkatan yang signifikan karena merupakan wilayah perkembangan daerah urban dengan segala macam kegiatan pembangunan yang berjalan sangat cepat. Kabupaten Bantul yang merupakan pusat kegiatan pembangunan, ekonomi, perdagangan, industri dan pendidikan telah memicu meningkatnya kebutuhan akan air bersih, dan sebagai akibatnya telah menunjukkan adanya dampak negatif terhadap kondisi Airtanah dan lingkungannya.
Evaluasi Tingkat Kerentanan Zona Pengambilan dan Pemanfaatan Airtanah di wilayah CAT Kabupaten Bantul ini dimaksudkan untuk arahan wilayah (zona) yang dapat dilakukan pengambilan dan pemanfaatan Airtanahnya untuk keperluan tertentu (rumah tangga, rumah makan, rumah sakit, irigasi, pendidikan, peribadatan, perikanan, peternakan, Industri dan hotel), sehingga dapat lebih memudahkan dan mempercepat proses pertimbangan dalam rangka pemberian rekomendasi teknis pada pemakaian maupun pengusahaan Airtanah. Di samping itu dapat juga dimanfaatkan untuk menyusun rencana lokasi pemantauan Airtanah, baik kuantitas dan kualitasnya.
Berdasarakan kondisi sebagaimana tersebut diatas, maka penulis melakukan penelitian
dengan judul: “Evaluasi Tingkat Kerentanan Zona Pengambilan Dan Pemanfaatan Airtanah Melalui Analisa Spasial Di Cekungan Airtanah (CAT) Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta”.
2. METODE
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode Analisis Data Sekunder. Langkah yang dilakukan dengan menggunakan Metode Kuantitatif Berjenjang. Pendekatan kuantitatif berjenjang ini memberikan nilai yang sama untuk setiap komponen yang digunakan dalam analisisnya. Setiap komponen diberikan harkat yang sama untuk analisisnya, dengan asumsi bahwa setiap komponen mempunyai pengaruh yang sama pada objek yang dianalisis. Pendekatan tersebut memiliki faktor-faktor pembatas pada setiap parameter yang menyusunnya. Pembatasnya tidak bersifat mutlak tetapi berjenjang memiliki tingkatan-tingkatan kelas dan nilai masing-masing.
(7)
3
3. HASILDANPEMBAHASAN
Tingkat pemanfaatan Airtanah di suatu daerah dapat ditentukan dengan mempertimbangkan perbandingan antara total pemanfaatan Airtanah di daerah tersebut dengan total cadangan Airtanahnya. Apabila jumlah pemanfaatan Airtanah lebih besar dari jumlah ketersediaan Airtanah, sehingga menyebabkan penurunan elevasi muka Airtanah yang signifikan, maka akan terjadi kerusakan Airtanah. Kondisi perbandingan inilah yang digunakan untuk menentukan tingkat pemanfaatan Airtanah di Kabupaten Bantul.
3.1Peta Tingkat Pemanfaatan Airtanah
Berdasarkan perbandingan antara pemanfaatan dan cadangan Airtanah, maka tingkat pemanfaatan Airtanah dapat dibagi menjadi 4 (empat) tingkatan, yaitu :
Rendah : perbandingan pemanfaatan dan cadangan Airtanah ≤ 10 %
Sedang : perbandingan pemanfaatan dan cadangan Airtanah > 10 % - ≤ 20 % Tinggi : perbandingan pemanfaatan dan cadangan Airtanah > 20 % - ≤ 30 %
Sangat Tinggi: perbandingan pemanfaatan dan cadangan Airtanah > 30 % (Hendrayana dkk, 2011).
3.2Peta Zona Konservasi Airtanah
Zona konservasi Airtanah merupakan zona dimana potensi Airtanah mendapat tindakan konservasi dan pengendalian terhadap pemanfaatan Airtanah agar tidak terjadi kerusakan Airtanah.Peta Zona Konservasi Airtanah
3.3Peta Zona Kerentanan Airtanah
Zona kerentanan Airtanah ini dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu zona kerentanan Airtanah terhadap pemompaan dan zona kerentanan Airtanah terhadap pencemaran. Zona kerentanan Airtanah terhadap pemompaan merupakan zona dimana seberapa rentannya suatu daerah bila ada kegiatan pengambilan dan pemanfaatan Airtanah. Sedangkan zona kerentanan Airtanah terhadap pencemaran merupakan zona dimana seberapa rentannya atau mudah tidaknya suatu daerah tercemar oleh suatu aktivitas di atas permukaan.
Tabel 1 Harkat Tingkat Zonasi Pengambilan dan Pemanfaatan Airtanah
Zona Zonasi Harkat
Z1 Zona Dapat Dimanfaatkan dengan
Pengawasan 5 – 15
Z2 Zona Tidak Disarankan untuk
Dikembangkan 16 - 26
(8)
3.4Kepadatan Lokasi Pemanfaatan Airtanah
Kepadatan lokasi pemanfaatan Airtanah baik dari sektor komersil maupun industri dapat diketahui dengan membandingkan antara jumlah lokasi pemanfaatan yang tersebar di tiap kecamatan di Kabupaten Bantul dengan luas wilayah tiap kecamatan. Melalui perhitungan kepadatan lokasi pemanfaatan per kecamatan tersebut, maka diperoleh data Jumlah Lokasi Pemanfaatan Airtanah per km2 per Kecamatan di Kabupaten Bantul
3.5Penurunan Muka Airtanah
Penurunan muka Airtanah merupakan proses terjadinya penurunan elevasi muka Airtanah secara berkala yang disebabkan karena pemompaan/pemanfaatan Airtanah maupun penurunan pembentukan Airtanah serta penurunan intensitas curah hujan.
3.6Zona Pengambilan dan Pemanfaatan Airtanah
Berdasarkan hasil analisa dari parameter-parameter zonasi pengambilan dan pemanfaatan Airtanah di Kabupaten Bantul, maka dapat ditentukan zona pengambilan dan pemanfaatan Airtanah di Kabupaten Bantul. Dari analisa tersebut, diperoleh tiga zona pengambilan dan pemanfaatan Airtanah, yaitu :
Zona I - Zona Dapat Dimanfaatkan dengan Pengawasan Zona II - Zona Tidak Disarankan untuk Dikembangkan Zona III – Zona Akuifer Pantai
(9)
5
3.7Gambar dan Tabel
Tabel 1. Zona Pengambilan dan Pemanfaatan Airtanah di Kabupaten Bantul
N o . Kecamata n Luas Wilay ah (m2)
Tingkat Pemanfa atan Airtanah Zona Konserva si Zona Kerentan an Pemomp aan Zona Kerenta nan Pencem aaran Kepa datan Lokas i (titik/
km2)
Fluktuasi Zona Pengambila n dan Pemanfaata n Airtanah
1 Sedayu 31.292 .411 Sangat Tinggi zona rawan VIII A Tinggi
Sedang Tinggi 13 Tinggi Zona II
2 Piyungan 14.157 .753
Sangat Tinggi
zona
aman V B Sedang
Sangat
Tinggi 24 Tinggi Zona II 3 Pandak 24.691
.030 Sangat Tinggi zona aman VII Tinggi Sedang Sangat
Tinggi 10 Rendah Zona II 4 Sanden 23.463
.618 Sangat Tinggi zona aman VII Sangat
Tinggi Sedang 11 Rendah Zona II 5 Imogiri 7.307.
317 Sedang
zona aman VII
Tinggi
Sedang Sedang 60 Rendah Zona I 6 Kretek 22.892
.198 Tinggi
zona aman VII
Tinggi
Sedang Sedang 21 Rendah Zona II 7 Srandakan 21.472
.791 Sangat Tinggi zona aman VII Tinggi
Sedang Tinggi 7 Rendah Zona II 8 Pundong 15.647
.745 Tinggi
zona aman VII
Tinggi
Sedang Sedang 15 Rendah Zona I 9 Bambangl
ipuro
22.254
.395 Sedang
zona aman VII
Tinggi
Sedang Sedang 14 Rendah Zona I 1
0 Bantul
21.711
.985 Sedang
zona aman V B
Tinggi
Sedang Tinggi 18 Rendah Zona I 1
1 Jetis
22.289 .018
Sangat Tinggi
zona aman V B
Tinggi
Sedang Sedang 16 Rendah Zona II 1
2 Pleret
10.264
.218 Tinggi
zona
aman V B Sedang Tinggi 28 Rendah Zona I 1
3 Sewon
28.345
.870 Sedang
zona
aman V B Sedang Tinggi 16 Rendah Zona I 1
4
Banguntap an
28.751
.670 Sedang
zona aman IV
A
Sedang Tinggi 19 Rendah Zona I
1
5 Kasihan
25.904
.194 Sedang
zona rawan IV
B
Tinggi
Sedang Tinggi 21 Rendah Zona I 1
6 Pajangan
8.282. 804
Sangat Tinggi
zona aman V B
Tinggi
(10)
(11)
7
3.8Kutipan dan Acuan
Hendrayana tahun 2014, berjudul “Penyusunan Materi Teknis, Strategis dan Reguasi Pada Kawasan
Konservasi Airtanah CAT Kabupaten Bantul”. Penelitian ini bertujuan : (a) Menyusun kawasan konservasi Airtanah yang merupakan integrasi zona konservasi Airtanah, peta kerentanan Airtanah, peta neraca Airtanah dan peta-peta tematik Airtanah lainnya guna untuk mengetahui kondisi potensi Airtanah di Kabupaten Bantul. (b) Strategi untuk mewujudkan peningkatan upaya pengelolaan kualitas Airtanah dan pengendalian pencemaran. (c) Strategi untuk meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan sumber air/mata air, dan pengaturan prasarana dan sarana sanitasi.
Hastomo tahun 2014, berjudul “ Penyusunan Sistem Jaringan Sumur Pantau pada Cekungan
Airtanah (CAT) Semarang – Demak, Provinsi Jawa Tengah”. Penelitian ini bertujuan : (a) Mengetahui kondisi hidrogeologi daerah kegiatan , khususnya pada daerah Cekungan Airtanah (CAT) Semarang-Demak. (b) Mengetahui kondisi kerentanan akuifer di setiap lokasi di dalam daerah Cekungan Airtanah (CAT) Semarang-Demak. (c) Mengetahui resiko kerentanan pengambilan Airtanah di daerah Cekungan Airtanah (CAT) Semarang-Demak. (d) Menentukan lokasi jaringan sumur pantau di daerah Cekungan Airtanah CAT Semarang-Demak. Hasil penelitian ini adalah (1) Penyusunan Sistem Jaringan Sumur Pantau. (2) Evaluasi Sistem Jaringan Sumur Pantau.
4. PENUTUP
Tingkat pemanfaatan Airtanah di Kabupaten Bantul dapat dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu Tingkat Pemanfaatan Airtanah Sedang yang berada di Imogiri, Bambanglipuro, Bantul, Sewon, Banguntapan, dan Kasihan; Tingkat Pemanfaatan Airtanah Tinggi yang berada di Kecamatan Kretek, Pundong, dan Pleret; dan Tingkat Pemanfaatan Airtanah Sangat Tinggi yang berada di Kecamatan Sedayu, Piyungan, Pandak, Sanden, Srandakan, Jetis, dan Pajangan.
Zona kerentanan pemompaan dan pencemaran Airtanah merupakan faktor yang mendominasi agihan zona kerentanan pengambilan dan pemanfaatan Airtanah di CAT Kabupaten Bantul. Hal ini dikarenakan faktor tersebut adalah faktor yang potensial mengalami perubahan cukup drastis serta banyak dipengaruhi kegiatan kebutuhan penggunanan Airtanah domestik dan Non Demostik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2001, Laporan Akhir Pekerjaan Evaluasi Potensi Air Bawah Tanah Di Zona Akuifer Merapi Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Kabupaten Sleman, Kabupaten Sleman Dan Kabupaten Bantul), Daerah Istimewa Yogyakarta, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Anonim, 2011, Pemetaan Zonasi Konservasi Airtanah di Cekungan Airtanah Yogyakarta -Sleman, Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Anonim, 2012, Pemetaan Zona Kerentanan Airtanah di Cekungan Airtanah Yogyakarta -Sleman, Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
(12)
Anonim, 2013a, Penyusunan Neraca Pengambilan Airtanah di CAT Yogyakarta -Sleman, Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral, Yogyakarta.
Anonim, 2014, Bantul dalam angka 2014 dan daftar Hotel di Kabupaten Bantul, Badan Pusat Statistik D.I, Yogyakarta.
Danaryanto., Kodoatie, Robert J., Hadipurwo, S., Sangkawati, S., 2008. Manajemen Airtanah Berbasis Konservasi. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Hastomo., 2014, Penyusunan Sistem Jaringan Sumur Pantau pada Cekungan Airtanah (CAT) Semarang – Demak, Provinsi Jawa Tengah. Skripsi UGM, Yogyakarta.
Hendrayana, H., 2011a, Kondisi Sumberdaya Airtanah pada Pasca Erupsi Merapi 2010, Disampaikan pada FGD Pengda Kagama DIY : ”Pengelolaan dan Teknik Konservasi Mata
Air Pasca Erupsi Merapi” Yogyakarta, 24 Maret 2011.
Putra, D.P.E., 2003, Integrated Water Resources Management In Merapi – Yogyakarta Basin, Project AUNSEED-Net, UGM, Yogyakarta. (Tidak Dipublikasikan).
Soetrisno S., 1997, Pengelolaan Airtanah di Indonesia, Buletin Lingkungan Pertambangan Vol. 1 & 2 , Departemen Pertambangan dan Energi, Jakarta.
Wuryantoro. (2007). Aplikasi Metode Geolistrik Tahanan Untuk Menentukan Letak Dan Kedalaman Aquifer Airtanah, Skripsi pada Program Studi Fisika. UNNES: Semarang
Website
(Bouwer, 1978; Freeze dan Cherry, 1979; Kodoatie, 1996), Pengertian Air Tanah, [online],dari: http://siat.geologi.esdm.go.id/ [14 Juni 2016].
(1)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tingkat pemanfaatan Airtanah di suatu daerah dapat ditentukan dengan mempertimbangkan perbandingan antara total pemanfaatan Airtanah di daerah tersebut dengan total cadangan Airtanahnya. Apabila jumlah pemanfaatan Airtanah lebih besar dari jumlah ketersediaan Airtanah, sehingga menyebabkan penurunan elevasi muka Airtanah yang signifikan, maka akan terjadi kerusakan Airtanah. Kondisi perbandingan inilah yang digunakan untuk menentukan tingkat pemanfaatan Airtanah di Kabupaten Bantul.
3.1 Peta Tingkat Pemanfaatan Airtanah
Berdasarkan perbandingan antara pemanfaatan dan cadangan Airtanah, maka tingkat pemanfaatan Airtanah dapat dibagi menjadi 4 (empat) tingkatan, yaitu :
Rendah : perbandingan pemanfaatan dan cadangan Airtanah ≤ 10 %
Sedang : perbandingan pemanfaatan dan cadangan Airtanah > 10 % - ≤ 20 % Tinggi : perbandingan pemanfaatan dan cadangan Airtanah > 20 % - ≤ 30 %
Sangat Tinggi: perbandingan pemanfaatan dan cadangan Airtanah > 30 % (Hendrayana dkk, 2011).
3.2 Peta Zona Konservasi Airtanah
Zona konservasi Airtanah merupakan zona dimana potensi Airtanah mendapat tindakan konservasi dan pengendalian terhadap pemanfaatan Airtanah agar tidak terjadi kerusakan Airtanah.Peta Zona Konservasi Airtanah
3.3 Peta Zona Kerentanan Airtanah
Zona kerentanan Airtanah ini dapat dibagi menjadi 2 tipe, yaitu zona kerentanan Airtanah terhadap pemompaan dan zona kerentanan Airtanah terhadap pencemaran. Zona kerentanan Airtanah terhadap pemompaan merupakan zona dimana seberapa rentannya suatu daerah bila ada kegiatan pengambilan dan pemanfaatan Airtanah. Sedangkan zona kerentanan Airtanah terhadap pencemaran merupakan zona dimana seberapa rentannya atau mudah tidaknya suatu daerah tercemar oleh suatu aktivitas di atas permukaan.
Tabel 1 Harkat Tingkat Zonasi Pengambilan dan Pemanfaatan Airtanah
Zona Zonasi Harkat
Z1 Zona Dapat Dimanfaatkan dengan
Pengawasan 5 – 15
Z2 Zona Tidak Disarankan untuk
Dikembangkan 16 - 26
(2)
3.4 Kepadatan Lokasi Pemanfaatan Airtanah
Kepadatan lokasi pemanfaatan Airtanah baik dari sektor komersil maupun industri dapat diketahui dengan membandingkan antara jumlah lokasi pemanfaatan yang tersebar di tiap kecamatan di Kabupaten Bantul dengan luas wilayah tiap kecamatan. Melalui perhitungan kepadatan lokasi pemanfaatan per kecamatan tersebut, maka diperoleh data Jumlah Lokasi Pemanfaatan Airtanah per km2 per Kecamatan di Kabupaten Bantul
3.5 Penurunan Muka Airtanah
Penurunan muka Airtanah merupakan proses terjadinya penurunan elevasi muka Airtanah secara berkala yang disebabkan karena pemompaan/pemanfaatan Airtanah maupun penurunan pembentukan Airtanah serta penurunan intensitas curah hujan.
3.6 Zona Pengambilan dan Pemanfaatan Airtanah
Berdasarkan hasil analisa dari parameter-parameter zonasi pengambilan dan pemanfaatan Airtanah di Kabupaten Bantul, maka dapat ditentukan zona pengambilan dan pemanfaatan Airtanah di Kabupaten Bantul. Dari analisa tersebut, diperoleh tiga zona pengambilan dan pemanfaatan Airtanah, yaitu :
Zona I - Zona Dapat Dimanfaatkan dengan Pengawasan Zona II - Zona Tidak Disarankan untuk Dikembangkan Zona III – Zona Akuifer Pantai
(3)
3.7 Gambar dan Tabel
Tabel 1. Zona Pengambilan dan Pemanfaatan Airtanah di Kabupaten Bantul
N o . Kecamata n Luas Wilay ah (m2)
Tingkat Pemanfa atan Airtanah Zona Konserva si Zona Kerentan an Pemomp aan Zona Kerenta nan Pencem aaran Kepa datan Lokas i (titik/
km2)
Fluktuasi Zona Pengambila n dan Pemanfaata n Airtanah
1 Sedayu 31.292 .411 Sangat Tinggi zona rawan VIII A Tinggi
Sedang Tinggi 13 Tinggi Zona II
2 Piyungan 14.157 .753
Sangat Tinggi
zona
aman V B Sedang
Sangat
Tinggi 24 Tinggi Zona II 3 Pandak 24.691
.030 Sangat Tinggi zona aman VII Tinggi Sedang Sangat
Tinggi 10 Rendah Zona II 4 Sanden 23.463
.618 Sangat Tinggi zona aman VII Sangat
Tinggi Sedang 11 Rendah Zona II 5 Imogiri 7.307.
317 Sedang
zona aman VII
Tinggi
Sedang Sedang 60 Rendah Zona I 6 Kretek 22.892
.198 Tinggi
zona aman VII
Tinggi
Sedang Sedang 21 Rendah Zona II 7 Srandakan 21.472
.791 Sangat Tinggi zona aman VII Tinggi
Sedang Tinggi 7 Rendah Zona II 8 Pundong 15.647
.745 Tinggi
zona aman VII
Tinggi
Sedang Sedang 15 Rendah Zona I 9 Bambangl
ipuro
22.254
.395 Sedang
zona aman VII
Tinggi
Sedang Sedang 14 Rendah Zona I 1
0 Bantul
21.711
.985 Sedang
zona aman V B
Tinggi
Sedang Tinggi 18 Rendah Zona I 1
1 Jetis
22.289 .018
Sangat Tinggi
zona aman V B
Tinggi
Sedang Sedang 16 Rendah Zona II 1
2 Pleret
10.264
.218 Tinggi
zona
aman V B Sedang Tinggi 28 Rendah Zona I 1
3 Sewon
28.345
.870 Sedang
zona
aman V B Sedang Tinggi 16 Rendah Zona I 1
4
Banguntap an
28.751
.670 Sedang
zona aman IV
A
Sedang Tinggi 19 Rendah Zona I
1
5 Kasihan
25.904
.194 Sedang
zona rawan IV
B
Tinggi
Sedang Tinggi 21 Rendah Zona I 1
6 Pajangan
8.282. 804
Sangat Tinggi
zona aman V B
Tinggi
(4)
(5)
3.8 Kutipan dan Acuan
Hendrayana tahun 2014, berjudul “Penyusunan Materi Teknis, Strategis dan Reguasi Pada Kawasan Konservasi Airtanah CAT Kabupaten Bantul”. Penelitian ini bertujuan : (a) Menyusun kawasan konservasi Airtanah yang merupakan integrasi zona konservasi Airtanah, peta kerentanan Airtanah, peta neraca Airtanah dan peta-peta tematik Airtanah lainnya guna untuk mengetahui kondisi potensi Airtanah di Kabupaten Bantul. (b) Strategi untuk mewujudkan peningkatan upaya pengelolaan kualitas Airtanah dan pengendalian pencemaran. (c) Strategi untuk meningkatkan upaya pengendalian pemanfaatan sumber air/mata air, dan pengaturan prasarana dan sarana sanitasi.
Hastomo tahun 2014, berjudul “ Penyusunan Sistem Jaringan Sumur Pantau pada Cekungan Airtanah (CAT) Semarang – Demak, Provinsi Jawa Tengah”. Penelitian ini bertujuan : (a) Mengetahui kondisi hidrogeologi daerah kegiatan , khususnya pada daerah Cekungan Airtanah (CAT) Semarang-Demak. (b) Mengetahui kondisi kerentanan akuifer di setiap lokasi di dalam daerah Cekungan Airtanah (CAT) Semarang-Demak. (c) Mengetahui resiko kerentanan pengambilan Airtanah di daerah Cekungan Airtanah (CAT) Semarang-Demak. (d) Menentukan lokasi jaringan sumur pantau di daerah Cekungan Airtanah CAT Semarang-Demak. Hasil penelitian ini adalah (1) Penyusunan Sistem Jaringan Sumur Pantau. (2) Evaluasi Sistem Jaringan Sumur Pantau.
4. PENUTUP
Tingkat pemanfaatan Airtanah di Kabupaten Bantul dapat dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu Tingkat Pemanfaatan Airtanah Sedang yang berada di Imogiri, Bambanglipuro, Bantul, Sewon, Banguntapan, dan Kasihan; Tingkat Pemanfaatan Airtanah Tinggi yang berada di Kecamatan Kretek, Pundong, dan Pleret; dan Tingkat Pemanfaatan Airtanah Sangat Tinggi yang berada di Kecamatan Sedayu, Piyungan, Pandak, Sanden, Srandakan, Jetis, dan Pajangan.
Zona kerentanan pemompaan dan pencemaran Airtanah merupakan faktor yang mendominasi agihan zona kerentanan pengambilan dan pemanfaatan Airtanah di CAT Kabupaten Bantul. Hal ini dikarenakan faktor tersebut adalah faktor yang potensial mengalami perubahan cukup drastis serta banyak dipengaruhi kegiatan kebutuhan penggunanan Airtanah domestik dan Non Demostik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2001, Laporan Akhir Pekerjaan Evaluasi Potensi Air Bawah Tanah Di Zona Akuifer Merapi Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Kabupaten Sleman, Kabupaten Sleman Dan
Kabupaten Bantul), Daerah Istimewa Yogyakarta, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Anonim, 2011, Pemetaan Zonasi Konservasi Airtanah di Cekungan Airtanah Yogyakarta -Sleman, Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Anonim, 2012, Pemetaan Zona Kerentanan Airtanah di Cekungan Airtanah Yogyakarta -Sleman, Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
(6)
Anonim, 2013a, Penyusunan Neraca Pengambilan Airtanah di CAT Yogyakarta -Sleman, Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral, Yogyakarta.
Anonim, 2014, Bantul dalam angka 2014 dan daftar Hotel di Kabupaten Bantul, Badan Pusat Statistik D.I, Yogyakarta.
Danaryanto., Kodoatie, Robert J., Hadipurwo, S., Sangkawati, S., 2008. Manajemen Airtanah Berbasis Konservasi. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Hastomo., 2014, Penyusunan Sistem Jaringan Sumur Pantau pada Cekungan Airtanah (CAT) Semarang – Demak, Provinsi Jawa Tengah. Skripsi UGM, Yogyakarta.
Hendrayana, H., 2011a, Kondisi Sumberdaya Airtanah pada Pasca Erupsi Merapi 2010, Disampaikan pada FGD Pengda Kagama DIY : ”Pengelolaan dan Teknik Konservasi Mata
Air Pasca Erupsi Merapi” Yogyakarta, 24 Maret 2011.
Putra, D.P.E., 2003, Integrated Water Resources Management In Merapi – Yogyakarta Basin, Project AUNSEED-Net, UGM, Yogyakarta. (Tidak Dipublikasikan).
Soetrisno S., 1997, Pengelolaan Airtanah di Indonesia, Buletin Lingkungan Pertambangan Vol. 1 & 2 , Departemen Pertambangan dan Energi, Jakarta.
Wuryantoro. (2007). Aplikasi Metode Geolistrik Tahanan Untuk Menentukan Letak Dan Kedalaman Aquifer Airtanah, Skripsi pada Program Studi Fisika. UNNES: Semarang
Website
(Bouwer, 1978; Freeze dan Cherry, 1979; Kodoatie, 1996), Pengertian Air Tanah, [online],dari: http://siat.geologi.esdm.go.id/ [14 Juni 2016].