KONFLIK HUKUM ADAT DAN HUKUM NEGARA : KAJIAN KONFLIK HAK KEPEMILIKAN TANAH ADAT DI KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR DAN DAMPAK TERHADAP PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR.

Abstrak
Pada hakelmtnya hukum adat dan hukum negara berbeda. Perbedaan itu
terletak pada sejarah, metode, serta nonna-nonna yang dihidupi dan dikembangkan
dalam kehidupan masyarakat umwn. Ruang lingkup hukum adat lebih condong pada
kehidupan masyarakat adat dan penerapannya secara turun temurun. Penyampaian
oonna-nonnanya secara lisa dari generasi ke generasi berikutnya. Sedangkan dalam
hukum negara memilild norma-norma atau peraturan secara tertulis. Ruang
lingl.."'lpnya berlaku bagi masyarakat umum.
Demikian halnya dalam pengaturan mcngcnai tanah adat, hukum adat
berlandaskan pada norma-norma adat. Di sini dimaksudnya bahwa hukum adat
mengatur eksistensi tanah adat terutama dalam bentuk pengolahan tanah. Hukum adat
tak pernah mengnal tanah adat itu dimiliki perorangan tetapi tanah ada! itu adalah
milik kelompok secara kolektif. Kalaupun tanah adat dikelola secara individu tetapi
keberadaannya masih dalam linglcup kebersamaan. Lain halnya dengan konsep
hukum negara mengenai tanah adat. Huk'Uill negara mengakui tanah adat sebagai
milik suatu suk"'l tertentu tetapi dalam konsep tertentu hukum adat mengenai tanah
adat tetap menaati norma-norma hukwn negara.
Pengaturan mengenai tana:b, telah diundangkan dalam UUD 1945 pasal 33
ayat 3 dan UUPA 1960 pasall ayat 1-3. Dalam UUD 1945 dan UUPA 1960, mclihat
tanah sebagai kekayaan seluruh masyarakat Indonesia. Tak adat tanah yang tidak
memili.ki tuannya atau res nullius. (tanah yang talc bertuan). Pada prinsipnya dalam

huk"'lm adat, tanah diatur oleh masing-masing etnik atau sukunya sendiri, baik
batasan tanah maupun kegunaan akan eksistensi tanah itu sendiri.
Dalam masyarakat Batalc Toba, tanah tidak hanya sekedar sebagai pemcnuhan
ekonomi tetapi tanah juga sebagai simbol identitas atau cksistensi dalam suatu
wecn;mgy~
!l!l!\1 ~nya
.Walam dalwn
kelompok marga tertentu, y~g
kclompok marganya ma.~ing-s
Adalah tabu ketika dalam suatu marga tertentu
menjual tanah warisan pusaka itu kepada orang lain. Ketika orang Batalc menjual
tanahnya kepada orang lain maka eksistensi marganya mcngenai tanah adat itu akan
hilang. Berdasarkan konsep tersebut maka dalam tesis ini akan diuraikan mengapa
OI'BJ)g Batalc selalu konflik ketika salah satu kelompoknya mcnjual atau
menghibahkan tanahnya kepada orang lain.
Salah satu fenomena. mengapa tetjadi konflik dalam masyarakat Batak
mengenai tanah ada!? Pertama, karena adanya kepentingan yang berbeda mengenai
tanah adat. Kedua, adanya keinginan salah saru marga menjaga originalitas tanah
leluburnya maka tanah leluhumyaitu tidak mau dijual kepada siapapun juga.
Berdasarkan gagasan tersebut maka timbul beberapa konflik di kabupaten Sarnosir

mengenai tanah adat misalnya konflik dalam serilarga, beda marga, serta ko ntlik
antara kelompok marga dengan tanah yang telah dihibahkan atau tanah adat yang
telah dijual kepada pemerintah daerah kabupaten Samosir. Fenomena konflik di
kabupaten Sanwsir talc berlan(!)>Wlg anarkis tetapi biasanya konfliknya didiarnkan
bcgitu saja atau konflik diam (latent of conjlict). Selain itu, koofl.ik yang ada dapat
diselesaikan melalui jalur perangkat adat (Dolihan Na Tofu, natua-tua adat, yang
juga dibantu oleb unsur-unsur lainnya dalam masyarakat.

Ill

Abstract
Intrinsically custom law and state law are d ifferent The differences are in
and also norms of conunon. The scope of custom continiously
history, me ~ hod,
applicated the application of that norms is done directly from one generation to the
next generatiotL While in state law the is writing. It scope is used in common society.
ln. the cutom law, the arrangement of custom lan d~ s based on custom norms.
It mean that custom law rules the custom land exisistence especially in form of
management of land. Customary law never recognize that custom land ;or groWJd is
personally owned. But it is collectively, owcned. Eventhougb it is managed is

togetherness. On the other hand the concept of custom land is different in state law.
State law coofess that custom Iand;is owened by certain tribe but in cenain concept,
custom law concern with custom land still obey the stale law norms.
The- arrangement of land;bas been ruled in Constitution of 1945 section 33
article 3 and Fundamental Undam-Undang of Agrarla Section I sentence 1-3. In
constitution of 1845 ·a nd UUPA '60, said t hat land;is the treasure of all Indonesia
people. Lands without the owcners or nullius res. Princ-iple in customa law. the
l and~
arranged by each ethnic or own its tribe, either land border or the used of the
land itself.
In Batak Toba culture, land;is not only for economic need but also for as the
identity symbol or as the exisistence of certain clan group name marga, which
authority is in that each family name marga. It is taboo that in certain clan name sen
heritage land to others. When one Batak seU h.is land;to others, the clan existence of
family name about thailand will be gone. Based on that concept in this thesis ·will be
explained why Batakness always :has conflict when one of his group/clan member
sell his land to others.
The phenomenon why conllici is happened in Batak culture concern with
custom land are there is differenl need or necessity concern with custom land 2"•
there is a desjre of " family name member to keep the originality of ancestor land, so

that they do not sell their land to anyone. Based on tho ideal the conflict arise in
Samosir reqency about that custom land. Has been sold to the for instance conflict in
same clan and different clan I~
government ofSamosir.
Tbe phenomenon of this conflict is not anarchically happened but they usually
let the conflict be (silent of conflict). Beside that, the conflict is customly overcome
for instance by family (Dalihan Na Tofu) helped by the other substance in society fo r
instance. Tungga ne Hura (1he leader of cenain village), religion figure, police
institution. Batakness solve their problem by law rarely. The power of law to handle
the land problem is still coofessed .

iv

..,

.,

,,,.
'1


~ =- ~ ·

....

; _.rivatisasi Tanah Adat ......................... .. ........ liZ
5.4.5 Kooflik Taoah Adat dan Pembangunan lnfrastruktur .......... 114

5.5 Solusi Konilik Tanah Marga .................................................. 115
5.5.1 DalihanNa Tolu ............................ .. .. .. .......... .. .......115
5.5.2 Pengetua Adat dan Unsur Lainnya ......... ........................ 116
5.5.3 MatriksKonflik.dan Resolusi ................ ,... ,...... .......... 117
5.6 Penutup ................................................................. ,........ 118

BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ....................... , .... ............ ........... ,.. . .. ... ... .. . .. . 119
6.2 Jmp1ikasi Teori ..................... ...... ....................................... 121
6.3 Saran ................................................................... .......... 123

Daftar Pustaka .. . .. .. . .. .. .. . . ......... ............................................ .......... 124
Lampiran


vii

viii

BABI
PENDAHULUAN

1.1 La tar Belakang Masalab
Konflik hukum adat dan hukum negara yang bemubUJigan dengan tanah adat,
di Indonesia semakin linggi. Pada umumnya, konflik itu terjadi, karena hukum negara
memanipulasi hukum ada! untul\ mengatur tanah/agraria t.anah. Kalaupun hukum
negara dan hukum adat ada pertenlang'dll mcngcnai t.anah adat, namun hukurn negara
tetap mcngatur dan melindungi eksistensi hukum adat terutama dalarn pengaturan hak

ulayor AWl tanah adat. 1
Konflik tersebut mengindikasikan bahwa konsep atau pemahaman mengenai
tanah adat dalam hukum adat dan hukum negara pada hakekatnya berbeda. Perbedaan
itu terlctak pada sejorah, metode, dan sistcm nilai yang dikembangkan dalan>


masyarakat. Term hukum adat mengenai tanah adat telah berkembang sejak lama,

.

sebelum lahimya hukum negara meogenai tanah adat. Tanah adat lahir dari hak
kepemilikan bersama dalam kom11oitas adat tertcntu. Hal ini berarti t.anah adat itu
berhubungan dengan eksistensi kelompok suku yang menguasai tanah "layal tersebut.
Peninggalan hak kepemilikan tanah dari leluhur atau dari orang tua tersebut diamini

,•

')B. Ter Hoar (1962, hlm. S~).

Adat Ll1w in Indonesia. Jakarta: Bhraoara.

oleh keturunaJUlya sebagai tradi:si yang tidak boleh hilang dati peradaban hidup
kelompok etnisnya.2
Hukum adat meogenai tanah adat dalam knmunitas etnis Batak Toba, di daerah
Kabupaten Samosir menjadi fokus utama atau menjadi perhatian utarna dalam
takaran ilmiah ini. Etnik Batak Toba yang hidup di dae.-ah Samosir pada hakekatnya


adalah kumpulan komunitas adat dan umumnya adalah petani yang menggarap tanah
pertanian. Tidak salah kalau masyarak.at Batak Toba di Samosir berbeda prespektif
mengenai tanah dengan etnik lain di Indonesia bahkan dengan konsep hukum negam
mengenai tanah adat.
Etnik Batak Toba mengkonsepsikan tanah tidak hanya sekedar sumber
ekonomi, melainkan juga sebagai jati diri marga. Tanah identik dengan bius, horja,
sosor, lumban atau tanah diidentikkan dengan oranglmarga. Tanah lebih mengacu

pada arti kehidupan dan penghidUipan orang Batak Toba. Hukum adat yang berlaku di
tanah Batak Toba, secara mutlak mau mengatur dengan baik mekanisme pertanahan
)'>1\g utuh, yangkeberada31Ulya dilegitimasikan oleh orang Batak Toba. Hukum adat
mengenai tanah adat tersebut harus diatur pada setiap anggota marga. Peraturan
tersebut misalnya setiap komunites adat yang memilild tanah adat di"''>jibkan unn•k
melestarikan tanah itu sebagai milik bersama. Pelestarian tanah adat tersebut
merupakan suatu cita-ita agar tanah tcrsebut tctap ada dan diamini sebagai simbol
identitas bersarna. Konsep tanah adat sebagai simbol identitas bersama tersebut di
atas, secara imp!isit bahwa tanah ada! tersebut ada hubungannya dengan cita-cita

hidup dan harapan dasar bagi orang Batak Toba. Cita·cita dan harapan itu terungkap

') lldk.lbld

2

dalam hamoraon (kekayaan), hasangapon (kehorma.tan), d1111 hagabeon (keturunan),

yang konheren deogan unsur tanah.3
Bagaimana pemahaman mengenai tanah menurut pola prespektif hukum

oeg11r11? Konsep umum mengenai tanah merupakan daya alam yang saogat vital bagi
kchidupan manusia. Manusia lahi:r sampai ia meninggal dunla, lelap mcmbuluhkan
tanah. Hal yang sama dil