"INTENSI MEROKOK PADA REMAJA AWAL LAKI-LAKI"

(1)

“INTENSI MEROKOK

PADA REMAJA AWAL LAKI-LAKI”

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Disusun oleh Aditya Arif Wibawa

04810028

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2011


(2)

(3)

(4)

(5)

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN ……….i

LEMBAR PENGESAHAN………..ii

SURAT PERNYATAAN……….iii

KATA PENGANTAR………..iv

INTISARI………...vi

DAFTAR ISI……….vii

DAFTAR LAMPIRAN………..x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….1

B. Rumusan Masalah ……….6

C. Tujuan Penelitian ……….6

D. Manfaat Penelitian………6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Merokok………7

1. Pengertian Intensi Merokok………..7

2. Komponen Intensi……….9


(6)

vi

4. Kekhususan Intensi………....10

B. Masa Remaja Awal………12

1. Pengertian Masa Remaja Awal………12

2. Batasan Usia Remaja Awal……….13

3. Perubahan Pada Masa Remaja Awal………..13

C. Intensi Merokok Pada Remaja Awal………15

D. Kerangka Pemikiran………..17

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian……….18

B. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Penelitian………...18

1. Identifikasi Variabel Penelitian………..18

2. Definisi Operasional………19

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel………..20

D. Jenis Data dan Instrument Penelitian………21

1. Jenis Data………21

2. Instrument Penelitian……….22

E. Prosedur Penelitian………26

1. Persiapan Penelitian………..26

2. Pelaksanaan Penelitian………. 27

F. Validitas dan Realibilitas………..27


(7)

vii

2. Realibilitas………..32

G. Analisa Data………..34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……… 36

B. Pembahasan……….38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………..43

B. Saran……… 44

DAFTAR PUSTAKA………..46


(8)

viii

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 2010. Psikologi remaja , perkembangan anak didik. Jakarta : Bumi Aksara. Ancok, N. 1995. Teknik penyusunan skala pengukuran . Yogyakarta : PPK UGM. Arikunto, S. 2002. Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek. Edisi Revisi V.

Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Azwar, S. 1995. Sikap manusia : teori dan pengukurannya. Edisi ke 2. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

. 1994. Reliabilitas dan validitas, Edisi ke 3 Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Pustaka Pelajar Offset.

Dayakisini, T & Hudaniah 2003. Psikologi sosial, Edisi kedua. Malang : UMM Press.

.2009. Psikologi sosial. Malang : UMM Press. Hadi, S . 1996. Metodologi research, Yogyakarta : Andi Offset.

Hurlock, E. B. 1978. Adoleccnce development. Tokyo : Tata Mac Grawe Hill Company.

Santrock, J. W. 2002. Life span development , perkembangan masa hidup, Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

. 2007. Perkembangan anak, Jilid 1 Edisi 11. Jakarta : Erlangga. Sarwono, S. W. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Winarsunu, T. 2004. Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang :

UMM Press.

Mappiare, A. 1982. Psikologi remaja. Surabaya : Usaha Nasional

Monk, F. J. 1982. Psikologi perkembangan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press


(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Permasalahan

Dewasa ini di Indonesia kegiatan merokok seringkali dilakukan individu

dimulai di sekolah menengah pertama, bahkan mungkin sebelumnya. Kita sering

melihat di jalan atau tempat yang biasanya dijadikan sebagai tempat “nongkrong”

anak-anak tingkat sekolah menengah banyak siswa yang merokok. Pada saat anak

duduk di sekolah menengah atas, kebanyakan pada siswa laki laki merokok

merupakan kegiatan yang menjadi kegiatan sosialnya. Menurut mereka merokok

merupakan lambang pergaulan bagi mereka. Khususnya siswa laki- laki bahwa

merokok sebagai suatu tuntut an pergaulan bagi mereka. Seperti halnya yang

diungkapkan oleh Hurlock (1999: 223) bahwa bagi remaja rokok dan alkohol

merupakan lambang kematangan. Hal tersebut disampaikan oleh Hurlock

berdasarkan fenomena di Amerika. Tetapi menurut norma yang berlaku di

Indonesia lebih memandang bahwa remaja khususnya remaja yang masih berada

diusia sekolah melakukan aktivitas merokok diidentikkan sebagai anak yang

nakal.

Data statistik tahun 2009, Indonesia menjadi nomor 3 negara perokok

terbesar didunia dengan statistik 65 juta perokok atau 28 % per penduduk (~225

miliar batang per tahun). Data statistik khusus perokok anak-anak atau remaja

mencapai 24.1% anak/remaja pria, dan 4.0% anak/remaja wanita atau 13.5%


(10)

2

disimpulkan bahwa laki- laki memiliki kecenderungan untuk merokok, hal ini

ditunjang Data Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,

Departemen Kesehatan RI pada tahun 2009 bahwa di Indonesia perokok lelaki

sebanyak 65,9% dan 4,5% perempuan (detikHealth). Data diatas belum

menunjukkan kenyataannya yang sebenarnya karena kasus remaja merokok

merupakan peristiwa gunung es. Tingginya presentase remaja bahkan anak-anak

usia sekolah dasar yang telah merokok tentu menjadi masalah besar.

Ada banyak alasan yang melatar belakangi perilaku merokok pada remaja.

Secara umum menurut Kurt Lewin (dalam Wulandari 2007) bahwa perilaku

merokok merupakan fungsi lingkungan dan indvidu, artinya perilaku merokok

selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan faktor lingkungan.

Faktor dari dalam remaja dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja. Remaja

mulai merokok dikatakan oleh Erickson berkaitan dengan adanya aspek krisis

psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka

sedang mencari jati diri. Beberapa remaja melakukan perilaku merokok sebagai

cara kompensatoris, seperti yang dikatakan Brigham (1991) bahwa perilaku

merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi. Simbol dari kematangan,

kekuataan, kepemimpinan dan daya tarik terhadap lawan jenis. Selain faktor

perkembangan remaja dan kepuasaan psikologis, masih banyak faktor dari luar

inidvidu yang berpengaruh pada proses pembentukan perilaku merokok. Mu’tadin

(2002, dalam Nasution, 2007) ada beberapa alasan mengapa remaja merokok,

antara lain: pengaruh orang tua, pengaruh teman, ingin tahu/ingin melepaskan diri


(11)

3

Berdasarkan fenomena diatas maka diterbitkannya fatwa Majelis Ulama

Indonesia (MUI) yang memfatwakan larangan merokok bagi anak-anak, ibu hamil

dan merokok di tempat umum mendapat dukungan dari Komnas Perlindungan

Anak. Bagi Komnas Perlindungan Anak, yang telah difatwakan MUI merupakan

langkah yang win–win solution. Fatwa MUI ini dianggap win-win solution karena

melindung hak-hak anak–anak untuk tumbuh kembang tanpa adanya pengaruh

negatif asap rokok dan merupakan langkah untuk melindungi pertumbuhan

kesehatan generasi muda, dari pengaruh negatif merokok itu sendiri.

Seperti kita ketahui rokok berdampak negatif bagi kesehatan, seperti penyakit

jantung, stroke, dan sebagainya, rokok juga berpengaruh terhadap kesehatan janin

yang asapnya terhirup ibu-ibu hamil. Rokok berbahaya karena mengandung

beberapa zat kimia yang terkandung didalam tiap batangnya, antara lain : Nikotin;

meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan

pembuluh darah tepi, dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada

pemakainya, Timah hitam (Pb); Timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang

rokok sebanyak 0,5 ug sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk

ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari, Gas Karbonmonoksida (CO); Karbon

Monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan

hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya, hemoglobin ini berikatan

denga n oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena

gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya “di sisi”

hemoglobin , Tar; kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat


(12)

4

rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin, akan menjadi padat dan

membentuk endapan berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran pernapasan,

dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok,

sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24 – 45 mg.

Tidak ada yang memungkiri adanya dampak negatif dari perilaku merokok

tetapi perilaku merokok bagi kehidupan manusia merupakan kegiatan yang

fenomenal. Artinya, meskipun sudah diketahui akibat dampak negatif merokok

tetapi jumlah perokok bukan semakin menurun tetapi semakin meningkat dan usia

merokok semakin bertambah muda. Hampir sebagian dari mereka memahami

akibat-akibat yang berbahaya dari asap rokok tetapi mengapa mereka tidak

mencoba atau menghindari perilaku merokok. Dari hasil penelitian Juniarti (2008)

mengenai hubungan antara health belief dengan sikap terhadap merokok pada

remaja mengemukakan bahwa semakin tinggi positif health belief yang dimiliki

oleh remaja maka semakin rendah sikap negatif terhadap rokok, dan sebaliknya.

Dalam hal ini, jika health belief remaja adalah positif atau memiliki keyakinan

akan bahaya rokok maka sikap remaja terhadap rokok adalah menjauhi atau tidak

melakukan perilaku merokok. Namun jika health belief yang dimiliki negatif atau

tidak terlalu percaya akan dampak negatif rokok terhadap kesehatan maka sikap

yang muncul adalah remaja mendekati dan mencoba merokok. Selain itu persepsi

remaja terhadap rokok memberikan dampak signifikan terhadap intensi merokok.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Tinus (2008) diketahui bahwa ada

hubungan positif yang signifikan persepsi remaja tentang rokok terhadap intensi


(13)

5

terhadap rokok maka akan disertai dengan smeakin tingginya intensi merokok,

dan sebaliknya.

Berdasarkan data dan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas

menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara health belief, sikap dan

persepsi remaja tentang rokok terhadap intensi merokok. Hal ini menujukkan

bahwa semakin rendah persepsi negatif remaja terhadap rokok maka akan disertai

dengan semakin tingginya intensi merokok, dan sebaliknya. Faktor- faktor yang

menyebabkan remaja atau dewasa merokok dan banyaknya dampak bahaya

merokok yang beredar di masayarakat tidak menyurutkan/mengurangi niat untuk

merokok, bahkan akhir-akhir ini tidak hanya orang dewasa saja yang merokok

namun juga sudah sampai pada remaja awal yang baru menyelesaikan masa

kanak-kanaknya sudah banyak yang mencoba merokok bahkan sudah menjadi

pecandu rokok. Oleh karena itu penelitian ini memilih remaja, ini dikarenakan

pada masa remaja awal khususnya merupakan masa- masa mencari jati diri dan

cenderung labil. Beberapa remaja melakukan perilaku merokok sebagai cara

kompensatoris, seperti yang dikatakan Brigham (1991) bahwa perilaku merokok

bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi dari kematangan, kekuatan,

kepemimpinan dan daya tarik terhadap lawan jenis. Hal diatas sangat

memprihatinkan, karena remaja awal merupakan titik awal fase perkembangan

dalam pengambilan keputusan dan sikap. Apabila pada masa remaja awal saja

sudah salah menentukan sikap, maka seterusnya akan mengalami kesalahan dalam


(14)

6

Selain itu remaja memilliki posisi strategis sebagai generasi penerus bangsa.

Sehingga bagaimana nasib bangsa apabila generasinya tidak sehat secara fisik,

dikarenakan efek negatif dari rokok. Dengan berbagai pertimbangan diatas, maka

penelitian pada remaja awal ini dianggap perlu untuk dilakukan.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah yang dapat

diambil adalah mengetahui intensi merokok pada masa remaja awal laki- laki?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka tujuan penelitian ini

adalah mengetahui intensi merokok pada masa remaja awal.

D.Manfaat Penelitian Teoritis

Sebagai upaya untuk menambah dan memperluas khazanah teoriteori

psikologi terutama yang berkaitan dengan psikologi sosial dan psikologi

perkembangan dalam memahami intensi merokok remaja awal.

Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pemikiran/wawasan sehingga orangtua, guru dan pemerhati masalah remaja


(1)

1 A.Latar Belakang Permasalahan

Dewasa ini di Indonesia kegiatan merokok seringkali dilakukan individu dimulai di sekolah menengah pertama, bahkan mungkin sebelumnya. Kita sering melihat di jalan atau tempat yang biasanya dijadikan sebagai tempat “nongkrong” anak-anak tingkat sekolah menengah banyak siswa yang merokok. Pada saat anak duduk di sekolah menengah atas, kebanyakan pada siswa laki laki merokok merupakan kegiatan yang menjadi kegiatan sosialnya. Menurut mereka merokok merupakan lambang pergaulan bagi mereka. Khususnya siswa laki- laki bahwa merokok sebagai suatu tuntut an pergaulan bagi mereka. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Hurlock (1999: 223) bahwa bagi remaja rokok dan alkohol merupakan lambang kematangan. Hal tersebut disampaikan oleh Hurlock berdasarkan fenomena di Amerika. Tetapi menurut norma yang berlaku di Indonesia lebih memandang bahwa remaja khususnya remaja yang masih berada diusia sekolah melakukan aktivitas merokok diidentikkan sebagai anak yang nakal.

Data statistik tahun 2009, Indonesia menjadi nomor 3 negara perokok terbesar didunia dengan statistik 65 juta perokok atau 28 % per penduduk (~225 miliar batang per tahun). Data statistik khusus perokok anak-anak atau remaja mencapai 24.1% anak/remaja pria, dan 4.0% anak/remaja wanita atau 13.5% anak/remaja Indonesia (nusantaranews). Berdasarkan data diatas dapat


(2)

disimpulkan bahwa laki- laki memiliki kecenderungan untuk merokok, hal ini ditunjang Data Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Departemen Kesehatan RI pada tahun 2009 bahwa di Indonesia perokok lelaki sebanyak 65,9% dan 4,5% perempuan (detikHealth). Data diatas belum menunjukkan kenyataannya yang sebenarnya karena kasus remaja merokok merupakan peristiwa gunung es. Tingginya presentase remaja bahkan anak-anak usia sekolah dasar yang telah merokok tentu menjadi masalah besar.

Ada banyak alasan yang melatar belakangi perilaku merokok pada remaja. Secara umum menurut Kurt Lewin (dalam Wulandari 2007) bahwa perilaku merokok merupakan fungsi lingkungan dan indvidu, artinya perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan faktor lingkungan. Faktor dari dalam remaja dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja. Remaja mulai merokok dikatakan oleh Erickson berkaitan dengan adanya aspek krisis psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati diri. Beberapa remaja melakukan perilaku merokok sebagai cara kompensatoris, seperti yang dikatakan Brigham (1991) bahwa perilaku merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi. Simbol dari kematangan, kekuataan, kepemimpinan dan daya tarik terhadap lawan jenis. Selain faktor perkembangan remaja dan kepuasaan psikologis, masih banyak faktor dari luar inidvidu yang berpengaruh pada proses pembentukan perilaku merokok. Mu’tadin (2002, dalam Nasution, 2007) ada beberapa alasan mengapa remaja merokok, antara lain: pengaruh orang tua, pengaruh teman, ingin tahu/ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan, dan pengaruh iklan.


(3)

Berdasarkan fenomena diatas maka diterbitkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang memfatwakan larangan merokok bagi anak-anak, ibu hamil dan merokok di tempat umum mendapat dukungan dari Komnas Perlindungan Anak. Bagi Komnas Perlindungan Anak, yang telah difatwakan MUI merupakan langkah yang win–win solution. Fatwa MUI ini dianggap win-win solution karena melindung hak-hak anak–anak untuk tumbuh kembang tanpa adanya pengaruh negatif asap rokok dan merupakan langkah untuk melindungi pertumbuhan kesehatan generasi muda, dari pengaruh negatif merokok itu sendiri.

Seperti kita ketahui rokok berdampak negatif bagi kesehatan, seperti penyakit jantung, stroke, dan sebagainya, rokok juga berpengaruh terhadap kesehatan janin yang asapnya terhirup ibu-ibu hamil. Rokok berbahaya karena mengandung beberapa zat kimia yang terkandung didalam tiap batangnya, antara lain : Nikotin; meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi, dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada pemakainya, Timah hitam (Pb); Timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5 ug sementara ambang batas bahaya timah hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari, Gas Karbonmonoksida (CO); Karbon Monoksida memiliki kecenderungan yang kuat untuk berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Seharusnya, hemoglobin ini berikatan denga n oksigen yang sangat penting untuk pernapasan sel-sel tubuh, tapi karena gas CO lebih kuat daripada oksigen, maka gas CO ini merebut tempatnya “di sisi” hemoglobin , Tar; kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok, dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke dalam


(4)

rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin, akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna cokelat pada permukaan gigi, saluran pernapasan, dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi antara 3-40 mg per batang rokok, sementara kadar tar dalam rokok berkisar 24 – 45 mg.

Tidak ada yang memungkiri adanya dampak negatif dari perilaku merokok tetapi perilaku merokok bagi kehidupan manusia merupakan kegiatan yang fenomenal. Artinya, meskipun sudah diketahui akibat dampak negatif merokok tetapi jumlah perokok bukan semakin menurun tetapi semakin meningkat dan usia merokok semakin bertambah muda. Hampir sebagian dari mereka memahami akibat-akibat yang berbahaya dari asap rokok tetapi mengapa mereka tidak mencoba atau menghindari perilaku merokok. Dari hasil penelitian Juniarti (2008) mengenai hubungan antara health belief dengan sikap terhadap merokok pada remaja mengemukakan bahwa semakin tinggi positif health belief yang dimiliki oleh remaja maka semakin rendah sikap negatif terhadap rokok, dan sebaliknya. Dalam hal ini, jika health belief remaja adalah positif atau memiliki keyakinan akan bahaya rokok maka sikap remaja terhadap rokok adalah menjauhi atau tidak melakukan perilaku merokok. Namun jika health belief yang dimiliki negatif atau tidak terlalu percaya akan dampak negatif rokok terhadap kesehatan maka sikap yang muncul adalah remaja mendekati dan mencoba merokok. Selain itu persepsi remaja terhadap rokok memberikan dampak signifikan terhadap intensi merokok. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Tinus (2008) diketahui bahwa ada hubungan positif yang signifikan persepsi remaja tentang rokok terhadap intensi merokok. Hal ini menujukkan bahwa semakin rendah persepsi negatif remaja


(5)

terhadap rokok maka akan disertai dengan smeakin tingginya intensi merokok, dan sebaliknya.

Berdasarkan data dan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara health belief, sikap dan persepsi remaja tentang rokok terhadap intensi merokok. Hal ini menujukkan bahwa semakin rendah persepsi negatif remaja terhadap rokok maka akan disertai dengan semakin tingginya intensi merokok, dan sebaliknya. Faktor- faktor yang menyebabkan remaja atau dewasa merokok dan banyaknya dampak bahaya merokok yang beredar di masayarakat tidak menyurutkan/mengurangi niat untuk merokok, bahkan akhir-akhir ini tidak hanya orang dewasa saja yang merokok namun juga sudah sampai pada remaja awal yang baru menyelesaikan masa kanak-kanaknya sudah banyak yang mencoba merokok bahkan sudah menjadi pecandu rokok. Oleh karena itu penelitian ini memilih remaja, ini dikarenakan pada masa remaja awal khususnya merupakan masa- masa mencari jati diri dan cenderung labil. Beberapa remaja melakukan perilaku merokok sebagai cara kompensatoris, seperti yang dikatakan Brigham (1991) bahwa perilaku merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan dan daya tarik terhadap lawan jenis. Hal diatas sangat memprihatinkan, karena remaja awal merupakan titik awal fase perkembangan dalam pengambilan keputusan dan sikap. Apabila pada masa remaja awal saja sudah salah menentukan sikap, maka seterusnya akan mengalami kesalahan dalam menentukan sikap khususnya disini menentukan perilaku merokok/tidak merokok.


(6)

Selain itu remaja memilliki posisi strategis sebagai generasi penerus bangsa. Sehingga bagaimana nasib bangsa apabila generasinya tidak sehat secara fisik, dikarenakan efek negatif dari rokok. Dengan berbagai pertimbangan diatas, maka penelitian pada remaja awal ini dianggap perlu untuk dilakukan.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah mengetahui intensi merokok pada masa remaja awal laki- laki?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui intensi merokok pada masa remaja awal.

D.Manfaat Penelitian Teoritis

Sebagai upaya untuk menambah dan memperluas khazanah teoriteori psikologi terutama yang berkaitan dengan psikologi sosial dan psikologi perkembangan dalam memahami intensi merokok remaja awal.

Praktis

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran/wawasan sehingga orangtua, guru dan pemerhati masalah remaja dapat mengetahui seberapa besar intens i merokok pada masa remaja awal.