STUDI FENOMENOLOGI: INTENSI MEROKOK PADA REMAJA Studi Fenomenologi Intensi Merokok Pada Remaja.
STUDI FENOMENOLOGI:
INTENSI MEROKOK PADA REMAJA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Guna memenuhi sebagian persyaratan dalam
Mencapai derajat (S-1) Psikologi
Diajukan Oleh:
Rima Imanda Trisnaniar
F 100 110 012
Kepada
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
STUDI FENOMENOLOGI:
INTENSI MEROKOK PADA REMAJA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) psikologi
Diajukan Oleh :
RIMA IMANDA TRISNANIAR
F 100 110 012
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
dJ] l
iFi.
hi
kn
!]
lq,!
D$qtr |e lsln
ryg{
d?1,r.
ABSTRAKSI
STUDI FENOMENOLOGI:
INTENSI MEROKOK PADA REMAJA
Rima Imanda Trisnaniar
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
trisnaniarrima@rocketmail.com
Merokok merupakan overt behavior dimana perokok menghisap gulungan
tembakau. Perilaku merokok banyak dilakukan pada masa remaja. Masa remaja
adalah masa peralihan dari usia kanak-kanak ke usia dewasa. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gambaran intensi merokok pada
remaja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan pengumpulan data
dilakukan dengan observasi dan wawancara. Informan dalam penelitian ini adalah
4 remaja awal yang berusia 12 sampai 14 tahun yang tinggal di Batang. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa remaja merokok disebabkan karena merasa
ingin diperhatikan oleh lingkungan sosialnya, ingin mendapatkan pengakuan dari
teman sebayanya sehingga mendapatkan banyak teman. Merokok digunakan
remaja sebagai sarana untuk mendapatkan perhatian orang-orang disekitarnya.
Sarana untuk menjadikan remaja itu sendiri sebagai sosok yang hebat juga
menjadi latar belakang remaja merokok. Hal ini biasa terjadi pada masa remaja
awal, yang merupakan proses peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa. Remaja merasa ingin bebas melakukan apa yang dia mau, mencoba halhal yang menjadikan dirinya sebagai seseorang yang hebat dan diakui oleh orang
lain. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan merokok, dengan melihat
orang lain yang dinilai hebat saat merokok.
Kata kunci: Intensi, merokok, remaja
vi
34,8% terbagi atas 67,4% laki-laki,
PENDAHULUAN
Merokok merupakan
dan 4,5% perempuan (GYTS, 2011).
overt
Data Global Youth Tobacco Survey
behavior dimana perokok menghisap
(GYTS) 2009, menunjukkan 20,3%
gulungan tembakau. Hal ini seperti
anak sekolah 13-15 tahun merokok
dituliskan dalam KBBI merokok
adalah
menghisap
(Febrida, 2013).
gulungan
Perilaku
tembakau yang dibungkus dengan
kertas
(Kamus
Besar
Bahasa
752).
Profesor
Indonesia
(1990:
Tjandra
mengatakan,
terus
semakin meningkat sesuai dengan
tahap
konsumsi
meningkat
China
dan
India.
mengalami ketergantungan nikotin
(Laventhal dan Cleary dalam Mc
Penyakit
dan
Penyehatan
Lingkungan
(P2PL),
Prof.
Yoga
& Helmi, 2000) menyatakan bahwa
Demikian
Dirjen
Tjandra
Gee, 2005). Smet (dalam Komasari
setelah
disampaikan
usia pertama kali merokok pada
Pengendalian
Aditama
umumnya berkisar antara 11 – 13
tahun dan pada umumnya individu
dr.
pada usia tersebut merokok sebelum
SpP(K),
berusia 18 tahun. Data WHO juga
MARS, DTM&H, DTCE, dalam
surat
elektronik
Liputan6.com,
yang
diterima
Jakarta,
Selasa
semakin mempertegas bahwa jumlah
perokok yang ada di dunia sebanyak
30% adalah kaum remaja. Penelitian
(12/11/2013). Sementara dari Data
di
Riskesdas 2010, di kalangan remaja
GYTS
bahwa
2003).
2011
Perilaku
menunjukkan, prevalensi merokok
orang dewasa
menunjukkan
13 tahun adalah perokok (Tandra,
laki dan 0,9 persen perempuan yang
Data
Jakarta
64.8% pria dan dengan usia di atas
15-19 tahun sebesar 38,4 persen laki-
merokok.
meningkatnya
dan sering mengakibatkan mereka
Dari data WHO 2008 saja, Indonesia
ketiga
dengan
yang
frekuensi dan intensitas merokok,
bisa
sumber daya manusia Indonesia.
posisi
perkembangannya
ditandai
mengancam kesehatan dan kualitas
menempati
pada
remaja umumnya semakin lama akan
tembakau di Indonesia yang tinggi
dan
merokok
merokok
banyak
dilakukan pada masa remaja. Masa
Indonesia sebesar
1
remaja adalah masa peralihan dari
kegiatan dan sebab partisipasi dalam
usia kanak-kanak ke usia dewasa.
kegiatan itu.
Berdasarkan
Terdapat berbagai pendapat tentang
uraian
dan
pembatasan usia remaja, rata-rata
fenomena di atas, penulis tertarik
dimulai dari usia 12 tahun sampai
untuk mengadakan penelitian serta
akhir usia belasan. Periode remaja
ingin mengetahui apa saja yang
merupakan periode yang penting
melatar
karena
terjadi
pertama kali merokok. Oleh karena
perkembangan fisik dan psikologis
itu, judul yang dipilih adalah Studi
yang pesat (Attkinson dkk, 1993).
Fenomenologi: Intensi Merokok
pada
masa
ini
Minat merupakan salah satu
memiliki
Intensi atau minat adalah
minat
keinginan untuk melakukan perilaku.
terhadap suatu obyek, cenderung
Minat tidak selalu statis, minat dapat
untuk memberikan perhatian atau
berubah dengan berjalannya waktu.
merasa senang yang lebih besar
kepada
apabila
obyek
obyek
tersebut.
Minat-minat merupakan suatu fungsi
Namun
tersebut
dari dua penentu dasar, yang satu
tidak
berhubungan dengan factor pribadi
menimbulkan rasa senang, maka ia
dan
tidak akan memiliki minat pada
bahwa
minat
yang
lainnya
berhubungan
dengan pengaruh social. Penentu
obyek tersebut. Crow and Crow
berpendapat
saat
Pengertian intensi atau minat
mendorong untuk mencapai tujuan.
yang
remaja
pada Remaja.
aspek psikis manusia yang dapat
Seseorang
belakangi
pertama yang berhubungan dengan
erat
faktor pribadi adalah sikap terhadap
hubungannya dengan daya gerak
yang mendorong seseorang untuk
menghadapi atau berurusan dengan
perilaku
(attitude
behavior)
individual.
toward
Sikap
the
ini
adalah evaluasi kepercayaan (belief)
orang, benda atau bisa juga sebagai
atau perasaan (affect) positif atau
pengalaman efektif yang dipengaruhi
negative dari individual jika harus
oleh kegiatan itu sendiri. Dengan
melakukan perilaku tertentu yang
kata lain minat dapat menjadi sebab
dikehendaki. Penentu kedua dari
minat yang berhubungan dengan
2
pengaruh
social
adalah
norma
kegiatan
yang
berkaitan
subyektif (subjective norm). disebut
dengan minat tersebut dan
dengan
karena
dari sikap yang dinyatakan
preskripsi
atau tersirat dalam berbagai
normative persepsian, yaitu persepsi
bentuk media massa terhadap
atau pandangan seseorang terhadap
kegiatan itu.
norma
berhubungan
tekanan
subyektif
dengan
social
(kepercayaan-
3. Aspek Psikomotor. Berjalan
kepercayaan orang lain) yang akan
dengan lancar tanpa perlu
mempengaruhi
pemikiran
minat
untuk
lagi,
urutannya
melakukan atau tidak melakukan
tepat. Namun kemajuan tetap
perilaku
memungkinkan
yang
sedang
dipertimbangkan (Jogiyanto, 2007).
sehingga
keluwesan dan keunggulan
meningkat
1. Aspek-aspek Intensi
meskipun
ini
semua berjalan lambat.
Minat terbagi menjadi 3 aspek, yaitu:
(Hurlock, 1995 : 117)
Merokok
1. Aspek Kognitif. Berdasarkan
Menurut
Sitepoe
(2001),
atas pengalaman pribadi dan
merokok adalah membakar tembakau
apa yang pernah dipelajari
yang kemudian dihisap asapnya, baik
baik di rumah, sekolah dan
menggunakan
masyarakat
menggunakan pipa. Levy (1984)
serta
dan
berbagai jenis media massa.
rokok
mendefinisikan
2. Aspek Afektif. Konsep yang
sebagai
sesuatu
maupun
perilaku
merokok
yang
dilakukan
membangun aspek kognitif,
seseorang berupa membakar atau
minat dinyatakan dalam sikap
menghisap
tembakau
serta
terhadap
menimbulkan
asap
dapat
ditimbulkan
kegiatan
yang
yang
minat.
terhisap oleh orang disekitarnya.
Berkembang dari pengalaman
Amstrong (1990) mengatakan bahwa
pribadi dari sikap orang yang
perilaku merokok adalah menghisap
penting yaitu orang tua, guru
asap tembakau yang dibakar kedalam
dan teman sebaya terhadap
3
tubuh
dan
menghembuskannya
menekankan
kembali keluar.
maka
sosial
dan agama dengan baik dengan
Berdasarkan
diatas,
nilai-nilai
pengertian
dapat
tujuan jangka panjang lebih sulit
disimpulkan
untuk
terlibat
dengan
bahwa perilaku merokok adalah
rokok/tembakau/obat-obatan
suatu
dan
dibandingkan dengan keluarga
kemudian
yang permisif dengan penekanan
aktivitas
menghisap
membakar
tembakau
mengeluarkan asapnya yang dapat
pada
terhisap oleh orang disekitarnya, baik
urusanmu sendiri-sendiri”, dan
menggunakan rokok ataupun pipa.
yang paling kuat pengaruhnya
1. Faktor-faktor
adalah bila orang tua sendiri
Penyebab
falsafah
“kerjakan
Merokok
menjadi
Menurut Mu’tadin (2002) faktor
sebagai perokok, maka anak-
penyebab
anaknya memiliki kemungkinan
remaja
merokok
figur
contoh
yaitu
adalah:
besar untuk mencontohnya dan
a. Pengaruh orang tua
menjadi perokok.
Salah
satut
temuan
b. Pengaruh teman sebaya
tentang remaja perokok adalah
Berbagai
fakta
bahwa anak-anak muda yang
mengungkapkan bahwa semakin
berasal dari rumah tangga yang
banyak remaja merokok maka
tidak bahagia, dimana orang tua
semakin
tidak
kemungkinanteman-temannya
begitu
memperhatikan
besar
anak-anaknya dan memberikan
adalah
hukuman fisikyang keras lebih
demikian
sebaliknya.
mudahuntuk menjadi perokok
tersebut
menunjukkan
dibanding anak-anak muda yang
kemungkinan
berasal dari lingkunga rumah
pertama remaja tadi terpengaruh
tangga yang bahagia (Baer &
oleh
Corado dalam Attkinson , 1999).
bahkan
Remaja
dari
tersebut dipengaruhi oleh diri
yang
remaja tersebut yang akhirnya
keluarga
yang
berasal
konservatif
4
perokok
juga
yang
teman-temannya
teman-teman
dan
Fakta
dua
terjadi,
atau
remaja
mereka semua menjadi perokok.
seperti yang ada dalam iklan
Di
tersebut.
antara
terdapat
remaja
87%
perokok
mempunyai
2. Aspek aspek dalam Merokok
sekurang-kurangnya satu atau
lebih
sahabat
yang
Aspek-aspek
perokok
perilaku
dalam
merokok
menurut
begitu pula dengan remaja non
Aritonang (1997) adalah sebagai
perokok (Al Bachri, 1991).
berikut:
c. Faktor kepribadian
a. Fungsi
Orang mencoba untuk
merokok
dalam
kehidupan sehari-hari
merokok karena alasan ingin
Erickson
tahu atau ingin melepaskan diri
dan
dari rasa sakit, membebaskan
mengatakan
diri dari kebosanan. Namun satu
merokok
sifat kepribadian yang bersifat
dengan masa mencari
prediktif pada pengguna obat-
jati
obatan (termasuk rokok) ialah
remaja. Silvans dan
konformitas sosial. Orang yang
Tomkins
memiliki
2002) fungsi merokok
skor
tinggi
pada
(Komasari
Helmi,
diri
2000)
bahwa
berkaitan
pada
diri
(Mu’tadin
berbagai tes konformitas sosial
ditunjukkan
lebih mudah menjadi pengguna
perasaan yang dialami
rokok
si
dibandingkan
mereka
yang
dengan
memiliki
skor
maupun yang negatif.
d. Pengaruh Iklan
b. Intensitas Merokok
Melihat iklan di media
dan
seperti
perasaan yang positif
rendah (Attkinson, 1999).
massa
perokok,
dengan
elektronik
Smet
yang
(1994)
mengklasifikasikan
menampilkan gambaran bahwa
perokok berdasarkan
perokok
kejantanan
membuat
adalah
lambang
banyaknya
atau
glamour,
yang dihisap, yaitu:
remaja
seringkali
rokok
1. Perokok
terpicu untuk mengikuti perilaku
yang
5
berat
menghisap
lebih
15
b. Kelompok
rokok
heterogen
dari
batang
(merokok
dalam sehari.
2. Perokok
yang
di
tengah-tengah
sedang
menghisap
orang
5-14 batang rokok
tidak
dalam sehari.
anak kecil, orang
yang
3. Perokok
yang
merokok,
jompo, orang sakit,
ringan
menghisap
dll).
1-4 batang rokok
2. Merokok
yang
lain
tempat
dalam sehari.
di
tempat-
yang
bersifat
pribadi
c. Tempat merokok
i.
Tipe perokok berdasarkan
Kantor
atau
di
tempat ada dua (Mu’tadin
kamar
2002) yaitu:
pribadi.
Perokok
memilih
tempat-
1. Merokok
tempat
di
tempat-
tidur
tempat seperti ini
umum/ruang
publik
yang sebagi tempat
a. Kelompok
merokok
homogen
sama
digolongkan
(sama-
kepada
perokok),
individu
secara bergerombol
yang
mereka menikmati
menjaga
kebiasaannya.
kebersihan
Umumnya mereka
penuh rasa resah
masih menghargai
gelisah
orang lain, karena
mencekam.
itu
kurang
yang
ii. Toilet.
mereka
diri,
Perokok
menempatkan diri
jenis
di smoking area.
digolongkan
6
ini
dapat
sebagai orang yang
analisis
suka berfantasi.
menyatakan ada 6 tahap yaitu :
d. Waktu merokok
data
Creswell
Mengolah
Menurut
data,
(2013)
Membaca
Presty
keseluruhan data, Mendeskripsikan
(Smet,1994) remaja yang
dan menyajikan kategorisasi dalam
merokok dipengaruhi oleh
bentuk deskripsi dan yang terakhir
keadaan yang dialaminya
menginterprestasikan data.
pada
saat
itu,
misalnya
ketika sedang berkumpul
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan teman, cuaca yang
dingin,
setelah
Berdasarkan
dimarahi
informan, informan pertama melihat
orang tua, dan lain-lain.
orang-orang
orang
yang
digunakan
mengembangkan
Dalam
untuk
ini
pemahaman
penelitian
bisa
ini,
purposive
menggunakan
teknik
sampling,
yaitu
dan
diterima
sosialnya,
di
terbukti
menunjukkan
bahwa
remaja
berfikir dengan merokok, mereka
mendapatkan
teman,
bisa
bersosialisasi dengan mudah dan
informan dipilih sebanyak 4 orang
dengan
itu
temannya menjadi lebih banyak. Hal
terhadap gejala-gejala yang akan
diteliti.
merokok
setelah informan merokok, teman-
penelitian kualitatif fenomenologis
maksud
lain,
lingkungan
dalam penelitian ini adalah metode
dengan
yang
seperti banyak teman, diakui oleh
METODE PENELITIAN
Metode
ke-empat
mendapatkan kenyamanan dengan
merokok.
telah
Informan kedua, melihat figur
ditentukan oleh peneliti yaitu :
ayahnya yang perokok sebagai sosok
Remaja laki-laki atau perempuan
yang keren, bisa menjadi orang yang
berusia 11 – 14 tahun. Metode
mengatur-ngatur,
pengumpulan data dalam penelitian
mengendalikan
ini
ayahnya
berdasarkan
yaitu
criteria
dengan
yang
menggunakan
juga
emosi
merokok.
bisa
sehabis
Informan
memutuskan untuk merokok dengan
metode wawancara. Sementara untuk
7
ayahnya
sebagai
masa remaja awal. Seluruh informan
keren
karena
mengaku ingin merasakan rokok
merokok. Pada informan kedua ini,
setelah melihat orang lain merokok.
remaja menjadikan rokok sebagai
Mereka mulai mencoba-coba rokok,
sarana untuk menjadikan dirinya
walaupun awalnya merasa tidak
sebagai sosok yang hebat di mata
enak, pahit dimulut, atau merasa
orang
aneh,
melihat
sosok
seseorang
yang
lain.
Begitupun
dengan
namun
tetap
mencobanya
informan ke tiga, informan melihat
kembali dan terus menerus. Keempat
orang merokok itu seperti sangat
informan mempelajari cara merokok
terlihat sebagai seorang laki-laki
dari teman-teman sebaya mereka
sejati, laki-laki yang gagah, dan
yang juga perokok. Sesuai dengan
informan
informan
ciri-ciri masa remaja awal yang
memandang orang yang merokok
menyatakan bahwa remaja lebih
seperti laki-laki yang sudah macho.
dekat
Ke-tiga informan merasa hebat kalau
Meskipun pada informan kedua,
sudah merokok. Potret diri seorang
informan mempelajari rokok dari
laki-laki
ayahnya, namun informan mulai
keempat,
yang
diidamkan
oleh
dengan
teman
remaja, yaitu laki-laki sejati adalah
merokok
ketika
dengan teman-teman disekitarnya.
laki-laki
tersebut
sudah
merokok. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan
Monks
(2009)
Setelah
yang
keempat
menyebutkan cirri-ciri pada masa
remaja
awal,
yaitu lebih
kembali
sebayanya.
setelah
merasakan
informan
dekat
rokok,
merasakan
dampaknya, yaitu menjadi ketagihan
dekat
dan tidak bisa lepas dari rokok.
dengan teman sebaya, ingin bebas,
Keseluruhan informan mengatakan
dan mulai berfikir abstrak.
kalau sudah merasa ketagihan akan
merupakan
rokok, dan tidak mau lepas dari
peralihan dari masa kanak-kanak
benda yang mengandung zat adiktif
menuju remaja, yang ditandai dengan
tersebut,
sikap
ini
apabila tidak merokok. Hal ini
keempat
menurut Danusantoanduso (1991),
Remaja
ingin
ditunjukkan
awal
bebas.
dengan
Hal
merokok
informan yang mulai merokok pada
8
bahkan
dapat
merasa
kurang
menimbulkan
kenikmatan
dan
kecanduan.
Di
menjadikan
remaja
itu
sendiri
dalam rokok terdapat zat adikif yang
sebagai sosok
yang hebat juga
menimbulkan rasa kecanduan bagi
menjadi
belakang
penggunanya, sehingga susah lepas
merokok. Hal ini biasa terjadi pada
dari
Keempat
masa remaja awal, yang merupakan
informan juga mengatakan kalau
proses peralihan dari masa kanak-
rokok dapat menghilangkan stress,
kanak menuju masa dewasa. Remaja
rasa bosan, suntuk, dan pusing
merasa ingin bebas melakukan apa
sehingga mereka merasa enak kalau
yang dia mau, mencoba hal-hal yang
sudah merokok. Walaupun reaksi
menjadikan
tersebut bersifat sesaat dan seluruh
seseorang yang hebat dan diakui oleh
informan mengetahui dampaknya,
orang lain. Salah satu hal yang bisa
namun
seorang
dilakukan adalah dengan merokok,
informanpun yang berniat untuk
dengan melihat orang lain yang
berhenti merokok.
dinilai hebat saat merokok.
SIMPULAN
SARAN
benda
tersebut.
tidak
ada
latar
remaja
dirinya
sebagai
Berdasarkan hasil analisi data
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan penelitian, maka
yang telah dilakukan, makan saran
dapat
dari penulis adalah sebagai berikut :
diambil
kesimpulan
pada
penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagi remaja, agar menjadikan
kegiatan
Remaja merokok disebabkan
bermanfaat
karena merasa ingin diperhatikan
teman
oleh lingkungan sosialnya, ingin
tersebut
mendapatkan
sebagai
sarana
Sarana
atau
mencari
lingkungan
bernilai
positif
dan
seseorang yang hebat di mata
untuk
orang lain.
mendapatkan perhatian orang-orang
disekitarnya.
dalam
lebih
dapat berguna sehingga menjadi
banyak teman. Merokok digunakan
remaja
yang
pergaulan, menjadikan kegiatan
mendapatkan pengakuan dari teman
sebayanya sehingga
lain
2. Bagi
untuk
orang
memperhatikan
9
tua,
dan
agar
mengerti
Achmad Fawaid). Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
apa yang bisa menjadikan anakanaknya sebagai seseorang yang
diinginkan,
dan
Dale H. Schunk, P. R. (2012).
Motivasi dalam Pendidikan,
diterjemahkan oleh Ellys Tjo.
Jakarta: Indeks Penerbit.
dapat
memposisikan di dalam keluarga
sebagai anak yang hebat.
Desmita.
(2010).
Perkembangan.
Rosda.
3. Untuk peneliti selanjutnya, hasil
penelitian
ini
dapat
dimanfaatkan sebagai tambahan
Psikologi
Bandung:
Febrida, M. (2013, November 12).
Perokok Usia 10 Tahun di
Indonesia
Jumlahnya
Meningkat. Retrieved April 10,
2015,
from
http://health.liputan6.com:
http://health.liputan6.com/read/
743251/perokok-usia-10tahun-di-indonesia-jumlahnyameningkat
informasi sehingga dapat lebih
memperdalam lagi tema terkait
intensi atau minat merokok pada
remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Helmi, D. K. (2000). Faktor-Faktor
Penyebab Perilaku Merokok
pada Remaja. Jurnal Psikologi
, 37-47.
Aritonang, M.R. (1997). Fenomena
wanita
merokok.
Jurnal
psikologi Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada Press.
Indriasari, L. (2012, Maret 20). Anak
Balita
Pun
Kecanduan
Merokok.
Retrieved
Mei9,2015,fromhttp://health.ko
mpas.com:
http://health.kompas.com/read/
2012/03/20/0556326/Anak.Bal
ita.Pun.Kecanduan.Merokok
Atkinson,
S,
dkk.
(2000).
Introduction to psychology
(13th
Edition).
Harcourt
College Publisher.
Ariwibowo, K. (2012, Desember 16).
Bahaya Merokok Bagi Tubuh
Manusia. Retrieved Mei 9,
2015,
from
http://dedihumas.bnn.go.id:
http://dedihumas.bnn.go.id/rea
d/section/artikel/2012/11/19/53
7/bahaya-merokok-bagi-tubuhmanusia
Jahja,
Y.
(2011).
Perkembangan.
Kencana.
Psikologi
Jakarta:
Jogiyanto. (2007). Sistem Informasi
Keperilakuan.
Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Komariah, D. S. (2013). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Creswell, J. W. (2014). Research
Design (diterjemahkan oleh
10
Pramudiarja, U. (2011, Juni 30).
Pecandu Narkoba Banyak
Berawal
dari
Kecanduan
Rokok. Retrieved Mei 9, 2015,
from http://health.detik.com:
http://health.detik.com/read/20
11/06/30/151659/1671881/763/
pecandu-narkoba-banyakberawal-dari-kecanduan-rokok
Purwandari, R. L. (2012). Perilaku
Merokok
pada
Remaja
SMA/SMK di Kota dan Luar
Kota. Proceeding Temu Ilmiah
Nasional VIII IPPI , 136-145.
Sarwono, S. W. (2012). Psikologi
Remaja. Jakarta: Rajawali
Pers.
Tandra, H. (2003, Juni 12). Merokok
dan Kesehatan. Retrieved
Maret
10,
2013,
fromwww.antirokok.or.id:
http://www.antirokok.or.id/beri
ta/berita_rokok_kesehatan.htm
[on-line].
Wulandari, Z. R. (2014, November
28). Tren Rokok di Kalangan
Remaja. Retrieved April 10,
2015,
from
http://kesehatan.kompasiana.co
m:
http://kesehatan.kompasiana.co
m/medis/2014/11/28/trenrokok-di-kalangan-remaja706725.html
11
INTENSI MEROKOK PADA REMAJA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Guna memenuhi sebagian persyaratan dalam
Mencapai derajat (S-1) Psikologi
Diajukan Oleh:
Rima Imanda Trisnaniar
F 100 110 012
Kepada
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
STUDI FENOMENOLOGI:
INTENSI MEROKOK PADA REMAJA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) psikologi
Diajukan Oleh :
RIMA IMANDA TRISNANIAR
F 100 110 012
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
ii
dJ] l
iFi.
hi
kn
!]
lq,!
D$qtr |e lsln
ryg{
d?1,r.
ABSTRAKSI
STUDI FENOMENOLOGI:
INTENSI MEROKOK PADA REMAJA
Rima Imanda Trisnaniar
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
trisnaniarrima@rocketmail.com
Merokok merupakan overt behavior dimana perokok menghisap gulungan
tembakau. Perilaku merokok banyak dilakukan pada masa remaja. Masa remaja
adalah masa peralihan dari usia kanak-kanak ke usia dewasa. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gambaran intensi merokok pada
remaja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan pengumpulan data
dilakukan dengan observasi dan wawancara. Informan dalam penelitian ini adalah
4 remaja awal yang berusia 12 sampai 14 tahun yang tinggal di Batang. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa remaja merokok disebabkan karena merasa
ingin diperhatikan oleh lingkungan sosialnya, ingin mendapatkan pengakuan dari
teman sebayanya sehingga mendapatkan banyak teman. Merokok digunakan
remaja sebagai sarana untuk mendapatkan perhatian orang-orang disekitarnya.
Sarana untuk menjadikan remaja itu sendiri sebagai sosok yang hebat juga
menjadi latar belakang remaja merokok. Hal ini biasa terjadi pada masa remaja
awal, yang merupakan proses peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa. Remaja merasa ingin bebas melakukan apa yang dia mau, mencoba halhal yang menjadikan dirinya sebagai seseorang yang hebat dan diakui oleh orang
lain. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan merokok, dengan melihat
orang lain yang dinilai hebat saat merokok.
Kata kunci: Intensi, merokok, remaja
vi
34,8% terbagi atas 67,4% laki-laki,
PENDAHULUAN
Merokok merupakan
dan 4,5% perempuan (GYTS, 2011).
overt
Data Global Youth Tobacco Survey
behavior dimana perokok menghisap
(GYTS) 2009, menunjukkan 20,3%
gulungan tembakau. Hal ini seperti
anak sekolah 13-15 tahun merokok
dituliskan dalam KBBI merokok
adalah
menghisap
(Febrida, 2013).
gulungan
Perilaku
tembakau yang dibungkus dengan
kertas
(Kamus
Besar
Bahasa
752).
Profesor
Indonesia
(1990:
Tjandra
mengatakan,
terus
semakin meningkat sesuai dengan
tahap
konsumsi
meningkat
China
dan
India.
mengalami ketergantungan nikotin
(Laventhal dan Cleary dalam Mc
Penyakit
dan
Penyehatan
Lingkungan
(P2PL),
Prof.
Yoga
& Helmi, 2000) menyatakan bahwa
Demikian
Dirjen
Tjandra
Gee, 2005). Smet (dalam Komasari
setelah
disampaikan
usia pertama kali merokok pada
Pengendalian
Aditama
umumnya berkisar antara 11 – 13
tahun dan pada umumnya individu
dr.
pada usia tersebut merokok sebelum
SpP(K),
berusia 18 tahun. Data WHO juga
MARS, DTM&H, DTCE, dalam
surat
elektronik
Liputan6.com,
yang
diterima
Jakarta,
Selasa
semakin mempertegas bahwa jumlah
perokok yang ada di dunia sebanyak
30% adalah kaum remaja. Penelitian
(12/11/2013). Sementara dari Data
di
Riskesdas 2010, di kalangan remaja
GYTS
bahwa
2003).
2011
Perilaku
menunjukkan, prevalensi merokok
orang dewasa
menunjukkan
13 tahun adalah perokok (Tandra,
laki dan 0,9 persen perempuan yang
Data
Jakarta
64.8% pria dan dengan usia di atas
15-19 tahun sebesar 38,4 persen laki-
merokok.
meningkatnya
dan sering mengakibatkan mereka
Dari data WHO 2008 saja, Indonesia
ketiga
dengan
yang
frekuensi dan intensitas merokok,
bisa
sumber daya manusia Indonesia.
posisi
perkembangannya
ditandai
mengancam kesehatan dan kualitas
menempati
pada
remaja umumnya semakin lama akan
tembakau di Indonesia yang tinggi
dan
merokok
merokok
banyak
dilakukan pada masa remaja. Masa
Indonesia sebesar
1
remaja adalah masa peralihan dari
kegiatan dan sebab partisipasi dalam
usia kanak-kanak ke usia dewasa.
kegiatan itu.
Berdasarkan
Terdapat berbagai pendapat tentang
uraian
dan
pembatasan usia remaja, rata-rata
fenomena di atas, penulis tertarik
dimulai dari usia 12 tahun sampai
untuk mengadakan penelitian serta
akhir usia belasan. Periode remaja
ingin mengetahui apa saja yang
merupakan periode yang penting
melatar
karena
terjadi
pertama kali merokok. Oleh karena
perkembangan fisik dan psikologis
itu, judul yang dipilih adalah Studi
yang pesat (Attkinson dkk, 1993).
Fenomenologi: Intensi Merokok
pada
masa
ini
Minat merupakan salah satu
memiliki
Intensi atau minat adalah
minat
keinginan untuk melakukan perilaku.
terhadap suatu obyek, cenderung
Minat tidak selalu statis, minat dapat
untuk memberikan perhatian atau
berubah dengan berjalannya waktu.
merasa senang yang lebih besar
kepada
apabila
obyek
obyek
tersebut.
Minat-minat merupakan suatu fungsi
Namun
tersebut
dari dua penentu dasar, yang satu
tidak
berhubungan dengan factor pribadi
menimbulkan rasa senang, maka ia
dan
tidak akan memiliki minat pada
bahwa
minat
yang
lainnya
berhubungan
dengan pengaruh social. Penentu
obyek tersebut. Crow and Crow
berpendapat
saat
Pengertian intensi atau minat
mendorong untuk mencapai tujuan.
yang
remaja
pada Remaja.
aspek psikis manusia yang dapat
Seseorang
belakangi
pertama yang berhubungan dengan
erat
faktor pribadi adalah sikap terhadap
hubungannya dengan daya gerak
yang mendorong seseorang untuk
menghadapi atau berurusan dengan
perilaku
(attitude
behavior)
individual.
toward
Sikap
the
ini
adalah evaluasi kepercayaan (belief)
orang, benda atau bisa juga sebagai
atau perasaan (affect) positif atau
pengalaman efektif yang dipengaruhi
negative dari individual jika harus
oleh kegiatan itu sendiri. Dengan
melakukan perilaku tertentu yang
kata lain minat dapat menjadi sebab
dikehendaki. Penentu kedua dari
minat yang berhubungan dengan
2
pengaruh
social
adalah
norma
kegiatan
yang
berkaitan
subyektif (subjective norm). disebut
dengan minat tersebut dan
dengan
karena
dari sikap yang dinyatakan
preskripsi
atau tersirat dalam berbagai
normative persepsian, yaitu persepsi
bentuk media massa terhadap
atau pandangan seseorang terhadap
kegiatan itu.
norma
berhubungan
tekanan
subyektif
dengan
social
(kepercayaan-
3. Aspek Psikomotor. Berjalan
kepercayaan orang lain) yang akan
dengan lancar tanpa perlu
mempengaruhi
pemikiran
minat
untuk
lagi,
urutannya
melakukan atau tidak melakukan
tepat. Namun kemajuan tetap
perilaku
memungkinkan
yang
sedang
dipertimbangkan (Jogiyanto, 2007).
sehingga
keluwesan dan keunggulan
meningkat
1. Aspek-aspek Intensi
meskipun
ini
semua berjalan lambat.
Minat terbagi menjadi 3 aspek, yaitu:
(Hurlock, 1995 : 117)
Merokok
1. Aspek Kognitif. Berdasarkan
Menurut
Sitepoe
(2001),
atas pengalaman pribadi dan
merokok adalah membakar tembakau
apa yang pernah dipelajari
yang kemudian dihisap asapnya, baik
baik di rumah, sekolah dan
menggunakan
masyarakat
menggunakan pipa. Levy (1984)
serta
dan
berbagai jenis media massa.
rokok
mendefinisikan
2. Aspek Afektif. Konsep yang
sebagai
sesuatu
maupun
perilaku
merokok
yang
dilakukan
membangun aspek kognitif,
seseorang berupa membakar atau
minat dinyatakan dalam sikap
menghisap
tembakau
serta
terhadap
menimbulkan
asap
dapat
ditimbulkan
kegiatan
yang
yang
minat.
terhisap oleh orang disekitarnya.
Berkembang dari pengalaman
Amstrong (1990) mengatakan bahwa
pribadi dari sikap orang yang
perilaku merokok adalah menghisap
penting yaitu orang tua, guru
asap tembakau yang dibakar kedalam
dan teman sebaya terhadap
3
tubuh
dan
menghembuskannya
menekankan
kembali keluar.
maka
sosial
dan agama dengan baik dengan
Berdasarkan
diatas,
nilai-nilai
pengertian
dapat
tujuan jangka panjang lebih sulit
disimpulkan
untuk
terlibat
dengan
bahwa perilaku merokok adalah
rokok/tembakau/obat-obatan
suatu
dan
dibandingkan dengan keluarga
kemudian
yang permisif dengan penekanan
aktivitas
menghisap
membakar
tembakau
mengeluarkan asapnya yang dapat
pada
terhisap oleh orang disekitarnya, baik
urusanmu sendiri-sendiri”, dan
menggunakan rokok ataupun pipa.
yang paling kuat pengaruhnya
1. Faktor-faktor
adalah bila orang tua sendiri
Penyebab
falsafah
“kerjakan
Merokok
menjadi
Menurut Mu’tadin (2002) faktor
sebagai perokok, maka anak-
penyebab
anaknya memiliki kemungkinan
remaja
merokok
figur
contoh
yaitu
adalah:
besar untuk mencontohnya dan
a. Pengaruh orang tua
menjadi perokok.
Salah
satut
temuan
b. Pengaruh teman sebaya
tentang remaja perokok adalah
Berbagai
fakta
bahwa anak-anak muda yang
mengungkapkan bahwa semakin
berasal dari rumah tangga yang
banyak remaja merokok maka
tidak bahagia, dimana orang tua
semakin
tidak
kemungkinanteman-temannya
begitu
memperhatikan
besar
anak-anaknya dan memberikan
adalah
hukuman fisikyang keras lebih
demikian
sebaliknya.
mudahuntuk menjadi perokok
tersebut
menunjukkan
dibanding anak-anak muda yang
kemungkinan
berasal dari lingkunga rumah
pertama remaja tadi terpengaruh
tangga yang bahagia (Baer &
oleh
Corado dalam Attkinson , 1999).
bahkan
Remaja
dari
tersebut dipengaruhi oleh diri
yang
remaja tersebut yang akhirnya
keluarga
yang
berasal
konservatif
4
perokok
juga
yang
teman-temannya
teman-teman
dan
Fakta
dua
terjadi,
atau
remaja
mereka semua menjadi perokok.
seperti yang ada dalam iklan
Di
tersebut.
antara
terdapat
remaja
87%
perokok
mempunyai
2. Aspek aspek dalam Merokok
sekurang-kurangnya satu atau
lebih
sahabat
yang
Aspek-aspek
perokok
perilaku
dalam
merokok
menurut
begitu pula dengan remaja non
Aritonang (1997) adalah sebagai
perokok (Al Bachri, 1991).
berikut:
c. Faktor kepribadian
a. Fungsi
Orang mencoba untuk
merokok
dalam
kehidupan sehari-hari
merokok karena alasan ingin
Erickson
tahu atau ingin melepaskan diri
dan
dari rasa sakit, membebaskan
mengatakan
diri dari kebosanan. Namun satu
merokok
sifat kepribadian yang bersifat
dengan masa mencari
prediktif pada pengguna obat-
jati
obatan (termasuk rokok) ialah
remaja. Silvans dan
konformitas sosial. Orang yang
Tomkins
memiliki
2002) fungsi merokok
skor
tinggi
pada
(Komasari
Helmi,
diri
2000)
bahwa
berkaitan
pada
diri
(Mu’tadin
berbagai tes konformitas sosial
ditunjukkan
lebih mudah menjadi pengguna
perasaan yang dialami
rokok
si
dibandingkan
mereka
yang
dengan
memiliki
skor
maupun yang negatif.
d. Pengaruh Iklan
b. Intensitas Merokok
Melihat iklan di media
dan
seperti
perasaan yang positif
rendah (Attkinson, 1999).
massa
perokok,
dengan
elektronik
Smet
yang
(1994)
mengklasifikasikan
menampilkan gambaran bahwa
perokok berdasarkan
perokok
kejantanan
membuat
adalah
lambang
banyaknya
atau
glamour,
yang dihisap, yaitu:
remaja
seringkali
rokok
1. Perokok
terpicu untuk mengikuti perilaku
yang
5
berat
menghisap
lebih
15
b. Kelompok
rokok
heterogen
dari
batang
(merokok
dalam sehari.
2. Perokok
yang
di
tengah-tengah
sedang
menghisap
orang
5-14 batang rokok
tidak
dalam sehari.
anak kecil, orang
yang
3. Perokok
yang
merokok,
jompo, orang sakit,
ringan
menghisap
dll).
1-4 batang rokok
2. Merokok
yang
lain
tempat
dalam sehari.
di
tempat-
yang
bersifat
pribadi
c. Tempat merokok
i.
Tipe perokok berdasarkan
Kantor
atau
di
tempat ada dua (Mu’tadin
kamar
2002) yaitu:
pribadi.
Perokok
memilih
tempat-
1. Merokok
tempat
di
tempat-
tidur
tempat seperti ini
umum/ruang
publik
yang sebagi tempat
a. Kelompok
merokok
homogen
sama
digolongkan
(sama-
kepada
perokok),
individu
secara bergerombol
yang
mereka menikmati
menjaga
kebiasaannya.
kebersihan
Umumnya mereka
penuh rasa resah
masih menghargai
gelisah
orang lain, karena
mencekam.
itu
kurang
yang
ii. Toilet.
mereka
diri,
Perokok
menempatkan diri
jenis
di smoking area.
digolongkan
6
ini
dapat
sebagai orang yang
analisis
suka berfantasi.
menyatakan ada 6 tahap yaitu :
d. Waktu merokok
data
Creswell
Mengolah
Menurut
data,
(2013)
Membaca
Presty
keseluruhan data, Mendeskripsikan
(Smet,1994) remaja yang
dan menyajikan kategorisasi dalam
merokok dipengaruhi oleh
bentuk deskripsi dan yang terakhir
keadaan yang dialaminya
menginterprestasikan data.
pada
saat
itu,
misalnya
ketika sedang berkumpul
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan teman, cuaca yang
dingin,
setelah
Berdasarkan
dimarahi
informan, informan pertama melihat
orang tua, dan lain-lain.
orang-orang
orang
yang
digunakan
mengembangkan
Dalam
untuk
ini
pemahaman
penelitian
bisa
ini,
purposive
menggunakan
teknik
sampling,
yaitu
dan
diterima
sosialnya,
di
terbukti
menunjukkan
bahwa
remaja
berfikir dengan merokok, mereka
mendapatkan
teman,
bisa
bersosialisasi dengan mudah dan
informan dipilih sebanyak 4 orang
dengan
itu
temannya menjadi lebih banyak. Hal
terhadap gejala-gejala yang akan
diteliti.
merokok
setelah informan merokok, teman-
penelitian kualitatif fenomenologis
maksud
lain,
lingkungan
dalam penelitian ini adalah metode
dengan
yang
seperti banyak teman, diakui oleh
METODE PENELITIAN
Metode
ke-empat
mendapatkan kenyamanan dengan
merokok.
telah
Informan kedua, melihat figur
ditentukan oleh peneliti yaitu :
ayahnya yang perokok sebagai sosok
Remaja laki-laki atau perempuan
yang keren, bisa menjadi orang yang
berusia 11 – 14 tahun. Metode
mengatur-ngatur,
pengumpulan data dalam penelitian
mengendalikan
ini
ayahnya
berdasarkan
yaitu
criteria
dengan
yang
menggunakan
juga
emosi
merokok.
bisa
sehabis
Informan
memutuskan untuk merokok dengan
metode wawancara. Sementara untuk
7
ayahnya
sebagai
masa remaja awal. Seluruh informan
keren
karena
mengaku ingin merasakan rokok
merokok. Pada informan kedua ini,
setelah melihat orang lain merokok.
remaja menjadikan rokok sebagai
Mereka mulai mencoba-coba rokok,
sarana untuk menjadikan dirinya
walaupun awalnya merasa tidak
sebagai sosok yang hebat di mata
enak, pahit dimulut, atau merasa
orang
aneh,
melihat
sosok
seseorang
yang
lain.
Begitupun
dengan
namun
tetap
mencobanya
informan ke tiga, informan melihat
kembali dan terus menerus. Keempat
orang merokok itu seperti sangat
informan mempelajari cara merokok
terlihat sebagai seorang laki-laki
dari teman-teman sebaya mereka
sejati, laki-laki yang gagah, dan
yang juga perokok. Sesuai dengan
informan
informan
ciri-ciri masa remaja awal yang
memandang orang yang merokok
menyatakan bahwa remaja lebih
seperti laki-laki yang sudah macho.
dekat
Ke-tiga informan merasa hebat kalau
Meskipun pada informan kedua,
sudah merokok. Potret diri seorang
informan mempelajari rokok dari
laki-laki
ayahnya, namun informan mulai
keempat,
yang
diidamkan
oleh
dengan
teman
remaja, yaitu laki-laki sejati adalah
merokok
ketika
dengan teman-teman disekitarnya.
laki-laki
tersebut
sudah
merokok. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan
Monks
(2009)
Setelah
yang
keempat
menyebutkan cirri-ciri pada masa
remaja
awal,
yaitu lebih
kembali
sebayanya.
setelah
merasakan
informan
dekat
rokok,
merasakan
dampaknya, yaitu menjadi ketagihan
dekat
dan tidak bisa lepas dari rokok.
dengan teman sebaya, ingin bebas,
Keseluruhan informan mengatakan
dan mulai berfikir abstrak.
kalau sudah merasa ketagihan akan
merupakan
rokok, dan tidak mau lepas dari
peralihan dari masa kanak-kanak
benda yang mengandung zat adiktif
menuju remaja, yang ditandai dengan
tersebut,
sikap
ini
apabila tidak merokok. Hal ini
keempat
menurut Danusantoanduso (1991),
Remaja
ingin
ditunjukkan
awal
bebas.
dengan
Hal
merokok
informan yang mulai merokok pada
8
bahkan
dapat
merasa
kurang
menimbulkan
kenikmatan
dan
kecanduan.
Di
menjadikan
remaja
itu
sendiri
dalam rokok terdapat zat adikif yang
sebagai sosok
yang hebat juga
menimbulkan rasa kecanduan bagi
menjadi
belakang
penggunanya, sehingga susah lepas
merokok. Hal ini biasa terjadi pada
dari
Keempat
masa remaja awal, yang merupakan
informan juga mengatakan kalau
proses peralihan dari masa kanak-
rokok dapat menghilangkan stress,
kanak menuju masa dewasa. Remaja
rasa bosan, suntuk, dan pusing
merasa ingin bebas melakukan apa
sehingga mereka merasa enak kalau
yang dia mau, mencoba hal-hal yang
sudah merokok. Walaupun reaksi
menjadikan
tersebut bersifat sesaat dan seluruh
seseorang yang hebat dan diakui oleh
informan mengetahui dampaknya,
orang lain. Salah satu hal yang bisa
namun
seorang
dilakukan adalah dengan merokok,
informanpun yang berniat untuk
dengan melihat orang lain yang
berhenti merokok.
dinilai hebat saat merokok.
SIMPULAN
SARAN
benda
tersebut.
tidak
ada
latar
remaja
dirinya
sebagai
Berdasarkan hasil analisi data
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan penelitian, maka
yang telah dilakukan, makan saran
dapat
dari penulis adalah sebagai berikut :
diambil
kesimpulan
pada
penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagi remaja, agar menjadikan
kegiatan
Remaja merokok disebabkan
bermanfaat
karena merasa ingin diperhatikan
teman
oleh lingkungan sosialnya, ingin
tersebut
mendapatkan
sebagai
sarana
Sarana
atau
mencari
lingkungan
bernilai
positif
dan
seseorang yang hebat di mata
untuk
orang lain.
mendapatkan perhatian orang-orang
disekitarnya.
dalam
lebih
dapat berguna sehingga menjadi
banyak teman. Merokok digunakan
remaja
yang
pergaulan, menjadikan kegiatan
mendapatkan pengakuan dari teman
sebayanya sehingga
lain
2. Bagi
untuk
orang
memperhatikan
9
tua,
dan
agar
mengerti
Achmad Fawaid). Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
apa yang bisa menjadikan anakanaknya sebagai seseorang yang
diinginkan,
dan
Dale H. Schunk, P. R. (2012).
Motivasi dalam Pendidikan,
diterjemahkan oleh Ellys Tjo.
Jakarta: Indeks Penerbit.
dapat
memposisikan di dalam keluarga
sebagai anak yang hebat.
Desmita.
(2010).
Perkembangan.
Rosda.
3. Untuk peneliti selanjutnya, hasil
penelitian
ini
dapat
dimanfaatkan sebagai tambahan
Psikologi
Bandung:
Febrida, M. (2013, November 12).
Perokok Usia 10 Tahun di
Indonesia
Jumlahnya
Meningkat. Retrieved April 10,
2015,
from
http://health.liputan6.com:
http://health.liputan6.com/read/
743251/perokok-usia-10tahun-di-indonesia-jumlahnyameningkat
informasi sehingga dapat lebih
memperdalam lagi tema terkait
intensi atau minat merokok pada
remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Helmi, D. K. (2000). Faktor-Faktor
Penyebab Perilaku Merokok
pada Remaja. Jurnal Psikologi
, 37-47.
Aritonang, M.R. (1997). Fenomena
wanita
merokok.
Jurnal
psikologi Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada Press.
Indriasari, L. (2012, Maret 20). Anak
Balita
Pun
Kecanduan
Merokok.
Retrieved
Mei9,2015,fromhttp://health.ko
mpas.com:
http://health.kompas.com/read/
2012/03/20/0556326/Anak.Bal
ita.Pun.Kecanduan.Merokok
Atkinson,
S,
dkk.
(2000).
Introduction to psychology
(13th
Edition).
Harcourt
College Publisher.
Ariwibowo, K. (2012, Desember 16).
Bahaya Merokok Bagi Tubuh
Manusia. Retrieved Mei 9,
2015,
from
http://dedihumas.bnn.go.id:
http://dedihumas.bnn.go.id/rea
d/section/artikel/2012/11/19/53
7/bahaya-merokok-bagi-tubuhmanusia
Jahja,
Y.
(2011).
Perkembangan.
Kencana.
Psikologi
Jakarta:
Jogiyanto. (2007). Sistem Informasi
Keperilakuan.
Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Komariah, D. S. (2013). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Creswell, J. W. (2014). Research
Design (diterjemahkan oleh
10
Pramudiarja, U. (2011, Juni 30).
Pecandu Narkoba Banyak
Berawal
dari
Kecanduan
Rokok. Retrieved Mei 9, 2015,
from http://health.detik.com:
http://health.detik.com/read/20
11/06/30/151659/1671881/763/
pecandu-narkoba-banyakberawal-dari-kecanduan-rokok
Purwandari, R. L. (2012). Perilaku
Merokok
pada
Remaja
SMA/SMK di Kota dan Luar
Kota. Proceeding Temu Ilmiah
Nasional VIII IPPI , 136-145.
Sarwono, S. W. (2012). Psikologi
Remaja. Jakarta: Rajawali
Pers.
Tandra, H. (2003, Juni 12). Merokok
dan Kesehatan. Retrieved
Maret
10,
2013,
fromwww.antirokok.or.id:
http://www.antirokok.or.id/beri
ta/berita_rokok_kesehatan.htm
[on-line].
Wulandari, Z. R. (2014, November
28). Tren Rokok di Kalangan
Remaja. Retrieved April 10,
2015,
from
http://kesehatan.kompasiana.co
m:
http://kesehatan.kompasiana.co
m/medis/2014/11/28/trenrokok-di-kalangan-remaja706725.html
11