KESESUAIAN KURIKULUM KETERAMPILAN VOKASIONAL DENGAN TUGAS PERKEMBANGAN DAN TUNTUTAN KOMPETENSI DUNIA KERJA BAGI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB C “X” KOTA BANDUNG : Studi Kasus Kelas Anak Tunagrahita Sedang.

(1)

iii

Kata Pengantar

Puji dan syukur yang tiada terhingga penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat, taufiq, hidayah, berkah dan rizki-Nya, tulisan ini dapat selesai pada waktunya.

Tesis ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan terhadap kurikulum vokasional dengan tugas perkembangan dan tuntutan kompetensi dunia kerja bagi anak tunagrahita sedang di SLB C “X” Kota Bandung.

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan kurikulum vokasional di SLB dikaitkan dengan tugas perkembangan, kemudian dicocokkan dengan tuntutan kompetensi dunia kerja.

Secara keseluruhan tesis ini berisi lima bab. Bab pertama adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat Hasil Penelitian, Konsep Kesesuian dari judul tesis dan pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian. Bab dua berisi tentang landasan teoretis tentang definisi ATG dan kurikulum vokasional dan tugas perkembangan dan tuntutan dunia kerja bagi anak tunagrahita. Bab tiga berisi tentang metode penelitian. Bab empat berisi tentang hasil penelitian dan bab lima adalah kesimpulan dan rekomendasi.


(2)

iv

Akhirnya penulis berharap, penelitian ini bisa bermanfaat terutama bagi guru dalam membantu anak tunagrahita agar bisa hidup lebih mandiri.

Bandung, Juli 2011


(3)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK i

ABSTRACT ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Fokus Kajian Penelitian 4

C. Rumusan Masalah 4

D. Tujuan Penelitian 5

E. Manfaaat Hasil Penelitian 5

1. Manfaat Praktis 5

2 Manfaat Teoritis 6

F. Konsep Kesesuaian Kurikulum Pendidikan Keterampilan Vokasional dengan Tugas Perkembangan dan Tuntutan Kompetensi di Dunia Kerja bagi ATG Sedang

6

BAB II PENDIDIKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL,

TUGAS PERKEMBANGAN DAN TUNTUTAN KOMPETENSI DUNIA KERJA PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG

10

A. Anak Tunagrahita (ATG) 10


(4)

vi

2. Pengertian Anak Tunagrahita 11

3. Klasifikasi Anak Tunagrahita 13

B. Program Pendidikan Keterampilan Vokasional bagi ATG Sedang

16

1. Program Prasekolah 18

2. Program Kelas Dasar dan Lanjuan 18

C. Tugas Perkembangan Yang Berkaitan dengan Program Pendidikan Keterampilan Vokasional pada ATG Sedang Usia 18 s.d. 20 Tahun

21

1. Pengertian Tugas-Tugas Perkembangan 21

2. Tujuan Tugas Perkembangan 22

3. Tugas Perkembangan yang Berkaitan dengan Program Pendidikan Keterampilan Kerja

22

4. Hambatan ATG 25

5. Kebutuhan ATG 31

D. Tuntutan Kompetensi Pendidikan Keterampilan Vokasional ATG

35

1. Program Pendidikan Keterampilan Vokasional Bagi ATG Sedang

35

2. Jenis Pekerjaan Bagi ATG 36

E. Kesesuaian Antara Program Pendidikan

Keterampilan Vokasional, Tugas Perkembangan dan Tuntutan Kompetensi Dunia Kerja pada ATG Sedang

39

BAB III METODE PENELITIAN 44

A. Pendekatan Penelitian 44

B. Prosedur Penelitian 44

C. Lokasi Penelitian 49

D. Informan Penelitian 49


(5)

vii

1. Observasi 50

2. Wawancara 50

3. Dokumentasi 50

F. Instrumen Penelitian 51

G. Analisis Data 53

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 55

A. Temuan Penelitian 56

1. Kurikulum SMALB C1 DI SLB C “X” 56

2. Tugas Perkembangan 64

3. Tuntutan Kompetensi Dunia Kerja di Industri Kecil Keset Kain Majun

92

4. Program Prevokasional 95

B. Pembahasan 96

1. Kurikulum 96

2. Tugas Perkembangan 103

3. Tuntutan Kompetensi Dunia Kerja di Industri Kecil Keset Kain Majun

121

4. Program Prevokasional 125

C.

Kesesuaian Kurikulum Keterampilan Vokasional dengan Tugas Perkembangan ATG Sedang dan Tuntutan Kompetensi Dunia Kerja

121

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 132

A. Kesimpulan 132

1. Kurikulum Keterampilan Vokasional di SLB C “X” bagi siswa tunagrahita sedang satuan pendidikan SLTA

131

2. Tugas Perkembangan Anak Tunagrahita Sedang di SLB C “X’

133

3. Tuntutan Kompetensi Keterampilan Vokasional Anak Tunagrahita di Dunia Kerja


(6)

viii

4. Kesesuaian Kurikulum Keterampilan Vokasional dengan Tugas Perkembangan dan Tuntutan Dunia Kerja

134

B. Rekomendasi 134

1. Bagi Sekolah 134

2. Bagi Guru Kelas dan Guru Vokasional 134

3. Orang Tua 135

4. Masyarakat Usaha 135


(7)

ix DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 Klasifikasi Tunagrahita 13

TABEL 2.2 Tugas-tugas Perkembangan Anak Usia 12 -18 untuk Tujuan Program Keterampilan Vokasional

21

TABEL 2.3 Empat Aspek Kemampuan Bahasa 23

TABEL 2.4 Profil Kesiapan Karir 33

TABEL 2.5 Daftar Pekerjaan yang Sesuai Untuk Individu Tunagrahita Sedang dan Ringan

36 TABEL 2.6

TABEL 3.1 Tahapan dan Langkah-Langkah Penelitian 42 TABEL 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian “Kesesuaian Kurikulum

Keterampilan Vokasional dengan Tugas Perkembangan ATG Usia 18 – 20 & Tuntutan Kompetensi Dunia Kerja

47

TABEL 4.1 Prosentase Mata Pelajaran Pendidikan Keterampilan Vokasional di Kelas 1 & 2 SMALB C “X”

60 TABEL 4.2 Kemampuan Kognitif Tunagrahita Sedang di SMALB C

“X”

65 TABEL 4.3 TABEL 4.4: Kesesuaian Kurikulum Vokasional dengan

Tugas Perkembangan ATG dan Tuntutan Kompetensi Dunia Kerja


(8)

x DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup 16 GAMBAR 2.2 Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup

Dalam Pendidikan Tunagrahita

17

GAMBAR 2.3 Hubungan Kesesuaian Kurikulum Vokasional dengan Tugas Perkembangan ATG Sedang dan Tuntutan Kompetensi Dunia Kerja

40

GAMBAR 3.1 Bagan Prosedur Penelitian 44


(9)

xi DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Program Semester 1 Tahun 2010 – 2011: Kelas KPI C-C1 136 LAMPIRAN 2 Program Semester 1 Tahun 2010 – 2011: Kelas KPA C1 139 LAMPIRAN 3 Jawaban Instrumen Kurikulum Keterampilan Vokasional 140 LAMPIRAN 4 Jawaban Instrumen Tugas Perkembangan Tunagrahita

Sedang

145

LAMPIRAN 5 Jawaban Instrumen Program Prevokasional 201 LAMPIRAN 6 Jawaban Instrumen Tuntutan Kompetensi dunia Kerja 202


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fokus sasaran pendidikan pada jenjang SMLB bagi anak tunagrahita dititikberatkan pada kecakapan vokasional. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa mereka mengalami kelemahan pada hal-hal yang bersifat akademik (Rochyadi & Alimin, 2005: 42). Tujuan dari sasaran pendidikan tersebut agar mereka dapat hidup mandiri.

Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa sebagian besar anak tunagrahita yang menempuh pendidikan vokasional di SMLB tidak mendapatkan kesempatan bekerja. Sebagaimana yang diungkapkan Alimin (2008) yang menyatakan bahwa

Hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa individu tunagrahita yang telah menyelesaikan pendidikan dari Sekolah Luar Biasa, pada umumnya belum menunjukkan perkembangan yang diharapkan. Sebagai contoh seorang individu tunagrahita yang telah selesai mengikuti program pendidikan selama 12 tahun, ternyata masih belum bisa mandiri, masih belum memiliki keterampilan untuk mengurus diri dan masih mengalami ketergantungan kepada orang tuanya atau saudaranya yang cukup tinggi. Maka dari itu ada kesan bahwa pendidikan yang telah diikuti sekian lama itu sepertinya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kehidupan individu tunagrahita.

Tetapi segelintir tunagrahita masih dapat melakukan pekerjaan. Salah satu diantaranya adalah yang diteliti oleh Jungjunan. Jungjunan (2009: 75) menyimpulkan tunagrahita “X” hampir jarang melakukan kesalahan kerja dan kinerja “X” tidak berbeda dibandingkan dengan rekan-rekan kerja lainnya yang tidak memiliki hambatan kecerdasan.


(11)

2

Contoh lain yaitu menurut penelitian Charles (dalam Soendari dan Widari, 2009:

2) dikatakan bahwa sebagian besar dari tunagrahita yang memiliki IQ di bawah 70 (dari

151 orang tunagrahita) yang sudah berusia 42 tahun dapat hidup mandiri. 6% diantaranya bekerja di instansi/lembaga. Sebagian pekerjaannya adalah sebagai buruh, dan sebagian

kecil diantara mereka menjadi pekerja-pekerja yang tingkatannya lebih tinggi. Sebagian

besar dari mereka menikah dan mempunyai anak, serta sebagian dari mereka dapat

membeli rumah sendiri. Hal ini membuktikan bahwa tunagrahita dapat melakukan

adaptive behavior (tingkah laku adaptif) khususnya dalam kemampuan kerja. Data ini

menepis anggapan bahwa tunagrahita akan selalu tergantung kepada orang lain sepanjang

hidupnya. Dengan kata lain, seorang tunagrahita jika mendapatkan pembelajaran dan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, potensi dan minatnya masih sangat mungkin untuk dapat bekerja seperti orang pada umumnya.

Proses pembelajaran dan pelatihan merupakan implementasi dari perencanaan program pembelajaran (kurikulum) yang dibuat oleh guru di sekolah. Mumpuniarti (2007: 3) menyebutkan bahwa salah satu hal yang menjadi penyebab tidak dapat bekerjanya sebagian besar anak tunagrahita setelah lulus dari sekolah adalah karena kurikulum/program pendidikan vokasional yang sesuai bagi tunagrahita belum diketemukan.

Sebagaimana telah diketahui bahwa kurikulum yang dibuat harus disesuaikan dengan tugas perkembangan siswa, terlebih lagi kurikulum/program pendidikan vokasional bagi tunagrahita. Anak tunagrahita mengalami hambatan dalam perkembangan intelegensia dan perilaku adaptif. Sehingga kurikulum yang dibuat harus betul-betul memperhatikan hambatan, kebutuhan dan tugas perkembangan mereka.


(12)

3 Di sisi lain sebuah kurikulum, terutama kurikulum keterampilan vokasional, harus memenuhi tuntutan kebutuhan kompetensi di dunia kerja. Hal ini diungkapkan oleh Mumpuniarti, Hermanto dan Sukinah (2007: 38) bahwa proses pembelajaran yang tepat guna dengan proses dunia kerja belum dapat dilakukan secara penuh oleh suatu SLB Negeri di Yogyakarta.

Idealnya suatu kurikulum program pendidikan vokasional yang dirancang oleh guru perlu memperhatikan tugas perkembangan yang telah dan yang akan dicapai siswa pada usia tertentu. Kompetensi yang dihasilkan dari pembelajaran pun perlu mengacu pada kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja. Karena itu adalah penting untuk diperhatikan bahwa keterampilan yang dipelajari dan dilatihkan di kelas disesuaikan dengan kemampuan, kebutuhan, potensi, minat dan perilaku siswa. Seiring dengan itu, materi yang disampaikan kepada siswa diberikan dengan tujuan agar siswa dapat menguasai materi yang dipelajari dan dilatihkan, sehingga mereka memiliki kompetensi sesuai dengan tuntutan kompetensi di perusahaan-perusahaan.

Dengan melihat pentingnya kesesuaian antara ketiga unsur yaitu kurikulum/program keterampilan vokasional dengan tugas perkembangan anak tunagrahita dan kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja di masa sekarang dan di masa yang akan datang, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul “Kesesuaian Kurikulum Keterampilan Vokasional dengan

Tugas Perkembangan dan Tuntutan Kompetensi Dunia Kerja Pada Anak Tunagrahita Sedang”. Pengkhususan terhadap ATG sedang adalah karena


(13)

4 tingkat adaptasi tingkah laku dan kemampuan berpikir mereka yang lebih rendah dari ATG ringan membuat hambatan yang mereka hadapi menjadi lebih banyak.

B. Fokus Kajian Penelitian

Masalah yang akan diteliti di dalam tesis ini adalah kurikulum/program pendidikan keterampilan vokasional yang diberikan kepada para siswa tunagrahita sedang di SLB C “X” tingkat SMLB dilihat dari sudut pandang kesesuaiannya dengan tugas perkembangan tunagrahita sedang usia 18 s.d 20 tahun dan tuntutan kompetensi di dunia kerja. Jenjang ini dipilih karena porsi jam pelajaran untuk mata pelajaran keterampilan vokasional adalah yang terbanyak dibandingkan dengan jenjang di bawahnya (SLTP dan SD) dan karena belum ada jenjang resmi bagi siswa tunagrahita untuk melanjutkan ke tingkat pelatihan/rehabilitasi keterampilan vokasional yang lebih tinggi.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah kurikulum keterampilan vokasional yang dilaksanakan di SLB C “X” sudah sesuai dengan tugas perkembangan anak-anak tunagrahita sedang usia 18 s.d 20 dan tuntutan kompetensi yang disyaratkan di dunia kerja?”

Pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kurikulum keterampilan vokasional di SLB C “X” bagi siswa tunagrahita sedang satuan pendidikan SLTA?

2. Bagaimana tugas perkembangan anak tunagrahita sedang di SLB C “X”? 3. Bagaimana tuntutan kompetensi keterampilan vokasional anak tunagrahita di


(14)

5 4. Bagaimana kondisi kesesuaian antara kurikulum/program pendidikan keterampilan vokasional dengan tugas perkembangan dan tuntutan kompetensi dunia kerja bagi ATG sedang di SLB C “X”?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui kurikulum keterampilan vokasional di SLB C “X” bagi siswa tunagrahita satuan pendidikan SLTA (SMLB).

2. Mengetahui tugas perkembangan anak tunagrahita sedang di SLB C “X”. 3. Mengetahui tuntutan kompetensi keterampilan vokasional anak tunagrahita di

dunia kerja di masa sekarang dan masa yang akan datang.

4. Mengetahui kondisi kesesuaian antara kurikulum/program pendidikan keterampilan vokasional dengan tugas perkembangan dan tuntutan kompetensi ATG sedang di SLB C “X”.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam segi praktis maupun teoritis.

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi sekolah, guru, orang tua dan masyarakat dalam mengembangkan program pendidikan keterampilan vokasional bagi anak-anak tunagrahita, khususnya tunagrahita sedang. Sehingga keterampilan vokasional yang diajarkan kepada anak-anak tunagrahita betul-betul bermanfaat bagi mereka untuk menjadi seorang


(15)

6 warga negara yang mendapatkan haknya dalam memperoleh pekerjaan di masyarakat.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap terhadap bahasan tentang pendidikan keterampilan vokasional yang diberikan kepada tunagrahita. Penjelasan pada latar belakang telah menguraikan bahwa perencanaan program pendidikan vokasional bagi tunagrahita belum mencapai hasil yang diharapkan karena sampai saat ini pembinaan kemampuan vokasional tunagrahita belum dikelola dengan baik, sehingga usaha itu menjadi belum tepat guna dan belum tepat sasaran. Bentuk managemen yang seharusnya diusahakan oleh sekolah khusus tunagrahita itu adalah melalui cara bekerja sama dengan orang tua, lembaga masyarakat penyedia layanan kerja, dan tenaga profesi lainnya sejak saat perencaanaan jenis vokasional yang akan dibina, sumber daya yang dapat digunakan, penahapan di dalam pembinaannya; pasaran kerja yang akan dituju dengan jenis vokasional tersebut; pola pelaksanaan di dalam pembinaan; serta evaluasi keberhasilannya.

F. Konsep Kesesuaian Kurikulum Pendidikan Keterampilan Vokasional dengan Tugas Perkembangan dan Tuntutan Kompetensi di Dunia Kerja bagi ATG Sedang

Anak tunagrahita berhambatan dalam hal-hal akademik dan tingkah laku. Pendidikan yang diberikan kepada mereka adalah yang sesuai dengan kemampuan akademik dan melatih perilaku adaptif mereka. Muatan keterampilan vokasional mendapatkan porsi besar di dalam kurikulum untuk satuan pendidikan SMALB


(16)

7 tunagrahita, yaitu sekitar 60%. Hal ini tertuang dalam struktur kurikulum SMALB Tunagrahita Ringan, Sedang, Tunadaksa Sedang dan Tunaganda (Depdiknas, 2006:48). Dengan alasan ini maka peneliti memberi nama pada kurikulum SMALB bagi Tunagrahita sebagai Kurikulum Keterampilan Vokasional.

Pendidikan akademik yang diberikan bertujuan fungsional. Artinya pendidikan akademik tetap diperlukan justru untuk mendukung kebutuhan dan kegiatan yang mereka jalani sehari-hari. Bagi anak yang sama sekali tidak dapat membaca huruf, kemampuan membaca yang diajarkan kepada mereka lebih ditujukan agar mereka dapat membaca simbol, seperti memahami tanda bahaya (bahan/material yang mematikan [ ] atau material mengandung bahan berbahaya [ ]), tanda larangan seperti dilarang merokok [ ], simbol untuk ruangan khusus bagi perempuan [ ] atau khusus untuk laki-laki [ ] yang berlaku di WC, tempat sholat, ruang ganti pakaian dsb atau lampu hijau pada rambu lalu lintas untuk menyeberang jalan dan sebagainya. Demikian pula dalam hal berhitung, kemampuan mereka yang terbatas masih dapat dimanfaatkan untuk mengurutkan prosedur kerja yang sederhana, sehingga mereka bisa membedakan mana yang awal, mana urutan kedua dan selanjutnya. Melalui latihan yang bertahap, perlahan, dan konsisten, kemampuan akademik yang terbatas itupun berguna untuk menanamkan perilaku adaptif kepada mereka. Memahami urutan usia, patuh kepada orang yang lebih tua, saling menghargai kepada yang seusia, dan sayang kepada orang yang lebih muda. Nilai-nilai ini harus ditanamkan kepada mereka secara bertahap sejak mereka masih kecil atau baru masuk sekolah hingga tertanam sebagai tingkah laku.


(17)

8 Dari hal di atas tampak bahwa keterampilan akademik tetap diperlukan oleh tunagrahita untuk tujuan pendukung bagi keterampilan menolong diri dan kemandirian peserta didik. Dan dasar inilah yang akan dijadikan bekal untuk keterampilan vokasional. Dengan kata lain, bahwa keterampilan akademik yang fungsional tetap diperlukan sebagai pendukung fokus kurikulum di SMALB bagi tunagrahita, yaitu keterampilan vokasional.

Dengan kondisi anak tunagrahita sedang yang mengalami hambatan lebih berat dibandingkan anak tunagrahita ringan, maka kurikulum yang dirancang bagi mereka betul-betul mengacu pada tugas perkembangan. Dan kurikulum pun dirancang untuk mencapai tugas perkembangan yang dapat dicapai oleh anak tunagrahita sedang.

Di sisi lain, dengan diajarkannya keterampilan vokasional berarti bahwa anak tunagrahita sedang itu sedang dipersiapkan untuk memperoleh pekerjaan di masyarakat. Karena itu kompetensi yang diharapkan di masyarakat itu juga harus diakomodasi oleh kurikulum keterampilan vokasional dan sesuai pula dengan tugas perkembangan anak tunagrahita sedang.

Dari uraian di atas, maka peneliti memfokuskan penelitian untuk mencari kesesuaian antara kurikulum keterampilan vokasional (yang terdiri dari keterampilan vokasional dan keterampilan akademik) dengan tugas perkembangan dan tuntutan kompetensi dunia kerja bagi anak tunagrahita sedang dari komponen isi kurikulum yang tertuang dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).


(18)

9 Artinya RPP yang dianalisis adalah RPP baik dari bidang keterampilan vokasionalnya maupun dalam bidang akademik fungsional.


(19)

44 BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang berusaha menggambarkan kondisi objektif, dan menjelaskan situasi yang nyata dari fakta-fakta yang berhasil dihimpun dari wawancara dan pengamatan di lapangan serta mengkaji secara mendalam berdasarkan teori-teori yang mendukung maupun pengalaman.

Adapun penulis menggunakan metode penelitian studi kasus agar penelitian dapat terlaksana lebih sistematis dan mendalam. Yaitu studi kasus tentang kelas tunagrahita sedang yang menjalankan kurikulum keterampilan vokasional satuan pendidikan SLTA. Fenomena dari studi kasus ini adalah kurikulum bagi anak tunagrahita sedang satuan pendidikan SLTA, tugas perkembangan dan tuntutan kompetensi dunia kerja bagi anak tunagrahita sedang. Dengan demikian penelitian ini mendapatkan gambaran menyeluruh dan mendalam mengenai kesesuaian program tersebut dengan tugas perkembangan anak tunagrahita usia 18 – 20 tahun dan tuntutan kompetensi kerja di industri pembuatan keset dari kain.

B. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan cara dan langkah-langkah yang dijalankan oleh peneliti. Cara dan langkah untuk masuk ke dalam latar penelitian ditempuh dengan menggunakan langkah formal dan informal. Pendekatan ini dilakukan untuk menjajaki obyek pengamatan, mencari dan memilih informan penelitian serta mencari dan memilih dokumen yang sesuai untuk keperluan penelitian.

Adapun Tahapan dan langkah-langkah prosedur penelitian yang ditempuh oleh peneliti tertuang dalam Tabel 3.1 berikut:


(20)

45 Tabel 3.1 Tahapan dan Langkah-Langkah Penelitian

Tahap No Langhah Deshripsi

A Sebelum Proses Penelitian Lapangan

1 Survey Seholah

Mencari seholah yang memilihi sejumlah siswa Tunagrahita sedang yang duduh di jenjang SLTA dan sedang mendapathan prog-ram pendidihan heteprog-ram- heteram-pilan vohasional

2 Menetaphan Seholah Tempat Penelitian

Dari 3 seholah hasil survey, dipilih satu seholah yang memilihi 6 orang siswa tunagrahita sedang SMLB (SLB “X”) yang ditempathan pada helas hhusus untuh tunagrahita sedang 3 Membuat Perizinan Penelitian

Membuat pengajuan pembuatan surat izin penelitian di SLB “X” 4 Mengajuhan Surat Izin Penelitian Meminta Ijin Penelitian di

SLB “X” B Saat Proses Penelitian Lapangan

5a Pengamatan Awal di SLB “X”

Dilahuhan selama hurang lebih 2 minggu di helas 1, 2 dan 3 SMLB untuh melihat jalannya pembelajaran ma-ta pelajaran ahademih dan heterampilan vohasional di helas. Diharaphan dari pengamatan ini peneliti mengenal linghungan tem-pat penelitian, dan menda-pathan gambaran tentang hompetensi/gambaran awal tiap anah dan muatan/isi/ honten pembelajaran yang diberihan oleh guru di helas.

5b Memperoleh dohumen RPP

Dohumen RPP mata pelajaran ahademih dan heterampilan vohasional dijadihan sumber untuh isi/muatan hurihulum


(21)

46

Tahap No Langhah Deshripsi

yang ahan disesuaihan dengan tugas perhembangan

tunagrahita hasil wawancara dengan guru helas dan orang tua.

6 Membuat Instrumen Wawancara dan

Observasi/catatan lapangan

a1. Instrumen Wawancara

hurihulum heterampilan vohasional: untuh hepala seholah dan guru helas dan guru heterampilan vohasional

a2. Instrumen Wawancara

Tugas Perhembangan: untuh guru helas dan orang tua

a3. Instrumen wawancara

hurihulum prevohasional untuh guru helas Satuan Pendidihan SD

a4. Instrumen Wawancara

untuh pengusaha dan pegawai industri rumah

b1. Instrumen Observasi

/catatan lapangan hurihulum heterampilan vohasional: untuh hepala seholah dan guru

b2. Instrumen Observasi Tugas

Perhembangan: berupa catatan lapangan dari tugas perhembangan yang dapat diamati dari tinghah lahu siswa seperti yang ada pada instrumen wawancara b3. Instrumen Observasi /catatan lapangan untuh perusahaan industri rumah

7 Validasi Instrumen

Validasi dilahuhan oleh guru SLTA dari SLB lain dan seorang ahli, jiha tidah lolos validasi, maha instrumen diperbaihi, setelah itu baru instrumen


(22)

47

Tahap No Langhah Deshripsi

bisa dipergunahan untuh penelitian.

8 Wawancara, Observasi dan

Dohumentasi

Wawancara, observasi dan dohumentasi yang dilahuhan disesuaihan dengan wahtu yang disediahan oleh hepala seholah, guru, orang tua dan pengusaha dan pegawai industri rumah.

C Setelah Proses Penelitian Lapangan

9 Pengolahan Data

Setelah seluruh data terhumpul dari hasil wawancara, observasi dan dohumentasi, maha hetiga data tersebut dihelompoh-helompohhan berdasarhan aspeh yang ahan diteliti dan dianalisis.

10 Penyimpulan Data

Dari data yang telah diolah, maha peneliti menyimpul-hannya

11 Pelaporan Hasil Penelitian

Setelah hesimpulan diperoleh, penulis membuathan

laporannya

Jika dituangkan dalam bentuk bagan maka prosedur penelitian ini akan menjadi yang disusun dalam gambar 3.1.


(23)

48 Sebelum Proses

Penelitian Lapangan

Saat Proses Penelitian lapangan

Setelah Proses Penelitian Lapangan

Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian

Diharapkan dengan tahapan-tahapan yang dibuat ini, maka pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam wawancara dan pengamatan menjadi sinkron dan mendukung, sehingga hasilnya akan memberikan data yang akurat tentang kesesuaian program keterampilan vokasional dengan tugas perkembangan anak tunagrahita sedang usia 18 – 20 tahun dan proyeksi kompetensi yang dituntut di lingkungan kerja. Survey Seholah Menetaphan Seholah Tempat Penelitian Membuat Perizinan Penelitian Mengajuhan Perizinan Penelitian Ke SLB “X” Pengamat-an Awal Di SLB “X”

Memperoleh Dohumen

RPP

Membuat Instrumen: 1. Instrumen Wawancara 2. Instrumen Pengamatan

Validasi Instrumen Valid? Ya Perba-ihan Tidah 1. Wawancara 2. Pengamatan 3. Dohumentasi Pengolahan Data Membuat Kesimpulan Membuat Laporan


(24)

49 C. Lokasi Penelitian

Berdasarkan survey lapangan, lokasi penelitian dilakukan di 3 jenis tempat, yaitu kelas, rumah dan perusahaan keset tali kain majun. Sekolah yang diteliti adalah SLB C “X” di Bandung, rumah adalah rumah orang tua dari siswa tunagrahita sedang dan industri rumah adalah industri yang memproduksi keset dari kain majun.

D. Informan Penelitian

Secara garis besar terdapat dua macam informan dalam penelitian ini, yaitu informan utama dan informan pendukung. Informan utama adalah sumber pemberi informasi utama yang dijadikan pertimbangan utama dalam pengambilan data penelitian ini. Informan utama dalam penelitian ini adalah 2 orang guru keterampilan vokasional, 2 orang guru kelas, 1 orang kepala sekolah, 6 orang siswa SMLB Tunagrahita sedang, 6 orang tua siswa, dan 2 orang guru kelas satuan pendidikan SD.

Informan pendukung adalah sumber informasi yang berasal dari selain informasi utama yang berguna untuk menguatkan informasi dari informan utama. Informan pendukung dalam penelitian ini adalah 5 orang pengusaha dan 2 orang pegawai industri keset tali kain.

Pemilihan pengusaha keset tali kain majun sebagai informan adalah atas dasar keadaan di lapangan yang menunjukkan bahwa usaha menganyam keset dari tali kain majun itu memiliki pasar yang cukup luas sampai saat ini. Terbukti dengan produk keset itu terdapat di mana-mana. Kita dapat membeli kepada pedagang asongan di tempat-tempat keramaian, di pasar hingga di supermarket dengan harga yang bersaing. Bukan hanya itu, bukti lainnya adalah bahwa anyaman keset tersebut banyak dipergunakan oleh masyarakat sebagai kebutuhan rumah tangga hingga menjadi kebutuhan perusahaan-perusahaan yang cukup besar.


(25)

50 E. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang terkait dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga metode pengumpulan data, yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Masing-masing metode akan dijelaskan secara singkat berikut ini.

1. Observasi

Observasi adalah teknik penilaian dengan cara mengamati tingkah laku pada situasi tertentu. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi non-partisipatif yaitu observasi yang dilakukan dengan cara observer murni sebagai pengamat. Artinya, observer dalam melakukan pengamatan tidak aktif sebagai bagian dari kegiatan itu, akan tetapi ia berperan semata-mata hanya sebagai pengamat saja (Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, 2006: 43-44).

2. Wawancara

Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang diwawancarai dan yang mewawancarai. Untuk mengetahui kurikulum yang dijalankan oleh guru di sekolah, peneliti menggunakan wawancara langsung dengan kepala sekolah, guru kelas dan guru vokasional. Sedangkan untuk menggali tentang tugas perkembangan siswa, peneliti menggunakan wawancara tidak langsung, yaitu melalui guru dan orang tua. Siswa diwawancara ketika itu memungkinkan. Wawancara yang dilaksanakan adalah wawancara yang semiterstruktur, agar menemukan permasalahan secara lebih terbuka (Sugiyono, 2005: 73).

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya menumental dari seseorang. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel (dapat dipercaya) kalau didukung oleh dokumen-dokumen yang mendukung (Sugiyono, 2005: 82).


(26)

51 Melalui penelaahan dokumen RPP, peneliti mencari informasi tentang isi dari kurikulum keterampilan vokasional yang dijalankan bagi ATG sedang di SLB C “X”. RPP yang dipergunakan adalah RPP dari mata pelajaran akademik dan mata pelajaran vokasional.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan dibuat untuk penelitian ini terdiri dari: (1) Instrumen observasi kurikulum keterampilan vokasional (2) Instumen wawancara kurikulum keterampilan vokasional (3) instrumen wawancara tugas perkembangan anak tunagrahita usia 18 – 20 tahun; (4) instrumen observasi tugas perkembangan anak tunagrahita usia 18 – 20 tahun; (5) instrumen wawancara tuntutan kompetensi dunia kerja (industri rumah keset tali kain majun); (6) instrumen observasi tuntutan kompetensi dunia kerja (industri rumah keset tali kain majun). Berikut kisi-kisi instrumen untuk masing-masing nomor.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian “Kesesuaian Kurikulum Pendidikan Vokasional dengan Tugas Perkembangan ATG Usia 18 – 20 dan Tuntutan

Kompetensi Dunia Kerja”

N o.

Komponen

Instrumen Aspek Teknik Instrumen

Infor

man No. Soal

1

Kurikulum Keterampil

an Vokasional

Tujuan Kurikulum Satuan Pendidikan SLTA di SLB C “X”. Wawancara, Observasi, Dokumentasi Pedoman wawancara, pedoman observasi, dan dokumentasi KS, GK, GV 1, 2 Pertimbangan dalam memutuskan kurikulum pendidikan vokasional bagi Siswa? 3, 4 Pembuat Kurikulum Pendidikan Vokasional untuk Siswa? 5, 6

Pengawas dan Pengajar keterampilan vokasional.

7,8

Bentuk masalah & solusi guru keterampilan vokasional/kelas yang dihadapi guru ketika mengajarkan keterampilan vokasional tersebut?

9, 10, 11

2 Tugas

Perkem-Kognitif: Bahasa, Wawancara, Observasi, Pedoman wawancara, O,


(27)

52 N

o.

Komponen

Instrumen Aspek Teknik Instrumen

Infor

man No. Soal

bangan Persepsi,

Perhatian dan Konsentrasi, Daya ingat/Memori)

Dokumentasi pedoman

observasi, dan dokumentasi

S 14, 15, 16, 17,

18, 19 20, 21,26 22 Motorik: Motorik Kasar Motorik Halus Wawancara, Observasi, Dokumentasi Pedoman wawancara, pedoman observasi, dan dokumentasi O, GK, S 23, 24, 25 Perilaku Adaptif: 1. Di rumah/sekolah

2. Mengurus diri

3. Komunikasi

4. Memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, 5. Mengembangkan

keterampilan intelektual dan konsep yang penting untuk kompetensi

kewarganegaraan, 6. Mencapai dan

mengharapkan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab,

7. Memperoleh suatu himpunan nilai-nilai dan sistem etika sebagai pedoman tingkah laku

Wawancara, Observasi, Dokumentasi Pedoman wawancara, pedoman observasi, dan dokumentasi O, GK, S

26, 27, 28, 29, 30

40,41, 42, 43,44,45, 46, 47,48, 49

36, 37, 38, 39, 48, 49

50, 51, 52, 53

54, 55, 56,57, 58, 59, 60, 61, 62, 63,64, 65,

31, 32, 33, 34, 35, 66 67 3 Program Prevokasio nal

Latar belakang pendidikan guru

Wawancara Pedoman

wawancara

GK di SD

68

Pengalaman mengajar 69

Keadaan motorik dan perilaku siswa ATG

70, 71

Program prevokasional 72

4

Tuntutan Kompetens i Dunia

Kerja

Alasan Membuat Keset sebagai produk industri

Wawancara, Observasi, Dokumentasi Pedoman wawancara, pedoman observasi, dan dokumentasi PA, PB

73, 74, 75, 76

Prosedur/Langkah-langkah Kerja (alat yang

dipergunakan)

78

Kebutuhan akan pegawai 79, 80, 81, 82,

83, 84


(28)

53 N

o.

Komponen

Instrumen Aspek Teknik Instrumen

Infor

man No. Soal

Kompetensi yang dibutuhkan

Kesediaan bekerja sama dengan SLB C dalam bentuk pelatihan di tempat kerja (on the job training)

86

Kesediaan menerima ATG sebagai pegawai

87

Keterangan:

KS = Kepala Seholah

GV = Guru Keterampilan Vohasional

GK = Guru Kelas/Wali Kelas

S = Siswa

O = Orang Tua

PA = Pengusaha Industri Rumah

PB = Pegawai Industri Rumah

G. Analisis Data

Sesuai pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif, maka analisis data dilakukan secara terus-menerus mulai dari awal pengumpulan data sampai akhir. Data yang diperoleh pada saat pengumpulan data selanjutnya diberikan makna dengan melakukan analisis. Teknis analisis dikembangkan dengan cara induktif, yaitu mengumpulkan bagian-bagian atau kategori dan selanjutnya dibuat kesimpulan.

Miles dan Huberman (1984, dalam Sugiyono, 2006: 91) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada

gambar 3.2 berikut.


(29)

54 Gambar 3.2 Model Interaktif dalam Analisis Data (Sugiyono, 2006: 92)

Reduksi data adalah proses merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Data yang telah direduksi dengan demikian akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

Display data adalah upaya untuk melihat gambaran keseluruhan data atau bagian-bagian tertentu dari penelitian itu dengan membuat berbagai macam matriks, grafik, network dan charts. Peneliti diharapkan dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam data berdasarkan langkah tersebut.

Kesimpulan dan verifikasi data kualitatif merupakan upaya mencari makna terhadap data yang dikumpulkan dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya.

Data Collection

Conclusion: Drawing/ Verifying Data

Reduction


(30)

132 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Kurikulum Keterampilan Vokasional di SLB C “X” bagi siswa tunagrahita sedang satuan pendidikan SLTA

Baik menurut konten/isi maupun berdasarkan hasil wawancara, kurikulum bagi ATG sedang belum difokuskan untuk mencapai kompetensi vokasional bagi tunagrahita (sedang). Yang lebih mendapatkan porsi dalam pembelajaran keseharian adalah aspek kognitif. Muatan materi dalam aspek kognitif itu belum disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan dan potensi anak, sehingga belum memberi pengaruh berarti terhadap pengembangan kemampuan, kemandirian dan kecakapan hidup mereka. Juga tidak dikaitkan dengan tujuan kurikulum mereka yaitu kurikulum vokasional. Contohnya mereka belum diperkenalkan pada hal-hal apa saja yang harus mereka ketahui tentang aturan-aturan kerja sederhana yang dapat mereka pahami jika mereka bekerja mereka kelak.

Pemilihan keterampilan vokasional yang diajarkan kepada siswa belum dianalis berdasarkan minat, potensi, dan kebutuhan siswa. Hasilnya siswa belum memperlihatkan ketekunan dalam mempelajari keterampilan tersebut. Dengan demikian kurikulum kurang memberi makna bagi kehidupan anak dalam bidang vokasionalnya maupun dalam bidang lifeskill.


(31)

133

2. Tugas Perkembangan Anak Tunagrahita Sedang di SLB C “X”?

Setelah diuraikan isi dari data penelitian pada bab 4, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif, motorik dan perilaku adaptif anak tunagrahita sedang adalah bervariasi. Tugas perkembangan mereka belum mencapai hasil maksimal, karena baik di rumah maupun di sekolah mereka belum mendapatkan pendidikan, pembelajaran dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dan potensi mereka. Terlebih minat dan bakat sebagian dari mereka masih belum diketahui oleh orang tua maupun guru mereka. Apalagi untuk persiapan mereka ke dalam dunia kerja.

Orang tua, pihak sekolah dan masyarakat masih menganggap bahwa anak-anak tunagrahita (sedang) itu mustahil bekerja, sehingga tugas perkembangan yang harus dicapai itu tidak serius dipersiapkan.

3. Tuntutan Kompetensi Keterampilan Vokasional Anak Tunagrahita di Dunia Kerja

Masih terdapat banyak kekosongan dari kompetensi yang semestinya dapat anak-anak tunagrahita lakukan dalam hal untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dunia kerja bagi anak tunagrahita sedang baik dalam bidang kognitif, motorik maupun perilaku adaptif.


(32)

134 4. Kesesuaian Kurikulum Keterampilan Vokasional dengan Tugas Perkembangan dan Tuntutan Kompetensi Dunia Kerja

Dari 3 hal di atas, dapat diketahui bahwa kurikulum di SMALB di sekolah SLB C “X” belum mengakomodasi tugas perkembangan secara penuh. Ini artinya kurikulum ini belum mengacu pada kebutuhan kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja baik dalam bidang kognitif, motorik dan perilaku adaptif. Artinya kurikulum yang dijalankan untuk tunagrahita sedang belum sesuai dengan tugas perkembangan mereka dan juga belum sesuai dengan tuntutan kebutuhan kerja.

B. Rekomendasi 1. Bagi Sekolah

Persiapan untuk menuju kurikulum vokasional diawali dengan program prevokasional dalam bidang pembinaan/pemfungsian motorik dan tingkah laku.

2. Bagi Guru Kelas dan Guru Vokasional

Kurikulum keterampilan vokasional yang dirancang ke dalam RPP hendaknya didukung dengan kemampuan akademik yang berguna bagi siswa. Terutama yang menunjang kompetensi perilaku adaptif yang terdiri dari ADL dan kebiasaan kerja.

Keterampilan vokasional yang diberikan kepada mereka sebaiknya disesuaikan dengan keadaan kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan mereka.


(33)

135 3. Orang Tua

Hendaknya orang tua memberikan kepercayaan kepada anak untuk melakukan beberapa tugas rumah secara rutin dan kerjasama di antara anggota rumah tangga, dengan demikian kemampuan motorik dan sosial anak akan berkembang, demikian pula kepercayaan diri anak pun dapat tumbuh bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu bagi dirinya sendiri juga untuk orang lain. dan hal inipun meningkatkan rasa tanggung jawab mereka terhadap lingkungan mereka.

4. Masyarakat Usaha

Hendaknya kepada masyarakat usaha yang sudah bersedia menerima anak tunagrahita menjadi tempat berlatih kerja, sekolah dapat bekerja sama untuk memberi jadwal berkunjung secara berkala kepada anak-anak tunagrahita. Misalnya dua bulan sekali. Hal ini dapat memotivasi anak untuk mengenal lebih dalam dunia kerja yang akan dimasukinya.


(34)

xii DAFTAR PUSTAKA

Amin, Moh (1995), Ortopedagogik Anak Tunagrahita, Bandung: Depdikbud- Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Ali, Mohammad & Asrori, Mohammad (2011), Psikologi Remaja Perkembangan

Peserta Didik, Jakarta: Bumi Aksara

Alimin, Z (2008), Orientasi Ulang Pendidikan Bagi Peserta Didik Tunagrahita

dari Pendekatan Formal ke Pendekatan Fungsional. [Online].

Tersedia di http://z-alimin.blogspot.com/2008/05/orientasi-ulang-pendidikan-bagi-peserta.html [11 Februari 2011]

Badan Standar Nasional Pendidikan, (2006), Standar Isi, Standar Kompetensi

Lulusan, dan Panduan Penyusunan KTSP, Jakarta: Depdiknas

Finch, C.R. & Crunkilton, J.R. (1999), Curriculum Development in Vocational

and Technical Education – Planning, Content, and Implementation.

USA: Allyn & Bacon

Golbert, Benjamin (1963), The Ability of The Mentally Retarded to Be Vocational

successful. Mental Retardation. Ontario – Canada: The Bulletin of The

Canadian Association For Retarded Children:

Horton, J.K (1986), Community – Based Rehabilitation of the Rural Blind – A

Training Guide for Field Workers. New York: The Division of

Education and Rehabilitation – Helen Keller International

Jungjunan, Agus (2009), Kinerja Karyawan Tunagrahita – Studi Kasus Terhadap

Karyawan Tunagrahita di Bengkel Leo Knalpot jaya Jl. Raya Ujung Berung Km 10. Skripsi. Bandung: UPI


(35)

xiii

McLoughlin, James A & Lewis, Rena B. (1986) Second Edition, Assessing

Special Students, Ohio: Merrill Publishing Company

Mumpuniarti, Hermanto, Sukinah (2007), Evaluasi Program Pembelajaran

Keterampilan Bagi Siswa Tunagrahita Ringan di Tingkat SMP Khusus dan SMA Khusus SLB Negeri 2 Yogyakarta. Laporan Hasil Penelitian.

Yogyakarta: FIP - UNY

Mumpuniarti & Sukinah (2007), Pendekatan Pembelajaran Bagi Anak Hambatan

Mental. Yogyakarta: Kanwa Publisher

Rochyadi, E - Alimin, Z (2005), Pengembangan Program Pembelajaran

Individual Bagi Anak Tunagrahita. Bandung: Dikti Depdiknas

Sugiono (2005), Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran (2006), Kurikulum dan


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

1. Kurikulum Keterampilan Vokasional di SLB C “X” bagi siswa

tunagrahita sedang satuan pendidikan SLTA

Baik menurut konten/isi maupun berdasarkan hasil wawancara, kurikulum bagi ATG sedang belum difokuskan untuk mencapai kompetensi vokasional bagi tunagrahita (sedang). Yang lebih mendapatkan porsi dalam pembelajaran keseharian adalah aspek kognitif. Muatan materi dalam aspek kognitif itu belum disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan dan potensi anak, sehingga belum memberi pengaruh berarti terhadap pengembangan kemampuan, kemandirian dan kecakapan hidup mereka. Juga tidak dikaitkan dengan tujuan kurikulum mereka yaitu kurikulum vokasional. Contohnya mereka belum diperkenalkan pada hal-hal apa saja yang harus mereka ketahui tentang aturan-aturan kerja sederhana yang dapat mereka pahami jika mereka bekerja mereka kelak.

Pemilihan keterampilan vokasional yang diajarkan kepada siswa belum dianalis berdasarkan minat, potensi, dan kebutuhan siswa. Hasilnya siswa belum


(2)

2. Tugas Perkembangan Anak Tunagrahita Sedang di SLB C “X”?

Setelah diuraikan isi dari data penelitian pada bab 4, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan kognitif, motorik dan perilaku adaptif anak tunagrahita sedang adalah bervariasi. Tugas perkembangan mereka belum mencapai hasil maksimal, karena baik di rumah maupun di sekolah mereka belum mendapatkan pendidikan, pembelajaran dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dan potensi mereka. Terlebih minat dan bakat sebagian dari mereka masih belum diketahui oleh orang tua maupun guru mereka. Apalagi untuk persiapan mereka ke dalam dunia kerja.

Orang tua, pihak sekolah dan masyarakat masih menganggap bahwa anak-anak tunagrahita (sedang) itu mustahil bekerja, sehingga tugas perkembangan yang harus dicapai itu tidak serius dipersiapkan.

3. Tuntutan Kompetensi Keterampilan Vokasional Anak Tunagrahita di

Dunia Kerja

Masih terdapat banyak kekosongan dari kompetensi yang semestinya dapat anak-anak tunagrahita lakukan dalam hal untuk memenuhi kebutuhan kompetensi dunia kerja bagi anak tunagrahita sedang baik dalam bidang kognitif, motorik maupun perilaku adaptif.


(3)

4. Kesesuaian Kurikulum Keterampilan Vokasional dengan Tugas

Perkembangan dan Tuntutan Kompetensi Dunia Kerja

Dari 3 hal di atas, dapat diketahui bahwa kurikulum di SMALB di sekolah SLB C “X” belum mengakomodasi tugas perkembangan secara penuh. Ini artinya kurikulum ini belum mengacu pada kebutuhan kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja baik dalam bidang kognitif, motorik dan perilaku adaptif. Artinya kurikulum yang dijalankan untuk tunagrahita sedang belum sesuai dengan tugas perkembangan mereka dan juga belum sesuai dengan tuntutan kebutuhan kerja.

B. Rekomendasi

1. Bagi Sekolah

Persiapan untuk menuju kurikulum vokasional diawali dengan program prevokasional dalam bidang pembinaan/pemfungsian motorik dan tingkah laku.

2. Bagi Guru Kelas dan Guru Vokasional

Kurikulum keterampilan vokasional yang dirancang ke dalam RPP hendaknya didukung dengan kemampuan akademik yang berguna bagi siswa. Terutama yang menunjang kompetensi perilaku adaptif yang terdiri dari ADL dan kebiasaan kerja.


(4)

3. Orang Tua

Hendaknya orang tua memberikan kepercayaan kepada anak untuk melakukan beberapa tugas rumah secara rutin dan kerjasama di antara anggota rumah tangga, dengan demikian kemampuan motorik dan sosial anak akan berkembang, demikian pula kepercayaan diri anak pun dapat tumbuh bahwa dirinya mampu melakukan sesuatu bagi dirinya sendiri juga untuk orang lain. dan hal inipun meningkatkan rasa tanggung jawab mereka terhadap lingkungan mereka.

4. Masyarakat Usaha

Hendaknya kepada masyarakat usaha yang sudah bersedia menerima anak tunagrahita menjadi tempat berlatih kerja, sekolah dapat bekerja sama untuk memberi jadwal berkunjung secara berkala kepada anak-anak tunagrahita. Misalnya dua bulan sekali. Hal ini dapat memotivasi anak untuk mengenal lebih dalam dunia kerja yang akan dimasukinya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Moh (1995), Ortopedagogik Anak Tunagrahita, Bandung: Depdikbud- Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Ali, Mohammad & Asrori, Mohammad (2011), Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Bumi Aksara

Alimin, Z (2008), Orientasi Ulang Pendidikan Bagi Peserta Didik Tunagrahita dari Pendekatan Formal ke Pendekatan Fungsional. [Online]. Tersedia di http://z-alimin.blogspot.com/2008/05/orientasi-ulang-pendidikan-bagi-peserta.html [11 Februari 2011]

Badan Standar Nasional Pendidikan, (2006), Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, dan Panduan Penyusunan KTSP, Jakarta: Depdiknas

Finch, C.R. & Crunkilton, J.R. (1999), Curriculum Development in Vocational and Technical Education – Planning, Content, and Implementation. USA: Allyn & Bacon

Golbert, Benjamin (1963), The Ability of The Mentally Retarded to Be Vocational successful. Mental Retardation. Ontario – Canada: The Bulletin of The Canadian Association For Retarded Children:

Horton, J.K (1986), Community – Based Rehabilitation of the Rural Blind – A Training Guide for Field Workers. New York: The Division of Education and Rehabilitation – Helen Keller International


(6)

McLoughlin, James A & Lewis, Rena B. (1986) Second Edition, Assessing Special Students, Ohio: Merrill Publishing Company

Mumpuniarti, Hermanto, Sukinah (2007), Evaluasi Program Pembelajaran Keterampilan Bagi Siswa Tunagrahita Ringan di Tingkat SMP Khusus dan SMA Khusus SLB Negeri 2 Yogyakarta. Laporan Hasil Penelitian. Yogyakarta: FIP - UNY

Mumpuniarti & Sukinah (2007), Pendekatan Pembelajaran Bagi Anak Hambatan Mental. Yogyakarta: Kanwa Publisher

Rochyadi, E - Alimin, Z (2005), Pengembangan Program Pembelajaran Individual Bagi Anak Tunagrahita. Bandung: Dikti Depdiknas

Sugiono (2005), Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran (2006), Kurikulum dan Pembelajaran, Bandung: FIP-UPI