PERKEMBANGAN EMOSIONAL ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS IX SMPLB DI SLB PURNAMA ASIH BANDUNG.

(1)

PERKEMBANGAN EMOSIONAL ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS IX SMPLB DI SLB PURNAMA ASIH BANDUNG

SKRIPSI

DiajukanuntukmemenuhisebagiandarisyaratuntukmemperolehGelar SarjanaPendidikan

JurusanPendidikanKhusus

Oleh :

FERA FEBRIYANTI

0901559

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PERKEMBANGAN EMOSIONAL ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS IX SMPLB DI SLB PURNAMA ASIH BANDUNG

Oleh Fera Febriyanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Fera Febriyanti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

i ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Perkembangan emosional anak tunagrahita sedang kelas IX SMPLB di SLB Purnama Asih Bandung. Penelitian ini berisi tentang perkembangan emosional pada anak tunagrahita sedang. Anak merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses tumbuh kembang dengan pesat di berbagai aspek perkembangan. Salah satunya adalah aspek perkembangan emosi. Kebutuhan perkembangan emosi merupakan hal yang harus dipenuhi untuk mencapai kehidupan yang sehat, bergairah penuh semangat dan bebas dari rasa cemas. Oleh karena itu Anak membutuhkan kondisi-kondisi yang dapat membuat dirinya mampu menyalurkan kebutuhan emosinya serta kebutuhan ini dapat dilakukan melalui bersosialisasi. Perkembangan emosi anak tidak terlepas dari bermacam-macam pengaruh, seperti pengaruh lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah, dan teman-teman sebaya serta aktifitas-aktifitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini didasari karena masa anak-anak identik dengan berbagai macam pengetahuan dari lingkungannya. Emosi berkaitan dengan perasaan yang dialami oleh seseorang. Emosi muncul dalam diri seseorang yang sering diungkapkan dengan berbagai ekspresi seperti sedih, gembira, kecewa, bersemangat, marah, benci dan cinta. Emosi yang diberikan pada perasaan tertentu mempengaruhi pola pikir mengenai perasaan itu dan cara bertindak. Hal ini disebabkan karena emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi perilaku seseorang. Perkembangan emosi anak tunagrahita sedang memang lebih lambat apabila dibandingkan dengan perkembangan emosi anak pada umumnya. Faktor yang menyebabkan perkembangan diri pribadi anak tunagrahita sedang sulit melakukan penyesuaian sosial dalam lingkungan, kegiatan tertentu atau pekerjaan disebabkan oleh faktor sosial emosi. Selain dari itu faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi anak dapat berdampak ataupun berpengaruh pada proses perkembangan emosi pada anak, khususnya anak tunagrahita sedang. Alasan utama munculnya beberapa gangguan emosi disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi seperti pola asuh orangtua yang kurang baik, pengalaman trauma, temperamen, jenis kelamin, usia, perubahan jasmani, perubahan interaksi dengan teman sebaya, perubahan pandangan luar, perubahan interaksi sekolah. Fakor-faktor tersebut menjadi acuan bagaimana perkembangan emosi itu dapat mempengaruhi beberapa aspek pada anak misalnya pada perubahan ekspresi anak pada saat anak mengeluarkan luapan-luapan emosi yang berlebihan. Terkadang faktor-faktor tersebutlah yang dapat mempengaruhi bagaimana perkembangan ekspresi emosi yang dimunculkan oleh anak secara tidak wajar atau secara berlebihan. Kata Kunci : Perkembangan emosi, Tunagrahita sedang, ekspresi emosi


(5)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ………. ii

UCAPAN TERIMAKASIH ………... iii

DAFTAR TABEL ………... viii

DAFTAR GAMBAR ………... ix

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar belakang Masalah ………. 1

B. Fokus masalah penelitian ………... 7

C. Tujuan dan kegunaan Penelitian ……… 8

BAB II Perkembangan emosional Tunagrahita sedang ……... 10

A. Tunagrahita secara umum ……….. 10

B. Tunagrahita sedang ……… 18

C. Faktor perkembangan ekspresi emosi ……… 20

a. Konsep perkembangan ……… 20

b. Pengertian ekspresi ………. 21

c. Pengertian emosi ………. 24

D. Perkembangan emosional selama pertumbuhan ……… 30

E. Perkembangan emosi ………. 32

F. Faktor perkembangan ekspresi emosi anak……….... 37

BAB III METODE PENELITIAN ……… 40


(6)

vi

B. Metode penelitian ……….. 43

C. Instrument penelitian dan teknik pengumpulan data ………… 45 D. Pengujian keabsahan data ………. 49 E. Teknik analisis data ……….. 52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………. 55

A. Hasil penelitian ……… 55

Subjek I

a. Perkembangan Emosional Anak Tunagrahita Sedang…… 55 b. Karakteristik Emosi Anak Tunagrahita Sedang………….. 57 c. Ekspresi Emosi Anak Tunagrahita Sedang………. 58 d. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspresi emosi……….. 61 e. Upaya Guru mewujudkan Perkembangan Emosi Anak…... 63 Subjek II

a. Perkembangan Emosional Anak Tunagrahita Sedang……. 67 b. Karakteristik Emosi Anak Tunagrahita Sedang…………... 69

c. Ekspresi Emosi Anak Tunagrahita Sedang……….. 71

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspresi emosi………... 73 e. Upaya Guru mewujudkan Perkembangan Emosi Anak…… 76 Subjek III

a. Perkembangan Emosional Anak Tunagrahita Sedang…….. 79 b. Karakteristik Emosi Anak Tunagrahita Sedang……… 82 c. Ekspresi Emosi Anak Tunagrahita Sedang………... 84 d. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspresi emosi………… 87 e. Upaya Guru mewujudkan Perkembangan Emosi Anak……. 92

B. Pembahasan ………. 95

a. Perkembangan Emosional Anak Tunagrahita Sedang……... 95 b. Karakteristik Emosi Anak Tunagrahita Sedang………. 98


(7)

vii

c. Ekspresi Emosi Anak Tunagrahita Sedang ………... 102 d. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspresi emosi ………… 103 e. Upaya Guru mewujudkan Perkembangan Emosi Anak…….. 107 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……… …... 111

A. Kesimpulan ………... 111

B. Rekomendasi ……… 113

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah merupakan masa keemasan sekaligus dengan masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya, masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakan dasar-dasar pengembangan fisik, bahasa, sosial, emosional, moral dan nilai-nilai agama, kognitif dan seni.

Pertumbuhan dan perkembangan emosi, yang dapat dilihat dari tingkah laku lainnya yang ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar. Contohnya seperti seorang bayi yang baru lahir ia dapat menangis dan akan mencapai proses kematangannya ketika ia akan tertawa nanti.

Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, yaitu perasaan-perasaan senang atau perasaan-perasaan tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari yang disebut Warna afektif. Warna afektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau samar-samar.

Perbedaan antara emosi dan perasaan tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya merupakan suatu hal yang bersifat kualitatif yang tidak ada batasnya. Terkadang, warna afektif dapat dinyatakan sebagai perasaan atau dapat dinyatakan sebagai emosi. Oleh karena itu, emosi bukan hanya disebabkan karena perasaan saja, tetapi warna afektif yang meliputi keadaan seseorang. Ada yang kuat, lemah atau mungkin samar-samar. Emosi memiliki peranan penting dalam kehidupan anak. Emosi tidak dapat dipisahkan dari aspek perkembangan lainnya seperti fisik, intelektual, bahasa dan kogntif. Selain itu emosi anak, akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan serta mempengaruhi cara penyesuaian diri mereka ketika mereka dewasa nanti (Hurlock, 1978).


(9)

Anak merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses tumbuh kembang dengan pesat di berbagai aspek perkembangan. Salah satunya adalah aspek perkembangan emosi. Kebutuhan perkembangan emosi merupakan hal yang harus dipenuhi untuk mencapai kehidupan yang sehat, bergairah penuh semangat dan bebas dari rasa cemas. Oleh karena itu Anak membutuhkan kondisi-kondisi yang dapat membuat dirinya mampu menyalurkan kebutuhan emosinya serta kebutuhan ini dapat dilakukan melalui bersosialisasi.

Pada saat anak memasuki usia sekolah, anak mulai mempelajari serta menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima dimasyarakat. Oleh karena itu, anak mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Untuk mengendalikan dan mengontrol emosi tersebut maka mereka harus memiliki kecerdasan emosi yang baik.

Kecerdasan emosi sendiri menggambarkan kemampuan seseorang untuk mampu mengelola dorongan-dorongan dalam dirinya terutama dorongan emosinya. Seperti yang diungkapkan oleh Goleman (Efendi, 2005:

171) bahwa kecerdasan emosional adalah: “Kemampuan mengenali perasaan

diri kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam

hubungannya dengan orang lain”.

Lebih lanjut Goleman (Efendi, 2005: 171) mendefinisikan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mampu mengatur Suasana hati, berempati dan berdoa.

Manusia adalah makhluk yang memiliki rasa dan emosi. Hidup manusia diwarnai dengan emosi dan berbagai macam perasaan. Manusia sulit menikmati hidup secara optimal tanpa memiliki emosi. Kita memiliki emosi dan rasa, karena emosi dan rasa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan kita sebagai manusia. Manusia adalah makhluk yang secara alami memiliki emosi. Emosi setiap orang adalah mencerminkan keadaan jiwanya, yang akan tampak secara nyata pada perubahan jasmaninya. Sebagai contoh


(10)

ketika seseorang diliputi emosi marah, wajahnya memerah, napasnya menjadi sesak, otot-otot tangannya akan menegang, dan energi tubuhnya memuncak.

Emosi berkaitan dengan perasaan yang dialami oleh seseorang. Emosi muncul dalam diri seseorang yang sering diungkapkan dengan berbagai ekspresi seperti sedih, gembira, kecewa, bersemangat, marah, benci dan cinta. Emosi yang diberikan pada perasaan tertentu mempengaruhi pola pikir mengenai perasaan itu dan cara bertindak. Hal ini disebabkan karena emosi merupakan factor dominan yang mempengaruhi perilaku seseorang.

Perkembangan emosi anak tidak terlepas dari bermacam-macam pengaruh, seperti pengaruh lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah, dan teman-teman sebaya serta aktifitas-aktifitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini didasari karena masa anak-anak identik dengan berbagai macam pengetahuan dari lingkungannya.

Salah satu emosi yang sulit diatasi adalah rasa marah. Seringkali rasa marah yang dipendam menimbulkan tekanan psikis yang lebih berat. Rasa marah yang terus bergejolak akan menimbulkan Suasana hati yang tidak nyaman, sensitif,dan tidak mengenakan. Sering kali rasa marah dilampiaskan dengan cara-cara yang negatif seperti membanting barang-barang, berteriak-teriak, dan melakukan tindakan kekerasan. Rasa marah yang tidak mampu dikelola secara efektif ini banyak juga yang menimbulkan tindakan balas dendam.

Pada dasarnya emosi manusia bisa dibagi menjadi dua kategori umum jika dilihat dari dampak yang ditimbulkannya. Kategori pertama adalah emosi positif atau biasa disebut dengan efek positif. Emosi positif memberikan dampak yang menyenangkan dan menenangkan. Macam dari emosi positif ini seperti tenang, santai, rileks, gembira, lucu, haru, dan senang. Kategori kedua adalah emosi negatif atau efek negatif. Ketika kita merasakan emosi negatif ini maka dampak yang kita rasakan adalah negatif, tidak menyenangkan dan menyusahkan. Macam dari emosi negatif diantaranya sedih, kecewa, putus asa, depresi, tidak berdaya, frustasi, marah, dendam. Biasanya kita menghindari dan berusaha menghilangkan emosi negatif ini. Adakalanya kita mampu mengendalikannya tetapi adakalanya kita gagal melakukannya. Ketika


(11)

kita gagal mengendalikan atau menyeimbangkan emosi negatif ini maka ketika itu keadaan susasana hati kita menjadi buruk.

Pada hakikatnya, setiap oang itu mempunyai emosi. Dari bangun tidur pagi hari sampai waktu tidur malam hari, kita mengalami macam-macam pengalaman yang menimbulkan berbagai emosi pula. Pada saat makan pagi bersama keluarga misalnya kita merasa gembira atau dalam perjalanan menuju sekolah, menuju kampus kita merasa jengkel karena jalanan macet, sehingga setelah tiba ditempat tujuan, kita merasa malu karena datang terlambat dan seterusnya. Semua itu merupakan emosi kita.

Pada dasarnya emosi memiliki banyak keunggulan diantaranya yaitu emosi adalah bentuk komunikasi yang dapat mempengaruhi orang lain. Guratan ekspresi yang terlihat pada raut muka seseorang adalah bagian dari emosi. Sejak dahulu di dalam kehidupan masyarakat primitif, dan di dalam dunia buas binatang, guratan ekspresi merupakan bentuk komunikasi seperti kata-kata. Saat sekarang pada masyarakat modern, guratan ekspresi merupakan bentuk komunikasi yang lebih cepat dari kata-kata. Saat kita berkomunikasi dengan orang lain atau mengirimkan suatu pesan atau tanda, tentunya secara disadari kita akan sangat sulit untuk mengubah emosi yang kita alami. Contohnya saat kita marah pada orang yang akan ditemui, akan sulit bagi kita mengubah ekspresi kita untuk tersenyum meskipun kita telah berniat untuk tidak marah didepannya.

Anak-anak tunagrahita merupakan individu yang utuh dan unik yang pada umumnya juga memiliki potensi atau kekuatan dalam mengimbangi kelainan yang disandangnya. Oleh karena itu layanan pendidikan yang diberikan diupayakan untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki anak secara optimal.

Kehidupan emosi anak tunagrahita tidak jauh berbeda dengan anak normal, akan tetapi tingkat emosi anak tunagrahita sedang tidak sekaya seperti terdapat pada anak normal. Emosi sendiri merujuk pada suatu perasaan atau pikiran. Pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta rangkaian kecenderungan untuk bertindak. Anak tunagrahita sedang sulit


(12)

dalam mengontrol keadaan emosinya mereka cenderung fluktuatif dalam mengungkapkannya.

Bagi anak luar biasa terutama anak tunagrahita, mereka memiliki kecenderungan gangguan ketidakstabilan emosi, hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor salah satunya yakni akibat keadaan keluarga yang disharmonis, keadaan lingkungan yang kurang baik atau faktor intelegensi, kualitas emosi seseorang antara lain dikarenakan oleh faktor emosi. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah perkembangan individu dapat optimal apabila ada interaksi antara faktor bawaan dari individu itu dengan lingkungannya. Dalam suasana demikian anak berkebutuhan khusus dapat dirangsang untuk lebih berprestasi sesuai dengan kemampuannya dengan menciptakan lingkungan yang kondusif. Perkembangan emosi anak tunagrahita sedang memang lebih lambat apabila dibandingkan dengan perkembangan emosi anak pada umumnya. Faktor yang menyebabkan perkembangan diri pribadi anak tunagrahita sedang sulit melakukan penyesuaian sosial dalam lingkungan, kegiatan tertentu atau pekerjaan disebabkan oleh faktor sosial emosi. Selain dari itu faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi anak dapat berdampak ataupun berpengaruh pada proses perkembangan emosi pada anak, khususnya anak tunagrahita sedang.

Kenyataan yang terdapat dilapangan mengenai emosi pada anak begitu variatif, terkadang anak belum bisa untuk dapat mengendalikan emosinya yang sangat berlebihan terutama pada aspek ekspresi yang menunjang emosi pada anak. Emosi ini sulit untuk dapat dikendalikan dengan baik, untuk itu perlu pengawasan dan bimbingan dari lingkungan sekitar baik itu guru, teman, orangtua, dan masyarakat lingkungannya.

Alasan utama munculnya beberapa gangguan emosi disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi seperti pola asuh orangtua yang kurang baik, pengalaman trauma, temperamen, jenis kelamin, usia, perubahan jasmani, perubahan interaksi dengan teman sebaya, perubahan pandangan luar, perubahan interaksi sekolah. Fakor-faktor tersebut menjadi acuan bagaimana perkembangan emosi itu dapat mempengaruhi beberapa aspek pada anak misalnya pada perubahan ekspresi anak pada saat


(13)

anak mengeluarkan luapan-luapan emosi yang berlebihan. Terkadang faktor-faktor tersebutlah yang dapat mempengaruhi bagaimana perkembangan ekspresi emosi yang dimunculkan oleh anak secara tidak wajar atau secara berlebihan. Dari uraian diatas tersebut, sehingga peneliti tertarik melakukan studi kasus terhadap Perkembangan Emosional Anak Tunagrahita sedang kelas IX SMPLB di SLB Purnama Asih Bandung.

B. Fokus Masalah

Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam aspek perkembangan ekspresi emosi, tetapi tidak berarti bahwa anak tersebut tidak memiliki suatu potensi yang dapat dikembangkan, terlebih pada anak tunagrahita sedang. Dengan memberikan perlakuan yang sesuai, potensi kemampuan perkembangan ekpresi emosional yang ada pada anak tunagrahita sedang dapat dikembangkan secara optimal. Banyak anak tunagrahita yang dapat bersosialisasi, berkomunikasi, dan beradaptasi dengan lingkungannya Hal tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Maka dari itu, pada penelitian ini di fokuskan pada “Bagaimanakah perkembangan emosional anak tunagrahita sedang kelas IX SMPLB di SLB Purnama Asih Bandung?”. Dengan sub fokus masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Perkembangan Emosional Anak Tunagrahita Sedang? 2. Bagaimana Karakteristik Emosi Anak Tunagrahita Sedang? 3. Bagaimana Ekspresi Emosi Anak Tunagrahita Sedang?

4. Bagaimana Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspresi emosi?

5. Bagaimana Upaya yang dilakukan Guru untuk mewujudkan Perkembangan Emosi Anak?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian secara umum:

“Untuk mengetahui bagaimana Perkembangan Emosional anak tunagrahita sedang kelas IX SMPLB di SLB Purnama Asih Bandung”. Dengan sub fokus masalah sebagai berikut :


(14)

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Perkembangan Emosional Anak Tunagrahita Sedang.

2. Untuk Mengetahui Bagaimana Karakteristik Emosi Anak Tunagrahita Sedang.

3. Untuk Mengetahui Bagaimana Ekspresi Emosi Anak Tunagrahita Sedang.

4. Untuk Mengetahui Bagaimana Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspresi emosi.

5. Untuk Mengetahui Bagaimana Upaya yang dilakukan Guru untuk mewujudkan Perkembangan Emosi Anak.

2. Kegunaan Penelitian a. Peneliti

Bagi peneliti sendiri dapat memberi wawasan mengenai perkembangan emosional pada anak tunagrahita sedang dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Selanjutnya memberikan pemahaman mengenai kehidupan anak tunagrahita sedang dan bagaimana cara menanganinya.

b. Guru

Untuk guru diharapkan penelitian ini dapat menjadi sebuah bahan atau acuan dalam mengetahui perkembangan emosional anak tunagrahita sedang di sekolah khususnya dan masyarakat umumnya. c. Sekolah

Bagi sekolah diharapkan penelitian ini dapat memberikan sebuah informasi mengenai perkembangan emosional anak tunagrahita sedang. Serta jenis dan karakteristik perkembangan emosional Anak Tunagrahita sedang.


(15)

Diharapkan dapat memberikan sebuah gambaran mengenai anak tunagrahita, khususnya dalam aspek kemampuan emosinya, baik di lingkungan rumah, sekolah maupun masyarakat.


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Subjek Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sekolah segregasi, yaitu sekolah luar biasa atau SLB yang menerima anak berkebutuhan khusus. Adapun sekolah yang menjadi lokasi penelitian adalah SLB Purnama Asih yang berada di jalan terusan Sari Asih No1 Bandung.Alasan peneliti mengambil SLB Purnama Asih sebagai tempat penelitian ini karena di sekolah ini terdapat siswa-siswi yang bervariasi. Bervariasi yang dimaksud adalah terdapat berbagai karakteristik kondisi anak yang bersekolah di SLB Purnama Asih ini. Berikut gambar denah lokasi penelitian ini :

Gambar 3.1 Denah Sekolah

Jumlah siswa berkebutuhan khusus (ABK) khususnya anak tunagrahita ringan di sekolah ini tiap tahun mengalami peningkatan dalam segi jumlahnya. Selain anak tunagrahita ringan, sekolah ini selalu menerima anak tunagrahita sedang maupun berat walaupun jumlahnya tidak sebanyak anak tunagrahita ringan. Karena jumlah ABK yang cukup banyak, sehingga sekolah

S

SMP dan SMA

Kelas 1,2,3 & 4 kelas 5 dan 6,

Ruang Kepsek, ruang Komputer, Ruang Guru

Toilet & Tempat Wudhu

Kantin mba

mushola Ruang

kesenia n RC Resource

Center Ruang asesmen Ruang terapi Perpust akaan U T B gerbang Lapangan


(17)

menyiapkan tenaga ahli, yaitu Guru Pembimbing Khusus (GPK) dalam membantu ABK yang ada di sekolah tersebut. Sekolah juga menghadapi kendala dengan jumlah peserta didik berkebutuhan khusus yang banyak tersebut. Dari kendala tersebut banyak ABK yang tidak didampingi oleh guru pembimbing khusus, padahal mereka sangat memerlukan bantuan yang diberikan oleh GPK tersebut dalam membantu perkembangannya baik dalam hal akademik maupun hal perilaku adaptifnya.

Jumlah peserta didik tiap kelasnya rata-rata menampung 5 peserta didik, dengan jumlah tersebut maka dalam satu kelas keadaannya cukup kondusif. Kelas yang dijadikan lokasi penelitian yaitu kelas XI SMPLB meliputi 3 siswa tunagrahita sedang, 2 siswa tunagrahita ringan.

Gambar 3.2 Formasi Kelas XI

Keteranga G : Guru PT : Papan S : Siswa P : Pintu M:Mading

a. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah Guru dan siswa Tunagrahita sedang 3 orang kelas IX tingkat SMPLB di SLB Purnama Asih Bandung.

Subjek I :

Nama : Mulyani

Tempat/Tanggal lahir : Bandung 26 April 1991 Nomor Induk Siswa : 123

Kelas : SMPLB

Jenis Kelamin : Perempuan

Jenis Kelainan : Tunagrahita sedang C1

Agama : Islam

P PT

G

S S

S

M S


(18)

Anak ke : 1

Status dalam keluarga : Anak Kandung

Alamat : Sarijadi, Blok 3/83 Kota Bandung Nama Orang tua : Oman

Pekerjaan : Buruh

Subjek II

Nama : Sony Zania Aprilya Tempat/Tanggal lahir : Bandung, 08 Januari 1987 Nomor Induk Siswa : 112

Kelas : SMPLB

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Jenis Kelainan : Tunagrahita sedang C1

Agama : Islam

Anak ke : 1

Status dalam keluarga : Anak Kandung

Alamat : Jalan Bukit Jarian No 15 Bandung Nama Orang tua : Zainudin

Pekerjaan : Wiraswasta

Subjek III

Nama : Agi Munandar

Tempat/Tanggal lahir : Bandung, 23 Agustus 1994 Nomor Induk Siswa : 149

Kelas : SMPLB

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Jenis Kelainan : Tunagrahita sedang C1

Agama : Islam

Anak ke : 1

Status dalam keluarga : Anak Kandung

Alamat : Kp Cianting No 92 Bandung Nama Orang tua : Agus Suhendar


(19)

B. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian, metode sangat diperlukan karena bertujuan untuk memperoleh pemecahan masalah dari suatu masalah yang sedang diteliti agar mencapai tujuan yang diharapkan. Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh pengetahuan dan pemecahan suatu masalah yang dihadapi dan dilakukan secara ilmiah, sistematis dan logis dalam suatu kegiatan penelitian. Pada hakekatnya setiap penelitian memiliki metode penelitian tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian itu sendiri.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2011: 6). Penelitian deskriptif berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang dimana peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatiannya untuk kemudian dijabarkan sebagaimana adanya. Studi kasus sebagai suatu penjelasan kompherensif yang berkaitan dengan berbagai aspek seseorang, suatu kelompok, suatu organisasi, suatu program, atau suatu situasi kemasyarakatan (Sastradipoera, 2005: 245) yang mana masalah atau kasus yang diteliti merupakan situasi khusus, dan diupayakan ditelaah sebanyak dan sedalam mungkin.

Menurut Arikunto (2010: 234) menyatakan juga bahwa “Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut

apa adanya pada saat penelitian dilakukan”.

Selain dari definisi-definisi tersebut, dikemukakan pula beberapa definisi lainnya. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2010: 4) mengemukakan juga bahwa : “Metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada


(20)

Williams (Moleong, 2010: 5) menulis bahwa “Penelitian kualitatif

adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara

alamiah”. Definisi ini memberikan gambaran bahwa penelitian kualitatif

mengutamakan latar alamiah, metode alamiah, dan dilakukan oleh orang yang mempunyai perhatian alamiah.

C. Instrument Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Instrument penelitian dalam penelitian kualitatif ini adalah peneliti itu sendiri. Maka dari itu peneliti sebagai human instrument, berfungsi menetapkan focus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semuanya (Sugiyono, 2008: 222). Dari pengertian diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini peneliti itu sendiri sebagai instrument kunci dalam proses penelitian ini.

Setelah focus penelitian ini jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrument penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.

Permasalahan penelitian yang dijabarkan dalam pemecahan masalah penelitian ini harus ditemukan jawabannya, oleh karena itu untuk memperoleh jawaban tersebut diperlukan sejumlah data kualitatif yang berasal dari sumber data yang diperoleh melalui pengamatan (observasi), sebagai data utama dan wawancara sebagai data pembanding dan dokumentasi sebagai data pendukung.

Oleh karena itu, peneliti akan terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data, menganalisis data hingga membuat kesimpulan dari penelitian yang telah dilaksanakan.

Teknik pengumpulan data lebih menitik beratkan kepada perekaman situasi yang terjadi dalam konteks masalah yang dibahas. Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, studi dokumentasi, observasi serta catatan lapangan.


(21)

Wawancara merupakan bentuk komunikasi verbal untuk mendapatkan keterangan atau informasi mengenai data yang dibutuhkan dalam penelitian.

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).( 2005: 193 )

Wawancara yang dilakukan adalah wawancara yang mendalam

(interview in-dept) sehingga peneliti dapat memahami suatu

fenomena-fenomena yang sedang terjadi secara lebih mendalam langsung dari informan. Wawancara akan dibantu dengan pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman wawancara semistruktur, dimana peneliti menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per-satu diperdalam dalam proses memperoleh keterangan lebih lanjut (Arikunto, 2006).

Adapun menurut Moleong (1998: 135) mengemukakan bahwa

wawancara adalah “Percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak yaitu wawancara yang memberikan pertanyaan dan

yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan”.

Wawancara dilakukan kepada guru dalam beberapa sesi pertemuan/wawancara sampai data dikatakan cukup jelas. Data yang diperoleh melalui wawancara akan direkam dengan menggunakan alat perekam/ tape recorder dan video recorder lalu hasil dari wawancara tersebut dicatat ke dalam transkrip wawancara. Pada saat wawancara berlangsung penelitipun membuat beberapa catatan lapangan yang diharapkan mampu membantu dalam melakukan analisis data.

Dengan melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Pertanyaan pertanyaan tersebut disusun sedemikian rupa sehingga mencangkup aspek-aspek yang berkaitan dengan kebutuhan data. Dengan wawancara ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan peneliti ini adalah guru kelas dan siswa yang menjadi subjek penelitian. Adapun aspek-aspek yang ingin diungkap antara lain:

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Perkembangan Emosional Anak Tunagrahita Sedang.


(22)

2. Untuk Mengetahui Bagaimana Karakteristik Emosi Anak Tunagrahita Sedang.

3. Untuk Mengetahui Bagaimana Ekspresi Emosi Anak Tunagrahita Sedang. 4. Untuk Mengetahui Bagaimana Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspresi

emosi.

5. Untuk Mengetahui Bagaimana Upaya yang dilakukan Guru untuk mewujudkan Perkembangan Emosi Anak.

2. Observasi

Menurut Nasution (2002: 220) observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan secara langsung. Observasi dilakukan untuk melihat keadaan atau situasi dari masalah yang diamati tentang peran guru dalam membantu perkembangan social dan emosi pada anak tunagrahita ringan. Cara ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang akurat, faktual sesuai dengan konteksnya. Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk melihat secara langsung kemudian memilih apa yang diamati dan terlibat secara aktif di dalamnya. Maksudnya observasi ini adalah observasi partisipasif yang artinya peneliti ikut langsung berinteraksi dengan anak. Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti, dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun.

Hal-hal yang diobservasi dalam penelitian ini yaitu mengenai perkembangan emosional anak tunagrahita sedang, diantaranya yaitu :

a. Untuk Mengamati Bagaimana Perkembangan Emosional Anak Tunagrahita Sedang.

b. Untuk Mengamati Bagaimana Karakteristik Emosi Anak Tunagrahita Sedang.

c. Untuk Mengamati Bagaimana Ekspresi Emosi Anak Tunagrahita Sedang.

d. Untuk Mengamati Bagaimana Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspresi emosi.


(23)

e. Untuk Mengamati Bagaimana Upaya yang dilakukan Guru untuk mewujudkan Perkembangan Emosi Anak.

3. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi ini berhubungan dengan objek foto, sekarang ini foto sudah lebih banyak dipakai sebagai alat untuk keperluan penelitian kualitatif karena dapat dipakai dalam berbagai keperluan. Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif. Ada dua kategori foto yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri (Bogdan dan Biken, 1982: 102 dalam Moleong 2011: 160).

Dokumentasi dimaksudkan untuk mendukung dan mempertegas hasil observasi dan wawancara. Dokumen yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini diantaranya foto-foto tentang ekspresi anak pada saat marah, foto-foto tentang ekspresi anak pada saat sedih, foto-foto tentang ekpsresi anak pada saat senang bagi anak tunagrahita sedang tingkat SMPLB di SLB Purnama Asih Bandung.

D. Pengujian Keabsahan Data 1. Perpanjangan Waktu

Perpanjangan waktu penelitian merupakan salah satu teknik untuk memperoleh keabsahan data, dengan perpanjangan waktu, diharapkan peneliti dapat memperoleh berbagai informasi secara leluasa sesuai dengan kebutuhan penelitian. Berapa lama perpanjangan penelitian ini dilakukan, akan sangat tergantung pada kedalaman peneliti menggali data, keluasan informasi yang diperoleh dan kepastian data yang telah diperoleh.

2. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan merupakan salah satu aspek keabsahan data. Dengan ketekunan pengamatan yang dilakukan terhadap perkembangan emosional anak tunagrahita sedang, diharapkan mampu memberikan


(24)

informasi yang lebih sesuai. Dengan meningkatkan ketekunan pengamatan, maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Untuk meningkatkan ketekunan, peneliti membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.

3. Triangulasi

Penelitian kualitatif menghendaki hasil dalam bentuk deskripsi kata-kata tertulis atau lisan tentang kondisi objektif dan latar penelitian yang dimaksud. Oleh karena itu faktor utama yang menentukan keabsahan data dalam penelitian kualitatif adalah ketelitian dan kepandaian peneliti sendiri dalam mengungkap data yang diperlukan dari subyek peneliti, hal ini sesuai dengan pernyataan Moleong (1994: 112) bahwa “sumber data utama penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diobservasi”.

Pengujian keabsahan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menggunakan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk pembanding terhadap data yang didapat dari teknik observasi.

Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan sumber artinya peneliti membandingkan data dari hasil observasi dengan data hasil wawancara yang ditunjang oleh data studi dokumentasi. Untuk menilai apakah data-data yang diperoleh itu sahih atau valid maka peneliti perlu melakukan pemeriksaan secara seksama dan teliti, sebab hanya data yang sahihlah yang dapat diteliti, baik dilihat dari substansi, sumber data, maupun pengambilan datanya.

Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini bermaksud untuk mengecek data yang diperoleh melalui observasi pada latar penelitian.

Dimana menurut Moleong (1993: 178) mengatakan bahwa „‟Teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap

data itu‟‟. Dari penjelasan tersebut maka dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan sumber lain yaitu membandingkan dan mengecek balik


(25)

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui bahan dan alat yang berbeda. Hal ini menurut Moleong (1993: 179) dapat dicapai dengan jalan :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa

yang dikatakan orang secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. Membandingkan keadaan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan, dipelajari dan diambil kesimpulan sementara kemudian dibandingkan dan dilakukan cek silang dengan hasil wawancara yang diperoleh dari para responden. Data yang diperoleh melalui observasi juga dibandingkan dan dicek silang dengan hasil dokumentasi yang diperoleh dari sekolah atau guru. Demikian pula hasil wawancara dengan para responden dibandingkan dan dicek silang dengan hasil dokumentasi sehingga dapat diambil kesimpulan secara keseluruhan dengan teliti dan seksama sehingga validitas penelitian dapat dipertanggung jawabkan.

Sugiyono (2006: 372) mengemukakan bahwa “Triangulasi diartikan

sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu”.

Dengan demikian derajat kepercayaan informasi yang didapat dalam penelitian ini terjamin, secara singkat teknik triangulasi ini dapat dilihat pada gambar berikut:


(26)

E. Teknik Analisis Data

Kegiatan pengumpulan data yang benar dan tepat merupakan jantungnya penelitian, sedangkan analisis data akan memberi kehidupan dalam penelitian. Analisis merupakan usaha untuk memilah dan memilih, membuang, menggolongkan serta menyusun ke dalam kategorisasi, mengklasifikasi data untuk menjawab pertanyaan pokok (Arikunto, 2002: 132). Data yang diambil merupakan data kualitatif yakni data yang berupa informasi yang berbentuk kalimat. Analisis data dilakukan segera setelah data diperoleh. Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.

Menurut Bogdan (Sugiyono, 2006: 334) menyatakan bahwa “Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya, sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain”.

Setelah data terkumpul dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi kemudian peneliti langsung mengolahnya dengan melakukan penafsiran dan menganalisis secara kritis terhadap perkembangan emosional anak tunagrahita sedang tingkat SMPLB di SLB Purnama Asih Bandung.

Dalam penelitian ini yang akan diteliti meliputi Untuk Mengetahui Bagaimana Perkembangan Emosional Anak Tunagrahita Sedang, Karakteristik Emosi Anak Tunagrahita Sedang, Jenis-jenis Ekspresi Emosi Anak Tunagrahita Sedang, Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspresi emosi, Upaya yang dilakukan Guru untuk mewujudkan Perkembangan Emosi Anak. Kemudian ditarik kesimpulan secara bertahap dan dilakukan pembahasan hingga mencapai tujuan yang diharapkan.

Dokumentasi

Observasi


(27)

Proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada proses data yang disampaikan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2008: 244) tahap-tahap analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu peneliti melakukan kegiatan pencatatan yang terjadi dilapangan secara obyektif, kemudian hasil pencatatan tersebut dikelompokkan atau dikategorikan secara rinci sesuai dengan kata kunci yang muncul. Setelah itu, peneliti akan merangkum hasil dari pencatatan materi tersebut untuk dipilih dan kemudian difokuskan pada hal-hal yang penting. Selanjutnya, pada setiap kategorinya diberi pernyataan yang menunjukkan hubungan antar kategori, sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan.

Dalam menganalisa data yang diperoleh dalam penelitian ini menempuh 3 langkah yaitu :

1. Reduksi data

Data yang diperoleh dalam lapangan ditulis dan diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang terinci. Laporan ini akan terus menerus bertambah dan akan menambah kesulitan bila tidak segera dianalisis sejak mulanya. Laporan-laporan itu perlu direduksi, dirangkum dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema atau polanya, jadi laporan lapangan sebagai bahan mentah disingkatkan direduksi, disusun lebih sistematis ditonjolkan pokok-pokok yang penting, diberi susunan yang lebih sistematis, sehingga lebih mudah dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan. Reduksi data dapat pula membantu dalam memberikan kode kepada aspek-aspek tertentu.

2. Paparan data

Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk naratif. Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data. Dengan mendisplay data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.


(28)

Kesimpulan adalah proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisir dalam bentuk pernyataan kalimat dan/atau formula yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian luas. Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2006: 345) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan.


(29)

1 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Bagaimana Perkembangan Emosional Anak Tunagrahita Sedang

Perkembangan emosional anak tunagrahita sedang beraneka ragam macam bentuk dan ekspresi yang dimunculkan, ada yang berbentuk positif ada pula yang berbentuk negatif. Perkembangan emosional yang terjadi di SLB Purnama Asih Bandung dengan melibatkan 3 subjek di kelas IX SMPLB ini sangat bermacam-macam bentuk potensi yang mereka miliki, ada yang memang cenderung memiliki perkembangan emosional yang kurang baik ada pula yang memiliki perkembangan emosional yang cukup baik.

Emosi merupakan pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang nampak. Emosi juga dapat dikatakan sebagai warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Jadi perkembangan emosi yang dimunculkan oleh tiap anak berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang mereka alami.

2. Bagaimana Karakteristik Emosi Anak Tunagrahita Sedang

Karakteristik yang dimunculkan oleh tiap anak tergantung kepada bagaimana perkembangan emosional yang dimiliki oleh tiap individu, ada yang bisa mengontrolnya dengan baik adapun yang tidak bisa mengontrol emosinya dengan baik. Karakteristik tersebut bisa dipengaruhi juga oleh keadaan lingkungan disekitar tempat individu berada, baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan rumah tempat tinggalnya.

3. Bagaimana Ekspresi Emosi Anak Tunagrahita Sedang

Ekspresi yang dimunculkan anak berbeda-beda, ada yang muncul dengan berlebihan adapun yang biasa saja. Tergantung keadaan yang dialami oleh individu pada saat itu. Ekspresi emosi yang dimunculkan oleh tiap individu bisa berubah-ubah sesuai dengan perasaan ataupun keadaan yang dialami atau dirasakan oleh tiap individu.


(30)

2

4. Bagaimana Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspresi emosi

Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar. Disamping itu juga suatu reaksi muncul dengan diiringi berfungsinya endoktrin. Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Begitupun yang terjadi pada subjek ini, faktor yang lebih cenderung dirasakan dalam hal ini yaitu faktor pola asuh orang tua, biasanya tiap anak memiliki pola asuh orang tua yang berbeda-beda, ada yang berlebihan tetapi ada juga yang biasa-biasa saja tetapi masih tetap dalam jalur pengawasan.

5. Bagaimana Upaya yang dilakukan Guru untuk mewujudkan Perkembangan Emosi Anak

Pentingnya peran guru pembimbing dalam memahami ialah dengan ingin selalu mengetahui seberapa besar emosi seorang anak yang dapat mempengaruhi perkembangan fisik maupun dalam proses belajar dikelas. Dan berintraksi dengan lingkungannya baik di sekolah maupun di masyarakat. Didalam hal ini peran guru sangatlah penting dalam perkembangan emosional peserta didik, untuk ini pengawasan yang dilakukan disekolah harus diseimbangkan dengan pengawasan orang tua dirumah, agar perkembangan emosional dapat tumbuh dan berkembang dengan banyaknya emosi-emosi positif yang dikeluarkan dari pada emosi-emosi negatif yang dimunculkan.

B. Rekomendasi

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi refleksi bagi setiap pihak-pihak yang berkaitan untuk dapat lebih maksimal dan optimal dalam membantu peserta didik, khususnya yang memiliki keterbatasan. Berikut saran dan rekomendasi yang dapat diberikan penulis dari hasil penelitian ini, antara lain :

1. Guru

Guru merupakan peranan yang sangat penting dalam pendidikan peserta didik di sekolah, guru merupakan media yang sangat penting dalam proses perkembangan


(31)

3 emosional peserta didik, diharapkan guru lebih cermat atau lebih teliti dalam menyikapi permasalahan-permasalahan dalam hal emosi, baik itu yang ditimbulkan oleh peserta didik berupa emosi negatif atau pun emosi positif. Penyesuaian dilakukan dengan kondisi yang dialami oleh peserta didik, selain itu diharapkan pula kerja sama antara pihak guru dengan pihak orang tua untuk dapat melakukan pembinaan tentang perkembangan emosional pada peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus dan sangat memerlukan bimbingan yang sangat optimal. Koordinasi dengan cara sharing dan diskusi membahas hambatan dan kebutuhan yang dihadapi anak adalah salah satu jalannya.

2. Orang tua

Koordinasi orang tua dengan guru sangatlah penting, terutama apabila anak sudah berada dirumah biasanya peran yang sangat penting dalam perkembangan emosional ada ditangan orang tua, sebaiknya pola asuh orang tua disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan oleh anak tanpa harus melebih-lebihkan nya, karena sesuatu yang dilebih-lebihkan tidak lah baik bagi perkembangan emosional anak dimasa mendatang. Selain dari adanya kerjasama dengan guru, pihak orang tua sebaiknya lebih mengetahui kondisi apa yang sangat dibutuhkan oleh anak, agar senantiasa orang tua dapat memberikan masukan kepada guru tentang apa yang dibutuhkan oleh anak pada saat ini dan mempengaruhi di masa yang akan datang.

Biasanya perlakuan orang tua yang berlebihan bisa berakibat buruk terhadap pekembangan anak baik itu disekolah maupun di lingkungan masyarakat. Jadi sebaiknya orang tua harus bisa menyesuiakannya dengan kebutuhan peserta didik dengan sebaik-baiknya.

3. Peneliti selanjutnya

Dari hasil penelitian ini, semoga dapat menjadi sebuah acuan dan dapat memberikan gambaran secara umum mengenai perkembangan emosional anak tunagrahita sedang kelas IX SMPLB di SLB Purnama Asih Bandung. Penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana proses perkembangan emosional pada anak tunagrahita sedang dan bagaimana pula faktor dan upaya guru dalam mempengaruhi perkembangan emosional anak tunagrahita sedang. Semoga penelitian ini dapat


(32)

4 memberikan sebuah gambaran terhadap perkembangan emosional anak tunagrahita sedang.

Ketika peneliti selanjutnya membaca hasil penelitian ini, semoga penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini dapat menjadi masukan agar menjadi lebih baik.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Moh. (1994). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tenaga Guru.

Alexsobur. (2003). Psikologi Umum. Bandung:Pustaka Setia

Arikunto, S. (2006). ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktek. Jakarta:Bineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Manajemen Penelitian.Jakarta:Rineka Cipta Atkinso, Ret a L, et al. (2000). Pengantar Psikologi Edisi Sebelas Jilid Satu.

Batam.

Baihaqi, Mif. (2005). Psikiatri. Bandung: Refika Aditama

Darwishude. (2006). Emosi. Jakarta:Erlangga

Departemen Sosial RI. (2007). Pedoman umum pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Cacat Mental ( Tuna Grahita ). Jakarta : Departemen Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial 2007 (tidak diterbitkan)

Goleman, Daniel. (1997). Emotional Intelegence.Jakarta.Gramedia Pustaka

Hurlock, E. (1997). Perkembangan Anak Jilid1. Alih bahasa Meitasari Tjandarasa. Jakarta:Erlangga

Johnsen Berit H, dan Skjorten, Miriam D (2003). Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar. Bandung : unipub forlag

Moleong, Lexy J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya

Nasution, S. (2002). MetodePenelitianNaturalistikKualitatif. Bandung: Tarsito

Riduwan (2009). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung : CV Alfabeta


(34)

Rochyadi & Alimin. (2005). Pengembangan Program Pembelajaran Individual Bagi Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Safari, triantoro. (2009). Manajemen Emosi. Jakarta:Bumi Aksara

Soendari, T. Nani, M.E. (2010). Asesmen dalam pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung : CV. Catur Karya Mandiri

Somantri, Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT.Refika Aditama.

Sudjana, N. (2005). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung :Sinar Baru

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta

Suherman, Uman. (2009). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rizqi Press

Syah, Muhibbin. (2006). Psikologi Belajar.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. Ulfatusholihat, Ria (2009). Peran orang tua dalam penyesuaian diri anak

Tunagrahita [online]. Tersedia :

http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2009

/artikel.10504152.pdf [4 juli 2010]

Yohana. Chyntia. (2012). Dampak perkembangan emosi anak tunagrahita. [online]. Tersedia :

http://blog.elearning.unesa.ac.id/yohana-cintya-asmara/dampak-perkembangan-emosi-anak-tunagrahita diakses Selasa

20 Maret 2012

Yusuf, S. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:PT Remaja Rosdakarya


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

1. Bagaimana Perkembangan Emosional Anak Tunagrahita Sedang

Perkembangan emosional anak tunagrahita sedang beraneka ragam macam bentuk dan ekspresi yang dimunculkan, ada yang berbentuk positif ada pula yang berbentuk negatif. Perkembangan emosional yang terjadi di SLB Purnama Asih Bandung dengan melibatkan 3 subjek di kelas IX SMPLB ini sangat bermacam-macam bentuk potensi yang mereka miliki, ada yang memang cenderung memiliki perkembangan emosional yang kurang baik ada pula yang memiliki perkembangan emosional yang cukup baik.

Emosi merupakan pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang nampak. Emosi juga dapat dikatakan sebagai warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Jadi perkembangan emosi yang dimunculkan oleh tiap anak berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang mereka alami.

2. Bagaimana Karakteristik Emosi Anak Tunagrahita Sedang

Karakteristik yang dimunculkan oleh tiap anak tergantung kepada bagaimana perkembangan emosional yang dimiliki oleh tiap individu, ada yang bisa mengontrolnya dengan baik adapun yang tidak bisa mengontrol emosinya dengan baik. Karakteristik tersebut bisa dipengaruhi juga oleh keadaan lingkungan disekitar tempat individu berada, baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan rumah tempat tinggalnya.

3. Bagaimana Ekspresi Emosi Anak Tunagrahita Sedang

Ekspresi yang dimunculkan anak berbeda-beda, ada yang muncul dengan berlebihan adapun yang biasa saja. Tergantung keadaan yang dialami oleh individu pada saat itu. Ekspresi emosi yang dimunculkan oleh tiap individu bisa berubah-ubah sesuai dengan perasaan ataupun keadaan yang dialami atau dirasakan oleh tiap individu.


(2)

2

4. Bagaimana Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspresi emosi

Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar. Disamping itu juga suatu reaksi muncul dengan diiringi berfungsinya endoktrin. Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Begitupun yang terjadi pada subjek ini, faktor yang lebih cenderung dirasakan dalam hal ini yaitu faktor pola asuh orang tua, biasanya tiap anak memiliki pola asuh orang tua yang berbeda-beda, ada yang berlebihan tetapi ada juga yang biasa-biasa saja tetapi masih tetap dalam jalur pengawasan.

5. Bagaimana Upaya yang dilakukan Guru untuk mewujudkan Perkembangan Emosi

Anak

Pentingnya peran guru pembimbing dalam memahami ialah dengan ingin selalu mengetahui seberapa besar emosi seorang anak yang dapat mempengaruhi perkembangan fisik maupun dalam proses belajar dikelas. Dan berintraksi dengan lingkungannya baik di sekolah maupun di masyarakat. Didalam hal ini peran guru sangatlah penting dalam perkembangan emosional peserta didik, untuk ini pengawasan yang dilakukan disekolah harus diseimbangkan dengan pengawasan orang tua dirumah, agar perkembangan emosional dapat tumbuh dan berkembang dengan banyaknya emosi-emosi positif yang dikeluarkan dari pada emosi-emosi negatif yang dimunculkan.

B. Rekomendasi

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi refleksi bagi setiap pihak-pihak yang berkaitan untuk dapat lebih maksimal dan optimal dalam membantu peserta didik, khususnya yang memiliki keterbatasan. Berikut saran dan rekomendasi yang dapat diberikan penulis dari hasil penelitian ini, antara lain :

1. Guru


(3)

emosional peserta didik, diharapkan guru lebih cermat atau lebih teliti dalam menyikapi permasalahan-permasalahan dalam hal emosi, baik itu yang ditimbulkan oleh peserta didik berupa emosi negatif atau pun emosi positif. Penyesuaian dilakukan dengan kondisi yang dialami oleh peserta didik, selain itu diharapkan pula kerja sama antara pihak guru dengan pihak orang tua untuk dapat melakukan pembinaan tentang perkembangan emosional pada peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus dan sangat memerlukan bimbingan yang sangat optimal. Koordinasi dengan cara sharing dan diskusi membahas hambatan dan kebutuhan yang dihadapi anak adalah salah satu jalannya.

2. Orang tua

Koordinasi orang tua dengan guru sangatlah penting, terutama apabila anak sudah berada dirumah biasanya peran yang sangat penting dalam perkembangan emosional ada ditangan orang tua, sebaiknya pola asuh orang tua disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan oleh anak tanpa harus melebih-lebihkan nya, karena sesuatu yang dilebih-lebihkan tidak lah baik bagi perkembangan emosional anak dimasa mendatang. Selain dari adanya kerjasama dengan guru, pihak orang tua sebaiknya lebih mengetahui kondisi apa yang sangat dibutuhkan oleh anak, agar senantiasa orang tua dapat memberikan masukan kepada guru tentang apa yang dibutuhkan oleh anak pada saat ini dan mempengaruhi di masa yang akan datang.

Biasanya perlakuan orang tua yang berlebihan bisa berakibat buruk terhadap pekembangan anak baik itu disekolah maupun di lingkungan masyarakat. Jadi sebaiknya orang tua harus bisa menyesuiakannya dengan kebutuhan peserta didik dengan sebaik-baiknya.

3. Peneliti selanjutnya

Dari hasil penelitian ini, semoga dapat menjadi sebuah acuan dan dapat memberikan gambaran secara umum mengenai perkembangan emosional anak tunagrahita sedang kelas IX SMPLB di SLB Purnama Asih Bandung. Penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana proses perkembangan emosional pada anak tunagrahita sedang dan bagaimana pula faktor dan upaya guru dalam mempengaruhi perkembangan emosional anak tunagrahita sedang. Semoga penelitian ini dapat


(4)

4 memberikan sebuah gambaran terhadap perkembangan emosional anak tunagrahita sedang.

Ketika peneliti selanjutnya membaca hasil penelitian ini, semoga penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini dapat menjadi masukan agar menjadi lebih baik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Moh. (1994). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tenaga Guru.

Alexsobur. (2003). Psikologi Umum. Bandung:Pustaka Setia

Arikunto, S. (2006). ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktek.

Jakarta:Bineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Manajemen Penelitian.Jakarta:Rineka Cipta Atkinso, Ret a L, et al. (2000). Pengantar Psikologi Edisi Sebelas Jilid Satu.

Batam.

Baihaqi, Mif. (2005). Psikiatri. Bandung: Refika Aditama Darwishude. (2006). Emosi. Jakarta:Erlangga

Departemen Sosial RI. (2007). Pedoman umum pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Cacat Mental ( Tuna Grahita ). Jakarta : Departemen Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial 2007 (tidak diterbitkan)

Goleman, Daniel. (1997). Emotional Intelegence.Jakarta.Gramedia Pustaka

Hurlock, E. (1997). Perkembangan Anak Jilid1. Alih bahasa Meitasari

Tjandarasa. Jakarta:Erlangga

Johnsen Berit H, dan Skjorten, Miriam D (2003). Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar. Bandung : unipub forlag

Moleong, Lexy J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya

Nasution, S. (2002). MetodePenelitianNaturalistikKualitatif. Bandung:

Tarsito

Riduwan (2009). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung : CV Alfabeta


(6)

Rochyadi & Alimin. (2005). Pengembangan Program Pembelajaran Individual Bagi Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Safari, triantoro. (2009). Manajemen Emosi. Jakarta:Bumi Aksara

Soendari, T. Nani, M.E. (2010). Asesmen dalam pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung : CV. Catur Karya Mandiri

Somantri, Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT.Refika Aditama.

Sudjana, N. (2005). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung :Sinar Baru

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta

Suherman, Uman. (2009). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rizqi Press

Syah, Muhibbin. (2006). Psikologi Belajar.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. Ulfatusholihat, Ria (2009). Peran orang tua dalam penyesuaian diri anak

Tunagrahita [online]. Tersedia :

http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2009 /artikel.10504152.pdf [4 juli 2010]

Yohana. Chyntia. (2012). Dampak perkembangan emosi anak tunagrahita.

[online]. Tersedia : http://blog.elearning.unesa.ac.id/yohana-cintya-asmara/dampak-perkembangan-emosi-anak-tunagrahita diakses Selasa 20 Maret 2012

Yusuf, S. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:PT Remaja Rosdakarya


Dokumen yang terkait

PENGARUH PERMAINAN LEMPAR-TANGKAP BOLA BASKET TERHADAP PENINGKATAN KOORDINASI VISUAL MOTORIK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB PURNAMA ASIH.

0 6 54

PENERAPAN METODE DRILLDALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PERAWATAN TANAMAN HIAS PADAANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS VII SMPLB DI SLB PURNAMA ASIH.

3 10 40

PENGARUH SENAM IRAMA TERHADAP KESEIMBANGAN TUBUH ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB SUKAPURA BANDUNG.

5 33 44

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TARI JAIPONG BAGI SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB C PURNAMA ASIH BANDUNG.

0 2 33

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MERANGKAI BUNGA HIAS DARI BAHAN DAUR ULANG PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB C PURNAMA ASIH BANDUNG.

1 17 27

PENGGUNAAN METODE FONIK DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN: Single Subject Research Pada Siswa Kelas III SDLB di SLB Purnama Asih Bandung.

10 36 36

KESESUAIAN KURIKULUM KETERAMPILAN VOKASIONAL DENGAN TUGAS PERKEMBANGAN DAN TUNTUTAN KOMPETENSI DUNIA KERJA BAGI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB C “X” KOTA BANDUNG : Studi Kasus Kelas Anak Tunagrahita Sedang.

0 5 35

PENGARUH METODE VAKT TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB PURNAMA ASIH - repositoryUPI S PRS 1101101 Title

0 0 2

PENERAPAN METODE DRILLDALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PERAWATAN TANAMAN HIAS PADAANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS VII SMPLB DI SLB PURNAMA ASIH - repository UPI S PLB 1000486 Title

0 0 3

PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER UNTUK ANAK TUNAGRAHITA SMPLB DI SLB-C PLUS ASIH MANUNGGAL

1 3 8