Kajian Evaluasi Kinerja Bangunan terhadap Siaga Bencana Gempa.
KAJIAN EVALUASI KINERJA BANGUNAN
TERHADAP SIAGA BENCANA GEMPA
Rofika Sinaga NRP: 1121026
Pembimbing: Cindrawaty Lesmana, Ph.D.
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara yang berada di wilayah rawan gempa karena letak geografisnya yang berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik besar di dunia, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik. Kesiapsiagaan bangunan akan bahaya gempa sangat direkomendasikan untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh kejadian gempabumi yang tidak dapat diprediksi.
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah mengevaluasi kinerja bangunan
existing dengan analisis beban dorong (pushover analysis) dan mengevaluasi
kesiapsiagaan bangunan pada salah satu Gedung Pendidikan di Bandung terhadap bencana gempa. Penilaian kesiapsiagaan bangunan dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan kuesioner untuk meninjau variabel pengetahuan, tindakan, dan varibel kesiapsiagaan.
Penelitian tugas akhir ini menghasilkan target perpindahan untuk Gedung Pendidikan sebesar 0,170 m (arah x) dan 0,166 m (arah y). Kapasitas gaya geser maksimum yang dihasilkan lebih besar dibandingkan gaya geser dasar statik berdasarkan SNI 1726:2012. Adapun kesiapsiagaan bangunan terhadap bencana gempa masih perlu ditingkatkan.
(2)
PERFORMANCE BASED SEISMIC EVALUATION
TOWARD EARTHQUAKE PREPAREDNESS
Rofika Sinaga NRP: 1121026
Supervisor: Cindrawaty Lesmana, Ph.D.
ABSTRACT
Being located on three active tectonic plates, Indo-Australian Plate, the Eurasian Plate and the Pacific Plate, Indonesia is a country that prone to Earthquakes. Therefore, Earthquake Preparedness is highly recommended strategy to better understand the risk and reduce the impact of an unpredictable earthquake.
The purposes of this research were to evaluate the seismic performance of the existing building using pushover analysis and to assess the Earthquake Preparedness of Education Building in Bandung. The Earthquake Preparedness was evaluated through observation, questionnaires and interviews to assess three major variables: knowledge, action plans, and preparedness.
The results stated that targeted displacement for the building was 0,170 m (x-direction) and 0,166 m (y-direction). The result of maximum base shear reaction was greater than the static base shear from SNI 1726:2012. The Earthquake preparedness is required many improvements.
Keywords: Performance-based evaluation, pushover analysis, preparedness, earthquake.
(3)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... iv
SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR ... v
SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT. ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR BAGAN... xvii
DAFTAR NOTASI ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 3
1.3 Ruang Lingkup Penelitian ... 4
1.4 Sistematika Penulisan... 4
BAB II TINJAUAN LITERATUR ... 5
2.1 Bencana ... 5
2.2 Gempabumi ... 5
2.3 Manajemen Bencana ... 10
2.3.1 Mitigasi (Prevention) ... 12
2.3.2 Kesiapsiagaan (Preparedness) ... 13
2.3.3 Tanggap Darurat (Response) ... 16
2.3.4 Pasca Darurat (Rehabilitation/ Recontruction) ... 17
2.4 Jalur Rambu Evakuasi ... 18
2.5 Struktur Bangunan Beton Bertulang Tahan Gempa ... 22
2.5.1 Komponen Struktur ... 22
2.5.2 Struktur Bangunan Tahan Gempa ... 24
2.6 Pembebanan ... 24
2.6.1 Beban Mati ... 25
2.6.2 Beban Hidup ... 25
2.6.3 Beban Gempa ... 26
2.7 Analisa Beban Dorong (Pushover Analysis) ... 26
2.7.1 Metode Capacity Sectrum (ATC-40) ... 28
2.7.2 Metode Koefisien Perpindahan (Displacement Coefficient) ... 31
2.7.3 Properti Sendi ... 33
BAB III STUDI KASUS ... 34
3.1 Pengantar Studi Kasus ... 34
3.2 Tahap Pengerjaan Tugas Akhir ... 34
(4)
3.3.1 Observasi Lapangan ... 36
3.3.2 Kuesioner Siaga Bencana Gempa ... 36
3.3.3 Wawancara ... 39
3.4 Data Struktur ... 40
3.4.1 Data Material ... 40
3.4.2 Komponen Struktur ... 41
3.4.3 Verifikasi Komponen Struktur ... 51
3.5 Pembebanan ... 52
3.5.1 Beban Mati (SDL) ... 52
3.5.2 Beban Hidup (LL) ... 53
3.5.3 Pembebanan Atap ... 53
3.5.4 Beban Tangga ... 59
3.5.5 Beban Gempa ... 61
3.6 Pemodelan Gedung ... 62
BAB IV ANALISIS DATA DANPEMBAHASAN...82
4.1 Analisis Pushover...82
4.1.1 Kurva Kapasitas...82
4.1.2 Target Perpindahan...86
4.1.3 Tingkat Kerusakan Struktur...97
4.2 Observasi Lapangan ... 99
4.2.1 Observasi Fungsi Ruang ... 99
4.2.2 Analisis Jalur Rambu Evakuasi ... 102
4.3 Analisis Wawancara ... 108
4.3.1 Analisis Variabel Pengetahuan ... 108
4.3.2 Analisis Variabel Tindakan ... 110
4.3.3 Analisis Variabel Kesiapsiagaan Bangunan ... 111
4.4 Analisis Kuesioner ... 112
4.4.1 Analisis Variabel Pengetahuan ... 113
4.4.2 Analisis Variabel Tindakan ... 119
4.4.3 Analisis Variabel Kesiapsiagaan Bangunan ... 123
4.5 Rekomendasi Siaga Bencana Gempa untuk Bidang Pendidikan ... 128
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 131
5.1 Simpulan ... 131
5.2 Saran ... 132
DAFTAR PUSTAKA ... 133
(5)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lempeng Indonesia dan Sekitarya ... 6
Gambar 2.2 Contoh Kerusakan Bangunan Akibat Gempa ... 7
Gambar 2.3 Siklus Penanggulangan Bencana ... 12
Gambar 2.4 Contoh Denah alur Evakuasi Disertai Arah Evakuasi ... 20
Gambar 2.5 Kuva Kapasitas ... 27
Gambar 2.6 Gaya – Deformasi untuk Pushover Hinge... 28
Gambar 2.7 Ilustrasi Rekayasa Gempa Berbasis Kinerja (FEMA-273) ... 29
Gambar 2.8 Metode Displacament Coefficient (FEMA 356) ... 32
Gambar 2.9 Identifikasi Kurva Force-Displacament... 33
Gambar 2.10 Properti Sendi Default-M3 dan Default-PMM ... 34
Gambar 3.1 Denah Lantai 2 dan Lantai 4 ... 42
Gambar 3.2 Denah Lantai 3 ... 43
Gambar 3.3 Atap Bangunan ... 53
Gambar 3.4 Beban Mati ... 57
Gambar 3.5 Beban Pekerja ... 57
Gambar 3.6 Beban Hujan ... 58
Gambar 3.7 Beban Angin ... 58
Gambar 3.8 Pemodelan Tangga pada SAP 2000 ... 60
Gambar 3.9 Lokasi Kota yang Ditentukan ... 61
Gambar 3.10 Gambar Nilai SDS dan SD1 ... 62
Gambar 3.11 Grafik Respons Spektra ... 62
Gambar 3.12 Tampilan Satuan yang Digunakan ... 62
Gambar 3.13 Tampilan Plan Grid dan Story Data ... 63
Gambar 3.14 Tampilan Input Plan Grid dan Story Data ... 63
Gambar 3.15 Tampilan Memilih Define > Material ... 64
Gambar 3.16 Input Data Material ... 64
Gambar 3.17 Langkah Mendefinisikan Penampang ... 65
Gambar 3.18 Data Kolom ... 65
Gambar 3.19 Data Balok ... 66
Gambar 3.20 Tampilan Mendefinisikan Pelat ... 66
Gambar 3.21 Tampilan Mendefinisikan Load Case ... 67
Gambar 3.22 Tampilan Menentukan Sumber Massa ... 67
Gambar 3.23 Tampilan Draw Line dan Input Properties Kolom ... 68
Gambar 3.24 Kolom pada Joint yang dipilih ... 68
Gambar 3.25 Kolom Tampak 3D ... 68
Gambar 3.26 Tampilan Drawline dan Input Properties Balok ... 69
Gambar 3.27 Balok pada Joint ke Joint yang dipilih ... 69
Gambar 3.28 Balok Tampak 3D ... 69
Gambar 3.29 Tampilan Draw Area dan Input Properties Pelat... 70
Gambar 3.30 Pelat pada Joint terluar yang dipilih ... 70
Gambar 3.31 Pelat Tampak 3D ... 70
Gambar 3.32 Tampilan Menentukan Perletakkan ... 71
Gambar 3.33 Input Beban Mati pada Pelat Lantai ... 71
(6)
Gambar 3.35 Tampilan Beban Hidup Sesuai Fungsi Ruang Bangunan ... 72
Gambar 3.36 Tahap Beban pada Balok... 72
Gambar 3.37 Beban Mati pada Balok untuk Dinding Lantai 2 dan Lantai 3... 73
Gambar 3.38 Beban Mati Balok untuk Seluruh Dinding Dibawah Balkon ... 73
Gambar 3.39 Beban Dinding pada Balok Tampak 3D ... 73
Gambar 3.40 Input Load Case Gempa Statik QX dan QY ... 74
Gambar 3.41 Beban Lateral Arah X ... 74
Gambar 3.42 Beban Lateral Arah Y ... 75
Gambar 3.43 Run Analysis ... 75
Gambar 3.44 Define Hinge Prperties... 75
Gambar 3.45 Membuat Sendi Plastis pada Kolom ... 76
Gambar 3.46 Sendi Plastis Kolom Dipilih P-M2-M3 ... 76
Gambar 3.47 Membuat Sendi Plastis pada Balok ... 76
Gambar 3.48 Sendi Plastis Balok, Dipilih Shear V2 dan Moment M3 ... 77
Gambar 3.40 Dipilih Frame Nonlinear Hinges pada Kolom dan Balok ... 77
Gambar 3.50 Assign Frame Hinges pada Kolom... 78
Gambar 3.51 Assign Frame Hinges pada Balok ... 78
Gambar 3.52 Input Sendi Plastis pada Kolom dan Balok ... 78
Gambar 3.53 Input Static Nonlinear Case ... 79
Gambar 3.54 Input Pushover untuk Studi Kasus 1 ... 79
Gambar 3.55 Input Pushover untuk Studi Kasus 2 ... 80
Gambar 3.56 Input Pushover untuk Studi Kasus 3 ... 80
Gambar 3.57 Run Analysis Pushover ... 81
Gambar 4.1 Kurva Kapasitas PUSH 2 ... 82
Gambar 4.2 Analisis Tingkat Kerusakan pada PUSH 2 ... 84
Gambar 4.3 Kurva Kapasitas PUSH 3 ... 84
Gambar 4.4 Analisis Tingkat Kerusakan Struktur PUSH 3 ... 85
Gambar 4.5 Kurva Pushover menentukan nilai gaya geser dasar Vy PUSH 2 ... 87
Gambar 4.6 Interpolasi PUSH 2... 89
Gambar 4.7 Nilai Ti/Teff ... 89
Gambar 4.8 Kurva pushover menentukan nilai Ke dan Ki PUSH 2 ... 89
Gambar 4.9 Grafik Respons Spektra menentukan nilai TS ... 90
Gambar 4.10 Grafik Respons Spektra menentukan nilai Sa ... 91
Gambar 4.11 Kurva pushover menentukan nilai Ke dan Ki PUSH 3 ... 92
Gambar 4.12 Kurva Pushover menentukan nilai gaya geser dasar Vy PUSH 3 ... 93
Gambar 4.13Titik Merah pertama PUSH 2...97
Gambar 4.14 Titik Merah pertama PUSH 3...98
Gambar 4.15 Gaya – Deformasi untuk Pushover Hinge ... 98
Gambar 4.16 Denah Fungsi Gedung Pendidikan Lantai 2 ... 100
Gambar 4.17 Denah Fungsi Gedung Pendidikan Lantai 3 ... 100
Gambar 4.18 Denah Fungsi Gedung Pendidikan Lantai 3 ... 101
Gambar 4.19 Denah Fungsi Gedung Pendidikan Lantai 4 ... 101
Gambar 4.20 Gambar Fungsi Papan Pengumuman ... 102
Gambar 4.21 Denah Jalur Evakuasi pada Papan Pengumuman salah satu Gedung Pendidikan di Bandung ... 102
Gambar 4.22 Denah Letak rambu evakuasi pada Lantai 4 ... 106
Gambar 4.23 Jalur Evakuasi Keluar Gedung Teknik Lantai 4 ... 106 Gambar 4.24 Grafik Hasil Analisis Deskriptif Persentase Variabel
(7)
Pengetahuan ... 115 Gambar 4.25 Grafik Hasil Analisis Deskriptif Persentase Variabel Tindakan ... 120 Gambar 4.26Grafik Hasil Analisis Deskriptif Persentase Variabel
Kesiapsiagaan ... 124 Gambar 4.27 Rekomendasi Denah Jalur Evakuasi Gedung Pendidikan Lantai 1 ... 129 Gambar 4.28 Rekomendasi Denah Jalur Evakuasi Gedung Pendidikan Lantai 2 ... 130 Gambar 4.29 Rekomendasi Denah Jalur Evakuasi Gedung Pendidikan Lantai 3 ... 130 Gambar 4.30 Rekomendasi Denah Jalur Evakuasi Gedung Pendidikan Lantai 4 ... 130
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Data Kejadian Gempa Tahun 2000-2014... 7
Tabel 2.2 Gambar Rambu Evakuasi... 21
Tabel 2.3 Beban Hidup Terdistribusi Merata Minimum, L0 dan Beban Hidup Terpusat Minimum ... 25
Tabel 2.4 Nilai untuk Faktor Modifikasi � ... 21
Tabel 2.5 Nilai untuk Faktor Modifikasi � ... 21
Tabel 2.6 Nilai untuk Faktor Massa Efektif �� ... 21
Tabel 3.1 Referensi Kuesioner ... 38
Tabel 3.2 Komponen Struktur Kolom ... 44
Tabel 3.3 Komponen Struktur Balok ... 46
Tabel 3.4 Existing Komponen Struktur ... 51
Tabel 3.5 Pembebanan untuk Beban Hidup ... 53
Tabel 3.6 Data Atap Bangunan ... 54
Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Beban Atap Input SAP 2000 ... 56
Tabel 3.8 Reaksi Perletakkan Atap ... 56
Tabel 3.9 Reaksi Perletakkan Tangga ... 60
Tabel 4.1 Nilai untuk Faktor Modifikasi � ... 87
Tabel 4.2 Nilai Vy dan Ti/Teff Interpolasi ... 88
Tabel 4.3 Nilai untuk Faktor Modifikasi C ... 91
Tabel 4.4 Nilai koefisien target perpindahan PUSH 3 ... 92
Tabel 4.5 Massa Struktur ... 94
Tabel 4.6 Perioda ETABS v.9.5.0 ... 95
Tabel 4.7 Fungsi Bangunan Gedung Teknik... 99
Tabel 4.8 Perbandingan Jalur Rambu Evakuasi yang Tepat dan Lapangan ... 104
Tabel 4.9 Perbandingan Rambu Alat Pemadam Api yang Tepat dan Lapangan 3 ... 109
Tabel 4.10 List Pertanyaan Wawancara dan Jawaban ... 112
(9)
DAFTAR BAGAN
(10)
DAFTAR NOTASI
Pn Beban aksialPnb Beban aksial pada kondisi balance V Gaya geser dasar
IO Immediate Occupancy
LS Life Safety
CP Collapse Pervention
Te Waktu getar efektif
δt Target peralihan/Target Perpindahan
C0 Faktor modifikasi untuk mengkonversi spectral displacement struktur SDOF ekivalen menjadi roof displacement struktur sistem MDOF
C1 Faktor modifikasi untuk menghubungkan peralihan inelastik maksimum dengan peralihan responselastik linier
C2 Faktor modifikasi untuk memperlihatkan pinched hysteresis shape, degradasi kekakuan dan penurunan kekuatan pada respon peralihan maksimum
C3 Faktor modifikasi untuk memperlihatkan kenaikan peralihan akibat efek p-delta.
R Strength ratio
Sa Akselerasi spektrum respons pada waktu getar alami fundamental efektif dan rasio redaman pada arah yang ditinjau
Vy Gaya geser dasar pada saat leleh
W Berat efektif seismic
Cm Faktor massa efektif
α Rasio kekakuan pasca leleh dengan kekakuan elastik efektif
Ts Waktu getar karakteristik respons spectrum
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran L.1 Gambar Denah Struktur Lantai 2 dan 4 ... 137
Lampiran L.2 Gambar Denah Struktur Lantai 3 ... 138
Lampiran L.3 Denah Struktur Balok dan Kolom ... 139
Lampiran L.4 Tabel Detail Tulangan K1 ... 140
Lampiran L.5 Tabel Detail Tulangan K2 ... 141
Lampiran L.6 Tabel Detail Tulangan K3 ... 142
Lampiran L.7 Tabel Detail Tulangan K3º ... 143
Lampiran L.8 Tabel Detail Penulangan Balok 1 ... 144
Lampiran L.9 Tabel Detail Penulangan Balok 2 ... 145
Lampiran L.10 Tabel Detail Penulangan Balok 3 ... 146
Lampiran L.11 Tabel Detail Penulangan Balok 4º ... 147
Lampiran L.12 Tabel Detail Penulangan Balok 4 ... 147
Lampiran L.13 Tabel Detail Penulangan Balok 5 ... 148
Lampiran L.14 Tabel Detail Penulangan Balok 6 ... 148
Lampiran L.15 Tabel Detail Penulangan Balok 7º ... 149
Lampiran L.16 Tabel Detail Penulangan Balok 7 ... 149
Lampiran L.17 Tabel Detail Penulangan Balok 8º ... 150
Lampiran L.18 Tabel Detail Penulangan Balok 8 ... 150
Lampiran L.19 Tabel Detail Penulangan Balok 9 ... 151
Lampiran L.20 Tabel Detail Penulangan Balok 10 ... 152
Lampiran L.21Tabel Detail Penulangan Atap ... 153
Lampiran L.22 Tabel Detail Penulangan Tangga ... 155
Lampiran L.23 Lembar Kuesioner ... 157
Lampiran L.24 Perbandingan Rambu Alat Pemadam Api... 163
Lampiran L.25 Gambar Denah Letak Alat Pemadam Api pada Lantai 1 ... 165
Lampiran L.26 Gambar Denah Letak Alat Pemadam Api pada Lantai 2 ... 165
Lampiran L.27 Gambar Denah Letak Alat Pemadam Api pada Lantai 3 ... 166
(12)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Bencana alam selalu menarik lebih banyak perhatian ketika sudah terjadi dan mengakibatkan banyak kerugian bagi manusia yang mengalaminya. Penanggulangan bencana dapat mengurangi resiko kerugian akibat bencana dengan salah satunya menerapkan siklus penanggulangan bencana (BNPB, 2011; UNESCO, 2015). Kesiapsiagaan merupakan salah satu elemen dalam siklus penanggulangan bencana, untuk jenis bencana apapun tanpa terkecuali jenis bencana gempa.
Bangunan gedung siaga bencana gempa dibutuhkan seluruh kalangan pengguna bangunan gedung sesuai dengan manfaat bangunan gedung, karena dapat mengurangi risiko terjadinya bencana gempa (BNPB, 2011; UNESCO, 2015). Bangunan gedung siaga bencana gempa memperhatikan kelengkapan pemasangan jalur rambu-rambu evakuasi juga memperhatikan kekuatan bangunan gedung terhadap gempa (World Vision, 2011; UNESCO, 2015). Indonesia merupakan salah satu negara yang berada di wilayah rawan gempa hal ini disebabkan karena letak negara Indonesia yang berada pada titik pertemuan tiga lempeng tektonik besar di dunia, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik (BMKG, 2015). Tindakan tepat jika seluruh bangunan gedung yang berada di Indonesia, wilayah rawan gempa kuat maupun wilayah rawan gempa ringan dibangun menurut standar peraturan tata cara perencanaan bangunan gedung yang berlaku di Indonesia.
Salah satu pemanfaatan bangunan gedung di Indonesia adalah sebagai bangunan gedung fasilitas pendidikan (SNI 1726:2012). Bangunan gedung merupakan salah satu fasilitas terpenting yang dibutuhkan siswa-siswi dalam kegiatan belajar mengajar (UNESCO, 2015). Setiap bangunan perlu diperhatikan apakah bangunan sudah memenuhi standar tata cara perencanaan ketahanan gempa yang berlaku untuk menghindari peluang kerusakan bangunan. Kerusakan pada gedung pendidikan akan menghambat masa pendidikan yang sedang dijalani
(13)
oleh peserta pendidikan (HAKI, 2012). Ketika antisipasi kerusakan pada sebuah bangunan terkhusus kerusakan yang ditimbulkan oleh gerakan tanah/gempa tidak dilakukan, maka resiko terhambatnya perkembangan pembangunan bangsa Indonesia dan secara khusus bagi siswa-siswi di Indonesia akan semakin besar apabila terjadi bencana (Sukandarrumidi, 2010; BNPB, 2011; World Vision Indonesia, 2011; UNESCO, 2015).
Kejadian gempa Yogyakarta 27 Mei 2006 menjadi salah satu fakta yang berdampak kerusakan sebanyak 7.057 rumah dan juga merusak bangunan gedung Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Survey 1 Juni 2006 menyatakan 1413 sekolah rusak antara lain 261 di Kota Yogyakarta, 38 di Kabupaten Sleman, 294 di Bantul, 225 di Gunung Kidul, 121 di Kulon Progo, 306 di Klaten, 79 di Kabupaten Magelang, 89 di Purworejo dan Perguruan Tinggi ISI (Institut Seni Indonesia) serta STIE Kerja Sama (Sukandarrium, 2010 dan Yulaelawati. Ella; Syihab. Usman, 2008). Kejadian tersebut menyebabkan kegiatan belajar mengajar terhenti sampai bangunan gedung pendidikan yang rusak selesai diperbaiki (Yulaelawati. Ella; Syihab. Usman, 2008). Peluang kerusakan yang terjadi pada bangunan sangat penting untuk diperhatikan, terkhusus jika penyebabnya adalah daya dukung bangunan yang lemah akibat gempa (Frick Heinz; Mulyani Hesti Tri, 2006). Memperkecil resiko kerusakan bangunan dapat meminimalisir waktu yang terbuang untuk pendidikan generasi muda Indonesia. Kemajuan negara Indonesia di masa yang akan datang dipengaruhi oleh keberadaan generasi muda Indonesia setelah mereka selesai menjalani pendidikan yang diperoleh (World Vision Indonesia, 2011; UNESCO, 2015).
Seiring berjalannya waktu, Standar Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk sebuah bangunan terus berkembang. Standar Nasional Indonesia (SNI) terbaru mengenai perencanaan bangunan tahan gempa diterbitkan pada tahun 2012. Bangunan gedung yang telah dibangun sebelum tahun 2012 dianalisis dan didesain untuk memenuhi persyaratan ketahanan gempa yang berlaku pada masa bangunan tersebut didirikan. Namun mengingat adanya pembaharuan standar tata cara perencanaan ketahanan gempa, bangunan gedung existing perlu dianalisa terhadap peraturan terbaru, SNI 1726:2012, sehingga dapat diketahui kinerja bangunan gedung sebagai acuan untuk tindakan pengurangan resiko
(14)
bencana. Salah satu metode untuk menganalisa kinerja struktur bangunan gedung adalah menggunakan analisis beban dorong (pushover analysis). Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas seismik bangunan gedung. Analisis beban dorong dilakukan dengan memberikan beban statis dalam arah lateral yang ditingkatkan secara bertahap (incremental) hingga mencapai target perpindahan tertentu atau mencapai keruntuhan (Manalip. H. Sudarman; Reky; Windah; Servie, 2014; Triani Irda Isni, 2015).
Kejadian gempa Yogyakarta 27 Mei 2006 tidak hanya berakibat pada kerusakan bangunan gedung tetapi juga mengakibatkan korban tewas mencapai 6.234 orang, luka berat sebanyak 33.231 jiwa dan 12.917 jiwa lainnya menderita luka ringan (Yulaelawati. Ella; Syihab. Usman. 2008; Sukandarrium, 2010). Siaga bencana gempa memiliki peran penting dalam mengurangi risiko bencana terutama dampak negatif dari gempa. Siaga bencana sering kali dianggap sebagai suatu hal yang sederhana sehingga sering terlupakan dari komponen sebuah bangunan gedung (Rahmawati Husein, 2009). Siaga merupakan upaya antisipasi, sebagai contoh: membuat, memasang, dan mengsosialisasikan petunjuk arah evakuasi dan rambu-rambu, seperti tanda pintu dan tangga darurat untuk evakuasi ketika terjadi gempa bumi (Rahmawati Husein, 2009; Sukandarrium, 2010; UNESCO, 2015). Penerapan siaga bencana gempa diharapkan dapat mengurangi kerugian jiwa, harta benda, dan terganggunya kegiatan belajar mengajar dalam dunia pendidikan (BNPB, 2011; dan World Vision Indonesia, 2011; UNESCO, 2015).
1.2Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah:
1. Mengevaluasi kinerja bangunan gedung existing terhadap Standar Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa SNI 1726:2012, dengan analisis beban dorong (pushover analysis); dan
2. Mengevaluasi kesiapsiagaan salah satu bangunan Gedung Pendidikan di Bandung terhadap bencana gempa.
(15)
1.3Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah:
1. Penelitian dilakukan pada salah satu bangunan Gedung Pendidikan di Bandung (Gedung Pendidikan Lama);
2. Analisis kinerja bangunan menggunakan metode pushover analysis dengan bantuan perangkat lunak Extend Three Dimension Analysis of Building
System (ETABS)v.9.5.0;
3. Data analisis kinerja yang digunakan dibatasi dari data gambar kerja (as built
drawing) konsultan yang diperoleh dari Biro Pendayagunaan Sarana dan
Prasarana, Gedung Pendidikan yang ditinjau;
4. Analisis struktur sekunder seperti atap dan tangga dihitung dengan bantuan perangkat lunak Structure Analyze Program (SAP) 2000;
5. Pondasi diasumsikan kuat sehingga tidak dianalisis;
6. Peraturan yang digunakan untuk menganalisis beban gempa adalah SNI 1726:2012, peraturan pembebanan mengacu pada SNI 1727:2013;
7. Siaga bencana terbatas hanya kesiapsiagaan terhadap bencana gempa.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan adalah:
BAB I: Pendahuluan, berisi latar belakang, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: Tinjauan Literatur, berisi tentang teori yang dipakai untuk analisis dan pembahasan pada studi kasus, seperti: Struktur Beton, Gempabumi, Struktur Bangunan Tahan Gempa, Evaluasi Kinerja Bangunan Gedung, Siaga Bencana Gempa, dan lain-lain.
BAB III: Studi Kasus, berisikan Diagram Alir Penelitian, Data, Denah Bangunan yang dianalisa, dan Jalur Rambu.
BAB IV: Analisis data dan pembahasan, berisi tentang penjelasan atau pemaparan analisis bangunan gedung sampai pada pencapaian tujuan. BAB V: Simpulan dan Saran, berisi simpulan dan saran dari hasil penelitian.
(16)
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Target perpindahan yang diperoleh berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan untuk arah x dan y menjadi indikasi sejauh mana struktur kondisi struktur apabila terjadi gempa tertentu. Target perpindahan PUSH 2 adalah 0,170 m dan target perpindahan PUSH 3 adalah 0,166 m. Nilai gaya geser dasar statik (Vs) SNI 1726:2012 adalah sebesar 729625,2126 kg. Berdasarkan nilai gaya geser dasar statik (Vs), simbol kategori PUSH 2 adalah C-D, terjadi degradasi struktur yang besar sehingga kondisi struktur tidak stabil dan hampir collapse. Nilai gaya geser dasar statik (Vs) simbol kategori PUSH 3 adalah IO-LS, kerusakan yang ditimbulkan adalah kecil hingga sedang sehingga gedung masih aman dan dapat digunakan.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode target perpindahan FEMA 356 PUSH 2 memiliki nilai target perpindahan 0,170 m dan PUSH 3 memiliki nilai target perpindahan 0,166 m. Nilai maksimum perpindahan PUSH 2 adalah 0,1014 m sedangkan nilai maksimum perpindahan PUSH 3 adalah 0,0022 m. Nilai perpindahan pada PUSH 2 dan PUSH 3 berada pada kondisi dibawah nilai target perpindahan yang diperoleh. Kondisi ini berarti bahwa struktur terlalu kaku dan daktilitas yang dimiliki rendah. Kerusakan struktur bangunan selalu terjadi pada balok terlebih dahulu seperti titik kinerja maksimum struktur pada PUSH 2 dan PUSH 3.
Sebuah rambu jalur evakuasi telah dipasang di lantai 4 Gedung Pendidikan, hanya saja jumlah ini relatif kurang informatif, mengingat jumlah populasi yang cukup tinggi dari bangunan gedung tersebut. Sebagian pintu menuju jalur potensial evakuasi pada Gedung Pendidikan selalu terkunci tanpa alasan jelas. Pada Gedung Pendidikan tidak ditemukan denah jalur evakuasi seperti yang terdapat pada lantai satu Gedung Adminsitrasi Pusat (GAP), Gedung Pendidikan tersebut. Observasi menghasilkan jalur rambu evakuasi pada Gedung Pendidikan belum memadai.
(17)
Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara, pengguna dan pemangku kepentingan di Gedung Pendidikan memiliki pengetahuan mengenai siaga bencana gempabumi. Pengguna dan pemangku di Gedung Pendidikan mengetahui tindakan yang perlu dilakukan dalam menghadapi bencana gempabumi, akan tetapi belum ada kebijakan secara langsung dan sosialisasi kesiapsiagaan bangunan terhadap bencana gempa secara terpadu. Simpulan salah satu Gedung Pendidikan di Bandung bukan termasuk Gedung yang siap-siaga terhadap bencana gempa.
5. 2 Saran
Saran yang dapat disampaikan untuk penelitian lebih lanjut adalah antara lain untuk melakukan penelitian evaluasi kinerja bangunan terhadap gempa menggunakan metode lain. Melakukan penelitian evaluasi bangunan siaga bencana gempa terhadap seluruh bangunan di Unversitas Kristen Maranatha. Agar tercipta kesiapsiagaan gedung sebagai tempat kegiatan pelaksanaan pendidikan dan terwujud para pengguna gedung yang siap menghadapi bencana gempa.
(18)
DAFTAR PUSTAKA
Afiyan. (2013, Januari 31). Jalur Evakuasi Tepat, Semua Orang Selamat , Bagian
2 (Tamat). Retrieved Januari 2, 2016, from Lorco: http://www.lorco.co.id
ASCE. (2000) "FEMA 356 -Prestandard And Commentary For The Seismic Rehabilitation Of Buildings" , Federal Ememrgency Management Agency, Washington, D.C.
ATC-40. (1999). Capacity-Demand-Diagram Methods for Estimating Seismic
Deformation of Inelastic Structures: SDF Systems.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (n.d.). Retrieved Oktober 8, 2015, from Kamus Besar Bahasa Indonesia Web Site: http://kbbi.web.id/
BMKG. (2011). Sosialisasi Mitigasi Gempa Bumi Pada Gedung Bertingkat Di Kota Bandung.
BMKG. (2015). Badan Meteorologi, Klimatologi , dan Geofisika. Retrieved from http://inatews.bmkg.go.id/new/glossary.php
BMKG. (2015). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Retrieved from http://inatews.bmkg.go.id/new/gempa_dirasakan.php
BNPB. (2011, Oktober). Jurnal Penanggulangan Bencana. Jurnal
Penanggulangan Bencana.
BNPB. (2012). Pedoman Penerapan Sekolah/Madrasah Aman Dari Bencana. Dewobroto, W. (2005). Jurnal Teknik Sipil. Evaluasi Kinerja Struktur Baja Tahan
Gempa dengan Analisa Pushover.
Dewobroto, W. (2006). Jurnal Teknik Sipil. Evaluasi Kinerja Bangunan Baja
Tahan Gempa dengan SAP2000.
Dipohusodo, I. (1999). Struktur Beton Bertulang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Djohanputro, B. (2013, May 21). PPM Manajemen. Retrieved 2015, from Wordpress:
https://manajemenppm.wordpress.com/2013/05/21/manajemen-bencana-disaster-management/
Edwin Syalli Siregar, Y. A. (2015). Jurnal Online ITENAS. Usulan Perancangan
Jalur Evakuasi Menggunakan Algoritma Djikstra.
Ella Yulaelawati, P., & Usman Syihab, P. (2008). Mencerdasi Bencana: banjir,
tanah longsor, tsunami, gempa bumi, gunung api, kebakaran. Jakarta:
(19)
Gubernur. (2007). Patent No. 5. Sumatra Barat.
Habibullah, A., Pyle, S. (1998). Published in Structure Magazine. Practical Three Dimensional Nonlinear Static Pushover Analysis.
HAKI. (2011). Konsep SNI Gempa 1726-201x.
Heinz, F., & Tri, M. H. (2006). Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu. Husein, R. (2009). Jalur Evakuasi Gempa Dilupakan.
Husein, R. (2013). Siaga Darurat Bencana.
Isni, T. I. (2015). In Analisa Pushover Pada Bangunan Beton Bertingkat Tinggi
Terhadap Beban Gempa Berdasarkan SNI-1726-2002 dan SNI 1726:2012.
Bandung: Universitas Maranatha.
Kristanti, E. Y. (2009, September 3). Viva.co.id. Retrieved from
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/87493-ini_daftar_gempa_dasyat_di_indonesia
Manalip, S. H., Windah, R. S., & Dapas, S. O. (2014). Jurnal Sipil Statik. Analisis
Pushover Pada Struktur Gedung Bertingkat Tipe Podium.
Mulya. (2015, Oktober 6). http://documents.tips/documents/kuisioner-gempa.html. Nawy, E. (1990). Beton Bertulang: Suatu Pendekatan Dasar. Bandung: PT
Eresco.
Nur, A. M. (2010). Jurnal Teknik Sipil. Gempa Bumi, Tsunami dan Mitigasinya. Nurchayat, N. A. (2014). Skripsi. In Perbedaan Kesiapsiagaan Menghadapi
Bencana Gempa Bumi Antara Kelompok Siswa Sekolah Dasar yang Dikelola dengan Strategi Pedagogi dan Andragogi. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
PERDA. (2007). Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat.
PERDA. (2010). Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
PERDA. (2013). Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Perda Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Di Kabupaten
Bandung.
Permana, H., Carolita, I., & Rasyid, M. (2007). Pedoman Pembuatan Peta Jalur
Evakuasi Bencana Tsunami. Jakarta: Kementrian Negara Riset dan
Teknologi.
Pranata, Y. A. (2006). Jurnal Teknik Sipil. Evaluasi Kinerja Gedung Beton
(20)
Pranata, Y. A., & Wijaya, P. K. (2008). Jurnal Teknik Sipil. Kajian Daktilitas
Struktur Gedung Beton Bertulang dengan Analisis Riwayat Waktu dan Analisis Beban Dorong.
Prof. Ir. Sukandarrumidi, M. P. (2010). Bencana Alam & Bencana Anthropogene. Yogyakarta: Kanisius.
Rachmat, A. (2015). Partisipasi Masyarakat Dalam Mitigasi.
Reza, S. F., Suryanita, R., & Ismeddiyanto. (2015). Analisis Kinerja Struktur Beton Bertulang di Wilayah Gempa Indonesia Intensitas Tinggi dengan Kondisi Tanah Lunak.
SNI 1726:2012. (2012). Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung. Jakarta: Badan
Standardisasi Nasional.
SNI 2847:2013. (2013). Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Sudarmoko, 1996, Perencanaan dan Analisis Kolom Beton Bertulang, Biro Penerbit, Yogyakarta
Sunarno. (2011). Kajian Terhadap Sarana “Emergency Exit" Pada Plasa Ambarukmo Yogyakarta.
Taufiqqurakhman, A. (2011, April 11). teknologi.inilah.com. Retrieved from http://teknologi.inilah.com/read/detail/1849995/daftar-10-gempa-terbesar-indonesia
Taufiqqurakhman, A. (2012, April 11). teknologi.inilah.com. Retrieved from http://teknologi.inilah.com/read/detail/1849995/daftar-10-gempa-terbesar-indonesia
UNDANG-UNDANG. (2002). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR2 8 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG. Jakarta.
UNDANG-UNDANG. (2007). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA.
Jakarta.
UNDANG-UNDANG. (2008). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA. Jakarta.
UNESCO. (2007). Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi
Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di Nias Selatan. Jakarta: UNESCO.
UNESCO. (2015). www.sigana.web.id. Retrieved from www.sigana.web.id: http://www.sigana.web.id/index.php/gempa-bumi.html
(21)
Wibowo, A. P. (2012). In Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang dengan
Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM). Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Wicaksono, W. (2007). Pedoman Menghadapi Bencana Gempa dan Tsunami. Yulianto, F. (2011). Management Bencana Di Indonesia.
Yulianto, F. (2015). Management Bencana Di Indonesia. Siklus Disaster
(1)
131 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Target perpindahan yang diperoleh berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan untuk arah x dan y menjadi indikasi sejauh mana struktur kondisi struktur apabila terjadi gempa tertentu. Target perpindahan PUSH 2 adalah 0,170 m dan target perpindahan PUSH 3 adalah 0,166 m. Nilai gaya geser dasar statik (Vs) SNI 1726:2012 adalah sebesar 729625,2126 kg. Berdasarkan nilai gaya geser dasar statik (Vs), simbol kategori PUSH 2 adalah C-D, terjadi degradasi struktur yang besar sehingga kondisi struktur tidak stabil dan hampir collapse. Nilai gaya geser dasar statik (Vs) simbol kategori PUSH 3 adalah IO-LS, kerusakan yang ditimbulkan adalah kecil hingga sedang sehingga gedung masih aman dan dapat digunakan.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode target perpindahan FEMA 356 PUSH 2 memiliki nilai target perpindahan 0,170 m dan PUSH 3 memiliki nilai target perpindahan 0,166 m. Nilai maksimum perpindahan PUSH 2 adalah 0,1014 m sedangkan nilai maksimum perpindahan PUSH 3 adalah 0,0022 m. Nilai perpindahan pada PUSH 2 dan PUSH 3 berada pada kondisi dibawah nilai target perpindahan yang diperoleh. Kondisi ini berarti bahwa struktur terlalu kaku dan daktilitas yang dimiliki rendah. Kerusakan struktur bangunan selalu terjadi pada balok terlebih dahulu seperti titik kinerja maksimum struktur pada PUSH 2 dan PUSH 3.
Sebuah rambu jalur evakuasi telah dipasang di lantai 4 Gedung Pendidikan, hanya saja jumlah ini relatif kurang informatif, mengingat jumlah populasi yang cukup tinggi dari bangunan gedung tersebut. Sebagian pintu menuju jalur potensial evakuasi pada Gedung Pendidikan selalu terkunci tanpa alasan jelas. Pada Gedung Pendidikan tidak ditemukan denah jalur evakuasi seperti yang terdapat pada lantai satu Gedung Adminsitrasi Pusat (GAP), Gedung Pendidikan tersebut. Observasi menghasilkan jalur rambu evakuasi pada Gedung Pendidikan belum memadai.
(2)
132 Universitas Kristen Maranatha
Berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara, pengguna dan pemangku kepentingan di Gedung Pendidikan memiliki pengetahuan mengenai siaga bencana gempabumi. Pengguna dan pemangku di Gedung Pendidikan mengetahui tindakan yang perlu dilakukan dalam menghadapi bencana gempabumi, akan tetapi belum ada kebijakan secara langsung dan sosialisasi kesiapsiagaan bangunan terhadap bencana gempa secara terpadu. Simpulan salah satu Gedung Pendidikan di Bandung bukan termasuk Gedung yang siap-siaga terhadap bencana gempa.
5. 2 Saran
Saran yang dapat disampaikan untuk penelitian lebih lanjut adalah antara lain untuk melakukan penelitian evaluasi kinerja bangunan terhadap gempa menggunakan metode lain. Melakukan penelitian evaluasi bangunan siaga bencana gempa terhadap seluruh bangunan di Unversitas Kristen Maranatha. Agar tercipta kesiapsiagaan gedung sebagai tempat kegiatan pelaksanaan pendidikan dan terwujud para pengguna gedung yang siap menghadapi bencana gempa.
(3)
133 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Afiyan. (2013, Januari 31). Jalur Evakuasi Tepat, Semua Orang Selamat , Bagian
2 (Tamat). Retrieved Januari 2, 2016, from Lorco: http://www.lorco.co.id
ASCE. (2000) "FEMA 356 -Prestandard And Commentary For The Seismic Rehabilitation Of Buildings" , Federal Ememrgency Management Agency, Washington, D.C.
ATC-40. (1999). Capacity-Demand-Diagram Methods for Estimating Seismic
Deformation of Inelastic Structures: SDF Systems.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (n.d.). Retrieved Oktober 8, 2015, from Kamus Besar Bahasa Indonesia Web Site: http://kbbi.web.id/
BMKG. (2011). Sosialisasi Mitigasi Gempa Bumi Pada Gedung Bertingkat Di Kota Bandung.
BMKG. (2015). Badan Meteorologi, Klimatologi , dan Geofisika. Retrieved from http://inatews.bmkg.go.id/new/glossary.php
BMKG. (2015). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Retrieved from http://inatews.bmkg.go.id/new/gempa_dirasakan.php
BNPB. (2011, Oktober). Jurnal Penanggulangan Bencana. Jurnal
Penanggulangan Bencana.
BNPB. (2012). Pedoman Penerapan Sekolah/Madrasah Aman Dari Bencana. Dewobroto, W. (2005). Jurnal Teknik Sipil. Evaluasi Kinerja Struktur Baja Tahan
Gempa dengan Analisa Pushover.
Dewobroto, W. (2006). Jurnal Teknik Sipil. Evaluasi Kinerja Bangunan Baja
Tahan Gempa dengan SAP2000.
Dipohusodo, I. (1999). Struktur Beton Bertulang. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Djohanputro, B. (2013, May 21). PPM Manajemen. Retrieved 2015, from Wordpress:
https://manajemenppm.wordpress.com/2013/05/21/manajemen-bencana-disaster-management/
Edwin Syalli Siregar, Y. A. (2015). Jurnal Online ITENAS. Usulan Perancangan
Jalur Evakuasi Menggunakan Algoritma Djikstra.
Ella Yulaelawati, P., & Usman Syihab, P. (2008). Mencerdasi Bencana: banjir,
tanah longsor, tsunami, gempa bumi, gunung api, kebakaran. Jakarta:
(4)
134 Universitas Kristen Maranatha
Gubernur. (2007). Patent No. 5. Sumatra Barat.
Habibullah, A., Pyle, S. (1998). Published in Structure Magazine. Practical Three Dimensional Nonlinear Static Pushover Analysis.
HAKI. (2011). Konsep SNI Gempa 1726-201x.
Heinz, F., & Tri, M. H. (2006). Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu. Husein, R. (2009). Jalur Evakuasi Gempa Dilupakan.
Husein, R. (2013). Siaga Darurat Bencana.
Isni, T. I. (2015). In Analisa Pushover Pada Bangunan Beton Bertingkat Tinggi
Terhadap Beban Gempa Berdasarkan SNI-1726-2002 dan SNI 1726:2012.
Bandung: Universitas Maranatha.
Kristanti, E. Y. (2009, September 3). Viva.co.id. Retrieved from
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/87493-ini_daftar_gempa_dasyat_di_indonesia
Manalip, S. H., Windah, R. S., & Dapas, S. O. (2014). Jurnal Sipil Statik. Analisis
Pushover Pada Struktur Gedung Bertingkat Tipe Podium.
Mulya. (2015, Oktober 6). http://documents.tips/documents/kuisioner-gempa.html. Nawy, E. (1990). Beton Bertulang: Suatu Pendekatan Dasar. Bandung: PT
Eresco.
Nur, A. M. (2010). Jurnal Teknik Sipil. Gempa Bumi, Tsunami dan Mitigasinya. Nurchayat, N. A. (2014). Skripsi. In Perbedaan Kesiapsiagaan Menghadapi
Bencana Gempa Bumi Antara Kelompok Siswa Sekolah Dasar yang Dikelola dengan Strategi Pedagogi dan Andragogi. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
PERDA. (2007). Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat.
PERDA. (2010). Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
PERDA. (2013). Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Perda Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Di Kabupaten
Bandung.
Permana, H., Carolita, I., & Rasyid, M. (2007). Pedoman Pembuatan Peta Jalur
Evakuasi Bencana Tsunami. Jakarta: Kementrian Negara Riset dan
Teknologi.
Pranata, Y. A. (2006). Jurnal Teknik Sipil. Evaluasi Kinerja Gedung Beton
(5)
135 Universitas Kristen Maranatha
Pranata, Y. A., & Wijaya, P. K. (2008). Jurnal Teknik Sipil. Kajian Daktilitas
Struktur Gedung Beton Bertulang dengan Analisis Riwayat Waktu dan Analisis Beban Dorong.
Prof. Ir. Sukandarrumidi, M. P. (2010). Bencana Alam & Bencana Anthropogene. Yogyakarta: Kanisius.
Rachmat, A. (2015). Partisipasi Masyarakat Dalam Mitigasi.
Reza, S. F., Suryanita, R., & Ismeddiyanto. (2015). Analisis Kinerja Struktur Beton Bertulang di Wilayah Gempa Indonesia Intensitas Tinggi dengan Kondisi Tanah Lunak.
SNI 1726:2012. (2012). Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung. Jakarta: Badan
Standardisasi Nasional.
SNI 2847:2013. (2013). Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
Sudarmoko, 1996, Perencanaan dan Analisis Kolom Beton Bertulang, Biro Penerbit, Yogyakarta
Sunarno. (2011). Kajian Terhadap Sarana “Emergency Exit" Pada Plasa Ambarukmo Yogyakarta.
Taufiqqurakhman, A. (2011, April 11). teknologi.inilah.com. Retrieved from http://teknologi.inilah.com/read/detail/1849995/daftar-10-gempa-terbesar-indonesia
Taufiqqurakhman, A. (2012, April 11). teknologi.inilah.com. Retrieved from http://teknologi.inilah.com/read/detail/1849995/daftar-10-gempa-terbesar-indonesia
UNDANG-UNDANG. (2002). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR2 8 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG. Jakarta.
UNDANG-UNDANG. (2007). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA.
Jakarta.
UNDANG-UNDANG. (2008). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA. Jakarta.
UNESCO. (2007). Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi
Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di Nias Selatan. Jakarta: UNESCO.
UNESCO. (2015). www.sigana.web.id. Retrieved from www.sigana.web.id: http://www.sigana.web.id/index.php/gempa-bumi.html
(6)
136 Universitas Kristen Maranatha
Wibowo, A. P. (2012). In Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang dengan
Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM). Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Wicaksono, W. (2007). Pedoman Menghadapi Bencana Gempa dan Tsunami. Yulianto, F. (2011). Management Bencana Di Indonesia.
Yulianto, F. (2015). Management Bencana Di Indonesia. Siklus Disaster