Identitas Kultural, Komunikasi, dan Globalisasi: Konstruksi Identitas Kultural Masyarakat Pluralis dalam Terpaan Globalisasi.

(B. Sosial)
Identitas Kultural, Komunikasi, dan Globalisasi: Konstruksi Identitas Kultural Masyarakat
Pluralis dalam Terpaan Globalisasi
Pawito; Trikartono, Drajat
Program Pascasarjana UNS, Penelitian, BOPTN UNS, Hibah Pascasarjana, 2012
Penelitian ini berkenaan dengan persoalan bagaimana identitas kultural dijaga/dilestarikan oleh
masyarakat Kaliwungu Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah yang notabene adalah masyarakat
dengan budaya kental dengan nuansa keislaman di samping juga pesisiran. Persoalan bagaimana
identitas kultural dijaga/dilestarikan oleh masyarakat dipandang terutama dalam kaitan dengan
komunikasi dan dalam konteks globalisasi dengan mengambil titikberat terutama dalam hal berbahasa,
berbusana, dan beradat-kebiasaan (mengambangkan tradisi). Pendekatan kualitatif dengan studi kasus
yang bertumpu pada observasi, focus group discussion, dan wawancara mendalam digunakan dalam
penelitian ini.
Penelitian ini menemukan kesan antara lain bahwa masalah identitas kultural sebenarnya lebih
merupakan entitas yang kompleks dan saling berkaitan antara berbagai aspek yang ada yang khusus
dalam konteks penelitian ini adalah berkenaan dengan tiga hal pokok berbusana, berbahasa, dan
bertradisi. Secara umum dapat dikatakan bahwa masyarakat Kaliwungu yang lebih memiliki corak budaya
keislaman (di samping pesisiran) menjaga/melestarikan identitas kultural melalui antara lain ketiga aspek
tersebut yang ternyata memang bernuansakan keislaman dan pesisiran. Masyarakat Kaliwungu
mengembangkan bahasa yang lebih egaliter dan bersifat langsung (tidak eufemistik) seperti penggunaan
bahasa Jawa Ngoko yang sering bercampur dengan bahasa kromo madyo dan bahasa Indonesia di

samping juga banyak sekali dijumpai penggunaan kosakata bahasa Arab serta cara pandang/cara pikir
yang dapat dengan mudah dicari rujukannya pada nilai-nilai keislaman yang bersumber dari Al-Qur’an
dan Al-Hadits.
Begitu pula dalam cara berbusana dan mengembangkan adat-istiadat nampak sekali nuansa keislaman.
Baju koko-sarung tenun-kopiah hitam bagi para lelaki dewasa dan kemudian baju jilbab dengan segala
variasi yang ada sangat lazim dijumpai. Kemudian adat-kebiasaaan seperti silaturahmi, syawalan,
sadranan, dan weh-wehan disamping memang merupakan tradisi juga merupakan bentuk/forum
komunikasi yang berkembang di masyarakat Kaliwungu. Dalam banyak hal bentuk/forum komunikasi
yang notabene adalah juga tradisi ini ternyata menentukan cara berbusana masyarakat. Dari sisi ini
kelihatan jelas bahwa dalam konteks globalisasi maka cara-cara menjaga/melestarikan identitas kultural
seperti nampak yang berkembang di Kaliwungu adalah pengembangan/pelestarian tradisi yang sangat
lekat (inherent) dengan komunikasi.