Kebijakan Program Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Pekalongan

Subijanto, Kebijakan Program Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal di Sekolah Menengah
Negeri 2dan
Pekalongan
JurnalAtas
Pendidikan
Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 2, Agustus 2015

KEBIJAKAN PROGRAM PENDIDIKAN BERBASIS KEUNGGULAN LOKAL
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 PEKALONGAN
THE POLICY OF EDUCATIONAL PROGRAM BASED ON LOCAL CONTENT
IN STATE SENIOR HIGH SCHOOL 2 PEKALONGAN
Subijanto
Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan
Gedung E lantai 19, Jalan Jenderal Sudirman Senayan, Jakarta Pusat
e-mail: subijanto2012@gmail.com
Naskah diterima tanggal: 09/02/2015, Direvisi akhir: 09/07/2015, Disetujui tanggal: 01/08/2015
Abstract: This study aims to analyze: 1) the sustainability of the educational program and
its use of local content in public senior secondary school 2 Pekalongan; 2) the advantages
of the program for students; and 3) the advantages of the program for the surrounding
societies. This case study used a descriptive method. The results showed that, 1) the
educational program, which is based on local content, will continue to run despite the

Directorate for Development of Senior Secondary School’s decision to stop funding it, and
despite tidal floods, which created difficulty in environmental conditions; 2) the advantages
of the program for students are, a) to know the local culture of their region; b) to understand
several aspects related to the local culture of their region; c) to be able to manage resources
of the local environment; and d) to be able to make a living in this context while preserving
culture, tradition and the resources of the area; 3) the advantages of the program for the
societies around the school have not yet included a significant increase in economic value
(additional income/welfare). It can be concluded that the educational program, which is
based on local content, in Public Senior Secondary School 2 in Pekalongan was not yet fully
successful. However, this program will continue to run despite adverse environmental
conditions due to tidal flood.
Keywords: educational policy, educational program based on local content, senior secondary
school, maritime/fishery
Abstrak: Tujuan studi ini untuk menganalisis: 1) keberlanjutan kebijakan program
pendidikan berbasis keunggulan lokal di Sekolah Menegah Atas Negeri 2 Pekalongan; 2)
manfaat program pendidikan berbasis keunggulan lokal bagi peserta didik; dan 3) manfaat
terhadap nilai tambah ekonomi bagi masyarakat di sekitar sekolah. Studi kasus ini
menggunakan metode deskriptif. Hasil studi menunjukkan bahwa: 1) kebijakan program
pendidikan berbasis keunggulan lokal tetap dilanjutkan meskipun pihak Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah tidak lagi memberikan bantuan dana sharing dan kondisi lingkungan

kurang kondusif karena sering terjadi bencana tahunan air rob; 2) manfaat pendidikan
berbasis keunggulan lokal bagi peserta didik antara lain, a) mengetahui keunggulan lokal di
daerahnya, b) memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan keunggulan lokal di
daerahnya; c) mampu mengolah sumber daya yang berkaitan dengan keunggulan lokal;
dan d) dapat menghidupi dirinya manakala memperoleh penghasilan, sekaligus melestarikan
budaya, tradisi, dan sumber daya yang menjadi unggulan daerah; 3) manfaat pendidikan
berbasis keunggulan lokal bagi masyarakat sekitar belum memberikan nilai tambah
(ekonomi) bagi masyarakat di sekitar sekolah. Studi ini menyimpulkan bahwa kebijakan
pendidikan berbasis keunggulan lokal di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Pekalongan belum
berhasil sebagaimana mestinya, tetapi tetap dilanjutkan walaupun kondisi lingkungan
mengalami bencana banjir air rob setiap tahunnya.
Kata kunci: kebijakan pendidikan, pendidikan berbasis keunggulan lokal, sekolah menengah
atas, perikanan

115

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 2, Agustus 2015

PENDAHULUAN


standar dan/atau hampir memenuhi delapan

Pada tahun 2000 Departemen Pendidikan

Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Nasional menetapkan kebijakan program

Penyelenggaraan pendidikan pada setiap

pendidikan yang berorientasi pada kecakapan

satuan pendidikan yang bermutu, harus

hidup (life skill) dengan pendekatan pendidikan

mengacu pada SNP sebagaimana diamanatkan

berbasis luas (broad based education) yang


dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

diberlakukan bagi semua jenis, jenjang, dan

Nomor 19 Tahun 2005 yang telah diubah menjadi

satuan pendidikan formal maupun nonformal

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

yang kemudian diimplementasikan pada tahun

32 tahun 2013 di mana setiap penyelenggara

2002 (Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

pendidikan harus mampu mencapai delapan SNP,

Atas, 2010). Secara teoretik, perubahan


yaitu 1) standar Isi, 2) standar Proses, 3)

tersebut bukan sebagai suatu kebijakan yang

standar Kelulusan, 4) standar Pengelolaan, 5)

dilandasi oleh pragmatisme sesaat namun,

standar Sarana dan Prasarana, 6) standar

merupakan upaya penemuan kembali jati diri

Pembiayaan, 7) standar Pendidik dan Tendik,

sekolah (re-inventing school) yang seharusnya

dan 8) standar Penilaian (Depdiknas, 2005).

dilakukan pada setiap satuan dan jenis
pendidikan.


Berbagai program yang telah dilaksanakan
oleh Kemdiknas melalui Direktorat Pembinaan

Dalam implementasi program kecakapan

SMA, dalam rangka mengakomodasi berbagai

hidup, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

kebutuhan dan potensi daerah dalam penye-

Atas (SMA) melalui Bagian Proyek Broad Based

lenggaraan Broad Base Education (BBE),

Education (BBE) Life Skill selama tiga tahun

kecakapan hidul (life skill), serta Pendidikan


(2002-2004) menangani langsung bantuan

Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) di sejumlah

operasional (pembinaan dan dana sharing). Pada

SMA telah dilakukan monitoring dan evaluasi

tahun 2005, pemerintah mendorong agar

internal (Direktorat Pembinaan Sekolah

sekolah berupaya mampu mencapai 8 (delapan)

Menengah Atas, 2010). Hasil monitoring dan

Standar Nasional Pendidikan (SNP). Dalam kurun

evaluasi sebagai berikut.


waktu dua tahun kemudian, Kementerian

Pertama, implementasi program BBE life skill

Pendidikan Nasional (Kemdiknas) mempercepat

SMA tahun 2002-2004 yang dikembangkan

ketercapaian profil rintisan sekolah kegiatan

menjadi SMA Berbasis Keunggulan Lokal

mandiri (RSKM), Pembelajaran Berbasis Keung-

Kelautan (BKLK) tahun 2006, hampir seluruh

gulan Lokal (PBKL), dan Rintisan Pusat Sumber

kegiatan bersifat vokasional, sehingga belum


Belajar (RPSB), dengan menunjuk 441 SMA

diperoleh hasil optimal yang berkesinambungan.

sebagai sekolah rintisan RSKM dan 100 SMA

Hal ini disebabkan unsur pendidik dan tenaga

sebagai sekolah rintisan pelaksana PBKL

kependidikan belum sepenuhnya memahami

(Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas,

program tersebut, di samping itu, program

2010).

pembelajarannya tidak menjadi bagian struktur


Tahun 2008 33 SMA ditunjuk sebagai RPSB.

kurikulum.

Kemudian mulai tahun 2008 Kemdiknas

Kedua, supervisi terhadap 170 sekolah

mewujudkan bentuk rintisan sekolah kegiatan

RSKM menunjukkan bahwa, 32.96% sekolah

mandiri (SKM), PBKL, dan Pusat Sumber Belajar

yang telah melaksanakan PBKL, 4.71% berhasil

(PSB) yang berlangsung secara singkat sampai

amat baik, 8.82% baik, dan 19,41% cukup.


akhir tahun 2009. Pada akhirnya, pada tahun

Adapun sisanya 67% masih kurang, dan ini

2013 Kemdiknas mengalihkan perhatiannya

berarti masih diperlukan upaya untuk mendorong

terhadap SMA Model SKM, PBKL, dan PSB sebagai

sekolah rintisan tersebut agar dapat melak-

sekolah dalam kategori mandiri, di mana SMA

sanakan PBKL secara tepat guna.

tersebut dianggap telah memenuhi kedelapan

116

Subijanto, Kebijakan Program Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Pekalongan

Ketiga, supervisi terhadap 93 sekolah

penyelenggaraan PBKL. Pemahaman guru

rintisan PBKL menunjukkan bahwa, 2.15%

terhadap PBKL Perikanan masih kurang karena

sekolah berkategori Kurang dan 5.38%

latar belakang pendidikan guru tidak sesuai

berkategori Cukup, berarti masih ada sekolah

dengan bidang yang diampunya. Di samping itu,

rintisan PBKL yang belum dapat melaksanakan

bimbingan teknis berupa “penyuluhan perikanan”

PBKL seperti yang diharapkan. Pelaksana

dari Dinas Perikanan Kota Pekalongan tidak

rintisan PBKL menunjukkan 86.02% dapat

berkelanjutan (akibat banjir air rob) juga

didorong untuk mencapai profil RSKM, 6.45%

mempengaruhi ketidaklancaran pembelajaran di

kategori Siap SKM). Semua sekolah rintisan PBKL

sekolah. Kondisi inilah yang menjadi temuan

telah dapat melaksanakan KTSP (83.87%

monitoring dan evaluasi Direktorat Pembinaan

kategori Baik, 8.60% kategori Cukup, dan 7.53%

SMA (2010) terhadap implementasi PBKL di

Kurang). 65.69% sudah melaksanakan PSB

SMAN 2 Pekalongan. Dengan demikian,

secara mandiri meskipun baru 2 (dua) SMA yang

penyelenggaraan PBKL Perikanan di SMAN 2

berkategori Baik dan belum ada yang berkategori

Pekalongan belum berjalan sebagaimana yang

Sangat Baik (Direktorat Pembinaan SMA, 2010).

diharapkan. Hal ini antara lain disebabkan oleh

Kota

kurang adanya pemahaman guru pengampu

Pekalongan dibentuk berdasarkan Undang-

program PBKL perikanan yang sifatnya vokasi.

Undang Nomor 16 Tahun 1950, selanjutnya

Di samping itu, program pembelajarannya tidak

dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 18

menjadi bagian struktur kurikulum, sehingga

Tahun 1965 Kota Pekalongan berubah se-

guru pengampu harus menyusun silabus dan

butannya menjadi Kotamadya Dati II Pekalongan,

bahan materi ajar sendiri. Kurangnya pema-

kemudian terbit Peraturan Pemerintah Nomor

haman terhadap program PBKL diasumsikan

32 Tahun 2004 yang mengubah Kotamadya Dati

antara lain kurang intensifnya penyelengaraan

II Pekalongan menjadi Kota Pekalongan

program sosialiasi dan koordinasi Direktorat

(Pemerintah Kota Pekalongan, 2011).

Pembinaan SMA dengan warga sekolah (SMAN

Secara

historis,

Pemerintahan

Penyelenggaraan PBKL di Sekolah Menengah

2 Pekalongan) dan Komite Sekolah. Hal ini

Atas Negeri (SMAN) 2 Pekalongan yang pada

sejalan dengan pendapat Purwanto dan

mulanya mendapat bantuan dari Direktorat

Sulistyastuti (2012) yang menyatakan bahwa

Pembinaan Sekolah Menengah dan lintas dinas

beberapa program terobosan dari pemerintah

setempat (Dinas Perikanan), proses pembe-

pusat ke daerah seperti program Jaring

lajaran PBKL berjalan sesuai dengan yang

Pengaman Sosial (JPS) dan Program Penang-

diharapkan. Namun, dengan terjadinya banjir

gulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) dinilai

air rob (pasang air laut) menyebabkan proses

kurang berhasil.

pembelajaran terganggu. Kejadian banjir

Faktor lain yang menyebabkan kurang

tersebut berlangsung seketika tanpa dapat

optimalnya penyelenggaraan PBKL di SMAN 2

diprediksi

banjir

Pekalongan, antara lain: 1) proyek rintisan

mengakibatkan kerusakan kolam ikan (tanggul

sebelumnya.

Dampak

sekolah bertaraf internasional (RSBI) telah

pembatas) jebol, dan menjadikan proses

dinyatakan oleh Mahkamah Konstitusi melalui

pembelajaran terganggu. Akibatnya a) sebagian

Surat Keputusan Nomor 5/PUU-X/2012 bahwa

besar ikan keluar dari kolam cukup signifikan;

sekolah piloting RSBI tidak dapat dioperasikan

dan b) proses pembelajaran yang telah disusun

lagi (kembali ke sekolah regular/sekolah biasa)

sesuai RPP tertunda, apalagi tanggul belum

hal ini berdampak pada keberlanjutan piloting

selesai diperbaiiki dan banjir air rob terjadi secara

PBKL; dan 2) bantuan dana operasional PBKL

rutin/tahunan. Kondisi tersebut mengakibatkan

dari Direktorat Pembinaan SMA tidak berke-

pelaksanaan PBKL Kelautan di SMAN 2 Kota

lanjutan; dan 3) guru pengampu PBKL

Pekalongan belum berjalan sesuai dengan tujuan

(perikanan) umumnya tidak sesuai dengan latar

117

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 2, Agustus 2015

belakang pendidikan (mish match) sehingga

peserta didik mampu mengolah sumber daya,

menimbulkan masalah dalam perolehan sertifikasi

terlibat dalam pelayanan/jasa atau kegiatan lain

guru.

yang berkaitan dengan keunggulan lokal,

Atas uraian latar belakang di atas, maka

sehingga memperoleh penghasilan sekaligus

permasalahan yang dirumuskan yaitu, 1)

melestarikan budaya, tradisi, dan sumber daya

bagaimana keberlanjutan (sustainability )

yang menjadi unggulan daerah, serta mampu

pelaksanaan program PBKL di SMAN 2 Peka-

bersaing secara nasional dan global (Wasino,

longan? 2) bagaimana kebermanfaatan program

2008).

PBKL terhadap peserta didik? dan 3) Bagaimana

Ausubel (1978) dan Bruner (1977) dalam

kebermanfaatan program PBKL terhadap nilai

Sudrajat (2005), bahwa proses belajar dalam

ekonomi bagi masyarakat di sekitar SMAN 2

pendidikan akan menjadi lebih menarik dan

Pekalongan?

menantang manakala peserta didik mengetahui

Mengacu pada permasalahan, maka tujuan

apa manfaat dan makna dari pembelajaran untuk

studi ini dimaksudkan untuk menganalisis: 1)

menghadapi berbagai persoalan kehidupan yang

keberlanjutan (sustainability) kebijakan

dihadapinya saat ini maupun masa mendatang.

pelaksanaan kebijakan program PBKL di SMAN

Suasana belajar yang menyenangkan (joyful

2 Pekalongan; 2) dampak program PBKL

learning) akan lebih bermakna apabila apa yang

terhadap peserta didik SMAN 2 Pekalongan; dan

dipelajarinya ber-guna bagi kehidupannya kelak.

3) kebermanfaatan terhadap nilai tambah

Selama belajar, peserta didik mendapatkan bekal

ekonomi bagi masyarakat di sekitar SMAN 2

keterampilan (life skill) yang bermanfaat dan

Pekalongan.

berharga untuk menghadapi serta mempertahankan kehidupannya (survive skill) di kemudian

KAJIAN LITERATUR
Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal

hari.
Sementara itu, Mulyasa (2005) menyatakan

Keunggulan lokal merupakan salah satu potensi

bahwa pendekatan pembelajaran kontekstual

yang ada di setiap daerah yang dapat dijadikan

(Contextual Teaching and Learning) merupakan

bahan ajar kontekstual yang menarik untuk

suatu konsep pembelajaran yang menekankan

diajarkan di sekolah. Hal ini dikarenakan peserta

pada keterkaitan antara materi pelajaran dengan

didik merasa lebih memperoleh kesempatan

dunia nyata, sehingga para siswa mampu

untuk mengenal dan mengembangkan potensi

menghubungkan dan menerapkan kompetensi

dirinya terhadap bakat dan minat melalui

hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Hal

kepedulian terhadap potensi lingkungan di

ini sejalan dengan Skripsi Diah Kusumaningsih

daerahnya. Keberagaman potensi keunggulan

dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir

daerah harus dilestarikan dan dikembangkan

Kritis Siswa Kelas X-C SMA Negeri 11 Yogyakarta

dengan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur

Melalui Pembelajaran Matematika dengan

di dalamnya melalui pendidikan. Menurut

Pendekatan Contextual Learning: Perbandingan

Prihartini, 2014) melalui keunggulan lokal

Trigonometri menunjukkan bahwa pembelajaran

realisasi peningkatan nilai dari potensi daerah

yang berkaitan dengan kehidupan nyata sangat

diharapkan menjadi produk atau jasa atau karya

berkesan bagi peserta didik (core.ac.uk/

yang bernilai tinggi bersifat unik dan memiliki

download/pdf/1105973.pdf).

keunggulan kompettitif.

Contextual Teaching and Learning (CTL)

Tujuan penyelenggaraan PBKL antara lain

merupakan suatu pendekatan pembelajaran

agar peserta didik mengetahui keunggulan lokal

yang menekankan pada proses keterlibatan

daerah tempat mereka tinggal, memahami

siswa secara penuh untuk dapat menemukan

berbagai aspek yang berhubungan dengan

materi yang dipelajari dan menghubungkannya

keunggulan lokal tersebut. Dengan demikian,

dengan situasi kehidupan nyata, sehingga

118

Subijanto, Kebijakan Program Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Pekalongan

mendorong siswa untuk dapat menerapkannya

jasa atau karya lain yang bernilai tinggi, bersifat

dalam kehidupan mereka.

unik dan memiliki keunggulan komparatif.

Pemerintah dan Pemerintah Daerah

Potensi Sumber Daya Alam

Untuk menjaga keberhasilan program PBKL di

Pekalongan memiliki sumber daya alam seperti

SMA, perlu mendapat dukungan sepenuhnya dari

industri/perusahaan pengolahan hasil laut (ikan

pemerintah (pusat) dan pemerintah daerah serta

asin, ikan asap, tepung ikan, terasi, sarden,

masyarakat. Hal ini sebagai wujud tanggung

dan kerupuk ikan), baik dalam skala besar

jawab bersama antara pemerintah (pusat dan

maupun kecil (industri rumah tangga) serta

daerah), orang tua, dan masyarakat dalam hal

pelabuhan perikanan terbesar di Pulau Jawa.

pendidikan. Rintisan SMA model SKM-PBKL-PSB,

Kepemilikan potensi di bidang perikanan

merupakan program bersama antara peme-

menjadikan para pebisnis berpeluang melakukan

rintah, pemerintah daerah (dinas pendidikan

usaha bisnisnya di Kota Pekalongan meliputi:

provinsi/kota), sekolah, dan masyarakat.

1) perikanan mini purse: a) perbengkelan kapal;

Pemerintah Pusat melalui Direktorat

b) perikanan milenium; c) transportasi peri-

Pembinaan Sekolah Menengah, Direktorat

kanan; dan d) perikanan gill net; dan 2)

Pembinaan SMA dan Pemda Kota Pekalongan

perikanan pasca tangkap: a) pengolahan ikan

telah membantu dana “pendamping” sebesar Rp

asin, pindang, ikan segar, panggang; b)

50.000.000/tahun sejak tahun 2008 sampai

pengolahan rumput laut; c) cold strorage, pabrik

dengan tahun 2012. Sekolah penyelenggara

es; d) terasi; d) pengolahan surimi; dan e)

PBKL mendapat bantuan dana dari Pemda Kota

dendeng ikan dan kerupuk udang/ikan (BPMP2T

melalui Disdik Kota Pekalongan diperoleh sebesar

Kota Pekalongan, 2014).

Rp 20.000.000 yang diajukan melalui Rencana

Beberapa potensi SDA di bidang perikanan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah

meliputi ikan laut dan tawar, rumput laut,

(RAPBS).

tambak, dan bidang kelautan. Potensi perikanan

Pemilihan program PBKL di SMA perlu

pasca tangkap yang ada terdiri atas usaha

mempertimbangkan karakter masyarakat tempat

pengolahan ikan segar, ikan asin, ikan pindang,

mereka berdomisili. Masyarakat pesisir di

ikan panggang, surimi, rajungan, trasi, rumput

Pekalongan merupakan sekumpulan masyarakat

laut, kerupuk ikan/udang dan ikan kaleng. Di

yang hidup bersama-sama mendiami suatu

samping itu, juga berkembang dengan baik

wilayah pesisir membentuk dan memiliki

usaha cold storage, pabrik es dan transportasi

kebudayaan serta memiliki kekhasan terkait

hasil perikanan. Semua produk perikanan pasca

dengan ketergantungannya pada pemanfaatan

tangkap dimanfaatkan dan memiliki nilai jual

sumber daya alam pesisir/pantai (Satria, 2005).

yang tinggi. Kota Pekalongan memiliki Labora-

PBKL berciri khas kedaerahan yang mencakup

torium Pembinaan dan Pengujian mutu hasil

aspek ekonomi, budaya, teknologi informasi dan

perikanan (LPPMHP) sebagai sarana pembinaan

komunikasi, ekologi, dan lain sebagainya. Lebih

dan pengujian terhadap unit-unit processing,

lanjut, PBKL dapat diindikasikan dengan hasil

meliputi pemeriksaan dan pengujian terhadap

bumi, kreasi seni, tradisi, budaya, pelayanan,

hasil-hasil perikanan.

jasa, sumber daya alam, dan sumber daya

Selanjutnya, perikanan budidaya air tawar

manusia yang menjadi keunggulan suatu daerah

di Kota Pekalongan terdiri atas budidaya ikan

(Dwitagama, 2007). Dengan kata lain, di-

konsumsi dan budidaya ikan hias. Jenis ikan

simpulkan bahwa keunggulan lokal merupakan

konsumsi yang banyak dibudidayakan adalah

suatu proses dan realisasi peningkatan nilai dari

ikan lele dan ikan nila. Budidaya ikan lele yang

suatu potensi daerah sehingga menjadi produk/

dilakukan oleh masyarakat mengalami per-

119

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 2, Agustus 2015

kembangan yang signifikan karena permintaan

melakaukan studi Peningkatan Kebutuhan

konsumen dari waktu ke waktu bertambah tinggi.

Pendidikana Kejuruan Untuk Mendukung Potensi

Kegiatan budidaya ikan hias di Pekalongan juga

Lokal Perikanan di Kecamatan Pangkalbalam dan

mengalami perkembangan, antara lain adanya

Kecamatan Bukit Intan, menunjukkan bahwa

pasar ikan hias dan asosiasi pecinta ikan hias

potensi lokal perikanan di kedua kecamatan

pekalongan (APIHKAL) yang sering menyeleng-

tersebut sangat tinggi dan keberadaan SMKN

garakan kontes dan ekspo baik lokal maupun

di lokasi tersebut sangat diperlukan dalam upaya

nasional (Pemerintah Kota Pekalongan, 2011).

meningkatkan nilai keekonomian melalui

Budidaya air payau (tambak) mengalami

pengolahan perikanan.

perkembangan yang cukup berarti, di mana jenis

Potensi SDA perikanan mendukung kebera-

“kultivan” yang dominan dibudidayakan yaitu

daan SMAN 2 Pekalongan dalam menye-

ikan bandeng, udang, kepiting dan rumput laut.

lenggarakan PBKL kelautan/perikanan dengan

Rumput laut (gracillaria sp) masih dalam taraf

tujuan agar peserta didik yang sebagian besar

uji coba, pertumbuhannya yang sangat

tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang

prespektif untuk lebih dikembangkan. Perikanan

yang lebih tinggi dapat mengenal keunggulan

budidaya di kota Pekalongan yang berkembang

lokal di lingkungannya dan mengetahui dasar-

dengan baik dan memiliki potensi untuk dikelola

dasar pengelolaan perikanan sehingga setelah

secara lebih optimal terdiri atas budidaya ikan

lulus dari SMAN 2 Pekalongan mampu menghidupi

air tawar dan ikan air payau.

dirinya (survive live) dengan kompetensi yang

Penangkapan ikan dimaksudkan sebagai

dimiliki di bidang perikanan.

usaha penangkapan ikan di laut dengan kapal

Hasil penelitian terdahulu yang relevan

dan berbagai alat tangkap, baik dari jenis jaring

seperti “Studi Evaluasi Kesiapan Melaksanakan

maupun pancing. Jenis ikan yang ditangkap

Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal di Sekolah

antara lain: kakap, tuna, lemuru, layur, cumi-

Menengah Atas Negeri 1 Praya Lombok Timur”

cumi, kembung, tengiri dan lain-lain untuk ekspor

menunjukkan bahwa sekolah penyelenggara

maupun konsumsi sendiri dan industri lokal.

PBKL telah siap melaksanakan dari aspek CIP

Prospek pasar, pengembangan perikanan

(contex, input, dan product). Namun, dalam

tangkap didukung oleh ketersediaan pelabuhan

pelaksanaannya mengalami kendala antara lain

pendaratan ikan (PPI) dan tempat pelelangan

dalam hal: a) pengelolaan program yang belum

ikan (TPI) yang telah dikenal oleh pedagang

transparan; b) keterbatasan sarana dan

ikan di beberapa kabupaten sekitar Pekalongan

prasarana pembelajaran, dan c) kualitas SDM

sampai di luar provinsi dan pulau di Indonesia.

masih kurang dalam memahami program PBKL

Hasil diskusi dengan pihak DUDI melalui focus

(Ahsin, 2012). Upaya penanggulangan kendala

group discussion (FGD) mengungkapkan, bahwa

dilakukan melalui pelaksanaan sosialisasi

permintaan ikan tangkap jauh lebih besar

program PBKL secara optimal dengan melibatkan

dibanding suplai ikan yang mendarat di PPI kota

para pemangku kepentingan pengelolaan/

Pekalongan. Hal ini didukung oleh penelitian

manajemen PBKL secara terbuka/transparan di

Tiarso (2012) terkait dengan potensi dan

samping meningkatkan kualitas SDM (guru) dan

peluang pengembangan usaha perikanan

bermusyawarah dengan guru, komite sekolah,

tangkap di pantura Jawa Tengah yang

tokoh masyarakat, dinas terkait, pemda

menyatakan bahwa di sepanjang pantura Jawa

setempat sehingga masing-masing memiliki

Tengah memiliki potensi yang tinggi dalam

peran dan tanggung jawab sesuai dengan peran

menghasilkan ikan tangkap dan pemanfaatan

dan fungsinya (Ahsin, 2012).

sumber daya perikanan tangkap.
Di samping itu, berkaitan dengan potensi
lokal pengelolaan perikanan (Herigal 2009)

120

Subijanto, Kebijakan Program Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Pekalongan

METODE

Rp 20.000.000 dari Pemerintah Daerah

Studi ini merupakan studi kasus di SMA Negeri

Pekalongan. Namun, bantuan dari pusat tidak

2 Pekalongan yang mendeskripsikan pelak-

berjalan sebagaimana mestinya sejak tahun

sanaan kebijakan pembelajaran berbasis

ajaran 2008/2009, karena kebijakan program

keunggulan lokal di bidang perikanan. Teknik

PBKL berawal dari pemilihan sekolah mandiri dan

pengumpulan data dilakukan dengan cara

RSBI yang kemudian atas putusan Mahkamah

wawancara, observasi dokumen, dan diskusi

Konstitusi Nomor 5/PUU-X/2012 sekolah RSBI

terfokus (focus group discussion). Penelitian

tidak diperbolehkan beroperasi lagi.

dilaksanakan pada tanggal 9 sampai dengan 13

Penerapan kebijakan PBKL memerlukan

Juni 2015 di Sekolah Menengah Atas (SMA)

sinergi antara sekolah, guru, dan siswa agar

Negeri 2 Pekalongan. Responden studi terdiri

siswa mampu mengatur waktu antara mem-

atas kepala sekolah, guru, tokoh masyarakat

pelajari persiapan materi tes formatif dan tes

di bidang perikanan, komite sekolah, perwakilan

sumatif, materi ujian nasional, dan materi PBKL.

dunia usaha dan dunia industri perikanan,

Di samping itu, sangat diperlukan sinergi antara

Analisis deskriptif mencakup komponen

sekolah dengan masyarakat, dunia usaha dan

pelaksanaan program pembelajaran berbasis

dunia industri, birokrasi, untuk menunjang

keunggulan lokal termasuk ketersediaan sarana

kebutuhan pendidik, sarana dan prasarana,

dan prasarana, ketersediaan pendidik, dan

serta dana operasional.

ketersediaan dana operasional, serta keber-

Tantangan penyelenggaraan program PBKL

manfaatan program PBKL bagi peserta didik

di SMAN 2 Pekalongan yang dominan yaitu

maupun nilai tambah ekonomi (kesejahteraan)

adanya bencana air rob (air laut) tahunan yang

bagi masyarakat di lingkungan sekolah.

selalu mengganggu proses pembelajaan. Kepala
sekolah sebagai manajer lembaga pendidikan,

HASIL DAN PEMBAHASAN

dituntut untuk membenahi kondisi sarana dan

Keberlanjutan pelaksanaan program PBKL

prasarana kolam ikan manakala terjadi

Setelah bantuan program PBKL dari Direktorat

meluapnya “air rob” dari laut yang berjarak ± 1

Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Ditjen

km dari sekolah. Apabila, terjadi air pasang (air

Mandikdasmen ke sekolah piloting dihentikan,

rob), ikan pun keluar dari kolam, bahkan sekolah

maka program tersebut diserahkan kepada dinas

terkadang terpaksa diliburkan.

pendidikan kabupaten/kota sesuai dengan

Informasi yang diperoleh dari hasil

kewenangan otonomi daerah. Pada tahap awal,

wawancara dengan kepala sekolah dan guru

kebijakan PBKL di kota Pekalongan diimple-

mengindikasikan bahwa pada tahun 2006

mentasikan di sekolah yang telah dinilai

sekolah mendapat tawaran bantuan dana

memenuhi kategori sebagai sekolah mandiri

pendamping untuk melaksanakan PBKL, dengan

(SKM), seperti di SMAN 2 Pekalongan.

beberapa syarat antara lain: a) mengajukan

Selanjutnya, beberapa sekolah mengikuti untuk

proposal sebagai sekolah penyelenggara PBKL,

melaksanakan program PBKL sesuai dengan

b) 50% lulusan tidak melanjutkan pendidikan

potensi sumber daya alam (SDA), potensi

ke jenjang yang lebih tinggi (kuliah), c) lokasi

sumber daya manusia (SDM), potensi geografis,

sekolah berdekatan dengan potensi geografis,

potensi budaya, dan potensi historis. Penetapan

berjarak 1 km dari pantai. Atas pertimbangan

jenis PBKL di SMAN ditetapkan berdasarkan hasil

tersebut, SMAN 2 Pekalongan ditunjuk sebagai

analisis potensi kota Pekalongan yang kemudian

sekolah PBKL berwawasan keunggulan kelautan/

disetujui oleh pemda setempat.

perikanan. Sebagai persiapan awal, sekolah diberi

SMAN 2 Pekalongan mendapat bantuan dana

masukan untuk membuat tambak sebagai media

operasional sebesar Rp 50.000.000/tahun (dari

pembelajaran perikanan, dengan menyusun

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah) dan

kurikulumnya sendiri. Dengan rincian kelas X

121

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 2, Agustus 2015

diberi materi pembelajaan wawasan pengairan

Pekalongan. Sampai sekarang, SMAN 2

kelautan, kelas XI diberi materi pembelajaan

Pekalongan belum dapat menyelesaikan

pembesaran ikan, dan kelas XII diberi materi

penanganan banjir air rob. Hal ini didukung oleh

pembelajaan pengolahan hasil pangan ikan.

hasil FGD baik pernyataan guru maupun kepala

Kurikulum untuk ketiga materi pembelajaran

sekolah sebagai berikut.

dibuat sendiri, yang materinya tidak terintegrasi

“Permasalahan terkait dengan banjir air rob,

dalam suatu mata pelajaran tertentu, melainkan

kami memang belum mampu untuk

berdiri sendiri dengan alokasi waktu 2 jam/minggu

mengatasi masalah banjir, karena sekolah

yang diajarkan melalui keterampilan. Pada saat

kami hanya terkena dampaknya. Dampak

ini, hal itu menjadi masalah tersendiri karena

tersebut antara lain jika terjadi pasang air

kesulitan mencari guru yang betul-betul sesuai/

rob masuk ke sekolah, proses belajar-

spesifik. Dari masalah tersebut SMAN 2

mengajar sementara waktu diliburkan sampai

Pekalongan sempat di bantu oleh Dinas

air laut surut. Kemudian, kondisi kolam ikan

Perikanan Pekalongan. Sebagaimana dikatakan

terlihat seperti hamparan laut tanpa terlihat

oleh Tuti Hartati salah satu Guru SMAN 2

tembok pembatas kolam sehingga ikannya

Pekalongan, bahwa sekolah terkadang terkena

berhamburan keluar kolam. Mestinya,

banjir, sehingga ikannya habis keluar dari kolam.

masalah banjir air rob ditanggulangi bersama

Guru tersebut mengambil inisiatif, yaitu

oleh instanassi terkait (Dinas Pekerjaan

mengajak teman-teman sesama guru yang

Umum, Dinas Pendidikan, dinas lain yang

spesialis mengajari pengolahan hasil pangan ikan

menangani masalah bencana alam, dan

untuk dibuat “nugget” (dari bahan dasar ikan

pemerintah daerah setempat (guru SMAN

dicampur dengan sukun dan labu).

2 Pekalongan)”

Kepala sekolah menjelaskan bahwa sekolah

Menurut kepala sekolah, “kami di SMAN 2

beserta warga sekolah belum mampu mengatasi

lebih memperhatikan penanganan biaya

masalah gangguan pembelajaran jika terjadi

operasional pembelajaran PBKL, karena

banjir air rob. Dampak meluapnya air rob

keberadaaan kolam ikan sebagai labora-

terhadap keberadaan kolam ikan selalu silih

torium pembelajaran anak-anak, maka

berganti. Menurutnya, masalah banjir akan

anggaran dari sekolah kita dimasukkan

dapat teratasi antara lain dengan meninggikan

untuk itu. Itu pun hanya untuk biaya

tembok pembatas kolam ikan untuk menghalangi

praktikum karena praktikumnya bermacam-

masuknya air rob ke dalam kolam ikan dan

macam dan terus-menerus, adakalanya

melengkapi sejumlah pompa air untuk meng-

ada yang dibiayai dan terkadang biaya dari

urangi debit ketinggian air yang masuk ke dalam

anak-anak. Untuk benih itu dibiayai, jadi

kolam maupun halaman sekolah apabila terjadi

karena kelas XI juga ada benih, biaya benih

banjir air rob. Upaya yang dilakukan pihak sekolah

diambilkan sebagian dari dana bantuan dari

dalam mengurangi dampak meluapnya air rob

provinsi sebesar Rp 20.000.000/tahun.

lebih bersifat sementara. Penanganan yang

Kemudian ada bantuan biaya dari komite

dilakukan seharusnya secara tepadu antara

sekolah untuk biaya pembelian pakan, dan

sekolah dengan para pemangku kepentingan

tekadang

pendidikan (stakeholders). Seperti Dinas

pembesaran ikan telah kami berikan informasi

Pekerjaan Umum atau instansi lain yang terkait

dan arahan seminggu sebelum pelaksanaan

bersama pemerintah daerah “turun tangan”

praktik karena peserta didik harus

dalam mengatasi masalah banjir air rob. Sudah

mengumpulkan uang rata-rata mencapai Rp

menjadi keniscayaan bahwa hal ini merupakan

500.000 untuk setiap pembelian pakan.

tanggung jawab bersama antara sekolah dengan

Biaya pakan kadang-kadang dapat dari hasil

para pemangku kepentingan pendidikan di kota

jual ikan waktu musim panen. Panen ikan

122

dari

peserta

didik.

Biaya

Subijanto, Kebijakan Program Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Pekalongan

dapat diharapkan manakala frekuensi

Konsep Pendidikan Berbasis Keunggulan

terjadinya air pasang rob jarang terjadi

Lokal (PBKL) di SMA dan SMA Berbasis Ke-

dalam kurun waktu tertentu”.

unggulan Lokal Kelautan di sejumlah SMA juga

“Alhamdulillah, tahun ini (2015) banjir

belum memperoleh hasil yang optimal dan tidak

robnya tidak sampai meluap masuk ke

berkesinambungan (Direktorat Pembinaan SMA,

sekolah dan kolam ikan, sehingga kami

2010). Hal ini disebabkan unsur pendidik dan

dapat memanen ikan. Hasil panen ikan

tenaga kependidikan belum sepenuhnya

(walaupun ikan belum sampai besar) laku

memahami program tersebut. Di samping itu,

dijual di pasar, seharga Rp15.000/kg.

program yang dilaksanakan tersebut bukan

Penjualan ikan bulan lalu hanya mencapai

menjadi bagian dari struktur kurikulum dan

Rp 150.000, karena kerambanya banyak

pembelajaran di sekolah. Sampai saat ini,

yang berlubang (bolong), dan kondisi jaring

kebijakan PBKL Kelautan di SMAN 2 Pekalongan

(net) keramba rusak dimakan usia dan

masih menyisakan masalah permanen yaitu

belum diperbaiki secara menyeluruh”.

peninggian tembok batas kolam yang cukup luas

Menurut Walikota Pekalongan, rencana

belum dilakukan dan dana rutinitas perawatan

penanggulangan banjir air rob, akan

perangkat kolam belum dialokasikan, sehingga

dilakukan koordinasi penanganannya dengan

fungsi kolam sebagai media pembelajaran belum

instansi lain terkait (dinas PU, dan lain-lain),

berfungsi secara optimal. Akibatnya, penge-

sehingga sekolah dapat melaksanakan

tahuan dan kompetensi/keterampilan peserta

kegiatan sebagaimana mestinya”.

didik belum dapat dicapai sepenuhnya pada

“Untuk penanggulangan kerusakan kolam

setiap tahapan kompetensi dasar (KD). Kepala

ikan dan jaring keramba terus terang masih

sekolah juga menuturkan bahwa dalam

belum terealisasi seluruhnya, untuk

pembelajaran praktik program PBKL perikanan

sementara saya masih berkonsentrasi

secara psikologis terdapat perbedaan “sikap”

dengan kondisi sekolah yang membutuhkan

antara peserta didik laki-laki (lebih aktif) dan

pemikiran penanggulangan bencana air rob.

perempuan (kurang aktif) manakala melakukan

Jadi konsentrasinya saya itu masih ke

praktik pembelajaran perikanan masuk ke dalam

sarana-prasarana yang pokok yaitu keter-

kolam ikan.

sediaan sarana prasarana pembelajaran.

Meskipun masih sering terjadi banjir air rob

Tenaga pikiran saya masih terkonsentrasi

dan masalah ini belum terpecahkan, tidak

untuk pembelajaran yang tahun lalu kena

menghalangi niat kepala sekolah dan warga

dampak banjir, sehingga kita harus me-

sekolah serta komite sekolah untuk tetap

naikkan tembok pembatas tambak secara

melanjutkan kebijakan program PBKL sebagai

bertahap agar tidak terkena luapan banjir

salah satu keunggulaan lokal Kelautan/Perikanan

lagi. Kalau masalah kolam tambak dan

sembari berusaha bersama dan melakukan

perangkatnya, dengan senang hati kami

koordinasi dengan instansi terkait untuk

kalau masalah ini disampaikan ke Direktorat

mengurangi hambatan tersebut. Keberlanjutan

Pembinaan SMA Jakarta untuk memperoleh

program PBKL Kelautan/Perikanan di SMAN 2

bantuan anggaran perbaikan sarana

Pekalongan didukung prinsip manajemen berbasis

prasarana yang kami perlukan. Dana

sekolah (MBS) sebagai bentuk otonomi sekolah

bantuan, kami memang sering mendapatkan

dalam mengembangkan program-program

hampir setiap tahun, tapi karena SMAN 2

kegiatan inovasi di sekolahnya. Menurut kepala

setiap tahunnya terkena musibah bencana

sekolah, keberlanjutan (sustainability) program

air rob, maka biaya operasionalnya selalu

ini tentunya sangat tergantung dari kebijakan

kurang mencukupi untuk operasional PBKL

kepala sekolah (baru) manakala suatu saat

Perikanan”.

terjadi pergantian kepala sekolah, termasuk ada

123

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 2, Agustus 2015

tidaknya dukungan dari pejabat birokrasi di

Berdasarkan indikator-indikator di atas,

tingkat pemda setempat dan wakil rakyat

indikator kualitas pembelajaran perikanan

(anggota DPRD/komisi yang membidangi bidang

direduksi menjadi 5 indikator, yang dianggap

pendidikan) secara harmonis dalam mewujudkan

memiliki peranan cukup besar dalam menentukan

“ekosistem pendidikan” di Kota Pekalongan.

kualitas pembelajaran. Kelima indikator tersebut
meliputi: 1) kinerja guru dalam kegiatan belajar

Kebermanfaatan Program PBKL bagi

mengajar di kelas; 2) sarana pembelajaran peri-

Peserta Didik

kanan; 3) menggunakan teknologi pembelajaran

Keberhasilan program pembelajaran PBKL

yang tepat; 4) sikap siswa terhadap pelajaran

Perikanan sangat ditentukan oleh kualitas

perikanan; dan 5) motivasi belajar siswa (Aman

pendidik (guru) dan iklim kelas (classroom

dan Dyah, 2008).

climate) yang kondusif serta ketersediaan

Pembelajaran di SMA Negeri 2 kota

sarana dan prasarana yang memadai sesuai

Pekalongan tidak selalu dapat memenuhi kelima

dengan standar yang dipersyaratkan (SNP).

indikator tersebut dikarenakan keberadaan guru,

Kegiatan pembelajaran akan berkualitas dan

siswa, sarana dan prasarana dan iklim kelas

bermakna bagi siswa apabila didukung oleh guru

yang kurang kondusif dalam arti iklim sekolah

yang profesional. Di samping itu, kualitas

manakala terjadi banjir air rob sebagai salah

pembelajaran juga dapat dipengaruhi oleh siswa

satu faktor dominan yang mempengaruhi

yang berkualitas (memiliki kecerdasan, memiliki

pembelajaran di sekolah.

motivasi belajar yang tinggi dan sikap positif
dalam belajar)

Namun demikian, keunggulan lokal di SMAN
2 Pekalongan diinspirasi oleh berbagai potensi,

Kualitas pembelajaran dapat diukur dengan

antara lain potensi sumber daya alam (SDA).

menggunakan beberapa indikator keberhasilan

Konsep PBKL pada hakikatnya didukung oleh

pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran

berbagai legal formal yang terkait. Oleh karena

merupakan kolektivitas peran guru, siswa,

itu, pemberian materi PBKL berorientasi pada

sarana pembelajaran, lingkungan kelas, dan

keperluan peserta didik SMAN 2 Pekalongan,

budaya kelas. Semua indikator tersebut harus

antara lain agar: a) peserta didik mengetahui

saling mendukung dalam sebuah sistem

keunggulan lokal di daerahnya khususnya

pembelajaran yang berkualitas. Untuk menge-

perikanan; b) peserta didik memahami berbagai

tahui tingkat kualitas pembelajaran dalam

aspek yang berhubungan dengan keunggulan

pembelajaran, maka perlu diketahui dan

lokal di daerahnya; dan c) peserta didik mampu

dirumuskan indikator-indikator kualitas pem-

mengolah sumber daya yang dapat berkontribusi

belajaran. Menurut Morrison, Mokashi dan Cotter

dalam pelayanan/jasa atau kegiatan lain yang

(2006) dalam Aman dan Dyah (2008) telah

berkaitan dengan keunggulan lokal; d) setelah

dirumuskan sebanyak 44 indikator kualitas

lulus peserta didik dapat menghidupi dirinya

pembelajaran yang kemudian direduksi menjadi

dengan memperoleh penghasilan, sekaligus

sepuluh indikator. Kesepuluh indikator kualitas

melestarikan budaya, tradisi, dan sumber daya

pembelajaran tersebut meliputi: 1) Rich and

yang menjadi unggulan daerah, serta mampu

stimulating physical environment; 2) Classroom

bersaing secara nasional.

climate condusive to learning; 3) Clear and high

Untuk mewujudkan kebutuhan peserta didik,

expectation for all student; 4) Coherent,

SMAN 2 Pekalongan dilengkapi dengan berbagai

focused instruction; 5) Thoughtful discourse;

sarana dan prsarana sebagai berikut. Sejak

6) Authentic learning; 7) Regular diagnostic

tahun pelajaran 2006/2007 SMAN 2 Pekalongan

assessment for learning; 8) Reading and writing

telah mempunyai fasilitas tambak yang dikelola

activities; 9) Mathematical

oleh guru dan siswa. Di sekitar sekolah, terdapat

as

essential

reasoning; 10) Effective use of technology.

124

sarana dan prasarana yang relevan yaitu tempat

Subijanto, Kebijakan Program Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Pekalongan

pelelangan ikan (TPI). Pada tahun pelajaran

satu unit komputer, kursi dan meja tamu.

2008/2009, SMAN 2 Kota Pekalongan ditunjuk

Ruang kepala sekolah ini merupakan ruang

sebagai Rintisan Sekolah Kategori Mandiri

kerja terpisah dari ruang yang lain. Adapun

(RSKM). Bangunan sekolah memiliki luas tanah

ruang kerja tersendiri yang disediakan untuk

3 hektar yang masih dalam kondisi baik,

meningkatkan profesionalisme kerja dan

dilengkapi dengan sarana dan prasarana

mempermudah konsentrasi kerja.
2.

pembelajaran yang mencukupi untuk menunjang

Ruang Guru, dengan luas kurang lebih 96m²

kegiatan belajar-mengajar. Ketersediaan sarana

dilengkapi dengan seperangkat komputer

dan prasarana pembelajaran di SMAN 2

dan asesoris/komponennya.
3.

Pekalongan sebagaimana tertera pada Tabel 1.

Ruang Tata Usaha, dengan luas 42m2, berfungsi sebagai pusat administrasi sekolah.

Fasilitas sekolah secara umum dapat
4.

berpengaruh terhadap kenyamanan proses

Ruang Perpustakaan, mempunyai luas

belajar-mengajar dan aktivitas lain yang ada di

kurang lebih 76m2. Ruang ini mempunyai

dalamnya. Secara rinci, fasilitas-fasilitas yang

tata ruang udara yang memadai, sehingga

ada di SMAN 2 Pekalongan terdiri atas:

udara dan cahaya dapat bertukar dengan

1.

Ruang Kepala Sekolah, dilengkapi dengan

normal. Perpustakaan ini memiliki beberapa

seperangkat sarana pendidikan antara lain,

buah almari, rak buku yang cukup besar

Tabel 1 Sarana Pemebelajaran SMAN 2 Pekalongan

!
!
"

"
"

"

#

Sumber: SMAN 2 Kota Pekalongan, 2014.

Tabel 2 Ketersediaan Prasarana SMAN 2 Pekalongan
$
&

!

'

(

%

$

$

)
"

"

*

+ ,

/

+ ,

#

+ ,

-

.

.

$
&

&
0

1

%

1

$

2! !
2 $
&
"

(

!

*
Sumber: SMAN 2 Kota Pekalongan, 2014.

125

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 2, Agustus 2015

5.

dan beberapa meja kursi untuk membaca.

lemari untuk menyimpan data, dan meja

Buku-buku yang tersedia mayoritas buku-

kursi untuk konsultasi peserta didik. Program

buku pengembangan untuk meningkatkan

BP meliputi seluruh kegiatan bimbingan dan

pengetahuan peserta didik berkenaan

penyuluhan yang berupa jenis-jensis

dengan ilmu yang sedang dipelajari. Meja

pelayanan dan berbagai pendukung lainnya.

kursi yang berfungsi sebagai tempat

Bentuk-bentuk layanan BP/BK yakni layanan

membaca berada di tengah-tengah dan rak-

orientasi, layanan informasi, layanan

rak buku di sebelah meja kursi membaca.

penempatan/penyaluran, layanan pembe-

Ruang Laboratorium terdiri atas Labo-

lajaran, layanan konseling perorangan,

ratorium kimia, fisika dan biologi. Labo-

layanan konseling kelompok dan layanan

ratorium fisika dan biologi saling ber-

bimbingan kelompok. Di SMAN 2 Pekalongan

dampingan terletak di sebelah ruang

kasus atau masalah yang sering ditangani

multimedia dan terpisah dengan laboratorium

oleh bagian BK yaitu peserta didik yang

kimia yang terletak di sebelah ruang multi-

datang terlambat. Peserta didik yang

media. Sebagai sarana penunjang pelajaran

terlambat sekali dikenakan hukuman untuk

kimia, fisika dan biologi, SMAN 2 Pekalongan

membersihkan lingkungan kelas, sedangkan

menyediakan laboratorium untuk mata

yang lebih dari sekali mendapat teguran dan

pelajaran kimia, fisika dan biologi dengan

surat peringatan. Ruang UKS terdapat di

luas ruangan masing-masing sebesar 76m2.

sebelah paling timur dari bangunan yang

Peralatan yang terdapat di laboratorium

berada di depan perpustakaan dan dapat

kimia sudah cukup memadai. Meskipun

dimanfaatkan oleh peserta didik yang

laboratorium sudah cukup baik akan tetapi

membutuhkan perawatan kesehatan di

pemanfaatannya masih sangat kurang. Hal

sekolah karena terdapat seorang dokter

ini dikarenakan apabila akan melakukan

yang membantu untuk menangani masalah

praktikum memerlukan persiapan yang lama.

kesehatan dari masyarakat SMAN 2

Fasilitas yang ada dalam laboratorium

Pekalongan.

komputer meliputi komputer, headphone,

6.

7.

126

8.

Ruang Kelas, terdiri atas 24 ruang kelas

dan tape recorder. Laboratorium Bahasa

untuk kelas X, XI, dan XI. Tiap ruang memiliki

yang ada di SMAN 2 Pekalongan digunakan

interior dan warna yang berbeda-beda

sebagai penunjang dalam proses belajar

sehingga peserta didik lebih nyaman dalam

Bahasa Inggris khususnya listening. Fasilitas

belajar. Fasilitas yang dapat ditemukan dari

yang terdapat dalam laboratorium bahasa

masing-masing ruang kelas meliputi: meja

yaitu, komputer, headphone, dan tape

dan kursi guru sebanyak 1 pasang, meja

recorder.

dan kursi murid sebanyak jumlah peserta

Ruang OSIS, digunakan sebagai tempat

didik yaitu ± 20 pasang, 1 buah white

untuk penyimpanan perlengkapan upacara,

board, 1 speaker/pengeras suara, dan 1

di dalamnya terdapat 14 meja kerja dan

buah LCD yang terpasang di setiap kelas.

satu unit komputer.

Selain itu, iklim sekolah (school climate)
2

dan keberadaan guru serta peserta didik telah

merupakan salah satu wadah yang

tercipta dalam suasana yang harmonis, kondusif,

digunakan untuk membantu peserta didik

dan edukatif. Berbagai kegiatan di sekolah, baik

dalam meyelesaikan masalah pribadi,

kegiatan intra maupun ekstra berjalan sesuai

menggali segala potensi yang ada agar

dengan program yang dijadwalkan. Hal ini

dapat dikembangkan dan diaktualisasikan

sebagai salah satu indikator adanya hubungan

dalam kehidupan nyata. Fasilitas dalam

yang harmonis antara kepala sekolah dan guru.

ruang BP/BK dilengkapi dengan ruang tamu,

Interaksi sosial antara guru dalam keseharianya

Ruang BK dan UKS, memiliki luas 28m

Subijanto, Kebijakan Program Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Pekalongan

di sekolah melalui pembiasaan saling tegur-sapa,

tambahan (honor). Masalah sertifikasi guru ada

saling mengingatkan, dan mengajak kebaikan

dua klasifikasi, yaitu K1 (konsentrasi 1) dan K2

sebagai insan yang bermartabat.

(konsentrasi 2). Untuk K1 diperuntukkan bagi

Interaksi sosial antara siswa yang satu

guru yang sudah terlanjur menjadi guru dengan

dengan siswa lainnya, juga terjalin dengan baik.

status PNS, namun mengampu mata pelajaran

Di dalam kelas pun mereka terlihat kompak,

yang tidak sesuai dengan latar belakang program

bersahabat, dan saling membantu dalam

studi (mis match). Adapun kategori K2, bagi

keperluan pembelajaran dan kebaikan. Selain

guru harus sesuai dengan kompetensi kualifikasi

itu, interaksi yang mereka bentuk tidak hanya

pendidikan (S1/D4) dengan mata pelajaran yang

dengan sesama siswa satu kelas tetapi dengan

diajarkan sehingga dapat mengikuti uji sertifikasi.

siswa lintas kelas dalam lingkungan sekolah.

Bagi guru pengampu mata pelajaran kelompok

Interaksi guru dengan siswa cukup baik

produksi dan tidak sesuai dengan mata pelajaran

contoh, apabila siswa bertemu guru, siswa akan

yang diampunya maka kebijakan sekolah, guru

menyapa guru dan mencium tangan guru. Begitu

diberi kesempatan untuk “alih fungsi” sesuai

juga guru, akan mengajak siswa-siswanya untuk

dengan minat dan penyesuaian tugas. Bagi guru

berkolaborasi dalam membicarakan soal

yang belum memenuhi persyaratan pendidikan

pembelajaran di waktu jam istirahat, dan bahkan

berkualifikasi S1 wajib menempuhnya karena

masalah aktual sosial kemasyarakatan yang

dipersyaratkan oleh Undang-Undang Republik

sedang hangat. Guru akan menegur dan memberi

Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 bahwa kua-

sanksi bagi siswa yang melanggar peraturan

lifikasi pendidikan bagi pendidik sekurang-

sekolah. Hubungan guru dengan staf tata usaha

kurangnya berkualifikasi S1. Hasil diskusi

dan warga sekolah lainnya tercipta dengan

terpimpin (focus group discussion) meng-

harmonis. Hal ini terlihat antara guru dengan

indikasikan masih adanya masalah dalam

staf tata usaha yang saling menyapa dan

pelaksanaan sertifikasi guru yang mengajar mata

adanya komunikasi lewat fasilitas sekolah

pelajaran PBKL perikanan, yaitu konsentrasi satu

seperti microphone. Hal ini memudahkan guru

(K1) dan konsentrasi dua (K2).

untuk berinteraksi dengan staf tata usaha

Tahun 2006 sekolah mendapat tawaran

maupun dengan siswa, seperti memberikan

dana pendamping untuk melaksanakan PBKL

informasi yang saling diperlukan.

melalui surat edaran dengan mengajukan

Berdasarkan pengamatan dan wawancara

proposal yang syarat untuk menjadi sekolah PBKL

dari berbagai pihak warga sekolah mengin-

adalah 50% siswanya tidak melanjutkan

dikasikan bahwa iklim sekolah (school climate)

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (kuliah),

di SMAN 2 Pekalongan telah terjadi interaksi

berdekatan dengan potensi geografis yaitu

sosial baik itu kepala sekolah-guru, guru-guru,

lokasi SMAN 2 berjarak 1 km dari pantai. Atas

siswa-siswa, guru-siswa, dan guru-staf tata

pertimbangan itu, maka SMAN 2 Pekalongan

usaha, dengan menjunjung prinsip saling

ditunjuk sebagai sekolah PBKL berwawasan

menghargai dan bergotong-royong dalam

keunggulan Kelautan. Sekolah ini diberi doktrin

menciptakan iklim sekolah yang lebih kondusif

untuk membuat tambak, sehingga menyusun

dan edukatif (SMAN 2 Kota Pekalaongan, 2014).

kurikulum sendiri. Kelas X diberi materi

Namun demikian, para pendidik PBKL di

pembelajaran Wawasan Pengairan Kelautan,

SMAN 2 Pekalongan berkaitan dengan masalah

kelas XI diberi materi pembelajaran Pembesaran

sertifikasi guru menunjukkan masih belum tuntas.

Ikan, dan kelas XII diberi materi pembelajaran

Hal ini dikarenakan latar belakang pendidik belum

Pengolahan Hasil Pangan Ikan.

sesuai dengan mata pelajaraan yang diampunya

Kurikulum untuk ketiga materi pembelajaran

(miss match ). Dalam masalah ini untuk

tersebut dibuat sendiri dan di SMA Negeri 2

mengatasinya, dilakukan dengan merekrut guru

materi tersebut tidak terintegrasi, tetapi terdiri

127

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 21, Nomor 2, Agustus 2015

2 jam khusus untuk Mata Pelajaran Kelautan,

Hasil pembelajaran praktik PBKL di SMAN 2

sebagai keterampilan dan bukan muatan lokal

Pekalongan masih dalam taraf pengenalan dasar-

(mulok). Dengan spesifikasi seperti itu timbul

dasar membudidayakan ikan air tawar (tambak)

kesulitan mencari guru yang sesuai. Seorang

seperti memberi pakan (makanan ikan),

guru menjelaskan bahwa sebelumnya sekolah

membersihkan keramba pada kurun waktu

dibantu oleh Dinas Perikanan Darat Pekalongan.

tertentu. Keuntungan dar